• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perdamaian dalam Perspektif Islam

Dalam dokumen KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB (Halaman 43-48)

BAB III PERDAMAIAN DAN ISLAM

B. Perdamaian dalam Perspektif Islam

Setiap individu pasti menginginkan perdamaian. Ketenangan dari menjalankan aktivitas, kebebasan dalam memeluk ajaran ketuhanan, tegaknya keadilan dan kesetaraan, terbebas dari peperangan dan lain sebagainya. Merupakan cita-cita setiap individu. Begitu pula Sayyid Quṯhb menegaskan Tujuan utama Islam adalah Perdamaian. Bahkan Islam sangat tetiliti dalam melihat makna dari perdamaian.

Kita melihat banyak dari buku-buku sejarah atau dokumen-dokumen yang mencatat peristiwa perbudakan yang mana Islam hadir sebagai konsep yang universal tentang makna dari Perdamaian. Pembesan budak dari kekejaman Raja Firʻaun, hinggan penyetaraan antara pria dan Wanita. Karena memang sejarah mencatat Wanita tidak memiliki nilai pada masa itu dan lebih kejamnya lagi dijadikan alat jual.

Belum pernah terjadi Islam mencetuskan peperangan dengan tujuan memaksa orang supaya memeluknya.9 Seperti halnya Ketika Islam mampu menaklukan kekuasaan Andalusia yang saat ini Bernama Spanyol. Latar belakang datangnya tantara Islam di sana karena atas undangan Count10 Julian salah seorang Gubernur Ceutah. Tujuan undangan itu tidak lain hanyalah untuk menyingkirkan panglima Roderik yang telah merampas kekuasan dari tangan raja Gothik Bernama Witiza pada tahun710M11. setelah

9 Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 24

10 Count=Suatu gelar kebangsawanan di Eropa

11 Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, (Jakarta: Bulan Bintang 1978), h. 96

berhasil menaklukan Andalusia, Islam tidak memaksa penduduk setempat untuk memeluk ajaran Islam. Mereka tetap pada keyakinannya masing-masing. Namun untuk system pemerintahan yang baru menggunakan system kepemimpina dari Islam.

Dalam surah al-Anfaal ayat 60 dan 61:

اوُّدِعَأ َو

ْمُك َّوُدَع َو ِ َّاللَّ َّوُدَع ِهِب َنوُبِه ْرُت ِلْيَخْلا ِطاَب ِر ْنِم َو ٍة َّوُق ْنِم ْمُتْعَطَتْسا اَم ْمُهَل

ِ َّاللَّ ِليِبَس يِف ٍء ْيَش ْنِم اوُقِفْنُت اَم َو ۚ ْمُهُمَلْعَي ُ َّاللَّ ُمُهَنوُمَلْعَت َلَ ْمِهِنوُد ْنِم َني ِرَخآ َو

ْمُتْنَأ َو ْمُكْيَلِإ َّف َوُي

َنوُمَلْظُت َلَ

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang menggentarkan pasukan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).”

ُميِلَعْلا ُعيِمَّسلا َوُه ُهَّنِإ ۚ ِ َّاللَّ ىَلَع ْلَّك َوَت َو اَهَل ْحَنْجاَف ِمْلَّسلِل اوُحَنَج ْنِإ َو

“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui”

Dalam penafsiran Quraish Shibab tentang surah al-Anfaal ayat 60. Beliau berpendapat:

“Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam menghadapi musuh, sebagai suatu hal yang teramat penting karena menyangkut hidup matinya suatu bangsa. Persiapan itu meliputi segala aspek, baik kualitas dan kuantitas perlengkapan. Berperang tanpa kesiapan berarti suatu kekalahan dan kehancuran. Pada masa-masa damai seperti sekarang ini saja hampir semua negara seolah-olah bersiap-siap untuk perang, sehingga kebijakan-kebijakan politik strategis masing-masing negara diarahkan, meskipun secara tidak langsung, untuk memenangkan pertempuran”

Dan dalam penafsiran ayat 61. Quraish berpendapat:

“Apabila musuh-musuh kalian itu cenderung untuk berdamai dan ingin mengakhiri perang, maka sambutlah kemauan mereka itu, wahai Rasul. Karena perang bukan semata-mata sebagai tujuan bagimu, tapi engkau berperang sebagai alasan membela diri dari serangan musuh dan mereka yang merintangi dakwah. Maka terimalah usul perdamaian dari mereka dan bertawakallah kepada Allah, dan jangan engkau mengkhawatirkan rencana jahat, tipu daya dan makar mereka. Allah Maha Mendengar apa yang mereka rundingkan, Maha tahu apa yang mereka rencanakan dan tidak ada sesuatu pun samar dalam pandangan Tuhan”

Islam sangat menjaga persatuan dan kesatuan umat manusia. Meskipun selalu ada pertikaian di kalangan umat manusia, Islam datang dan menawarkan satu konsep tunggal tentang ajaran hidup bermasyarakat dan hidup beragama. agama mempunyai dua peran besar: pertama, agama mengajarkan bagaimana kita melaksanakan ritual. Dalam Islam, misalnya, bagaimana seseorang melaksanakan shalat, puasa, berzakat, dan sebagainya, berdoa, dll. Dan kedua, agama mengajarkan kedamaian dan toleransi. Peran agama yang kedua inilah yang dapat berkontribusi dalam pencegahan perang dan konflik.12

Islam memandang perdamaian sebagai suatu keharusan, di dalam Qurʻan banyak terdapat ayat-ayat tentang perdamaian seperti halnya surah al-Anfaal sebelumnya. Perdamaian merupakan kunci untuk melaksanakan aktivitas dengan sempurna. Bahkan untuk melakukan ritual dalam Islam seperti sholat, mengaji dan lainnya, harus dilandasi dengan hati yang damai

12 Prof. Azyumardi Azra, Teaching Tolerancethrough Education in Indonesia, Reflections on the Keynote Address and Symposium Theme of International Symposium on Educating for a Culture of Peace through Values, Virtues, and Spirituality of Diverse Cultures, Faiths, and Civilizations, Multi-Faith Centre, Griffith University, 10-13August 2005

dan tenang. Segala macam bentuk pertikaian yang menngikis nilai perdamaian, sangat dihindari di dalam Islam. Dalam surah al-Baqarah ayat 181:

ُهَعِمَس اَمَدْعَب ُهَلَّدَب ْنَمَف

ٌميِلَع ٌعيِمَس َ َّاللَّ َّنِإ ۚ ُهَنوُلِ دَبُي َنيِذَّلا ىَلَع ُهُمْثِإ اَمَّنِإَف

“Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat tersebut merupakan peristiwa tentang permasalahan yang mengganggu keharmonisan rumah tangga dan masyarakat.dan perdamaian atas persoalan tersebut merupakan jalan utama dalam Islam untuk menjaga tali silaturahmi. Quraish shibab menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

“Namun jika isi wasiat itu menyeleweng dari keadilan dan jalan lurus yang telah Kami jelaskan, seperti apabila pemberi wasiat mendahulukan si kaya dari si miskin yang sangat membutuhkan, atau mengabaikan kerabat dekat demi para fakir yang bukan ahli waris yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, lalu ada seorang yang bermaksud baik dan meluruskan persoalan dengan mengajak para penerima wasiat itu kembali kepada kebenaran, maka ia tidak berdosa dan Allah tidak akan menghukumnya atas tindakan mengubah wasiat jika demikian bentuknya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Dalam surah an-Nissa ayat 114, sangat jelas diterangkan bahwa perdamaian merupakan kebaikan yang diharuskan oleh Islam untuk setiap manusia. Dan atas hal tersebut dijanjikannya oleh Allah pahala yang besar.

َنْيَب ٍح َلَْصِإ ْوَأ ٍفوُرْعَم ْوَأ ٍةَقَدَصِب َرَمَأ ْنَم َّلَِإ ْمُها َوْجَن ْنِم ٍريِثَك يِف َرْيَخ َلَ

ْلَعْفَي ْنَم َو ۚ ِساَّنلا

اًميِظَع اًرْجَأ ِهيِتْؤُن َف ْوَسَف ِ َّاللَّ ِتاَض ْرَم َءاَغِتْبا َكِلََٰذ

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”

Sementara dalam tafsir Jalalayn tentang ayat tersebut seperti berikut: “(Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka) artinya bisikan-bisikan manusia dan apa yang mereka percakapkan (kecuali) bisikan (orang yang menyuruh mengeluarkan sedekah atau melakukan perbuatan baik) atau kebaikan (atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang melakukan demikian) yakni yang telah disebutkan tadi (demi menuntut) mencari (keridaan Allah) dan bukan karena hal-hal lainnya berupa urusan dunia (maka akan Kami beri dia) memakai nun dan ya maksudnya Allah (pahala yang besar).”

Perdamaian merupakan watak atau karakter dari Islam itu sendiri, yang mana Islam sangat menaruh perhatian lebih terhadap perdamaian di dalam kitab sucinya. Beberapa ayat-ayat al-Qurʻan tentang perdamaian sudah dipaparkan sebelumnya dan berikut beberap nama ayat-ayat al-Qurʻan yang menyinggung tentang perdamaian:

Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 26; Q.S. Shafaat[37]: 109; Q.S. Ash-Shafaat [37]:130; Q.S. Ash-Ash-Shafaat [37]: 181; Q.S. Al-Hijr [15]: 46; Q.S. Ash-Shafaat [37]: 120; Q.S. Yaa Siin [36]: 58; Q.S. Adz-Dzariaat [51]: 25; Q.S. Ash-Shafaat [37]: 79; Q.S. Al-Qadr [97]: 5; Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 91; Q.S. Qaf [50]: 34; Q.S. Az-Zuhruf[43]: 89; Q.S. Al-Anbiyaa` [21]: 69; Q.S. Ar-Raʻd: 24; Q.S. Huud: 69; Q.S. Maryam: 33; Q.S.Al-Hijr: 52; Q.S. Maryam: 15; Q.S. Al-Anʻaam: 127; Q.S. Al-Ahzaab; 44; Q.S. Yuunuus: 25; Q.S. Maryam: 47; Q.S. Al-Furqaan: 75; Q.S. Maryam: 62;Q.S. An-Naml:59; Q.S. AaliImraan: 85; Q.S. Al-Furqaan: 63; Q.S. An-Naml: 32; Q.S.Yuunuus: 10; Q.S. Ash-Shaf: 7;Q.S. Al-Qashash: 55; Q.S. Al-Maaidah: 16;

Q.S.Al-Hasyr: 23; Q.S. Huud: 48; Q.S. Taahaa: 47;Q.S. Al-Hujuraat: 17; Q.S. Ibraahiim: 23; Q.S.Az-Zumar: 22; Q.S. Al-A'raaf: 46; Q.S. Az-Zumar; 73; Q.S. Ali Imraan: 19; Q.S. Al-Anʻaam: 54; Q.S. Al-Anʻaam: 125; Q.S. An-Nisaa: 94; Q.S. At-Taubah: 74;Q.S. Al-Maaidah: 3. Q.S Al-Baqarah:182; Q.SAn-Nisaa`:62;Q.S An-Nisaa`: 90; Q.S An-Nisaa`: 91; Q.S An-Nisaa`: 92; Q.S An-Nisaa`: 114; Q.S An-Nisaa`:128; Q.S Anfaal: 61;Q.S Al-Qashash:19; Q.SMuhammad:35; Q.S Al-Hujurat: 9; dan Q.S Al-Hujurat: 10.

Setelah dijumlah, total terdapat 59 Ayat. Jika ayat al-Qurʻan semuanya berjumlah 6236 berarti 0.95% dari ayat al-Qurʻan. Data tersebut menunjukkan bahwa hampir satu persen ayat al-Qurʻan memiliki relevansi dengan topik perdamaian.13

Dalam dokumen KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB (Halaman 43-48)

Dokumen terkait