• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

PENUTUP

A. K ESIM PULAN PENELITIAN

Studi ini m em iliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial da lam m endeliberasikan ide-ide m engenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik, yaitu ruang yang dapat m ewadahi kepentingan publik untuk m enyam paikan dan m enyalurkan aspirasinya kepada pem erintah (negara). Ruang publik ini dirasa m am pu m enjadi sebuah arena non form al para warga negara term asuk para pekerja seni untuk dapat berkom unikasi de ngan pem erintah. Karena pada esensinya, ruang publik m erupaka n ruang dem okrasi bagi publik untuk m enyam paikan aspirasinya kepada pem erinta h sebaga i pihak yang m em iliki tanggung ja wab terha dap jala nnya suatu pem erintahan. Artinya bahwa ruang publik tersebut berasal dari publik, oleh kepentingan publik, dan untuk ke pentingan publik itu sendiri ta npa cam pur tangan dari pihak tertentu term asuk kepentingan individu dan pem erintah.

Sem ua warga negara berhak atas ruang publik tidak terkecuali para pekerja seni.

Para pekerja seni m em iliki jalan tersendiri untuk m em anfaatkan ruang pu blik sebagai m edia deliberasi. M ereka m em anfaatkan tem bok jalanan, galeri ruang terbuka, tam an kota, dan ruang publik lainnya untuk berdeliberasi. Para pekerja seni da lam tulisan ini tergabung dalam kom unitas se ni Taring Padi yang m erupa kan kom unita s seni kerakyatan kota Yogyakarta yang berdiri sejak akhir tahun 1998. Kom unita s ini terbentuk karena keprihatinan para anggotanya dalam m eliha t situasi sosia l -politik

(2)

bangsa yang tidak m enentu serta m enitikberatkan kebudayaan yang diciptakan oleh rakyat yang berperan penting dalam m ewujudkan dem okra tisa si. Dalam upaya pem anfaatan ruang publik untuk m edia deliberasi, Taring Padi tidak serta m erta m em entingka n urusa n m ereka sendiri karena m ereka sadar bahwa ruang publik adalah m ilik sem ua warga negara dan sem ua war ga negara m em iliki hak yang sam a terhadap ruang publik. M aka dari itu kom unitas Taring Padi ini selalu m elibatkan rakyat dalam usahanya m endeliberasikan ide -ide perlindunga n hak publik m elalui ruang yang dinam akan ruang publik.

Dalam m endeliberasikan ide-ide perlindunga n hak publik, Taring Padi m eliha t ruang publik sebagai suatu sarana yang m em ungkinkan m asyarakat khususnya kelas m enengah bawah untuk dapat m enyam paika n keluh kesahnya kepada pem erintah.

Arena deliberasi berupa ruang publik ini juga tim bul dikarenakan m inim nya akses m asyarakat kelas m enengah bawah untuk m enyam pa ikan dan m engutarakan pendapat atau ide m engenai perlindungan ha k publik. Hal inilah yang m em icu para pekerja seni bersam a dengan m asyarakat untuk m enyam paika n ide -ide terhadap perlindungan hak publik kedalam ruang publik. Da n sela in itu, m elalui karya se ni, Taring Padi m encoba m enggalang pem aham an rakyat untuk m elawan ketidakadilan, m em bangun kom unitas yang sadar lingkungan, sadar atas m asalah sosial, politik, dan budaya, serta m engajak m asyarakat aktif dan berani m enyuarakan pendapat tentang kinerja pem erintah dan pengalam an hidup berm asyarakat. Sehingga ruang publik yang diisi oleh sem angat perlawanan m elalui karya se ni diharapkan da pat m enjadikan

(3)

m asyarakat sadar akan pe ntingnya sem ua elem en negara dalam m em banbgun ba ngsa yang m aju.

Upaya untuk m endeliberasikan hak publik m elalui ruang publik ya ng diciptakan sendiri oleh Taring Padi ini tida k selalu berjalan m ulus. Berbagai tantanga n dijum pai oleh kom unitas Taring Padi dalam upaya m ere ka m enggunakan ruang publik sebagai arena deliberasi hak publik. Karenanya Taring Padi bersiasa t dalam m enerapkan strategi-strategi dalam m enjala nakan visi m isi kese nian m ereka untuk m endeliberasikan hak-hak publik.

Pertama, diskusi sebaga i proses utam a da lam berkarya. Sebelum m em ulai proses

berkarya, diskusi selalu dilakukan oleh Taring Padi. Dalam diskusi inilah terjadi proses deliberasi untuk m em bahas isu sosial politik yang sedang berkem bang di m asyarakat yang nantinya akan diangkat m enja di sebuah karya seni. Selain itu, diskusi dilakukan untuk m enentukan teknik serta m edia apa yang nantinya akan digunakan. Diskusi ini juga dilakukan sebagai ajang berkum pul serta tukar pendapat anggota Taring Padi, biasanya pada setiap hari Senin para anggota Taring Padi se lalu berkum pul untuk m endiskusika n m asalah-m asalah sosial-politik yang sedang hangat.

Selain diskusi dengan sesam a anggota Taring Padi, Taring Padi juga sering m enggelar acara diskusi dengan m asyaraka t, hal ini dikarenakan kom unitas atau kelom pok pro-dem okrasi yang selam a ini bergerak bersam a rakyat terancam keberadaanya lewat intim idasi yang dilakukan oleh kelom pok sipil yang didekengi oleh tentara dan elit politik dan hal ini berakibat pa da terham batnya perkem bangan

(4)

tradisi budaya kerakyatan dan dem okrasi. Kom unitas Taring Padi sadar bahwa m eningka tnya kekerasaan sipil m engharuskan m ereka m elihat peran pekerjaan m ereka untuk m eredam perasaan curiga atau m enetralkan konflik sipil de ngan m elibatkan rakyat secara langsung dalam pekerjaan budayanya.

Kedua, kerja kolektif. Bekerja secara kolektif telah m enjadi satu ciri khas dari

kom unitas Taring Padi dan telah m enjadi akar dari tum buhnya kom unitas ini. Sejalan dengan visi dan m isi Taring Padi yang m engesam pingka n ide individu dan m engutam akan ide bersam a. Ke tram pilan teknik realis dan kem am puan visual para anggota Taring Padi m em ang tidak sam a kuat, nam un hal ini m ereka atasi dengan cara kerja kolektif, m enggam bar bersam a, saling bela jar, dan juga saling m em otivasi untuk m eningka tkan kem am puan dan ketram pilan . Tradisi kerja kolektif ini juga m em bangun disiplin, sinergi, dan pengorganisasian kerja. Aktivita s seni rupa Taring Padi dibagi da lam dua kecendurungan, yaitu yang bersifa t praksis ya ng diprakte kkan bersam a m asyarakat langsung dengan perluasan wacana sen i kerakyatan dan kecendurungan untuk m enciptakan sebua h karya secara individual. Praksis disini adalah aktivitas antara senim an dan kom unitas m asyarakat yang m em pergunakan m edia seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk m em bangun kesadaran baru m asyarakat akan perm asalaha n-perm asalahan ya ng dihadapinya, sehingga da lam konte ks kerja kolektif ini, Taring Padi selalu berupaya untuk m eliba tkan m asyarakat sekitar. Pada tradisi kerja kolektif ini juga m em unculka n satu ciri khas dari Taring Padi yaitu karya yang bersifat realis. Taring Padi m enggunakan ekspresi realism e dalam sem angat perlawa nan untuk m enggugat pem erintah. Hal m enarik lainnya

(5)

adalah pendeka tan ekspresi visual yang dom inan dalam karya -karya Taring Padi.

M ereka sadar akan pentingnya ke kuatan kom posisi dalam karya dua dim ensi. Karya - karya m ereka m enam pakan pengetahuan atas prinsip penggunaan perspe ktif dan penyejajaran yang efektif.

Ketiga, reproduksi ide perlindungan hak publik. Reproduksi ide m engenai

perlindungan hak publik m uncul karena adanya prose s diskusi da n kerja kolektif seperti yang telah disebutkan diatas. Dengan diskusi dan kerja kolektif, ide ataupun gagasan dibida ng kesenian dan kebudayaan ta k bisa ditum pas denga n pem bantaia n, pem enjaraan, pem buangan dalam bentuk apapun. M enurut Taring Pad i, seni rupa bukanlah suatu cara untuk m encari kepuasan individual sem ata. Dengan keterlibatan rakyat dalam proses pem buatan setiap karya Taring Padi ini berarti pilihan dan hak individual untuk m enciptakan sebuah karya dipentingkan da n tidak m endoktrinisa si rakyat dengan sim bol dan slogan individu Taring Padi itu se ndiri.

Keempat, m usik Taring Padi se bagai instrum en penyadaran. Tidak m elulu hanya

soal seni rupa, Taring Padi m encoba m elebarkan sayapnya dalam berkesenian tentunya dalam seni kerakyataan denga n cara m em buat grup m usik bernam a Dendang Kam pungan. Sejak sem ula, berdirinya grup m usik ini sa ngat m em aham i arti dari sebuah lirik dalam sebuah lagu yang dapat m endukung gerakan kebudayaan. Dengan dem ikian bahwa m usik yang m ereka usung adalah m usik yang m endahulukan penggunaan lirik ya ng sesuai dengan visi dan m isi Taring Padi. Hal ini tidak lepas dari perkem bangan bangsa yang sem akin m aju dan dim ulainya era dem okrasi.

Kom unitas radikal harus m engikuti perkem bangan zam an agar da pat terus eksis dalam perjuangan m ereka m em bela hak-hak rakyat. M aka dari itu terbentukla h grup

(6)

m usik Taring Padi yang bernam a Dendang Kam pungan. M usik Taring Padi ini selalu m em anfaatkan ruang publik sebagai panggung orasi lirik -lirik perjuangan rakyat dan hal ini akan terasa lebih intim serta penyam paia n pesan m elalui lirik dirasa bisa lebih m engena.

Kelima, om ah buku Taring Padi. Taring Padi m em bangun perpustakaan yang

dinam akan Om ah Buku Taring Padi. Selain se bagai sarana untuk pe ndidika n, perpustakaan ini juga biasa dija dikan pusat ke giatan warga seperti m endidik warga lokal agar m engerti hidup lestari ya ng tidak m erusak lingkunga n dengan kegiatan seperti m em bangun tem pat kom pos, rum ah pohon dari bam bu, dan m em bentuk sistem daur ulang. Pada hari besar kem erdekaan Indonesia, Taring Padi juga se lalu m engadakan kegia tan untuk anak-anak ya ng bepusat di Om ah Buku Taring Padi.

B. IM PLIK ASI TEO RI

Konsep ruang publik secara detail banyak dibicarakan oleh Habermas dalam “ The Structural Transformation of the Public Sphere” . Dalam karya tersebut dibahas dua

tem a pokok, yang pertam a adalah asal m ula ruang publik kela s m enengah( borjuis), yang m uncul di Jerm an, Perancis, dan Inggris pada awal abad ke 18 dan yang kedua adalah analisis terhadap perubahan struktural ruang publik di jam an m odern lebih tepatnya pada abad 19. Hal ini di tandai oleh bangkitnya kapita lism e industri kebudayaan, dan m akin kuatnya posisi organisasi-organisasi ekonom i serta kelom pok bisnis besar yang m em pengaruhi ke hidupan ruang publik.

(7)

Taring Padi hadir sebagai kom unitas yang m encoba m em anfaatkan ruang publik sebagai arena untuk berkom unika si dengan m asyarakat yang nantinya dari kom unikasi tersebut terbe ntuk ide -ide yang akan disuarakan dalam ruang publik.

Dengan diperluas dan diperlebarnya ruang-rua ng kom unikasi, m aka publik akan m em iliki lebih banya k kesem patan dalam m enyam paikan aspirasis sosial m aupun politik secara kritis. Hal ini berim plika si terha dap penerim aan publik terhadap opini yang terbe ntuk dari hasil diskusi yang kritis rasional tersebut. Rasiona lisasi dalam hal ini adalah pe nyam paian aspirasi m asyaraka t bukan se kedar penentuan tujuan rasional atas dasar pertim bangan rasiona l, m elainkan juga m enuntut keterliba tan publik secara luas dalam pengam bilan keputusan. Artinya, opini yang terbe ntuk m elalui diskusi kritis rasional ya ng nantinya dituangkan dalam bentuk opini, benar -benar m encerm inkan aspira si m asyarakat. Berdasarkan konsep Haberm as da lam bukunya yang berjudul “The Structural Transformation of the Public Sphere” , Habermas

m em bedakan dua jenis ruang publik dari prespektif intervensi kekuasaan yang m ungkin ada didalam ruang publik. Yang pertam a, adalah ruang publik ya ng tidak di kooptasi kekuasaan, ya kni rua ng publik ya ng tum buh dari dunia -kehidupan dan ruang publik yang dikooptasi kekuasaan. Taring Padi terbentu k m ela lui ruang publik yang tidak dikooptasi oleh kekuasaan karena Taring Padi tum buh berdasarkan kondisi sosial, politik, dan budaya yang ada pada saat itu dan Taring Padi hadir dari publik itu sendiri.

Dalam bukunya “Between Facts and Norms” Habermas menyatakan bahwa ruang publik ditem patkan sebaga i elem en dari bangunan teoritis yang kom pre hensif tentang

(8)

dem okrasi deliberatif. Dem okrasi deliberatif m erupakan varian dem okrasi yang m em fokuskan dirinya pada isu legitim asi politik. M odel dem okrasi ini m erupak an arus balik dari dem okrasi klasik-ortodoks yang m em aham i ideal dem okrasi m elulu dalam kerangka kepentinga n warga negara m elalui sarana konvensiona l seperti voting dan lem baga perwakilan. Pada Haberm as, arena untuk berpartisipasi di da lam deliberasi terse but a dalah rua ng publik. K ini ruang publik tidak lagi dipa ndang secara konkretistis, historis, dan partikular. Seperti halnya kom unitas Taring Padi yang m encoba m em anfaatkan ruang publik sebaga i arena deliberasi, da lam hal ini Haberm as m em berikan pengakuan terhadap pluralitas ruang publik. Pengakuan ini m uncul dari refleksi atas kondisi em piris m asyarakat m odern kontem porer yang sem akin kom pleks dan plural. Setiap kom unitas dan kelom pok da pat m em bentuk ruang publiknya sendiri.

Pem aham an ini juga berdasarka n konse p Haberm as tentang politik inform al.

Politik inform al m erupakan jaringa n untuk m engkom unikasikan inform asi dan sudut pandang yang di da lam nya berla ngsung diskursus yang bersifat spontan dan beba s.

M elalui diskursus tersebut individu m em bentuk identitas m ereka secara deliberatif dan terutam a m elancarkan opini tentang isu -isu publik seperti yang dilakukan oleh Taring Padi. Taring Padi m enjadi jaringan politik inform al da lam peranannya terhadap pende liberasian opini-opini publik. Jaringa n politik inform al ini tidak terinstitusiona lisa sikan dan tidak didesain untuk m engam bil keputusan, m elainkan m engam bil peranan sebagai pelaku diskursus dan kom unikasi yang disebut proses pem bentukan opini individual dan kehe ndak.

(9)

Deliberasi yang dilakukan oleh kom unitas Taring Padi selalu m engangkat isu-isu sosial, politik, dan budaya. Dam pak sosial, politik, dan buda ya selalu berim bas pada apa yang dinamakan “hak”. Maka dari itu komunitas ini hadir dalam balutan seni

kerakyatan progresif yang berjuang bersam a rakyat untu k m em perjuangkan hak-hak kerakyatan. Secara istilah dan pengertian, hum an rights m enyangkut perlindungan terhadap m anusia dari penindasa n dari m anusia lainnya, negara, ataupun organisasi lainnya. Sedangkan da lam pengertia n basic rights, hal terse but terkait de ngan perlindungan seorang warga negara atau penduduk dari peninda san ole h negara.

Sedangkan secara konse p, hak asasi m anusia dim aksudkan se bagai hak -ha k yang dim iliki m anusia sem ata-m ata karena ia m anusia. Kehadiran kom unitas Taring Padi ini diharapkan dapa t m enciptaka n kom unikasi secara visual dengan lebih estetis pada m asyarakatnya guna m elindungi hak-hak publik m elalui pesan-pesan yang terkandung di da lam nya m elalui ke senian.

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan itu, SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YPI AL-IKHLAS PAINAN merupakan bagian lembaga pendidikan yang cukup tinggi dilingkungan pendidikan formal, juga

[r]

[r]

Lokasi pemasangan/pemeliharaan PJU dengan akses yang cukup sulit seperti melewati gang-gang kecil sehingga dapat menghambat proses penanganan

Finally, cali- brating the model in order to match the first-moments of US data, we show that our framework can provide a rationale for the so-called Shimer’s (2005) puzzle, i.e .,

Selanjutnya/ ia mengusulkan/ untuk pengelolaan sungai/ harus tetap ramah lingkungan/ dan. melibatkan masyarakat/ sebagai pihak yang

Paket Pekerjaan : Pengadaan Pupuk Organik Demfarm Padi Lahan Kering Kegiatan : Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija. Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor

[r]