• Tidak ada hasil yang ditemukan

GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA. Disusun Oleh : Drg. I Gusti Agung Sri Pradnyani, M. Biomed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA. Disusun Oleh : Drg. I Gusti Agung Sri Pradnyani, M. Biomed"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Drg. I Gusti Agung Sri Pradnyani, M. Biomed

PROGRAM STUDI PENDDIKAN SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2018

(2)

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Gigi dan Jaringan Penyangga” dengan baik.

Dalam penyusunan karya tulis ini, berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari banyak pihak. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap agar mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat membantu berbagai pihak.

Denpasar, 24 Februari 2018

Penulis

i

(3)

SAMPUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi ... 3

2.1.1 Anatomi Gigi ... 3

2.1.2 Histologi Gigi ... 4

2.2 Jaringan Periodontium 2.2.1 Gingiva ... 12

2.2.2 Ligamen Periodontal ... 14

2.2.3 Tulang Alveolar ... 19

2.2.4 Sementum ... 22

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 25

3.2 Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA

ii

(4)

Gambar 1. Gigi Incisors ... 3

Gambar 2. Gigi Caninus ... 3

Gambar 3. Gigi Premolar ... 4

Gambar 4. Gigi Molar ... 4

Gambar 5. Histologi Gigi ... 5

Gambar 6. Anatomi Gingiva ... 6

Gambar 7. Histologi Gingiva ... 7

iii

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rongga mulut merupakan salah satu bagian tepenting dalam proses pengolahan makanan. Rongga mulut merupakan pokok bahasan ilmu dalam program studi pendidikan dokter gigi. Rongga mulut (cavum oris) terletak pada bagian inferior cavum nasi. Rongga mulut (cavum oris) terbagi menjadi dua subdivisi, yaitu vestibulum oris dan cavum oris propium. Vestibulum oris merupakan celah yang dibatasi oleh labia atau bukal pada satu sisi dan gigi pada sisi lainnya. Cavum oris propium merupakan rongga yang dibentuk oleh palatum pada bagian atas, lingua pada bagian bawah, dan gigi geligi pada bagian lateral posterior sampai bagian anterior (Drake R dkk, 2009).

Dalam rongga mulut terdapat berbagai organ yang terlibat dalam proses pengolahan makanan secara mekanik, salah satunya adalah gigi. Gigi merupakan organ utama yang digunakan dalam proses pengolahan makanan secara mekanik.

Secara umum gigi memiliki dua periode yang berbeda, yaitu gigi decidui yang berjumlah 20 dan gigi permanen yang berjumlah 32. Dalam memproses makanan secara mekanik, gigi akan mengalami berbagai macam kontak sehingga diperlukan jaringan penyangga gigi yang kuat. Jaringan penyangga terdiri dari empat komponen, yaitu gingiva, tulang alveolar, periodontal ligamen, dan sementum.

Dengan mempelajari gigi dan jaringan penyangganya dapat membantu mahasiswa pendidikan dokter gigi dalam mengetahui struktur – struktur pada bagian tersebut sehingga mahasiswa dapat melakukan penanganan yang tepat nantinya. Hal tersebutlah yang mendasari tim penulis untuk mengangkat suatu topik materi dan dijadikan makalah yang berjudul “Gigi dan Jaringan Penyangga”.

Adapun penulisan ini diharapkan berguna untuk para pembaca dikarenakan

kami selaku tim penulis akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan aspek

(6)

anatomi dan histologi gigi dan jaringan penyangga.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah aspek anatomi dan histologi gigi dan jaringan penyangga?

1.3.Tujuan

Mengetahui aspek anatomi dan histologi gigi dan jaringan penyangga.

1.4.Manfaat

Manfaat bagi tim penulis yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai

gigi dan jaringan penyangga khususnya dalam aspek anatomi dan histologi.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi

2.1.1 Anatomi Gigi

Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang mulai dari usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Saat anak berusia 6-13 tahun gigi permanen sudah mulai tumbuh menggantikan gigi desidui namun beberapa gigi desidui masih ada di rongga mulut, periode ini dinamakan dengan periode gigi bercampur. Gigi desidui akan tanggal seluruhnya dan hanya ada gigi permanen di rongga mulut pada saat anak berusia 13 tahun ke atas, periode ini dinamakan dengan periode gigi permanen (Bakar, 2012).

Gigi desidui merupakan gigi yang penting karena memiliki fungsi mastikasi, fonasi, estetika dan pendukung jaringan periodontal pada anak.

Orang tua sering kali kurang memperhatikan kesehatan gigi desidui anaknya karena menganggap bahwa gigi desidui ini hanya sementara dan nantinya akan digantikan oleh gigi permanen, padahal pertumbuhan dan perawatan yang baik pada gigi desidui akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen nantinya (Scheid, 2012).

Gigi desidui berbeda dengan gigi permanen. Perbedaan tersebut

dapat dilihat dari ukuran, struktur, dan warnanya. Mahkota gigi desidui

(8)

memiliki ukuran yang lebih kecil dan akar yang lebih pendek dibandingkan dengan gigi permanen. Email gigi desidui lebih tipis dua kali lipat dan permukaan gigi desidui memiliki struktur yang lebih halus. Gigi desidui berwarna putih opak (Avery & Cheiego, 2006).

Pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui sudah dimulai sejak sebelum lahir. Perkembangan gigi melibatkan sel-sel epitelial rongga mulut dan sel-sel mesenkimal. Sel-sel epitelial akan membentuk organ enamel yang nantinya berperan pada pembentukan email gigi, sedangkan sel-sel mesenkimal akan membentuk dental papila yang berperan dalam pembentukan dentin (Avery & Cheiego, 2006). Pada saat pertumbuhan dan perkembangan, gigi akan mengalami aposisi dan kalsifikasi. Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi seperti email dan dentin. Kalsifikasi adalah pengendapan garam kalsium anorganik.

Hipoplasia email dan hipokalsifikasi dapat terjadi apabila terdapat gangguan pada saat aposisi dan kalsifikasi gigi (Harsanur,1995).

Hiatt & Gartner (2009) dalam bukunya yang berjudul Textbook of Head and Neck Anatomy menjelaskan mengenai tahap-tahap pembentukan gigi sebagai berikut :

a. Bud stage

Bud stage merupakan tahap pembentukan lamina dura. Lamina

dura adalah jaringan epitel yang mengalami penebalan ditempat gigi akan

muncul nantinya (Harshanur,1995).

(9)

b. Cap stage

Cap stage adalah tahap proliferasi sel-sel menjadi organ enamel. Sel- sel yang mengalami prolifersai akan mengalami pembesaran dan membentuk seperti topi / cap.

c. Bell stage

Pada tahap bell stage sel-sel mengalami histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Histodiferensiasi adalah perubahan sel secara hisologis, contohnya organ enamel menjadi ameloblas yang akan membentuk email gigi. Morfodiferensiasi adalah perubahan sel-sel membentuk garis luar dari mahkota dan akar sehingga akan menjadi bentuk morfologi dari tiap-tiap gigi. Erupsi merupakan proses pertumbuhan gigi menembus jaringan lunak dan mukosa sehingga muncul di rongga mulut pada posisinya di lengkung rahang, mencapai kontak oklusi dan dapat berfungsi mastikasi (Avery &

Cheiego, 2006). Tahap-tahap erupsi gigi : a. Preeruptive phase

Pada tahap ini, gigi mengalami perkembangan dan pembentukan mahkota serta akar di dalam tulang rahang. Gigi belum muncul di dalam rongga mulut.

b. Prefunctional eruptive

Prefunctional eruptive adalah tahap dimana terjadi pembentukan akar

dan pergerakan gigi ke arah rongga mulut. Akar yang mulai terbentuk

mendorong mahkota gigi untuk berpenetrasi menembus jaringan lunak

dan mukosa rongga mulut sehingga gigi muncul di dalam rongga mulut

(10)

sampai mencapai kontak oklusi.

c. Functional eruptive

Pada tahap ini, gigi desidui mencapai kontak oklusi dan dapat berfungsi untuk mastikasi. Atrisi dan abrasi dapat terjadi pada permukaan insisal gigi sehingga gigi akan terus mengalami erupsi sebagai kompensasi adanya kehilangan struktur gigi untuk dapat mencapai kontak oklusi.

Gigi merupakan struktur putih kecil di mulut manusia dan salah satu organ yang sangat penting dalam proses pencernaan dalam tubuh. Gigi berfungsi untuk mengoyak, mengikis, memotong dan mengunyah makanan (Yuliantini R, 2014). Pada manusia terdapat empat macam gigi dalam mulut manusia: (Sekolah Tinggi Kesehatan Amirah Makasar, 2016)

d. Gigi Incisors merupakan gigi yang memiliki satu akar dan pipih.

Gigi incisors merupakan gigi yang terkecil.

Gambar 1. Gigi Incisors (Stanley J, 2010)

e. Gigi caninus merupakan gigi yang memiliki satu akar dan

merupakan gigi terpanjang di rongga mulut, mahkotanya berbetuk

(11)

runcing dilengkapi dengan akar yang panjang dan kuat.

Gambar 2. Gigi Caninus (Stanley J, 2010)

f. Gigi premolar merupakan gigi yang memiliki dua cusp: bukal dan lingual untuk premolar pertama bawah dan memiliki satu akar, untuk premolar kedua bawah memiliki dua atau tiga cusp: bukal dan lingual(mesio ligual dan disto lingual) dan memiliki satu akar.

Gambar 3. Gigi Premolar (Stanley J, 2010)

g. Gigi molar untuk molar pertama bawah adalah gigi yang memiliki

lima cusp: mesio bukal, disto bukal, distal, disto lingual, mesio

lingual dan memiliki dua akar. Untuk molar kedua bawah

merupakan gigi yang memiliki empat cusp: mesio bukal, disto

(12)

bukal, disto lingual, mesio lingual. Gigi molar ketiga bawah merupakan gigi yang meiliki cusp empat, lima, atau lebih dan memiliki akar yang terkadang mirip molar satu bawah.

Gambar 4. Gigi Molar (Stanley J, 2010)

Rangkaian gigi di mulut yang utama adalah gigi deciduos. Gigi deciduos dapat diartikan sebagai gigi sementara yang akan digantikan gigi permanen dapat disebut juga gigi sulung. Gigi deciduos berjumlah 20 dengan 10 gigi di setiap geraham terdiri dari: empat gigi incisors, dua gigi caninus, gigi empat molar. Gigi pertama di gigi deciduos ini mulai muncul di rongga mulut rata-rata pada usia enam , dan yang terakhir muncul rata rata pada usia 28 ± 4 bulan. Transisi berlangsung umur 6 sampai 12 tahun dan berakhir saat semua gigi sulung telah tanggal. Saat itu masa gigi permanen dimulai. Gigi permanen terdiri dari 32 gigi pada umur 18 – 25 tahun.

Gigi permanen berjumlah 16 di setiap geraham yang terdiri dari:

empat gigi incisors, dua gigi caninus, empat gigi premolar, dan enam gigi

molar dengan demikian, gigi permanen dimulai dengan munculnya molar

pertama. Gigi manusia juga memiliki struktur yaitu mahkota dan bagian

(13)

akar gigi. Mahkota itu ditutupi dengan enamel, dan bagian akar ditutupi sementum. Gigi juga memiliki 4 jaringan yaitu enamel, sementum, dentin, dan pulpa. Enamel, sementum, dentin dikenal sebagai jaringan keras, dan pulpa dikenal sebagai sebagai jaringan lunak. (Stanley J, 2010).

2.1.1. Histologi Gigi

Masing masing gigi terdiri atas bagian yang menonjol dari gingiva kearah atas yang disebut mahkota atau corona. Bagian mahkota ini dilapisi oleh email yang sangat keras. Bagian dalam gigi mengandung materi lain yang disebut dentin. Dentin mengelilingi rongga yang disebut rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat sebuah muara yang memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dari rongga pulpa (Anita W, 2017).

Gambar 5. Histologi Gigi (Sadimin S, 2014)

(14)

a) Email

Email adalah unsur paling keras dalam tubuh manusia karena mengandung paling banyak kalsium (95% garam kalsium). Email tersusun atas sel sel ectodermal, sedangkan matriks organiknya tersusun atas 2 golongan protein hydrogen yang disebut amelogenin dan enamelin yang berfungsi untuk mengatur unsur mineral dalam email. Matriks email dihasilkan oleh sel ameloblas yang memiliki banyak

mitokondria di daerah bawah inti (Anita W, 2017).

b) Dentin

Dentin merupakan jaringan mirip tulang tetapi lebih keras karena mengandung garam kalsium yang lebih tinggi (70% dari berat kering). Dentin terdiri dari serat kolagen tipe 1, yaitu glikosaminoglikan dan garam kalsium dalam bentuk Kristal hidroksiapatit. Matriks organiknya dihasilkan oleh sel odontoblast.

Matriks yang dihasilkan odontoblast belum mengandung mineral, awalnya disebut predentin. Mineralisasi akan dimulai bila vesikel matriks mulai muncul (Anita W, 2017).

c) Pulpa

Pulpa tersusun atas jaringan ikat longgar halus yang mengandung

odontoblas, fibroblas, serabut kolagen halus dan substansi dasar

dengan glikosaminoglikans. Pulpa juga tersusun atas pembuluh

darah dan serat saraf bermielin yang memasuki foramen apical dan

(15)

memiliki banyak cabang, serabut saraf ini peka terhadap nyeri (Anita W, 2017).

2.2 Jaringan Penyangga

2.2.1 Gingiva

Gingiva merupakan bagian mukosa di dalam rongga mulut yang mengelilingi gigi, dan melekat pada prosesus alveolaris dan akar gigi sampai pada batas cementoenamel junction. Gingiva merupakan jaringan periodontal terluar yang nampak secara klinis. Secara anatomis gingiva dibagi menjadi marginal gingiva, gingival sulcus, attached gingiva dan interdental gingiva. Walaupun setiap gingiva memiliki variasi dalam hal

gambaran histologis dan ketebalan yang tergantung pada fungsinya, semua jenis gingiva memiliki fungsi yang sama yaitu untuk melindungi akar gigi, selaput periodontal, dan juga tulang alveolar yang berasal dari luar seperti bakteri dari mulut (Universitas Sumatera Utara, 2009).

Gambar 6. Anatomi Gingiva (Jannah, 2014)

(16)

Ciri-ciri dari gingiva yang sehat adalah berwarna merah muda atau merah salmon, konturnya berlekuk dan berkelut kelut seperti kulit jeruk dan licin, konsistensinya yang kuat dan kenyal, melekat dengan gigi dan tulang alveolar, ketebalan free gingiva 0,5-1 mm, dan Sulkus gingiva tidak ≥2 mm. Warna Attached gingiva dan marginal gingiva pada umumnya berwarna coral pink yang dipengaruhi oleh suplai darah, ketebalan dan tingkat keratinisasi epithelium serta adanya kandungan sel pigmen (Irlinda dkk, 2014).

Adapun gambaran mikroskopik gingiva yaitu tepi gingiva yang terdiri dari jaringan ikat fibrous yang terbungkus oleh epitel squamous komplek.

Epitel ini mengalami pembaharuan konstan oleh sel reproduksi pada lapisan paling dalam dan peluruhan dari lapisan superfisial. Keduanya terjadi secara seimbang sehingga ketebalan epitelnya akan tetap.

Gambar 7. Histologi Gingiva (Jannah, 2014)

Pembuluh darah arteri mencapai gingiva melalui 3 jalan yang berbeda yaitu:

cabang arteri alveolar, cabang arteri intraseptal masuk ke daerah Krista

procesus alveolar, dan pembuluh-pembuluh darah pada ligamen

(17)

periodontal bercabang keluar kearah daerah gingiva. Aliran limfatik dimulai dari papilla jaringan ikat dan akan terserap ke dalam nodus limpatikus regional. Dari gingiva mandibular menuju nodus limfatikus cervix, mandibula, dan submentalis: dari gingiva maxilla menuju ke nodus limfatikus cervical profunda.Inervasi gingiva dibentuk oleh cabang dari nervus trigeminus (Universitas Sumatera Utara, 2009).

2.2.2 Ligamen Periodontal

Yaitu jaringan ikat yang mengelilingi akar gigi dan melekatkannya dengan tulang alveolar. Ligament periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai gigi. Struktur ligament biasanya menyerap beban tersebut secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung (Elisa, 2014).

Fungsi:

a. Physical Function

• perlekatan gigi ke tulang

• menjaga hubungan gigi dengan gingiva

• transmisi tekanan oklusal ke tulang alveolar

• shock absorption

• menjaga saraf dan pembuluh darah terhadap perlukaan akibat

trauma mekanis

(18)

b. Formative Function

• Pada ligamentum periodontal terdapat sel sel yang berperan daiam pembentukan maupun resorpsi jaringan ligamentum periodontal, sementum dan tulang alveolar.

• Sel sel ektomesenkim yang tidak mengalami diferensiasi yang terletak di sekitar pembuluh darah dapat berdiferensiasi menjadi sel sel pembentuk tulang (osteoblas), sementum (sementoblas) dan serabut jaringan ikat (fibroblas). Adapun sel sel yang berperan dalam resorpsi tulang dan gigi berasai dari sel makrofag.

c. Nutritional and Sensory Function

• Ligamen periodontal kaya akan suplai pembuluh darah yang berasal dari arteri dental yang masuk meialui foramen apikal dan pembuluh darah dari tulang yang berdekatan. Hal ini memungkinkan suplai nutrisi ke sementum, tulang alveolar dan gingiva.

• Inervasi ligamen periodontal memungkinkan peka terhadap sentuhan. Lebar ligamen periodontal dipengaruhi oleh umur, lokasi dan beban yang diterima.

Ligamen periodontal lebih lebar pada gigi yang berfungsi aktif

dibandingkan gigi yang tidak berfungsi.

(19)

Sel Sel yang Terdapat pada Ligamentum Periodontal :

a. Fibroblas

Fibroblas adalah sel sel berbentuk kumparan dengan nuklei oval dan prosesus sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar dengan serabut kolagen, dengan prosesusnya terbungkus di sekitar bundel serabut. Fibroblas mensintesis kolagen dan matriks dan terlibat dalam degradasi kolagen untuk pengubahan bentuknya. Hasilnya adalah suatu pengubahan bentuk serabut utama yang konstan dan pemeliharaan suatu ligamen periodontal yang sehat (Ary N, 2009).

b. Sementoblas

Sementoblas terletak di garis pinggir ligamen periodontal berhadapan dengan sementum. Sementoblas, dengan prosesus sitoplasmik, terlihat kuboidal bila pada suatu lapisan tunggal, atau skuamous bila lebih dari satu lapisan.

c. Sementoklas

Sel ini tidak ditemukan pada ligamentum periodontal normal, karena pada umumnya sementum tidak mengubah bentuk dan hanya ditemukan pada pasien dengan kondisi patologik tertentu.

d. Osteoblas

Osteoblas ditemukan di pinggir ligamen periodontal melapisi soket tulang. Biasanya terlihat dalam berbagai tingkat diferensiasi.

Fungsi osteoblas adalah deposisi kolagen dan matriks yang

ditumpuk pada permukaan tulang dimana terikat serabut Sharpey.

(20)

e. Osteokias

Sel ini ditemukan di pinggir tulang pada masa pengubahan bentuk tulang.

f. Sisa Sel Epitel Malassez

Sisa sel epitel Malassez adalah sisa selubung akar epitelial Hertwig. Sel sel ini berlokasi pada sisi sementum ligamentum periodontal. Fungsinya tidak diketahui, tetapi dapat berkembang biak untuk membentuk kista pada stimuli noksius.

g. Sel Mast

Sel sel mast ditemukan dekat pembuluh darah, adalah sel besar, bulat/oval dengan nuklei bulat yang terletak di tengah.

Sitoplasmanya mempunyai banyak granula merah yang dapat mengaburkan nuklei. Granula ini mengandung heparin, koagulan darah dan histamin, yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler.

h. Sel makrofag

Sel ini dijumpai di dekat pembuluh darah. Fungsi makrofag adalah memfagositosis debris selular dan benda asing (Elisa, 2014).

Principal fiber pada ligamen periodontal tersusun dalam 6 kelompok,

yang melekat pada akar gigi, antara lain: transeptal, alveolar crest,

horizontal, oblique, apikal, interradikular. Principal fibresdiremodeling oleh

sel ligamen periodontal untuk menyesuaikan kebutuhan fisiologis dan

respon rangsangan yang berbeda (Leino et al, 1999).

(21)

a) Kelompok transeptal : serat transeptal membentang dalam arah interproksimal melalui tulang alveolar crest dan masuk ke dalam sementum gigi. Serat ini bersifat konstan dan dapat direkonstruksi setelah terjadi kerusakan tulang alveolar pada penyakit periodontal.

b) Kelompok Alveolar Crest : Serat alveolar crest membentang secara oblique

dari sementum di bawah junctional epitheliumpada alveolar crest. Serat alveolar crest mencegah ekstrusi gigi dan menahan pergerakan gigi ke arah lateral.

c) Kelompok Horizontal : serat horizontal membentang pada sisi kanan sumbu panjang gigi dari sementum ke tulang alveolar.

d) Kelompok Oblique : serat oblique, kelompok terbesar pada ligamen periodontal., melintang dari sementum dalam arah koronal secara

obliqueke tulang. Serat ini memiliki peran yang penting karena menahan beban vertikal dalam pengunyahan dan mengubahnya menjadi tekanan pada tulang alveolar.

e) Kelompok Apikal : serat apikal tersebar dari sementum ke tulang bagian apikal soket. Serat ini tidak didapatkan pada akar yang tidak sempurna.

f) Kelompok Interradicular : serat interradicularmenyebar dari sementum di daerah furkasi pada gigi dengan akar ganda.

Pada ligamen periodontal terdapat 2 bentukan immatureyang ditemukan, yaitu:

oxytalan dan eluanin. Serat Oxytalanberjalan paralel ke permukaan gigi

dalam arah vertikal dan condong ke sementum pada daerah servikal akar

(22)

ketiga. Oxytalan akan muncul untuk membantu proses regenerasi ligamen periodontal (Page et al, 1985)

2.2.3 Tulang Alveolar

Tulang alveolar (prosesus alveolar) merupakan bagian dari tulang rahang atas (maxilla) dan tulang rahang bawah (mandible) yang berperan untuk membentuk serta mendukung soket (alveoli) gigi. Pembentukan processus ini terjadi ketika erupsi gigi serta mengalami resorpsi secara bertahap setelah gigi tanggal. Prosesus alveolar bertanggung jawab dalam perlekatan gigi bersama-sama dengan akar gigi, membrane periodontal, dan juga sementum. Secara anatomis tulang alveolar dapat dibagi menjadi dua, yaitu tulang alveolar sebenarnya (Alveolar proper bone) dan tulang alveolar pendukung (Alveolar supporting bone) (Widyabawa D, 2017).

1. Tulang Alveolar Sebenarnya (Alveolar Proper Bone)

Tulang alveolar sebenarnya (Alveolar proper bone) adalah bagian dari

jaringan periradikular yang merupakan lapisan tipis tulang yang

mengelilingi akar gigi serta memberikan tempat perlekatan bagi ligamen

periodontal. Tulang alveolar sebenarnya juga disebut dengan plat

kribriform (cribriform plate / lamina kribosa) dan gambaran radiografik

tulang alveolar sebenarnya disebut lamina dura. Alveolar proper bone ini

pada bagian tepi alveoli terdiri dari bundle tulang sedangkan tulang yang

berlamela menuju ke pusat tulang alveolar (prosesud alveolar) (Qisthy

M dkk, 2012).

(23)

2. Tulang Alveolar Pendukung (Alveolar Supporting Bone)

Tulang alveolar pendukung (Alveolar supporting bone) adalah tulang yang mengelilingi dan berada di sekitar tulang alveolar sebenarnya serta merupakan

penyokong atau pendukung dari soket (Qisthy M dkk, 2012).

Tulang alveolar pendukung (Alveolar supporting bone) terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Tulang Spons (Cancellous bone).

Tulang Spons (Cancellous bone) merupakan tulang yang mengisi bagian antara tulang kompak dan tulang alveolar sebenarnya. Tulang spons menutupi bagian dalam dari tulang kompak dan juga mendukung septum interdental.

b. Tulang Kompak (Compact bone)

Tulang Kompak (Compact bone) dibentuk oleh tulang Havers dan lamella tulang kompak yang ada di dalam maupun di luar lempeng pada prosesus alveolar. Tulang kompak ini menyususn sebagian besar soket pada bagian fasial atau palatal dan juga lingual (Widyabawa D, 2017).

Selain secara anatomis adapun struktur histologis dari tulang alveolar (prosesus alveolar) yang meliputi :

1. Tulang Alveolar Sebenarnya (Alveolar Proper Bone)

Tulang alveolar sebenarnya (Alveolar proper bone) merupakan

bentuk modifikasi dari tulang padat yang mengandung lubang serat

(24)

(Sharpey’s). Serat-serat kolagen ini menembus tulang alveolar sebenarnya miring ke permukaan sumbu panjang gigi, yang merupakan sarana penghubung bagi ligamen periodontal gigi.

Ikatan serat dari tulang ini jauh lebih besar daripada ikatan serat yang ada pada sementum (Taqwin A, 2011).

2. Tulang Alveolar Pendukung (Alveolar Supporting Bone) a. Tulang Spons (Cancellous Bone)

Pada tulang ini, lamela tersusun membentuk trabekula yang mencapai ketebalan 50 µm. Di dalam tulang spons terdapat kanal nutrient, dimana kanal ini berisikan banyak pembuluh dan saraf. Jumlah tulang spons bervariasi di antara miksila dan mandibular tergantung lebar dari prosesus alveolar serta ukuran dan juga bentuk akar gigi. Pada interior tulang spons terdiri dari osteosit dan pada permukaan tuberkula terdiri dari osteoblas atau osteoklas. (Widyabawa D, 2017)

b. Tulang Kompak (Compact bone)

Tulang ini dibentuk oleh tulang berlamela dan menutupi tulang

spons. Tulang berlamela ini mempunyai lakuna yang tersusun

dalam lingkaran konsentrik disekitar kanal sentral yang disebut

sistem Havers. Tulang kortikal bersama dengan tulang alveolar

yang sebenarnya (Alveolar proper bone) membentuk krista

alveolar (crest alveolar) disekitar leher gigi. (Qisthy M dkk,

2012)

(25)

2.2.4 Sementum

Sementum terdiri dari 50% kalsium yang merupakan jaringan terminal yang berfungsi untuk menutupi akar gigi yang memiliki beberapa kesamaan dengan tulang kompakta dan perbedaan sementun bersifat avaskuler. Bentuk dari lapisan sementum sangat tipis di daerah servikal akar dan pada daerah apikal tebal sementum lebih bertambah. (Walton dan Torabinjed, 2008)

• Struktur Sementum

Sementum itu meliputi jaringan periodontal, sementum dibentuk sesudah terjadinya pembentukan serabut-serabut periodontal utama yaitu sementum tipe seluler. Sementum merupakan jaringan seperti tulang yang berperan untuk menutupi akar dan sebagai tempat perlekatan untuk periodontium utama

• Anatomi Sementum

Sementum terkadang tidak memiliki sel, sementum juga tidak mempunyai vaskularisasi, dan dibandingkan dengan tulang sementum lebih tahan terhadap resorpsi. Ada beberapa tipe sementum.

a. Sementum serabut intrinsik aseluler primer yaitu sementum yang awalnya terbentuk sebelum serabut periodontium utama berbentuk sempurna.

b. Sementum serabut ekstrinsik aseluler primer yaitu sementum yang

terus terbentuk di sekitar serabut periodontium primer setelah

digabungkan ke dalam sementum serabut intrinsik aseluler primer

(26)

c. Sementum serabut intrinsik seluler sekunder pada sementum ketiga ini tampilannya seperti tulang fungsi sederhana saja yaitu sebagai perlekatan serabut.

d. Sementum serabut campuran seluler sekuder yaitu suatu sementum tipe adaptif dari sementum seluler. Dalam sementum ini dilibatkan juga serabut periodontium untuk sambil berkembang.

e. Sementum afribiler aseluler yaitu sementum yang terletak pada email gigi dan tidak ada pelekatan serabut. (Walton dan Torabinjed, 2008)

Pada saat pertama kali terbentuk, sementum belum terklasifikasi, disebut sementoid. Setelah lapisan baru terbentuk. matriks yang telah tersusun sebelumnya terklasifikasi dan menjadi sementum matang. secara mikroskopis, sementum dapat dibagi menjadi dua tipe: selular dan aselular, namun tidak berbeda dalam fungsinya. sementum selular terdiri atas lakuna yang berisi sel – sel sementosit. Sel – sel saling berhubungan melalui kanalikuli. Penyebaran sementum selular dan aselular pada akar gigi bervariasi, biasanya sementum yang menutup bagian koronal akar gigi adalah sementum aselular, sedangkan yang menutup bagian apikal adalah sementum selular. Sementum selular juga lebih banyak terdapat pada daerah bifurkasi dan trifurkasi serta sekitar apeks gigi, dan merupakan sementum yang lebih awal terbentuk selama penyembuhan luka.

Fungsi sementum adalah:

1. menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal ligamen periodonsium.

2. mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan pembentukan

(27)

terus menerus.

3. memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis.

4. memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara terus menerus.

Sementum didepositkan sepanjang daur hidup sebuah gigi. Sementoid

dianggap sebagai penghalang terhadap migrasi epitelium fungsional ke apikal dan

terhadap resorpsi permukaan akar. Hubungan antara sementum dan email pada

pertemuan sementoemail ini memiliki arti secara klinis. Ada tiga macam

hubungan sementum dan email. Pada 60-65% pasien, hubungan sementum-email

saling menutupi atau overlap, 30% hubungan berupa butt joint (ujung dan ujung),

sementara pada 5-10% pasien sementum dan email tidak bertemu sehingga dentin

terbuka. pasien dengan dentin terbuka ini mempunyai sensitivitas tinggi terhadap

rangsang termal dan taktil, bila terjadi resesi. Cacat ini juga meningkatkan

akumulasi plak dan kalkulus.

(28)

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Rongga mulut (cavum oris) terletak pada bagian inferior cavum nasi, dimana rongga mulut merupakan salah satu bagian tepenting dalam proses pengolahan makanan. Dalam rongga mulut terdapat berbagai organ yang terlibat dalam proses pengolahan makanan secara mekanik, salah satunya adalah gigi. Gigi merupakan organ utama yang digunakan dalam proses pengolahan makanan secara mekanik. Secara umum gigi memiliki dua periode yang berbeda, yaitu gigi decidius yang berjumlah 20 dan gigi permanen yang berjumlah 32. Dalam memproses makanan secara mekanik, gigi akan mengalami berbagai macam kontak sehingga diperlukan jaringan penyangga gigi yang kuat. Jaringan penyangga terdiri dari empat komponen, yaitu gingiva, tulang alveolar, periodontal ligamen, dan sementum.

3.2 Saran

Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gigi dan jaringan penyangga dalam aspek anatomi dan histologi, diharapkan agar pembaca ataupun penulis dapat menjaga bahwa keberadaan gigi dan jaringan penyangga sangatlah penting bagi tubuh. Mengingat banyaknya peranan penting yang dimiliki oleh gigi serta jaringan penyangganya.

25

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Wilda. 2017. Histologi Gigi dan Mulut Dalam Keperawatan Gigi.

Ary N. 2009. Kajian Stem Cell Ligamen Periodontal Untuk Terapi Kerusakan Tulang Alveolar Penderita Aggressive Periodontitis.

Drake R, Vogi A.W, dan Mitchell. 2009. Gray’s Anatomy for Students E-Book.

Elsevier Health Sciences.

Elisa. 2014. Aspek Biologi, Biokimiawi dan Fisiologi Sel-Sel Penyusun Jaringan Periodontal. Universitas Gajah Mada.

Irlinda, Riva, and Gunawan Wibisono. 2014. Hubungan Antara Paparan Asap Dengan Kejadian Pembesaran Gingiva (Studi Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Jannah. 2014. Anatomi Gingiva. Tersedia di eprints.ums.ac.id. Diakses pada tanggal : 25 Februari 2018.

Qisthy M, Septhimoranie S, Adityanti. 2012. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Tulang Alveolar.

Sadimin, Sunarjo, Lanny. 2014. Bahan Ajar Dental Morfologi.

Stanley J. 2010. The ninth edition of Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion.

Taqwin A. 2011. Anatomi dan Histologi Jaringan Periodontal.

Universitas Sumatera Utara. 2009. Jaringan Periodontal. Tersedia di www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal : 25 Februari 2018.

Walton dan Torabinjed. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonesia.

Widyabawa D. 2017. Anatomi & Histologi Jaringan Periodontal Normal.

Yulianti R. 2014. Tinjauan Yuridis Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut

(Studi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek).

Gambar

Gambar 2. Gigi Caninus (Stanley J, 2010)
Gambar 5. Histologi Gigi (Sadimin S, 2014)
Gambar 6. Anatomi Gingiva (Jannah, 2014)
Gambar 7. Histologi Gingiva (Jannah, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Cooperatif Learning dan hasil belajar siswa pada siklus 1 dan siklus II digunakan

Pada sisi kanan, dengan beban yang sama menghaslkan pressure yang sama, namun pressure tersebut diubah menjadi gaya pada piston A4 menghasilkan : F= 3 kgf/cm 2.. x 11 cm 2 = 33

Setelah terjadi kenaikan beban maksimal dengan jumlah pelepasan daya aktif yang sama sebesar 152.5 MW, MLS yang dibuat PLN dapat menaikan frekuensi sub sistem

Berdasarkan hasil kajian di atas jelas terlihat bahwa klasifikasi fase retinopati diabetes menggunakan pendekatan eliminasi optic disc memberikan pengaruh yang sangat

Pada penelitian yang dilakukan di sebuah SMU di Semarang didapatkan sejumlah kecil dari remaja yang diteliti, persentase lemak tubuh merupakan faktor risiko ringan bagi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung jahe merah sebagai feed additive dalam ransum ayam kampung periode layer umur (26-32) dari

Since the Holy Rude had been brought back to Scotland for the first time by his ancestor, Sir Henry St Clair, it seems likely, given the emotional attachment involved, that

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya