1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada hakekatnya membutuhkan pendidikan (tarbiyah) dalam kehidupan di dunia ini, sehingga awal mula Allah menciptakan manusia, manusia telah di tetapkan oleh Allah sebagai pemimpin (khalifah ) di muka bumi ini, manusia mempunyai sebuah komitmen terbesar dan konsekuensi mengapa Allah menciptakan manusia harus mengetahui makrifatullah dalam kehidupan sebagai wujud penghambaannya kepada Allah semata tidak dengan yang lain melebihi penghambaannya kepada selainnya. Seorang hamba Perlu pendidikan, bahwa usaha pendidikan (tarbiyah) dan pembinaan merupakan kenyataan yang senantiasa berlangsung setelah teraktualkan, berbagai potensi untuk meraih berbagai kesempurnaan yang lain yang belum di raihnya 1
Pandangan pendidikan di terapkan dari banyak sisi, sisi itulah yang akan membenahi individu maupun sekelompok orang dalam pendidikan : Pertama, penerapan dalam pendidikan dilihat dari kegagalan moral, kegagalan di bidang spiritual, serta kegagalan manusia dalam sosial. Dr. Yusuf Qardawi memberikan definisi secara syumul (menyeluruh) berkenaan dengan pendidikan yang diterapkan dalam ruang lingkup pendidikan. 2 Pendidikan (tarbiyah) dalam Al-Qur’an dan penyucian di nisbahkan kepada orang yang menjadi objek didik dan kepada orang yang menjadikan syarat-syarat yang diperlukan bagi pendidikan seseorang. 3
1
Majid Rasyid Pur, Membenahi Akhlak Mewariskan Kasih Sayang, ( Bogor :Penerbit Cahaya 2003). Hal.3
2
Dr. Yusuf Qardawi, Pedoman Ideologi Islam, (Bandung, Gema Risalah Press, 1998 ) Hal. 5 – 9.
3
Ibrahim Amini , Agar Tak Salah Mendidik, ( Jakarta, Al-Huda, 2006 ). Hal. 2.
Dalam pendidikan, manusia yang terimbas pendidikan mengalami perkembangan dan berbagai potensi yang ada dalam dirinya berubah menjadi kekuatan nyata. Disini, manusia menjadi pelaku langsung pendidikan. Namun pendidikan di sandarkan kepada individu dan sesuatu yang lain. Pendidikan di nisbahkan kepada Allah Swt, Karena Allah pencipta kesempurnaan sesungguhnya, dan oleh Karena itu Allah di sebut sebagai Rabbul Alamin.
Pendidikan juga dinisbahkan kepada orang-orang yang menyediakan faktor-faktor perkembangan seorang individu, seperti orang tua dan guru, dan juga orang-orang yang bukan merupakan faktor langsung perkembangan namun apa yang dilakukan mempunyai andil terhadap tumbuh dan berkembangnya berbagai potensi diri seorang individu.
Dalam kaitannya dengan nilai-nilai Istiqamah (komitmen). Individu merupakan salah satu pondasi utama adab al- Islam adalah moralitas, sebagai suatu landasan kepercayaan diri dan kekuatan bangsa, 4 luasnya adab al- Islam berbeda secara tajam dengan batasan-batasan etika. Komitmen individu terhadap Islam sebagai insan Kamil tidak sekedar aturan semata dalam berbagai kesempatan, tetapi meliputi segala macam hubungan manusia dari tindakan-tindakan yang paling sederhana sampai peristiwa-peristiwa sosial yang paling rumit.
Pendidikan menurut pandangan Umar Muhammad At-Taumi Ash-Saibani adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu pada kehidupan masyarakat, dan alam sekitar maupun pada proses pendidikan serta pengajaran itu sendiri. 5
4
Marwan Ibrahim Al-Kasyi, Petunjuk Praktis Akhlak Islam, ( Jakarta, Lentera Basritama : 2003 ) Hal. 2
5
Umar Muhammad At-Taumi Ash- Saibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang,
1979), Hal.399
Melihat realitas sosial dan moral tentunya pada qudwah (contoh) ketika Allah mengutus Rasulullah Saw untuk menyempurnakan Akhlak manusia dibumi.
Maka, pendidikan akhlak mengutamakan nilai- nilai universal dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan Nabi Saw di antaranya adalah menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir, tidak berkeluh kesah, tidak hasad, menahan diri, menahan marah, mengendalikan emosi, dan mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian merupakan sebuah (istiqamah) komitmen sebagai penerapan contoh komitmen kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. 6
Realitas yang menyatakan di atas merujuk pada penyelesaian masalah pendidikan dengan cara menawarkan sebuah solusi, yaitu mengemukakan konsep pendidikan yang menonjolkan sisi kemanusiaan berbasis spiritualitas. 7 Dengan memberikan perhatian terhadap dimensi ini, sebagai perwujudan kontruksi sebuah cara pandang yang lebih memberikan keseimbangan dalam memandang manusia.
Kehidupan membuktikan sebuah problematika besar yang di hadapi oleh sebuah objek tertentu, bahwa keseimbangan hidup tidak terukur secara jelas, banyak yang lebih untuk dikedepankan dalam kehidupannya, dibandingkan memperhatikan aspek spiritualitas.
Melihat kondisi di Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas muslim khususnya agar mampu menciptakan generasi terbaik untuk kedepan. Berbanding jauh ketika melihat realitas saat ini, justru generasi Indonesia bisa di katakan sebagai generasi yang sebagian jauh dari pada generasi yang ideal, terutama
6
Bukhari Umar, M. Ag, Hadist Tarbawi, Pendidikan dalam Perspektif Hadist (Jakarta, Amzah : 2012)
7
Dr. As’ aril Muhajir, M.Ag, Ilmu Pendidikan Perspektif Konstektual, ( Jogjakarta, AR-Ruz-
Media : 2011) Hal. 7
melihat lingkungan, keluarga, kemudian dalam pendidikan di sekolah itu sendiri.
Generasi tersebut dehidrasi moral, spiritual, nilai-nilai budi pekerti menjadi sebuah tindakan yang tidak lagi menjadi pemuda-pemudi yang didambakan Indonesia sebagai generasi terdepan untuk perwujudan Indoneia yang madani.
baldatun thayyibatun warobbun ghafur atau Negara yang baik yang Allah ampuni, justru sebaliknya.
Pendidikan harus membantu anak untuk memahami perilaku moral dan sosial sejak dini di luar susunan batas-batas tertentu yang membentuk kerangka historis keadilan, maksudnya adalah setiap jiwa individu memiliki sifat haqiqi yang berasal dari anugrah Allah SWT, yang mana dari individu tersebut sedikit memperhatikan terhadap muatan nilai-nilai dari segala aspek yang sudah di atur dalam kehidupan seharusnya terinternalisasi dalam jiwa individu. 8
Pendidikan pertama yang diberikan kepada anak adalah ketika dalam ruang lingkup kecil kerluarga, saudara, maupun orang terdekat. Pelaku pendidikan yang dinyatakan sebagai madrasah pertama yaitu seorang ibu, kedua ayah. Hal tersebut menjadi sebuah titik tekan kepada anak dengan melakukan sebuah tindakan pendidikan yang di lakukan oleh orang tua (ibu) sebagai tarbiyatul ula (pendidikan pertama) sebelum berlangsungnya pendidikan informal, non formal dan formal.
Beranjak dari usaha di atas, menghadapi permasalahan yang terjadi seperti kegagalan moral, aqidah, dan spritual dalam pendidikan saat ini. Solusi dari sekian kegagalan moral,aqidah atau keyakinan dalam jiwa individu, termasuk kegagalan dalam memasukkan nilai istiqomah dalam pendidikan karakter anak usia dini sampai usia dewasa, solusi yang berikan adalah memasukkan nilai
8
Emile Durkheim, Pendidikan Moral, ( Inggris, Erlangga : 1961 ) Hal. 17
istiqomah dalam pendidikan karakter kepada anak mulai dari usia dini sampai dewasa. Pendukung yang memicu terhadap proses pendidikan karakter terhadap usia dini ke tahapan jenjang berikutnya dalam Tafsir Al- Azhar pada surah Lukman yang menjadi Salah satu ketercapaian penanaman nilai-nilai istiqamah dalam konteks pendidikan karakter yaitu muatan nilai-nilai istiqomah dalam Al- Qur’an menurut Tafsir Prof. Dr. Hamka.
Media yang paling penting dalam mewujudkan pendidikan karakter dengan muatan nilai-nilai istiqomah adalah salah satu modal manusia yang terus berkembang sesuai jenjang berkembangannya. Modal yang harus dimiliki yaitu nilai spiritual dan moral yang kuat kepada anak usia dini sampai pada usia lanjut. Dan ini bisa dilakukan melalui pendidikan dengan mengintegrasikan kurikulum fisik, emosional, pengembangan spiritual dan intelektual masing-masing murid. Bagi murid muslim di Malaysia, nilai spiritual dan moral diajarkan melalui pendidikan karakter dalam Pendidikan Agama Islam. Namun, usaha ini harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan itu membutuhkan komitmen penuh dari berbagai pihak. 9
Mengacu pada nilai-nilai istiqomah dalam pendidikan karaker ditinjau dari beberapa analisis nilai-nilai istiqomah dalam pendidikan karakter di atas merumuskan cara yang efektif untuk dijadikan rujukan. Maka, sebagai proses awal dalam menempuh nilai-nilai istiqomah di dalam pendidikan tersebut semestinya menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan karakter yang akan di terapkan. Sebagaimana nilai-nilai istiqomah salah satunya dalam Tafsir Ibnu Katsir pada surah Fushilat ayat 30-31. 10
9
http://journalarticle.ukm.my/1151/ , Pengajaran Adab dan Akhlak,di akses pada tgl. 26 juni 2017
10
Imam An-Nawawi, Tafsir Ibnu Katsir surah Fushilat ayat 30-31 (Solo : Insan Kamil cet.
Pertama, 2015) hal.
Kutipan surah Fushilat ayat 30-31 tentang makna Istiqomah pada ayat di atas di tujukan kepada mereka yang menjalankan ketaatan kepada Allah dan konsisten dengan sunnah nabi. 11 Dalam hal ini ada dua penafsiran : pertama, Istiqomah dalam ketaatan, dan kedua, meninggalkan perbuatan syirik. Jadi, Istiqomah ialah segala perkataan dan perbuatan manusia yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah.
Nilai- nilai Istiqomah dari berbagai tafsir dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang diangkat menjadi suatu bahasan sebagai tawaran serta solusi yang dapat ditawarkan kepada lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun informal.
Dalam solusi tersebut dengan tujuan Untuk mencetak generasi yang berperubahan ditinjau dari pendidikan karakter individu, maupun kelompok. Nilai-nilai istiqomah di dalamnya yang akan menjadi muatan pendidikan karakter adalah nilai istiqomah pada akhlak, Aqidah, ibadah (spiritual). Nilai istiqomah mempunyai cara atau model untuk menyesuaikan kepada kebutuhan yang di inginkan pada pendidikan karakter sebagai objek dalam bentuk apapun dalam pendidikan karakter. Oleh karena itu gambaran penerapan nilai istiqomah dalam pendidikan karakter merupakan suatu acuan untuk mengetahui analisis nilai istiqomah yang menjadi sebuah analisis. Analisis nilai istiqomah dalam pendidikan karakter mengacu pada muatan nilai akhlak (sikap), Aqidah (Keyakinan), ibadah (spiritual). Hal ini menjadi tujuan analisis dalam Tafsir Al- Azhar karya Pro. Dr. Hamka dalam surah lukman sebagai objek hasil tujuan nilai istiqomah dalam pendidikan karakter.
11
Hasyim Bin Abdullah Asy-Syuail , kiat Cerdas Meraih Istiqomah ( Surabaya : Elba, 2009)
Bagian terakhir yang menjadi salah satu tujuan fokus tentang analisis nilai – nilai istiqomah dalam konteks pendidikan karakter dari nilai- nilai istiqomah adalah nilai- nilai Akhlak ( sikap), Ibadah ( Spiritual), dan Aqidah ( keyakinan).
Sebagaiman di tinjau dari kajian tafsir surah Lukman karya Prof. Dr. Hamka didalamnya tersebut yang dapat di analisis secara terperinci bagaimana perumusan penilaian istiqomah dalam pendidikan karakter menurut tafsir Al-Azhar.
Mengingat hal tersebut, maka salah satu saksi sejarah perjuangan Prof. Dr.
Hamka menyebarkan semangat pada generasi muda pada awal masa kemerdekaan agar generasi terus memperjuangkan kemerdekaan mereka dengan memakai dasar yang kokoh dalam jiwa para pemuda, karena itulah Prof. Dr. Hamka pada saat mendekam di penjara selama dua tahun, beliau dengan karyanya sampai hari ini tafsir Al-Azhar adalah satu-satunya tafsir Al-qur’an yang di tulis oleh ulama melayu dengan gaya bahasa khas dan mudah di cerna. Di samping di kenal sebagai ulama dan politisi berpengaruh yang kemudian sejarah juga mencatat Prof. Dr, Hamka sebagai sastrawan yang cerdas.
Berdasarkan paparan masalah di atas, peneliti ingin mempertajam analisis bagaimana analisis nilai Istiqomah dalam konteks pendidikan karakter tersebut mengacu pada firman Allah dalam Al-Qur’an surah Lukman pada Tafsir Al- Azhar menurut pandangan Dr. Hamka . Maka penelitian ini di beri judul”
"Analisis Nilai-Nilai Istiqomah dalam Konteks Pendidikan Karakter dalam Surah Lukman Tafsir Al-Azhar Karya Prof. Dr. Hamka.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Ayat apa saja yang mengandung nilai-nilai Istiqomah dalam surah Lukman pada Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka?
2. Nilai-nilai Istiqomah apa saja yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter pada surah Lukman tafsir Azhar karya Prof. Dr. Hamka?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan nilai-nilai Istiqomah dalam surah Lukman padaTafsir Al- Azhar karya Prof. Dr. Hamka.
2. Mendeskripsikan Nilai-nilai istiqomah apa saja pada nilai-nilai karakter dalam surah Lukman pada Tafsir Al- Azhar karya Prof. Dr. Hamka
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dapat di kemukakan dari dua sisi : 1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat di jadikan acuan tentang muatan nilai- nilai Istiqomah dalam konteks Pendidikan karakter dalam surah lukman tafsir Al-Azhar karya Dr. Hamka.
b. Penelitian ini dapat dijadikan acuan tentang model analisis nilai- nilai Istiqomah dalam konteks pendidikan karakter dalam tafsir Al-Azhar 2. Manfaat Praktis.
a. Memberikan kemudahan dalam memahami nilai-nilai Istiqomah yang
mengandung pendidikan karakter, baik pendidikan formal maupun
informal, baik penanaman nilai kepada individu maupun kelompok.
b. Sebagai pedoman penerapan nilai-nilai positif pendidikan karakter dari penanaman nilai Istiqomah dalam surah lukman . khususnya nilai istiqomah pada Akhlak (sikap), Aqidah, (keyakinan), dan Ibadah (Spiritual) pada pendidikan karakter dalam Al-Qur’an surah Lukman menurut Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir Al- Azhar
E. Batasan Istilah 1. Analisis
Analisis dalam kamus besar Indonesia merupakan sebuah analisa penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 12
Analisis merupakan suatu analisa terhadap pokok permasalahan yang di pahami secara langsung maupun tidak langsung untuk memproleh hasil yang akan di kaji dengan menjawab suatu hasil permasalahan invidu maupun kelompok. Solusi dari analisa permasalahan yang di lakukan dari analisa tersebut sendiri adalah mengacu pada suatu proses permasalahan yang diangkat dan dipahami secara jelas bagaimana sebuah persoalan dimaknai dan diresapi secara mendalam dengan menghasilkan suatu kontruksi perubahayang baik.
2. Nilai- nilai Istiqomah a. Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa, cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih di sukai secara sosial di
12
Kamus besar bahasa Indonesia, online
bandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide- ide seorang individu mengenai hal- hal yang benar, baik, atau diinginkan. 13
Nilai ini lebih kepada pertimbangan bagaimana cara pelaksanaan dengan memakai sebuah alat untuk menelusuri penemuan dengan sebuah analisa sosial dari cara berfikir individu yang di inginkan. Nilai tersebut membutuhkan pertimbangan memilih cara atau ide, serta gagasan individu yang baik. Pemaknaannya cukup mendasar, akan tetapi hal tersebut membutuhkan pemahaman secara mendalam dengan melakukan nilai.
b. Istiqomah
Istiqomah adalah sebuah nilai keutamaan yang besar dalam ajaran islam. Sedemikian besarnya, sehingga Allah SWT menganugerahkan penghargaan spesial bagi mereka yang istiqomah. 14
َّلََّأ ُةَكِئ َلََمْلا ُمِهْيَلَع ُل َّزَىَتَت اىُماَقَتْسا َّمُث ُ َّاللَّ اَىُّب َر اىُلاَق َهيِذَّلا َّنِإ اىُو َزْحَت َلَّ َو اىُفاَخَت
نوُدَعىُت ْمُتىُك يِتَّلا ِةَّىَجْلاِب او ُزِشْبَأ َو
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat : 30 ) 15
13
https : // id. Wikipedia.org, wiki > nilai
14
Hasyim bin Abdullah, kiat cerdas meraih istiqomah, ( surabaya : Pustaka elba, 2009), hal. 5
15
Qs, Fushilat : 30-31, Al- Qur’an dan Terjemah
Makna اىُماَقَتْسا pada ayat di atas merujuk kepada mereka yang menjalankan ketaatan kepadanya dan konsisten dengan sunnah nabinya.
Dalam hadist di sebutkan,
Berdasarkan penafsiran di atas, kata istiqomah yang pertama, istiqomah dalam ketaatan, dan ke dua, meninggalkan perbuatan syirik. 16 Dengan demikian istiqomah adalah segala perkataan dan perbuatan manusia yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Istiqomah adalah kebalikan dari inhirafu yang berarti penyimpangan dan berpaling. 17 Makna ini cukup jelas bahkan bagi orang awam sekalipun. Jika mereka melihat seorang berpegang teguh dengan agamanya, menjaga serta memperhatikan perintah-perintahnya, maka mereka akan mengatakan kepada orang tersebut, bahwa dia itu adalah Mustaqim (orang yang beristiqomah).
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. 18
Secara umum dan sangat mendasar Drikara mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf intansi itulah yang menjelma dalam semua perbuatan
16
Ibid, hal. 1 dan 2.
17
Ibid, hal. 3
18
Depdiknas. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, (Jakarta
: Depdiknas 2003)
mendidik. Dengan singkat, intisari dari pendidikan adalah pemanusian manusia muda 19 .
Karakter berasal dari bahasa yunani charassein dan kharax yang maknanya tools for making atau to engrave yang artinya mengukir, kata ini mulai banyak di gunakan kembali dalam bahasa prancis “carakter” sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia menjadi karakter. 20
Karakater merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang mempunyai kecenderungan kearah positif maupun negatif. Dalam pendidikan tentu saja karakter positif yang ingin ditanamkan dalam diri para peserta didik. Peserta didik yang berkarakter inilah yang selalu diharapakan oleh semua pihak. Menurut pandangan Suharjana dalam Darmiyati Zuchdi 2011 yang dimaksud karakter adalah sebuah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat. 21
Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). 22
Melalui ketiga aspek sebagaimana di atas, maka peserta didik akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting guna mempersiapkan anak menyongsong masa depan. karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
19
Syamsyu Yusuf , L.N, Pedagogik pendidikan dasar Bandung : SPS UPI, 2007) hal. 19
20
Alfat Jhon, Membangun karakter Tangguh, Mempersiapkan Generasi Anti kecurangan (Surabaya : Portico Publishing 2010). VII. Vol. 1, No. 1, Desember 2011 : 85-98
21
Darmiyati Zuchdi. (Ed.). (2011). Pendidikan Karakter Dalam perrspektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 8, Nomor 1, April 2011
22