• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedamaian Batin

Dalam dokumen KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB (Halaman 61-72)

BAB IV KATEGORI PERDAMAIAN

B. Kedamaian Batin

Salah satu pencarian terbesar dalam hidup manusia adalah pencarian kedamaian dan ketentraman batin. Banyak psikolog berpendapat bahwa dorongan manusia terbesar adalah pencarian perdamaian. Apapun yang dilakukan manusia, mereka melakukannya untuk mencari kedamaian dan ketenangan.11 Kedamaian batin merupak langkah awal menuju Langkah-langkah selanjutnya yang mana akan mengantarkan pada cita-cita perdamaian.

Kedamaian batin merupakan persoalan metafisik yang mana untuk memperolehnya harus menempuh jalan metafisik juga. Persoalan metafisik berkaitan dengan keyakinan, yang mana setiap aliran kepercayaan memiliki konsep ajaran sendiri mengenai kedamain batin. Keyakinan mendalam terhadap agama akan membawa sebuah kedamaian di dalam batin dan akan memberikan dampak positif dalam beraktivitas di masyarakat.

Islam yang dijadikan oleh Sayyid Quthb sebagai pondasi utama untuk menempuh perdamaian, menjanjikan kedamaian batin dengan konsep hubungan pencipta dengan hambanya di dalam kegiatan peribadatan. Langkah-langkah tersebut sudah tercatat di dalam sumber utama hukum Islam yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.

ْمُكَل ُهَّنِإ ۚ ِناَطْيَّشلا ِتا َوُطُخ اوُعِبَّتَت َلَ َو ًةَّفاَك ِمْلِ سلا يِف اوُلُخْدا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

َع

ٌنيِبُم ٌّوُد

11

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah, 208)

Ayat ini menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh ajaran Islam. Jangan hanya percaya dan mengamalkan Sebagian ajarannya dan menolak stau mengabaikan Sebagian yang lain. Ia dapat juga bermakna masuklah kamu semua kaffah tanpa kecuali. Jangan seorangpun di antara kamu yang tidak masuk ke dalam kedamaian Islam12. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya dan membenarkan RasulNya, agar berpegang kepada seluruh tali Islam dan syariatnya, mengerjakan perintahnya, serta menjauhi semua laranganNya sekuat tenaga.13

Seruan Allah diatas dimaksudkan agar orang-orang beriman menerimanya dengan ikhlas dan menyesuaikan kata hati serta arah kesadarannya dengan kehendak Allah, sejalan dengan bimbingan Nabi tanpa keraguan sedikitpun.

Manakala seorang muslim menyambut seruan itu dalam bentuknya yang demikian, ini artinya mereka telah memasuki “alam” yang seluruhnya damai dan penuh penyerahan diri, suatu alam yang berisikan keyakinan dan

12 M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Jilid 1, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), hal. 419-420

13 Abul Fida Ismail Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir: Juz 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), h. 361

kepercayaan diri yang rapuh, tulus, dan pasrah, tidak ragu dan bimbang serta tidak ada penyimpangan maupun kesesatan.14

Umat muslim harus bersatu dalam ikatan Islam, mengimani al-Qur’an dan mengamalkannya secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Dalam pengantar tafsirnya, Quthb mengatakan bahwa hidup dalam naungan al-Qur’an itu suatu kenikmatan. Sebuah kenikmatan yang tidak diketahui kecuali oleh orang-orang yang telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat umur (hidup), memberkatinya dan menyucikannya. Quthb merasa telah mengalami kenikmatan hidup di bawah naungan al-Qur’an itu, sesuatu yang belum dirasakan sebelumnya.15

Kenikmatan yang dirasakan kaum muslim merupakan sebuah kedamaian batin yang mengantarkannya kepada penyerahan diri total kepada Sang Pencipta. Mengimani, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya secara menyeluruh ini lah yang merupakan benih terwujudnya sebuah perdamaian universal. Tentu saja Perdamaian tidak akan tercipta selama masih ada individu yang batinnya tidak mengeyam nikmat perdamaian. Demikian itulah pandangan Islam, siapa yang hendak menegakan perdamaian dunia di atas landasan yang kokoh dan Sentosa, ia harus mulai memantapkannya di dalam batin setiap orang. Landasan yang kokoh merupakan sumber hukum Islam yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.

14 Sayyid Quthb, Hidup Damai dalam Islam; Tafsir Kontemporer, h. 10

15 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb; Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 27

Dalam tatanan Islam, individu mempunyai nilai yang fundamental, karena ia merupakan batu pertama dalam pembentukan masyarakat. Di dalam batin individulah tumbuh benih kepercayaan yang pertama. Kepercayaan yang tersimpan di dalam batin itu kemudia berubah menjadi kenyataan lahir dalam perangai dan prilakunya, bahkan batin itu sendiri merupakan pengejawantahan yang hidup bagi akidah.16

Islam menanamkan benih perdamaian di dalam batin individu, perdamaian positif yang meningkatkan kehidupan dan memajukannya, bukan perdamaian negative yang merelakan segala-galanya, dan dikorbankan demi keselamatan. Perdamaian yang ditanam oleh Islam dalam batin individu tersebut ialah perdamaian yang memancar dari keteraturan dan keserasian, yang tersusun dari kebebasan dan ketertiban; perdamaian yang tumbuh dari hempasan tenaga dan kejiwaan yang terdidik, bukan dari jiwa yang lemah, terbius, dan loyo; perdamaia yang membuat setiap individu mengenal eksistensinya, menyadari Hasrat dan kaingin-keinginannya; dan bersamaan dengan itu ia pun mengenal kemaslahatan masyarakat dan tujuannya, mengenal kebutuhan manusia dan harapan-harapannya; mengenal agama, manusia, dan idealismenya. Semua dalam keserasian dan keteraturannya.17

Dalam pandangan Sayyid Quthb, kedamaian batin di bawah naungan Islam banyak memberi dampak positif dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat. Di fase pertama kedamaian batin menyelaraskan logika dan

16 Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 27

akidah yang mana dua hal tersebut merupakan sesuatu yang saling bertolak belakang. Setelah logika dan aqidah selaras selanjutnya Islam mampu menyelaraskan kebutuhan rohan dan jasmani yang mana untuk memperoleh kebutuhan rohani tidak harus mengorbankan kebutuhan jasmani dan sebaliknya. Lebih jauh, Islam memberi kemudahan dalam beribadah dan memaklumi perbuatan dosa dengan cara bertobat. Dan terakhir islam memberi ketentraman dan jaminan sosial.

Allah swt menciptakan manusia di muka bumi tidak dibiarkan begitu saja. Dia memberi petunjuk berupa kitab-kitab samawi melalui paraNabi dan RasulNya untuk dijadikan sebagai pegangan hidupnya. Allah swt menganugrahkan akal pikiran kepada manusia sebagai kunci memperoleh petunjuk terhadap segala hal.18 Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang telah menganjurkan dan mendorong umat manusia agar mempergunakan akal pikirannya untuk menemukan rahasia-rahasia Allah yang ada di alam fana ini.19

“Dan mereka (orang-orang mukmin) memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” (Qs: ali-Imran, 191)

Ayat tersebut menganjurkan manusia untuk menggunakan akal sambal mengingat Allah atas apa yang sudah di ciptakanNya yakni langit dan bumi.

Stigma yang ada di masyarakat awam tentang Islam yang menampung pristiwa-pristiwa mistis menimbulkan permusuhan antar logika dan akidah.

18 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), hal. 76

19 Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy: Memahami Al-Qur’an melalui Pendekatan

Padahal hal tersebut tidak pasti kebenarannya. Akan tetapi bangunan Islam itu sendiri tetap sehat dan pokok-pokok ajarannya tetap terpelihara kemurniannya. Watak agama Islam tetap terang dan jelas, sekalipun di sekitarnya banyak bertebaran berbagai macam cerita khayalan yang serba misterius, namun semuanya itu tidak masuk kedalam bangunan Islam.20

Islam tak hanya menyelamatkan fikiran manusia dari cerita khayalan dan takhayul saja, bahkan juga menyelamatkan fikiran manusia dari kepercayaan terhadap keanehan-keanehan kebendaan yang terjadi menyimpang dari hukum alam yang kita kenal. Islam sama sekali tidak mau memaksakan fikiran manusia supaya mempercayai terjadinya keanehan-keanehan kebendaan yang menyimpang dari ketentuan hukum alam. Cara yang ditempuh Islam untuk menampakan akidahnya hanyalah melalui pengertian manusia tentang kejelasan, kesederhanaan dan kebenaran prinsip-prinsip ajarannya.21

Keselarasan logika dan akidah mengantarkan manusia kepada terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani. Kedua-duanya dapat terpenuhi sekaligus tanpa mengorbankan salah satu dari kebetuhan tersebut untuk memperloeh kebutuhan yang lain.

Islam datang Ketika latar sosial masyarakat Arab dipenuhi kegelapan. Budaya mereka jahiliyah, adat kebiasaannya dipenuhi angkara murka, dan mereka suka poligami tanpa batas, mengubur hidup-hidup anak perempuan,

20 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 28

melegalkan perbudakan, melakukan ihdad berlebihan bagi istri yang ditinggal mati suaminya, tidak memberi harta warisan kepada kaum perempuan, dan masih banyak lagi yang lain. Inti agama yang tertuang dalam lembar teks wahyu tidak lain bertujuan membebaskan dari keterjeratan budaya jahiliyah tersebut.22

Dalam pandangan Islam tidak semua kebutuhan hidup alamiah harus dianggap kotor. Hasrat naluri yang menginginkan perkembangbiakan bukanlah suatu kemerosotan martabat yang harus dihindari oleh orang yang hendak mensucikan diri. Hasrat perkembangbiakan adalah selaras dengan kehendak Allah dalam kehidupan, namun Allah tidak hanya menghendaki perkembangbiakan semata-mata, tetapi juga menghendaki peningkatan dan kemajuan. Perkembangbiakan merupakan salah satu sarana kemajuan, sama sekali tidak bertentangan dengan pemikiran tentang kemajuan. Karena itulah Islam mengatur sebaik-baiknya kebutuhan-kebutuhan vital yang diperlukan oleh jasmani manusia tanpa mengabaikan kebutuhan rohaninya yang telah menjadi salah satu fitrahnya. Islam memandang kedua-duanya itu sebagai suatu kesatuan, tidak melebih-lebihkan dan tidak pula meremehkan, dan di dalam kesatua itu tidak terdapat pertentangan atau benturan.23

Terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani yang tidak bertentangan sama seperti keselarasan logika dan aqidah. Islam sangat memperhatikan keselamatan dunia dan akhirat bagi para penganutnya. Seperti halnya

22 Muhammadin, Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114, Page. 5

kemudahan dalam bertobat atas dasar kesalahan atau dosa yang disengaja maupun tidak disengaja.

Dosa sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah ibarat noda hitam di dunia dan di akhirat dalam hati. Kian banyak noda hitam dalam hati, maka hati bisa menjadi hitam legam dan kelam. Sinarnya, bukan hanya redup tapi gelap. Cahayanya tertutup oleh titik-titik noda yang menjadikannya tak mampu lagi memandang dan menimbang kebenaran. Bila seseorang melepaskan diri dari dosa, memohon ampun dan bertobat, hatinya akan cemerlang seperti semula. Tapi bila ia mengulangi perbuatan dosa, maka noda hitam itu akan bertambah hingga meliputi hatinya.24

Dalam Islam Tobat menyangkut penataan Kembali kehidupan manusia yang sudah berantakan dan perbaikan Kembali mental seseorang yang sudah rusak akibat dosa yang diperbuat.25 Islam mengakui pada individu terdapat factor-faktor yang mendorong kearah kekeliruan dan dosa. Kekeliruan, alpa dan perbuatan karena paksaan dimaafkan, tidak dikenakan hukuman. Rasulullah menegaskan: “Dosa tidak dikenakan atas umatku karena kekeliruan, alpa dan perbuatan yang dipaksakan kepadanya”. Di dalam Islam pintu taubat selalu terbuka bagi dosa dan kekeliruan. Melalui pintu itu siapa saja dapat memohon ampunan Ilahi dan membersihkan diri. Tak ada sesuatu

24 M Sadik, ,Tobat dalam Perspektif al-Qur’an, STAIN Datokarama Palu, h. 110

25 Erba Rozalina Yulianti, “Tobat Sebagai Sebuah Terapi; Kajian Psikoterapi Islam” Syifa

yang menjauhkan seseorang dari rahmat Tuhan, atau menutup pintu taubat dan tidak ada perantara yang menghubungkan seseorang dengan Tuhannya.26

Pintu taubat selalu terbuka bagi mereka yang tergelincir ke dalam dosa atas kekeliruan dan paksaan. Mereka selalu mendapati pintu menuju ampunan Allah swt. Mereka tidak terkucilkan atau terasingkan hanya karena melakukan perbuatan dosa, selalu ada uluran tangan kasih sayang dari Allah swt kepad hambanya yang menyesal atas perbuatannya dan melakukan taubat dengan sungguh-sungguh.

Melakukan taubat dengan sungguh-sungguh memberi kedamaian dalam batin dan semngat dalam menjalani aktivitas. Islam sangat memperhatika kesanggupan dan ketidak sanggupan penganutnya. Tidak membebani kewajiban seseorang diluar kesanggupannya, baik dalam hal penetapan hukum syariatnya maupun peribadatannya. Sebab kewajibab yang dibebankan di luar kesanggupan seseorang, baik mengenai perintah ataupun larangan pasti menimbulkan tiga hal sebagai berikut:

1. Penindasan, penderitaan dan tekanan batin, merusak fitrah manusia, merintangi pertumbuhan dan kemajuan hidup yang lurus dan wajar.

2. Membuat orang lari dan liar, tidak menghiraukan perintah dan larangan, dan membangkitkan perlawanan sehingga membuatnya nekat melakukan segala hal yang terlarang sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan batin dan penindasan.

3. Membangkitkan keresahan jiwa secara terus-menerus karena merasa selalu dikejar-kejar oleh dosa, sekalipun orang sebenarnya tidak berbuat dosa. Perasaan demikian itu adalah siksaan amat berat yang terus-menerus diderita.27

Ajaran Islam dibangun berlandasan kemudahan dan keringanan, maka dari itulah Allah memberikan keringanan bagi orang-orang yang mempunyai udzur di dalam peribadatan sesuai dengan udzurnya, sehingga mereka dapat beribadah kepada-Nya tanpa kesulitan. Kesanggupan dalam menjalankan kewajiban Allah sudah tercatat di dalam al-Qurʻan surah al-Baqarah ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang selain yang sesuai dengan kesanggupannya”. Jika tidak mampu berdiri dibolehkan duduk, jika tidak sanggup duduk dibolehkan berbaring, jika mulut tidak bisa lagi mengucap boleh dilapalkan dalam hati. Keringan dan kesanggupan dalam beribadah di dalam Islam memberi kedamaian batin di setiap hati umat muslim bagi mereka yang ikhlas menjalankannya.

Demikian Islam tidak memaksakan suatu kewajiban apa pun yang berada di dunia dan di akhirat luar kesanggupan manusia. Karena itu taka da alasan untuk menolak kewajiban yang dibebankan oleh Islam, tidak ada alasan untuk merasa keberatan atau merasa gelisah dan bingung terombang-ambing antara kewajibab yang harus dilakukan dan kesanggupan yang dimilikinya. Bahkan, orang akan merasa nikmat melaksanakan kewajiban

27 Murtiningsi. Nedra Wati Zaly, “Gambaran Praktek Sholat Pasien di Rumah Sakit X”,

agama Islam, akan merasa tenang dengan mentaati semua ketentuannya, merasa gembira dan tentram.28

Islam berdasarkan pandangannya yang universal mengenai kehidupan, termasuk segala faktor penggerak dan penyebabnya, segala keperluan materialnya dan segala kebutuhan spiritualnya; tidak melemahkan akidah yang bersemayam di dunia dan di akhirat dalam batin seorang bahkan membantunya dalam upaya mewujudkan semua keperluan dan kebutuhan tersebut dalam kenyataan. Menurut Islam alam kenyataan bukan lain adalah pencerminan kongkret dari alam batin atau alam perasaan.

Islam memberikan jaminan sosial, ketenangan dalam lingkungan masyarakat karena perasaannya selalu berada dalam suasana aman dan tentram. Kedamaian batin yang diperoleh melalui kegiatan peribadatan dapat menimbulkan suasan aman disetiap individu. Karena mereka merasakan suatu kekuatan yang Agung telah menjamin keselamatannya.

Islam juga menjamin setiap individu memperoleh rizki dari kekayaan masyarakat: yang mampu bekerja dijamin mendapatkan pekerjaan dengan upah yang seadil-adilnya. Jaminan sosial diberikan kepada orang selama ia belum memperoleh pekerjaan, Islam menjamin pemeliharaan anak-anak sejak masih menyusu dan selama pertumbuhannya hingga dapat bekerja. Islam berkeyakinan bahwa semua faktor perdamaian terletak di dalam batin.29

28 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 40

Dalam dokumen KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB (Halaman 61-72)

Dokumen terkait