• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINDAKAN PELANGGARAN Bagi Anggota Panwaslu Kecamatan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINDAKAN PELANGGARAN Bagi Anggota Panwaslu Kecamatan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bandung"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Saku

PENINDAKAN

PELANGGARAN

Bagi Anggota Panwaslu Kecamatan

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Bandung

BAWASLU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

(2)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 2 | P a g e Buku Saku Penindakan Pelanggaran

Bagi Anggota Panwaslu Kecamatan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bandung

Tim Penyusun

Pengarah : Januar Solehuddin Komarudin Hedi Ardia Ari Ariyanto Kahpiana Pembina : Rudy Hartono Penulis : M. Adriansyah Prayuda Rifa Nuraeni

Husni Abdul Aziz Hasan Santosa

Diterbitkan oleh:

Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bandung Jalan Raya Soreang No. 141 Soreang

(3)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 3 | P a g e

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Pemilihan Kepala Daerah Serentak ... 5

2 Prinsip-prinsip Penegakan Hukum Pemilu ... 6

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara ... 6

2.2 Fungsi Hukum Adminitrasi Negara ... 7

2.2.1 Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara... 7

2.2.2 Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara ... 7

2.2.3 Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara... 8

2.2.4 Etika Penyelenggaraan Pemilu ... 8

3. Jenis-Jenis Pelanggaran ... 11

3.1 Tata Cara Penerimaan Laporan dan Temuan Pelanggaran Pemilihan ... 12

3.1.1 Penerimaan Laporan ... 12

3.1.2 Temuan Dugaan Pelanggaran ... 17

3.2 Pelapor, Isi Laporan dan Batas Waktu Pelaporan ... 21

3.3 Syarat Formil dan Materil Laporan ... 21

3.4 Bentuk-bentuk Formulir Penindakan Pelanggaran ... 22

4. Proses Penindakan Pelanggaran ... 24

5. Penanganan Pelanggaran dalam kondisi Covid-19 ... 40

(4)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 4 | P a g e

1.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Untuk menjamin Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dilaksanakan secara demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat serta demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat wajib dihormati sebagai syarat utama pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Kedaulatan rakyat dan demokrasi tersebut perlu ditegaskan dengan pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung oleh rakyat, dengan melakukan beberapa perbaikan mendasar atas berbagai permasalahan pemilihan langsung yang selama ini telah dilaksanakan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang dan sebagaimana dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Bawaslu hadir sebagai salah satu kesatuan dari Penyelenggaraan Pemilihan bersama dengan KPU dan DKPP yang memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilihan. Dalam undang-undang ini juga disebutkan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi “Pemilihan dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Untuk menghadapi kompleksitas penyelenggaraan tahapan Pemilihan dan modus pelanggaran yang terus mengalami perkembangan dan dinamika yang cukup signifikan, Bawaslu Kabupaten Bandung perlu memiliki konsep yang komprehensif dan mendalam supaya dapat menyeragamkan pemahaman bagi jajaran sampai dengan Pengawas TPS terhadap pelaksanaan serta penerapan tugas dan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. Penyeragaman konsep ini diharapkan mampu meminimalisasi perbedaan penafsiran terhadap penerapan hukum dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang jajaran pengawas pemilihan di masing-masing tingkat.

(5)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 5 | P a g e

1.2 Pemilihan Kepala Daerah Serentak

Pemilihan Kepala Daerah merupakan salah satu sistem pemilihan yang dilakukan untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota yang masing masing sebagai kepala pemerintahan daerah di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Dasar konstitusional sistem Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia terdapat dalam Pasal 18 ayat (4) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”. Frasa “dipilih secara demokratis” mengundang tafsir bahwa Kepala Daerah dapat dipilih secara tidak langsung atau dipilih secara langsung oleh rakyat. Dengan melalui proses perubahan sistem Pemilihan Kepala Daerah yang cukup panjang, akhirnya sampai pada satu keputusan, yaitu bahwa saat ini Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon secara langsung oleh rakyat lokal. Dengan sistem Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, rakyat lokal/masyarakat mempunyai hak penuh dalam menentukan corak pemerintahan daerah melalui para wakil rakyat yang dipilih. Dasar hukum pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yaitu diatur dalam Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang yang telah diubah terakhir kali menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang. Dalam undang-undang ini juga disebutkan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi “Pemilihan dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

(6)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 6 | P a g e

2.

Prinsip-prinsip Penegakan Hukum Pemilu

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi Negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi , dan melindungi administrasi Negara itu sendiri. Berdasarkan definisi tersebut dalam hukum administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu pertama aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat perlengkapan Negara itu melakukan tugasnya.; kedua, aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara alat perlengkapan administrasi Negara atau Pemerintah dengan para warga negaranya.

Dapatlah disebutkan bahwa hukum administrasi adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit. Secara garis besar mengatur hal-hal antara lain :

a. perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik,

b. kewenangan pemerintah (dalam melakukan perbuatan dibidang public tersebut), didalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya;penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrument hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrument hukum,

c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atas penggunaan kewenangan pemerintah itu.

b. penegakan hukum dan penerapan sanki-sanki dalam bidang pemerintahan.

Menurut Philipus M. Hadjon, ada tiga macam fungsi HAN, yakni fungsi normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling berkaitan satu sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan kekuasaan memerintah jelas berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan memerintah dan pada akhirnya norma pemerintahan dan instrumen pemerintahan yang digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi Warga Negara.1

1Philipus M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Adinimitrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University,

(7)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 7 | P a g e

2.2 Fungsi Hukum Adminitrasi Negara

2.2.1 Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara

Penentuan norma HAN dilakukan melalui beberapa tahap. Untuk dapat menemukan normanya perlu melihat serangkaian peraturan perundang-undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Tata Usaha Negara yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pada umumnya ketentuan undang-undang yang berkaitan dengan HAN hanya memuat norma-norma pokok atau umum, sementara periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan.

Setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum harus didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan tindakan, terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan dalam undang-undang. Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait. Ketika pemerintah tidak menemukan dasar legalitas dari tindakan yang akan diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil tindakan, maka pemerintah menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan Freies

Ermessen.

2.2.2 Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara

Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen yuridis, seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya. Dalam Negara di era sekarang ini khususnya yang menganut type welfare state, pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi logis, termasuk memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis sebagai sarana untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan. Pembuatan instrumen yuridis oleh pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku atau didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Hukum Administrasi Negara memberikan beberapa ketentuan tentang pembuatan instrumen yuridis, sebagai contoh mengenai pembuatan keputusan.

(8)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 8 | P a g e

2.2.3 Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara

Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindakannya dengan baik dan benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan kata lain, melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hukum.

Di dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat, menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.

2.2.4 Etika Penyelenggaraan Pemilu

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethios yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan dimana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang dilakukan. Menurut Frans Magnis Suseno, etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.2 Dengan demikian etika mengandung

makna nilai kebaikan dan kemanusiaan setiap umat manusia.

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa etika mengandung nilai kebaikan, maka adalah suatu keniscayaan bahwa semua Penyelenggara Negara harus menjadikan nilai-nilai kebaikan tersebut sebagai pedoman dalam bertindak atau dalam mengambil keputusan, tidak terkecuali penyelenggara pemilu. Pemilihan umum merupakan sarana dan instrument dalam rangka menghimpun semua kekuatan politik yang terpolarisasi dalam panggung politik menjadi satu suara yang pada rangkaian berikutnya bukan lagi sebagai aspirasi politik semata, tetapi memuat cita-cita dan harapan akan suatu kehidupan yang lebih baik dan layak. Dengan demikian penyelenggaraan Pemilu harusdilaksanakan secara demokratis agar tujuan pelaksanaan pemilu tersebut terpenuhi. Pemilu yang demokratis hanya dapat dicapai apabila pihak –pihak yang terlibat menerapkan nilai-nilai kebaikan (etika), utamanya Penyelenggara Pemilu.

(9)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 9 | P a g e Dalam praktek selama ini di Indonesia, nilai-nilai etika sering diabaikan terutama oleh Penyelenggara Negara. Dalam Penyelenggaraan Pemilu banyak sekali fakta ketidakwajaran yang ditemukan yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu itu sendiri melalui praktek terselubung dengan peserta pemilu. Untuk memperbaiki keadaan tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu mengamanahkan Pembentukan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pengaduan dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kose etik yang dilakukan oleh jajaran KPU dan Bawaslu. Berdasarkan Undang tersebut juga mengamanahkan penyusunan dan penetapan kode etik yang berlaku bagi jajaran KPU dan Bawaslu. Adapun Kode etik tersebut dituangkan dalam dokumen Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP. Berdasarkan peraturan kode etik tersebut terdapat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh jajaran penyelenggara pemilu yaitu:

a. Menggunakan kewenangan berdasarkan hukum; b. Bersikap dan bertindak non partisan dan imparsial; c. Bertindak transparan dan akuntabel;

d. Melayani pemilih menggunakan hak pilihnya; e. Tidak melibatkan diri dalam konflik kepentingan; f. Bertindak profesioanal; dan

g. Administrasi Pemilu yang akurat.

Dalam melaksanakan asas mandiri dan adil, Penyelenggara Pemilu berkewajiban: a. bertindak netral dan tidak memihak terhadap partai politik tertentu, calon,

peserta pemilu, dan media massa tertentu;

b. memperlakukan secara sama setiap calon, peserta Pemilu, calon pemilih, dan pihak lain yang terlibat dalam proses Pemilu;

c. menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap pelaksanaan tugas dan menghindari dari intervensi pihak lain;

d. tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan atas masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses Pemilu;

e. tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat partisan dengan pemilih;

f. tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang secara jelas menunjukkan sikap partisan pada partai politik atau peserta Pemilu tertentu;

g. tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak menanyakan pilihan politik kepada orang lain;

(10)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 10 | P a g e h. memberitahukan kepada seseorang atau peserta Pemilu selengkap dan secermat mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan yang dikenakannya;

i. menjamin kesempatan yang sama kepada setiap peserta Pemilu yang dituduh untuk menyampaikan pendapat tentang kasus yang dihadapinya atau keputusan yang dikenakannya;

j. mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang terjadi dan mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara adil;

k. tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun dari peserta Pemilu, calon peserta Pemilu, perusahaan atau individu yang dapat menimbulkan keuntungan dari keputusan lembaga penyelenggara Pemilu.

Dalam melaksanakan asas kepastian hukum, Penyelenggara Pemilu berkewajiban: a. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang secara tegas

diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan;

b. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang sesuai dengan yurisdiksinya;

c. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu, menaati prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; dan

d. menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Pemilu sepenuhnya diterapkan secara tidak berpihak dan adil.

Dalam melaksanakan asas jujur, keterbukaan, dan akuntabilitas, Penyelenggara Pemilu berkewajiban:

a. menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan perundang-undangan, tata tertib, dan prosedur yang ditetapkan;

b. membuka akses publik mengenai informasi dan data yang berkaitan dengan keputusan yang telah diambil sesuai peraturan perundang-undangan;

c. menata akses publik secara efektif dan masuk akal serta efisien terhadap dokumen dan informasi yang relevan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam proses kerja lembaga penyelenggara Pemilu serta upaya perbaikannya;

e. menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;

f. memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai keputusan yang telah diambil terkait proses Pemilu; dan

(11)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 11 | P a g e g. memberikan respon secara arif dan bijaksana terhadap kritik dan pertanyaan

publik.

3. Jenis-Jenis Pelanggaran

Dalam Pemilihan Kepala Daerah, terdapat 4 (empat) jenis pelanggaran, yaitu pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana, dan pelanggaran kode etik dan pelanggaran TSM (Terstruktur, Sistematis dan Masiv) :

Pelanggaran Adminitrasi

Pelanggaran Kode Etik

Pelanggaran Pidana Pelanggaran Terstruktur, Sistematis

dan Masiv Pelanggaran yang

meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan Pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan yang berpedoman pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilihan Pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pemilihan Pelanggaran yang dilakukan oleh calon dan/tim kampanye

dalam bentuk

menjanjikan dan/atau

memberikan uang

atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara

pemilihan dan/atau

pemilih yang

dilakukan secara terencana dan meluas dengan melibatkan struktur

pemerintahan atau penyelenggara

pemilihan yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan secara langsung.

(12)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 12 | P a g e

3.1 Tata Cara Penerimaan Laporan dan Temuan Pelanggaran

Pemilihan

3.1.1 Penerimaan Laporan

➢ Pengawas Pemilihan menerima laporan dugaan pelanggaran Pemilihan dari Pelapor ➢ Peserta Pemilihan dalam menyampaikan laporan dugaan pelanggaran dapat diwakili

tim kampanye dan/atau pihak lain yang ditunjuk oleh Peserta Pemilihan disertai dengan surat kuasa.

➢ Laporan dugaan pelanggaran Pemilihan disampaikan kepada Pengawas Pemilihan sesuai dengan tempat terjadinya dugaan pelanggaran pemilihan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diketahuinya dan/atau ditemukannya dugaan pelanggaran.

➢ Laporan dugaan pelanggaran Pemilihan disampaikan secara langsung di Kantor Bawaslu atau di Kantor Pengawas Pemilihan yang dituangkan dalam Formulir Model A.1.

➢ Pelapor menandatangani formulir penerimaan laporan dugaan pelanggaran Pemilihan yang dituangkan dalam Formulir Model A.1.

➢ Dalam mengisi formulir penerimaan laporan (Formulir Model A.1), Pelapor melengkapi isian dalam formulir dan menyertakan hal-hal sebagai berikut:

fotokopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik dan/atau kartu identitas lain; dan nama serta alamat saksi

➢ Laporan yang disampaikan kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota dapat dilimpahkan atau diteruskan secara berjenjang kepada Pengawas Pemilihan untuk ditindaklanjuti.

PELAPOR

Organisasi kemasyarakatan dalam

negeri yang terdaftar di Pemerintahan Lembaga pemantau pemilihan asing Peserta Pemilihan Pemantau Pemilihan WNI yang mempunyai

hak pilih pada pemilihan setempat

(13)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 13 | P a g e ➢ Pelimpahan atau penerusan laporan dugaan pelanggaran Pemilihan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota dilakukan paling lama 1 (satu) hari sejak laporan diterima.

➢ Pengawas Pemilihan memastikan identitas Pelapor:

Pelapor adalah WNI mempunyai hak pilih pada pemilihan setempat, dilakukan pencocokan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP);

Pelapor adalah peserta Pemilihan atau dapat diwakili tim kampanye dan/atau pihak lain yang ditunjuk oleh Peserta Pemilihan disertai dengan surat kuasa. Pelapor adalah pemantau Pemilihan yang terdaftar dan memperoleh akreditas dari KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan cakupan wilayah pemantauannya.

Jika syarat sebagai Pemantau Pemilihan belum terpenuhi, laporan dapat masuk dalam kategori WNI yang mempunyai hak pilih pada pemilihan setempat.

➢ Pengawas Pemilihan meneliti pemenuhan syarat formal dan syarat materil.

➢ Dalam hal syarat formal dan syarat materiel belum terpenuhi, petugas penerima laporan melakukan konfirmasi kepada Pelapor untuk segera melengkapi persyaratan dengan memperhatikan batas waktu pelaporan.

➢ Dalam hal laporan dugaan pelanggaran tidak memenuhi syarat formil tetapi memenuhi syarat materil, menjadi informasi awal adanya dugaan pelanggaran yang ditindaklanjuti oleh Pengawas Pemilihan dengan melakukan penelusuran untuk dapat dijadikan Temuan.

➢ Dalam hal laporan dugaan pelanggaran yang tidak memenuhi syarat materil, Pengawas Pemilihan melakukan kajian bahwa laporan tidak dapat diterima.

➢ Dalam hal laporan dugaan pelanggaran Pemilihan memenuhi syarat formal dan syarat materil, petugas penerima laporan melakukan penomoran register pada tanda bukti penerimaan laporan (Formulir Model A.3) menggunakan penomoran yang sama dengan nomor pada formulir penerimaan laporan (Formulir Model A.1). Format penomoran register dibuat sesuai ketentuan dalam lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017.

➢ Tanda bukti penerimaan laporan dugaan pelanggaran (Formulir Model A.3) dibuat dalam 2 (dua) rangkap.

➢ Petugas penerima laporan wajib memberikan 1 (satu) rangkap tanda bukti penerimaan laporan kepada Pelapor dan 1 (satu) rangkap untuk Pengawas Pemilihan.

➢ Petugas penerima laporan melakukan pencatatan atas penerimaan laporan tersebut dalam buku register penerimaan laporan.

(14)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 14 | P a g e Model A.1 PENERIMAAN LAPORAN Nomor : …./LP/.../BULAN…/TAHUN…. Nasional : …………. Provinsi : …………. Kabupaten/Kota : …………. Kecamatan : …………. Desa/Kelurahan : …………. 1. Pelapor a. Nama :... b. Nomor Identitas (KTP/Paspor/SIM) : ... c. Tempat/Tgl Lahir : ... d. Jenis Kelamin : ... e. Pekerjaan : ... f. Kewarganegaraan : ... g. Alamat : ... h. No. Telp/HP : ... i. Fax : ... j. E-Mail : ... 2. Peristiwa yang dilaporkan

a. Peristiwa : ... b. Tempat Kejadian : ... c. Hari dan Tanggal Kejadian : ... d. Waktu Kejadian : ... e. Terlapor : ... f. Alamat Terlapor** : ... g. No. Telp/HP Terlapor : ... 3. Saksi – saksi 1. Nama : ... Alamat** : ... No. Telp/Hp : ... 2. Nama : ... Alamat** : ... No. Telp/Hp : ... 3. Nama : ... Alamat** : ... No. Telp/Hp : ... 4. Bukti-Bukti* : a. ... b. ... c. ...

(15)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 15 | P a g e CAP

5. Uraian singkat kejadian:

………... ………... ………... ………... ………... ………... Dilaporkan di : Hari dan Tanggal :

Waktu :

Saya menyatakan bahwa isi laporan ini adalah yang sebenar-benarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum.

Penerima Laporan

………..

Pelapor

………

Keterangan: *tidak wajib diisi.

**jika alamat tempat tinggal lengkap tidak diketahui, cukup disebutkan dusun/desa/kelurahan

(16)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 16 | P a g e CAP

Model A.3 TANDA BUKTI PENERIMAAN LAPORAN

No.../LP/... /../201..

Telah diterima dari

Nama :

Organisasi :

Alamat :

No. Telp/HP :

Hari dan Tanggal :

Waktu :

_________, _______________** Diterima oleh,

________________ _________________

Penerima Laporan Pelapor

Keterangan:

* Sesuai dengan Nomor laporan. ** Tempat, tanggal, bulan, tahun.

(17)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 17 | P a g e

3.1.2 Temuan Dugaan Pelanggaran

➢ Hasil pengawasan Pengawas Pemilihan dituangkan ke dalam Formulir Model A Pengawasan.

➢ Jika hasil pengawasan (Formulir Model A Pengawasan) diduga terdapat dugaan pelanggaran pemilihan, maka disampaikan dalam rapat pleno pengawas Pemilu untuk diputuskan menjadi temuan.

➢ Temuan dugaan pelanggaran Pemilihan ditetapkan melalui rapat pleno paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukan dugaan pelanggaran. ➢ Pengisian formulir temuan (Formulir Model A.2 Temuan) memperhatikan

syarat sebagai berikut:

a. Penemu dugaan pelanggaran merupakan pengawas Pemilihan;

b. Waktu temuan tidak melebihi ketentuan batas waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukan dugaan pelanggaran; c. Identitas pelaku; dan

d. Peristiwa dan uraian kejadian.

➢ Temuan dugaan pelanggaran Pemilihan yang telah ditetapkan melalui rapat pleno dilakukan registrasi dengan penomoran sesuai ketentuan dalam lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017.

(18)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 18 | P a g e

LAPORAN HASIL PENGAWASAN PEMILU

__________________________________________________________________ I. Data Pengawas Pemilu:

Nama Pelaksana Tugas Pengawasan :……..………

Jabatan* :………..

Nomor Surat Perintah Tugas :…….……….

Alamat** :….……….

II. Kegiatan Pengawasan***:

1. Kegiatan I

a. Bentuk : ……… b. Tujuan : ……… c. Sasaran : ……… d. Waktu Dan Tempat : ……… 2. Kegiatan II

a. Bentuk : ……… b. Tujuan : ……… c. Sasaran : ……… d. Waktu Dan Tempat : ……… 3. Kegiatan III

a. Bentuk : ……… b. Tujuan : ……… c. Sasaran : ……… d. Waktu Dan Tempat : ………

III. Informasi Dugaan Pelanggaran :

1. Peristiwa a. Peristiwa :... b. Tempat Kejadian :... c. Waktu Kejadian :... d. Pelaku***** :... e. Alamat :... 2. Saksi – saksi : 1. Nama : ... Alamat : ... 2. Nama : ... Alamat : ... 3. Bukti-Bukti : a. ... b. ... c. ...

4. Uraian singkat Dugaan Pelanggaran :

………. ………. ………. ………, ..., 20...….. Pelaksana Tugas, ……….. Formulir Model A KOP LEMBAGA*

(19)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 19 | P a g e Model A2 FORMULIR TEMUAN Nomor :…./TM/... /BULAN…/TAHUN…. Nasional : ……….……. Provinsi : ……….…. Kabupaten/Kota : ……….……. Kecamatan : ……….……. Desa/Kelurahan : ……….……. 1. Data Pengawas a. Nama : ... b. Jabatan : ... c. Alamat : ... 2. Peristiwa yang dilaporkan

a. Peristiwa : ... b. Tempat Kejadian : ... c. Hari dan Tanggalditemukan : ... d. Waktu Kejadian : ... e. Terlapor : ... f. Alamat Terlapor** : ... g. No. Telp/HP Terlapor : ... 3. Saksi – saksi 1. Nama : ... Alamat** : ... No. Telp/Hp : ... 2. Nama : ... Alamat** : ... No. Telp/Hp : ... 4. Bukti-Bukti : a. ... b. ... c. ... d. ... e. ... 5. Uraian singkat kejadian :

………... ……… Pengawas Pemilu, ………... Penerima Temuan, ...

(20)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 20 | P a g e

BAGAN PROSES TEMUAN

HASIL PENGAWASAN

RAPAT PLENO

➢ Hari temuan dihitung sejak hari saat Pengawas Pemilihan mengetahui dan/atau menemukan dugaan pelanggaran Pemilihan.

TERDAPAT DUGAAN PELANGGARAN PEMILIHAN

TIDAK TERDAPAT DUGAAN PELANGGARAN PEMILIHAN

REGISTRASI

(21)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 21 | P a g e

3.2 Pelapor, Isi Laporan dan Batas Waktu Pelaporan

3.3

Syarat Formil dan Materil Laporan

Syarat Formil Syarat Materil

a. Pihak-pihak yang berhak

melaporkan

b. Waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu; dan

c. Keabsahan laporan dugaan pelanggaran dan/atau tindak pidana pemilihan yang melaiputi:

i. Kesesuaian tanda tangan dalam formulir laporan dengan kartu identitas; ii. Tanggal dan waktu pelaporan.

a. Identitas pelapor;

b. Nama dan alamat terlapor; c. Peristiwa dan uraian kejadian; d. Waktu dan tempat peristiwa terjadi; e. Saksi-saksi yang mengetahui peristiwa

terjadi; dan

f. Barang bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui.

Pelapor

Isi Laporan

Batas Waktu Laporan

Laporan dapat diajukan oleh: 1. Warga Negara Indonesia

yang mempunyai hak pilih pada pemilihan setempat; 2. Pemantau Pemilihan; dan /

atau

3. Peserta Pemilihan.

Laporan yang disampaikan berisi: 1. nama dan alamat

pelapor; 2. pihak terlapor; 3. waktu dan tempat

kejadian perkara; dan

4. uraian kejadian

Laporan disampaikan kepada Pengawas Pemilu paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui pelanggaran Pemilu.Laporan yang disampaikan dituangkan dalam Formulir Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilu (Formulir Model A.1).

(22)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 22 | P a g e PEMILIH PEMANTAU PEMILU PESERTA PEMILU LAPORAN PELANGGARAN PEMILU P E N G A W A S P E M I L U PENGKAJIAN KLARIFIKASI PENGUMPULAN BUKTI PEMBERKASAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PELANGGARAN PIDANA 3 HR 3HR/5HR PELANGGARAN KODE ETIK BUKAN PELANGGARAN SENGKETA PEMILU ALUR PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN GUBERNUR,

BUPATI/WALIKOTA

3.4 Bentuk-bentuk Formulir Penindakan Pelanggaran

NO JENIS FORMULIR FUNGSI/KEGUNAAN

1. MODEL A HASIL PENGAWASAN

2. MODEL A.1 PENERIMAAN LAPORAN

3. MODEL A.2 FORMULIR TEMUAN

4. MODEL A.3 TANDA BUKTI PENERIMAAN LAPORAN

5. MODEL A.4 UNDANGAN KLARIFIKASI

6. MODEL A.5 BERITA ACARA SUMPAH/JANJI

7. MODEL A.6 BERITA ACARA KETERANGAN AHLI

8. MODEL A.7 BERITA ACARAS KLARIFIKASI

9. MODEL A.8 KAJIAN DUGAAN PELANGGARAN

10. MODEL A.9 SURAT PENERUSAN DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK

11. MODEL A.10 SURAT PENERUSAN DUGAAN PELANGGARAN ADMINISTRASI

12. MODEL A.11 SURAT PENERUSAN DUGAAN PELANGGARAN PIDANA

13. MODEL A.12 SURAT PENERUSAN PELANGGARAN HUKUM LAINNYA

14. MODEL A.13 STATUS LAPORAN

ALUR PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA ALUR PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI

(23)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 23 | P a g e ALUR PENYELESAIAN TINDAK PIDANA

ALUR PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK

UU 10/2016 TINDAK PIDANA PS. 146 DITERUSKAN MELALUI PENGAWAS PEMILU PENYIDIK POLISI SELESAI TIDAK DITERUSKAN

BUKAN TINDAK PIDANA PEMILIHAN KURANG BUKTI

DIHENTIKAN DEMI HUKUM

JAKSA PN SELESAI PT SELESAI 7 HR 14 HR 3 HR TD K D I T E R U S K A N SELESAI

BUKAN TINDAK PIDANA PEMILIHAN KURANG BUKTI

DIHENTIKAN DEMI HUKUM PERPPU No 1 TH 2014 5 HR 7 HR 3 HR BANDING 3 HR 3 HR REKOMENDASI PENGAWAS PEMILU DITERUSKAN DKPP DIBERI SANKSI : •TEGURAN •PEMBERHENTIAN DIREHABILITASI

(24)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 24 | P a g e

4. Proses Penindakan Pelanggaran

Tindak pidana Pemilihan merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 10 Tahun 2016.

➢ Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PKD, dan Pengawas TPS menemukan dan/atau menerima laporan pelanggaran Pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan.

➢ Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud diatas dapat disampaikan oleh:

1) Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih pada pemilihan setempat;

2) pemantau Pemilihan; atau 3) peserta Pemilihan.

(25)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 25 | P a g e ➢ Laporan pelanggaran Pemilihan disampaikan secara tertulis yang memuat paling

sedikit:

1) nama dan alamat pelapor; 2) pihak terlapor;

3) waktu dan tempat kejadian perkara; dan 4) uraian kejadian.

➢ Temuan/Laporan pelanggaran Pemilihan disampaikan kepada Pengawas Pemilihan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran Pemilihan.

➢ Temuan/Laporan yang mengandung dugaan tindak pidana pemilihan yang diterima Pengawas Pemilihan dalam waktu paling lama 1X24 Jam dibahas dalam forum Sentra Gakkumdu

➢ Dalam hal laporan pelanggaran Pemilihan telah dikaji dan terbukti kebenarannya, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PKD, dan Pengawas TPS wajib menindaklanjuti laporan paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima.

➢ Dalam hal diperlukan, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PKD, dan Pengawas TPS dapat meminta keterangan tambahan dari pelapor dalam waktu paling lama 2 (dua) hari.

➢ Temuan/ Laporan dugaan tindak pidana Pemilihan diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak diputuskan oleh Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan.

➢ Selama waktu penanganan dugaan pelanggaran tersebut, Pengawas Pemilihan melakukan pengkajian terhadap laporan/temuan yang telah diregister.

➢ Dalam proses pengkajian, Pengawas Pemilihan dapat meminta kehadiran Pelapor, Terlapor, pihak yang diduga sebagai pelaku pelanggaran, saksi untuk diklarifikasi atau ahli untuk didengar keterangannya di bawah sumpah;

➢ Pengawas Pemilihan memberikan surat undangan kepada para pihak yang hendak dimintai keterangan/klarifikasi dengan menggunakan Formulir Model A.4

Waktu Penindakan Dugaan Pelanggaran

3 + 2 = 5 Hari

(26)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 26 | P a g e CAP

Model A.4

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor :

Hal : Undangan Klarifikasi Kepada Yth

………. di -………...….. 1. Dasar :

a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2014 tentang

Pengawasan Pemilihan Umum.

2. Berdasarkan Laporan/Temuan* Nomor……….., bersama ini kami Bawaslu/ BawasluKabupaten/Kota/Bawaslu Kabupaten/Kota/Panwaslu Kecamatan mengundang Sdr. ……….. untuk memberikan keterangan dalam klarifikasi perihal...**

3. Klarifikasi akan dilaksanakan pada: a. Hari dan Tanggal :

b. Waktu :

c. Pukul :

d. Tempat :

e. Bertemu dengan :

4. Demikian untuk menjadi maklum.

_________, _______________***

PENGAWAS PEMILU...**** KETUA,

...

Keterangan

*Coret yang tidak perlu.

**Uraikan secara jelas klarifikasi yang akan dilakukan. *** Tempat, tanggal, bulan, tahun. disesuaikan

(27)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 27 | P a g e ➢ Sebelum dimintai keterangan/klarifikasi, Pelapor, Terlapor dan/atau Saksi diminta untuk mengisi Formulir Model A.5 yang dibubuhi materai. Sementara untuk Ahli yang hendak dimintai keterangan diminta untuk mengisi Formulir Model A.6

Model A.5 KOP PENGAWAS PEMILU

KETERANGAN/KLARIFIKASI DI BAWAH SUMPAH/JANJI Pertanyaan:

Apakah Saudara bersedia memberikan keterangan/klarifikasi dibawah sumpah/janji? Jawaban:

Ya, saya bersedia/tidak bersedia …………..

---Pada hari ini …… tanggal ….bulan ……., pukul ………WIB/WITA/WIT, saya: ---: _________________: ---

Bersedia bersumpah/berjanji sesuai dengan agama dan kepercayaan yang saya anut, yakni agama ....……….*terkait dengan ………...……..**

Demi Allah (bagi yang beragama Islam)/ ………. (bagi yang beragama ………...)*, bahwa saya akan memberi keterangan/klarifikasi yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.

Demikian sumpah/janji saya, dan akan saya pertanggungjawabkan sesuai tuntunan agama dan kepercayaan yang saya anut.

Saya yang bersumpah/berjanji,

Meterai Rp 6000 ………. (Nama dan tandatangan)

Keterangan:

* Disesuaikan dengan agama/kepercayaan pihak yang bersumpah. ** Disesuaikan dengan dugaan pelanggaran yang dilaporkan.

(28)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 28 | P a g e Model A.6 KOP PENGAWAS PEMILU

KETERANGAN AHLI DI BAWAH SUMPAH/JANJI

Pertanyaan:

Apakah Saudara bersedia memberikan keterangan dibawah sumpah/janji? Jawaban:

Ya, saya bersedia/tidak bersedia …………..

---Pada hari ini …… Tanggal ….bulan ……., pukul ………WIB/ WITA/ WIT, saya: ---:_____________________: ---

Bersedia bersumpah/berjanji sesuai dengan agama dan kepercayaan yang saya anut, yakni agama ……….* terkait dengan ...………..**

Demi Allah (bagi yang beragama Islam)/ ……….. (bagi yang beragama .………..)*, bahwa saya akan memberi keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Demikian sumpah/janji saya, dan akan saya pertanggungjawabkan sesuai tuntunan agama dan kepercayaan yang saya anut.

Saya yang bersumpah, Meterai Rp 6000 ………. (Nama dan tandatangan)

Keterangan:

* Disesuaikan dengan agama/kepercayaan pihak yang bersumpah. ** Disesuaikan dengan keterangan yang akan disampaikan.

(29)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 29 | P a g e ➢ Keterangan/klarifikasi yang diberikan oleh Pelapor,Terlapor, Saksi dan/atau Ahli oleh Pengawas Pemilihan dituangkan dalam Berita Acara Klarifikasi Formulir Model A.7

Model A.7 KOP PENGAWAS PEMILU

BERITA ACARA KLARIFIKASI

---Pada hari ini …… Tanggal ….bulan …….tahun..., pukul ……… WIB/ WITA/ WIT, saya---

---: ___________________ : ---

Anggota Bawaslu/ Bawaslu Kabupaten/Kota/Kecamatan *, dan bertindak atas nama

lembaga (Bawaslu/ Bawaslu Kabupaten/Kota/ Panwaslu

Kabupaten/Kota/Kecamatan…………*), telah meminta keterangan dari seorang yang bernama:

---: __________________: ---

Dilahirkan di ... tanggal ...Bulan ...Tahun ... (umur ...Tahun), pekerjaan ..., Agama: ..., Kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di ………...

Dia (...) didengar keterangannya sebagai ………., terkait dengan………...……… …………...

Atas pertanyaan Saya, selaku Anggota Bawaslu/ BawasluKabupaten/Kota/ BawasluKabupaten/Kota/Kecamatan*, yang bersangkutan menjawab serta menerangkan sebagai berikut:

PERTANYAAN:

Pertanyaan Pembuka

01. Apakah Saudara pada hari ini berada dalam kondisi sehat jasmani dan rohani untuk memberikan keterangan atau jawaban terkait dengan laporan di atas ………? 01. ...Jawaban).---

02. Apakah pada hari ini (sesuai tanggal, bulan, dan tahun tersebut di atas), Saudara bersedia untuk memberikan keterangan atau jawaban terkait dengan adanya...?---

02. ...Jawaban).---

03. Mengertikah Saudara mengapa dimintai keterangan seperti saat ini? Jelaskan! --- 03. ...Jawaban).---

Pertanyaan Isi (Berkaitan dengan Kasus)*

04. ...**-- 04. ...Jawaban).--- 05. ...**-- 05. ...Jawaban).--- 06. ...**-- 06. ...Jawaban).---

(30)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 30 | P a g e Pertanyaan Penutup

07. Apakah menurut Saudara, semua keterangan atau jawaban yang Saudara sampaikan sudah benar dan dapat dipertanggung jawabkan di depan hukum?---07. ...Jawaban).---

08. Apakah masih ada keterangan lain atau keterangan tambahan yang ingin Saudara sampaikan?---

08. ...Jawaban).---

09. Apakah Saudara bersedia untuk memberikan keterangan kembali apabila diperlukan ? ---

09. ...Jawaban).---

10. Apakah Saudara dalam memberi keterangan atau jawaban merasa tertekan atau terpaksa karena tekanan oleh pemeriksa atau pihak lain?.--

10. ...Jawaban).---

---Setelah keterangan diberikan/disampaikan, hasilnya dibacakan kembali kepada pihak yang memberi keterangan/jawaban dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Setelah diakui kebenaran atas keterangan/jawaban yang disampaikan kepada Panwas, pemberi keterangan membubuhkan tanda tangan di atas meterai Rp.6.000,- seperti di bawah ini.---

YANG MEMBERI KETERANGAN,

(………)

--- Demikian berita acara klarifikasi ini dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian ditutup dan ditanda tangani di ..., pada hari ... tanggal ...Tahun 20...---

YANG MEMINTA KETERANGAN,

( ………..)

Keterangan

*Coret yang tidak perlu

**Pengawas Pemilu menambah pertanyaan lebih detail untuk menggali informasi atau

kesesuaian keterangan saksi serta mendapatkan bukti dengan substansi dan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan penanganan kasus.

(31)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 31 | P a g e ➢ Sesuai Pasal 37 Peraturan Bawaslu Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pengawasan Pemilihan Umum. Bahwa Pengawas Pemilu dapat meminta kehadiranPelapor, Terlapor Pihak yang diduga pelaku pelanggaran, saksi, dan/atau Ahli untuk didengar keterangan dan/atau klarifikasinya dibawah sumpah,. Keterangan dan/atau klarifikasi dibuat dalam Berita Acara klarifikasi dengan menggunakan Formulir Model A-8.

➢ bahwa dalam proses pengkajian laporan pelanggaran, Pengawas Pemilu dapat meminta kehadiran Pelapor, Terlapor, Saksi dan/atau Ahli untuk didengar keterangan dan/atau klarifikasinya.

➢ Klarifikasi bertujuan menguji kebenaran, atau melengkapi informasi yang telah diperoleh, atau mendapatkan suatu informasi yang diperlukan dari seseorang melalui proses tanya jawab.

➢ Pengawas Pemilu mengundang Pihak-Pihak yang akan dimintai

keterangan/klarifikasinya secara layak, mengingat keterbatasan waktu. undangan klarifikasi disampaikan dalam kondisi dan situasi yang layak sehingga pihak yang diundang untuk klarifikasi dapat menerima dan bisa hadir.

➢ Undangan klarifikasi disampaikan dan untuk kepentingan substansi klarifikasi, Pengawas Pemilu dapat menyesuaikan isi surat undangan klarifikasi dengan konteks laporan yang sedang ditangani.

➢ Proses klarifikasi dilakukan dengan membuat Berita Acara yang berisi pertanyaan dan jawaban. Berita Acara Klarifikasi dibuat rangkap dan ditandatangani oleh kedua pihak (yang melakukan kalrifikasi dan yang dimintakan klarifikasi). Tanda tangan dilakukan oleh salah satu pihak diatas materai.

➢ Sentra Gakkumdu melakukan pembahasan kedua jika adanya dugaan pelanggaran tindak pidana Pemilihan terhadap laporan/temuan pelanggaran paling lama 5 (lima) hari sejak laporan/temuan diterima oleh Pengawas Pemilihan. Pengawas Pemilihan melakukan kajian terhadap hasil klarifikasi dan rapat pleno yang telah dilakukan dengan menggunakan Formulir Model A.8 Kajian Dugaan Pelanggaran.

(32)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 32 | P a g e CAP

Model A.8 KAJIAN DUGAAN PELANGGARAN

*Nomor : ... Nasional :…………. Provinsi :…………. Kabupaten/Kota :…………. Kecamatan :…………. Desa/Kelurahan :... I. Pokok Masalah : ………. II. D a t a : Pelapor/Penemu ** : ... Pekerjaan/Jabatan : ... Alamat : ... Terlapor/Pelaku*** : ... Pekerjaan : ... Alamat : ... Tanggal Laporan/Temuan : ... Tanggal Peristiwa : ... Bukti-Bukti : ... : ... : ... III. Kajian/Pembahasan : Dasar Hukum :…... Fakta dan keterangan :... Pembahasan/Kajian :...………...…………... IV. Kesimpulan :………...………. V. Rekomendasi :………...…………. ____________, _______________**** PENGAWAS PEMILU...***** ...****** ...

(33)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 33 | P a g e Kajian dugaan pelanggaran Pemilihan adalah penulisan hasil rangkaian proses administrasi, pengumpulan bukti, klarifikasi, analisis hukum, kesimpulan, dan rekomendasi atas temuan dan/atau laporan pelanggaran Pemilihan sebagai dasar untuk memutuskan suatu temuan atau laporan sebagai pelanggaran atau bukan pelanggaran, atau pelanggaran tertentu, dan sanksi yang direkomendasikan kepada pihak yang berwenang.

Kasus Posisi

Uraian singkat peristiwa dugaan pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota yang dilaporkan atau ditemukan.

Data

Data dan identitas pelapor dan terlapor disesuaikan dengan data identitas resmi (KTP/Paspor/SIM) dan data terlapor yang disampaikan pada saat menyampaikan laporan dan/atau pada saat memberikan keterangan.

Rekomen

dasi

Kesimpulan

Kajian

Data

Kasus

Posisi

Sistematika

Kajian

(34)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 34 | P a g e Kajian

▪ Dasar Hukum

Dasar kewenangan Pengawas Pemilu sesuai jenjang untuk menerima laporan/temuan, menindaklanjuti laporan/temuan, dan merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berwenang.

▪ Fakta

Uraian tentang peristiwa hukum dan kejadian yang terkait dengan dugaan pelanggaran yang dilaporkan/ditemukan dan dokumen atau informasi yang diperoleh pada saat klarifikasi.

Analisis

▪ Tentang Temuan/Laporan, Menguraikan tentang peristiwa yang ditemukan/dilaporkan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran Pemilihan. ▪ Tentang Penemu/Pelapor, Menguraikan tentang kedudukan hukum (legal standing) penemu/pelapor dalam menemukan/melaporkan dugaan pelanggaran Pemilihan.

▪ Tentang Terlapor, Menguraikan tentang pihak yang dilaporkan oleh penemu/pelapor ke Pengawas Pemilihan.

▪ Tentang Waktu Temuan/Laporan, Menguraikan tentang batas waktu temuan atau pelaporan (daluarsa) yang bersyarat untuk dilaporkan ke Pengawas Pemilihan.

▪ Tentang Dugaan Pelanggaran, Mengurai peristiwa yang dilaporkan dengan pasal-pasal yang diduga dilanggar, melakukan analisa terhadap unsur-unsur dugaan pelanggaran dan tindak pidana pemilihan, dan merumuskan pendapat hukum dengan cara mengaitkan fakta dan keterangan (fakta hukum) dengan bukti, barang bukti, dan alat bukti.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan kajian Pengawas Pemilihan meyimpulkan hasil analisis terhadap unsur-unsur dugaan pelanggaran Pemilihan dengan mengaitkan fakta/keterangan hukum dengan bukti. Apakah laporan atau temuan dugaan pelanggaran adalah merupakan pelanggaran Pemilihan dengan menyatakan pasal-pasal yang diduga dilanggar menurut Peraturan perundangundangan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

Rekomendasi

Rekomendasi kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti, yaitu:

▪ Pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan rekomendasi kepada DKPP dengan menggunakan Formulir Model A.9 pada lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017;

(35)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 35 | P a g e Model A.9 KOP BAWASLU

Nomor : ………

Hal : Penerusan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu Kepada Yth.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu di -

………. 1. Dasar :

a. Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen/saksi dan musyawarah Ketua dan Anggota Bawaslu, maka kasus yang dilaporkan/ ditemukan oleh ……… dengan Nomor Laporan/Temuan ………*(terlampir) diduga kuat merupakan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu untuk selanjutnya diteruskan kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.

3. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

_________, _______________** Badan Pengawas Pemilihan Umum

Ketua,

Keterangan

*Coret yang tidak perlu.

** Tempat, tanggal, bulan, tahun.

(36)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 36 | P a g e ▪ Pelanggaran administrasi Pemilihan rekomendasi kepada KPU sesuai tingkatannya dengan menggunakan Formulir Model A.10 pada lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017

Model A.10

KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ………

Hal : Penerusan Pelanggaran Administrasi Pemilu Kepada Yth.

Ketua KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/KPU Kota/PPK/PPS/PPSLN* di -

………. 1. Dasar :

a. Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2017 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen, saksi, kajian dan musyawarah Ketua dan Anggota Pengawas Pemilu, maka kasus yang dilaporkan/ ditemukan oleh ……… dengan Nomor Laporan/Temuan ………*(terlampir) merupakan pelanggaran administrasi Pemilu, selanjutnya diteruskan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/KPU Kota/PPK/ PPS/ PPSLN*untuk ditindaklajuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

_________, _______________** Ketua Pengawas Pemilu...***

(37)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 37 | P a g e ▪ Pelanggaran tindak pidana Pemilihan diteruskan kepada Penyidik Kepolisian

sesuai tingkatannya dalam Sentra Gakkumdu dengan menggunakan Formulir Model A.11 pada lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017;

Model A.11 KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ………

Hal : Penerusan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu Kepada Yth. Kapolri/Kapolda/Kapolwiltabes/Kapoltabes/Kapolres/Kapolresta/Metro/ Kapolsek/Metro/Kapolsekta* di - ………. 1. Dasar:

a. Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2017 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen, saksi, kajian dan musyawarah Ketua dan Anggota Pengawas Pemilu, maka kasus yang dilaporkan/ditemukan* oleh ……… dengan No. Laporan/ Temuan* ………(terlampir) diduga memenuhi unsur-unsur pelanggaran tindak pidana Pemilu, dan selanjutnya diteruskan kepada Kapolri/Kapolda/ Kapolwiltabes/Kapoltabes/Kapolres/Kapolresta/Metro/Kapolsek/Metro/Kapolsekta* untuk ditindaklajuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Demikian untuk menjadi maklum.

_________, _______________** Ketua Pengawas Pemilu...***

(38)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 38 | P a g e ▪ Pelanggaran hukum lainnya bukan merupakan dugaan pelanggaran Pemilihan namun termasuk dugaan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lain, diteruskan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan Formulir Model A.12 pada lampiran Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017.

Model A.12 KOP PENGAWAS PEMILU

Nomor : ………

Hal : Penerusan Pelanggaran Hukum Lainnya Kepada Yth.

Kepala Badan/Kepala Dinas/Ketua/Direktur Jenderal/dst** di -

………. 1. Dasar:

a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang;

b. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2017 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen, saksi, kajian dan musyawarah Ketua dan Anggota Pengawas Pemilu, maka kasus yang dilaporkan/ditemukan* oleh ……… dengan No. Laporan/ Temuan* ………(terlampir) diduga memenuhi unsur-unsur pelanggaran tindak pidana Pemilu, dan selanjutnya diteruskan kepada Kapolri/Kapolda/ Kapolwiltabes/Kapoltabes/Kapolres/Kapolresta/Metro/Kapolsek/Metro/Kapolsekta* untuk ditindaklajuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Demikian untuk menjadi maklum.

_________, _______________** Ketua Pengawas Pemilu...***

Keterangan

*Coret yang tidak perlu.

** Tempat, tanggal, bulan, tahun.

***Disesuaikan dengan nama lembaga.

(39)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 39 | P a g e CAP

▪ Pengawas Pemilihan wajib mengumumkan status penanganan pelanggaran Pemilihan dalam Formulir Model A.13 yang ditempatkan di papan pengumuman Sekretariat Pengawas Pemilihan atau dapat disampaikan kepada Pelapor melalui surat.

Model A.13 KOP PENGAWAS PEMILU

PEMBERITAHUAN TENTANG STATUS LAPORAN/TEMUAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan terhadap laporan/temuan yang masuk dan hasil kajian Pengawas Pemilu maka diberitahukan status laporan/temuan sebagai berikut:

No. NAMA PELAPOR/PENGAWAS

PEMILU* DAN TERLAPOR/PELAKU NOMOR LAPORAN/TEMUAN STATUS LAPORAN/TEMUAN INSTANSI TUJUAN/ ALASAN Keterangan:

1. Ditindaklanjuti ke instansi tujuan:

a. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.** b. KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota.**

c. Penyidik di Mabes Polri/ Polda/Polwil/Polwiltabes/Polres/ Metro/Polsek/Polsekta.** d. Instansi lain.

2. Alasan tidak ditindaklanjuti, karena:

a. Temuan/ Laporan yang diberikan tidak memenuhi syarat formil dan materiil pelaporan.

b. Temuan/ Laporan yang diberikan tidak memenuhi unsur-unsur pelanggaran Pemilu. c. Melebihi batas waktu yang telah ditentukan Undang-Undang.

d. Alasan lainnya... Diumumkan

---,--- 20..…*** Pengawas Pemilu...****,

(40)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 40 | P a g e

5. Penanganan Pelanggaran dalam kondisi Covid-19

Dalam kondisi pandemi Covid-19 penyelenggaraan pemilihan kepala daerah kembali dilanjutkan setelah terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2020 akan tetapi pasca terbitnya Perppu tersebut tidak mempengaruhi proses penanganan pelanggaran, oleh karena itu untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi yang di hadapi di tengah proses penyelenggaraan pilkada Bawaslu menerbitkan regulasi Perbawaslu no 4 Tahun 2020 tentang Pengawasan, Penanganan Pelanggaran, dan Penyelesaian sengketa pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak lanjutan dalam kondisi bencana Non Alam Corona Virus Disease 2019 ( Covid-19).

. Secara garis besar penanganan pelanggaran yang diatur dalam Perbawaslu Nomor 4 tahun 2020 tidak jauh berbeda dengan penanganan pelanggaran yang diatur dalam Perbawaslu 14 tahun 2017 hanya saja dalam penerapannya harus sesuai dengan protokol kesehatan. Sehingga baik Bawaslu Kabupaten dan juga para pihak tetap dapat melakukan proses penanganan pelanggaran dengan aman tanpa harus takut.

Tata cara penanganan Laporan Dugaan Pelanggaran sebagaimana diatur dalam Pasal 43 ayat 1 dapat disampaikan secara langsung dan tidak langsung, Penyampaian secara tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) dapat disampaikan melalui surat elektronik resmi (e-mail) kepada Bawaslu Kabupaten dan tetap memperhatikan syarat formil dan materiil sehingga laporan tersebut dapat diregistrasi oleh petugas dengan tetap memperhatikan batas waktu pelaporan 7 (tujuh) hari sejak diketahui. Selanjutnya Pasal 44 mengatur terkait mekanisme pelaksanaan Klarifikasi yang dapat dilakukan melalui tatap muka atau melalui teknologi informasi dan komunikasi berbasis daring dengan memperhatikan berita acara (BA) klarifikasi dapat dikirimkan kepada para pihak yang akan diklarifikasi, selanjutnya pihak yang akan diklarifikasi memberika surat pernyataan bersedia diambil klarifikasi melalui teknologi informasi dan klarifikasi dilakukan perekaman. Proses klarifikasi melalui teknologi informasi bertujuan untuk melindungi para pihak.

Tata cara penanganan pelanggaran Adminitrasi secara Terstruktur, Sistematis dan Masif sebagaimana diatur dalam Pasal 49 dapat dilakukan melalui tatap muka dan/atau melalui teknologi informasi dan komunikasi berbasis daring.

Tata cara penanganan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 56 dalam melakukan rapat pembahasan di tim Sentra Gakkumdu disesuaikan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, baik dilakukan secara tatap muka atau dilakukan rapat melalui teknologi informasi dan komunikasi berbasis daring. Pendampingan secara langsung sebagaimana diatur dalam pasal 58 dapat disesuaikan dengan protokol kesehatan.

(41)

BUKU SAKU PENINDAKAN PELANGGARAN PILKADA 2020 41 | P a g e

Daftar Pustaka

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2017 tentang Penanganan Laporan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota;

Peraturan Bawaslu Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengawasan, Penanganan Pelanggaran, dan Penyelesaian sengketa pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak lanjutan dalam kondisi bencana Non Alam Corona Virus Disease 2019 ( Covid-19)

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas peraturan komisi pemilihan umum nomor 15 tahun 2019 tentang tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, dan/atau wali kota dan wakil wali kota tahun 2020

Standar Operational Prosedur (SOP) Penanganan Pelanggaran

Nota Kesepakatan Bersama Badan Pengawas Pemilihan Umum, Kepolisian Republik Indonesia, dan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: 15/NKB/BAWASLU/X/2015, Nomor B/38/X/2015, Nomor: KEP-153/A/JA/10/2015 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu

(42)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 42 of 137

POTENSI PELANGGARAN PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA TAHUN 2020

“Telaah Pengaturan Larangan Dan Sanksi Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016”

NON TAHAPAN

NO

NON TAHAPAN

PEMILIHAN

UNDANG-UNDANG NO 10/2016

Ketentuan Umum

Ketentuan Pidana

1 Tugas dan Wewenang

KPU

Pasal 9

a. menyusun dan menetapkan Peraturan KPU dan pedoman teknis untuk setiap tahapan

Pemilihan setelah

berkonsultasi denganDewan

Perwakilan Rakyat, dan

Pemerintah dalam forum rapat

dengar pendapat yang

keputusannyabersifat mengikat;

b. mengoordinasi dan memantau tahapan Pemilihan;

c. melakukan evaluasi

penyelenggaraan Pemilihan;

d. menerima laporan hasil

Pemilihan dari KPU

Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota;

e. memfasilitasi pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota dalam

melanjutkan tahapan

pelaksanaan Pemilihan jika Provinsi, Kabupaten, dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan Pemilihan secara

Pasal 193A

(1) Ketua dan/atau anggota KPU Provinsi yang

melanggar kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).

(2) Ketua dan/atau anggota KPU

Kabupaten/Kota yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat)

bulan dan denda paling sedikit

Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).

(43)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 43 of 137

berjenjang; dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

KPU dalam penyelenggaraan Pemilihan wajib:

a. memperlakukan Calon

Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan

Calon Wakil Walikota

secara adil dan setara;

b. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilihan kepada masyarakat; b.1melaksanakan dengan segera rekomendasi

dan/atau putusan Bawaslu

mengenai sanksi

administrasi Pemilihan; c. melaksanakan Keputusan

DKPP; dan

d. melaksanakan kewajiban

lain sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pasal 16

(1) Anggota PPK sebanyak 5

(lima) orang yang

(44)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 44 of 137

berdasarkan

Undang-Undang.

(1a) seleksi penerimaan anggota PPK dilaksanakan secara

terbuka dengan

memperhatikan

kompetensi, kapasitas,

integritas, dan kemandirian calon anggota PPK.

(2) Anggota PPK diangkat dan diberhentikan oleh KPU Kabupaten/Kota.

(3) Komposisi keanggotaan

PPK memperhatikan

keterwakilan perempuan

paling sedikit 30% (tiga puluh persen).

(4) Dalam menjalankan

tugasnya, PPK dibantu oleh sekretariat yang dipimpin

oleh Sekretaris dari

Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

(5) PPK melalui KPU

Kabupaten/Kota

mengusulkan 3 (tiga) nama calon sekretaris PPK

kepada Bupati/Walikota

untuk selanjutnya dipilih dan ditetapkan 1 (satu) nama sebagai Sekretaris PPK

(45)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 45 of 137

Bupati/Walikota. Pasal 19

(1) Anggota PPS berjumlah 3 (tiga) orang.

(2) Seleksi penerimaan anggota PPS dilaksanakan secara

terbuka dengan

memperhatikan kompetensi, kapasitas, integritas, dan kemandirian calon anggota PPS.

(3) Anggota PPS diangkat oleh KPU Kabupaten/Kota atas usul bersama Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dan

Badan Permusyawaratan

Desa atau sebutan lain/Dewan Kelurahan.

Pasal 21

(1) Anggota KPPS berjumlah 7 (tujuh) orang yang berasal dari anggota masyarakat di sekitar TPS yang memenuhi

syarat sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(1a) Seleksi penerimaan anggota

KPPS dilaksanakan secara

terbuka dengan

memperhatikan kompetensi, kapasitas, integritas, dan kemandirian calon anggota KPPS.

(46)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 46 of 137

2 Tugas dan Wewenang

Bawaslu

Pasal 22B

Tugas dan wewenang

Bawaslu dalam pengawasan penyelenggaraan Pemilihan meliputi: a. menyusun dan menetapkan Peraturan Bawaslu dan pedoman

teknis pengawasan

untuk setiap tahapan

Pemilihan serta

pedoman tata cara

pemeriksaan, pemberian rekomendasi, dan putusan atas keberatan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan

Rakyat dan Pemerintah

dalam forum rapat

dengar pendapat yang keputusannya bersifat mengikat; b. menerima, memeriksa, dan memutus keberatan atas putusan Bawaslu Provinsi terkait pemilihan Calon

Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil

Pasal 193B

(1) Ketua dan/atau anggota Bawaslu Provinsi yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).

(2) Ketua dan/atau anggota

BawasluKabupaten/Kota yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).

(47)

Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Pilkada| Bawaslu Kabupaten Bandung Page 47 of 137

Bupati, atau Calon

Walikota dan Calon Wakil Walikota terkait dengan Pemilihan yang

diajukan oleh

pasangan calon

dan/atau Partai

Politik/gabungan

Partai Politik terkait

penjatuhan sanksi

diskualifikasi dan/atau

tidak diizinkannya

Partai

Politik/gabungan

Partai Politik untuk mengusung pasangan calon dalam Pemilihan berikutnya; c. mengoordinasikan dan memantau tahapan pengawasan penyelenggaraan Pemilihan; d. melakukan evaluasi pengawasan penyelenggaraan Pemilihan;

e. menerima laporan hasil pengawasan

penyelenggaraan

Pemilihan dari Bawaslu

Provinsi dan

BawasluKabupaten/Ko ta;

f. memfasilitasi

Referensi

Dokumen terkait

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel untuk dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri [7]. Kuesioner merupakan teknik

Meskipun saat itu tidak terlalu banyak pasien yang mengantri, dr Yoseph tidak memberikan penjelasan kepada kami tentang apa itu gangguan jiwa, bagaimana

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pemilihan dan

Peubah penjelas yang digunakan adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan, pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi yang terlampir pada

Pela keras itu timbul karena terdjadinja suatu peristiwa jang sangat penting, biasanja sehubungan dengan peperangan seperti pentjurahan darah, peperangan jang tak membawa

Penelitian ini mengkaji kategory hoaks yang berkaitan dengan Covid-19 yang beredar di Bali serta pemanfaatkan akun media sosial “Bali Carify” sebagai media untuk

Ada beberapa analisis tentang penyebab kurang dapat berbahasa santun di kalangan remaja. Pada umumnya para pakar berpendapat, bahwa ketidak santunan dalam berbahasa disebabkan

Pengontrolan Kualitas Kaca Automotive Tipe Laminated Menggunakan Diagram Kontrol Fuzzy U Diagram kontrol fuzzy u digunakan ketika dalam proses pengontrolan kualitas