• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Protein Dalam Tauco Dengan Cara Mikro-Kjedhal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Protein Dalam Tauco Dengan Cara Mikro-Kjedhal"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai

Kedelai bukan tanaman asli Indonesia, diduga berasal dari China (daerah

Manshukuo), dimana tanaman ini di budidayakan untuk pertama kalinya pada

abad 11 SM. Di Idonesia mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman

makanan dan pupuk hijau. Sejarah perkembangan kedelai di Indonesia pertama

kalidi Ambonia (sekarang bernama Ambon). Tanaman kedelai di Indonesia

berasal dari daerah Manshukuo, lalu menyebar ke daerah Mansyuria Jepang ( Asia

Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Pada tahun 1935 kedelai

sudah ditanam di seluruh wilayah di Jawa. Diduga di Jawa berasal berasal dari

India, berdasarkan bentuk bijinya yang lonjong seperti yang ada di India Utara,

yang berbedabila dibandingkan dengan kedelai di Manchuria yang berbentuk

bulat.(Atman 2014)

Sistematika tanaman kedelai adalah

Ordo : Polypetales

Famili : Leguminosae

Sub-famili : max.

Glycine max merupakan tanaman semusim, warna bunga putih atau ungu,

dan memiliki ragam bentuk dan ukuran karakter daun dan biji. Terdapat beberapa

tipe daun pada kedelai, yakni: daun tunggal, daun bertiga dan kadang-kadang

(2)

2.1.1 Manfaat Kedelai

Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai juga dapat digunakan

sebagai bahan pangan yang mampu menurunkan kolestrol darah sehingga

mencegah penyakit jantung, serta dapat pula berfungsi sebagai antioksidan dan

mencegah penyakit kanker.(Atman 2014)

Kedelai segar sangat dibutuhkan dalam industri pangan, seperti: tahu,

kecap, susu kedelai, tauco, snack, dll. Sedangkan bungkil kedelai dibutuhkan

untuk industri pakan. Biji juga dapat diolah menjadi tepung kedelai. Manfaat

utama berupa olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam

bentuk protein kedelai, digunakan sebagai industri makanan yang diolah menjadi

susu, kue-kue, permen, dan daging nabati, serta sebagai bahan industri bukan

makanan seperti: kertas, cat air, tinta cetak dan tekstil. Olahan dalam bentuk

minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan.

Minyak kedelai yang digunakan sebagai industri makanan berbentuk gliserida

sebagai bahan pembuatan minyak goreng, magarin, dan bahan lemak lainya.

Sedangkan dalam bentuk lecithim dibuat antara lain: kue, tinta, kosmetika,

intektisida, dan farmasi. Kedelai juga dapat langsung dimakan setelah direbus.

Kedelai rebus biasanya berasal dari tanaman yang di panen muda dan direbus

dalam bentuk polong. Selain itu kedelai dikecambahkan, dikomsumsi sebagai

sayur.(Atman 2014)

Secara umum, produk olahan kedelai terdiri dari dua kelompok, yaitu:

produk makanan non fermentasi dan fermentasi. Produk hasil olahan industri non

(3)

industri modern kedelai sebagian besar merupakan hasil olahan non fermentasi,

seperti: tepung kedelai, konsentrat dan isolat, daging tiruan kedelai (Texturized

Vegetable Protein, TVP), dan minyak kedelai. Sedangkan produk olahan

terfermentasi hasil industri pangan modern, antar lain: yoghourt kedelai atau

disebut juga soyghurt dan keju kedelai (soycheese).(Atman 2014)

2.1.2 Jenis-Jenis Kedelai

Kedelai merupakan tanaman palawija, famili leguminosa berupa semak

yang tumbuh dengan baik menyukai iklim kering dibandingkan iklim lembab.

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan

100-400mm/bulan dan suhu berkisar 21-340C. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol,

dengan sistem drainase dan aerasi tanah yang baik. Tanah untuk budidaya

tanaman kedelai pada topografi datar dengan ketinggian tempat dari permukaan

air laut kurang dari 500m dpl. (Salim 2012)

Tanaman kedelai dengan akan tumbuh dengan baik, pada tanah yang kaya

humus atau bahan organik. Pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam,

atau tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir

kwarsa, petumbuhan kedelai kurang baik. Oleh karena itu, harus di beri tambahan

pupuk organik atau non organik dalam jumlah cukup. Untuk mendukung

kesuburan tanaman kedelai, perlu di beri bakteri Rhizobium pada saat pertama kali

(4)

merupakan tanaman indikator bagi pertumbuhan kedelai, tanah yang baik

ditanami jagung, maka dapat menjadi lahan yang baik untuk kedelai. (Salim 2012)

Tanaman kedelai yang umunya dibudidayakan adalah spesies Glycine max

(biji kedelai bewarna kuning kekuningan) dan Glycine soya (biji kedelai berwana

hitam). Glycine max merupakan tanaman asli darerah asia subtropik seperti RCC

dan Jepang Selatan, dan Glycine soya merupakan tanaman asli asia tropis seperti

Asia Tenggara. Kedelai hitam umumnya di gunakan untuk bahan baku pembuatan

kecap, sedangkan jenis kedelai yang di gunakan untuk membuat tempe, tahu,

susu, kedelai, oncom, tauco adalah jenis kedelai kuning. (Salim2012)

Berdasarkan umumnya, kedelai di kenal jenis 1) kedelai berumur pendek

(70-80 hari), miaslnya jenis kedelai kuning varietas genjah slawi, sindoro,

sumbing. 2) kedelai berumur panjang (90-120hari), misalnya kedelai kuning

varietas luwu , pandan.(Salim 2012)

2.1.3 Aneka Olahan Kedelai

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak di

konsumsi oleh aneka industri pangan dan rumah tangga di Indonesia. Di

Indonesia, kedelai telah banyak diolah menjadi aneka produk makanan bernilai

tinggi seperti tahu, tempe, kecap, tauco, oncom, susu kedelai dll. Kedelai

memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama protein dan mineral,

sehingga, produk olahan kedelai merupakan sumberasupan gizi yang banyak

diminati oleh masyarakat Indonesia karena secaraekonomis masih terjangkau.

(5)

kesehatan, mendorong mayarakat untuk mengonsumsi produk-produk olahan

kedelai. Tingginya permintaan produk-produk olahan kedelai telah

memacupertumbuhan sektor industri berbasis kedelai.(Salim 2012)

Berkembangnya aneka industri berbahan baku kedelai di Indonesia, telah

mendorong meningkatnya permintaan komoditas kedelai dari tahun ke tahun.

Sedangkan, pasokan komoditas lokal masih belum memenuhi tingginya

permintaan. Kebutuhan kedelai dalam negeri sebagian besar masih di pasok oleh

produk impor. Berdasarkan data litbang deptan 2010, kebutuhan kedelai kurang

lebih 2,4 juta ton/ tahun, dan konsumsi terbesar komoditas kedelai adalah industri

tahu dan tempe bekisar 70-80%, kemudian disusul industri kecap. Volume impor

kedelai selama tahun 2002-2007 rata-rata mencapai 63,94)% dari total kebutuhan

dalam negeri. Salah satu produsen kedelai terbesar di dunia adalah Amerika

Serikat. Di Indonesia, daerah penghasil kedelai antar lain Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara (Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan,

dan Bali. (Salim 2012)

Meskipun bahan baku masih menjadi faktor kendala bagi industri berbasis

kedelai karena pasokan masih sebagian besar bergantung pada produk impor, hal

ini tidak membuat surut para pelaku usaha di sektor ini yang umumnya industri

skala rumah tangga dan menegah. Industri berbasis kedelai ternyata masih tetap

eksis dan mengalami pertumbuhan yang signifikan, meski seringkali harga bahan

baku kedelai mengalami fluktuasi. Seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk Indonesia, diprediksikan permintaan produk olahan berbahan dasar

(6)

Tauco adalah salah satu produk fermentasi kedelai yang banyak

dikonsumsi sebagai pelengkap bumbu masakan. Tauco umumnya dalam bentuk

pasta, rasa asin atau manis, warna kuning cerah atau cokelat kehitanaman.

Masyarakat indonesia sudah cukup familiar dengan produk tauco, sehinnga pasar

tauco cukup luas. Cita rasanya yang enak dan aromanya khas menyebabkan tauco

sangat digemari. Selain itu, tauco memiliki kandungan gizi yang cukup

tinggi.(salim 2012)

2.2 Asam Amino

Asam amino ialah asam karbosilat yang mempunyai gugus amino. Asam

amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada

atom karbon α dari posisi gugus –COO.(Poedjiadi 2009)

Rumus umum untuk asam amino ialah:

R – CH – COOH

|

NH2

Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atomkarbon α ialah atom karbon

asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga

mempunya sifat memutar bidang cahaya terpolarasi atau aktivitas opti. Rumus

molekul dapat digamabarkan dengan model bola dan batang atau dengan rumus

(7)

amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Hal ini dapat dibandingkan dengan

konfigurasi molekul monosakarida.(Poedjiadi 2009)

2.2.1 Asam Amino Berdasarkan Gugus R-nya

Jika gugus R tidak sama dengan H, maka atom karbon tidak simetris.

Karena itu akan terdapat 2 senyawa yang berbeda tetapi mempunyai formula yang

sama. Dengan memakai D-gliseraldehid sebagai standar,maka didapatkan bahwa

asam amino alam termasuk berkonfigurasi L.(Girindra 1986)

Dari hidrolisis bebrbagai macam protein telah di dapatkan 20 macam asam

amino yang dapat dibagi berdasarkan gugus R-nya yaitu:

1. Asam Amino Nonpolar (Gugus R-nya hidrofobik)

Dalam kelompok ini terdapat asam amino yang alifatik yaitu alanin, valin, leusin,

isoleusin, dan metionin, sedangkan yang aromatik ialah fenilalan dan triptofan.

Salah satu asam amino yang termasuk kelompok ini yaitu prolin bersifat agak

istimewa karena atom nitrogenya merupakan amina sekunder. Dibandingkan

dengan asam amino polar, kelompok ini daya larutnya kurang. Alanin termasuk

asam amino yang kurang bersifat hidrofobik dalam kelompok ini. Aspragin dan

glutamin dengan asam atau basa.(Girindra 1986)

2. Asam Amino Polar Tanpa Muatan pada Gugus R

Asam amino kelompok ini mempunyai residu R yang berpartisipasi pada

pembentukan ikatan hidrogen karena itu lebih larut dalam air dibanding dengan

asam amino nonpolar. Beberapa di antaranya memilik gugus hidroksil yaitu serin,

treonim, dan tirosi; yang mengandung gugus sulfidril ialah sistein; yang

(8)

dalam kelompok ini karena mempunyai gugus bermuatan polar yaitukarbosil dan

gugus amino. Sistein dan tirosin adalah yang paling besar daya larutnya karena

adanya gugus polar tiol dan gugus hidroksil fenolnya.(Girindra 1986)

3. Asam Amino Bermuatan Positif pada Gugus R

Termasuk kelompok ini ialah lisin yang mengandung 2 gugus amino dengan pK2

= 10.5. Pada pH di bawah pKa, lebih dari 50% bermuatan positif. Arginin,

mempunyai fungsi basa guanidium yang sangat kuat, dengan pKa = 12.5. Histidin

mengandung basa lemah gugus imidazol pK = 6.0. Histidin adalah satu-satunya

asam amino yang protonya berdisosiasi pada pH netral sehingga residu histidin

dapat berperan aktif dalam aktivitas katalis enzim.(Girindra 1986)

4. Asam Amino Bermuatan Negatif pada Gugus R

Termasuk kelompok ini ialah asam amino yang mengandung 2 gugus karboksilat

yaitu asam aspartat dan asam glutamat. Pada pH netral gugus karboksil kedua

berdisosiasi dengan jumlah muatan – 1 (pKa = 3.9 dan 4.3).(Girindra 1986)

Dua puluh asam amino yang termasuk dalam kelompok 1, 2, 3, dan 4 ini

terdapat banyak sekali di alam tersusun dalam protein. Tetapi ada beberapa asam

amino yang hanya terdapat dalam beberapa macam protein saja walaupun dengan

konsentrasi yang tinggi, misalnya hidroksiprolin. Asam amino ini distribusinya

hanya terbatas, tetapi mengisi 12 persen kolagen, protein struktur yang penting

pada hewan.(Girindra 1986)

Asam amino dengan konfigurasi D didapat juga dialam, tetapi

tidaksebagai pengisi protein yang berbobot molekul tinggi. Biasanya asam amino

konfigurasi D ini hanya mengisi peptida siklik atau sebagai komponen glikan

(9)

Beberapa asam amino banyak pula yang bukan pembangun protein, tetapi

berperan penting dalam metabolisme. Di samping itu masih ada kira-kira 200 lagi

asam amino bebas yang terdapat di alam yang tidak pernah menjadi bagian

protein. Kebanyakan terdapat pada tanaman dan biasanya masing-masing terbatas

hanya dalam satu spesies atau beberapa spesies dalam satu genus. Beberapa

turunan amida asam amino banyak pula terdapat di alam, yaitu asparagin ( amida

asam aspartat) dan ( amida asam glutamat). (Girindra 1986)

2.2.2 Sifat-Sifat Asam Amino

Dengan beberapa perkecualian,hampir semua asam amino larut dalam air

dan tidak larut dalam pelarut nonpolar seperti eter, klorofom, dan aseton.

Sifat-sifat tidak sesuai dengan Sifat-sifat asam karboksilat dan amina organik pada umunya.

Asam karboksilat, baik yang alifatik maupun yang aromatik, terutama yang

mengandung beberapa atom karbon sangat sukar larut dalam air, tetapi mudah

larut dalam pelarut organik. Begitu juga amina, biasanya larut dalam pekarut

organik dan tidak larut dalam air. Selain itu kristal asam amino karboksilat dan

amina yang biasanya mempunyai titik leleh yang rendah.(Girindra 1986)

Kedua sifat yang telah disebutkan ini cenderung menunjukkan bahwa

asam amino mengandung gugus karboksil dan gugus amina yang bermuatan

dengan polaritas tinggi. Bergantung pada pelarutnya, muatan asam amino dapat

berubah positif atau negatif. Dengan kata lain asam amino dapat dipandang

sebagai elektrolit dalam larutan. Sebagai contoh asam amino alanin yang memiliki

gugus karboksil dan gugus amina sehingga dapat bereaksi dengan asam atau

(10)

Pengetahun mengenai sifat asam-basa dari asam amino sangat penting

untuk menganalisis dan mengerti sifat-sifat protein. Selanjutnya hal ini diperlukan

pula dalam seni memih-misahkan asaam amino protein, kemudian

mengidentifikasinya dan begitu juga menentukan jumlahnya.(Girindra 1986)

2.2.3 Reaksi Penting Asam Amino

Selain dari kemampuan asam amino sebagai elektrolit dalam larutan,

beberapa reaksi kimia yang penting dari asam amino di sebabkan oleh adanya

gugus karboksil dan gugus amino yang dikandungnya. Gugus α-karboksil dan

gugus β-amino bereaksi sebagaimana lazimnya reaksi organik lainnya untuk

membentuk amida, ester, dan asli-halida lainya.

1. Reaksi Gugus Karboksil

a. Gugus karboksil suatu asam dapat membentuk ester dengan adanya

alkhol.

b. Dalam sebuah molekul protein, gugus karboksil suatu asam amino

berikatan dengan gugus amino dari asam amino lainnya melalui

ikatan peptida.

c. Dekarbokil gugus karboksil. (Girindra 1986)

2. Reaksi Gugus Amina

a. Reaksi dengan HNO2.

Gugus amina dapat beraksi dengan zat pengoksidasi kuat HNO2 untuk

melepas N2 yang kemudian dapat ditentukan secara manometrik.

Reaksi ini dipakai untuk jumlah gugus α-amina yang terdapat pada

(11)

hidroksil prolin tidak dapat beraksi dengan HNO2sedangkan gugus α

-amina pada lisin hanya dapat beraksi secara lamban. Reaksi ini

menjadi dasar dari cara penentuan protein kasar pada metode Kjeldhal.

b. Reaksi ninhidrin.

Gugus amina dapat beraksi dengan pereaksi nindrin membentuk

amonia CO2, dan aldehida. Reaksi ninhidrin dipakai sebagai dasar

untuk penentuan kuantitas asam amino. Warna biru menunjukkan

secara khas gugus amino. Tetapi prolin dan hidroksiprolin yang

mempunyai gugus amina sekunder mengahasilkan warna kuning.

Sedangkan asparagin yang mengandung gugus amida beraksi

membentuk warna coklat.

c. Reaksi dengan 1-fluoro-2, 4-dinitrobenzena (FDNB).

Dalam reaksi ini terbentuk derivat asam amino2, 4-dinitrofenil yang

bewarna kuat. Senyawa FDNB bereaksi dengan gugus amino yang

bebas pada ujung NH2-terminal suatu polipeptida, dengan guus

E-amino dari asam E-amino lisin begitu juga gugus E-amino dalam asam

amino bebas. Jadi jika peptida atau protein direaksikan dengan FDNB,

kemudian dihidrolisi dan diisolasi, asam amino terminal yang

membentuk protein dapat ditentukan.

d. Reaksi dengan dansil klorida.

Gugus amina pada asam amino atau pada peptida bereaksi dengan

dansil klorida (1-dimetilaminonaftalen klorida) membentuk derivat

asam amino dansil. Gugus dansil ini berfluoresensi sehingga asam

(12)

e. Reaksi dengan formaldehida (sorenson formal titration).

Formaldehida menutup gugus amino dan membentuk kompeks asam

amino formaldehida, sehingga gugus karboksilnya yang bebas dapat

ditritasi. Indikator yang dipakai ialah fenolftalin dan timolftalin.

f. Diantara reaksi gugus amino yang sangat penting ialah reaksi yang

ditemukan oleh Edman.

Dia telah mencoba memodifikasi reaksi isotianat dengan amina

demikian rupa sehingga modifikasi ini dapat dipakai untuk degradasi

rantai polipetida dan untuk identifikasi terminal-NH2 pada peptida.

Dalam prosedur Edman ini, fenilisotiosianat bereaksi dengan α-asam

amino feniltiokarbamoil. Jika di beri larutan nitrometan, asam amino

feniltiokarbamoil berubah jadi bentuk siklik yaitu feniltiohidantio.

Senyawa ini tidak bewarna, dapat dipisahkan dengan mudah dan

kemudian diidentifikasi dengan kromatografi. Reaksi Edman sering

digunakan untuk identifikasi terminal NH2 asam amino suatu

polipetida.(Girindra 1986)

3. Reaksi Gugus R

Beberapa asam amino mempunyai gugus R yang dapat megion.

Contohnya ialah sistein, tirosin, dan histidin. Reaksi lainnya yang sangat penting

secara biologis ialah raksi gugus R pada serin dan sistein. Pada protein

mempunyai aktivitas biologis, gugus hidroksil serin sering mengalami fosforilasi.

Misalnya pada enzim fosfoglukomutase di mana gugus hidroksil pada serin

mengalami fosforilasi sewaktu enzim sedang aktif. Kasein susu juga mengandung

(13)

2.2.4 Penentuan Jumlah dan Jenis Asam Amino

Ikatan peptida yang menghubungkan asam-asam amino terlebih dahulu

diputus dengan hidrolisi. Asam amino yang telah bebas kemudia diidetifikasi

dengan cara kromatoggrafi atau elektroforesis. Jumlah asam-asam amino dihitung

setelah mereaksinya dengan ninhidrin atau dengan reaksi warna yang bersifat

khas, atau dengan spektrum asam amino aromatis, dan lain-lain. Ikatan peptida

dapat pula dihidrolisi dengan asam, basa, atau enzim. Sekarang, yang sering di

pakai adalah “amino acid analyzer”.(Girindra 1986)

A. Hidrolisi Protein dengan Asam.

Protein dapat dihidrolisis dengan 6N HCl menjadi asam amino

penyusunnya setelah dipanaskan pada suhu 1100C selama 20-70 jam. Proses hidrolisis ini hedaknya dikerjakan di dalam tabung yang dilapis demikian rupa

sehingga tidak terjadi reaksi oksidasi yang tidak diinginkan.(Girindra 1986)

Akibat sampingan yang bisa terjadi dengan hidrolisis asam ialah rusaknya

beberapa asam amino seperti triptofan, sebagai serin, dan treonin. Pemecahan

triptofan menyebabkan pembentukan suatu polimer yang disebut hemin. Selain itu

asam amino glutamin dan aspartat mengalami deaminasi berubah menjadi

glutamat dan aspartat. Terjadi pula dehidrasi intramolekul asam glutamat

membentuk pirolidon-5-asam karboksilat. Dehidrasi intramolekul ini dapat pula

dialami oleh asam amino lain hingga terbentuk cincin anhidrin atau

(14)

B. Hidrolis Protein dengan Basa.

Hidrolisis basa biasanya dikerjakan untuk mencerna triptofan yang rusaK

karena hidrolisi asam. Tetapi serin dan treonin rusak dengan basa, sedangkan

asam-asam amino lain mengalami rasimisasi.(Girindra 1986)

C. Hidrolisi dengan Enzim.

Hidrolisis dengan enzim ini terjadi secara alami dalam jasad hidup. Enzim

yang terlibat pada tiap hidrolisis pr4otein atau pepetida sangat khas sifatnya.

Enzim protoase seperti tripsin dan kimotripsin menghidrolisis ikatan

peptidatertentu dengan cepat, tetapi menghidrolisi ikatan peptida lainya dengan

lamban sekali atau bahkan tidak sama sekali.

Untuk penelitian aktivitas enzim atau menentukan susunan asam amino

suatu molekul protein, hidrolisi dengan enzim yang bersifat khas sering

dilakukan.(Girindra 1986)

2.3 Peptida

Peptida tersusun dari bebrapa asam amino dan merupakan rantai dimana

gugus karboksil asam amino yang satu dihubungkan dengan gugus amino dari

asam amino lainnya melalui suatu ikatan peptida. Sintetis ikatan petida ini terjadi

dalam sel melalui suatu tahapan reaksi yang sangat kompleks.(Girindra 1986)

2.3.1 Tata Nama Peptida

Pada dasarnya suatu peptida asli-asam amino, karena gugus –COOH

dengan gugus –NH2 membentuk ikatan peptida. Dari rumus suatu peptida ini

(15)

O ||

H2N – CH – C – NH – CH –COOH

||

R R

Nama peptida diberikan berdasarkan atas jenis asam amino yang

membentuknya. Asam amino yang gugus karboksilnya bereaksi dengan gugus –

NH2 diberikan akhiran il pada namanya, sedangkan urutan penamaan didasarkan

pada urutan asam amino, dimulai dari asam amino ujung masih mempunyai gugus

–NH2. Agar tidak terlalu panjang menuliskan suatu nama peptida digunakan

singkatan nama asam amino yaitu dengan mengambil tiga huruf pertama. Sebagai

contoh glisilalanin ditulis gly-ala-OH, sedangkan alanilserilleusin dapat ditulis

ser-leu-OH.(Poedjiadi 2009)

2.3.2 Sifat Peptida

Peptida diperoleh dengan cara hidrolisis protein yang tidak sempurna.

Apabila peptida yang terjadi dihidrolisis lebih lanjut, akan dihasilkanasam-asam

amino. Suatu penta peptida alanil-leusil-sisteinil-tirosil-glisin- atau yang ditulis

secara singkat ala-leu-cys-tyr-gl-OH pada proses hidrolisis akan menghasilkan

alanin, leusin, sistein, tirosin dan glisin.(Poedjiadi 2009)

Sifat peptida ditentukan oleh gugus –NH2, gugus –COOH dan gugus R.

Sifat asam basa pada peptida ditentukan oleh gugus –COOH dan –NH2, namun

pada peptida rantai panjang, gugus –COOH dan –NH2 yang terletak di ujung

(16)

asam amino. Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan

protein.(Poedjiadi 2009)

2.4 Protein

Protein adalah polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat

bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang

berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang

mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan

kuku adalah suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah beraksi,

sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih telur mudah larut dalam air

dan mudah beraksi.(Poedjiadi 2009)

2.4.1 Konformasi Molekul Protein

Rantai polipeptida sebuah molekul protein mempunyai satu konfirmasi

yang sudah tertentu pada suhu dan pH normal. Konformasi ini disebut konformasi

asli, sangat stabil sehingga memungkinkan protein bisa diisolasi dalam keaadan

aslinya itu.(Girindra 1986)

Linus Pauling dan R. B. Corey telah mempelajari konformasi rantai

peptida ini dengan sangat mendalam.kesimpulanya yang paling penting ialah

bahwa ikatan C-N pada rantai polipeptida lebih pendek dibanding dengan

kebanyakan ikatan C-N lainnya, dan mempunyai beberapa sifat ikatan rangkap,

karena itu tidak dapat berotasi dengan bebas, ikatan peptida dan 2 buah atom

karbon α terletak bidang datar sedangkan oksigen dari gugus karbonil

(17)

digambarkan bahwa tulang rangkai dari rantai peptida terdiri dari sebuah seri

bidang datar kaku yang dipisahkan oleh gugus –CHR–. Dalam rantai polipeptida

yang mempunyai 100 residu terdapat 300 rantai berikatan tunggal pada tulang

rangkanya (kalau R tidak diperhitungkan). Tetapi dalam rantai hanya ada 200

ikatan tunggal yang betul-betul bebas berotasi.(Girindra 1986)

Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur sebuah protein ialah:

1. Ikatan peptida yang terletakpada satu bidang datar.

2. Rotasi sumbu Cα–N dan rotasi Cα–C.

3. Gugus R yang berupa bagian dari asam amino polar, polar tanpa

muatan dan yang bermuatan negatif atau positif.(Lehninger.1996)

Residu asam amino yang tidak bermuatan merupakan tempatikatan

hidrogensebuah molekul protein. Beberapa asam amino memegang peranan

sangat istimewa dalam molekul protein, di antaranya:

1. Sistein berfungsi sebagai penghubung di dalam suatu rantai peptida

atau dengan rantai peptida lainya melalui ikatan kovalen disulfida.

Contohnya adalah insulin. Sedangkan dalam bentuk tereduksi residu

sistein pada sejumlah molekul enzim merupakan tempat di mana

substrat enzim tersebut.

2. Histidin dengan pasangan elektron pada cincin nitogennya dapat

berfungsi sebagai ligan yang potensial, misalnya pada protein yang

mengandung Fe seperti hemoglobin dan sitokrom c.

3. Lisin, berfungsi sebagai pengikat antara fosfat, piridoksal dengan

(18)

4. Prolin, secara relatif merupakan cincin yang kaku sehingga memaksa

rantai polipeptida membengkok. Karena itu merupakan pengganggu α

-heliks.

5. Asam amino polar seperti glutamat, aspartat, arginin, lisin, histidin

dapat berupa ion dalam daerah pH yang luas karena itu membentuk

ikatan ionik dalam struktur protein.(Girindra 1986)

2.4.2 Penggolongan Protein

Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar,

yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang di maksud protein

sederhana ialah protein yang terdiri atas molekul –molekul asam amino,

sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus

bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbonhidrat,

lipid, atau asam nukleat.(Poedjiadi 2009)

Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk

molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai

bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular

berbentuk bulat.(Poedjiadi 2009)

A. Protein Fiber

Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang

memanjang dan dihubungkan satu dengan lain oleh beberapa ikatan silang hingga

merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur protein fiber telah

(19)

fiber yang terdapat pada beberapa jenis protein yang termasuk golongan ini atara

lain ialah:

1. Konfigurasi alfa heliks pada keratin

2. Lembar berlipat pararel dan anti pararel dan anti pararel pada protein

sutera alam

3. Heliks tripel pada kolagen. Sifat umum protein fiber ialah tidak larut

dalam air dan sukar diuraikan oleh enzim.

Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat.

Protein ini mempunyai struktur heliks tripel dan terdiri atas 25% glisin dan 25%

lagi prolin dan hidroksi prolin, tetapi tidak mengandung sistein, sistin dan

triptofan. Kolagen tidak larut dalam air dan tidak dapat diuraikan oleh enzim.

Namun kolagen tidak dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih, oleh

larutan asam atau basa encer menjadi gelatin yang mudah larut dan dapat

dicenakan. Hampir 30% dari protein dalam tubuh adalah kolagen. Ada jenis

protein yang terdapat dalam banyak hal serupa dengan kolagen, tetapi tidak dapat

diubah menjadi gelatin. Protein ini disebut elastin.(Poedjiadi 2009)

Keratin adalah protein yang terdapat dalam bulu domba, setera alam,

rambut, kulit, kuku dan sebagainya. Struktur keratin hampir seluruhna terdiri atas

rantai polipptida yang berbentuk alfa heliks. Apabila dipanaskan dengan air

mendidih dan diregangkan maka konformasi berubah menjadi lembaran berlipat

parael, karena ikatan hidrogen yang menunjang struktur alfa heliks dalam kondisi

ini terputus. Keratin yang berubah konformasi ini disebut β keratin. Sutera alam

mempunyai struktur lembaran berlipat anti pararel. Keratin mengandung banyak

(20)

B. Protein Globular

Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai

polipeptida yang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak di sebelah dalam

molekul protein. Protein globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut

dalam air, dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis protein

globular yaitu albumin, globulin, histon dan protamin.(Poedjiadi 2009)

Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat teroagulasi

oleh panas. Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan

amoniumsulfat hingga jenug. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan

bagian putih telur.(Poedjiadi 2009)

Globulin mempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut

dalam larutan garam netral, misalnya larutan NaCl encer.larutan globulin dapat

diendapkan oleh penambahan garam amoniumsulfat hingga setengah jenuh.

Globulin dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksinya dengan larutan (5-10%)

NaCl, kemudian eksteak yang diperoleh diencerkan dengan penambahan air.

Seperti albumin, globulin akan mengendap dan dapat dipisahkan. Seperti albumin,

globumin juga dapat terkoagulasi oleh panas. Globulin antara lain terdapat dalam

serum darah, pada otot dan jaringan lain.(Poedjiadi 2009)

Histon adalah protein yang mempunyai sifat basa dan dapat larut dalam

air. Pada proses hidrolisis histon menghasilkan banyak arginin dan lisin. Histon

juga dapat diperoleh dari jaringan kelenjar pankreas.(Poedjiadi 2009)

Protamin adalah suatu protein yang bersifat basa seperti histon, tidak

(21)

berikatan dengan asam nukleat dan terdapat dalam sel sperma ikan.(Poedjiadi

2009)

C. Protein Gabungan

Yang di maksud dengan protein gabungan ialah protein yang berikatan

dengan senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus

protetik. Ada beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein,

glikoprotein, lipoprotein dan nukleoprotein.(Poedjiadi 2009)

Mukoprotein adalah gabungan antara protein dan karbohidrat dengan

kadar lebih dari 4% dihitung sebagai heksosamina. Karbohidrat yang terikat ini

berupa polisakarida kompleks yang mengandung N-asetilheksosamina.

Bergabung dengan asam uronat atau monosakarida lain. Mukoprotein adalah

gabungan antara protein dan karbohidrat dengan kadar dari 4% dihitung sebagai

heksosamina. Karbohidrat yang terikat ini berupa polisakarida kompleks

mengandung N-asetilheksosamina bergabung dengan asam uronat atau

monosakarida lain. Mukoprotein yang mudah larut terdapat antar lain dalam

bagian putih telur, dalam serum darah dan urine wanita yang sedang hamil.

Protein ini tidak mudah terdenaturasi oleh panas atau diendapkan oleh zat-zat

yang biasanya dapat mengendap protein, misalnya triklor asam asetat atau asam

pikrat.(Wibowo 2009)

Lipoprotein adalah gabungan antara protein yang larut dalam air dengan

lipid. Lipoprotein terdapat dalam serum darah, dalam otak dan jaringan syaraf.

Gugus lipid yang biasanya terikat pada protein dalam lipoprotein antara lain

(22)

Nukleoprotein terdiri atas protein yang bergabung dengan asam nukleat. Asam

nukleat ini terdapat antara lain dalam inti sel.(Wibowo 2009)

2.4.3 Sifat-Sifat Protein

A. Ionisasi

Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion

yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul

protein akan membentuk ion negatif. Pada titik isolistrik protein mempunyai

muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda

positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda

tersebut.(Poedjiadi 2009)

Oleh karena itu untuk mengendapkan protein dengan ion logam,

diperlukan pH larutan di atas titik isolistrik. Ion-ion positif yang dapat

mengendapkan protein antara lain ialah Ag++, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Fb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendap protein ialah salisalat, triklorasetat, pikrat, tanat, dan sulfosilat. Berdasarkan sifat tersebut putih telur

atau susu dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang

keracunan logam berat.(Poedjiadi 2009)

B. Denaturasi

Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya.

Suatu protein mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam tubuh

dapat melakukan aktivitas biokimiawi yang menunjang kebutuhan tubuh.

Aktivitas ini banyak tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein

(23)

dengan senyawa lain, ion-ion logam, maka aktivitas biokimiawinya akan

berkurang. Enzim adalah suatu proteinyang mempunyai aktivitas biokimiawi

sebagai katalis dalam tubuh.(Fessenden 1989)

Oleh perubahan suhu atau pH, aktivitas enzim mempunyai pH dan suhu

tertentu yang menyebabkan aktivitasnya mencapai keadaan optimum. Ion-ion

logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian protein,

sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan.(Fessenden

1989)

C. Viskositas

Viskositas adalah tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara

molekul-molekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air

mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas

air sebagai pelarutnya. Pada umumnya viskositas suatu larutan tidak ditentukan

atau diukur secara absolut, tetapi ditentukan viskositas relatif, yaitu dibandingkan

terhadap viskositas zat cair tertentu. Alat yang dugunakan untuk menentukan

viskositas ini ialah viskometer Ostawald. Pengukuran zat cair atau larutan melalui

suatu pipa tertentu. Serum darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran yang

lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran air. Viskositas larutan protein

tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu larutan.

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan

suhu. Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang, mempunya

(24)

titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.(Poedjiadi

2009)

D. Kristalisasi

Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun

demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya

ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar. Beberapa

enzim antara lain pepsin, tripsin, katalase dan urease telah dapat diperoleh dalam

bentuk kristal. Albumin pada serum atau telur sukar di kristalkan. Proses

kristalisasi protein sering dilakukan dengan jalan penambahan garam

amoniumsulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik

isolitriknya. Kadang-kadang dilakukan pula penambahan aseton atau alkhol dalam

jumlah tertentu. Pada dasarnya semua usaha yang dilakukan itu dimaksudkan

untuk menurunkan kelarutan protein dan ternyata pada titik isolistrik kelarutan

protein paling kecil, sehingga mudah dapat dikristalkan dengan baik.(Poedjiadi

2009)

E. Sistem Koloid

Pada tahun 1861 Thomas Graham membagi zat-zat kimia dalam dua

kategor, yaitu zat yang dapat menembus membran atau kertas perkamen dan zat

yang tidak dapat menembus membran. Oleh karena yang mudah menembus

membran adalah zat yang dapat mengkristal, maka golongan ini disebut kristaloid,

sedangkan golongan lain yang tidak dapat menembus membran disebut koloid.

Istilah ini hingga sekarang masih digunakan meskipun sekarang telah banyak

(25)

itu lebih banyak dihunungkan dengan besarnya molekul atau bobot molkeul yang

besar. Molekul besar atau molekul makro apabila dilarutkan dalam air mempunyai

sifat koloid, yaitu tidak menembus membran atau kertas perkamen, tetapi tidak

cukup besar sehingga tidak dapat mengendap secara alami. Protein mempunyai

molekul besar dan karenanya larutan protein bersifat koloid. Sistem koloid adalah

sistem yang heterogen, terdiri atas dua fase, yaitu partikel kecil yang terdispersi

dan medium atau pelarutnya.(Poedjiadi 2009)

2.2.4 Reaksi Protein

A. Reaksi Millon

Reaksi ini digunakkan untuk memeriksa adanya triptofan dalam molekul

protein. Tambahkan 3 sampai 4 tetes pereaksi Millon ke dalam 5 ml larutan

protein. Campur dan panaskan. Endapan putih segera timbul yang pelan berubah

menjadi merah. Reaksi tidak dapat berlangsung jika protein tidak mengendap

dengan asam pekat.(Girindra 1986)

B. Reaksi Biuret

Tambahan basa dan 2 sampai 3 tetes larutan cu-sulfat (±o.02 persen).

Perubahan warna terjadi, bergantung pada jenis protein. Biuret dibentuk dengan

pemanasan uera dan mempunyai struktur peptide dari protein.(Routh 1969)

C. Reaksi Xantoprotein

Asam nitrat yang ditambahkan ke dalam larutan protein menyebabkan

warna kuning yang kemudian berubah menjadi orange jika ditambahkan basa.

Reaksi ini terjadi jika di dalam protein didapatkan asam amino dengan inti

(26)

D. Percobaan Hopkins-Cole

Reaksi ini khas untuk asam amino triptofan. Bahan yang mengandung

sekurang-kurangnya satu gugus karboksil dan satu gugus amino yang

bebas.(Girindra 1986)

E. Reaksi Nihbidrin

Reaksi ini berguna untuk semua senyawa protein yang mengandung

sekurang-kurangnya satu gugus karboksil dan satu gugus amino yang

bebas.(Girindra 1986)

2.4.5 Analisa Protein

Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang

tersusun dari atom nitrogen, karbon, hidrogen dan oksigen, beberapa jenis asam

amino yang mengandung sulfur (metionin, sistin, dan sistein) yang dihubungkan

oleh ikatan peptida. Dalam makhluk hidup, protein berperan sebagai pembentuk

struktur sel dan beberapa jenis protein memiliki fisiologis.(Bintang 2010)

2.4.5.1 Metode Mikro-Kjeldahl

Prinsip metode Kjeldahl adalah mula-mula bahkan didestruksi dengan

asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn.

Amonia yang terjadi di tampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Metode

Kjeldahl pada umumnya dibedakkan atas dua cara, yaitu cara makro dan

semimikro. Cara makro-Kjeldhal digunakkan untuk sampel yang sukar

dihomogenisasi dan besarnya 1-3 g, sedangkan semimikro-Kjeldahl dirancang

(27)

homogen. Kekuranganya adalah purin, pirimidin, vitamin-vitamin, asam amino

besar, keratin, dan kreatinin ikut teranalisis terukur sebagai nitrogen protein

walaupun demikian, cara ini masih digunakan hingga kini dan dianggap cukup

teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan. Analisis protein

dengan metode Mikro-Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan,

yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi.

A. Proses destruksi

Pada tahap ini,dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehinnga terjadi

penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya, yait unsur-unsur C, protein dalam

suatu bahan. Sebanyak 100mg sampel (kedelai, tepung terigu, atau bahan lain)

ditambahkan dengan katalisator N sebanyak 0.5-1 g yang dibungkus dengan

kertas saring untuk memudahkan memasukkannya ke dalam tabung reaksi besar,

sehingga sampel dan katalisator tidak tercecer. Selain itu, kertas saring juga

berfungsi untuk menyaring filtrat yang mengandung residu.(Bintang 2010)

Katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan

menaikkan titik didih asam sulfat saat dilakukan penambahan H2SO4 pekat, serta

untuk mempercepat kenaikan suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan lebih

cepat. Katalisator N terdiri campuran K2SO4 dan HgO dengan perbandingan 20 :1.

Setiap 1g K2SO4 dapat menaikan titik didih 3oC. Selain itu, juga dibuat blanko

dalam tabung reaksi besar yang berisi katalisator N dan 3 mL H2SO4 agar analisi

berlangsun lebih tepat. Blanko ini berfungsi sebagai faktor koreksi terhadap

senyawa N yang berasal dari pereaksi yang digunakan.(Bintang 2010)

Setelah ditambah katalisator N, sampel dimasukkan dalam tabung reaksi

(28)

digunakkanuntuk destruksi diperhitungan dari adanya bahan protein. Asam sulfat

yang bersifat oksidator kuat akan mendestruksi sampel menjadi

unsur-unsurnya.untuk mendestruksi 1g protein, diperlukan 9g asam sulfat. Penambahan

asam sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari sulfur (S) yang

berada di dalam protein terrurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Setelah

penambahan asam sulfat, larutan menjadi keruh.(Bintang 2010)

Tabung reaksi besar yang berisi sampel kemudian ditempatkan dalam alat

destruksi (destruktor) dan ditutp setelah siap alat dinyalakan dan akan terjadi.

Pemanasan yang mengakibatkan reaksi berjalan lebih cepat. Sampel didestruksi

hingga larutan berwarna jernih yang mengindikasikan bahwa proses destruksi

telah selesai. -

Selama proses destruksi, akan dihasilkan gas SO2 yang berbau menyengat

dan dapat membahayakan jika dihirup dalam jumlah relatif banyak. Gas yang

dihasilkan ini akan begerak ke atas (tersedot penutup) dan akan disalurkan ke alat

penetral. Alat ini terdiri dari dua larutan, yaitu NaOH dan aquades. Dalam

tabungan ini, kembali terjadi penetralan, sehinga diharapkan semua gasSO2 telah

ternetralkan.

Proses destruksi dapat dikatakan selesai apabila larutan berwana jernih.

Larutan yang jernih menunjukkan bahwa semua partikel bahan padat telah

terdestuksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat yang

tersisa. Larutan jernih yang telah mengandung senyawa (NH4)2SO4 ini kemudian

didinginkan supaya suhu smpel sama dengan suhu ruang, sehingga penambahan

perlakuan ini pada proses berikutnya dapat memperoleh hasil yang diinginkan,

(29)

B. Proses destilasi

Larutan sampel jernih yang telah dingin kemudian ditambahkan dengan

aquadest untuk melarutkan sampel hasil destruksi agar hasil destruksi dapat

didestilasi dengan sempurna, serta untuk lebih memudahkan proses analisis

karena hasil destruksi melekat pada tabung reaksi besar. Kemudian, larutan

sampel dan blanko didestilasi dalam kjeldahl. Pada dasarnya, tujuan destilasi

adalah memisahkan zat yang diinginkan, yaitu dengan memecah amonium sulfat

menjadi amonia (NH3) dengan menambahkan 20 ml NaOH – Na2S2O3, kemudian

dipanaskan.(Bintang 2010)

Prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan

perbedaan titik didih. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan

suasana basa, karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam,

sedangkan fungsi penambahan Na2S2O3 adalah untuk mencegah terjadinya ion

kompleks antar amonium sulfat dengan Hg dari katalisator (HgO) yang

membentuk merkuri amonia sehingga membentuk amonium sulfat. Kompleks

yang terjadi, ikatanya kuat dan sukar diuapkan. HgO merupakan senyawa yang

sukar dipecah dan bersifat mudah meledak. Na2S2O3 berfungsi untuk

mengendapkan HgO, sehingga tidak mengganggu reaksi kimia

selanjutnya.(Bintang 2010)

Pada tahap destilasi, amonium sulfat dipecah menjadi amonia (NH3)

dengan penambahan NaOH sampai alkali dan dipanaskan dengan pemanasan alat

Kjeldahl. Selain itu, sifat NaOH yang apabila ditambah dengan aquadest akan

menghasilkan panas, meskipun energinya tidak terlalu besar jika dibandingkan

(30)

proses destilasi. Panas tinggi yang dihasilkan alat Kjeldhal juga berasl dari reaksi

antara NaOH dengan (NH4)2SO4 yang merupakan reaksi yang sangat eksoterm,

sehingga energinya sangat tinggi. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan

ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dipkai dalam percobaan

ini adalah asam borat 4% dalam jumlah yang berlebih.(Bintang 2010)

Larutan sampel yang telah terdestruksi dimasukkan ke dalam alat kjeldhal

dan ditempatkan di seblah kiri. Kemudian, alat destilasi berupa pipa kecil panjang

dimasukkan ke dalamnya hingga hampir mencapai dasar tabung reaksi, sehingga

diharapkan proses destilasi akan berjalan maksimal (sempurna). Erlenmeyer yang

berisi 5 mL asam borat 4% + BCG-MR (campuran brom cresol green dan

methylred) ditempatkan di bagian kanan Kjeldahl. BCG-MR memiliki kisaran pH

6-8 ( melalui suasana asam dan basa atau dapat bekerja pada suasana asam dan

basa) yang berarti kisaran kerjanya luas (meliputi asam-netral-basa). Pada suasana

asam, indikator akan berwarna merah muda, sedangkan pada suasana basa,

indikator akan berwarna biru. Setelah ditambah BCG-MR, larutan akan berwarna

merah muda karena berada dalam kondisi asam.(Bintang 2010)

Asam borat (H3BO3) berfungsi sebagai penangkap destilat NH3 yang

berupa gas yang bersifat basa. Supaya amonia dapat ditangkap secara maksimal,

maka sebaiknya ujung alat destilasi ini tercelup semua ke dalam larutan asam

standar, sehingga dapat ditentukan jumlah protein yang sesuai dengan kadar

protein yang terkandung dalam bahan. Selama proses destilasi, lama-kelamaan

larutan asam borat akan berubah warna menjadi biru. Hal ini disebabkan karena

larutan menangkap adanya amonia dalam bahan yang bersifat basa, sehigga

(31)

Reaksi destilasi akan berakhir bila amonia yang telah terdestilasi tidak

bereaksi lagi. Setelah destilasi selesai, larutan sampel bewarna keruh dan terdapat

endapan di dasar tabung (endapan HgO), sedangkan larutan asam dalam

Erlenmeyer akan berwarna biru karena berada dalam suasana basa akibat

menangkap amonia. Amonia yang terbentuk selama destilasi dapat ditangkap

sebagai destilat setelah diembunkan (kondensasi) oelh pendingin balik di bagian

belakang alat Kjeldahl dan dialirkan ke dalam Erlenmeyer.(Bintang 2010)

C. Tahap titrasi

Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldhal pada

penentuan kadar protein dalam bahan pangan yang dianalisis. Dengan melakukan

titrasi, dapat diketahui banyaknya asam brat yang bereaksi dengan amonia. Untuk

tahap titrasi dengan HCl yang telah distandardisasi (telah disiapkan) sebelumnya.

Normalitas yang di peroleh dari hasil standardisasi adalah 0,02 N. Selain destilat

sampel, destilat blanko juga dititrasi, karena selisih titrasi sampel dengan titrasi

blanko merupakan ekuivalen jumlah nitrogen. Jadi, banyaknya HCl yang

diperlukan untuk menetralkan akan ekuivalen dengan banyaknya N. Titrasi HCl

dilakukan sampai titik ekuivalen yang ditandai dengan berubahnya warna larutan

dari biru menjadi merah muda karena adanya HCl berlebih yang menyebabkan

suasana asam (indikator BCG-MR bewarna merah muda pada suasana asam).

Melalui titrasi ini, dapat diketahui kandungan N dalam bentuk NH4, sehingga

(32)

Kadar nitrogen (%N) dapat ditentukan dengan rumus berikut ini :

%�= ( s−tb)

� � ��� 14.0008 100%

ts: Volume titrasi sampel

tb: Volume titrasi blanko

dengan demikian % protein adalah sebagai berikut:

%protein = %N x fk

Fk: Faktor konversi atau perkalian = 6.25

Dasar perhitungan penetuan protein menurut metode ini adalah hasil

penelitian dan pengamatan yang menyatakan bahwa umumnya protein alamiah

mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein murni). Karena pada bahan

diketahuin komposisi unsur-unsur penyusunnya secara pasti, maka faktor konversi

yang digunakan adalah 100

Referensi

Dokumen terkait

Kembang gula atau permen merupakan salah satu makanan selingan berbentuk padat, dengan rasa manis, yang sifatnya mudah larut dalam air, serta mempunyai warna dan aroma yang

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform

obat yang mempunyai sifat sukar larut dalam

Karena kandungan protein pakan yang hampir sama dan degradabilitas di dalam rumen hampir sama, tetapi daun kelor mempunyai sifat protein yang tidak mudah larut

Karena kandungan protein pakan yang hampir sama dan degradabilitas di dalam rumen hampir sama, tetapi daun kelor mempunyai sifat protein yang tidak mudah larut

Rambut da n kuku adalah suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih telur mudah

Polisakarida ini lebih sukar diuraikan dan mempunyai sifat-sifat yaitu memberi bentuk atau struktur pada tanaman, tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tidak

Proses penurunan ukuran protein dilakukan dengan melarutkan protein dalam larutan polimer ampifilik yaitu polimer yang dapat larut dalam air dan pelarut organik. Proses