• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

Di dalam kitab undang pidana (KUHP) sebelum lahirnya

undang-undang no.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan

orang KUHP juga mengatur masalah perdagangan orang, KUHP yang berlaku

pada tahun 1918 menunjukan bahwa pada masa penjajahan pun perdagangan

orang dianggap sebagai perbuatan yang tidak manusiawi yang layak mendapatkan

sanksi pidana bagi setiap pelakunya, adapun beberapa Pasal dalam KUHP yang

mengatur tentang perdagangan orang:

1. Pasal 296 KUHP.

Seperti telah di sebutkan di atas, Pasal 296 berbunyi “barang siapa dengan

sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan

orang lain, dan menjadikanya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan

pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling

banyak lima belas ribu rupiah”32

. Didalam Pasal ini jelas menyatakan bagi

seseorang yang menjadikan pencarian atau kebiasaanya memudahkan perbuatan

cabul oleh orang lain dengan orang lain.

Dalam arti pencarian pelaku memudahkan perbuatan cabul karena menjadi

pencariannya sebagai orang yang memudahkan perdagangan orang, dan

menjadikan hal tersebut menjadi kebiasaan nya.

(2)

2. Pasal 297 KUHP.

Pasal 297 secara tegas melarang dan mengancam dengan pidana perbuatan

memperdagangankan perempuan dan anak laki-laki. Ketentuan tersebut secara

lengkap berbunyi “perdagangan wanita dan perdagangan laki-laki yang belum

dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.33

Namun dengan lahirnya Undang-undang no.21 tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang maka pasal 297 KUHP ini

tidak berlaku lagi.

3. Pasal 301 KUHP.

Pasal ini mengatur tentang menyerahkan anak kepada orang lain dengan

maksud untuk maksud untuk di eksploitasi, adapun isi dari Pasal ini adalah “

barang siapa memberi atau menyerahkan kepada orang lain seorang anak yang

dibawah kekuasaanya yang sah dan yang umurnya kurang dari dua belas tahun,

padahal diketahui bahwa anak itu akan dipakai untuk dan diwaktu melakukan

pengemisan atau untuk pekerjaan yang berbahaya, atau yang dapat merusak

kesehatanya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.34

Pasal ini mengatur khusus tentang perdangan orang tentang anak yang

umurnya dibawah 12 tahun dengan kekuasaan yang sah, untuk dipakai atau

dipekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang harus diterimanya sehingga

dapat merusak kesehatan dari pada anak tersebut.

33

Ibid, Halaman 180.

34

(3)

4. Pasal 324 KUHP.

Di dalam Pasal ini mengatur tentang menjalankan perniagaan budak

adapun isi dari Pasal ini adalah “barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya

orang lain menjalankan perniagaan budak atau melakukan perbuatan perniagaan

budak atau dengan sengaja turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam

salah satu perbuatan tersebut diatas, diancam dengan pidana penjara paling lama

dua belas tahun”.35

Pasal ini mengatur tentang bagaimana orang yang memang pekerjaan nya

menjalankan perniagaan budak dengan biaya sendiri ataupun biya orang lain maka

diancam pidana paling lama 12 tahun.

Namun dengan adanya Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menegaskan bahwa pasal 324

KUHP ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

5. Pasal 328 KUHP.

Pasal ini berbunyi “barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat

kediamanya atau temat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan

orang itu secara melawan hukum dibawah kekuasaanya atau kekuasaan orang lain,

atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara, diancam karena penculikan

dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun,”36

Perbuatan yang dilarang dalam Pasal ini adalah melarikan atau menculik

orang. Pada waktu melarikan atau menculik itu sipelaku harus mempunyai

35

Ibid, Halaman 201.

36

(4)

maksud untuk membawa korban dengan melawan hak dibawah kekuasanya

sendiri atau kekuasaan orang lain atau menjadikanya terlantar, maka dari itu

perbuatan seperti ini melarikan atau menculik merupakan salah satu dari

perdagangan orang.

6. Pasal 329 KUHP.

Pasal ini berbunyi “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum

mengangkut orang kedaerah lain, padahal orang itu telah membuat perjanjian

untuk bekerja di suatu tempat tertentu, diancam dengan pidana penjara paling

lama tujuh tahun”.37 Jika Pasal ini di kaitkan dengan masalah perdagangan orang.

Maka unsur yang terpenting adalah penipuanya itu karena pada awalnya pasti

telah ada persetujuan dari korban untuk dibawa bekerja ke suatu tempat. Hal ini

perlu diperhatikan karena pada dasarnya perdagangan orang tanpa harus

persetujuan korban.

7. Pasal 331 KUHP.

Pasal ini berbunyi “barang siapa dengan sengaja menyembuyikan orang

yang belum dewasa yang ditarik atau menarik sendiri dari kekuasaan yang

menurut undang-undang ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan orang yang

berwenang untuk itu, atau dengan sengaja menariknya dari pengusutan pejabat

kehakiman atau kepolisian, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun, atau jika anak itu berumur dibawah dua belas tahun dengan pidana penjara

paling lama tujuh tahun”.38

8. Pasal 332 KUHP.

37

Ibid, Halaman 202.

38

(5)

Pasal ini mengancam dengan pidana pejara selama-lamanya 7 tahun, orang

yang melarikan perempuan yang belum dewasa tanpa persetujuan orang tua atau

walinya, tetapi dengan kemauan perempuan itu dengan maksud memiliknya

dengan atau tanpa nikah. Ancaman pidananya menjadi 9 tahun bila perbuatan itu

dilakukan terhadap perempuan melalui tipu, kekerasab atau ancaman kekerasan.

Perbuatan yang dilarang dalam Pasal ini adalah melarikan perempuan

9. Pasal 333 KUHP.

Pasal ini menetapkan sanksi pidana penjara selama-lamanya 8 tahun bagi

orang yang merampas kemerdekaan orang lain, dan yang memberikan tempat

menahan orang itu. Perbuatan yang dilarag dalam Pasal ini adalah dengan sengaja

(1) merampas kemerdekaan seseorang atau (2) meneruskan penahanan atau (3)

memberikan tempat untuk menahan, dengan melawan hak.

Perbuatan merampas kemerdekaan seseorang atau meneruskan penahanan

(yang berarti menyembunyikan) merupakan perbuatan yang masuk dalam lingkup

perdagangan orang, bila dilakukan untuk tujuan eksploitasi dan dilakukan dengan

cara ancaman kekerasan, kekerasan, paksaan, penipuan, penyalahgunaan

kekekuasaan atau posisi rentan.

Perbuatan memberikan tempat untuk menahan, berarti dala, hal ini dapat

dikategorikan membantu perdagangan manusia, karena ia memberikan sarana

untu terjadinya tindak pidana itu. Dalam Pasal ini orang yang membantu

melakukan tindak pidana diancam sama dengan pelaku yang melakukan tindak

pidana itu sendiri yaitu dengan ancaman pidana penjara selama-lamanya 8 tahun.

(6)

Maka dari uraian yang ada diatas penulis maka dapat diketahui pengaturan

hukum tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diatur di dalam KUHP,

Adapun bentuk-bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut KUHP, yaitu

sebagai berikut:

a. Menjadi pencarian dan kebiasaan dengan cara memudahkan perbuatan

cabul antara orang lain dengan orang lain terdapat dalam Pasal 296 KUHP.

b. Memperniagakan anak perempuan dan anak laki-laki untuk tujuan

prostitusi terdapat dalam Pasal 297.

c. Menyerahkan anak untuk di eksploitasi dalam Pasal 301 KUHP.

d. Menjalankan perniagaan budak Pasal 324 KUHP.

e. Melarikan orang terdapat dalam Pasal 328 KUHP.

f. Dengan melawan dan membawah orang ketempat lain dai yang dijanjikan

untuk melakukan suatu pekerjaan pada tempat tertentu, terdapat dalam

Pasal 329 KUHP.

g. Menyembuyikan orang dewasa yang dicabut dari kuasanya yang sah

terdapat dalam Pasal 331 KUHP.

h. Melarikan wanita (belum dewasa dan sudah dewasa) dalam Pasal 332

KUHP.

i. Merampas kemerdekaan orang atau meneruskan penahanan dengan

melawan hukum, diatur dalam Pasal 333 KUHP

j. Merampas kemerdekaan orang atau meneruskan penahanan dengan

(7)

k. Menjanjikan wanita tersebut mendapat pekerjaan, tetapi ternyata

diserahkan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan cabul, pelacuran

atau perbuatan melanggar kesusilaan pidana diatur dalam Pasal 433 ayat

(2) KUHP.

B. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Diluar KUHP.

1. Menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Lahirnya Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak

pidana perdagangan orang ini mencakup pelanggaran pidana perdagangan orang

yang diawali tindakan perekrutan-perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,

penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,

penyalahgunan kekuasaan dan posisi rentan penjeratan utang atau memberi

bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang

memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan didalam negara

maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tersebut

tereksploitasi. Setiap pelanggaran perdagangan orang diberikan sanksi pidana

penjara dan pidana denda. Sehingga mampu menjerat dan menghukum yang

sepadan para pelaku kejahatan perdagangan orang, agar pelaku perorangan

maupun korporasi dapat efek jera agar tidak akan mengulanginya lagi.

Undang-undang no 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

(8)

Didalam keseluruhan undang-undang ini membahas tentang beberapa aspek yang

terkandung di dalam Pasal-Pasal berikut ini:39

a. Aspek tindak pidana perdagangan orang

Garis-garis besar didalam Pasal ini memuat berbagai macam dan cara serta

jenis-jenis dari tindak pidana perdagangan orang yang dimulai dari perekrutan,

pengangkutan hingga nantinya dipekerjakan baik itu di dalam negeri maupun

diluar negeri dengan unsur penipuan, pembujukan, pemanfaatan ataupun

kekerasan bahkan yang dilakukan secara korporasi yang mana semuanya itu

teerdapat dalam Pasal 2 sampai Pasal 18 Undang-undang No.21 tahun 2007

tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang ini. Di dalam Pasal 2

sampai Pasal 18 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak

pidana perdagangan orang ini mengatur ketentuan-ketentuan pidana yang

dijatuhkan terhadap tindak pidana perdagangan orang baik itu pidana penjara

maupun pidana denda. Bagi para pelaku human trafficking yang melakukan tindak

pidana perdagangan orang ini yang mengakibatkan mengalami eksploitasi, dengan

cara melakukan kegiatan perdagangan orang yang dimulai dari percobaan,

pemanfaatan, pengiriman bahkan korporasi terhadap tindak pidana perdagangan

orang akan dijatuhkan pidana denda paling sedikit 120 juta rupiah dan paling

banyak 600 juta rupiah, dan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama

seumur hidup.

39

(9)

b. Aspek lain yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang.

Aspek ini mengatur tentang adanya orang-orang yang berusaha

menghalangi, mencegah, merintangi dan bahkan mengagalkan suatu penyidikan

dan persidangan pengadilan terhadap tersangka tindak pidana perdagangan orang

ini. Aspek ini juga mengatur tentang berbagai tindak pidana lain yang terjadi yang

dimana tindak pidana itu mendukung tindak pidana perdagangan orang ini, aspek

ini diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 27 Undang-undang No.21 tahun

2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

Di dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa berbagai tindak pidana

yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang ataupun mendukung

tindak pidana perdagangan orang dan bahkan bersifat menghalangi penyidikan

dari pada kasus tindak pidana perdagangan orang ini di pidana dengan pidana

denda paling sedikit 40 juta rupiah dan paling banyak 600 juta rupiah dan pidana

penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 10 tahun.

c. Aspek penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidanng pengadilan.

Aspek ini berisikan mengenai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di

siding pengadilan dalam perkara tindak pidana perdagangan orang termasuk

didalamnya pemeriksaan alat bukti, saksi dan korban aspek ini dimulai dari Pasal

28 sampai dengan Pasal 42 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang

pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

(10)

Dalam Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak

pidana perdagangan orang ini korban dan saksi mendapatkan perlindungan

sebagaimana yang tercantum:

1) Ruang pelayanan khusus (diatur dalam Pasal 45).

2) Pusat pelayanan terpadu (diatur dalam Pasal 46).

3) Mekanisme pembayaran restitusi (diatur dalam Pasal 48-50).

4) Rehabilitasi untuk pemulihan korban (diatur dalam Pasal 51).

5) Rumah perlindungan sosial/pusat trauma (diatur dalam Pasal 52).

Disini terlihat betapa khususnya undang-undang ini melindungi korban

dan saksi dan juga diperlukan peran dari masyarakat untuk melindungi korban

dari trauma yang dalam dan saksi agar tetap terlindung. Aspek ini meliputi Pasal

43 hingga Pasal 55 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan

tindak pidana perdagangan orang.

e. Aspek pencegahan dan penanganan.

Adapun aspek pencegahan didalam undang-undang ini adalah

1) Program pencegahan (diatur dalam Pasal 56 – 57).

2) Pembentukan gugus tugas (diatur dalam Pasal 58).

f. Aspek kerjasama international dan peran serta masyarakat.

Dalam aspek ini berisikan tentang peran pemerintah bekerja sama dengan

negara internasional dalam berbagai upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana perdagangan orang ini. Dan juga mengatur tentang peran serta

masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

(11)

Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana

perdagangan orang.

g. Aspek lainya yang meliputi.

1) Ketentuan umum (diatur dalam Pasal 1).

2) Ketentuan peralihan (diatur dalam Pasal 64).

3) Ketentuan penutup (diatur dalam Pasal 65-67).

2. Undang-undang lain yang berkaitan.40

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahum 1984 Tentang

Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Perempuan.

b. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1998 tentang Pengesahan

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain

yang Kejam, Tidak manusiawi, atau Merendahkan Mertabat Manusia.

c. Undang-undang Republik Indonesia No.9 tahun 1992 tentang

Keimigrasian jo, Undang-undang No.6 tahun 2011.

d. Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 1999 tentang

Pengesahan Konvensi ILO No.138 Mengenai Usia Minimum untuk

Diperbolehkan Kerja.

e. Undang-undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

f. Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan.

40

(12)

g. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 2009 tentang Pengesahan

Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana

Trasnasional yang terorganisir.

h. Undang-undang Republik Indonesia No.14 tahun 2009 tentang pengesahan

Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan

Orang, Terutama Perempuan dan Anak-anak, melengkapi Konvensi

Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana Tranasional yang

terorganisir.

i. Peraturan Pemerintah No.9 tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme

Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana

Perdagangan Orang.

j. Peraturan Presiden No. 69 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan

Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

k. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia

No. 01 tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Terpadu

bagi Saksi / Korban tindak pidana perdagangan orang.

Peraturan-peraturan ini adalah Undang-undang yang dapat berkaitan erat

dengan tindak pidana perdagangan orang ini, peraturan ini bukan hanya masuk

dalam lingkup pidana materil saja, tetapi juga hukum pidana formil, karena

diantara beberapa peraturan tersebut juga mengatur tentang cra hak negara dalam

melakukan eksekusi kebijakan administrasi. Dengan dikeluarkan nya

(13)

orang bertujuan untuk melakukan pemberantasan, pencegahan dan penegakan

hukum yang merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana.

3. Peraturan Daerah Sumatera Utara Nomor 6 tahun 2004 tentang

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.

Tepat pada tanggal 6 juli tahun 2004, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

telah melahir kan suatu peraturan daerah yang mengatur tentang perdagangan

orang, oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu T. Rizal Nurdin dan diundangkan

pada tanggal 26 juli 2004. Perda ini menilai perdagangan orang merupakan

tindakan yang sangat bertentangan pada hukum dan harkat martabat manusia,

sehingga menjadikan perdagangan orang ini sebagai ancaman yang sangat besar

kepada masyarakat terutama masyarakat Sumatera Utara.

Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maka dari itu perlulah

kiranya dijaga, dilindungi harga diri dan martabatnya dari segala bentuk

eksploitasi dari orang lain, serta dijaminya hak hidupnya untuk tumbuh

berkembang sesuai dengan kodratnya, karena itu lah segala bentuk perlakuan

apapun yang menggangu dan merusak hak-hak dasarnya dalam berbagai bentuk

pemanfaatan dan eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan harus secepatnya

dihentikan.

Dalam kenyataan hidup sekarang ini sangat banyak orang yang sangat tega

memperlakukan seorang perempuan untuk dijadikan lahan bisnis, tanpa

memperdulikan kesehatan dan martabat perempuan tersebut, bisnis yang

dilakukan ini yakni perdagangan orang (human trafficking), perempuan yang

lemah dijadikan sebagai korban dari pada perdagangan orang, korban

(14)

beresiko kematian, melalui Perda Provinsi Sumatera Utara ini kita berharap agar

perdagangan orang seharusnya dihentikan.

Adapun Hal-hal yang penting dalam Perda Nomor 6 tahun 2004 yakni

sebagai berikut:

a. Pasal 3 yaitu, bertujuan untuk pencegahan, rehabilitasi, dan reintegrasi

perempuan dan anak korban perdagangan orang;

b. Pasal 4 yaitu, perempuan yang akan bekerja diluar wilayah desa/kelurahan

wajib memiliki Surat Izin Bekerja Perempuan (SIBP) yang dikeluarkan

oleh Kepala Desa atau Lurah dan di administrasi oleh Camat setempat;

c. Pasal 11 yaitu, perlu mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan

pencegahan perlu dibentuk gugus tugas Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak;

d. Pasal 17 yaitu, masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya

untuk berperan serta membantu upaya pencegahan dan penghapusan

perdagangan perempuan dan anak.

e. Pasal 28 yaitu, sanksi pidana setiap orang yang melakukan, mengetahui,

melindungi, menutup informasi dan membantu secara langsung maupun

tidak langsung terjadinya perdagangan perempuan dan anak dengan tujuan

untuk melakukan eksploitasi baik dengan cara persetujuan untuk

pelacuran, kerja atau pelayanan, perbudakan atau praktik serupa dengan

perbudakan atau praktik serupa dengan perbudakan, pemindahan atau

transplantasi organ tubuh atau segala tindakan yang melibatkan pemerasan

(15)

dengan secara sewenang-wenang untuk mendapatkan keuntungan baik

secara materil maupun non materil dihukum sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.41

Perdagangan orang merupakan perbudakan modern di abad 21 ini, banyak

korban Trafficking menderita dan dampak negatif dari kegiatan itu. Oleh karena

itu harus segera dihapuskan karena:

a. Trafficking melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

b. Trafficking untuk industry seks selain menimbulkan dampak kemanusiaan,

biaya sosial maupun ekonomi yang tinggi juga menyebabkan penyakit

yang sangat mematikan yaitu HIV/AIDS.

c. Trafficking untuk tujuan pelacuran perempuan dan anak dapat merusak

masa depan SDM.

d. Trafficking sering terjadi karena dokumen imigrasinya tidak lengkap,

dipalsukan, dirampas agen atau majikan, korbanya mendapat perlakuan

hukuman.

e. Trafficking banyak memalsukan migrant yang kurang berkualitas.

f. Perempuan dan anak banyak menjadi korban trafficking.

Pemerintah, keluarga, masyarakat, kepolisian, organisasi masyarakat,

tokoh agama, dan organisasi lainya, dapat membantu pencegahan dan

penangulangan perdagangan perempuan yang dilaksanakan secara bersama-sama

dan terpadu.

41

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.4 Hasil simulasi untuk kelas stabilitas D dengan model Fluent (kiri) dan dengan Metode Gauss Ganda (Kanan) dengan penampang x,y,z (atas); x,y (tengah) dan x,z (bawah) ...

Dalam melakukan analisis pemeringkatan website PT Lion Air, PT Garuda Indonesia dan PT Sriwijaya Air, penulis menggunakan tools pemeringkatan web yaitu Alexa Rank untuk

Histon adalah protein yang mempunyai sifat basa dan dapat larut

JUDUL : JAMUR PENUNJANG HARAPAN HIDUP PASIEN KANKER HATI. MEDIA : HARIAN JOGJA TANGGAL : 29

Menurut British Standard BS EN ISO 7730, kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal.Definisi yang

Pedagogi kritis, tambahnya, menawarkan pisau untuk melakukan kritik terhadap pandangan-pandangan lama yang sudah ketinggalan jaman, merumuskan pandangan baru tentang

Penelitian ini merancang sebuah aplikasi ujian berbasis komputer (Computer Based Test - CBT) menggunakan metode User Centered Design dan berbasis desktop untuk lebih

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari masing-masing formula, pada kekerasan dan kerapuhan tablet ekstrak kulit buah manggis, sedangkan pada waktu