• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Oleh SONDANG SIMANJUNTAK /AKK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Oleh SONDANG SIMANJUNTAK /AKK"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT

PELAKSANA MELAKUKAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.

PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2018

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SONDANG SIMANJUNTAK 167032059/AKK

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

Telah diuji dan dipertahankan Pada Tanggal : 12 Febrari 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Anggota : 1. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes

2. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S 3. Dr. Juanita, S.E., M.Kes

(4)

Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis Manajemen Patient Safety terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap RSU Deli Medan” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2019

Sondang Simanjuntak 167032059

(5)

Abstrak

Laporan hasil audit kepatuhan kebersihan tangan perawat pelaksana oleh KPPI di ruangan rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2017 sebesar 20,7%. Angka kepatuhan tersebut masih rendah. Kejadian HAI’s yaitu Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) berada pada angka 18,51%-44,11%. Faktor penyebab masih tingginya kasus HAI’s disebabkan belum patuhnya perawat pelaksana melakukan hand hygiene. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (pengetahuan, sikap, beban kerja) dan dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) terhadap kepatuhan perawat pelaksana. Jenis penelitian adalah survei dengan pendekatan explanatory research. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 505 orang dan jumlah sampel adalah 113 orang dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada batas kemaknaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan perawat patuh melakukan hand hygiene 27,4% dan tidak patuh 72,6%. Variabel karakteristik individu yaitu sikap (p=0,001), beban kerja (p=0,015), dan dukungan organisasi yaitu ketersediaan fasilitas (p=<0,001), pelatihan (p=0,043), sanksi (p=0,011) berpengaruh terhadap kepatuhan hand hygiene dan variabel yang tidak berpengaruh adalah pengetahuan (p=0,079).

Variabel dominan berpengaruh adalah sanksi dengan nilai koefisien β = 2,442, artinya setiap peningkatan pemberian sanksi akan mengakibatkan peningkatan kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene sebesar 2,442. Kesimpulan hasil penelitian bahwa variabel yang memengaruhi kepatuhan perawat dalam penerapan cuci tangan yaitu sikap, beban kerja, ketersediaan fasilitas, pelatihan dan sanksi. Disarankan manajemen rumah sakit menerapkan agar setiap kepala ruangan sebagai contoh perawat teladan patuh menerapkan hand hygiene, menerapkan rotasi kerja berkala, reward, melengkapi fasilitas mendukung hand hygiene, pelatihan, perlombaan hand hygiene dan membuat serta menerapkan sanksi administratif atau teguran secara lisan dan tulisan.

Kata Kunci : Individu, Organisasi, Kepatuhan Hand Hygiene

(6)

Abstract

Report on the results of audit compliance of hand hygiene of nurse nurses by KPPI in the inpatient room of Dr. Pirngadi Medan in 2017 amounted to 20.7%. The compliance rate is still low. The HAI incident, which is Primary Blood Flow Infection (IADP), is at 18.51 -44.11%. Factors that cause the high number of cases of HAI are due to the lack of compliance by implementing nurses to carry out hand hygiene. The purpose of this study was to analyze the influence of individual characteristics (knowledge, attitudes, workload) and organizational support (availability of facilities, training, sanctions) on compliance with implementing nurses. This type of research is a survey with an explanatory research approach. The population is all the implementing nurses as many as 505 people and the total sample is 113 people with a simple random sampling technique. Data collection through questionnaires and observations. Data were analyzed using multiple linear regression tests at 95% significance limits. The dominant dominant variable is sanctions with β coefficient value of 2.442, meaning that each increase in sanctions will result in an increase in adherence of implementing nurses to hand hygiene of 2.442 The conclusion of the research results that the variables that influence nurse compliance in the application of handwashing are attitude, workload, availability of facilities, training and sanctions. It is suggested that hospital management implements that each head of the room as an example of an exemplary nurse obediently implements hand hygiene, implements periodic work rotations, complements facilities to support hand hygiene, training and hand hygiene competitions and makes and applies administrative sanctions or verbal and written reprimands.

Keywords : Individuals, Organizations, Hand Hygiene Compliance.

(7)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Karakteristik Individu dan Dukungan Organisasi terhadap Kepatuhan Perawat Pelaksana Melakukan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pringadi Medan Kota Medan Tahun 2018.”

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Penguji dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya tesis ini.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Penguji I yang selama ini dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya tesis ini.

(8)

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Penguji II yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Dr. Juanita, S.E., M.Kes, selaku sebagai Penguji III yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

8. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan menyediakan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Suami Tercinta dan Anakku serta Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan doa selama penulis menjalani pendidikan.

10. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritik untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon Berkat-Nya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Maret 2019 Penulis

Sondang Simanjuntak

(9)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Sondang Simanjuntak, lahir di Balige tanggal 04 Desember 1962, anak ke dua dari tujuh bersaudara dari pasangan Paian Simanjuntak, BA (Alm) dan Selly br Siahaan (Alm). Penulis menikah dengan Ir.

Bonar Sirait, M.Si, dan dikaruniai 1 orang putri Yosephine Sirait.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 3 Medan tamat tahun 1975, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Panca Budi Medan tamat tahun 1979, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Medan tamat tahun 1982. Penulis mengikuti Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara tamat 1990. Pendidikan Lanjutan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Sejak tahun 2016 sampai sekarang.

Penulis mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Rumah Sakit Umum Kuala Kapuas Kabupaten Kuala Kapuas Kalimantan Tengah tahun 1991 selama 8 bulan. kemudian pindah tugas ke Rumah Sakit Dr. Murjani Kabupaten Sampit Kalimantan Tengah mulai tahun 1991 s.d 1994. Selanjutnya pindah ke Dinas Kesehatan Kota Madya Palangkaraya mulai tahun 1994 s.d 1999.

Kemudian pindah tugas ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sejak tahun 2000 s.d sekarang.

(10)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Pengesahan i

Abstrak ii

Abstract iii

Kata Pengantar iv

Riwayat Hidup vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Rumus Masalah 8

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10

Kepatuhan 10

Pengertian Kepatuhan 10

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepatuhan 11

Hand Hygiene 14

Pengertian Hand Hygiene 14

Tujuan Hand Hygiene 14

Indikator Hand Hygiene 15

Macam-Macam Hand Hygiene 16

Teknik Hand Hygiene 17

Peran Komite PPI terhadap Hand Hygiene 19

Landasan Teori 19

Kerangka Konsep Penelitian 21

Hipotesis Penelitian 22

Metode Penelitian 23

Jenis Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Populasi dan Sampel 23

Populasi 23

Sampel 23

Metode Pengumpulan Data 26

Uji Validitas dan Reliabilitas 26

Variabel dan Definisi Operasional 29

(11)

Metode Pengukuran 34

Metode Analisis Data 38

Hasil Penelitian 41

Gambaran Daerah Penelitian 41

Karakteristik Perawat Pelaksana 42

Karakteristik Individu 44

Pengetahuan 44

Sikap 46

Beban Kerja 49

Dukungan Organisasi 51

Kelengkapan Fasilitas 51

Pelatihan 52

Sanksi 53

Kepatuhan Hand Hygiene 54

Tabulasi Silang Antara Varibel Karakteristik Individu dan Dukungan

Organisasi dengan Kepatuhan Hand Hygiene 57

Tabulasi Silang Karakteristik Individu (Pengetahuan, Sikap

dan Beban Kerja) dengan Kepatuhan Hand Hygiene 57 Tabulasi Silang Dukungan Organisasi (Ketersediaan Fasilitas,

Pelatihan dan Sanksi) dengan Kepatuhan Hand Hygiene 59 Pengaruh Variabel Karakteristik Individu dan Dukungan Organisasi

dengan Kepatuhan Hand Hygiene 60

Uji Normalitas 61

Uji Linieritas 61

Uji Asumsi Klasik 62

Uji Regresi Linier Berganda 65

Pembahasan 70

Kepatuhan Hand Hygiene 70

Penggaruh Karakteristik Individu (Pengetahuan, Sikap, Beban Kerja)

terhadap Kepatuhan Hand hygiene Perawat Pelaksana 72 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Hand hygiene

Perawat Pelaksana 72

Pengaruh Sikap terhadap Kepatuhan Hand hygiene Perawat

Pelaksana 74

Pengaruh Beban Kerja terhadap Kepatuhan Hand Hygiene

Perawat Pelaksana 79

Pengaruh Dukungan Organisasi (Ketersediaan Fasilitas, Pelatihan,

Sanksi) terhadap Kepatuhan Hand hygiene Perawat Pelaksana 82 Pengaruh Ketersediaan Fasilitas terhadap Kepatuhan Hand

hygiene Perawat Pelaksana 83

Pengaruh Pelatihan terhadap Kepatuhan Hand hygiene

Perawat Pelaksana 87

Pengaruh Sanksi terhadap Kepatuhan Hand hygiene Perawat

Pelaksana 90

(12)

Implikasi Penelitian 92

Keterbatasan Penelitian 93

Kesimpulan dan Saran 95

Kesimpulan 95

Saran 95

Daftar Pustaka 97

Lampiran 102

(13)

Daftar Tabel

No. Judul Halaman

1 Distribusi Besar Sampel yang Diteliti Berdasarkan Ruangan di

RSUD Dr. Pirngadi Medan 24

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian 27

3 Aspek Pengukuran Variabel Independen 34

4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Pelaksana 43 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Perawat Pelaksana tentang

Pengetahuan Hand Hygiene 44

6 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Pengetahuan tentang Hand

Hygiene 46

7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Perawat Pelaksana tentang

Hand Hygiene 47

8 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Sikap Perawat Pelaksana

terhadap Penerapan Hand Hygiene 49

9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perawat Pelaksana tentang

Beban Kerja 49

10 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Beban Kerja Perawat

Pelaksana 50

11 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Fasilitas Hand Hygiene 51 12 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Ketersediaan Fasilitas Hand

Hygiene 52

13 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Pelatihan Hand Hygiene 52 14 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perawat Pelaksana tentang

Sanksi Hand Hygiene 53

15 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Sanksi Hand Hygiene 54 16 Distribusi Frekuensi Pengamatan tentang Kepatuhan Hand

Hygiene Berdasarkan Lima Momen dan Enam Langkah

Kebersihan Tangan 55

(14)

17 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Kepatuhan Hand Hygiene

Perawat Pelaksana 56

18 Tabulasi Silang Karakteristik Individu (Pengetahuan, Sikap dan

Beban Kerja) dengan Kepatuhan Hand Hygiene 58

19 Tabulasi Silang Dukungan Organisasi (Ketersediaan Fasilitas,

Pelatihan dan Sanksi) dengan Kepatuhan Hand Hygiene 59

20 Hasil Uji Normalitas 61

21 Hasil Uji Linieritas 61

22 Uji Multikolinieritas 62

23 Uji Heteroskedastisitas 64

24 Hasil Uji Serentak 66

25 Hasil Uji Parsial 69

(15)

Daftar Gambar

No. Judul Halaman 1 Five Moments Hand Hygiene (Sumber: WHO, 2009) 16 2 Hand Washing Technique with Soap and Water (WHO 2009) 18

3 Teori Hand Hygiene Menurut Pittet 20

4 Kerangka Konsep Penelitian 21

5 Hasil Uji Normalitas 71

(16)

Daftar Lampiran

Lampiran. Judul Halaman

1 Persetujuan Menjadi Responden 102

2 Kuesioner 103

3 Hasil Pengolahan Data 108

4 Master Data 135

5 Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 145 6 Surat Telah Selesai Meneliti dari RSUD Dr. Pirngadi Kota

Medan 146

7 Dokumentasi 147

(17)

Daftar Istilah

AMR : Antimicrobial Resistance

CDC : Centers for Disease Control and Prevention CHG : Chlorhexidine Gluconate

HAI’s : Healthcare Associated Infections IADP : Infeksi Aliran Darah Primer ILO : Infeksi Luka Operasi ISK : Infeksi Saluran Kemih

JCI : Joint Commission International KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit PCMX : Para-Chloro-Metaxylenol

Perdalin : Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

SPO : Standar Prosedur Operasional WHO : World Health Organization

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Mutu rumah sakit dapat dikatakan efektif bila mutu pelayanan yang diberikan adalah baik, sesuai dengan prinsip tata kelola klinik (clinical governance) yang baik melalui sistem yang menyuluh dan terpadu yang dapat dinilai melalui berbagai indikator layanan yang ada. Indikator mutu lainnya yang sangat penting adalah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), sesuai dengan standar Internasional patient Safety Goals dari Joint Commission International (JCI) yang salah satunya adalah pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Organisasi dunia yang menangani penyakit disebut sebagai Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bertugas melakukan surveilans terhadap penyakit infeksi akibat dari pelayanan kesehatan yaitu Healthcare Associated Infections (HAI’s) yang dahulu dikenal sebagai infeksi nosokomial. Jumlah penderita penyakit infeksi di rumah sakit Amerika Serikat tahun 2013 mencapai 721.800 kasus dari 183 rumah sakit yang diteliti dan sebanyak 75.000 pasien meninggal dunia saat mendapatkan pengobatan di rumah sakit (CDC, 2014)..

Prevalensi HAI’s di China berdasarkan penelitian Shao (2016) di Rumah Sakit Afiliasi Pertama, College of Medicine, Zhe-Universitas Jiang Cina dari 1.718 pasien yang dirawat intensif di ruang Intensive Care Unit (ICU), diketahui tingkat HAI’s mencapai 32,48% (558/1.718). Respiratory Tract Infection (RTI) sebesar 64,75%, diikuti Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebesar 9,4% dan Blood Stream Infection (BSI) sebesar 7,96%. Pasien menderita infeksi nosokomial 558

(19)

orang disebabkan patogen yang paling banyak adalah basilus aerobik gram negatif (71,4%) dan diikuti oleh basilus aerobik gram positif (19,26%).

Prevalensi HAI’s di negara Asia Tenggara dan negera eropa tidak berbeda jauh. Thailand sebagai negara berkembang berdasarkan hasil survei Manosuthi (2017) tentang prevalensi HAI’s di 50 unit rumah sakit bahwa dari 15.475 kasus infeksi yang disurvei, 688 pasien menderita HAI’s (1,1 HAI’s per pasien yang terinfeksi). Tingkat HAI’s sebesar 7,3% di rumah sakit universitas, 5.0% di rumah sakit pemerintah tersier, 3.9% di rumah sakit pemerintah sekunder, dan 1,6% di rumah sakit swasta. Ruangan perawatan pasien yang banyak ditemukan kasus HAI’s adalah ruang perawatan intensif sebesar 17%.

HAI’s juga masih merupakan penyebab utama terjadinya kesakitan (morbidity) dan kematian (mortalitas). Indonesia juga sebagai negara anggota Association of South East Asia Nations (ASEAN), rata-rata prevalensi infeksi HAI’s cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan di Indonesia terhadap 10 RSU Pendidikan dengan melakukan surveillance aktif diperoleh 6-16% dengan rerata 9,8%. Rumah sakit yang sedikit kasus HAI’s adalah Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Soerojo Magelang. Data bulananan kasus HAI’s selalu dibawah target yang ditetapkan. Jenis HAI’s yang sering ditemukan yaitu Infeksi Luka Operasi (ILO).

Target Infeksi Luka Operasi (ILO) di bawah 2%, tetapi capaiannya selalu lebih dari 2%, seperti bulan Oktober-Desember 2016 berturut-turut adalah 6,7%, 3,7%

dan 7,14%. Sebenarnya kejadian ini bisa dicegah bila rumah sakit melaksanakan program pengendalian infeksi secara konsisten (RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, 2016).

(20)

Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) melakukan survei point prevalensi sebanyak 11 rumah sakit di Daerah Khusus Istimewa Jakarta (DKI) tahun 2010 didapatkan hasil angka kejadian HAI’s yaitu Infeksi Luka akibat Operasi (ILO) 18,9%, Infeksi yang terjadi di Saluran Kemih (ISK) 15,1%, Infeksi di Aliran Darah Primer (IADP) 26,4%, pneumonia 24,5% dan infeksi di saluran nafas lain 15,1%, serta infeksi lain 32,1% (Perdalin, 2010).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang memiliki angka HAI’s masih cukup tinggi, mencapai 3,14% (Nurjannah, 2015). Rumah Sakit yang berada di Kota Medan antara lain RSUD Haji Adam Malik, terdapat infeksi luka operasi bersih pasca bedah dengan angka prevalensi sebesar 5,6% (Nirbita, 2017).

Selanjutnya diketahui data survei awal yang dilakukan Marzuki tahun 2017 di Rumah Sakit Swasta Murni Teguh Memorial Hospital, berdasarkan surveilans HAI’s menunjukkan angka kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Januari dan Maret 2016 melebihi angka Standar Pelayanan Minimum (SPM) dengan angka kejadian mencapai 14,7%.

Salah satu rumah sakit pemerintah yang berkuaitas B adalah RSUD Dr.

Pirngadi dan menjadi heritage di Kota Medan. Pelayanan kesehatan di 32 ruang rawat inap didukung oleh perawat pelaksana berjumlah 505 orang. Rumah sakit terletak di pusat kota dan telah mendapat penilaian tingkat paripurna akreditasi pada 22 Februari 2017 dengan penilaian Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012. Berdasarkan surveilans HAI’s RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditemukan angka kejadian infeksi yang cukup tinggi yaitu Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) berkisar antara 18.45%-34,48%, sedangkan Infeksi Daerah Operasi (IDO)

(21)

berada pada angka 2,22%-16,6% Angka kejadian Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) terutama terjadi di ruang Perinatologi berada pada angka 18.51%-44,11%, sedangkan angka standar yang direkomendasi oleh Kemenkes RI adalah kurang dari atau sama dengan 1,5%.

HAI’s merupakan penyakit yang dididerita setelah mendapatkan pelayanan kesehatan atau tinggal di rumah sakit infeksi yang didapat pasien saat berada di fasilitas kesehatan. Tingginya kasus HAI’s disebabkan pihak manajemen belum efektif mengelola lingkungan rumah sakit yang hygiene sehingga kasus setiap tahun kasusnya cenderung masih tinggi (Roshdahl & Kowalski, 2014).

Perawat pelaksana dalam melakukan tindakan medis kepada pasien dalam proses pengobatan pasien apabila tidak mengikuti standar prosedur operasional pelayanan kesehatan dapat menyebabkan penyakit infeksi. Tidak hanya pasien tetapi risiko ini dapat ditanggung oleh petugas kesehatan di unit kerja lainya. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh tidak mampu mengimbangi infeksi yang disebarkan mikroorganisem patogen yang memiliki daya serang yang kuat ke dalam tubuh (Potter & Perry, 2010).

Tingginya angka kejadian HAI’s tersebut menunjukkan penularan masih cukup tinggi dan merupakan ancaman bagi pelayanan rumah sakit. Kurangnya kuantitas dan kualitas pengendalian infeksi rumah sakit ini sangat erat kaitannya dengan kepatuhan hand hygiene. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kepatuhan hand hygiene pada petugas kesehatan dapat mengontrol atau mengendalikan kejadian infeksi (WHO, 2014).

(22)

Upaya untuk mengendalikan HAI’s melalui perilaku perawat pelaksana untuk patuh menerapkan hand hygiene. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, tingkat kepatuhan hand hygiene belum sesuai yang diharapkan yaitu mencapai 50% Tingkat kepatuhan hand hygeien perawat tidak berbeda jauh di Rumah Sakit Universitas Marmara Istanbul mencapai 43,2% (Karaaslan, dkk, 2014). Bahkan penelitian Pittet tahun 2013 di Rumah Sakit Universitas Geneva tidak mencapai setengah proporsi yaitu 48%.

Penelitian tingkat kepatuhan hand hygiene perawat pelaksanan belum sesuai dengan harapan di rumah sakit Indonesia. Sesuai penelitian Damanik (2012) dan Pratama (2015) di dua lokasi rumah sakit yang berbeda yaitu di Rumah Sakit Imanuel Bandung dan RSUD dr. Iskak bahwa tingkat kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene tidak mencapai setengah dari proporsi yaitu 48,3% dan 36%. Faktor penyebabnya adalah kurang pengetahuan perawat pelaksana tentang hand hygiene.

Kepatuhan hand hygiene perawat pelaksana masih rendah di rumah sakit disebabkan kurangnya perhatian akan teknik steril saat melakukan perawatan atau tindakan perawatan, lamanya proses perawatan, dan standar pelayanan yang kurang optimal dalam pelaksanaannya sebagai faktor penyebab angka kejadian HAI’s semakin meningkat (Pedoman PPI, 2011). Kasus HAI’s ini tidak terlepas dari peran komite penanggulangan HAI’s. Sesuai dengan temuan Riset Fasilitas Kesehatan bahwa rumah sakit di Indonesia mengelola pencegahan infeksi secara aktif oleh komite PPI hanya 84% dari 51,7% rumah sakit memiliki komite tersebut.

(23)

Hasil audit kepatuhan hand hygiene untuk bulan Januari-Agustus 2017, yang dilakukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan dengan kepatuhan dokter 39,9%, perawat pelaksana 61,7%, dan tenaga kesehatan lainnya 42,5%. Kepatuhan tersebut belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit lebih dari atau sama dengan 85%.

Berdasarkan hasil audit kepatuhan kebersihan tangan perawat pelaksana oleh KPPI di ruangan rawat inap tahun 2017 sebesar 20,7%. Angka kepatuhan tersebut masih rendah, meskipun perawat pelaksana berjumlah lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lainnya dan lebih sering kontak dengan pasien dan lingkungan pasien di rumah sakit sehingga lebih berisiko terhadap penularan penyakit infeksi.

Hal inilah sebagai alasan penulis untuk meneliti perawat pelaksana di ruang rawat inap dalam melakukan hand hygiene dengan 5 momen dan 6 langkah.

Survei awal yang dilakukan penulis melalui hasil audit keterampilan cuci tangan dengan menerapkan 6 langkah yaitu 48% (48 orang) perawat terampil melakukan 6 langkah kebersihan tangan dengan nilai 100 dan 18% (18 orang) perawat mampu melakukan 4 dari 6 langkah kebersihan tangan dengan nilai 66,8.

Selanjutnya 8% (8 orang) perawat mampu melakukan 3 dari 6 langkah dengan nilai 50,1 dan 13% (13 orang) perawat mampu melakukan 2 dari 6 langkah dengan nilai 33,4. Kemudian 5% (5 orang) perawat hanya tahu 1 dari 6 langkah dengan nilai 16,7% dan 8% (8 orang) perawat tidak tahu sama sekali dari 6 langkah dengan nilai 0 (RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2017).

Hasil wawancara dan pengamatan tentang kepatuhan hand hygiene kepada 20 orang perawat bulan Februari 2018 terdapat 6 orang (30%) melaksanakan

(24)

kepatuhan hand hygiene sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) mengandung unsur penerapan kebersihan tangan dengan prosedur 5 momen dan 6 langkah kebersihan tangan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagaimana tertuang dalam SK Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, No:

7075/207.01.01/x/2015 tentang kebijakan PPI RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang di dalamnya mengandung unsur penerapan kebersihan tangan dengan prosedur 5 momen dan 6 langkah kebersihan tangan. Berdasarkan identifikasi ketidakpatuhan hand hygiene diasumsikan oleh karena kurangnya pengetahuan, sikap dan beban kerja karena jumlah pasien cukup banyak. Selain itu, kurangnya dorongan dari kepala ruangan, sanksi diasumiskan kurang diterapkan dan penyelenggaraan pelatihan belum merata karena pelatihan dilakukan 1 (satu) kali saja.

Menurut Pittet (2001) bahwa tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertama faktor karakteristik terdiri dari pemahaman, respons, sibuk akibat beban kerja yang berat. Kedua, faktor dukungan orgniasasi terdiri dari standar prosedur operasional, reward, pemberian sanksi, kegiatan pelatihan dan dukungan sarana/prasarana yang memadai, Ketiga, faktor perilaku terdiri dari kepercayaan, keyakinan dan dukungan sosial lainnya. Faktor individu, organisasi dan lingkungan yang meliputi air dan arsitektur bangunan adalah penentu dalam kepatuhan hand hygiene. Wandel (2010) menambahkan hal penting lainnya adalah bagaimana meningkatkan pemahaman untuk meningkatkan kepatuhan perawat pelaksana dalam melakukan hand hygiene.

(25)

Berdasarkan studi literatur mengatakan bahwa kurangnya faktor pengetahuan atau pemahaman tentang pentingnya melakukan hand hygiene pada petugas kesehatan akan memengaruhi kepatuhan terhadap hand hygiene (Pratama, 2015). Menurut Pittet dan Boyce (2011) bahwa tenaga kesehatan di rumah sakit belum patuh terhadap kewaspadaan standar dipengaruh oleh pemberian kegiatan edukasi atau pelatihan belum kontinyu. Penelitian Nelwan (2017) mengatakan pemberian sosialisasi atau informasi tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) hand hygiene kepada tenaga kesehatan oleh komite PPI dengan frekuensi jarang sehingga tenaga kesehatan kurang patuh.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengkaji tentang Pengaruh Karakteristik Individu dan Dukungan Organisasi terhadap Kepatuhan Perawat Pelaksana Melakukan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan audit keterampilan cuci tangan dengan indikator perawat terampil melakukan 6 langkah kebersihan tangan, 5 dari 6 langkah, 4 dari 6 langkah, 3 dari 6 langkah, 2 dari 6 langkah dan 1 dari 6 langkah serta tidak tahu sama sekali masih di bawah angka yang diharapan sehingga Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) masih tinggi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Faktor penyebab masih tingginya kasus HAI’s disebabkan belum patuhnya perawat pelaksana melakukan hand hygiene yaitu kebersihan tangan dengan prosedur 5 momen dan 6 langkah kebersihan tangan diduga karena kurang baiknya pengetahuan, sikap, beban kerja, sanksi, ketersediaan fasilitas dan

(26)

pelatihan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh faktor karakteristik individu (pengetahuan, sikap, beban kerja) terhadap kepatuhan melakukan hand hygiene perawat pelaksana?

2. Apakah ada pengaruh dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) terhadap kepatuhan melakukan hand hygiene perawat pelaksana?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (pengetahuan, sikap, beban kerja) terhadap kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene.

2. Menganalisis pengaruh dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) terhadap kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene.

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian adalah :

1. Sebagai informasi tentang kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene dalam pencegahan dan pengendalian HAI’s sehingga tercipta lingkungan rumah sakit yang hygiene.

2. Sebagai masukan bagi manajemen dan KPPI rumah sakit dalam mengambil kebijakan dalam upaya menurunkan angka HAI’s.

3. Kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat.

(27)

Tinjauan Pustaka

Kepatuhan

Pengertian kepatuhan. Kepatuhan hand hygiene merupakan ketaatan dalam melakukan hand hygiene sesuai dengan indikasi dan tata cara yang benar (Pittet, 2001). Menurut Kristianingrum (2011) bahwa tingkat kepatuhan pasien dapat diartikan sebagai perilaku mentaati anjuran yang disampaikan dokter penanggung jawab sesuai terapi yang digunakan untuk kesembuhan penyakit berdasarkan diagnosa penyakit (Kristianingrum, 2011). Efstathiou (2011) menawarkan definisi yang luas dari kepatuhan dalam tatacara pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut, kepatuhan adalah tingkatan dari perilaku tertentu untuk mengikuti instruksi dan nasehat tenaga kesehatan dalam proses perawatan penyakit.

Ian & Marcus (2011) mengungkapkan kepatuhan merupakan perilaku pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan untuk selalu mentaati perintah yang disampaikan. Dari aspek psikologi dapat diartikan sebagai keyakinan dan kepercayaan pasien untuk patuh mengikuti semua anjuran dan tindakan kesehatan untuk memmpercepat proses kesembuhan penyakit. Kegiatan promosi melalui penyebaran informasi kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk berobat.

Ketidakpatuhan adalah perilaku yang tidak mentaati nasehat atau peraturan yang telah ditetapkan. Perilaku ketidakpatuhan dapati dilihat dari ucapan atau bahasa tubuh seseorang terhadap suatu kondisi yang tidak diinginkannya Bentuk

(28)

kesal dan meninggalkan ruang kerja. Bentuk lainnya adalah seseorang yang dapat mengguntung dalam lipatan, dimana di depan bermanis muka tetapi di belakang berhina atau mengejek teman lainnya serta tidak berminat berpartisipasi mengikuti perintah dari atasannya (Swansburg, 2000).

Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan. Menurut Pittet (2001) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan menerapkan hand hygiene sebagai berikut :

1. Faktor Karakteristik Individu

Karakteristik berhubungan dengan ciri individu yang dapat memengaruhi kegaitan atau aktivitas yang dilakukannya untuk mencapai suatu harapan atau keinginan. Karakteristik mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan hand hygiene sebagai tugas dan tanggung jawab mengendalikan penyakit seperti pengetahuan, sikap maupun beban kerja (Pittet, 2001).

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kepatuhan cuci tangan. Sesuai dengan Pittet (2001) menjelaskan faktor individu sangat berperan dalam meningkatkan kepatuhan cuci tangan. Faktor individu tersebut meliputi: pengetahuan, sikap, dan beban kerja. Sedangkan pengertian pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui seseorang tentang sesuatu hal yang dapat digunakan untuk menjalani kehidupnya. Seseorang memiliki dasar untuk mencari tahu dan menalaah pengalaman yang dimilikinya (Mubarak, 2012)

(29)

b. Sikap

Sikap dalam melakukan kebersihan tangan dianggap sebagai ukuran utama dalam mengurangi penularan pathogen nosokomial yaitu sikap positif atau negatif terhadap gambaran ketepatan pelaksanaan dalam mencuci tangan. Perbaikan kepatuhan kebersihan tangan dikaitkan dengan penurunan angka kejadian infeksi dan meningkatkan keamanan pasien (Pittet, 2001).

Sikap memengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan. Sikap merupakan hasil pertimbangan untuk dan rugi dari perilaku tersebut, dan sikap itu sendiri dipengaruhi oleh niat. Hasil penelitian Herpan & Wulandani (2012) menyatakan bahwa sikap perawat memengaruhi terhadap kinerjanya dalam melaksanakan hand hygiene.

c. Beban kerja

Beban kerja dapat memengaruhi kinerja seseorang. Aktivitas yang cukup banyak dapat menyebabkan seseorang tidak patuh cuci tangan. Petugas kesehatan memiliki beban kerja yang berat bersiko lupa mencuci tangan sewaktu dan sebelum memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Hal ini juga tersiar dalam jurnal-jurnal mengenai kekurangan tenaga kesehatan turut memperparah ketidakpatuhan cuci tangan dan faktor beban kerja (Karabay, 2005).

2. Faktor Dukungan Organisasi

Peran organisasi untuk mendukung pelaksanaan hand hygiene dimulai dari menanamkan komitmen yang kuat. Penguatan komitmen dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menyediakan fasilitas yang mendukung, pelatihan yang merata dan sanksi yang tegas.

(30)

a. Ketersediaan fasilitas

Akses fasilitas cuci tangan seperti ketersediaan wastafel di rumah sakit dapat meningkatkan dorongan perawat pelaksana patuh cuci tangan. Sesuai penelitian Pittet (2001) menjelaskan bahwa ketidak tersediaan fasilitas cuci tangan menyebabkan perawat pelaksana malas mencuci tangan.

Kemudahan mengakses persediaan alat-alat untuk menerapkan cuci tangan , seperti tempat cuci tangan handrub dan tissue merupakan hal yang sangat penting untuk mengoptimalkan kepatuhan. Kendala dalam cuci tangan adalah ketiadaan sarana untuk mencuci tangan menyebabkan rendahnya kepatuhan hand hygiene (Sadele dan Aquilera, 2017).

b. Pelatihan

Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan untuk merubah perilaku individu. Tekni memberikan pelatihan yang efektif dengan cara dilakukan secara berkesinambungan tanpa harus mengganggu jadwal kerja.

Penelitian Lau Chun Ling dalam Ananingsih (2016) menjelaskan tingkat patuh tenaga kesehatan dalam cuci tangan yaitu 27%-40,8%. Kejadian ini dapat disebabkan unsur ketidak sengajaan melakukan cuci tangan.

Penelitian serupa oleh Takahashi (2010) melakukan penelitian dengan menerapkan pendidikan cuci tangan dan terlebih dahulu fasilitas cuci tangan disediakan dengan lengkap. Hasil temuan bahwa pemberian pendidikan tersebut efektif meningkatkan kepatuhan karena terjadi peningkatan dari 46% sebelum intervensi menjadi 77% setelah intervensi.

(31)

c. Sanksi

Pelaksanaan pengawasan hand hygiene harus dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten di rumah sakit agar perawat pelaksana yang tidak disiplin perlu diberi sanksi. Perawat pelaksana apabila tidak melakukan kepatuhan hand hygiene sesuai standar yang berlaku dapat diberi sanksi resmi dari manajemen rumah sakit agar keselamatan pasien (patient safety) dapat terlaksana dengan baik. Perawat yang lalai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dapat diberikan sanksi administrasi berupa teguran lisan, peringatan tertulis, denda administratif, dan pencabutan izin praktek (Umboh, 2017).

Hand Hygiene

Pengertian hand hygiene. Hand hygieni merupakan pencegahan infeksi dan kontrol (infection prevention and control atau IPC). Kegiatan hand hygiene secara optimal dapat mengurangi infeksi dalam melakukan perawatan kesehatan (Healthcare Associated Infections atau HAI’s) dan penyebaran dan resistensi antimikroba (Antimicrobial Resistance atau AMR) (Pittet, 2017).

Hand hygiene bertujuan mencegah penyebaran infeksi di tangan sebelum atau sesudah menerapkan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan menggunakan sarung tangan dan alat pelindung diri harus tetap melakukan hand hygiene untuk mengurangi keberadaan mikroorganisme di tangan (Nursalam dan Ninuk, 2007).

Tujuan hand hygiene. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) (2009) bahwa cuci tangan merupakan teknik sederhana menghindari penyakit infeksi pada petugas kesehatan. Namun, kendala utamanya ada pada kepatuhan. Tujuan

(32)

melakukan cuci tangan adalah menghilangkan patogen yang ada di tangan, menghindari infeksi dari pasien ke perawat atau sebaliknya dan menciptakan lingkungan hygiene. Pendapat Susiati (2008) mengatakan bahwa penerapan hand hygiene bertujuan mensterilkan kondisi tangan dengan cara membersihkan mikroorganisasi sehingga transmisi mikroorganisma atau mencegah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain.

Indikator hand hygiene. Menurut Ian (2011) bahwa jadwal atau waktu yang dianjurkan untuk melakukan hand hygiene adalah sewaktu tangan kotor, sebelum tenaga kesehatan pulang ke rumah, sebelum dan sesudah pemberikan pelayanan kesehatan, berhubungan dengan pasien, menyentuh benda-benda di sekitar pasien, sebelum dan sesudah memberikan makan, serta sesudah ke kamar mandi.

Indikator hand hygiene agar kuman yang ada di tangan dapat diantisipasi (Depkes, 2009) yaitu:

a. Sebelum memberikan pelayanan kesehatan, seperti sewaktu memeriksa kesehatan (berhubungan dengan pasien), sewaktu mengunakan sarung tangan yang steril, sewaktu memberikan suntikan dan pemasangan infus.

b. Setelah memberikan pelayanan kesehatan, seperti sesudah memeriksa kesehatan pasien, sesudah menggunakan alat kesehatan yang sudah dipakai dan bahan terkontaminasi, sesudah menyentuh lapisan kulit dalam pasien.

WHO (2009) menjelaskan bahwa Five Momens for Hand Hygiene merupakan momen kebersihan tangan di fasilitas kesehatan dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, dan

(33)

sebelum tindakan aseptik. Selanjutnya tindakan sesudah terkena cairan dari tubuh pasien, dan sesudah kontak benda sekitar pasien.

Dua dari lima momen kebersihan tangan dilakukan sebelum berhubungan dengan pasien bertujuan untuk mencegah risiko penularan mikroorganisme atau infeksi kepada pasien dan tiga momen dilakukan sesudah berhubungan dengan pasien atau lingkungan di sekitar pasien. Kelima momen kebersihan tangan tersebut bertujuan untuk mencegah risiko infeksi atau memutuskan mata rantai mikroba dari infeksi silang maupun dari lingkungan sekitar pasien. Berikut gambar 5 momen hand hygiene.

Gambar.1. Lima Momen Kebersihan Tangan (Sumber: WHO, 2009)

Macam-macam hand hygiene. Mencuci tangan dapat dilakukan dengan berbagai macam Menurut WHO (2009), cuci tangan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan mengandung alkohol untuk menghilangkan mikroorganisme berbahaya, sabun antimikroba untuk memutuskan rantai pertumbuhan mikroba, sapu tangan antiseptik berbentuk tissue untuk membersihkan tangan, deterjen jika terkena air menciptakan buih berfungsi mengangatkan kotoran dari tangan, sabun biasa hanya bertujuan menghilangkan kotran dan bahan yang mengandung

(34)

antisepti tanda tanpa memerlukan airnya dengan cara menggosok kedua tangan sampai cairan hilang.

Teknik hand hygiene. Teknik hand hygiene yang biasa dilakukan sehari- hari adalah dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun dan dibilas atau disirim dengan air bersih dan mengalir. Aktivitas ini biasanya dilakukan apabila aktivitas yang dilakukan tidak berrisiko menularkan penyakit infeksi. Wastafel merupakan peralatan disertai peralatan kebersihan tangan seperti sabun cair, pelembab tangan dan alat pengering yaitu tissue dan lap tangan (hand towel) serta tong untuk membuang sampah. Setiap wastefel terdapat alas kaki dari bahan yang mudah menyerap air. Prosedur kerja mencuci tangan yang sering dilakukan atau tanpa menggunakan teknik cuci tangan yang baik sebagai berikut :

1. Melepaskan benda-benda yang ada di tangan, misalnya jam tanagan, gelang, dan cincin dan memposisikan tubuh dengan kran air secara ergonomis.

2. Menghidupkan wastafel dan mengontrol kecepatan air dan membasuh telapak tangan dengan sabun.

3. Menggosok tangan agar sabun dapat merata, selanjutnya melakukan gerakan tangan kiri dan kanan saling merapat secara bergantian.

4. Menggosok ujung tangan secara bergantian di telapak tangan.

5. Menggosok jari-jari tangan dengan jari jempol, selanjutnya lengan bawah tangan dapat membersihkan jari jempol.

6. Membasuh kedua tangan menggunakan air mengalir sampai bersih, dan sampai tidak ada cairan di tangan.

(35)

7. Selanjutnya menghentikan air dengan cara menutup dengan lengkah bawah agar tangan tidak terkontaminasi

Secara ringkas adapun 6 langkah hand hygiene yaitu :

1 = Menuang cairan handrub pada telapak tangan, kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.

2 = Mengusap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.

3. = Menggosok sela-sela jari tangan hingga bersih.

4. = Membersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.

5. = Menggosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. = Meletakkan ujung jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan secara bergantian.

Berikut gambar enam langkah hand hygiene berdasarkan WHO (2009).

Gambar 2. Enam Langkah Hand Hygiene dengan Handrub (WHO 2009)

(36)

Berdasarkan hasil audit kepatuhan hand hygiene Komite PPI RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan tahun 2017 bahwa pengukuran kapatuhan perawat pelaksana berdasarkan WHO (2009) dikelompokkan menjadi:

a. Kepatuhan Baik, perawat pelaksana melakukan 5 momen dengan 6 langkah hand hygiene ≥ 85%.

b . Kepatuhan Sedang, perawat pelaksana melakukan 5 momen dengan 6 langkah hand hygiene 75-85%.

c. Kepatuhan Minimal, perawat pelaksana melakukan 5 momen dengan 6 langkah hand hygiene <75%. (Komite PPI, 2017)

Peran Komite PPI terhadap Hand Hygiene

PPI berperan penting dalam mengurangi kejadian HAI’s di rumah sakit.

Komite ini melaksanakan pengawasan dan pemantauan secara berkala untuk mengetahui sejauhmana perawat pelaksana menerapkan program hand hygiene.

Tentunya keanggotaan PPI harus didukung kemampuan dan keterampilan dan ketersediaan fasilitas serta menjalin kerjasama dengan berbagai lini untuk mensukseskan program tersebut untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Peran lainnya adalah membantu direktur utama mengendalikan penyakit infeksi di rumah sakit.

Landasan Teori

Pada tahun 1998, Kretzer dan Larson meninjau kembali teori perilaku tentang pemahaman dan cara hand hygiene dalam upaya mencapai/mengurangi penyakit infeksi di rumah sakit. Para peneliti ini mengusulkan kerangka hipotetis untuk meningkatkan hand hygiene dan menekankan pentingnya

(37)

mempertimbangkan faktor individu dan institusional dalam mendesain intervensi perilaku perawat pelaksana. Teori perilaku terutama difokuskan pada individu tidak cukup untuk memengaruhi perubahan perilaku perawat pelaksana dalam melakukan hand hygiene yang berkelanjutan. Intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene harus didasarkan pada berbagai tingkat perilaku interaksi. Faktor individu, lingkungan, dan organisasi harus dipertimbangkan dalam perencanaan strategis dan pengembangan promosi hand hygiene (Pittet, 2001).

Faktor ketidakpatuhan hand hygiene dalam menerapkan 5 momen perawat pelaksana tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan individu tetapi juga pada kelompok dimana individu bekerja dan eksensitensi pimpinan organisasi. Faktor yang memengaruhi kepatuhan hand hygiene di tempat kerja individu termasuk kurangnya umpan balik pendidikan (education), beban kerja tinggi, perampingan dan ketersediaan pegawai yang berkualitas, kurangnya dorongan atau motivasi dari pimpinan. Faktor lainnya di organisasi termasuk ketersediaan standar operasional prosedur, promosi dan ketersediaan fasilitas, lingkungan, dan kepemimpinan, sanksi, penghargaan. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai faktor untuk menilai kebersihan penerapan hand hygiene di rumah sakit (Pittet, 2001).

Kepatuhan untuk melaksanakan cuci tangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor karakteristik individu, perilaku, organisasi dan lingkungan.

Faktor tersebut mempunyai ketergantungan dalam memengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor karakteristik individu yang memengaruhi

(38)

yaitu pengetahuan, sikap, dan beban kerja. Faktor perilaku meliputi self efficacy dan dukungan sosial. Faktor dukungan organisasi meliputi SPO, kepimpinan, promosi, penghargaan, ketersediaan fasilitas, pelatihan, education, motivasi dan sanksi. Faktor lingkungan meliputi air dan arsitektur bangunan (Pittet, 2001).

Gambar 3. Teori Hand Hygiene Menurut Pittet (2001) Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini mengacu pada konsep kepatuhan pendapat Pittet (2001) bahwa faktor yang memengaruhi kepatuhan hand hygiene antara lain yaitu karakteristik individu dan dukungan organisasi. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik individu (pengetahuan, sikap dan beban kerja), dan dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) serta variabel dependen yaitu kepatuhan hand hygiene. Faktor perilaku terdiri dari Self efficacy, dukungan sosial dan faktor lingkungan terdiri dari dan arsitektur

Karakteristik Individu:

 Pengetahuan

 Sikap

 Beban kerja

Kepatuhan hand hygiene

Dukungan Organisasi

 SPO

 Kepimpinan

 Promosi

 Penghargaan

 Ketersediaan fasilitas

 Pelatihan

 Education

 Motivasi

 Sanksi Lingkungan :

 Air

 Arsitektur bangunan Perilaku:

1. Self efficacy 2. Dukungan sosial

(39)

bangunan tidak dimasukkan dalam variabel penelitian disebabkan penilaian memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun bagan kerangka konsep penelitian yaitu:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh karakteristik individu (pengetahuan, sikap, beban kerja) terhadap kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene.

2. Ada pengaruh dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) terhadap kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene.

Karakteristik Individu 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Beban kerja

Kepatuhan Hand Hygiene Dukungan Organisasi

1. Ketersediaan fasilitas 2. Pelatihan

3. Sanksi

(40)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory research yaitu menjelaskan pengaruh antar variabel karakteristik individu (pengetahuan, sikap dan beban kerja), dukungan organisasi (ketersediaan fasilitas, pelatihan, sanksi) terhadap kepatuhan perawat pelaksana melakukan hand hygiene di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Pemilihan lokasi penelitian ini dengan petimbangan bahwa angka kepatuhan hand hygiene di bawah SPM (<85%). Penelitian ini dilakukan bulan Maret 2018- Januari 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh perawat pelaksana terdiri dari perawat dan bidan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 505 orang.

Sampel. Besar sampel dihitung berdasarkan pendapat Lemeshow (1997) dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi satu sampel sebagai berikut:

n =

2

2 2 1

/ 1

) (

) 1 ( )

1 ( (

o a

a a O

O

P P

P P Z P P Z

dimana :

2 / 1

Z

= Nilai deviasi standar pada

5% sebesar 1,96

(41)

Z1 - β = Nilai deviasi standar pada  10% sebesar 1,282

Po = Proporsi kepatuhan hand hygiene perawat di Rumah Sakit Imanuel Bandung 2012 (48,3%) ≈ (50%)

Pa = Proporsi kepatuhan hand hygiene perawat yang diharapkan (65%)

dengan perhitungan :

n = 2

2 2 1

/ 1

) (

) 1 ( )

1 ( (

o a

a a O

O

P P

P P Z P P Z

n =

 

2

2

) 50 , 0 65 , 0 (

) 65 , 0 1 ( 65 , 0 ) 282 . 1 ( ) 50 , 0 1 ( 50 , 0 ( ) 96 , 1 (

n = 112,6

Maka besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 113 orang perawat. Penentuan besar sampel setiap kelas, pengambilan besar sampel dilakukan secara berimbang (proporsional to size) dengan rumus sebagai berikut : Tabel 1

Distribusi Besar Sampel yang Diteliti Berdasarkan Ruangan di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan

No. Ruang Jumlah

Perawat Perhitungan Besar Sampel

1. IGD 31 (31 /505) x 113 7

2. ICU 25 (25 /505) x 113 6

3. ICCU 12 (12 /505) x 113 3

4. KBE 14 (14 /505) x 113 3

5. Unit Stroke 13 (13 /505) x 113 3

(bersambung)

(42)

Tabel 1

Distribusi Besar Sampel yang Diteliti Berdasarkan Ruangan di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan

No. Ruang Jumlah

Perawat Perhitungan Besar Sampel

6. IBS/COT 17 (17 /505) x 113 4

7. Hemodialisa 20 (20 /505) x 113 4

8. HDU lt 5 12 (12 /505) x 113 3

9. Rafflesia 22 (22 /505) x 113 5

10. Angrek 1 18 (18 /505) x 113 4

11. Angrek 2 16 (16 /505) x 113 4

12. Mawar 20 (20 /505) x 113 4

13. Dahlia I (XV) 15 (15 /505) x 113 3

14. Dahlia 2 (XVII) 13 (13 /505) x 113 3

15. Asoka 1 (XXI) 19 (19 /505) x 113 4

16. Asoka 2 (XIV) 14 (14 /505) x 113 3

17. Kenanga I (IX) 17 (17 /505) x 113 4

18. Kenanga 2 (IMZ) 12 (12 /505) x 113 3

19. Tulip 1 (Lt V) 18 (18 /505) x 113 4

20. Tulip 2 (Lt VI) 14 (14 /505) x 113 3

21. Tulip 3 (Lt. VII) 19 (19 /505) x 113 4

22. Tanjung I (IV) 13 (13 /505) x 113 3

23. Tanjung II (V) 17 (17 /505) x 113 4

24. Meati I (III) 13 (13 /505) x 113 3

25. Melati II (Neuro) 13 (13 /505) x 113 3

26. Melati 3 (7-8) 11 (11 /505) x 113 2

27. Flalmboyan XVIII 12 (12 /505) x 113 3

28. Rawat gabung 10 (10 /505) x 113 2

29. Matahari (XXIII) 12 (12 /505) x 113 3

30. Recovery room 11 (11 /505) x 113 2

31. Perinatlogi 15 (15 /505) x 113 3

32. Anasthesi 17 (17 /505) x 113 4

Jumlah 505 113

Setelah diketahui jumlah sampel masing-masing ruang rawat inap, maka peneliti menggunakan teknik simple random sampling yaitu penentuan sampel secara sederhana dilakukan melalui undian kepada masing-masing perawat pelaksana di 32 ruang rawat inap sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 113

(43)

orang perawat pelaksana. Penulis menyerahkan persetujuan menjadi responden untuk diisi sebagai kerelaan hati tanpa unsur paksaan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah untuk data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama dengan menggunakan lembar kuesioner yaitu pengetahuan, sikap, beban kerja, pelatihan dan sanksi serta observasi yaitu kelengkapan fasilitas dan kepatuhan hand hygiene. Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan dan laporan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dan dari studi kepustakaan lainnya.

Uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai corrected item total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode Cronbach's Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > 0,700, maka dapat dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, beban kerja, ketersediaan fasilitas, pelatihan dan sanksi dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang perawat pelaksana di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan. Teknik pengambilan sampel uji validitas dan reliabilitas dengan

(44)

memberikan kuesioner kepada perawat pelaksana diluar sampel. Perawat menjadi sampel untuk uji validitas tidak diikutsertakan menjadi responden penelitian.

Sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan hand hygiene tidak dilakukan karena variabel kepatuhan hand hygiene berdasarkan standar dari WHO (2009).

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel penelitian menunjukkan nilai rhitung lebih besar dari rtabel, (0,361) sehingga item pertanyaan diasumsikan valid.

Nilai alpha cronbach hitung lebih besar dari 0,700, maka diasumsikan kuesioner reliabel seperti pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

No Variabel Butir Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha Keterangan

1. Pengetahuan 0,955 Reliabel

1 0,761 Valid

2 0,823 Valid

3 0,687 Valid

4 0,651 Valid

5 0,669 Valid

6 0,721 Valid

7 0,705 Tidak

8 0,728 Valid

9 0,862 Valid

10 0,784 Valid

11 0,651 Valid

12 0,816 Valid

13 0,834 Valid

14 0,816 Valid

15 0,723 Tidak

2. Sikap 0,897 Reliabel

1 0,713 Valid

2 0,602 Valid

3 0,534 Valid

4 0,599 Valid

5 0,728 Valid

6 0,850 Valid

7 0,555 Tidak

(45)

Tabel 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

No Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha Keterangan

8 0,590 Valid

9 0,805 Valid

10 0,659 Valid

2. Sikap 0,897 Reliabel

1 0,713 Valid

2 0,602 Valid

3 0,534 Valid

4 0,599 Valid

5 0,728 Valid

6 0,850 Valid

7 0,555 Tidak

8 0,590 Valid

9 0,805 Valid

10 0,659 Valid

3. Beban kerja 0,809 Reliabel

1 0,599 Valid

2 0,687 Valid

3 0,624 Valid

4 0,707 Valid

5 0,401 Valid

3. Kelengkapan Fasilitas 0,897 Reliabel

1 0,754 Valid

2 0,749 Valid

3 0,800 Valid

4 0,577 Valid

5 0,668 Valid

6 0,583 Valid

7 0,802 Tidak

5. Sanksi 0,867 Reliabel

1 0,775 Valid

2 0,684 Valid

3 0,705 Valid

4 0,727 Valid

5 0,648 Valid

(46)

Variabel dan Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami pengertian dari variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dijelaskan dalam definisi operasinal sebagai berikut:

1. Variabel independen

a. Karakteristik individu adalah ciri atau bentuk kebiasaan yang mengarahkan tindakan perawat pelaksana di rumah sakit melakukan hand hygiene meliputi pengetahuan, sikap dan beban kerja.

1) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui perawat pelaksana tentang hand hygiene tentang pengertian, manfaat, jenis cuci tangan, teknik dan cara mencuci tangan pada 5 momen dengan 6 langkah.

2) Sikap adalah respons perawat pelaksana dalam melakukan hand hygiene dengan indikator yaitu tanggung jawab, pasien banyak, mencegah infeksi, rasa aman dan nyaman, ketersediaan fasilitas, dukungan perawat pelaksana lain, dan keinginan diri sendiri.

a. Tanggung jawab adalah tindakan melakukan hand hygiene merupakan tanggung jawab sebagai provider.

b. Pasien banyak adalah tindakan melakukan hand hygiene walaupun jumlah pasien cukup banyak.

c. Menghindari infeksi adalah tindakan melakukan hand hygiene untuk menghindari penyakit infeksi.

d. Rasa aman dan nyaman adalah tindakan melakukan hand hygiene karena rasa aman dan senang untuk menghindari infeksi.

e. Ketersediaan fasilitas adalah tindakan melakukan hand hygiene didorong ketersediaan sarana yang lengkap.

(47)

f. Motivasi perawat lain adalah tindakan melakukan hand hygiene didorong oleh perawat pelaksana lainnya.

g. Keinginan diri sendiri adalah kesadaran melakukan hand hygien berasal dari dalam diri sendiri.

3) Beban kerja adalah penilaian perawat pelaksana terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan yang dapat memengaruhi hand hygiene dengan indikator aktivitas awal, buru-buru, pasien banyak, sebelum memeriksa pasien, dan sebelum pulang.

a. Aktivitas awal adalah tindakan perawat yang pertama melakukan hand hygiene setelah melakukan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap.

b. Buru-buru adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene apabila ada pekerjaan yang segera dilakukan.

c. Pasien banyak adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene meskipun banyak pasien.

d. Sebelum memeriksa pasien adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene sebelum memeriksa pasien.

e. Sebelum pulang adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene sebelum perawat pulang.

b. Dukungan organisasi adalah peran rumah sakit dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat pelaksana agar patuh dalam menerapkan hand hygiene berdasarkan ketersediaan fasilitas, pelatihan, dan sanksi.

(48)

1) Ketersediaan fasilitas adalah hasil pengamatan mengenai kelengkapan fasilitas untuk mendukung perawat pelaksana melakukan pelaksanaan hand hygiene dengan indikator wastafel, sabun cair, handuk kertas, cairan antibakterial, wastafel, tempat sampah, dan poster kebersihan.

Apabila salah satu fasilitas hand hygiene di wastafel tidak tersedia maka dikatakan tidak lengkap.

a. Wastafel adalah tempat membersihkan tangan, letaknya menempel pada dinding ruang rawat inap dilengkapi dengan kran air, dan rak untuk menaruh sabun, atau peralatan lainnya.

b. Air mengalir adalah sumber air yang dapat digunakan untuk membersihkan tangan.

c. Sabun adalah suatu bahan yang dapat digunakan untuk membersihan tangan yang mengandung zat yang dapat menghilangkan kotoran dari tangan.

d. Handuk adalah selembar kain atau kertas yang dapat menyerap cairan dari tangan dan digunakan untuk mengelap atau mengeringkan.

e. Handrub adalah cairan pembersih tangan mengandung alkohol yang tersedia dalam bentuk botol.

f. Poster adalah media informasi yang terdiri atas tulisan, gambar ataupun kombinasi antar keduanya dengan tujuan memberikan informasi kepada perawat melakukan cuci tangan.

g. Tempat handuk kotor adalah suatu wadah untuk menyimpan handuk yang telah digunakan di sekitar wastafel.

(49)

2) Pelatihan adalah keikutsertaan perawat pelaksana dalam mengikuti kegiatan pelatihan hand hygiene untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan agar patuh menerapkan hand hygiene yang diselenggarakan satu kali oleh rumah sakit berdasarkan pernah atau tidaknya.

3) Sanksi adalah tindakan ketidakdisiplinan perawat pelaksana melakukan hand hygiene sehingga diberi teguran secara lisan maupun tulisan dengan indikator teguran, sanksi adminitrasi, dan sanksi tegas sebagai kriteria kinerja perawat.

a. Teguran adalah bentuk tindakan kepada ruangan memberikan teguran kepada perawat yang tidak patuh hand hygiene.

b. Sanksi administrasi adalah teguran yang diberikan kepada perawat yang tidak patuh melakukan hand hygiene.

c. Sanksi tegas adalah tindakan tegas dari pimpinan dalam pemberian sanksi menjadi kriteria kinerja perawat pelaksana untuk memengaruhi kepatuhan hand hygiene.

2. Variabel dependen

a. Kepatuhan hand hygiene adalah hasil pengamatan kepada perawat pelaksana dalam menerapkan hand hygiene berdasarkan indikasi lima momen di rawat inap yaitu sebelum kontak pasien, sebelum tindakan aseptik/invasif, setelah kontak darah atau cairan tubuh, setelah kontak pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien melalui enam langkah cuci tangan yaitu meratakan sabun, menggosok punggung dan sela jari, mengosok kedua telapak tangan, jari saling mengunci, menggosok ibu jari secara berputar.

(50)

1) Sebelum kontak pasien adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene sebelum melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien.

2) Sebelum tindakan aseptik/invasif adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene sebelum melakukan tindakan medis perawat yang langsung dapat memengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.

3) Setelah kontak darah atau cairan tubuh adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene setelah terpapar darah atau cairan tubuh pasien.

4) Setelah kontak pasien adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene setelah melakukan kontak dengan pasien.

5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien adalah tindakan perawat melakukan hand hygiene setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

6) Meratakan sabun adalah menaruh handrub secara merata di telapak tangan dan menggosok kedua telapak tangan.

7) Menggosok punggung dan sela jari adalah menggosokan handrub ke seluruh pungung dan jari tangan.

8) Mengosok kedua telapak tangan adalah menggosokkan handrub ke seluruh telapak tangan dan jari tangan.

9) Jari saling mengunci adalah jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari uji t atau pengujian secara parsial menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu (parsial) yaitu CAR berpengaruh

Uji koefisien regresi secara parsial (Uji t) digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (karakteristik merek, karakteristik perusahaan,

Uji Parameter Individual atau biasa disebut dengan uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan secara parsial atau secara individu antara variabel independen dan variabel dependen

Pada bagian pengujian hipotesis akan dibahas mengenai pengujian secara parsial dengan uji t untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel independen (citra koperasi dan kualitas pelayanan) secara parsial terhadap

Pengujian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan menggunakan uji t, dimana pengujian ini membandingkan antara

Analisis koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui persentase kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan, dalam

Pengujian Hipotesis secara Parsial Uji t Uji t atau pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independen Kompetensi