• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9

A. Kajian Pustaka 1. Permainan Sepakbola

a. Sejarah Sepakbola

Negara yang pertama kali memperkenalkan dan menyebarluaskan olahraga sepak bola adalah Inggris. Hal ini ditandai dengan dibentuknya badan yang disebut English Football Association pada tanggal 26 Oktober 1863. Selanjutnya tanggal 8 Desember 1863 disusun peraturan permainan sepak bola modern oleh organisasi tersebut (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 8).

Pada tanggal 21 Mei 1904, atas inisiatif Guerin (Perancis) dibentuklah federasi sepak bola internasional dengan nama Federation International de Football Association (FIFA). Tahun 1930, atas inisiatif Julies Rimet diselenggarakan kejuaraan sepakbola dunia yang pertama bertempat di Montevideo Uruguay (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 8). Di Indonesia, organisasi sepak bola baru berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang bertempat di Yogyakarta. Pengurus PSSI pertama kali diketuai oleh Ir.

Soeratin Sosrosoegondo (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 9). Pengertian dari sepakbola sendiri adalah sebagai berikut:

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu. Masing­masing regu terdiri atas sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Dalam permainan, masing­

masing regu menempati separuh lapangan dan berdiri saling berhadapan. Permainan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh dua orang penjaga garis. Permainan dilakukan dalam dua babak. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai akhir permainan atau pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke dalam gawang lawannya (Sarjana dan Sunarto, 2010: 2).

b. Sarana dan Peralatan Permainan Sepakbola

Wahyuni, Sutarmin dan Pramono (2010: 3­4) menyebutkan sarana dan peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah sebagai berikut.

(2)

1) Lapangan Sepakbola

Gambar 1. Lapangan Sepakbola (Sumber: Wahyuni, Sutarmin dan Pramono (2010: 3)

a) Panjang garis samping : 90 – 120 meter.

b) Lebar : 45 – 90 meter.

c) Jari­jari lingkaran tengah : 9,15 meter.

d) Daerah gawang : 18,3 × 5,5 meter.

e) Daerah penalti : 40,3 × 16,5 meter.

f) Jarak titik tendangan hukuman penalti dengan garis gawang 11 meter.

2) Gawang

Gawang yang digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut.

a) Gawang sepak bola dibuat dari kayu atau besi dengan dicat warna putih.

b) Tinggi gawang berukuran : 2,4 meter.

c) Lebar gawang berukuran : 7,3 meter.

3) Bola

Bola yang digunakan untuk permainan sepak bola memiliki ketentuan sebagai berikut.

a) Bola terbuat dari bahan kulit atau bahan lain yang dapat digunakan.

b) Keliling bola : 68 – 71 cm.

c) Tekanan udara : 0,60 – 0,70 atm.

d) Berat bola : 396 – 453 gram.

c. Teknik Dasar Permainan Sepakbola

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010: 2) terdapat beberapa teknik dalam permainan sepak bola, di antaranya menendang, mengontrol, menyundul, dan menggiring bola.

(3)

1) Menendang Bola

Pengertian dari menendang bola dapat diartikan sebagai berikut:

Mendorong bola dengan salah satu bagian kaki yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan ketepatan. Tujuan melakukan tendangan adalah untuk memberikan passing/

umpan kepada kawan, menembak ke gawang lawan (membuat gol), tembakan pembersihan dari belakang, dan untuk tendangan khusus (penalti, tendangan sudut, dan tendangan bebas) (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 2).

Jika dilihat dari segi caranya, maka tendangan dapat dilakukan dengan:

a) Menendang bola dengan kaki sebelah dalam (kaki kanan atau kaki kiri)

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010: 2) cara melaksanakannya adalah sebagai berikut.

(1) Kaki tumpu berada di sebelah bola (samping bola).

(2) Berat badan pada kaki tumpu dan tidak kaku, selanjutnya mata melihat bola.

(3) Kaki yang digunakan untuk menendang diayunkan ke arah tujuan bola dengan ujung kaki ditarik (ayunan) membentuk sudut 90 derajat dengan kaki tumpu.

(4) Tangan membentang ke samping untuk menjaga keseimbangan tubuh.

(5) Bola ditendang pada bagian tengah­tengah bola, bagian kaki yang menyentuh bola adalah tengah­tengah kaki bagian dalam

Gambar 2. Menendang bola dengan kaki sebelah dalam (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 2)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 3) menambahkan, perlu diperhatikan untuk kesalahan­kesalahan yang sering dilakukan:

(4)

(1) Kaki tidak membentuk sudut, sehingga bola bisa lolos dari bawah kaki.

(2) Mata tidak melihat bola.

(3) Bola dikontrol di depan kaki tumpu (bola bisa lepas atau memantul ke atas).

b) Menendang bola dengan kura­kura kaki (punggung kaki)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 3) menyebutkan cara melaksanakan menendang bola dengan kura­kura kaki (punggung kaki) adalah sebagai berikut.

(1) Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola.

(2) Kaki tendang diayun dari belakang, tenaga datang mulai dari paha.

(3) Kaki yang menyentuh bola adalah daerah batas antara kaki depan dengan kaki bagian dalam.

(4) Tangan direntangkan ke samping untuk keseimbangan, mata melihat pada bola.

(5) Setelah menendang, kaki tendang sesaat masih terus mengikuti gerakan (followthrough).

Gambar 3. Menendang bola dengan kura­kura kaki (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 3)

c) Menendang bola dengan kaki sebelah luar (efek)

Gambar 4. Mengontrol bola dengan telapak kaki (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 3)

(5)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 3) menjelaskan cara melaksanakan menendang bola dengan kaki sebelah luar adalah sebagai berikut.

(1) Kaki tumpu berada sedikit jauh dari bola, mata melihat bola dan tangan terbuka.

(2) Kaki yang digunakan untuk menendang menyentuh (memberikan tenaga kepada bola) tidak di tengah­tengah, tetapi di samping.

(3) Gerakan kaki tendang terutama dari sendi lutut.

(4) Mata melihat ke bola.

(5) Setelah menendang, kaki tendang sesaat masih terus mengikuti gerakan (followthrough).

2) Mengontrol/ Menahan Bola

Mengontrol bola maksudnya adalah menahan bola yang datang kepada kita untuk diolah agar dapat ditendangkan sesuai dengan keinginan dan sasaran yang dituju. Mengontrol bola dapat dilakukan dengan kaki bagian dalam, telapak kaki, punggung kaki, kaki bagian luar, paha, dada, perut, dan dahi (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 11).

Gambar 5. Mengontrol bola dengan telapak kaki (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 3)

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010: 3) dilihat dari segi caranya, menahan/ mengontrol bola dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Mengontrol bola dengan telapak kaki

Cara melaksanakannya adalah sebagai berikut.

(1) Berat badan diletakkan di atas kaki tumpu, tangan dibuka, dan mata melihat bola.

(2) Jika bola datangnya mendatar, kaki penahan dijulurkan ke depan menyambut bola.

(6)

(3) Tumit kaki penahan diturunkan ke bawah, sedangkan ujung kaki menghadap ke atas. Bola dikurung antara telapak kaki dengan tanah.

(4) Kalau bola datangnya dari udara, waktu untuk menyentuh bola yaitu pada saat bola belum menyentuh tanah. Bola disentuh sedikit di atas tengah lingkaran.

b) Mengontrol bola dengan kaki sebelah dalam

Gambar 6. Mengontrol bola dengan kaki sebelah dalam (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 4)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 4) menguraikan cara melaksanakannya adalah sebagai berikut.

(1) Pandangan mata ke arah datangnya bola.

(2) Badan condong sedikit ke arah datangnya bola.

(3) Berat badan berada di atas kaki tumpu.

(4) Lutut dan kaki yang akan menahan bola, bengkok sedikit ke arah luar.

(5) Pada saat kontak dengan bola, kaki penahan diangkat sedikit dari tanah.

(6) Kaki bagian dalam dan kaki penahan sedikit menghadap ke tanah dan mengurung bola antara kaki dan tanah.

c) Mengontrol bola dengan kaki sebelah luar

Gambar 7. Mengontrol bola dengan kaki sebelah luar (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 4)

(7)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 4) menyebutkan cara melaksanakannya adalah sebagai berikut.

(1) Berat badan di atas kaki tumpu, bola dikontrol di depan kaki tumpu, tangan dibuka, mata melihat bola.

(2) Kaki untuk menahan, ujung kaki ditarik dan seluruh kaki depan poros lutut membentuk sudut dengan tanah, bola dikontrol sewaktu hendak mental kembali ke udara dengan kaki sebelah luar dan mengenai sedikit atas tengah lingkaran.

d) Mengontrol bola dengan perut

Gambar 8. Mengontrol bola dengan perut (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 4)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 4) menyebutkan cara melakukan kontrol bola dengan perut adalah sebagai berikut.

(1) Pandangan mata ke arah bola.

(2) Badan atas dibungkukkan ke depan, tangan dibuka, sedangkan perut dengan otot­otot perut ditarik dan dikencangkan, sehingga membentuk rongga untuk menerima bola yang akan datang (harus dilakukan dengan berhati­hati).

(3) Tumit diangkat sedikit ketika menahan bola bergulir.

(4) Bola yang diterima diusahakan jatuh ke tanah untuk dikontrol dan bisa langsung dimainkan

e) Mengontrol bola dengan dada

Gambar 9. Mengontrol bola dengan dada (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 4)

(8)

Sutrisno dan Khafadi (2010: 4­5) menyebutkan cara melakukan kontrol bola dengan dada adalah sebagai berikut.

(1) Pandangan mata ke arah datangnya bola.

(2) Badan condong sedikit ke belakang mulai dari lutut.

(3) Mengontrol dengan dada dilakukan dengan membuka tangan ke samping, dada dikembangkan dan bola diterima dengan tengah­tengah dada, bukan jatuh pada tulang rusuk (berbahaya). Sewaktu bola menyentuh dada, dada ditarik mengikuti bola, sehingga bola jatuh ke bawah (tidak memantul kembali).

f) Mengontrol bola dengan paha

Bola dikontrol dengan paha, dimana kaki ditekuk pada lutut dan sewaktu mengenai bola paha mengikuti jalan bola sehingga bola tidak mental, tetapi jatuh ke tanah dalam jarak permainan (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 5).

Gambar 10. Mengontrol bola dengan paha (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 5)

g) Mengontrol bola dengan kepala

Mengontrol bola dengan kepala dilakukan dengan cara bola yang datang pada saat sampai di kaki (menyentuh), maka kepala dan badan atas ditarik ke belakang mengikuti jalan bola, sehingga bola tidak memantul ke udara, tetapi jatuh ke tanah untuk dikontrol atau dimainkan kembali (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 5).

Gambar 11. Mengontrol bola dengan kepala (Sutrisno dan Khafadi, 2010: 5)

(9)

3) Menyundul Bola

Menyundul bola merupakan salah satu usaha untuk memainkan bola melambung atau bola atas dengan menggunakan kepala (kening).

Menyundul juga dapat digunakan untuk mencetak gol ke gawang lawan (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 13).

Sutrisno dan Khafadi (2010: 5) menjelaskan dasar­dasar yang harus dilakukan agar dapat melakukan sundulan dengan baik adalah sebagai berikut.

a) Sundulan dilakukan dengan seluruh badan.

b) Otot leher ditegangkan dan leher ditarik.

c) Bola harus mengenai dahi.

d) Mata mengikuti bola.

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010: 5­6) sundulan dapat dilakukan dalam berbagai sikap atau posisi, yaitu:

a) Sundulan sambil berdiri

Badan diayunkan ke belakang, lutut menyepak, tumit agak terangkat, leher ditegangkan sambil digerakkan ke depan dengan dahi memukul bola, sundulan dilakukan dengan kekuatan otot perut.

b) Sundulan sambil berlari/berjalan

Sundulan sama dengan sundulan berdiri, hanya menyundul bola dengan awalan berjalan/berlari.

c) Sundulan sambil melompat

Ketepatan waktu melompat harus tepat, karena bola harus disundul pada saat mencapai titik tertinggi dalam lompatan dan sikap badan pada waktu menyundul bola harus tepat.

4) Menggiring Bola

Menggiring bola artinya membawa bola menggunakan sentuhan kaki dengan tujuan untuk mendekatkan bola pada sasaran, yaitu teman seregu atau gawang lawan (Juari, Wagino dan Sukiri, 2010: 14). Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010: 6) pada dasarnya menggiring bola dapat dilakukan dengan tiga cara, sebagai berikut.

a) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam b) Menggiring bola dengan kaki bagian luar c) Menggiring bola dengan punggung kaki

(10)

d. Tendangan lambung jauh

1) Pengertian Tendangan Lambung Jauh

Menendang bola adalah suatu teknik menyentuh atau mendorong bola yang merupakan faktor dominan dalam permainan sepakbola (Wisahati dan Santosa, 2010: 4). Lebih lanjut menurut Sutrisno dan Khadafi (2010:2) menendang bola adalah mendorong bola dengan salah satu bagian kaki yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan kekepatan. Tujuan melakukan tendangan adalah untuk memberikan passing/ umpan kepada kawan, menembak ke gawang lawan (membuat gol), tembakan pembersihan dari belakang dan untuk tendangan khusus (penalti, tendangan sudut dan tendangan bebas).

Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010:3) maksud menendang bola adalah mengayunkan kaki mengenai bola untuk mengarahkannya pada sasaran tertentu. Sasaran yang dimaksud bisa berupa teman, bisa juga gawang lawan. Teknik dasar menendang bola dibedakan sebagai berikut: menendang bola dengan kaki dalam, menendang bola dengan kaki luar dan menendang bola dengan punggung kaki atau teknik ini disebut sebagai tendangan kura­kura.

Tendangan lambung adalah tendangan bola yang tinggi dan jauh disertai dengan ketepatan kepada seseorang dalam suatu tim.

Tendangan lambung ini dapat dilakukan oleh setiap pemain sepakbola di segala posisi, dari penyerang, pemain tengah, maupun belakang, bahkan penjaga gawang sering melakukan tendangan lambung tersebut (Setiawan, 2013: 2).

Tendangan lambung adalah menyepak bola dengan teknik yang benar sehingga bola berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara melambungkan bola sejauh­jauhnya. Untuk lebih jelasnya teknik tendangan jarak jauh dimulai dari mencondongkan badan dan mengayunkan kaki yang akan digunakan untuk menendang bola dengan ayunan tinggi kebelakang, kaki tumpu diletakkan sedikit condong ke belakang selama melakukan tendangan untuk memberikan

(11)

angkatan kepada hasil tendangan diusahakan perkenaan bola tepat pada posisi separuh dari bawah dan dan gunakan lengan sebagai keseimbangan. Perpanjang tendangan dengan gerak lanjut yang kuat untuk menambah jarak hasil tendangan (Bardan, 2013: 22)

2) Mekanisme Tendangan Lambung Jauh

Menurut Setiawan (2013: 28) untuk menendang bola melambung dengan hasil yang jauh dengan tepat dan keras di samping membutuhkan kekuatan dan timing juga memerlukan penguasaan teknik menendang bola yang baik. Perlu diperhatikan pula bahwa teknik­teknik tertentu dapat memberikan hasil yang diharapkan.

Setiawan (2013: 28) menambahkan untuk menghasilkan tendangan melambung dengan tepat pada kawan satu tim, akan lebih tepat bila menggunakan kura­kura kaki bagian dalam. Adapun mekanisme melakukan tendangan dengan kura­kura kaki bagian dalam dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Letak Kaki Tumpu

Kaki tumpu diletakan dibelakang samping bola 25­30 cm. arah kaki tumpu membuat sudut 40 derajat dengan garis lurus bola (garis di belakang bola).

2) Kaki Yang Menendang Bola

Kaki yang menendang diangkat kebelakang, kemudian diayunkan ke depan kearah sasaran. Hingga kura­kura kaki bagian dalam tepat mengenai tengah­tengah di bawah bola. Gerakan kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak lanjutan kedepan).

3) Sikap Badan

Pada waktu kaki menendang bola diayunkan ke belakang, badan condong ke depan. Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di samping belakang bola, sikap badan condong ke belakang. Kedua tangan terbuka untuk menjaga keseimbangan.

4) Pandangan Mata

Pada waktu menendang bola, sebelum dan pada saat perkenaan kaki dengan bola arah pandangan berturut­turut pada arah sasaran, bola, kemudian laju bola pada saat gerakan lanjutan (follow through).

5) Bagian Bola Yang Ditendang

Tepat ditengah­tengah bawah bola, maka bola akan melambung tinggi. Sedangkan teknik menendang dengan kura­kura kaki bagian dalam dapat digambar sebagai berikut:

(12)

Gambar 12. Tendangan Kura­kura kaki Bagian Dalam Yang Telah imodifikasi. (Setiawan, 2013: 29)

Keterangan :

a) Kaki tendang mengayun ke belakang.

b) Kaki kura­kura bagian dalam tepat mengenai bagian tengah­

tengah bola

c) Gerakan lanjutan kaki yang menendang bola.

Teknik pelaksanaan tendangan bola dengan kura­kura kaki bagian dalam menurut (Ristiawan, 2013: 23­24) adalah sebagai berikut:

a) Kaki tumpu ditempatkan sejajar dan dekat bola, lutut sedikit dibengkokkan.

b) Kaki melintang tegak lurus kearah sasaran atau tegak lurus kaki tumpu, diayunkan kearah kaki bagian dalam tepat mengenai tengah­tengah bola, dilanjutkan dengan gerak lanjutan ke depan.

c) Posisi badan berada di atas bola (menutup).

d) Tangan membentang kesamping untuk menjaga keseimbangan tubuh.

e) Setelah tendangan, kaki tendang masih terus mengikuti gerakan (follow-through).

(13)

Gambar 13. Teknik Tendangan Dengan Kura­kura Kaki Bagian Dalam (Setiawan, 2013: 30)

3) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Tendangan Lambung Jauh Faktor­faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam long pass adalah sikap pribdi pemain yang merupakan faktor utama pendukung dan penunjang keberhasilan dalam passing. Faktor ketepatan tendangan dalam mengumpan bola juga harus lebih diutamakan daripada kekuatan tendangan. Adapaun teknik atau sasaran yang dapat membantu keberhasilan dalam ketepatan menembak bola kearah gawang ada dua macam yaitu operan bola dengan punggung kaki dan keakuratan dalam perhitungan waktu yang tepat (Muchlisa, 2016: 12).

Tendangan yang baik harus didukung dengan teknik menendang yang benar dan kekuatan otot tungkai yang kuat. Untuk mendapatkan hasil tendangan yang jauh, keras dan akurat selain menguasai teknik dasar tendangan juga diperlukan faktor pendukung yang lain, yaitu faktor kondisi fisik. Kondisi fisik merupakan unsur terpenting dalam cabang olahraga, dimana perlu mendapat perhatian yang serius, matang, dan sistematis sehingga tingkat kebugaran jasmani, alat fungsional tubuh lebih baik. Menurut Lhaksana (2011:

17) terdapat sepuluh macam kondisi fisik yang harus dimiliki dengan baik oleh seorang pemain, yaitu: daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), daya ledak (power),

(14)

kelenturan (fleksibility), ketepatan (accuration), koordinasi (coordination), keseimbangan (balance) dan reaksi (reaction). Melalui latihan fisik, kondisi pemain yang kurang baik akan meningkat.

Setelah melakukan latihan fisik yang terprogram dengan baik. hasil dari latihan fisik tersebut dapat dilihat dari meningkatnya penampilan seorang pemain yang akhirnya berdampak positif pada penampilan tim.

Menurut Bardan (2013: 25­28) faktor­faktor yang mempengaruhi kemampuan tendangan lambung jauh antara lain:

a) Kekuatan

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet saat mempergunakan otot­

ototnya, menerima bebas dalam waktu bekerja tertentu. Otot yang kuat akan membuat kerja otot sehari­hari secara efisien seperti, mengangkat, menjinjing, melempar, menendang, memukul dan lain­lain serta akan membentuk tubuh menjadi lebih baik. Otot­otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, karena suatu kecelakaan misalnya, akan menjadi lemah. Karena serabutnya mengecil (atropi), dan kalau hal ini dibiarkan dapat mengkibatkan kelumpuhan otot

b) Panjang tungkai

Panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang mulai dari alas kaki (malleolus medialis) sampai dengan trochanter mayor, kira­kira pada bagian tulang yang terlebar di sebelah luar paha dan apabila paha digerakkan, trochanter mayor dapat diraba di bagian atas dari tulang paha yang bergerak. Tidak ada pengukuran yang menghasilkan hasil yang pasti mengenai panjang tungkai karena articular interline terbenam dalam sistem musculus.

Panjang tungkai dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: panjang tungkai atas (paha) dan panjang tungkai paha. Panjang tungkai atas

(15)

merupakan titik tengah dari garis mendatar di bagian lutut. Tungkai atas dapat diukur antara titik tribial dan batas atas trochanter mayor. Panjang tungkai bawah merupakan jarak titik tribial dan titik malleolus atau titik tribial sampai dengan titik terendah dari malleolus medialis atau alas kaki. Berdasarkan beberapa pendapat di atas yang dimaksud panjang tungkai dalam hal ini adalah ukuran panjang tungkai pemain yang digunakan sebagai poros olah kaki dalam ayunan untuk melakukan tendangan jarak jauh (long pass).

Dengan demikian, apabila didukung dengan panjang tungkai dan kemampuan biomotor yang baik, maka pemain tersebut dapat melakukan tendangan jarak jauh dengan baik dalam permainan sepakbola.

c) Daya ledak otot

Daya ledak otot adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek­pendeknya atau sesingkat­

singkatnya

d) Teknik menendang

Menendang bola merupakan pola gerak dasar yang paling penting dalam permainan sepakbola. Jauhnya tendangan sangat dipengaruhi teknik tendangan yang benar, untuk tendangan jarak jauh digunakan kura­kura kaki bagian dalam. Teknik tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan kaki tumpu sebagai awalan dengan membentuk busur atau melengkung kira­kira 45o kaki tumpu diletakkan kurang lebih 2 sampai 3 telapak kaki di samping bola. Dengan demikian, kaki tumpu dapat membantu kaki tendang.

Sedangkan kaki tendang itu sendiri menendang bola, yang berawal dari mengangkat ke belakang kemudian diayunkan ke depan ke

(16)

arah sasaran. Hingga kura­kura kaki bagian dalam tepat mengenai tengah bagian bawah bola.

2. Metode Latihan a. Definisi Latihan

”Training is usually defined as systematic process of long duration, repetitive, progressive exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance” (Bompa, 1994: 3). Latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, berulang­ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan penampilan fisik.

Menurut Sukadiyanto (2002: 5­6) istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti:

practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.

Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh dalam satu atau dua minggu. Hasil latihan meningkat secara progresif, misalnya saja peningkatan kekuatan naik berkisar 1­5% perminggu. Latihan akan terlihat pengaruhnya setelah dilakukan selama 8 minggu, misal latihan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sampai 50% dalam waktu 8 minggu (Dreger, dikutip oleh Suharjana, 2007: 47). Faktor lain yang tidak boleh dilupakan demi keberhasilan program latihan adalah keseriusan latihan seseorang, ketertiban latihan, dan kedisiplinan latihan. Pengawasan dan pendampingan terhadap jalannya program latihan sangat dibutuhkan.

b. Variabel Latihan

Latihan olahraga yang dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal terutama untuk meningkatkan derajat kebugaran jasmani maupun untuk meningkatkan prestasi olahraga, hendaknya dilakukan

(17)

dengan memperhatikan beberapa variabel latihan seperti yang disampaikan Irwansyah (152) berikut ini.

1) Volume latihan

Untuk memperbaiki prestasi olahraga yang ditekuni, sebaiknya memenuhi tuntutan volume latihan yang cukup. Ruang lingkup volume latihan meliputi: lamanya waktu latihan, jumlah jarak tempuh latihan, banyaknya berat beban, banyaknya melakukan gerakan latihan (repetisi dan set). Volume latihan sering diartikan pula dengan istilah kuantitas latihan. Apabila latihan olahraga tidak memperhatikan prasyarat tersebut, maka tidak akan banyak menghasilkan manfaat untuk prestasi.

2) Intensitas latihan (intensity)

Intensitas latihan adalah kualitas latihan olahraga yang dilakukan. Jika intensitas latihan tinggi, waktu latihan dapat lebih pendek. Namun sebaliknya, jika intensitas latihan lebih kecil, waktu lauhan harus lebih lama. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan olahraga adalah lamanya latihan. Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi yaitu 45­120 menit, sedangkan untuk olahraga kesehatan biasa berkisar antara 20­30 menit dalam training zone.

Latihan tidak efisien atau kurang membuahkan hasil kalau kurang dari takaran tersebut.

3) Frekuensi

Frekuensi latihan erat kaitannya dengan intensitas dan lamanya latihan.

Latihan dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Oleh karena itu, upayakan sebelum ketahanan menurun harus sudah berlatih kembali.

4) Overload system

Overload system adalah latihan yang dilakukan dengan berupaya untuk meningkatkan bobot atau dosis kian hari harus kian meningkat, misalnya jumlah beban ditambah, jarak tempuh diperpanjang, waktu

(18)

latihan dapat ditambah. Apabila latihan yang dilakukan tidak ada penambahan, maka prestasi tidak akan optimal.

3. Latihan Plyometric

a. Pengertian Latihan Plyometric

Plyometrics – pertama kali dikenal hanya sebagai “latihan melompat” ­ merujuk kepada jenis latihan yang menghubungkan kekuatan dengan kecepatan gerakan untuk menghasilkan kekuatan. Bahkan, jika ikatan kelompok otot dengan cepat setelah sebelumnya diperpanjang, latihan terkait bisa disebut plyometric. Secara sederhana, istilah Plyometrics secara harfiah berarti untuk meningkatkan pengukuran (plio = lebih; metric = ukuran). Tidak seperti naik sepeda atau membangun kekuatan olahraga tradisional seperti bench press, latihan plyometric memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat mungkin. Plyometrics mengkondisikan tubuh melalui gerakan dinamis yang melibatkan peregangan cepat dari otot (disebut aksi otot eksentrik), yang segera diikuti oleh pemendekan cepat dari otot yang sama (disebut aksi otot konsentris). Meskipun kedua tindakan otot yang penting untuk kinerja dari setiap latihan plyometric, jumlah waktu yang diperlukan untuk mengubah arah dari aksi otot eksentrik dengan aksi otot konsentris merupakan faktor penting dalam pelatihan plyometric. Periode waktu ini disebut fase amortisasi dan harus sesingkat mungkin (idealnya kurang dari 0,1 detik). Latihan dilakukan secara perlahan dengan fase amortisasi lama tidak dianggap plyometric (Chu, Faigenbaum dan Falkel, 2006: 10).

Kata plyometric berasal dari bahasa Yunani pleythyein yang berarti

"meningkatkan”. Plyometrics adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan (power) maksimal dalam waktu sesingkat mungkin dengan memunculkan siklus peregangan singkat dari serat otot.

Urutan kejadian dimulai dengan peregangan otot dan dengan demikian menyimpan energi elastis sebelum pembakaran. Semakin keras dan cepat fase pra­peregangan otot, semakin keras dan cepat kontraksi otot, semakin

(19)

kuat gerakan. Latihan plyometric merupakan komponen vital dalam meningkatkan kecepatan maksimal seorang atlet dan seharusnya disertakan dalam program pengkondisian untuk olahraga yang membutuhkan kecepatan (Wanlass, 2014: 104).

Senada dengan Wanlass, teori dari Haff dan Triplett (2016: 472) menyatakan latihan plyometric adalah aktivitas yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat mungkin.

Latihan plyometric didefinisikan sebagai pergerakan cepat dan kuat menggunakan pra peregangan atau gerakan balasan (countermovement) yang melibatkan siklus peregangan singkat (stretch-shortening cycle).

Tujuan dari latihan plyometric adalah untuk meningkatkan kekuatan gerakan lanjutan dengan menggunakan komponen klastik alami otot dan tendon dan refleks peregangan.

b. Bentuk­Bentuk Latihan Plyometric

Latihan plyometric awalnya dikembangkan untuk mencapai pola gerakan yang lebih efisien dan kuat di atas tanah. Menurut Redcliffe dan Farentinos (1999: 43­45) bentuk­bentuk latihan plyometric yang dapat memaksimalkan kemampuan untuk mentransfer kekuatan secara efektif adalah sebagai berikut:

1) Jumps

Pada beberapa program latihan plyometric didefinisikan sebagai latihan melompat. Ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping, sedangkan pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan dalam jumping.

Dalam latihan daya ledak dapat dibedakan penerapan yang berhubungan dengan jumping:

a) Lompat di tempat (in-place jumps) – lompatan dan mendarat tidak melibatkan kecepatan horisontal. Hanya perpindahan vertikal tubuh. Lompat di tempat biasanya disediakan untuk memulai latihan progresi, atau jika berlanjut, intensitas rendah dan volume kerja moderat.

(20)

b) Lompat panjang (long jumps) – pada istilah lapangan, beberapa gerakan lompatan berjalan horisontal; definisi ini melibatkan progresi lompat dan mendarat dengan intensitas rendah dan volume tinggi yang dicatat dalam meter. Ini adalah istilah beberapa pelatih gunakan untuk menggambarkan latihan jalan jarak jauh (30­100 meter).

c) Lompat ketahanan meso (meso-endurance jumps) – ini adalah istilah lain dalam pendidikan pelatihan yang menganjurkan lompat dan mendarat dengan intensitas rendah dan volume tinggi; lompat ketahanan meso biasanya dikualifikasikan dalam jarak. Hal ini digambarkan dengan low-impact, lompatan sederhana, jalan cepat, dan latihan kombinasi jalan jarak jauh (40­80 meter).

d) Lompat kekuatan meso (Meso-power jumps) – lompat dan mendarat dengan intensitas tinggi dan volume rendah. Latihan ini menggunakan pergantian (alternating) single­leg kontak, atau menggunakan kotak (box).

e) Lompat pendek (short-end jumps) – lompat dan mendarat dengan volume rendah dan intensitas sangat tinggi. Latihan­latihan ini melibatkan tingkat kompleksitas yang tinggi dan high impact, seperti hurdle hops (barrier hops), depth jumps dan standing triple jumps.

2) Bounds

Menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum dan jarak horisontal. Bounding dapat dilakukan dengan dua kaki atau satu kaki secara bergantian.

3) Hops

Gerakan hopping terutama lebih ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai lompat­loncat setinggi­tingginya dan sejauh­jauhnya. Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki ataupun satu kaki. Kenaikan jarak horizontal bersifat sekunder dalam skema latihan awal, untuk menekankan nilai proyeksi pinggul disertai dengan

(21)

tindakan kaki siklik optimal. Selanjutnya, menekankan aspek vertikal ini menjadi penting untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik (misalnya, fase hop dari triple jump kompetitif).

4) Leaps

Latihan kerja tunggal yang menekankan jarak horizontal dengan ketinggian maksimum. Bisa dilakukan dengan dengan dua kaki atau satu kaki. Leaping adalah deskripsi lain dari gerakan yang mirip dengan jumping dan bounding, biasanya respon satu pengulangan (tidak berulang).

5) Skips

Dilakukan dengan melangkah meloncat secara bergantian hopstep, yang menekankan ketinggian dan jarak horizontal.

6) Ricochet

Semata­mata menekankan pada tingkat kecepatan tungkai dan gerakan kaki, meminimalkan jarak vertikal dan horizontal yang memberikan kecepatan pelaksanaan yang lebih tinggi.

Pada penelitian ini latihan plyometric yang digunakan adalah plyometric barrier hops yang termasuk dalam bentuk latihan jumps dan multiple box to box yang termasuk dalam bentuk latihan jumps pada jenis meso-power jumps.

4. Latihan Plyometric Barrier Hop

Latihan plyometric barrier hops termasuk dalam kelompok latihan jumps pada jenis short-end jumps, hal ini sebagaimana teori dari Redcliffe dan Farentinos (1999: 44) bahwa short-end jumps adalah lompat dan mendarat dengan volume rendah dan intensitas sangat tinggi. Latihan­latihan ini melibatkan tingkat kompleksitas yang tinggi dan high impact, salah satu contohnya adalah hurdle hops (barrier hops). Plyometric barrier hops adalah latihan yang dilakukan pada gawang­gawang atau rintangan­rintangan yang tingginya (12­36 inci atau antara 30­91 cm) diletakkan di suatu garis dengan jarak yang ditentukan dengan kemampuan (Chu dan Myer, 2013: 135).

(22)

Latihan barrier hops adalah latihan yang dilakukan pada gawang gawang atau rintangan­rintangan yang tingginya (antara 30­90 cm) diletakkan disuatu garis dengan jarak yang ditentukan dengan kemampuan. Rintangan akan jatuh bila atlet membuat kesalahan, start dimulai dengan berdiri di belakang rintangan, gerakan meloncat yang melewati rintangan­rintangan dengan kedua kaki secara bersama. Gerakan dimulai dari pinggang dan lutut merenggang, kemudian gunakan ayunan kedua lengan untuk menjaga keseimbangan dan mencapai ketinggian. Latihan Barrier hops menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum ke arah vertikal dan kecepatan gerakan kaki. Latihan Barrier Hops melatih power yang merupakan gabungan dari dua unsur yaitu kecepatan dan kekuatan (Sajoto, 2002: 33).

Dalam penelitian ini menggunakan gawang yang tingginya 50 cm dan jarak antar gawang yaitu 1 meter dengan jumlah 3 gawang (barrier). Di bawah ini disajikan latihan barrier hops.

Gambar 14. Latihan barrier hops: (a) posisi start, (b) lompat melewati rintangan (Chu dan Myer, 2013: 135)

(23)

Langkah­langkah melakukan latihan barrier hops menurut Chu dan Myer (2013: 135) sebagai berikut:

a. Awalan (start)

Berdiri di ujung garis gawang (rintangan) (lihat gambar 14) b. Tindakan (action)

Lompat ke depan melewati rintangan dengan tetap menjaga kaki bersama­

sama (lihat gambar 14). Gerakan berasal dari pinggul dan lutut; menjaga tubuh vertikal dan lurus, dan jangan biarkan lutut bergerak terpisah.

Gunakan ayunan dua lengan untuk menjaga keseimbangan dan untuk mendapatkan ketinggian.

5. Latihan Plyometric Multiple Box to Box

Latihan plyometric barrier hops termasuk dalam kelompok latihan jumps pada jenis meso-power jumps, hal ini sebagaimana teori dari Redcliffe dan Farentinos (1999: 44) bahwa Meso-power jumps adalah lompat dan mendarat dengan intensitas tinggi dan volume rendah yang menggunakan kotak (box).

Latihan Multiple Box to Box menurut Chu dan Myer (2013: 160) adalah juga bentuk latihan plyometric dengan cara melompat melewati rintangan berupa 3­5 box atau kotak dengan tinggi yang sama disusun berjajar (tinggi box disesuaikan dengan kemampuan atlet). Menurut Eko (2011: 36) latihan multiple box to box jumps merupakan latihan melewati rintangan yang berupa box atau kotak yang telah disusun sebelumnya sesuai porsi latihan secara bertahap dari satu kotak ke kotak selanjutnya. Tingginya antara 30­90 cm. Box tingginya dibuat kurang lebih 80% dari rata­rata panjang tungkai sampel yaitu (80% x 66, 7=53, 4). Dalam penelitian ini menggunakan Box yang tingginya 40 cm dengan jumlah 3 kotak (box).

(24)

Gambar 15. Latihan Multiple Box to box jumps (Chu dan Myer, 2013: 160)

Langkah­langkah melakukan latihan multiple box to box jumps menurut Chu dan Myer (2013: 160) sebagai berikut:

a. Awalan (start)

Berdiri dengan kaki selebar bahu pada akhir baris kotak.

b. Tindakan (action)

Lompat kedepan dengan mendarat di atas box, kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat ke box dan seterusnya. Setelah melompat dari kotak terakhir, berjalan kembali ke awal untuk recovery.

Latihan Multiple box to box jumps merupakan salah satu latihan yang melatih kecepatan gerakan tungkai, maka latihan ini memberi bantuan untuk kecepatan tungkai untuk tendangan lambung jauh. Latihan Multiple box to box jumps merupakan bagian metode latihan plyometric, metode ini melatih power otot tungkai yang mana power merupakan gabungan dari dua unsur yaitu kecepatan dan kekuatan (Sajoto, 1995:22), selain dua unsur tersebut dibutuhkan pula pengetahuan tentang teknik menendang bola dengan benar.

Latihan pliometrik multiple box to box dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai. Sebab selama latihan, otot­otot tungkai dituntut untuk melompat­lompat secara berulang­ulang. Dalam latihan ini gerakannya dari bawah melompat ke atas kotak dengan dua kaki. Gerakan

(25)

tersebut dapat meregangkan otot paha dan merangsang kontraksi otot paha.

Hal ini menyebabkan pengembangan kekuatan dan power otot tungkai yang lebih besar. Dengan power otot tungkai yang besar, maka akan menghasilkan tenaga tumpuan yang lebih besar pula. Sehingga jarak lompatan menjadi lebih jauh. Menurut Romadhon (2010: 37) latihan multiple box to box dilakukan dengan melompat ke atas, maka beban otot tungkai menjadi lebih berat. Hal ini disebabkan karena pengaruh gaya gravitasi bumi yang menarik badan ke bawah. Dengan adanya gaya tersebut, maka beban otot tungkai menjadi lebih berat. Sehingga pada latihan ini memiliki kelebihan, yaitu dengan adanya beban berat badan pada otot tungkai, akan sangat baik untuk meningkatkan power otot tungkai. Dengan power otot tungkai yang besar, maka akan dapat meningkatkan kemampuan melakukan tendangan lambung jauh.

B. Kerangka Berpikir

Permainan sepakbola dibutuhkan kondisi fisik yang bagus, disamping penguasaan teknik dalam bermain sepakbola. Untuk menghasilkan tendangan lambung jauh yang baik tentu dibutuhkan teknik menendang yang benar serta dukungan otot tungkai yang baik. Usaha untuk meningkatkan power otot tungkai dapat dilakukan dengan cara atau metode plyometric, yaitu dengan latihan Plyometric Barrier Hops dan Multiple Box to Box.

Barrier Hops merupakan salah satu dari metode latihan pliometrik yang mana latihan Barrier Hops bagian dari latihan jumping yang merupakan metode latihan pliometrik yang khusus meningkatkan power otot tungkai. Pada latihan barrier hops melatih power yang mana power merupakan gabungan dari dua unsur yaitu kecepatan dan kekuatan. Untuk menendang bola dibutuhkan sudut tendangan dan kecepatan gerak bola, oleh karena itu barrier hops melatih kekuatan dan kecepatan otot tungkai untuk memberikan daya dorong pada bola supaya lebih cepat maka diperkirakan latihan ini mempunyai kontribusi terhadap hasil tendangan lambung jauh.

Latihan yang kedua adalah Multiple Box to Box. Latihan ini merupakan bagian dari latihan jumping pada metode plyometric yang mana mencapai

(26)

ketinggian maksimum diperlukan, sedangkan kecepatan pelaksanaan merupakan faktor kedua, dan jarak horizontal tidak diperlukan pada saat jumping. Power otot tungkai dan pinggul di dalam dunia olahraga banyak berperan dalam meningkatkan prestasi atlet khususnya sepakbola dalam hal ini tendangan lambung jauh.

Gambar 16. Bagan Kerangka Berpikir Hasil Tendangan Lambung Jauh

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Tendangan Lambung Jauh:

1. Kekuatan 2. Panjang tungkai 3. Daya ledak otot 4. Teknik menendang (Bardan, 2013: 25­28)

Latihan Plyometric

Plyometric barrier hops

Multiple box to box

Peningkatan Hasil Tendangan Lambung Jauh

Bentuk Latihan Plyometric (Redcliffe dan Farentinos, 1999: 43­45)

Jumps Bounds Hops Leaps Skips Ricochet

(27)

C. Hipotesis

Bertolak pada kerangka berpikir yang mengacu pada jawaban sementara, maka hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Latihan Plyometric Barrier Hops berpengaruh signifikan terhadap tendangan lambung jauh pada Pembinaan Prestasi Sepak Bola KU 19­21 Tahun POK FKIP UNS Tahun 2016.

2. Latihan Multiple Box to Box berpengaruh signifikan terhadap tendangan lambung jauh pada Pembinaan Prestasi Sepak Bola KU 19­21 Tahun POK FKIP UNS Tahun 2016.

3. Latihan Plyometric Barrier Hops lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan latihan Multiple Box to Box terhadap tendangan lambung jauh pada Pembinaan Prestasi Sepak Bola KU 19­21 Tahun POK FKIP UNS Tahun 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Substitusi sari srikaya dan penambahan karagenan pada minuman fungsional jelly yoghurt srikaya meningkatkan kadar fenol total, aktivitas antioksidan dan tingkat

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Berdasarkan hasil analisis data, aspek gramatikal yang paling sering muncul adalah data pengacuan dengan prosentase 75,7 %, sedangkan aspek leksikal yang dominan

Sehubungan dengan adanya bantuan publikasi ilmiah yang dikoordinasi oleh Pusat Pengembangan dan Publikasi Ilmiah Universitas Airlangga (PPJPI UA) tahun 2016, maka

> Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas (tim) yang beragam namun terhubung satu sama lain, > Entitas-entitas tersebut mempunyai kemampuan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konformitas dan gaya hidup remaja pada malam hari lebih mengarah kepada konformitas yang bernilai negatif.. Hal ini terlihat

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman