SKRIPSI
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN AGRESIVITAS PAJAK TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BEI 2015-2018
OLEH
PALMA WIDIA SINAGA 150503162
PROGRAM STUDI STARA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Agresivitas Pajak terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2015-2018”
adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, website dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 16 Januari 2020 Yang membuat pernyataan
Palma Widia Sinaga NIM. 150503162
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FIRM CHARACTERISTICS AND TAX AGRESIVENESS ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE OF
MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2015-2018
This study aimed to analyse the influence of firm size, profile company, leverage, and tax aggressiveness on CSR disclosure of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. This research is classified as causal research, which is used data from 135 population and manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange in period 2015-2018. The sampling method used in this research is purposive sampling and obtained data that pass the test as many as 33 companies sampled and 152 the number of observations. The data used are the financial statements of each sampel company, published through the site www.idx.co.id.
The variables associated with this study are firm size, profile company, leverage and tax aggressiveness as independent variables. CSR disclosure as a variable dependent. This study used multiple linear regression to test the hypothesis.
The result shows that firm size has a positive and significant influence on CSR Disclosure. On the other hand Profile company, leverage and tax aggressiveness have no influence on CSR disclosure.
Keywords: Firm size, Profile Company, Leverage and Tax Agresiveness, CSR Disclosure
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan dan agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang mengunakan data populasi dari 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2015-2018. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling dan diperoleh data yang lulus uji sebanyak 33 perusahaan sampel dan 152 jumlah pengamatan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id.
Adapun variabel yang berkaitan dengan penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profil perusahaan, leverage dan agresivitas pajak sebagai variabel independen.
Pengungkapan corporate social responsibility sebagai variabel dependen. Penelitian ini mengunakan regresi linear berganda dalam pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility sedangkan profil perusahaan, leverage dan agresivitas pajak tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Profil Perusahaan, Leverage, Agresivitas Pajak, Pengungkapan CSR
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya yang telah memberi kekuatan dan memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan bertanggung jawab.
Adapun skripsi ini berjudul: Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Agresivitas Pajak Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2015-2018.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dan doa dari banyak pihak. Untuk itu kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak. Selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA, CMA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak. Hotmal Ja’far, MM, Ak. Selaku
Dosen Penguji dan Bapak Rustam, M.si, Ak. selaku Dosen Pembanding penulis yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Orangtua penulis, yang terkasih Ayah Alm H. Sinaga dan Ibunda R Simanjuntak dan kaka/abang tercinta Marintan Sinaga, Dita Sinaga, Angela Sinaga, Parasian Sinaga. Terimakasih sudah membentukku menjadi seperti ini. Terimakasih atas segala kasih sayang melalui doa, perhatian, dukungan yang selama ini diberikan.
5. Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang sudah banyak berbagi ilmu pengetahuan dan keterampilan. Bapak Ibu karyawan Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Kelompok Jubilate abang Christian dan sahabatku Afri, Wansry, Silvana yang menjadi tempatku bertumbuh di dalam Tuhan serta ikut membantuku dalam mengerjakan skripsi. Saudara-saudari terkasih pengurus UKM KMK UP Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang senantiasa berdoa dan memberi semangat.
Adik-adik terkasih Cindi, Yulia, Selly, Jordan, Raden, Yudha yang juga ikut mendukung dalam doa dan memberi semangat. Kaka dan abang alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang terus mendukungku dalam doa dan nasihat. Serta teman-teman satu kos yang memberikan dukungan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membacanya.
Medan, Penulis,
Palma Widia Sinaga NIM.150503162
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Teori Legitimasi ... 14
2.2 Teori Stakeholder ... 15
2.3 Corporate Social Responsibility ... 16
2.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility ... 16
2.1.2 Prinsip Corporate Social Responsibility ... 19
2.1.3 Defenisi Corporate Social Responsibility Disclosure ... 20
2.4 Karakteristik Perusahaan ... 23
2.2.1 Ukuran Perusahaan ... 23
2.2.2 Profil Perusahaan ... 24
2.2.3 Leverage ... 25
2.5 Agresivitas pajak ... 26
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
2.3 Kerangka Konseptual ... 34
2.7 Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III JENIS PENELITIAN ... 39
3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.4 Metode Pengumpulan data ... 41
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 41
3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 41
3.5.2 Variabel Independen (Independent Variable) ... 42
3.5.2.1 Ukuran perusahaan ... 42
3.5.2.2 Profil perusahaan ... 43
3.5.2.3 Leverage ... 43
3.5.2.4 Agresivitas pajak ... 44
3.6 Metode dan Analisis Data ... 46
3.7 Pengujian Hipotesis ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Data Penelitian ... 54
4.2 Hasil Penelitian ... 54
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 54
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 58
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 60
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 61
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 62
4.2.3 Uji Hipotesis ... 63
4.2.3.1 Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 65
4.2.3.2 Uji Simultan (uji F) ... 65
4.2.3.3 Uji Parsial (t) ... 66
4.3 Pembahasan ... 69
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 69
4.2.2 Pengaruh Profil Perusahaan terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility ... 71
4.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 72
4.3.4 Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 73
4.3.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profil Perusahaan, Leverage dan Agresivitas Pajak Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Keterbatasan ... 77
5.3 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN ... 84
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Fenomena Perusahaan Manufaktur……….. 6
1.2 Research GAP Corporate Social Responsibility………. 10
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ……… 32
3.1 Kriteria Pemilihan Sampel……….. 40
3.2 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran……….. 45
4.1 Deskriptive Statistic……… 55
4.2 Descriptive Statistic profil perusahaan………... 57
4.3 Tabel Kolmogrov Smirnov………..………... 59
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas………..……… 60
4.5 Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi……… 62
4.6 Uji Autikorelasi……….. 62
4.7 Hasil Analisis Regresi………. 63
4.8 Koefisien Determinansi………... 65
4.9 Hasil Uji F………... 66
4.10 Hasil Uji t……… 67
DAFTAR GAMBAR
No. Grafik Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 34
4.1 Grafik Histogram………….……… 58
4.2 Grafik Normal P-P Plot – of regression………... 59
4.3 Grafik Scatter Plot……… 61
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Indikator Pengungkapan CSR GRI versi 4.0... 84
2 Daftar Populasi... 91
3 Data Sampel Penelitian... 96
4 Data Hasil Penelitian SPSS 23... 99
5 Data Masukan 296 unit analisis... 106
6 Data Olahan SPSS 23... 114
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi seperti pengunaan mesin-mesin. Saat ini perkembangan sektor industri di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat mengesankan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi produk domestik bruto (PDB). Sektor Industri menjadi salah satu komponen perekonomian yang sangat penting bagi Indonesia. Perkembangan sektor industri memungkinkan perekonomian Indonesia berkembang pesat dan semakin baik sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Dampak positif perkembangan industri dalam struktur perekonomian Indonesia dapat meningkatkan penghasilan penduduk, menyerap tenaga kerja, menghasilkan aneka barang, mengurangi ketergantungan pada negara lain, dan menambah devisa negara.
Namun di samping itu, perkembangan industri juga memberi dampak negatif seperti isu lingkungan yang sampai kini menjadi isu yang sensitif di kalangan masyarakat luas. Masalah lingkungan hidup seperti penggundulan hutan, polusi udara dan air, pembuangan sampah hasil industri, pembuangan limbah, hingga dapat berdampak pada perubahan iklim menjadi isu yang sangat serius dari tahun ke tahun
sehingga harus semakin diperhatikan. Masalah lingkungan ini tentu tidak lepas dari perhatian suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan aktivitas industri.
Dewasa ini, peran perusahaan seharusnya tidak lagi sebagaimana dirumuskan oleh Adam Smith “the only duty of the corporation is to make profit” yaitu semata- mata untuk mencari keuntungan tetapi dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini sesuai pendapat Elkington bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memikirkan konsep 3P (profit, people, planet). Perusahaan harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan alam karena itu, bagi suatu perusahaan adalah penting untuk secara sadar mengintegrasikan sebuah perhatian terhadap lingkungan alam, sosial guna pembangunan ekonomi suatu negara ke dalam aktivitas operasi perusahaan.
Kesadaran akan peran ini akan mendorong banyak perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial. Salah satu indikasi suatu perusahaan mulai memperhatikan tanggung jawab sosial adalah diimplementasikannya program-program tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut corporate social responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Wibisono (2007:7) adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau masyarakat luas bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerja dan keluarganya. Menurut International Organization for Standardization (ISO) 26000 mengenai panduan pelaksanaan CSR mendefinisikan CSR sebagai bentuk tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan dan kegiatan perusahaan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan kesejahteraan masyarakat (sustainable community) dengan mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan dan sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Industrialisasi yang bertumbuh tidak seimbang dan maraknya isu lingkungan hidup menjadi alasan munculnya gagasan utama tanggung jawab sosial ini. Dewasa ini gagasan tanggung jawab sosial ini sangat berkaitan erat dengan sustainable development dan sustainable community di mana suatu perusahaan diharapkan untuk melakukan kegiatannya harus berlandaskan kepada keputusan yang tidak semata-mata berorientasi pada aspek keuntungan perusahaan melainkan juga harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusan tersebut, sehingga tercipta pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan dan penerapan CSR di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 4 menerangkan jika perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, keberlanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dengan di tetapkannya Undang-Undang mengenai tanggung jawab sosial suatu perusahaan yaitu dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 sebagaimana dijelaskan dalam pasal 74 ayat 1 yang menyatakan bahwa perusahaan menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan bidang sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Namun sekalipun sudah diberlakukannya Undang-Undang mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, masih ada perusahaan yang melanggar. Berikut contoh kasus perusahaan dari CNN Nasional.com, pada tahun 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memeriksa saksi terkait pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Pamunah di Serang, Banten. Hasil pemeriksaan ada indikasi bahwa perusahaan tersebut benar melakukan penimbunan limbah. Sebelumnya KLHK melakukan penyegelan terhadap perusahaan ini karena adanya laporan masyarakat yang merasa terganggu oleh aktivitas perusahaan. (https://www.cnnindonesia.com/nasional /20150706152003-12-64666/periksa-saksi-dugaan-pencemaran-lingkungan-pt-wlpi- menguat).
Berita yang bersumber dari situs Metro Medan, memuat hasil wawancara dengan Bapak Simamora dari Komisi A DPRDSU, menyatakan agar PT Toba Pulp Lestari segera diusir dari Bumi Toba. Beliau juga menambahkan bahwa keberadaan PT Toba Pulp tidak ada manfaatnya. Perusakan lingkungan oleh PT Toba Pulp yaitu berupa pencemaran air dan udara serta limbah yang dihasilkan sangat membahayakan masyarakat. Selain itu, PT Toba Pulp Lestari memiliki konsesi hutan industri tetapi kenyataannya perusahaan ini membabat hutan-hutan alam dan menganti pohon cemara dengan menanam pohon ekaliptus. (http://metromedan.co.id/2016/05/17/pt-toba-pulp- lestari-segera-diusir-dari-bumi-toba/)
Pada tahun 2017 kasus yang terdapat dalam kompas.com menyatakan bahwa PT Gula Glenmore telah mencemari lingkungan. Perusahaan ini mencemari sungai
Banyuwangi, Jawa Timur. Dinas Lingkungan hidup meminta agar aktivitas pabrik dihentikan sampai instalasi pengolahan limbah selesai diperbaiki. Pencemaran ini mengakibatkan ribuan ikan di dalam sungai mati dan warga yang memanfaatkan sungai terkena penyakit gatal-gatal. (https://regional.kompas.com/read/2017/01/10/15305181 /limbah.pabrik.gula.glenmore.masuk.sungai.warga.gatal-gatal)
Selain itu kasus lain yang terdapat dalam situs lingkungan Mongaday menyatakan bahwa pada tahun 2018 kasus pencemaran lingkungan juga terjadi di Medan, ditemukan sejumlah barang bukti serta sampel limbah cair satu perusahaan yang beroperasi pada pemotongan dan pengolahan daging serta unggas. Pihak penyidik Gakkum menemukan bahwa pipa terakhir pembuangan limbah cair mengalir ke sungai Deli. Kasus ini dilaporkan oleh masyarakat setempat yang merasa terganggu.
(https://www.mongabay.co.id/2018/09/25/buang-limbah-cair-ke-sungai-deli-perusah- an-ini-disegel-klhk/, diakses pada tanggal 18 Maret 2017 pukul 13.54).
Kasus lain terjadi pada tahun 2019 dimana produksi anak PT Sinar mas, PT Pindo Deli & Pulp Paper mils 3 di desa Tamanmekar dihentikan aktivitas operasi bisnisnya oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLKH). Hal ini dilakukan karena banyak keluhan dari warga sekitar dan juga pemerhati lingkungan. Perusahaan yang memproduksi kertas ini membuang hasil limbah sembarangan dengan membuat saluran limbah baru ditanah secara sembarangan. (https://daerah.sindonews.com /read/1403064/174/buang-limbah-sembarangan-aktivitas-anak-perusahaan-sinar-mas- distop-1557469682)
Tabel 1.1
Fenomena Perusahaan Manufaktur
Tahun Perusahaan Kasus
2015 PT WLPI
Adanya sejumlah barang bukti perusahaan melakukan pencemaran lingkungan berupa penimbunan limbah dan kesalahan yang fatal yaitu menanam limbah di tanah
2016 PT Toba Pulp Lestari
PT Toba Pulp Lestari melakukan pembuangan limbah cair ke Sungai Asahan dan pencemaran udara yang membahayakan rakyat
2017 PT Industri Gula Glenmore
Perusahaan mencemari sungai Glenmore yang mengalir ke pesisir pantai Banyuwangi sehingga mengakibatkan ribuan ikan mati dan warga mengeluh gatal-gatal
2018 PT Expravet Nasuba
Adanya sejumlah barang bukti serta sampel limbah dan pipa terakhir pembuangan limbah cair milik perusahaan yang mengalir ke sungai Deli 2019 PT Pindo Deli &
Pulp Paper mils 3
Perusahaan membuang hasil limbah sembarangan dan membuat saluran limbah baru sembarangan Kasus-kasus tersebut menunjukkan apabila perusahaan hanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan melalui kegiatan operasi tanpa memperhatikan dampak- dampak dari setiap keputusan dan tindakannya terhadap masyarakat dan lingkungan ini dapat merugikan masyarakat dan memperburuk kondisi lingkungan. Dengan demikian suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya adalah penting untuk secara sadar mengintegrasikan sebuah perhatian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang No.40 tahun 2007 pasal 74 dan Undang- Undang No.25 pasal 15, 17, dan 34 oleh pemerintah, menjadikan adanya standar yang jelas terhadap praktek pelaksanaan corporate social responsibility di Indonesia
sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya perseroan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan tanggung jawab sosial ini harus timbul dari kesadaran perusahaan untuk memperhatikan dan mengintegrasikannya kedalam aktivitas perusahaan.
Pelaksanaan corporate social responsibility ini dapat dituangkan dalam bentuk program-program oleh perusahaan. Salah satu media perusahaan untuk mengungkapkan program-program corporate social responsibility adalah melalui annual report perusahaan yang diterbitkan perusahaan setiap periode. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2 bagian c yang menyatakan bahwa selain membuat laporan keuangan, perusahaan juga membuat laporan tahunan (annual report) yang harus memuat sekurang-kurangnya laporan pelaksanaan corporate social responsibility. Melalui penyajian dan pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan (annual report) ini perusahaan dapat mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan sosial dan lingkungan kepada pihak luar atau penguna laporan tersebut (Wardhani, 2017). Keberadaan dari corporate social responsibility (CSR) masih berhubungan dengan pihak manajemen karena kegiatan corporate social responsibility ini pun masih dalam kontrol pihak manajemen perusahaan.
Banyak perusahaan menganggap bahwa pengungkapan dan pelaksanaan corporate social responsibility ini hanya akan mengeluarkan biaya dan tidak memberikan manfaat laba dalam jangka pendek. Namun pelaksanaan dan pengungkapan corporate social responsibility ini akan memberi manfaat kepada
karyawan, komunitas di sekitar perusahaan, masyarakat luas, dan lingkungan perusahaan, sehingga dapat memberikan hasil baik secara langsung atau tidak kepada keuangan perusahaan dalam jangka panjang, meningkatkan image perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan investor dan masyarakat (Pitoyo, 2016).
Namun, semakin banyak pula perusahaan yang memperhatikan, melaksanakan dan mengungkapkan corporate social responsibility perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan melakukan pengungkapan lebih atas tanggung jawab sosialnya seperti karakteristik perusahaan dan agresivitas pajak.
Karakteristik perusahaan adalah hal yang melekat dalam perusahaan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara satu entitas dengan yang lain.
Dampak dari aktivitas sosial perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada jenis atau karakteristik dari perusahaan tersebut. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang tinggi pula (Wardhani, 2017). Berbagai penelitian telah di lakukan terkait pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan CSR ini. Namun, hasil tersebut tersebut menunjukkan masih adanya perbedaan yang satu dengan yang lain.
Hasil penelitian Wardhani (2017) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Sementara penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Karakteristik lainnya yang juga pernah diteliti adalah profil perusahaan yang dibedakan atas industri high-profile dan low-profile. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006)
menunjukkan bahwa profil perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan, namun penelitian Sari (2012) justru menunjukan bahwa profil perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Begitu juga hasil penelitian Cahya (2010) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan, sedangkan hasil penelitian Anggraini (2006) dan Sari (2012) menunjukkan bahwa tinggi rendahnya leverage tidak mempengaruhi luas pengungkapan corporate social responsibility.
Selain karakteristik perusahaan yang telah di sebutkan di atas, agresivitas pajak juga dapat mempengaruhi luas-sempitnya pengungkapan corporate social responsibility perusahaan. Agresivitas pajak adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan melalui aktivitas perencanaan pajak (Lanis dan Richardson, 2012). Aktivitas perencanaan pajak dapat berupa tindakan yang sesuai hukum, berada di ketidakjelasan hukum (area abu-abu), ataupun yang melanggar hukum. Istilah agresivitas pajak ini dapat digantikan dengan manajemen pajak atau penghindaran pajak. Akhir-akhir ini perusahan-perusahaan merancang aktivitas tertentu untuk membuat pembayaran pajak perusahaan menjadi minimum. Tindakan agresifitas pajak ini bertujuan mengurangi beban pajak perusahaan. Penghematan beban pajak ini akhirnya akan membuat laba perusahaan menjadi tinggi. Jika suatu perusahaan telah melakukan tindakan agresifitas pajak maka hal yang dapat dilakukan unuk menutupi tindakan kecurangan tersebut ialah melakukan dan mengungkapkan corporate social responsibility yang lebih luas dalam laporan tahunan. Hasil beberapa
penelitian terdahulu mengenai agresivitas pajak terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu Lanis dan Richardson (2012) dan Arifyanto dan Ardyanto (2017) menunjukkan bahwa agresivitas pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility, sedangkan hasil penelitian Octaviana dan Rohman (2014) menyatakan bahwa agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Tabel 1.2
Research GAP Corporate Social Responsibility
Variabel Independen Hasil Penelitian Peneliti Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif Wardhani (2017)
Tidak Berpengaruh Anggraini (2006) Profil Perusahaan Berpengaruh Positif Anggraini (2006)
Berpengaruh Negatif Sari (2012) Leverage
Berpengaruh Positif Cahya (2010) Tidak Berpengaruh Anggraini (2006)
Sari (2012)
Agresivitas pajak Berpengaruh Positif Lanis dan Richardson (2013) Arifyanto dan Ardyanto (2017) Berpengaruh Negatif Octaviana dan Rohman (2014)
Dengan perbedaan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya, adalah menarik untuk menguji kembali mengenai pengaruh karakteristik perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan, profil perusahaan, leverage dan agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan.
Dalam kesempatan ini telah dipilih judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Agresivitas Pajak terhadap Pengungkapan Corporate social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2015-2018?
2. Apakah profil perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2015-2018?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2015-2018?
4. Apakah agresivitas pajak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2015-2018?
5. Apakah ukuran perusahaan, profil perusahaan, leverage dan agresivitas pajak berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2015-2018.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dapat di rinci sebagai berikut:
1. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur.
2. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh profil perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur.
3. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh leverage perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur.
4. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan pada perusahaan manufaktur.
5. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profil perusahaan, leverage, agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai bidang yang diteliti. Dalam hal ini yaitu yang berhubungan dengan pengungkapan corporate social responsibility perusahaan secara luas.
2. Bagi manajemen, investor, stakeholder, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam membuat atau mengambil keputusan, khususnya yang berhubungan dengan pengungkapan corporate social responsibility perusahaan.
3. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, sebagai penambah wawasan serta sebagai bahan literature dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Legitimasi
Legitimasi dapat dianggap sebagai persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, tindakan yang pantas ataupun sesuai dengan sistem nilai, norma, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995). Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah, individu dan kelompok masyarakat (Gray et al., 1996).
Sebagai suatu sistem yang mengutamakan keberpihakan atau kepentingan masyarakat, legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi masyarakat kepada perusahaan dapat menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke depan. O’Donovan (2000) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian legitimasi dapat mendukung keberlangsungan hidup suatu perusahaan.
Dalam mendukung keberlangsungan hidup perusahaan maka operasi perusahaan harus sesuai dengan harapan dari masyarakat. Deegan et al., (2002) menyatakan legitimasi dapat diperoleh apabila terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan yang tidak mengganggu dan sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dapat terancam.
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat.
2.2 Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri akan tetapi harus memperhatikan kontribusi bagi stakeholder perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat, konsumen, analisis, pemerintah, kreditor, supplier dan sebagainya (Ghozali dan Chariri, 2014). Dengan demikian keberadaan perusahaan sangat penting jika dipengaruhi oleh adanya dukungan stakeholder pada perusahaan yang terkait. Gray et al., (1996) mengungkapkan bahwa dukungan stakeholder merupakan hal yang harus diutamakan dan dicari agar keberlangsungan hidup perusahaan tetap terus berjalan dengan baik. Semakin kuat stakeholder maka semakin besar juga peluang usaha bagi perusahaan untuk terus mengambangkan operasinya karena itu pengungkapan CSR menjadi alat berkomunikasi antara perusahaan dan stakeholder.
2.3 Corporate Social Responsibility
2.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility
Pada awal perkembangannya, program corporate social responsibility yang paling umum dilaksanakan oleh perusahaan adalah pemberian bantuan sosial (charity) terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Program corporate social responsibility pada tataran ini hanya sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik guna meningkatkan citra positif perusahaan. Kegiatan charity ini tidak mampu menciptakan keberdayaan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan charity, karena pendekatan ini tidak mampu menciptakan dan meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Perusahaan mulai melakukan bentuk kepedulian sosial kearah pendekatan community development dan kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development.
Pembangunan berkelanjutan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UU PPLH) didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Pembangunan memiliki tiga lingkup kebijakan yang mencakup pembangunan ekonomi, sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga kebijakan ini kemudian disebut sebagi Pilar Pembangunan Keberlanjutan. Program tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) merupakan alat efektif untuk membuat perusahaan bertanggung jawab pada tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu berkontribusi pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Saat ini diharapkan
setiap perusahaan di Indonesia wajib melakukan program CSR. Terdapat dua Undang- Undang yang mempertegas bahwa program CSR merupakan kewajiban bagi perseroan terbatas, yakni UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (PT) pasal 74 dan UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman Modal dalam pasal 15, 17, dan 34.
UU PT No. 40 tahun 2007 pasal 74 berisi; ayat (1) perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. UU No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal pasal 15,17, dan 34 berisi; pasal 15 (b) setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan pasal 17 penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan alokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaanya diatur sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan. Pasal 34 berisi sanksi-sanksi apabila tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15.
Bowen (1953) memberikan definisi tentang corporate social responsibility, yaitu kewajiban pengusaha untuk merumuskan kebijakan dan membuat keputusan yang sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai komitmen bisnis berperan mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas guna meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. World Bussiness Council for Sustainable Development (2008) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai komitmen perusahaan dalam pemenuhan norma moral secara
kontinuitas, dengan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya, serta seluruh komunitas lokal dan masyarakat.
Defenisi corporate social responsibility tersebut mengandung konsep yang sama dan disempurnakan melalui ISO 26000 tahun 2010, corporate social responsibility adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak dari setiap keputusan dan kegiatan perusahaan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan para pemangku kepentingan dan sejalan dengan hukum yang berlaku dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (Committee Draft ISO 26000, Guidance on Social Responsibility, 2010).
Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate social responsibility adalah bentuk tanggung jawab dan komitmen perusahaan atas setiap keputusan atau tindakan bisnisnya kepada masyarakat lokal dan masyarakat luas, karyawan dan keluarganya, serta lingkungan alam, yang ditunjukkan melalui perilaku yang transparan dan sikap etis yaitu sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat, yang dapat mendukung kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan dengan memperhitungkan harapan pemangku kepentingan.
2.1.2 Prinsip Corporate Social Responsibility
Crowther (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip dasar dalam aktivitas Corporate Social Responsibility, yaitu:
1. Sustainabilitas
Sustainabilitas atau keberlanjutan adalah memperhatikan dampak dari tindakan yang dilakukan sekarang terhadap masa depan. Sumber daya yang terbatas harus digunakan secara bertanggungjawab demi keberlanjutan dan keberlansungan di masa mendatang. Hal yang dapat dilakukan demi keberlanjutan adalah mencari alternatif yang dapat mengantikan sumber daya yang terbatas. Keberlanjutan berarti masyarakat tidak boleh mengunakan sumber daya terbatas secara berlebihan. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam upaya keberlanjutan adalah meningkatkan efisiensi dari sumber daya yang digunakan.
2. Akuntabilitas
Implikasi dari akuntabilitas adalah sebuah pelaporan kuantifikasi atas dampak dari tindakan yang diambil perusahaan kepada pihak internal dan pihak ekternal.
Akuntabilitas penting untuk membangun dan melaporkan pengukuran yang tepat dan berguna dalam pengambilan keputusan. Laporan yang memiliki akuntabilitas didasarkan pada:
a. Pemahaman oleh seluruh pihak
b. Relevansi terhadap penguna informasi
c. Dapat diandalkan, yang mencakup akurasi pengukuran, representasi dampak dan bebas dari bias
d. Dapat dibandingkan yaitu konsistensi dalam waktu dan dalam organisasi yang berbeda
3. Transparansi
Transparansi berarti dampak dari tindakan tidak dibedakan dari fakta dan pelaporan atas tindakan tersebut, dapat diketahui oleh pihak internal maupun ekternal.
Transparansi merupakan hal yang penting sehingga seluruh dampak atas aktivitas yang telah dilakukan organisasi harus dapat terlihat secara jelas dari informasi yang disajikan.
2.1.3 Defenisi Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut Sembiring (2005) pengungkapan corporate social responsibility perusahaan atau disebut juga sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting yaitu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut Hackston dan Milne (1996) pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility disclosure) adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi, banyak perusahaan melakukan pengungkapan atas pelaksanaan corporate social responsibility perusahaan.
Pengungkapan ini menjadi sumber informasi atas pelaksanaan program corporate social responsibility. Pengungkapan corporate social responsibility ini dipandang memiliki banyak manfaat yang dapat menguntungkan perusahaan. Menurut Carroll dan Shabana (2010) bahwa manfaat pengungkapan ini akan membawa pengaruh positif bagi kinerja keuangan, keunggulan kompetitif, kepuasan dan retensi karyawan, serta meningkatkan image perusahaan. Selain itu manfaat jangka panjang dari pengungkapan corporate social responsibility meliputi penciptaan dan peningkatan merek dagang, menambah reputasi dan kepercayaan dari masyarakat, serta memperbesar kapasitas untuk melakukan inovasi (Hery, 2017).
ISO 26000 terkait panduan corporate social responsibility (Guidance on social responsibility) merupakan suatu standar yang memuat panduan perilaku bertanggung jawab sosial bagi organisasi guna berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan yang mengunakan standar The Global Reporting Initiative (GRI) yaitu jaringan organisasi non-pemerintah yang bertujuan mendorong keberlanjutan dan pelaporan lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG).
The Global Reporting Initiative (GRI) mengeluarkan kerangka kerja pelaporan keberlanjutan yang paling banyak digunakan di dunia dan berstandar internasional dalam rangka mendorong transparansi yang lebih besar. Standar GRI menetapkan prinsip pelaporan dan indikator yang dapat digunakan oraganisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Saat ini standar GRI versi tebaru
yaitu G4, yang terdiri dari 91 item dan dapat mendukung transparansi yang lebih besar serta mendorong tercapainya sustainable development dan sustainable comunity.
Indikator-indikator dalam GRI Standard Disclosure G4 terdiri dari tiga komponen:
1. Indikator kinerja ekonomi (Economic Performance Indicator)
2. Indikator kinerja lingkungan (Environmental Performance Indicator)
3. Indikator kinerja sosial (Social performance indicator) yang terdiri dari 4 aspek, yaitu:
a. Indikator kinerja praktek kerja & kelayakan kerja (Labor Practices & Decent Work Performance Indicator)
b. Indikator Kinerja Hak asasi Manusia (Human Rights Performance Indicator) c. Indikator kinerja masyarakat (Society Performance Indicator)
d. Indikator Kinerja Tanggung jawab Produk (Product Responsibility Performance Indicator).
Ada 91 item yang merupakan bagian dari indikator pengungkapan corporate social responsibility berdasarkan GRI versi 4.0 tertera dalam lampiran No.1 pada halaman 83.
2.4 Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan sesuatu yang melekat pada perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat dikenali dari sesuatu yang melekat tersebut.
Menurut Jogiyanto (2000) karakteristik perusahaan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang akan dijelaskan adalah ukuran perusahaan, profil perusahaan, dan leverage perusahaan.
2.2.1 Ukuran Perusahaan
Secara umum ukuran dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya usaha dari suatu perusahaan atau organisasi (Sholichah, 2015).
Besar kecil ukuran suatu perusahaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara dilihat dari total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan mengunakan logaritma natural dari total aktiva atau aset.
Total aktiva dihitung dari nilai aktiva yang dimiliki perusahaan seperti aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain.
Secara umum perusahaan besar mendapat banyak perhatian karena melakukan kegiatan yang lebih banyak, membuat dampak yang lebih besar kepada masyarakat dan memiliki banyak pemegang saham sehingga, perusahaan besar akan meningkatkan
pengungkapan informasi corporate social responsibility yang lebih luas dan lengkap dari pada perusahaan kecil karena pengungkapan informasi ini akan meningkatkan kinerja dan image perusahaan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Cowen et al., (1987) bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin memiliki pemegang saham yang lebih banyak dan beragam serta mendapat perhatian dari masyarakat sehingga lebih memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan (annual report). Selain itu perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar sehingga membuat perusahaan mampu untuk membiayai penyajian informasi terkait perusahaan seperti penyajian informasi tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.2 Profil Perusahaan
Profil perusahaan (tipe industri) dapat dibedakan menjadi industri high profile dan low profile. Roberts (1992) mengambarkan industri low profile yaitu perusahaan dengan tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan (visibility consumer), tingkat resiko politik yang rendah dan daya saing yang rendah. Industri high profile adalah perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (visibility consumer), tingkat resiko politik yang tinggi, tingkat daya saing yang ketat. Selain itu perusahaan yang tergolong high profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti jumlah tenaga kerja yang banyak dan dalam proses produksi mengeluarkan limbah atau polusi yang tinggi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Menurut Roberts dalam Hackston & Milne (1996) kriteria untuk menentukan perusahaan high profile pada perusahaan manufaktur termasuk dalam kategori high profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia, semen, plastik, kertas,
otomotif, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori low profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang berkeramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel, elektronik, dan perkakas/perabotan (keperluan rumah tangga).
Dierkes dan Preston dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen et al., (1987) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan.
2.2.3 Leverage
Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang atau sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang atau pendek (Hery, 2017). Adapun dalam penelitian ini rasio leverage diukur dengan mengunakan total debt to equity ratio. Debt to equity ratio diukur dengan membandingkan total utang dengan total modal.
Pengunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam extreme leverage (utang ektrem). Utang ektrem adalah suatu kondisi dimana perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit
untuk melepaskan beban utang tersebut. Sebaiknya perusahaan harus mempertimbangkan dan menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk utang. Andrikopoulus dan Kriklani (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan mengurangi luas pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini disebabkan biaya pengungkapan yang mahal sehingga perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi cenderung lebih sedikit melakukan pengungkapan corporate social responsibility sebaliknya perusahaan yang memiliki leverage yang rendah akan lebih leluasa dalam membagi informasi corporate social responsibility.
2.5 Agresivitas pajak
Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik guna pembangunan suatu negara. Secara administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung dilihat dari aliran sumber daya pajak dapat dipungut dari aliran masuk atau keluarnya sumber daya (James dan Nobes, 1997).
Pajak langsung dikenakan atas masuknya aliran sumber daya yaitu penghasilan, sedangkan pajak tidak langsung dikenakan terhadap keluar masuknya sumber daya seperti pengeluran untuk konsumsi atas barang maupun jasa. Beban pajak langsung (tax incidence) umumnya ditanggung oleh orang atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan, sedangkan beban pajak tidak langsung ditanggung oleh masyarakat. Bagi perusahaan pajak langsung dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dan dianggap sebagai biaya (cost) atau beban.
Lanis dan Richardson (2013) menyatakan bagi perusahaan pajak merupakan faktor pendorong dalam keputusan perusahaan. Dalam praktik usaha pada umumnya perusahaan berusaha meminimalkan pembayaran pajak (beban pajak) guna mengoptimalkan laba. Selain itu manajer cenderung menekan biaya seoptimal mungkin termasuk biaya pajak guna meningkatkan efisiensi dan daya saing karena, biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak (after tax profit), tingkat pengembalian (rate of return) dan arus kas (cash flow). Tindakan manajerial yang dirancang untuk meminimalkan beban pajak perusahaan sering disebut dengan agresivitas pajak.
Menurut Slemrod (2004) agresivitas pajak merupakan aktivitas yang spesifik, yang mencakup transaksi-transaksi dimana tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak perusahaan. Khuruna dan Moser (2009) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai tax planning perusahaan melalui aktivitas tax avoidance atau tax sheltering. Perencanaan pajak (tax planning) dapat berupa tindakan sesuai hukum (tax avoidance), berada diketidakjelasan hukum (area abu-abu), ataupun yang sifatnya melanggar hukum (tax evidence), sedangkan menurut Frank et al., (2009) mengungkapkan agresivitas pajak dirancang sedemikian rupa yang bertujuan untuk meminimalisir tingginya pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pada suatu perusahaan dengan melakukan agresivitas pajak dalam artian penghindaran pajak.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan tindakan ini dapat menurunkan pendapatan pajak yang diterima pemerintah. Penerimaan atas pajak ini memiliki peranan penting karena menyediakan barang dan jasa publik seperti pendidikan, pertahanan nasional, perawatan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum (Sikka,
2010). Penerimaan ini akan membantu pembangunan bagi suatu negara. Sehingga kekurangan pendapatan pajak yang diterima pemerintah dapat memperburuk reputasi perusahaan dipandangan stakeholder terutama masyarakat.
Teori legitimasi menyatakan apabila terdapat perbedaan antara kegiatan perusahaan dan harapan masyarakat, maka manajemen mengunakan media pengungkapan seperti laporan tahunan untuk membantu meringankan perhatian masyarakat (Gray et al., 1995). Semakin tinggi tindakan agresivitas pajak, diharapkan perusahaan dapat memaksimumkan pengungkapan corporate social responsibility perusahaan. Pengungkapan ini sebagai salah satu sarana yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan masyarakat (Deegan et al., 2002).
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder seperti pemegang saham, pemerintah, kreditur, konsumer, supplier, masyarakat dan pihak lain (Chariri, 2008). Untuk itu dalam melakukan kegiatan operasinya harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas operasi perusahaan.
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengungkapan corporate social responsibility perusahaan telah dilakukan oleh Sari (2012) yang melakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh antara karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Karakteristik-karakteristik yang digunakan terdiri dari profil perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan pertumbuhan perusahaan. Profil perusahaan di
ukur mengunakan variabel dummy. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aktiva. Leverage diukur dengan mengunakan Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio yang mengukur total kewajiban terhadap modal sendiri (shareholders equity). Penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sementara profil perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian kedua dilakukan oleh Aggraini (2006). Penelitian ini menguji tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Faktor-faktor yang diuji pengaruhnya yaitu persentase kepemilikan manajemen, tingkat leverage, biaya politis dan profitabilitas. Presentase kepemilikan saham diukur dengan membandingkan presentase kepemilikan saham dalam perusahaan. Leverage diukur dengan presentase rasio debt to equity ratio. Biaya politis seperti ukuran perusahaan diukur dengan kapitalisasi pasar dan tipe industri mengunakan variabel dummy. Penelitian ini menunjukkan variabel presentase kepemilikan manajemen dan tipe industri yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial. Penelitian ini tidak berhasil menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Wardhani (2017). Penelitian ini menguji pengaruh agresivitas pajak, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sampel dalam perusahaan ini adalah
perusahaan manufaktur. Agresivitas pajak diukur dengan mengunakan variabel dummy yang dapat dilihat dari presentase nilai Effective Tax Rates. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma total aset dan profitabilitas diukur dengan rasio ROA. Variabel kontrol dalam penelitian ini meliputi ukuran perusahaan, leverage perusahaan, intensitas modal dan market to book ratio. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang melakukan agresivitas pajak akan mengungkapkan informasi CSR lebih banyak dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan. Semakin besar ukuran perusahaan semakin banyak pengungkapan informasi CSR yang dilakukan dan profitabiitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi CSR.
Penelitian keempat dilakukan oleh Octaviana dan Rohman (2014). Penelitian ini menguji tentang pengaruh agresivitas pajak terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan untuk menguji teori legitimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki agresivitas pajak yang rendah akan cenderung mengungkapkan informasi CSR lebih besar untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Penelitian kelima dilakukan Arifyanto dan Ardyanto (2017). Penelitian menguji pengaruh agresivitas pajak terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Variabel agresivitas pajak diukur dengan ETR (Effective Tax Rates). Hasil penelitian ini menunjukkan agresivitas pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian keenam dilakukan oleh Utari dan Rohman (2015). Penelitian ini menguji pengaruh agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility, untuk menguji teori legitimasi. Variabel independen dalam penelitan ini adalah agresivitas pajak. Agresivitas pajak dikur dengan ETR (Effective Tax Rates).
Penelitian ini juga mengunakan variabel kontrol ROA (Return on Asset) sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas pajak berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Sari (2011) Variabel Independen:
Profil perusahaan, Ukuran perusahaan, leverage, Profitabilitas, pertumbuhan ekonomi Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR
Variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan profil perusahaan, leverage dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
2 Anggraini (2006) Varibel Independen:
kepemilikan
manajemen, Financial leverage, Ukuran perusahaan, Tipe industri, Profitabilitas perusahaan
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR
Varibel kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
3 Wardhani (2017) Variabel Independen:
Agresivitas pajak Ukuran perusahaan, Profitabilitas
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR Variabel Kontrol:
Intensitas modal, Market to book ratio, Leverage
Variabel Agresivitas pajak dan Ukuran perusahaaan
berpengaruh positif pada pengungkapan CSR dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
4 Octaviana dan Rohman (2014)
Varibel Independen:
Agresivitas pajak Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR Variabel Kontrol: Size, leverage, Intesitas modal (capint), market to book ratio, dan return on asset.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan
5 Arfiyanto dan Ardyanto (2017)
Varibel Independen:
Agresivitas pajak Variabel Dependen:
pengungkapan CSR
Variabel agresifitas pajak berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan
6 Utari dan Rohman (2015)
Variabel Independen:
Agresivitas Pajak Variabel dependen:
Pengungkapan CSR Variabel Kontrol:
ROA (Return On Asset)
Hasil penelitian menunjukkn bahwa agresivitas pajak berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka dapat disajikan kerangka pemikiran untuk mengambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah ukuran perusahaan, profil perusahaan, leverage dan agresivitas pajak terhadap variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial. Adapun kerangka pemikiran yang mengambarkan hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana besar kecilnya perusahaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain dengan total aset (aktiva), nilai pasar saham, total penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan akan semakin mampu untuk membiayai penyajian informasi terkait
Ukuran perusahaan (X1)
Profil perusahaan (X2)
Leverage Perusahaan (X3)
Agresivitas Pajak (X4)
Pengungkapan corporate
social responsibility
(Y) H1
H2
H3
H4
H3
H H5
H4
H5
perusahaan seperti penyajian informasi tanggung jawab sosial perusahaan selain itu, semakin besar ukuran suatu perusahaan akan semakin banyak disoroti oleh stakeholder seperti pemegang saham, masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Hal ini seperti diungkapkan oleh Cowen et al., (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin memiliki pemegang saham yang lebih banyak dan beragam serta lebih mendapat perhatian lebih dari masyarakat sehingga perusahaan besar akan lebih memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan (annual report). Sehingga perusahaan besar semakin meningkatkan pengungkapan informasi corporate social responsibility yang lebih luas dan lengkap dari pada perusahaan kecil.
b. Pengaruh profile perusahaan terhadap pegungkapan corporate social responsibility perusahaan
Profil perusahaan (tipe industri) perusahaan dideskripsikan berdasarkan lingkup operasi, resiko perusahaan dan kemampuan dalam menghadapi tantangan bisnis. Tipe industri dapat dibedakan menjadi industri high profile dan low profile. Roberts (1992) mengambarkan industri low profile yaitu perusahaan dengan tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, tingkat resiko politik dan tingkat kompetensi yang rendah.
Industri high profile adalah perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (visibility consumer), tingkat resiko politik yang tinggi, tingkat kompetensi yang ketat.
Dierkes dan Preston dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan lebih