• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dijabarkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang mendasari penelitian, tujuan penelitian, sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah, kerangka penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Perkotaan merupakan wilayah pusat kegiatan penduduk dan permukiman yang memiliki potensi sehingga menjadi daya tarik penduduk untuk melakukan urbanisasi. Tingginya jumlah penduduk memiliki dampak pada meningkatnya kebutuhan akan lahan permukiman yang layak. Bagi penduduk kota yang bekerja pada sektor-sektor ekonomi berpenghasilan rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang layak. Ketidakmampuan ini mendorong mereka mencari alternatif lain dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dengan cara mendirikan bangunan di atas tanah orang lain atas seizin pemiliknya. Seiring dengan waktu, area tersebut menjadi tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan dan kondisi prasarana yang memburuk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan persampahan) sehingga membentuk area permukiman kumuh (Kurniasih, 2007).

Jika tidak dilakukan penanganan yang tepat maka dapat menyebabkan perluasan permukiman kumuh (slum area). Slum area inilah yang menjadi potensi menurunnya daya dukung lingkungan yang dapat menimbulkan banyak permasalahan lain lagi bagi kota. Hal ini terlihat pada peningkatan frekuensi bencana di perkotaan, timbulnya perilaku menyimpang atau kejahatan, kurangnya kepedulian antar individu yang mengakibatkan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman.

Berdasarkan catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) salah satu area yang berpotensi menjadi kawasan kumuh adalah adanya

(2)

permukiman di area sempadan sungai dan hampir di seluruh Indonesia terdapat permukiman di kawasan sempadan sungai, hal ini muncul akibat dari adanya pembangunan permukiman yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Permukiman dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kawasan sempadan sungai dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan ruang terbuka khususnya pada tepi sungai terkesan tidak tertata dan kumuh.

Salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak kawasan permukiman kumuh di area sempadan sungai adalah Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor mengatakan bahwa diperlukan upaya peningkatan kualitas lingkungan kawasan khususnya sempadan sungai sesuai dengan Perda Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031, Kota Bogor memiliki rencana peningkatan pengelolaan jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota dan penataan peremajaan kawasan permukiman padat tidak teratur, terutama yang berlokasi pada sempadan sungai yang salah satunya adalah Sungai Cipakancilan.

Kawasan Kampung Kramat berada di sempadan Sungai Cipakancilan yang terdapat di jantung Kota Bogor yaitu jaraknya hanya sekitar 600 m dari Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor, keduanya merupakan landmark Kota Bogor dan hanya berjarak 500 m dari Stasiun Bogor. Sungai Cipakancilan ini juga merupakan irigasi mini yang mengalir sepanjang Bogor Selatan dan berakhir di Kebun Raya Bogor untuk mengisi kolam-kolam buatan dan saluran air sepanjang Istana Bogor. Namun sayangnya kondisi Sungai Cipakancilan ini memprihatinkan. Seperti dilansir dari berita detiknews bahwa pertanggal 19 September 2019 terdapat sekitar 305 ton sampah yang diangkut oleh Dump Truck Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bogor. Hal ini menjadi salah satu penyebab Kampung Kramat masuk ke dalam kategori kawasan dengan tingkat kekumuhan sedang. Padahal seharusnya area kawasan sekitar pusat Kota Bogor dijaga keberlangsungan lingkungannya seperti yang dijelaskan dalam RTRW Kota Bogor pasal 42, kawasan sekitar Istana Bogor harus dijaga kebersihan, keteraturan dan keberlangsungannya karena termasuk kawasan cagar budaya.

Berdasarkan dengan revisi SK Walikota No. 640.45-178.1 Tahun 2015 Kawasan Kampung Kramat, Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah dengan luas kawasan 4,5 Ha termasuk dalam kategori tingkat kekumuhan sedang.

(3)

Namun pada SK Walikota No. 653.45-282 Tahun 2019 Tentang Penetapan Lokasi Penanganan Permukiman Kumuh, Kawasan Kampung Kramat sudah tidak termasuk ke dalam kategori tersebut. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kebersihan yang terjadi pada kawasan Kampung Kramat khususnya Sungai Cipakancilan sudah terbebas dari timbunan sampah. Kesadaran akan kebersihan lingkungan menimbulkan kegigihan dan kekompakkan masyarakat dalam menangani masalah kekumuhan di Kampung Kramat sehingga Kampung Kramat berhasil keluar dari kategori permukiman kumuh tingkat sedang.

Tidak berhenti sampai di situ, guna mencegah kemungkinan terjadi kembali kekumuhan yang ada dan mencegah terjadinya perluasan kawasan permukiman kumuh maka diperlukan penanganan permukiman kumuh, peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh berkelanjutan (Sustainable Slum Upgrading), dan juga dukungan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat (Sustainable Livelihood) berpenghasilan rendah di kawasan Kampung Kramat agar dapat mengelola lingkungan secara berkelanjutan, mandiri, dan berdaya saing. Selain itu, hal ini sesuai dengan RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031, kawasan Kampung Kramat berada pada Wilayah Pengembangan A (WP A) pusat Kota Bogor tentang arah perkembangan kota berdasarkan struktur ruang dengan tema pengembangan pengendalian, revitalisasi dan peremajaan kota.

Berdasarkan kondisi saat ini Kampung Kramat berpotensi untuk memiliki nilai wisata dari segi fisik lingkungan, sosial masyarakat, dan berbagai pendukung lainnya. Namun, belum ada konsep pengembangan yang diterapkan sehingga menyebabkan masih adanya slum area. Maka dari itu diperlukan penentuan konsep dalam upaya pengembangan pengelolaan berkelanjutan dan konsep yang dipilih untuk penataan Kampung Kramat menjadi kawasan ekowisata adalah recreational waterfront dengan masyarakat lokal sebagai pengelolanya.

Kampung atau desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat (Nuryanti, 1993). Konsep kampung wisata dibentuk untuk meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, memberdayakan masyarakat agar dapat berperan langsung mengembangkan potensi apa yang sebenarnya ada di wilayah mereka dan salah satu upaya mendukung pemerintah

(4)

dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Adanya konsep ini dapat meningkatkan meningkatkan value dan daya saing wilayah berdasarkan potensinya direncanakan agar lebih unggul dibandingkan wilayah lain. Menurut Grant (1991), peningkatan daya saing dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan kapabilitas pengelolaan sehingga mempunyai daya saing. Kampung wisata tentu akan memiliki daya saing yang lebih tinggi jika tingkat kapabilitas pengelolaannya baik dengan memanfaatkan pemberdayaan masyarakatnya. Hal ini juga berimplikasi pada adanya sumber pendapatan baru dari hasil pengembangan kampung wisata.

Pengembangan kampung wisata berdasarkan Rencana Pemanfaatan Pola Ruang Kota Bogor, sempadan Sungai Cipakancilan seharusnya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Atas dasar tersebut pengembangan kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan menjadi kawasan ekowisata yang menerapkan konsep “recreational waterfront” dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada di Kampung Kramat baik dari segi daya tarik alam maupun kegiatan sosial lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah

Kampung Kramat merupakan kawasan yang termasuk dalam kategori tingkat kekumuhan sedang pada revisi SK Walikota No. 640.45-178.1 Tahun 2015 kemudian dilakukan perbaikan dan penataan sehingga pada SK Walikota No. 653.45-282 Tahun 2019 tentang Penetapan Lokasi Penanganan Permukiman Kumuh, Kawasan Kampung Kramat sudah tidak termasuk ke dalam kategori tersebut. Berdasarkan hal tersebut penanganan permukiman kumuh pada Kawasan Kampung Kramat harus terus berjalan agar mencegah kemungkinan kawasan kembali menjadi kumuh dan mencegah kemungkinan adanya perluasan kawasan permukiman kumuh.

Berdasarkan kondisi perekonomian, sebagian besar warga Kampung Kramat termasuk ke dalam kategori menengah ke bawah. Maka diperlukan adanya penambahan kegiatan ekonomi dengan cara meningkatkan potensi kawasan sehingga memiliki daya saing dan juga pelibatan masyarakat sebagai pengelolanya sehingga bisa mandiri dan nantinya dapat berkelanjutan (tidak kembali menjadi kumuh). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka diperlukan

(5)

sebuah kajian komprehensif yang efektif untuk menyusun prinsip perancangan Kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimana prinsip perancangan kawasan ekowisata

Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront?” 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu menyusun prinsip perancangan kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront.

1.4 Sasaran Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diambil kesimpulan untuk sasaran penelitian pada dokumen tugas akhir ini yaitu:

1. Mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik untuk mendapatkan potensi dan masalah pada pengembangan Kampung Kramat Bogor. 2. Menyusun konsep dan program ruang kawasan ekowisata Kampung

Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront.

3. Menyusun prinsip perancangan kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat perencanaan dilihat dari dua sudut pandang sebagai berikut : 1. Akademis

- Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya dan memberikan manfaat bagi yang membacanya.

- Untuk meningkatkan pemahaman akan penataan kawasan pasca penanganan permukiman kumuh dalam mewujudkan masyarakat madani dan mandiri.

2. Praktik

- Sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk BAPPEDA Kota Bogor mengenai perencanaan pembangunan daerah khususnya

(6)

upaya penataan permukiman kumuh berkelanjutan dengan pelibatan masyarakat

- Sebagai bahan acuan pertimbangan perencanaan dan sumbangan gagasan dalam penyusunan Detail Engineering Design (DED) bagi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor dalam rangka pelaksanaan upaya peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh berkelanjutan di Kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan.

- Sebagai bahan acuan pertimbangan perencanaan kampung wisata terutama kampung dengan karakteristik fisik berada di sempadan sungai dan pusat kota.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan batasan kajian dalam perencanaan yang terdiri dari batasan substansi penelitian dan batasan wilayah penelitian. Adapun penjabaran tentang batasan substansi penelitian dan batasan wilayah penelitian ini dapat dilihat pada sub bab berikut:

1.6.1 Ruang Lingkup Materi

Dalam pembahasan penelitian tugas akhir ini diperlukan adanya pembatasan terhadap bahasan agar lebih fokus pada permasalahan dan bahasannya tidak meluas maka diperlukan adanya ruang lingkup materi. Adapun ruang lingkup materi yang akan dibahas yaitu kajian teoritis mengenai upaya peremajaan permukiman kumuh guna meningkatkan daya saing kawasan, menganalisa kondisi fisik dan non fisik kawasan Kampung Kramat guna mengetahui potensi dan masalah di Kampung Kramat yang dirumuskan dalam konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan, menyusun konsep dan program ruang perencanaan Kampung Kramat menjadi kawasan ekowisata, dan menyusun prinsip perancangan yang tepat untuk kawasan perencanaan.

Dari latar belakang, sasaran, dan manfaat perencanaan maka didapat keluaran yaitu meliputi prinsip perancangan yang berbentuk prinsip perancangan kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront .

(7)

1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah

Berdasarkan latar belakang dan sasaran yang terdapat dalam penelitian ini maka penentuan batasan ruang lingkup wilayahnya adalah Kawasan Kampung Kramat Sempadan Sungai Cipakancilan, Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah. Luas wilayah Kampung Kramat adalah seluas 4,5 hektar, sedangkan luas wilayah tapak beserta kawasan penyangga yaitu seluas 11,5 hektar. Berdasarkan rancangan RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031 Kawasan Kampung Kramat yang berada di Kecamatan Bogor Tengah termasuk berada di Wilayah Pengembangan (WP) A, yaitu area pusat kota. Kawasan Kampung Kramat ini terdapat di sempadan Sungai Cipakancilan yang merupakan prioritas penanganan Kota Bogor karena jaraknya hanya sekitar 600 m dari Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor, keduanya merupakan landmark Kota Bogor dan hanya berjarak 500 m dari Stasiun Bogor, yang berarti kawasan Kampung Kramat ini terletak di jantung Kota Bogor.

(8)

Sumber: Hasil Modifikasi Data OpenStreetMap, 2020

GAMBAR 1. 1

PETA DELINEASI KAWASAN

(9)

1.7 Kerangka Penelitian

sasara

Latar Belakang

• Kawasan Kampung Kramat yang terletak di pusat Kota Bogor harus baik penataannya sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kota Bogor pasal 42 kawasan sekitar Istana Bogor harus dijaga kebersihan, keteraturan dan keberlangsungannya karena termasuk kawasan cagar budaya.

• Upaya untuk penanganan permukiman kumuh berkelanjutan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang permukiman dan infrastruktur perkotaan serta pemberdayaan masyarakatnya agar kawasan Kampung Kramat tidak kembali masuk kategori kumuh.

Rumusan Masalah Bagaimana Prinsip Perancangan

Kawasan Ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan Konsep

“Recreational Waterfront”?

Tujuan

Menyusun Prinsip Perancangan Kawasan Ekowisata Kampung Kramat

Bogor Dengan Konsep “Recreational

Waterfront”

Sasaran 2: Menyusun konsep dan program ruang Kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront. Metode Analisis: Metode analisis deskriptif kuantitatif kualitatif, analisis deskriptif eksplanasi.

Output Sasaran 1: Teridentifikasinya karakteristik (fisik dan non fisik), potensi, dan persoalan yang dirumuskan dalam konsep dasar perencangan tata bangunan dan lingkungan.

Sasaran 3: Menyusun prinsip perancangan yang tepat untuk kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront.

Metode Analisis: Analisis deskriptif eksplanasi dengan teknik menjelaskan konsep rancangan.

Sasaran 1: Mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik untuk mendapatkan potensi dan masalah pada pengembangan Kampung Kramat Bogor.

Metode Analisis: Metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif, analisis tapak, dan analisis SWOT.

Output Sasaran 2: Tersusunnya konsep dan program ruang kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep

recreational waterfront.

Output Sasaran 3: Tersusunnya prinsip perancangan yang tepat untuk kawasan Kampung Kramat sebagai kawasan ekowisata di Kota Bogor dengan konsep recreational waterfront.

Metode Analisis: Analisis deskriptif

(10)

1.8 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian salah satu unsur yang paling penting adalah penjelasan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Pada bab ini akan dipaparkan pokok-pokok bahasan yaitu pendekatan penelitian, unit penelitian dan analisis, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode pemilihan sampel, tahapan penelitian, dan yang terakhir adalah produk penelitian.

1.8.1 Metode Pendekatan Penelitian

Sebuah teori dapat diterapkan terhadap suatu permasalahan jika menggunakan metode yang relevan dan bisa membantu menyelesaikan permasalahan. Ditinjau dari jenis data yang digunakan dalam penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan pendekatan deduktif. Adapun pengertian penelitian campuran menurut Creswell (2015, hlm.1088) yaitu:

“Metode penelitian campuran atau kombinasi merupakan suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mencampur metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk memahami permasalahan penelitian,”

Menurut Sugiyono (2017, hlm. 404) pengertian metode penelitian campuran adalah:

“Metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif.”

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Berdasarkan penjelasan metode di atas, salah satu tujuan dari metode penelitian kuantitatif adalah untuk menguji atau memverifikasi teori atau penjelasan yang telah ada dan digunakan sebelumnya apakah benar atau tidak. Dalam hal ini

(11)

penelitian akan menguji suatu teori dengan cara menguraikan secara rinci hipotesis-hipotesis yang spesifik lalu terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data-data untuk mendukung atau mematahkan teori yang ada.

Dalam penelitian ini terdapat tiga sasaran yang akan dibahas, antara lain: 1. Mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik untuk mendapatkan potensi

dan persoalan pada Kampung Kramat Bogor melalui metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif, analisis tapak, dan analisis SWOT.

2. Menyusun konsep rancangan dan program ruang kawasan ekowisata Kampung Kramat dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif, dan analisis deskriptif eksplanasi.

3. Menyusun prinsip perancangan yang tepat untuk kawasan ekowisata Kampung Kramat melalui metode analisis deskriptif eksplanasi dengan teknik menjelaskan konsep rancangan.

1.8.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan secara langsung dan wawancara dengan beberapa pihak terkait yang sudah ditentukan, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengkajian teori suatu pustaka, studi literatur, dokumen kebijakan, dan peraturan atau kebijakan pemerintah. Data sekunder merupakan data kajian terhadap teori maupun yang sesuai yaitu meliputi:

- Pengumpulan data mengenai kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan beserta kawasan sekitarnya.

- Peraturan Pemerintah Daerah baik berupa RTRW, RDTRK, RP2KPKP, maupun peraturan perkotaan lainnya terkait dengan kawasan penelitian - Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bogor, BPS Kota Bogor.

(12)

1.8.2.1 Data Primer

Menurut Umi Narimawati (2008: 98) dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi” data primer memiliki arti yaitu:

“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data”.

Dalam penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dengan tepat. Pengumpulan data primer dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi eksisting kawasan Kampung Kramat beserta daerah penyangga tapak kawasan yang ditentukan baik dari segi karakteristik fisik maupun non-fisik sebagai lokasi penelitian. Adapun kebutuhan data yang diobservasi merupakan variabel yang telah dijelaskan pada sintesa variabel seperti:

- Attraction (daya tarik) dengan variabel yaitu atraksi wisata alam, atraksi wisata budaya, atraksi buatan manusia, dan visual / view (pandangan ke luar dan ke dalam tapak).

- Accessibilities (aksesibilitas) dengan variabel yaitu akses entrance, akses exit, sirkulasi kendaraan dan kondisinya, sirkulasi dan kondisi pedestrian, lahan parkir, signage (petunjuk arah, penanda lokasi, dan penanda jalan). - Amenities (fasilitas) dengan variabel yaitu sarana kawasan, prasarana

kawasan, dan utilitas kawasan.

- Daya Dukung Lingkungan (DDL) dengan variabel yaitu lokasi, delineasi kawasan, luasan, kecepatan dan arah angin, curah hujan, jenis tanah, kemiringan lahan, kerawanan terhadap bencana, drainase alami, debit dan arus air sungai, pemanfaatan sungai, dan sempadan sungai

(13)

- Kualitas rumah huni yang berada di tepi sungai dengan variabel yaitu kondisi fisik bangunan, kepadatan bangunan, keteraturan bangunan, dan sempadan bangunan

Observasi ke lokasi penelitian dilakukan dua macam jenis kegiatan yaitu peneliti berjalan menyusuri seluruh kawasan dengan meninjau dan melakukan pengamatan seluruh elemen yang berada di lokasi penelitian untuk dianalisis. Kedua, identifikasi secara sistematik dengan mengambil foto keadaan eksisting lokasi penelitian baik kondisi fisik maupun aktivitas yang ada dan mencatat informasi penting terkait kawasan penelitian.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara menurut KBBI memiliki artian yaitu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh seorang pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan narasumber sebagai orang pemberi informasi. Wawancara juga merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan topik yang diangkat dalam sebuah penelitian. Maksud penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara adalah untuk menggali informasi dan mendapatkan data lebih dari responden (participant) yang tidak didapatkan dari pengumpulan data primer (secara langsung dengan observasi), terutama dalam menentukan penyusunan konsep, program ruang maupun prinsip perancangan yang tepat untuk penataan kawasan penelitian. Dalam hal ini pihak-pihak terkait yaitu perangkat desa (Kampung Kramat), pengurus organisasi masyarakat (dari 3 organisasi masyarakat), kepala bagian permukiman di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor. Pemilihan informan kunci atau beberapa stakeholder terkait ini dijadikan narasumber agar peneliti dapat memperoleh data yang representatif langsung dari yang memahami kondisi terkait kawasan penelitian. Adapun kebutuhan data yang dilakukan dengan metode wawancara yaitu :

- Ancillary (tambahan/pendukung) dengan variabel yaitu stakeholder terkait, peranan stakeholder, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, keberadaan dan aktifitas sistem/kelompok pengelola lingkungan, artisipasi masyarakat, kegiatan sosial masyarakat, aktivitas masyarakat, persepsi masyarakat, keinginan dan harapan masyarakat

(14)

- Budaya dengan variabel yaitu kegiatan budaya dan sejarah kawasan 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan memperoleh keterangan untuk mewujudkan capaian pada penelitian yang diperoleh dari data yang berbentuk arsip (dokumen). Sumber data ini berupa bahasa tertulis, foto, maupun dokumen elektronik. Metode dokumentasi dilakukan untuk melengkapi hasil pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Pengumpulan data melalui pengambilan objek dokumentasi foto objek studi dan foto udara digunakan untuk mendapatkan bukti autentik kondisi eksisting sebagai gambaran ilustrasi kawasan penelitian yaitu Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan

1.8.2.2 Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2014), data sekunder memiliki artian yaitu data yang dikumpulkan dan didapatkan untuk digunakan dalam memecahkan masalah yang ada dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, data yang akan dikumpulkan dan kemudian dirumuskan berasal dari beberapa literatur berdasarkan studi pustaka mengenai upaya penataan kawasan permukiman kumuh berkelanjutan, penataan kawasan menjadi kampung wisata, maupun penataan kawasan permukiman sempadan sungai. Ketiga hal ini kemudian dilakukan analisis perumusan dan disintesakan agar mendapatkan hasil akhir yaitu 3 sasaran penelitian ini. Data sekunder ini kemudian dihubungkan dengan data primer yang didapatkan. Data sekunder diantaranya internet, literatur, jurnal, buku, dan dokumen terkait (Peraturan Pemerintah Daerah baik berupa RTRW, RDTRK, RP2KPKP maupun peraturan perkotaan lainnya terkait dengan kawasan penelitian, dan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bogor.

1.8.3 Metode Analisis Data

Setelah melakukan proses pengumpulan data baik yang didapatkan dari data primer maupun data sekunder maka kemudian dilakukan analisis sesuai sasaran yang telah ditentukan dalam penelitian. Pada metode analisis data akan dipaparkan tahapan kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran metode analisis data dan tahapan data yang akan dilakukan sesuai dengan sasaran masing-masing, sebagai berikut:

(15)

1.8.3.1 Sasaran 1

Dalam mewujudkan sasaran pertama maka akan dilakukan identifikasi terhadap kondisi fisik maupun non fisik pada kawasan perencanaan dengan metode analisis dan tahapan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Analisis ini dilakukan terhadap berbagai aspek berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan. Analisis deskriptif yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan kegiatan pengolahan data dengan melakukan proses mengatur, mengurutkan data yang terkumpul yang terdiri dari catatan-catatan lapangan, baik melalui kuisioner, dokumentasi, maupun observasi lapangan. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik non-fisik terkait aspek ekonomi, sosial, budaya, kebijakan, arahan, dan program pada kawasan perencanaan. Identifikasi kondisi non-fisik dilakukan wawancara dan juga observasi. Teknik wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi langsung mengenai potensi non fisik terkait dengan penataan kawasan menjadi kampung wisata. Sedangkan pengertian analisis deskriptif kuantitatif menurut Sugiyono (2015: 207), merupakan analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Pada penelitian, analisis ini diperoleh dari data sekunder yang telah dikumpulkan dengan melakukan sortir data atau dokumen yang berkaitan dengan penataan kawasan permukiman kumuh berkelanjutan di kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan dari RTRW Kota Bogor, RDTR Kota Bogor, RP2KPKP, RTBL, dan dokumen lainnya kemudian dilakukan perumusan dan sintesa.

2. Analisis Tapak

Analisis terhadap identifikasi karakteristik tapak kawasan. Identifikasi kondisi fisik dilakukan dengan cara survei lapangan (observasi) langsung ke lokasi kawasan Kampung Kramat dengan menggunakan teknik analisis tapak. Analisis tapak merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi semua faktor-faktor baik internal maupun eksternal tapak

(16)

(aspek-aspek fisik lingkungan alamiah dan binaan) yang dapat mempengaruhi bangunan dalam suatu tapak, kemudian faktor-faktor tersebut dievaluasi potensi dan permasalahannya sehingga akan menghasilkan alternatif-alternatif solusi dalam merencanakan tapak. Proses tahapan analisis tapak dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Analisis terhadap fisik lingkungan alami

Dengan jabaran identifikasi elemen alami dan keadaan penyangga (lingkungan sekitar tapak) berupa iklim, tautan wilayah, vegetasi, topografi, dll)

2. Analisis terhadap lingkungan binaan atau buatan

Dengan jabaran semua data berdasarkan elemen buatan manusia yang berada di tapak kawasan berupa bangunan, sirkulasi, drainase, dll. 3. Analisis sosial masyarakat

Dengan jabaran identifikasi kegiatan dan partisipasi masyarakat, keterkaitan dengan kelembagaan terkait yang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan zoning dan aktivitas kegiatan.

4. Analisis terhadap jenis kegiatan

Dengan jabaran karakteristik kelompok pelaku wisata, kelompok kegiatan, dan kelompok fasilitas untuk menentukan kebutuhan ruang Data yang dihasilkan pada analisis tapak berupa peta overlay yang dilengkapi dengan deskriptif kualitatif (untuk identifikasi karakteristik fisik tapak).

3. Analisis Khusus

Tahapan selanjutnya adalah identifikasi karakteristik khusus yaitu terkait dengan keberadaan Kampung Kramat sebagai kampung kota terhadap lingkungan sekitar, identifikasi aktivitas wisata yang dapat dikembangkan (budaya dan air), dan identifikasi industri rumahan yang dapat menunjang penghidupan masyarakat dari segi pariwisata. Variabel analisis khusus diperoleh melalui kajian literatur dan wawancara terhadap stakeholder terkait.

Identifikasi analisis tahapan pada sasaran 1 dilakukan dengan menggabungkan komponen urban design dari Shirvani (1985), analisis 4A

(17)

komponen destinasi wisata (Cooper dkk, 1995) yaitu Attraction, Accessibility, Amenities, dan Ancillary, dan juga analisis 6A Buhalis (2000: 97) yaitu Attraction, Accessibilities, Amenities, Ancillary Services, Activities, dan Available Packages, Dengan pertimbangan aspek terkait dan variabel yang digunakan maka komponen skema pariwisata yang digunakan adalah 5A (Attraction, Accessibility, Amenities, Activities, dan Ancillary Services).

Setelah didapatkan hasil dari analisis sasaran 1 maka dilakukan sintesa yang merupakan tahap pencarian ide dan gagasan yang dapat menjawab permasalahan meliputi penilaian, kritik dan usulan yang menghasilkan rumusan kriteria penataan, dalam hal ini untuk menjawab sasaran kedua penelitian yang dituangkan dengan metode deskriptif kualitatif menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).

Sumber: sciencedirect.com

GAMBAR 1. 2 MATRIKS SWOT

1.8.3.2 Sasaran 2

Setelah mendapatkan hasil berupa potensi dan masalah di kawasan Kampung Kramat pada penjelasan sasaran 1, kemudian dilakukan analisis deskriptif yang ditujukan untuk menyusun konsep dan program ruang kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep Recreational Waterfront. Menyusun konsep yang dimaksud di sini adalah konsep tema penataan yang akan dipakai untuk kampung ekowisata sesuai dengan potensi fisik maupun non fisik yang ada di Kampung Kramat sebagai kawasan perencanaan. Sedangkan program

(18)

ruang merupakan proses perencanaan dengan menganalisis kebutuhan ruang, aktivitas, besaran ruang, hubungan antar ruang, perhitungan dengan metode kuantitatif untuk KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), dan KDH (Koefisien Dasar Hijau). Dengan kata lain konsep dan program ruang juga merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan yang memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti di sasaran 3 dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain.

Pada sasaran ini memiliki 3 tujuan utama yaitu pertama bertujuan untuk mengarahkan penyusunan konsep dan karakter perancangan kawasan Kampung Kramat. Penyusunan konsep perancangan, visi dan misi perancangan didapatkan dari hasil perumusan variabel aktivitas masyarakat, kegiatan sosial masyarakat, partisipasi masyarakat, persepsi masyarakat, keinginan dan harapan masyarakat terhadap Kampung Kramat dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Kedua, analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif guna mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang berpengaruh pada suatu perencanaan kawasan yang digabungkan dengan komponen 5A destinasi wisata sehingga didapatkan hubungan ruang, kebutuhan ruang, besaran ruang. Kemudian hasil tersebut disintesiskan menjadi zoning dan blockplan yang dituangkan melalui metode deskriptif eksplanasi. Dan yang terakhir adalah mengarahkan indikasi program dan desain penataan yang tepat pada tiap sub bagian kawasan yang direncanakan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

1.8.3.3 Sasaran 3

Setelah output sasaran 1 dan 2 disintesa maka selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan perumusan penyusunan prinsip perancangan sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan pada sasaran 2. Untuk mencapai hasil pada sasaran 3 berupa prinsip perancangan yang tepat untuk Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan Kota Bogor sebagai kampung wisata dilakukan analisis deskriptif.

Prinsip perancangan merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan Iingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang Iayak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan. Prinsip perancangan terdiri dari peruntukan lahan makro dan

(19)

mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, ruang terbuka hijau, rencana wujud visual bangunan gedung, dan rencana prasarana dan sarana. Analisis deskriptif dilakukan dengan teknik menjelaskan konsep rancangan kawasan Kampung Kramat beserta Sungai Cipakancilan, analisis ini melihat bagaimana peruntukan lahan, rencana aksesibilitas atau sistem pergerakan, rencana RTH, rencana wujud visual, rencana sarana dan prasarana lingkungan, dan rencana kebutuhan spot wisata dalam mewujudkan konsep kampung wisata. Kemudian output akhir dari sasaran 3 disajikan berupa visualisasi desain dan deskriptif dari siteplan rancangan penataan kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan Kota Bogor sebagai kampung wisata.

1.8.4 Metode Pemilihan Sampel

Dalam penentuan upaya penataan kawasan permukiman kumuh dan tindaklanjut dalam mewujudkan kawasan yang mandiri diperlukan data yang berasal dari pihak yang memang mengetahui tentang hal tersebut. Oleh karena itu, tidak terdapat ketentuan dalam menentukan jumlah minimal responden atau narasumber yang biasa disebut dengan teknik non-probability sampling. Jenis teknik non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu teknik yang bertujuan untuk memperoleh data yang representatif dengan menggunakan pengambilan sampel sumber data yang menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam menentukan narasumber dipilihlah informan kunci atau beberapa stakeholder terkait, hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh data yang representatif langsung dari yang memahami kondisi terkait kawasan penelitian. Dalam hal ini pihak-pihak terkait yaitu perangkat desa (Kampung Kramat), pengurus organisasi masyarakat (dari 3 organisasi masyarakat), kepala bagian permukiman di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor. Alasan pertimbangan pemilihan narasumber akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Perangkat desa

Perangkat desa yang akan dijadikan narasumber dalam wawancara penelitian ini adalah Ketua RW.01 Kampung Kramat. Pemilihan ini didasarkan atas pengetahuan yang dimiliki Ketua RW akan sejarah, kegiatan atau aktivitas,

(20)

sosial, kependudukan Kampung Kramat dan hal yang berkaitan dengan Kampung Kramat.

b) Pengurus organisasi masyarakat

Organisasi masyarakat di Kampung Kramat terdiri dari beberapa aspek seperti organisasi yang bergerak pada bidang lingkungan, sosial, seni, dan budaya. Wawancara akan dilakukan pada pengurus organisasi masyarakat (tiga organisasi dari bidang yang berbeda). Pemilihan ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan kegiatan yang terdapat di Kampung Kramat, mengetahui bagaimana dan apa partisipasi yang akan dilakukan masyarakat maupun organisasi masyarakat dalam hal rencana rancangan penataan Kampung Kramat sebagai kampung wisata.

c) Kepala bagian permukiman di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor

Pemilihan Kepala bagian permukiman di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor sebagai narasumber dilakukan untuk mengetahui arahan pengembangan kawasan Kampung Kramat sempadan Sungai Cipakancilan, strategi pengelolaan daerah aliran Sungai Cipakancilan, dan upaya yang akan dan sudah dilakukan dalam rangka penanganan peningkatan kualitas permukiman agar tidak kembali menjadi kawasan kumuh.

(21)

1.9 Matriks Kebutuhan Data

TABEL I. 1

MATRIKS KEBUTUHAN DATA

No. Sasaran Jenis Data Data yang dibutuhkan Variabel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Output 1. Mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik untuk

mendapatkan potensi dan persoalan pada Kampung Kramat Bogor Data kondisi fisik Attraction (daya tarik)

- Atraksi wisata alam

Observasi dan wawancara Metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif, analisis tapak, dan analisis SWOT. Teridentifikasinya karakteristik (fisik dan non fisik), potensi, dan persoalan yang dirumuskan dalam konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan - Atraksi wisata budaya

- Atraksi buatan manusia

- Visual / View (pandangan ke luar dan ke dalam tapak)

- Kebisingan Accessibility (aksesibilitas) - Akses Entrance Observasi - Akses Exit

- Sirkulasi kendaraan dan kondisinya

- Sirkulasi dan kondisi pedestrian - Lahan Parkir

- Signage (Petunjuk arah, penanda lokasi, dan penanda jalan)

Amenities (fasilitas) - Sarana kawasan Observasi - Prasarana kawasan - Utilitas kawasan Daya Dukung Lingkungan (DDL) - Lokasi Observasi dan data sekunder - Delineasi kawasan - Luasan - Curah hujan 21

(22)

No. Sasaran Jenis Data Data yang dibutuhkan Variabel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Output - Jenis tanah - Kemiringan lahan

- Kerawanan terhadap bencana - Drainase alami

- Debit dan arus air sungai - Pemanfaatan sungai - Sempadan sungai Kualitas rumah huni yang berada di tepi sungai

- Kondisi fisik bangunan

Observasi dan data sekunder - Kepadatan bangunan - Keteraturan bangunan - Sempadan bangunan Data kondisi non-fisik Ancillary (tambahan/ pendukung) - Stakeholder terkait Wawancara - Peranan stakeholder - Jumlah penduduk Wawancara dan data sekunder - Mata pencaharian penduduk

- Keberadaan dan aktivitas sistem/ kelompok pengelola lingkungan - Partisipasi masyarakat

Activities

(aktivitas)

- Kegiatan sosial masyarakat - Aktivitas masyarakat - Persepsi masyarakat - Keinginan dan harapan masyarakat Budaya - Kegiatan budaya Wawancara - Sejarah kawasan - Status lahan 22

(23)

No. Sasaran Jenis Data Data yang dibutuhkan Variabel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Output 2. Menyusun konsep dan program ruang kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront

Hasil Sintesis dari output sasaran 1

Metode analisis deskriptif kuantitatif kualitatif, analisis deskriptif eksplanasi, Konsep rancangan kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront 3. Menyusun prinsip perancangan kawasan ekowisata Kampung Kramat Bogor dengan konsep recreational waterfront

Hasil Sintesis dari output sasaran 1 dan 2

Analisis deskriptif eksplanasi dengan teknik menjelaskan konsep rancangan Tersusunnya prinsip perancangan yang tepat untuk kawasan Kampung Kramat sebagai kawasan ekowisata di Kota Bogor dengan konsep recreational waterfront.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

(24)

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini membahas bab-bab yang akan dibahas pada dokumen tugas akhir. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup materi dan wilayah penelitian, keaslian penelitian, kerangka penelitian, metodo pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode pemilihan sampel, matriks data, dan sistematika penulisan dalam penggarapan penelitian yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai kajian literatur yang mendukung dan memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Kajian literatur ini mencakup batasan pengertian, sintesis variabel perencanaan, studi terdahulu, dan preseden perencanaan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini menjelaskan mengenai paparan lengkap bagaimana wilayah penelitian beserta elemen detail di setiap spot perancangan desain.

BAB IV ANALISIS

Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai analisis kawasan perancangan, konsep desain perancangan, konsep rencana dan perancangan kawasan secara detail disertai dengan gambar.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini memberikan penjelasan kesimpulan dan saran terhadap penulisan tugas akhir.

Gambar

GAMBAR 1. 2  MATRIKS SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan

Jarak antara terminal penumpang dan landasan parkir dari garis landasan pacu untuk berbagai variasi tinggi bangunan, 1 : 7 = permukaan imajinatif yang sebaiknya tidak tertutup

Adapun konsep diri dari aspek fisik yang dirasakan oleh responden 2 sesuai dengan hasil wawancara adalah :Bahwa Septi merasa kalau ia berjilbab mode, ia akan terlihat

Untuk mengatasi masalah-masalah belajar peserta didik tersebut, maka implikasi layanan bimbingan hendaknya disesuaikan dengan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM NASIONAL AGRARIA

37 Masjid Al‐Yatim Kp. Bancah Laweh Jr. Bancah Laweh Nag. Simpang Kec. Simpang Alahan Panjang Kab. Pasaman 38 Masjid