• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Excelsior Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Excelsior Pendidikan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 63

KEPEMIMPINAN KRISTEN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN:

PROSES BELAJAR SIAPAKAH YANG DOMINAN MEMPENGARUHI

DI ANTARA PEMBERDAYAAN JEMAAT DAN PERTUMBUHAN

GEREJA?

Innawati Tedywono1*, Areyne Christi2

1Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa 2Sekolah Tinggi teologi Excelsius

*Email: innawati.t@gmail.com

ENTERPRISE-BASED CHRISTIAN LEADERSHIP: A MORE DOMINANT LEARNING PROCESS INFLUENCES CHURCH GROWTH

Abstract: All Christians were called by God to be leaders. All Christians carried out God's Great Commission to reach out to new souls. A Christian leader could use the principles of Entrepreneurship- Based Christian Leadership and church empowerment to increase church growth. Issues that arose: Was there a simultaneous influence between Entrepreneurship-Based Christian Leadership and Church Empowerment on Church Growth? Was there a partial influence between Entrepreneurship-Based Christian Leadership on Church Growth? Was there a partial influence between Church Empowerment on Church Growth? Which of the Entrepreneurship-Based Christian Leadership and Church Empowerment had the dominant influence on Church Growth? The findings of the study were: (1) there was a simultaneous influence between Entrepreneurship-Based Christian Leadership and Church Empowerment on Church Growth in GPPS Elim Malang was 0.946 (94.6%). (2) partially the X1 variable (Entrepreneurship-Based Christian Leadership) had a significant positive effect on the Y variable (Church Growth) was 0.938 (93.8%). (3) partially the X2 variable (Church Empowerment) had a significant positive effect on the Y variable (Church Growth) was 0.931 (93.1%). (4) when compared to variable X2 (Church Empowerment), variable X1 (Entrepreneurship-Based Christian Leadership) had a more dominant influence on variable Y (Church Growth).

Keywords: Christian leadership, entrepreneurship, learning process, church empowerment, church growth

Abstrak: Orang Kristen dipanggil Allah untuk menjadi pemimpin; mengemban Amanat Agung Allah menjangkau jiwa-jiwa baru. Pemimpin Kristen menggunakan prinsip kepemimpinan Kristen berbasis kewirausahaan dan pemberdayaan jemaat untuk meningkatkan pertumbuhan gereja. Persoalan yang muncul: Apakah ada pengaruh secara simultan antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja? Apakah ada pengaruh secara parsial antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan Gereja? Apakah ada pengaruh secara parsial antara Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja? Manakah di antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat yang memiliki pengaruh dominan terhadap Pertumbuhan Gereja? Penelitian menggunakan pendekatan analisis statistik inferensial adalah analisis regresi linier berganda. Temuan penelitian: (1) ada pengaruh yang simultan antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja di GPPS Elim Malang adalah 0,946 (94,6%). (2) secara parsial variabel X1 (Kepemimpinan Kristen

Berbasis Kewirausahaan) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja) adalah 0,938 (93,8%). (3) secara parsial variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat) berpengaruh signifikan

positif terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja) adalah 0,931 (93,1%). (4) jika dibandingkan variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat), variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan) mempunyai

pengaruh lebih dominan terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja).

Kata kunci: kepemimpinan Kristen, kewirausahaan, proses belajar, pemberdayaan jemaat, pertumbuhan gereja

(2)

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat di era globalisasi, sebagai seorang individu dituntut untuk cakap dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam kapasitas sebagai seorang warga negara Indonesia secara umum dan sebagai seorang pemimpin Kristen khususnya. Globalisasi menyebabkan krisis multidimensi berkepanjangan, yang di dalamnya termasuk krisis kepemimpinan. Saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin berkualitas unggul, yang mampu menjawab tuntutan zaman. Inilah saatnya para pemimpin Kristen bangkit, berbicara dan berkarya memberikan sumbangsih bagi negara dan bangsa. (Innawati, 2010:1)

Sendjaya mengingatkan bahwa gereja pun tidak lepas dari krisis kepemimpinan. Gereja yang seharusnya memproduksi pemimpin-pemimpin Kristen berkualitas tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian malah tercemar dengan berbagai masalah kepemimpinan (Sendjaya, 2004: 17). Barna menyimpulkan hasil penelitiannya selama lima belas tahun tentang kehidupan gereja secara global, dan konklusinya bahwa gereja telah kehilangan pengaruhnya karena ketiadaan kepemimpinan yang efektif. Hybels (2004) menulis bahwa gereja lokal adalah harapan dunia namun masa depannya terletak pada pemimpinnya. Tapi masalahnya, gereja makin kehilangan

pengaruhnya dalam kehidupan

masyarakat, baik di dalam maupun di luar gereja.

Masalah kronis yang melumpuhkan banyak organisasi adalah disebabkan karena penempatan seseorang pada posisi

yang tidak pas, kemampuan

kepemimpinannya belum sepadan dengan tanggungjawab yang harus dipikulnya. Lebih dari itu, bahkan beberapa dari mereka cacat karakter. Seseorang sedang di dalam krisis kepemimpinan, dalam

kesimpulannya. Priyatna menegaskan pentingnya formasi rohani Kristen. Tanpa hal tersebut akan sulit bagi seorang pemimpin rohani melaksanakan perannya dengan baik. (Priyatna, 2020)

Penyebab lainnya adalah masalah komitmen. Komitmen adalah aspek penting di dalam diri seorang pemimpin

Kristen. Penelitian Zaluchu

mengungkapkan bahwa komitmen yang dominan mempengaruhi para pemimpin dalam menjalankan tanggung jawabnya adalah komitmen kontinuans atau dikenal dengan istilah sebagai hamba upahan di dalam Alkitab. (Zaluchu, 2019) Yesus mengatakan bahwa Dia adalah gembala yang baik, yang rela memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Tetapi seorang upahan yang bukan pemilik domba-domba itu, pada saat datang bahaya, ia lari meninggalkan domba- domba itu. Sebab ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. (Yoh 10:11-13)

Sendjaya (2004) mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena institusi beserta para personil di dalamnya kehilangan kapasitas untuk mentransformasi individu secara utuh untuk mencapai efektivitas hidup sebagaimana yang Tuhan inginkan. Dengan kondisi saat ini, seseorang harus mengakui bahwa ia sedang mengalami krisis kepemimpinan, dan krisis kepemimpinan ini adalah sebuah masalah yang krusial, oleh karenanya seseorang harus segera bangkit dan mulai bertindak, berbuat sesuatu yang berarti.

Engstrom mengatakan bahwa seorang pemimpin rohani tidak bisa mengelak bahwa pelayanan Kristen memiliki standar “excellence”, beliau mengutip Paulus: “That ye may approve

things that are excellent; that ye may be sincere and without offence till the day of Christ” (Flp 1:10) (Engstrom, 1980: 200-

201). Untuk memiliki pelayanan yang

excellent, harus dimulai dengan dirinya

sendiri. Semua orang Kristen dipanggil Allah untuk menjadi pemimpin bagi

(3)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 65 dirinya dan orang lain. Semua orang

Kristen mengemban Amanat Agung Allah. Identitas orang Kristen adalah sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia (Mat. 5:13- 16), karenanya di manapun orang Kristen berada harus menjadi teladan dan membawa dampak signifikan bagi sesamanya, harus membawa kebaikan bagi sesama dan menunjukkan jalan Keselamatan yang telah Tuhan berikan kepada manusia, melalui anak-Nya, Yesus Kristus, kepada semua bangsa di dunia. (Innawati, 2010:2)

Selan juga mengemukakan bahwa maksud Yesus dengan ungkapan Terang Dunia kepada semua hamba Tuhan supaya menjadi teladan, penasihat dan pembimbing. (Selan:2020). “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid- Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:20). Allah ingin Gereja-Nya bertumbuh. Itu jelas sekali dinyatakan

dalam Amanat Agung. Yesus

memerintahkan pertumbuhan gereja, dan orang-orang Kristen yang setia kepada- Nya sebagai Tuhan akan bekerja untuk menuju sasaran itu. (Innawati, 2010:3)

Nabi Yehezkiel bernubuat bahwa seperti pohon anggur (Yeh. 17:8), demikianlah umat Allah digambarkan. Apakah yang dapat diharapkan dari pohon anggur? Pohon anggur tidak dapat digunakan untuk apa pun; baik daunnya, akarnya atau kayunya. Menurut kitab Perjanjian Baru, pohon anggur hanya memiliki satu kegunaan, yaitu menghasilkan buah. Demikian pula murid Kristus. Allah menjadikan murid-Nya dengan satu tujuan utama: menghasilkan buah (Leo, 2005:67). Alkitab mengatakan: “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid- murid-Ku" (Yoh. 15:8 ).

Sebagai seorang Pemimpin Kristen, seseorang bisa menjadi Garam dan Terang di banyak bidang kehidupan. Ada kesadaran dewasa ini, bahwa untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan, orang Kristen harus masuk ke “dunia” tanpa harus menjadi sama dengan “dunia”. Blackaby & Richard (2005:7) mengatakan bahwa Kepemimpinan Rohani bukanlah sebuah pekerjaan; melainkan sebuah panggilan.

Semua orang dengan berbagai profesi di dunia usaha (sekuler) harus menjadi pemimpin rohani. Semakin banyak orang di dunia sekuler yang menerima panggilan mereka sebagai pemimpin rohani secara serius, mereka memberi dampak kepada dunia dan memperluas kerajaan Allah. Dalam hidup ini, bidang rohani dan sekuler harus seiring dan seimbang. Bidang sekuler harus menjadi penunjang aktivitas seseorang di dunia pelayanan. Seseorang mencari dan mendapatkan di dunia sekuler untuk melepas dan memberikan di dunia pelayanan. Para Pemimpin Kristen sebagai Pemimpin gereja atau Gembala Sidang, bisa menjalankan fungsinya sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia dengan berkarya di dalam meningkatkan pertumbuhan Gereja. Semakin banyak orang belum percaya dimenangkan menjadi murid Kristus, hidup meneladan pribadi Kristus, maka tentu akan membawa dampak signifikan pada dunia. Terang Kristus akan semakin bersinar di tengah kegelapan dunia. (Innawati, 2010:4)

Jika meneliti konsep teori lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, maka kita akan menemukan bahwa nilai-nilai tersebut sudah ada di dalam Alkitab, yaitu mengenai integritas, profesionalitas, tanggungjawab, inovasi dan keteladanan. Ajaran ini tidak asing lagi bagi semua pemimpin Kristen, dan bukan hanya untuk dipahami, tetapi harus diimplementasikan sebagai Terang Dunia (Gea, 2018).

(4)

Bicara soal pertumbuhan gereja, maka akan berkaitan erat dengan kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjuk pada banyaknya jiwa yang dimenangkan, sedang kualitas terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani seseorang. Kesehatan jasmani dan rohani tak lepas dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia (jasmani dan rohani). Bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya (jasmani dan rohani), manusia harus melakukan tindakan usaha (bekerja) di dunia usaha/bisnis (sekuler). Di dalam dunia usaha, seseorang tak akan lepas dari dunia kepemimpinan. Secara sederhana, ada dua pembagian di dunia kepemimpinan, yaitu sang Pemimpin dan orang yang dipimpin. Sedangkan di dunia usaha yang dipenuhi dengan berbagai macam profesi, bisa digolongkan pula menjadi dua kelompok,

yaitu Pengusaha

(Wirausahawan/Entrepreneur) dan karyawan. Keterangan singkat ini, menunjukkan adanya benang merah antara dunia sekuler dan dunia rohani, dunia bisnis praktis dengan dunia gereja di dalam kehidupan seseorang, namun demikian, penelitian ini memfokuskan pembahasan lebih pada karakteristik dan

semangat entrepreneurship

(kewirausahaan) sebagai pola kepemimpinan seorang Pemimpin Kristen (Rohani) di dunia pelayanannya di gereja, bukan pada cara-cara praktis menjadi seorang Wirausahawan (entrepreneur).

Solusi untuk permasalahan tersebut perlu mengembangkan penelitian guna menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh secara simultan antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja? Apakah ada pengaruh secara parsial antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan Gereja? Apakah ada pengaruh secara parsial antara Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja? Manakah

di antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat yang memiliki pengaruh dominan terhadap Pertumbuhan Gereja?

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis statistik inferensial adalah analisis regresi linier berganda. Subyek penelitian adalah jemaat GPPS ELIM Malang, jemaat yang dijadikan obyek dalam penelitian ini sebanyak 100 responden, dari total jemaat 215 orang. Instrumen penelitian telah divalidasi oleh 3 ahli dengan rerata 3,78 dengan variabel yaitu Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan (X1) dan Pemberdayaan Jemaat (X2) dan Pertumbuhan Gereja (Y). Daftar pertanyaan menggunakan Skala Likert yang terdiri dari lima tingkatan dengan skor dari 1 sampai 5.

Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan 60 butir pertanyaan dan diuji cobakan pada 15 responden yang termasuk dalam populasi. Perhitungan uji validitas menggunakan program SPSS dengan indeks product moment sebesar 0,514 untuk penelitian subyek 15 responden adalah valid. Koefisien reliabilitas untuk variabel Y (Pertumbuhan Gereja) adalah 0,952 berarti butir-butir Y sebanyak 12 butir adalah reliabel di atas angka 0.641. Uji Apha Cronbach di atas 0,641, dan butir-butir pertanyaan sangat reliabel.

Teknik pengumpulan data menyebarkan kuesioner sebagai seperangkat pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan data empiris yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data yang digunakan adalah: analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik, uji t, dan melakukan pengolahan data statistik asosiatif untuk melihat korelasi masing-masing variabel.

(5)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 67 PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Data Uji Normalitas X dan Y

Tabel 1. Uji Normalitas X dan Y Case Processing Summary

Cases Missing Total N Percent N Percent X1-kpkrbaswira 0 ,0% 70 100,0% X2- 0 ,0% 70 100,0% pembrdayjem Y-pertmbhgrj 0 0,0% 70 100,0% Cases Uji Histogram X1 (KBBK) X2 (pembrdayjem) Y (pertmbhgrj) X1-kpkrbaswira X2- pembrdayjem Y-pertmbhgrj Mean = 100,99 Standart Deviation = 19,799 Minimum = 40 Maximum = 140 Range = 100 Mean = 37,43 Standart Deviation= 10,410 Minimum = 13 Maximum = 60 Range = 47 Mean = 36,13 Standart Deviation= 11,21 Minimum= 12 Maximum= 59 Range = 47 Menurut histogram variabel X1

(KKBK) grafik normal berbentuk lonceng; berarti data berdistribusi normal. Sedangkan histogram variabel X2 (PJ)

Tabel 2. Uji Kolmogorov-Smirnov

grafik normal berbentuk lonceng; berarti data berdistribusi normal. Dan histogram variabel Y (PG) grafik normal berbentuk lonceng; berarti data berdistribusi normal. Kolmogorov-Smimova Statistic Df Sig. X1-kpkrbaswira X2-pembrdayjem Y-pertmbhgrj ,80 ,045 ,035 70 70 70 ,200* ,200* ,200* *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Menurut uji Kolmogorov-Smirnov nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas variabel X1 (KKBK) adalah 0,200; jadi nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, itu berarti bahwa distribusi adalah normal. Dan uji Kolmogorov- Smirnov nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas variabel X2 (PJ) adalah 0,200; jadi nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, itu berarti bahwa distribusi

Tabel 3. Test Homogenelty of Variance

adalah normal. Sedangkan uji Kolmogorov- Smirnov nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas variabel Y (PG) adalah 0,200; jadi nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, itu berarti bahwa distribusi adalah normal.

Data Uji Homogenitas Variabel X dan Y

df2 Sig. X1-

kpkrbaswira Based on Mean Based on Median

Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean

68 68 67,922 68 ,646 ,733 ,733 ,650 X2- Based on Mean 68 ,447

(6)

pembrdayjem Based on Median

Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean

68 67,874 68 ,464 ,464 ,451 Y-pertmbhgrj Based on Mean

Based on Median

Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean

68 68 67,793 68 ,466 ,475 ,475 ,469 Homogenitas variabel X1 (KKBK),

menurut uji Levene terlihat tingkat signifikansi atau nilai probabilitas mean (rata-rata) adalah 0,646 ; jadi lebih besar dari 0,05. Demikian pula berdasarkan pengukuran median nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya adalah 0,733; jadi lebih besar dari 0,05. Jadi ini berarti untuk variabel X1 (KKBK) sampel-sampel yang diteliti adalah homogen. Untuk variabel X2, menurut uji Levene terlihat tingkat signifikansi atau nilai probabilitas mean (rata-rata) adalah 0,447; jadi lebih besar dari 0,05. Demikian pula berdasarkan pengukuran median nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya adalah 0,464; jadi lebih besar dari 0,05. Jadi ini berarti untuk variabel X2 (PJ) sampel-sampel yang diteliti adalah homogen.

Homogenitas variabel Y, menurut uji

Tabel 4. Anova

Levene terlihat tingkat signifikansi atau nilai probabilitas mean (rata-rata) adalah 0,466; jadi lebih besar dari 0,05. Demikian pula berdasarkan pengukuran median nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya adalah 0,475; jadi lebih besar dari 0,05. Jadi ini berarti untuk variabel Y (PG) sampel-sampel yang diteliti adalah homogen.

Berdasarkan hasil uji levene di atas dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (KKBK), variabel X2 (PJ), dan variabel Y (PG); data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, jadi sampel-sampel yang diteliti adalah homogen.

Data Uji Liniearitas Variabel X dan Y

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4896,715 1 4896,715 156,374 ,000a Residual 2129,356 68 31,314 Total 7026,071 69 2 Regression 5651,168 2 2825,584 137,693 ,000b Residual 1374,904 67 20,521 Total 7026,071 69

a. Predictors: (Constant), X1_kpkrbaswira

b. Predictors: (Constant), X1_kpkrbaswira, X2_pembrdayjem c. Dependent Variable: Y_pertmbhgrj

Pengujian Hipotesis melalui Uji-T Uji T Variabel X1 (Kepemimpinan Kristen

Berbasis Kewirausahaan)

Tabel 5. Uji T Variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan)

Nilai Uji t Keputusan Keterangan

(7)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 69 Ho diterima

101,5 0,829 t < 1,997 Uji Dua Sisi

Ho diterima

108,75 - 3,3 t < - 1, 669 Uji Satu sisi

Ho diterima Ho (hipotesa): variabel X1

Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 75% dari nilai ideal. Analisis: Uji T Satu Sisi menunjukkan bahwa I t hitung I adalah -3,3. Nilai ini dikonsultasikan dengan harga t tabel adalah 1,669, ternyata I t hitung I lebih kecil dari t

tabel maka Ho diterima. Keputusan: variabel X1 Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 75% dari nilai ideal.

Uji T Variabel X2 (Pemberdayaan

Jemaat)

Tabel 6. Uji T Variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat)

Nilai Uji T Keputusan Keterangan

32,5 3,961 t > 1,669 Uji Satu sisi

Ho diterima

35,75 - 0,182 t < 1,997 Uji Dua Sisi

Ho diterima

42,25 -3,875 t < - 1, 669 Uji Satu sisi

Ho diterima *Ho (hipotesa): variabel X2

Pemberdayaan Jemaat di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 65% dari nilai ideal. Analisis: Uji T Satu Sisi menunjukkan bahwa I t hitung I adalah -3,875. Nilai ini dikonsultasikan dengan harga t tabel adalah 1,669, ternyata I t hitung I lebih kecil dari t

tabel maka Ho diterima. Keputusan: variabel X2 Pemberdayaan Jemaat di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 65% dari nilai ideal.

Uji T Variabel Y (Pertumbuhan Gereja)

Tabel 7. Uji T Variabel Y (Pertumbuhan Gereja)

Nilai Uji T Keputusan Keterangan

33 2,335 t > 1,669 Uji Satu sisi

Ho diterima

36 0,924 t < 1,997 Uji Dua Sisi

Ho diterima

39 -2,143 t < - 1, 669 Uji Satu sisi

Ho diterima Ho (hipotesa): variabel Y

Pertumbuhan Gereja di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 65% dari nilai ideal. Analisis: Uji T Satu Sisi menunjukkan bahwa I t hitung I adalah -2,143. Nilai ini dikonsultasikan dengan harga t tabel adalah 1,669, ternyata I t hitung I lebih kecil dari t

tabel maka Ho diterima. Keputusan: variabel Y Pertumbuhan Gereja di GPPS Elim Malang setinggi-tingginya 65% dari nilai ideal.

(8)

Tabel. 8. Korelasi Variabel X dan Y

Pada Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Variable X1 (KBKK) dengan variable X2 (PJ) adalah 0,976. Variable X1 (KBKK) dengan variable Y (PG) adalah 0,968. Variable X2 (PJ) dengan variable Y (PG) adalah 0,965

Analisis Korelasi

Korelasi Bivariat

Hipotesa (Ho) adalah tidak ada hubungan antara: (1) variable X1 (KKBK) dan X2 (PJ); (2) variable X1 (KKBK) dan variable Y (PG) ; serta (3) variable X2 (PJ) dan variable Y (PG). Koefisien korelasi (r) pada Tabel harga kritik dari r Product- Moment (Arikunto, 1993:326) adalah bernilai 0.235 (Sugiyono, 2006:369). Jika r

lebih kecil dari harga r tabel (0.235) berarti Ho diterima.

Hasil output SPSS: (1) Korelasi antara variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ) adalah 0.976 lebih besar dari r tabel 0.235; jadi Ho ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan antara X1 (KKBK) dan X2 (PJ). (2) Korelasi antara variabel X1 (KKBK) dan variabel Y (PG) adalah 0.968 lebih besar dari r tabel 0.235 jadi Ho ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan antara X1 (KKBK) dan Y (PG). (3) Korelasi antara variabel X2 (PJ) dan variabel Y (PG) adalah 0.965 lebih besar dari r tabel 0.235 jadi Ho ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan antara X2 (PJ) dan Y (PG).

Korelasi Parsial

Dari tabel di atas, kita melihat bahwa setelah variable X1 (KBKK) dikontrol, maka

(9)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 151 angka koefisien korelasi antara variabel X2

(PJ) dan variabel Y (PG) menjadi 0.364. Berarti bahwa angka koefisien korelasi antara variable X2 (PJ) dan variable Y (PG)

masih lebih tinggi dari pada angka r table 0.235. Jadi Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variable X2 (PJ) dan variabel Y (PG)

Dari tabel di atas, kita melihat bahwa setelah variable X2 (PJ) dikontrol, maka angka koefisien korelasi antara variabel X1 (KKBK) dan variabel Y (PG) menjadi 0.468. Berarti bahwa angka koefisien korelasi

antara variable X1 (KKBK) dan variable Y (PG) masih lebih tinggi dari pada angka r table 0.235. Jadi Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variable X1 (KKBK) dan variabel Y (PG).

Dari tabel di atas, kita melihat bahwa setelah variable Y (PG) dikontrol, maka angka koefisien korelasi antara variabel X1 (KBKK) dan variabel X2 (PJ) menjadi 0.633. Berarti bahwa angka koefisien korelasi antara variable X1 (KKBK) dan variable X2 (PJ) masih lebih tinggi dari pada angka r

table 0.235. Jadi Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variable X1 (KKBK) dan variable X2 (PJ)

Dibandingkan dengan sebelum variabel X1 (KKBK) dikontrol, korelasi antara variabel X2 (PJ) dan variabel Y (PG) angka korelasinya jauh lebih rendah. Ini

(10)

pembrdayjem

menunjukkan bahwa peran variabel X1 (KKBK) sangat penting untuk menjelaskan korelasi variabel X2 (PJ) dan variabel Y (PG).

Dibandingkan dengan sebelum variabel X2 (PJ) dikontrol, korelasi antara variabel X1 (KKBK) dan variabel Y (PG) angka korelasinya jauh lebih rendah. Ini

menunjukkan bahwa peran variabel X2 (PJ) sangat penting untuk menjelaskan korelasi variabel X1 dan variabel Y (PG).

Dibandingkan dengan sebelum variabel Y (PG) dikontrol, korelasi antara

Tabel 9. Model Summary

variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ) angka korelasinya jauh lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa peran variabel Y (PG) sangat penting untuk menjelaskan korelasi variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ).

Jadi, dari hasil penelitian diatas, kita mengetahui bahwa tetap ada hubungan antar variabel baik sebelum salah satu variabel dikontrol maupun setelah dikontrol (baik secara bivariat maupun secara parsial), tapi korelasi parsial lebih rendah daripada korelasi bivariat.

Variable X2 (PJ) sebagai rediktor, dan variable Y (PG) sebagai kontinum. Y = -2,762 + 1,039 X2

stanta, dan 1,09 X2 resi)

ta -2,762; jika X

a. Predictors: (Constant), X1_kpkrbaswira 2

bernilai 0 maka Y bernilai -2,762. b. Predictors: (Constant), X1_kpkrbaswiraK, oXe2fi_sien regresi X

2 sebesar 1,039 berarti Regresi untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh antar variabel bebas (X) terhadap variabel Y terikat (Y), akan didapat hasil penelitian sebagai berikut:

Nilai Variabel Y (PG) Diprediksi oleh Nilai Variabel X1 (KKBK)

Variable X1 (KKBK) sebagai prediktor, dan variable Y (PG) sebagai kontinum. Persamaan regresi Y = -19,247 + 0,548 X1 (-19,247 adalah konstanta, dan 0,548 X1 adalah koefisien regresi). Arti konstanta -19,247; jika X1 bernilai 0 maka Y bernilai -19,247.

Koefisien regresi X1 sebesar 0,548 berarti setiap peningkatan 1 nilai X1 maka akan menyebabkan peningkatan nilai Y sebesar 0,548. r 2 = 0,938, r square / koefisien determinasi sebesar 0.938 berarti 93,8% variabel Y (PG) dijelaskan oleh variabel X1 (KKBK) sedangkan sisanya 6,2% dijelaskan oleh faktor- faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Y (PG) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X1 (KKBK).

Nilai variabel Y (PG) Diprediksi oleh Nilai Variabel X2 (PJ)

setiap peningkatan 1 nilai X2 maka akan menyebabkan peningkatan nilai Y sebesar 1,039. r 2 = 0,931, r square / koefisien determinasi sebesar 0.931 berarti 93,1% variabel Y (PG) dijelaskan oleh variabel X2 (PJ) sedangkan sisanya 6,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Y (PG) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X2 (PJ).

Analisis Regresi Berganda

Prediktornya adalah variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ), sedangkan kontinumnya adalah variabel Y (PG). Persamaan Y = -12,816 + 0,319 X1 + 0,447 X2 (-12,816 adalah konstanta, sedangkan 0,319 X1 dan 0,447 X2 adalah koefisien regresi). Arti konstanta -12,816; jika X1 dan X2 bernilai 0 maka Y bernilai - 12,816. Koefisien regresi X1 sebesar 0,319 berarti setiap peningkatan 1 nilai X1 maka akan menyebabkan peningkatan nilai Y sebesar 0,319; sedangkan koefisien regresi X2 sebesar 0,447 berarti setiap peningkatan nilai X2 akan menyebabkan peningkatan nilai Y sebesar 0,447. r 2 = 0,946 dan r square /

Model R R Square Adjustedpers

R Squar(e-2, aSmtada. nErrreogrroesf i 76th2e aEdsatlimahatekon 1 2 ,835a ,897b ,697 ,804 ,69a2da ,798 lah koefis 5i,e5n9r6eg Arti k4o,n5s3t0an

(11)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 153 koefisien determinasi sebesar 0,946

berarti 94,6% variabel Y (PG) dijelaskan oleh variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ) sedangkan sisanya 5,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Y (PG) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X1 (KKBK) dan variabel X2 (PJ).

DISKUSI

Proses Belajar Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan

Proses adalah keterkaitan antara kegiatan awal ke berikutnya hingga apa yang diharapkan dapat dipenuhi. Proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Jadi mengembangkan proses belajar kepemimpinan Kristen berbasis kewirausahaan tidak dapat dilakukan dalam kegiatan sepotong apalagi berkaitan dengan indikator pertumbuhan gereja dan pemberdayaan jemaat.

Covey mengatakan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah: mereka terus belajar, memancarkan energi positif, berorientasi pada pelayanan, mempercayai orang lain, hidup seimbang, sinergistik, melihat hidup sebagai suatu petualangan. (Covey, 1999:55) Siburian dan Wicaksono mengemukakan bahwa dalam Perjanjian Lama, kata “belajar” ditulis “lamad” yang bermakna belajar merupakan proses mendalami, memahami sampai mampu melakukan atau menerapkannya dalam kehidupan (Siburian dan Wicaksono, 2019). Proses kepemimpinan Kristen berbasis kewirausahaan menjadi proses belajar yang wajib ditekuni sepanjang hidup (Hanafiah dan Suhana, 2012:18).

Pada analisis regresi berganda, bahwa terbukti 94,6% pertumbuhan gereja dipengaruhi oleh kepemimpinn Kristen berbasis Kewirausahaandan pemberdayaan jemaat. Ini menunjukkan adanya pengaruh yang simultan kedua

variabel tersebut pada pertumbuhan gereja. Hal ini dengan jelask bahwa proses penanaman nilai-nilai Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan harus melibatkan seluruh

jemaat untuk meningkatkan

pertumbuhan gereja.

Ensiklopedi Nasional Indonesia menuliskan bahwa Kepemimpinan adalah salah satu fungsi manajemen, memegang peran yang amat penting dalam organisasi. Di dalam kepemimpinan tercakup tiga faktor utama: kekuasaan, wewenang, dan pengaruh. Jadi kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai ketrampilan memanfaatkan kekuasaan dan wewenang untuk mempengaruhi orang lain dalam upaya mencapai sasaran. Dari ketiga faktor tersebut, “pengaruh” merupakan faktor yang paling menonjol dalam kepemimpinan (1990:376). Yudho (2006: 6) berpendapat bahwa Kepemimpinan merupakan sebuah proses saat seseorang mempengaruhi orang lain dalam hal keyakinan, tingkah laku dan kebiasaan, agar sesuai dengan norma dan keyakinan organisasinya. Maxwell menulis dalam “Million Leaders Mandate” bahwa seseorang dilahirkan untuk menjadi pemimpin (2008:1). Barna menyebutkan bahwa ada tiga ciri yang membedakan seorang pemimpin dari seorang pengikut yaitu: (1) dipanggil Tuhan untuk memimpin jemaat-Nya, (2) seorang yang berkarakter seperti Kristus, dan (3)

memiliki kemampuan untuk

membimbing orang-orang yang dipimpinnya menuju kesempurnaan tujuan sebagai hamba Tuhan. (Barna, 2002:26-27)

Pandangan Gereja terhadap Dunia Usaha (Bisnis) dapat diperhatikan dalam era Perjanjian Baru integrasi antara pekerjaan (dunia usaha) dan iman dipraktekkan dengan baik. Namun kini, di tengah masyarakat, beredar pandangan yang membedakan antara dunia usaha

(12)

dan gereja. Sebenarnya, hal ini bukan hal baru karena telah terjadi pro kontra sejak lama. Sebagai gambaran, secara singkat adanya empat masa historikal sehubungan dengan pemisahan kedua bidang tersebut, yaitu: (1) Pemisahan antara yang suci atau sekular (300-157 sM), (2) Reformasi merupakan pemulihan antara yang suci atau sekular (1517-1730), (3) Fragmentasi: Revolusi Industri (1730-1980-an), dan (4) Integrasi (1980-an sampai sekarang). Pihak gereja membuat suatu perbedaan antara yang suci dan sekular pada tahun 300-157 sM. Hybels (2004: 11-13) menuliskan bahwa secara spesifik, semua profesi yang berhubungan dengan gereja dinilai suci sedangkan yang lainnya dianggap duniawi. Prioritas dan hirarkinya jelas: Apa saja yang duniawi digolongkan sebagai kelas dua. Pekerjaan yang penting dan ditahbiskan Allah diberikan hanya bagi mereka yang berhubungan secara langsung dengan gereja. Gereja memisahkan apa yang diajarkan secara jelas oleh Alkitab sebagai sesuatu yang seharusnya dipersatukan.

Pada tahun sekitar 1517-1730, gereja kembali menempatkan yang suci dan duniawi kembali bersama, berprinsip bahwa semua pekerjaan adalah suci. Kemudian sampai pertengahan abad 18, kebudayaan mulai memisah-misahkan apa yang telah dipersatukan kembali oleh gereja selama Era reformasi. Kemudian, secara perlahan proses integrasi terjadi kembali, para pengikut Kristus mulai menggunakan pendekatan teologia kerja yang dipaparkan oleh Hybels dalam

Christians in the Marketplace:

“Permercaya-pemercaya sejati tidak dapat menggolong-golongkan hidup mereka. Mereka tidak dapat pergi ke gereja dan pendalaman Alkitab serta “aktifitas kekristenan lainnya” dengan mengenakan topeng kesalehan yang sudah disucikan, dan kemudian

memperdagangkan diri mereka untuk topeng-topeng duniawi yang lebih nyaman saat mereka memasuki tempat kerja Ketika orang Kristen sejati masuk ke tempat kerja, Kristus masuk bersama- sama dengan dia, dan bersama-sama pula mereka harus menanggalkan tanda kekudusan mereka.”(Hybels,1993)

Kerja adalah cara Allah mengisi hari-hari manusia dengan aktifitas yang berarti dan menyenangkan. Martabat tersedia bagi setiap orang di setiap profesi yang sah dan bernilai (Hybels,

2004: 202). Penulis Amsal

menuliskan,”Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina” (Ams. 22:29). Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada suatu kebanggaan, perasaan terhormat, yang berkaitan dengan kerja yang rajin. Intinya bukan pada “bertemu raja”, tapi penekanannya pada Martabat Manusia. Dan Allah telah menyediakan bagi orang- orang yang mau bekerja.

Sementara adalah salah satu penggagas pertama dan utama pemahaman tentang kewirausahaan atau

entrepreneurship adalah di Perancis yang

dimotori oleh Prof. John Baptis Say pada tahun 1800. Pada awalnya artinya adalah “berusaha” atau untuk melakukan sesuatu atau undertake. Kemudian dimaknai sebagai suatu kegiatan atau pekerjaan yang berani menanggung resiko dan konsekuensi, dalam istilah asing disebut risk-taking (Frinces, 2009: 222). Secara luas, didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Atau dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa

(13)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 155 serta karya atau mampu menggabungkan

unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal sehingga dapat memberikan nilai tambah maksimal terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi- sendi kehidupan masyarakat (Sutanto, 2002: 11). Entrepreneurship merupakan suatu kualitas dari sikap seseorang daripada hanya sekedar keahlian seorang

entrepreneur memiliki kualifikasi kepribadian yang tahan banting, selalu mencari peluang dan memiliki visi, dan

entrepreneur yang berhasil berangkat

dari pandangan untuk berhasil, tidak hanya sekedar berbuat (Sutanto, 2002: 12). Latupeirissa mengemukakan bahwa berbisnis dalam perspektif Alkitab juga termasuk lingkup mengasihi sesama manusia, artinya, mengasihi karyawannya, mengasihi rekan kerjanya, dan mengasihi konsumen atau pelanggannya. Kegiatan bisnis untuk memenuhi mandat ilahi yaitu menguasai dan melestarikan ciptaan (Kej 1:26-28; 2:5,15); kegiatan bisnis juga berkaitan dengan berkarya dan pelayanan (Kej 3:17-19; 2 Tes 3:10); kegiatan bisnis bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan (Mzm 150; Rm 11:36); seorang Kristen dapat menjadi garam dan terang di pilar bisnis dan ekonomi (Mat 5:13-14). Bisnis adalah sebuah media bukan tujuan. (Latupeirissa, 2019) Berbisnis tidak selalu berkonotasi materialis dan hanya mengejar profit saja, bisnis dapat dijadikan alat untuk memuliakan Allah.

Proses Belajar Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan Gereja

Proses belajar Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan mempengaruhi Pertumbuhan Gereja sebesar 0,938 (93,8%). Sianipar (2010:29-30) dalam Biblical Foundation

of Christian Leadership menuliskan

bahwa gereja mempunyai dua sisi yaitu sebagai organisme (1 Kor. 12:12-31) dan sebagai organisasi (Ef. 4:12-16) yang harus berjalan seimbang. Dari sisi organisme yang ditekankan adalah Pertumbuhannya, sedangkan dari sisi

satunya lebih ditekankan

Keteraturannya. Jenson and Steven's (1996: 8) mengatakan bahwa pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal. Inilah kunci untuk memahami proses yang menyebabkan gereja bertumbuh. Jika ketiganya tidak seimbang, kesehatan gereja tidak dapat dipertahankan dengan baik.

Proses belajar pada jemaat sebaiknya diberlakukan pembelajaran aktif, di mana jemaat dilibatkan secara aktif. Ini akan mengkondisikan jemaat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. (Warsono dan Hariyanto, 2013:12).

Pertumbuhan Kuantitas

Dalam Amanat Agung (Mat. 28:19- 20), pertumbuhan kuantitas atau jumlah tersirat dengan jelas. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20).

Frasa “Jadikan Murid”

mencerminkan maksud peningkatan kuantitas; dan ditunjang dengan tiga tindakan aktif: pergi, baptiskan dan

ajarkan. Dengan kata lain perintah itu

dapat diartikan sebagai “setelah pergi,

membaptiskan, dan mengajar, menjadikan murid.” Penginjilan mendahului pengajaran, kelahiran mendahului

(14)

pertumbuhan. Sebuah gereja bertumbuh dalam kuantitas pada mulanya, dilanjutkan dengan segi kualitas. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa keinginan untuk pertumbuhan jumlah adalah alkitabiah.

Wagner (1997: 173-180)

mengatakan bahwa Yesus percaya kepada statistik; pernyataan-Nya tentang gembala yang baik, seorang gembala yang baik adalah gembala yang sangat mengenal domba-dombanya, sehingga ia akan tahu jika ada seekor dombanya yang hilang dan lalu pergi mencarinya sampai menemukannya kembali (Luk. 15:4-6). Yesus juga mengatakan, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Ia setuju sekali dengan pertumbuhan kuantitas gereja. Lebih jauh lagi, Wagner mengajak kita untuk memandang salib Yesus. Kematian Yesus di kayu salib adalah satu cara untuk menyediakan alat yang dengannya pertumbuhan gereja dapat terjadi. Apakah Yesus berhasil sebagai penginjil? Ya, dia sangat berhasil. Dalam pelayanan aktif-Nya yang hanya tiga tahun; Dia mulai memenangkan duabelas orang bagi diri-Nya sendiri. Ketika Ia mati, keduabelas orang ini menjadi satu kelompok yang berkarya di Yerusalem dengan seratus duapuluh orang murid, kemudian berkembang menjadi enam ratus orang (1 Kor. 15:6).

Pertumbuhan Kualitas

Gereja harus menawarkan sesuatu yang tidak dapat mereka peroleh di tempat lain. Pertumbuhan gereja merupakan akibat wajar dari gereja yang sehat. Kesehatan sebuah gereja sangat penting. Gereja yang sehat hanya dapat terjadi jika khotbah seseoranga lkitabiah dan misinya seimbang. Warren dalam "The Purpose Driven Church" menulis: "Allah menghendaki gereja-Nya bertumbuh. Kalau jemaat anda sehat secara murni, anda tidak usah kuatir

tentang pertumbuhannya". Kata sehat berkaitan dengan pertumbuhan, dan kata murni menunjuk pada pengertian jiwa dan rohani. Iklim dalam suatu gereja yang sehat dan bertumbuh adalah kombinasi faktor-faktor yang menentukan bagaimana seseorang merasakannya sebagai bagian gereja (Warren, 2003: 57-58). Ada tiga faktor menunjang iklim suatu gereja: Kasih yang ditunjukkan di antara pemimpin, hubungan satu dengan yang lain, perhatian untuk para jemaat serta penerimaan tanpa syarat, Visi atau Iman, Keterlibatan anggota dalam gereja tersebut.

Ketiga faktor di atas bicara soal Iman dan Hubungan yang berlandaskan Kasih. Ini juga bicara soal kesehatan emosional dan spiritual. Alkitab mengatakan, “Semoga Allah damai

sejahtera menguduskan kamu

seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan

tubuhmu terpelihara sempurna dengan

tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Tes. 5:23). Jadi di sini, sehat artinya bukan hanya fisik saja, melainkan juga jiwa dan spiritualitasnya. Allah menginginkan kesehatan roh, jiwa, dan tubuh kita seimbang. Ini tercermin juga dalam Perintah Agung dalam Matius 22: 37-39.

Allah ikut campur tangan dalam pertumbuhan gereja, karena gereja dilahirkan untuk pekerjaan-pekerjaan baik yang telah dipersiapkan oleh Allah sendiri sebelumnya (Ef. 2:10). Gereja bertumbuh oleh kuasa Allah melalui usaha manusia yang trampil. Sementara manusia menunggu Allah bekerja

untuknya, Allah sedang menunggu

manusia untuk bekerja melaluinya. Pepatah mengatakan Ora et Labora, seseorang berdoa dan juga bertindak dengan penuh tanggung jawab. Kualitas menunjuk pada jenis murid-murid yang dihasilkan oleh suatu gereja. Kuantitas menunjuk pada jumlah murid-murid

(15)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 157 yang dihasilkan oleh suatu gereja. Di

dalam gereja, selama masih ada orang- orang yang terhilang dalam dunia ini, ia tetap harus peduli pada kuantitas dan juga kualitas. Kualitas menghasilkan kuantitas, dan kuantitas menciptakan kualitas dalam beberapa segi kehidupan gereja (Warren, 2003: 57-58). Selain itu, kesehatan sebuah gereja dapat diukur dari kesehatan emosional dan spiritual pemimpin gerejanya.

Berkaitan dengan pertumbuhan gereja dari sisi organisme, segi kualitas ditekankan. Penanaman nilai-nilai kepemimpinan Kristen berbasis kewirausahaan bertujuan untuk mentransformasi karakter jemaat. Dalam pembentukan rohani, aspek karakter adalah yang terutama. Karakter seseorang berbicara mengenai kekudusan, kerendahan hati dan kebiasaan untuk tetap menjaga kekudusan hidup dan kerendahan hatinya secara terus menerus. Seorang pemimpin Kristen harus membawa jemaatnya mencapai kualitas karakter seperti Kristus (Innawati, 2016:136).

Dari semua keterangan di atas tentang kualitas pertumbuhan Gereja, ada satu hal mendasar yang harus manusia ingat adalah bahwa kualitas pertumbuhan Gereja adalah tentang kualitas hidup jemaatnya, tentang kesehatan jasmani dan rohaninya. Seseorang bisa disebut sehat secara jasmani dan rohani pada saat ia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya terlebih dulu baru kemudian kebutuhan rohaninya terpenuhi kemudian. Bicara tentang pemenuhan kebutuhan jasmani berarti tentang kesejahteraan hidup, dan ini berkaitan juga dengan mata pencaharian (penghasilan) seseorang. Mata pencaharian, pekerjaan, dan profesi tak lepas dari dunia usaha. Jadi, benang merah yang bisa ditarik, kuncinya adalah bahwa kemampuan seseorang di dunia usaha (kewirausahaan), ujung-ujungnya

juga akan menentukan pertumbuhan sebuah gereja.

Pertumbuhan Organik

Pertumbuhan organik dicerminkan dalam perkembangan organisasi dan struktural gereja. Sebuah gereja adalah merupakan organisme yang kompleks karena gereja harus memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda (Jenson dan Stevens: 1996, 11-12).

Pada pertumbuhan organik, seorang pemimpin dituntut mempunyai

managerial skills yang baik. Ia harus

mampu menetapkan visi, menentukan prioritas, membagikan tanggung jawab dan mengevaluasi kinerja semua orang yang terlibat. (Throop, 2005: 340-341) Pemimpin Kristen harus seimbang dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing/leading, coordinating dan controlling. Selain itu juga menerapkan

nilai-nilai yang terkandung dalam Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan, yaitu: kreatif dan inovativ, memiliki visi, energetic

(bersemangat tinggi), percaya diri, berkomunikasi dengan efektif, bekerja keras dan berpandangan luas, berani menghadapi resiko (keberanian), inisiatif dan bertanggungjawab, senang mandiri dan bebas, bersikap optimistik, berpikiran positif, beriman, seorang pembelajar seumur hidup, memiliki keuletan dan ketekunan, berintegritas, berkomitmen, memiliki kompetensi dan proaktif, disiplin, bersedia berkorban dan memiliki citra diri positif. (Barna 2002: 31-32; Drury, 2003: 257-260; Eims, 2003: 19-24; Jones 1997: 23, 228; Maxwell, tt: 37-44, 47, 65-66, 97, 121- 122, 151-154, 157, 171-173, 197-203, 207-215; Meyer, 2007: 1-113; Munroe, 2006: 24, 218-219, 226-227, 248, 269, 275, 276-281; Russel, 2003: 199-200, 246-249; Sudomo, 2005: 68-78; Sutanto,

(16)

2002:14, 25; Turner, 2003:120-122, 152; Yulk, 2005:73-75, 223, 226)

Dari pemahaman pertumbuhan kuantitatif, kualitaf dan organik, maka Warren (2003) mengatakan, bahwa pertumbuhan gereja yang sejati terdiri dari lima dimensi yaitu: gereja-gereja bertambah akrab melalui persekutuan, gereja-gereja bertambah sungguh- sungguh melalui pemuridan, gereja-

gereja bertambah kuat melalui ibadah, gereja-gereja besar melalui pelayanan dan gereja-gereja bertambah luas melalui penginjilan.

Proses Belajar Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja

Proses belajar pemberdayaan jemaat berpengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan Gereja adalah 0,931 (93,1%). Northrop (1997: 1) mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru, gereja adalah orang yang dipanggil keluar dari dunia (Kol. 1:13; 2 Kor. 6:17,18). Tujuan khusus dari gereja itu adalah untuk memuliakan Bapa yang di surga. Dalam Alkitab kata “gereja” digunakan dalam tiga cara adalah: (1)

Secara Universal. Matius 16:18, ketika

menjanjikan ini Yesus tidak secara lokal/khusus baik dalam tempat ataupun waktu. Dia berjanji untuk membangun gereja yang universal yang akan menjangkau semua bangsa, etnik, ras, kultur yang beraneka ragam, dan pada semua situasi. (2) Secara Lokal (Jemaat

Lokal) yaitu suatu

perkumpulan/kelompok orang yang bertemu dalam sebuah tempat/lokasi secara khusus. Dalam beberapa tulisan Paulus dalam Perjanjian Baru adalah merupakan surat kiriman kepada beberapa jemaat lokal. Contohnya antara lain: jemaat yang ada di Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika. Berea, Tiatira, dan lainnya. (3) Sebagai

sebuah perhimpunan atau perkumpulan.

Dalam hal ini adalah perhimpunan dari

individu-individu untuk suatu tujuan. Contohnya adalah 1 Korintus 11:18. Bisa disimpulkan bahwa istilah “Gereja” dipakai untuk menggambarkan gereja yang universal, lokal, perhimpunan peribadatan. Sementara menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 10 (1990:121) bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses pengendalian berbagai sistem yang berhubungan dengan unsur manusia sebagai sumber daya dalam organisasi. Alkitab mengatakan: karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Fil. 2:2- 3). Inti kepemimpinan mencakup

membimbing dan memberdayakan orang-

orang yang ia pimpin. Kombinasi ketrampilan dan kasih Tuhan akan berakibat luar biasa kepada mereka yang ia sentuh secara pribadi.

Myra & Shelley (2007: 157-166) mengatakan bahwa inti kepemimpinan mencakup membimbing dan memberdayakan orang-orang yang ia pimpin. Memberdayakan adalah melepaskan dan melipatgandakan; memimpin tapi tidak menguasai, menyalakan api dan mengkomunikasikan rasa percaya, menentukan kecepatan langkah, serta menjadi teladan semangat tim.

KESIMPULAN

Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Pertama, didapati bahwa variabel Y

(Pertumbuhan Gereja) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan) dan variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat). Ini menjelaskan

(17)

Jurnal Excelsior Pendidikan | 159 bahwa ada pengaruh yang simultan

antara Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat terhadap Pertumbuhan Gereja di GPPS Elim Malang adalah 0,946 (94,6%).

Kedua, didapati bahwa variabel Y

(Pertumbuhan Gereja) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan). Ini membuktikan bahwa secara parsial variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja) adalah 0,938 (93,8%).

Ketiga, didapati bahwa variabel Y

(Pertumbuhan Gereja) dipengaruhi sangat kuat oleh variabel X2

(Pemberdayaan Jemaat). Ini

membuktikan bahwa secara parsial variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja) adalah 0,931 (93,1%).

Keempat, dari hasil analisis regresi

dijelaskan bahwa: square / koefisien determinasi sebesar 0.938 berarti 93,8% variabel Y (Pertumbuhan Gereja) dijelaskan oleh variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan) sedangkan sisanya 6,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain; r square / koefisien determinasi sebesar 0.931 berarti 93,1% variabel Y (Pertumbuhan Gereja) dijelaskan oleh variabel X2 (Pertumbuhan Jemaat) sedangkan sisanya 6,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan variabel X2 (Pemberdayaan Jemaat), variabel X1 (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan) mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap variabel Y (Pertumbuhan Gereja).

Jadi dalam proses belajar terhadap pertumbuhan gereja, Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan

mempunyai pengaruh lebih dominan dari pada Pemberdayaan Jemaat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Barna, George. (2002). Leaders on

Leadership. Malang: Gandum Mas.

Blackaby, Henry & Richard. (2005).

Kepemimpinan Rohani. Batam: Gospell

Press.

Covey, Stephen R. (1999). Kepemimpinan

Yang Berprinsip. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Drury, Michael. (2003). Mind Power. Bandung: Penerbit Nuansa.

Eims, Leroy. (2003). 12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif. Bandung:

Yayasan Kalam Hidup.

Engstrom, Ted W. (1980). The Making of

a Christian Leader. Grand Rapids,

Michigan: Zondervan Publishing House.

Frinces, Z. Heflin. (2009). Kepemimpinan

Berbasis Kewirausahaan. Yogyakarta:

Mida Pustaka.

Gea, Ibelala.(2018). “5 (Lima) Nilai Budaya Kerja Kementrian Agama”. Jurnal Kenosis: Jurnal Kajian Teologi. DOI: 10.37196/kenosis.v2i1.30.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hybels, Bill. (2004). Kepemimpinan yang

Berani. Batam: Gospel Press.

Hybels, Bill. (1993). Christians in the

Marketplace. UK: Hodder&Stouhgton.

Innawati. (2010). Tesis: Pengaruh Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan dan Pemberdayaan Jemaat Terhadap Pertumbuhan Gereja.

Malang: Unpublished.

Innawati. (2016).“Peranan

Kepemimpinan Transformasi Gembala Sidang bagi Pertumbuhan Gereja Masa Kini”. (Halaman: 132- 148) Jurnal Missio Ecclesiae: Jurnal Theologia, Misiologia, dan Gereja.

(18)

Jenson, Ron dan Jim Stevens. (1996).

Dinamika Pertumbuhan Gereja.

Malang: Penerbit Gandum Mas.

Jones, Laurie Beth. (1997). Yesus CEO. Jakarta: Penerbit Mitra Utama.

Latupeirissa, Jacky (2019). “Etika Bisnis Ditinjau Dari Perspektif Alkitab”. PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. ISSN: 2338-0489. DOI:

10.46494/psc.v15i1.63.

Leo, Eddy. (2005). Murid Sejati. Jakarta: Metanoia.

Maxwell, John C. (2008) Million Leaders

Mandate 1. Surabaya: MIC Publishing.

Maxwell, John C. The 21 Indispensable

Qualities of a Leadership. Bandung:

Interaksa.

Meyer, Paul J. (2007). 24 Kunci Sukses. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Munroe,Myles. (2006). The Spirit of Leadership. Jakarta: Penerbit Imanuel.

Myra, Harold & Shelley, Marshall. (2007).

Rahasia Kepemimpinan Billy Graham.

Jakarta: Yayasan Baptis Indonesia. Nugroho, E. (1990). Ensiklopedi Nasional

Indonesia Jilid 10. Jakarta: PT Cipta

Adi Pustaka.

Priyatna, Novel. (2020). “A Guide to Christian Spiritual Formation”: How Scripture, Spirit, Community, and Mission Shape Our Souls by Evan B.

Howard.” Jurnal Ilmiah.

DOI:10.19166/pji.v16i1.1915

Russel, Bertrand. (2003). Mind Power. Bandung: Penerbit Nuansa.

Selan, Yunus. (2020). “Makna Ungkapan "Kamu Adalah Terang Dunia Menurut Matius 5:14 dan Penerapannya Dalam Pelayananan Hamba Tuhan”. Jurnal

Luxnos. DOI: 10.47304/jl.v6i1.2.

Siburian, Hendro Hariyanto dan Ari Wicaksono. (2019). “Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama dan Implementasinya bagi PAK Masa Kini”. Jurnal Fidei. DOI: 10.34081/fidei.v2i2.75.

Sendjaya. (2004). Kepemimpinan Kristen. Yogyakarta: Penerbit Kairos.

Sudomo (2005). Ciri Utama

Kepemimpinan Sejati. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A.B. (2006). Meneladani Jejak

Yesus sebagai Pemimpin. Yogyakarta:

Andi.

Sutanto Adi. (2002). Kewiraswataan. Jakarta: PT Ghalia Indonesia dengan UMM Press.

Throop, John R. (2005). General Editor: James D. Berkley. Leadership Handbook of Management and Administration. Grandrapids, Michigan: Baker Books.

Turner, Collin. (2003). Lead to Succeed. Menuju Sukses. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wagner, C. Peter. (1997). Gereja Saudara

Dapat Bertumbuh. Malang: Gandum

Mas.

Warren, Rick. (2003). Pertumbuhan

Gereja Masa Kini. Malang: Gandum

Mas.

Warsono, M.S dan Hariyanto M.S. (2013).

Pembelajaran Aktif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Yudho, Bambang. (2006). How to Become

a Christian Leader. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristen. Yogyakarta:

Andi.

Yulk, Gary (2005). Kepemimpinan Dalam

Organisasi. Jakarta: Gramedia.

Zaluchu, Sonny Eli. (2019). “Komitmen Organisasi dalam Perspektif Alkitabiah”. Jurnal Kharismata.

Gambar

Tabel 1. Uji Normalitas X dan Y Case Processing Summary  Cases  Missing  Total  N  Percent  N  Percent  X 1 -kpkrbaswira  0  ,0%  70  100,0%  X 2 -  0  ,0%  70  100,0%  pembrdayjem  Y-pertmbhgrj  0  0,0%  70  100,0%  Cases  Uji Histogram  X1 (KBBK)  X2 (pe
Tabel 5. Uji T Variabel X 1  (Kepemimpinan Kristen Berbasis Kewirausahaan)
tabel  maka Ho diterima. Keputusan: variabel  X 2  Pemberdayaan  Jemaat  di  GPPS  Elim  Malang  setinggi-tingginya  65%  dari  nilai  ideal
table  0.235.  Jadi  Ho  ditolak,  berarti  ada  hubungan  antara  variable  X 1  (KKBK)  dan  variable X 2  (PJ)

Referensi

Dokumen terkait

Santoso (1998) menyebutkan secara fisis manisan kering nenas yang masih bertahan pada warna kuning keemasan dengan tekstur kenyal dan penampakan menarik selama

Melalui kegiatan menulis, siswa dapat membuat peta pikiran tentang pengaruh alat transportasi modern terhadap peyebaran hasil produksi pada kehidupan masyarakat dengan

Rata – rata mahasiswa lulusan program EAP dapat menggunakan informasi yang tersedia dari berbagai sumber informasi terbukti sekitar 53,3% responden menggunakan

• Untuk memberikan logika HIGH gunakan perintah berikut:.

obat penekan imun (lain daripada methotrexate) umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan penyakit yang sangat agresif atau mereka yang dengan komplikasi-komplikasi

Gagasan Einstein yang disebut Asas Relativitas adalah bahwa semua pengamat yang tak mengalami percepatan haruslah diperlakukan sama dalam semua hal, meskipun mereka bergerak

Seluruh staff jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang telah memberikan motivasi, informasi dan

Orientasi dakwah yang Allah perintahkan adalah menyeru dan mengajak manusia kepada jalan Tuhan yaitu menjadi hamba-hamba Allah yang tunduk dan patuh kepadaNya