• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain. Manusia hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain. Manusia hidup"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Persuasif

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak terlepas dari individu lainya yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain. Manusia hidup secara berdampingan sehingga interaksi sosial pasti terjadi setiap harinya. Ada berbagai bentuk pola interaksi sosial yang terjadi dimasyarakat, salah satunya interaksi yang dinamakan adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif ini bertujuan untuk mempengaruhi individu atau komunitas dengan tujuan untuk mengajak, merubah, atau mempengaruhi individu atau komunitas agar mengikuti aturan atau ajakan tertentu.

(Soleh Sumirat : 2008) dalam bukunya mengungkapkan Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan khusus dan terarah untuk mengubah perilaku persuade sebagai sasaran komunikasi.1

Pengertian Komunikasi Persuasif lainnya datang dari (Ezi Hendri : 2019) dalam bukunya memaparkan komunikasi persuasif merupaka senin memengaruhi sikap dan perilaku melalui cara halus dan lembut, terutama menggunakan bahasa.

Untuk sampai pada tahap perubahan perilaku, komunikasi persuasif melibatkan banyak unsure antara lain komunikator (persuader), komunikan (persuadee), pesan, saluran, efek dan lingkungan.2

1Soemirat. 2008. Komunikasi Persuasif. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

2 Ezi Hendri. 2019. Komunikasi Persuasif Pendekatan dan Strategi. Bandung : Remaja Rosdakarya

(2)

13 H.A.W.Widjaja (2002:66) yang mengungkapkan pengertian komunikasi persuasif sebagai berikut:

“Komunikasi persuasif berasal dari istilah persuation (Inggris). Sedangkan istilah persuasion itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin "persuasio", kata kerjanya adalah to persuade, yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan dan sebagainya.3

Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif yaitu agar orang lain mengerti, tetapi juga komunikasi persuasif adalah sebuah upaya yang dilakukan kepada sesorang, kelompok ataupun massa supaya mau untuk bersedia menyetujui dan memahami sebuah kepercayaan agar turut serta melakukan sesuatu hal perubahan perilaku dan lain-lain. Hal ini ditegaskan oleh H.A.W. Widjaja (2002: 67) yang mengatakan bahwa:

“Komunikasi persuasif ini tidak lain dari pada suatu usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan membujuk tanpa memaksanya/tanpa kekerasan”.4

Komunikasi persuasif menurut Dedy Iriantara adalah proses komunikasi yang dimana didalamnya memiliki karakteristik untuk memberikan sebuah hal yang berkaitan dalam mempengaruhi perbuatan atau tindakan seseorang, pemikiran dan berpendapat tanpa adanya latar belakang keterpaksaan secara fisik ataupun non fisik. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi persuasif atau penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator akan mendapatkan efek dari komunikan tersebut tanpa perlu adanya sebuah pemaksaan dari komunikator, sehingga berhasil atau tidaknya komunikator dalam memperngaruhi atau mempersuasi komunikan adalah

3 Karlinda. 2013. Jurnal Online. Teknik Komunikasi Persuasif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id. Tanggal akses 29 Maret 2017. Hlm 15

4 Ibid

(3)

14 tergantung dari bagaimana cara komunikan dapat menerimanya. Menurutnya dalam melakukan sebuah komunikasi persuasif, pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator harus memiliki pesan yang rasional, dikarenakan dengan hal tersebutlah akan dapat mudah memberikan keyakinan kepada komunikan, sehingga komunikan yang ingin dituju nantinya akan ikut serta berperilaku seperti yang diharapkan oleh komunikator, Djamaluddin (1997 : 243).5

Dalam pengertian lain komunikasi persuasif adalah suatu cara komunikator dimana dirinya memberikan sebuah pemahaman atau himbauan kepada komunikan dalam upaya untuk mempengaruhi atau merubah sikap, pemikiran atau cara berpendapat seseorang, kelompok ataupun massa baik secara verbal ataupun non verbal ke arah yang lebih baik. Meskipun komunikasi persuasif terkadang tidak bisa mendapatkan hasil dalam waktu yang cepat, namun komunikasi ini merupakan cara yang paling efektif dalam mempersuasif seseorang. Selain itu juga hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah mengentahui atau melihat terlebih dahulu bagaimana sifat-sifat antara komunikator dan juga komunikannya. Karena karakteristik yang baik juga menjadi faktor penting penunjang bagi suatu keberhasilan komunikasi persuasif. Jadi diharapkan tidak hanya komunikan saja yang dapat turut serta melakukan persuasi yang diberikan oleh komunikator, melainkan juga komunikator juga turut serta melakukan persuasi yang ia berikan.

5 Ahmad Halim. 2014. Jurnal Online. Komunikasi Persuasif Perawat Dalam Membangun Konsep Diri Positif Lansia. http://www.jurnalkommas.com. Tanggal aksel 29 Maret 201. Hlm 5

(4)

15 2.2 Komponen Komunikasi Persuasif

Komponen sebuah komunikasi persuasif bukan hanya semata berupa pesan yang disampaikan, melainkan perlu adanya tanggapan, feed back atau balasan dari komunikan yang menunjukkan bahwa komunikan dapat menerima pesan secara baik. Apabila komponen-komponen yang dimaksud tidak terpenuhi maka komunikasi pun jika dapat berjalan dengan baik.

Komponen – komponen tersebut ialah:

a) Sumber

Sumber merupakan awal mula ditemukan atau sebuah asal-usul yang digunakan pada suatu pemberian pesan, yang pada umunya hal tersebut digunakan dengan tujuan untuk memperkuat sumber dalam setiap penyampain pesannya.

b) Komunikator

Komunikator merupakan seorang pembicara yang dimana ia dapat berdiri secara individual ataupun kelompok dan ia dapat menyampaikan pesannya tidak hanya melalui tatap muka atau komunikasi langsung, melainkan juga bisa melalui narasi, media elektronik ataupun media lainnya.

c) Pesan

Pesan merupakan isi mengenai suatu hal yang akan disampaian oleh komunikator. Pesan tersebut biasanya memiliki makna atau ungkapan tersirat dengan harapan pesan tersebut memiliki inti atau yang menjadi topik pembicaraan dan dapat menjadi sebuah pengaruh dalam suatu tujuan

(5)

16 tertentu, misalnya usaha untuk mengubah perilaku atau, tindakan dan juga kebiasaan komunikan.

d) Saluran

Saluran merupakan media yang akan digunakan oleh komunikator sebagai sarana untuk penyampaian setiap pesan yang akan disampaikan kepada komunikan dan dapat secara mudah dilihat dan dimengerti oleh panca indera maupun media-media yang lainnya.

e) Komunikan

Komunikan merupakan seseorang yang menjadi target atau yang akan menerima pesan. Komunikan sendiri juga dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu invidu, kelompok ataupun juga massa.

f) Efek

Efek adalah hasil yang didapat setelah komunikator berkomunikasi atau mempersuasif komunikan apakah hasil tersebut berupa penerimaan, perubahan sikap atau tingkah laku sesuai atau yang tidak seperti yang diharapkan sebelumnya.6

Dari komponen – komponen komunikasi persuasif di atas, dapat dikatakan berlangsungnya proses komunikasi persuasif yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan, komunikator menyampaikan pesan atau keinginan kepada komunikan yang mempengaruhi komunikan sehingga komunikan menyampaikan tanggapan atau feedback. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi terdapat komponen –

6 Widjaja. 2010. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Askara

(6)

17 komponen yang mendukung terjadinya proses komunikasi antara lain yaitu sumber, komunikator, komunikan pesan, saluran dan juga efek.

2.3 Tujuan Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan sebuah efek. Efek tersebut salah satu contoh tujuannya adalah untuk mengubah kebiasaan ataupun tingkah laku komunikan. Sikap atau tingkah laku tersebut diantaranya merupakan sebuah hal yang isinya berupa sebuah tindakan, pendapat, pemikiran dalam menghadapi komunikator selaku objek, Djamaluddin (1997 : 40).

Dalam komunikasi persuasif selalu diharapkan dapat memberikan efek, perubahan ataupun sebuah respon positif komunikan dalam mempengaruhi sikap ataupun pemikiran mereka. Dikarenakan perubahan perilaku bisa juga dikatakan sebagai sebuah proses belajar, tidak semua komunikan semata-mata dapat menerima secara langsung atau merubah sikapnya secar cepat begitu saja, melainkan melalui proses dan faktor lingkungan yang ada dilingkungan disekitarnya turut serta menjadi pendukung keberhasilan sebuah komunikasi persuasif sehingga biasanya komunikan akan secara perlahan dapat menerima dan merubah sikapnya baik secara individu ataupun kelompok.7

Persuasi merupakan sebuah proses secara halus yang bertujuan penyampaian pesan komunikasinya diharapkan mendapatkan respon dari komunikan baik secara verbal ataupun non verbal. Sehingga komunikan yang dituju secara perlahan akan dapat melakukan hal yang disampaikan komunikator secara dinamis dan

7 Op.Cit. Hlm 6

(7)

18 menyenangkan. Hal tersebut ditegaskan Ronald L.A. dan Karl W.E. Anatol yang dikutip dan diterjemahkan oleh Dedy D. Malik dan Yosal Iriasantara (1994: 51):

“Persuasif adalah sebuah proses komunikasi yang kompleks yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok untuk memperoleh (secara sengaja atau tidak sengaja) suatu respon tertentu dan individu atau kelompok lain secara verbal dan non verbal serta dilakukan secara halus dan manusiawi sehingga komunikan bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati”.8

Hal tersebut juga sependapat dengan Suranto A.W.(2005:116) yang menyatakan bahwa:“Persuasi merupakan proses komunikasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal maupun non-verbal, yang dilakukan dengan cara membujuk”.9

Faktor keberhasilan dalam komunikasi persuasif bergantung pada interaksi komunikasi yang dibangun antara target persuasif dan juga faktor motivasi yang ingin dituju. Hal ini ditegaskan oleh Dedy D. Malik dan Yosal Iriasantara (1994:

52):

“Keberhasilan persuasif ditentukan oleh terbentuknya hubungan antara sasaran persuasi dan faktor motivasional, yaitu: hubungan kontigensi (argumentasi sebab-akibat), hubungan kategorisasi (bagian dari keseluruhan argumentasi), persamaan (argumentasi dengan analogi), dan konsidental (hubungan yang dipandang dari kebiasaan)”.10

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa komunikasi persuasif adalah sebuah proses yang dilakukan antara seorang komunikator yang dirinya memberikan atau menyampaikan sebuah ide, gagasan, perilaku ataupun sebuah rangsangan dengan maksud dapat memberikan sebuah pengaruh, baik

8 Loc.Cit. Karlinda. 2013. Jurnal Online. Teknik Komunikasi Persuasif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id. Tanggal akses 29 Maret 2017. Hlm 16

9 Ibid

10 Ibid

(8)

19 pengaruh untuk melakukan sesuatu, merubah sikapnya dan juga tingkah laku, ataupun merubah cara pandang seseorang maupun kelompok agar mau untuk turut serta mengikutinya (komunikan).

Melalui cara komunikasi persuasif ini komunikan akan dapat mengikuti dan juga melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh sang komunikator. Sama halnya dengan orang tua yang selalu mengatakan kepada anak-anaknya untuk menjadi orang yang sukses sedari kecil, dengan hal atau pesantersebut pastinya akan mempersuasif anak tersebut untuk meraih mimpinya agar menjadi orang yang sukses, karena didalam diri anak tersebut akan timbul perasaan itu adalah hal yang penting dilakukan demi kebahagiaan kedua orang tuanya.

2.4 Fungsi Komunikasi Persuasif

Menurut Josep A. Devito (1997) komunikasi persuasif dipandang sebagai peranan yang paling penting dan berguna dalam sebuah proses penyampaian pesan.

Komunikasi Persuasif pun juga dapat muncul dari beragam hal diantaraya adalah : 1) Meyakinkan tingkah laku, keyakinan, atau tujuan seseorang

2) Merubah tingkah laku, keyakinan, atau tujuan seseorang

3) Mendorong atau memotivasi sesorang untuk melaksanakan tindakan tertentu 4) Mengenalkan etika atau memberikan pengenalan dalam sebuah sistem yang

memiliki tujuan-tujuan tertentu.11

2.5 Prinsip - prinsip Komunikasi Persuasif

Menurut Littlejohn dan Jabusch yang dikutip oleh Joseph A. Devito (2010:

447) menyatakan bahwa prinsip persuasif diantaranya adalah :

11 Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. hlm. 73

(9)

20 1) Prinsip Pemaparan Selektif

Komunikan yang dituju oleh komunikator akan memiliki sebuah pemikiran yang kritis dimana dapat dibedakan menjadi dua bagian diantaranya yaitu :

a) Komunikan akan memiliki tingkat pemikiran yang tinggi dirinya pasti akan secara otomatis aktif dalam mencari sumber pesan yang didapat dengan tujuan untuk memperkuat keyakinan, memperkuat pendapat dan juga tindakan mereka.

b) Komunikan yang memiliki tingkat pemikiran yang kritis juga apabila dirinya mendengar sesuatu pesan yang dianggap tidak benar maka mereka pasti akan secara otomatis menolak sumber yang didapat dengan tujuan agar tidak terpengaruh oleh komunikasi yang disampaikan oleh komunikator.

2) Prinsip Partisipasi Khalayak

Komunikasi persuasif akan dapat dikatakan berhasil apabila komunikan yang berada didalamnya selalu merespon komunikator dengan aktif. Dalam pengertiannya adalah komunikasi tersebut merupakan sebuah hal penawaran ataupun ketersediaan antara komunikator kepada komunikan.

3) Prinsip Inokulasi

Prinsip ini diibaratkan seperti sebuah vitamin yang diminum dan akan bereaksi kedalam diri manusia dengan tujuan agar mampu menjadi benteng pertahanan kebugaran tubuh kita dalam melawan setiap kuman dan penyakit. Kemudian tetap memiliki peluang yakni sebuah kelemahan yang digunakan untuk meyakinkan lawannya untuk selalu waspada dalam

(10)

21 menjaga anti body tubuhnya sendiri terhadapan segala ketidakmungkinan yang bisa terjadi terhadap pemahaman mereka.

4) Prinsip Besaran Perubahan

Dalam menjalankan komunikasi persuasif apabilan tujuan atau efek yang ingin ditimbulkan dalam jumlah yang besar, maka semakin besar juga tugas yang harus dilakukan oleh komunikator kepada komunikannya.

2.6 Hambatan – hambatan Komunikasi Persuasif

Dalam sebuah proses komunikasi pasti akan selalu mengalami yang namanya hambatan, dimana tidak meratanya presepsi atau pemikiran individu dalam mengungkanpkan perasaanya antara komunikator dan kamunikan. Hambatan- hambatan tersebut diantaranya:

a) Kurangnya perencanaan dalam komunikasi b) Perbedaan presepsi

c) Perbedaan harapan d) Pesan yang tidak jelas e) Prasangka buruk f) Tidak ada kepercayaan g) Adanya ancaman h) dkk.12

12 Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : PT Rineka Cipta

(11)

22 2.7 Perubahan Perilaku

1. Perilaku

Pengertian Perilaku adalah sebuah tindakan atau kegiatan dari manusia itu sendiri yang mempunyai berbagai macam arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, melakukan kegiatan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dalam pengertin tersebut dapat disimpulkan yaitu perilaku manusia adalah segala bentuk kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

Pengertian perilaku bisa dibatasi sebagai kondisi jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lainnya yang merupakan sebuah pemikiran dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga dapat dikatakan sebagai sebuah reaksi psikis seseorang dengan atau terhadap lingkungan sekitarnya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni :

a. Bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), b. Dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit),

Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai sebuah aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan sekitarnya, hal tersebut merupakan perilaku baru akan tercapai apabila terdapat sesuatu yang diperlukan untuk mendatangkan sebuah tanggapan yang disebut rangsangan, dengan hal tersebut maka suatu rangsangan tertentu dapat menghasilkan perilaku tertentu juga. Robert Y. Kwick (1972)13

13 http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku-menurut-ahli.html

(12)

23 2. Komponen Perilaku

Menurut Liliweri (2011:166), perilaku manusia terdiri dari 3 komponen utama, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Berikut adalah pengertian dari masing- masing komponen perilaku :

a) Kognitif, yaitu Sebuah hal yang terdiri atas apa yang diketahui mengenai sebuah objek, bagaimana pengalaman seseorang dengan objek tersebut, dan bagaimana pendapat atau pemikiran mengenai objek ini. Aspek kognitif ini artinya untuk dapat mengubah perilaku penerima pesan, komunikator harus memberikan informasi berupa pengetahuan tentang pesan yang ingin disampaikan. Dalam pengertian aspek kognitif mengubah penerima dari posisi awal tidak tahu atau tidak paham menjadi tahu dan paham.

b) Afektif, yaitu mengenai apa yang dirasakan oleh seseorang mengenai suatu objek. Komponen ini berbicara megenai sebuah emosi. Afeksi memperlihatkan suatu perasaan, respek, atau perhatian terhadap objek tertentu, seperti rasa takut, rasa suka ataupun rasa amarah. Aspek ini mengarah pada komunikan dengan harapannya mengubah peneriman dari yang tidak berminat atau tidak tertarik jadi berminat atau tertarik.

c) Konatif, yaitu aspek ini mengenai kecenderungan seseorang dalam bertindak atau puncak dalam prubahan sikap

(13)

24 (memutuskan) terhadap objek atau menjalankan sebuah perilaku sebagai tujuan terhadap objek. 14

3. Bentuk Perilaku

Skiner (1938) seorang ahli psikologi meringkas bahwa perilaku adalah sebuah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dipandang dari bentuk dari sebuah respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam wujud terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi kepada stimulus tersebut dalam hal ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan perilaku yang terjadi belum dapat untuk diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam wujud tindakan nyata atau terbuka. Respon kepada stimulus tersebut sudah terlihat jelas dalam bentuk tindakan atau praktek.

4. Karakteristik Perilaku

a) Perilaku adalah perucapan dan perbuatan sesorang, jadi sebuah hal yang diucapkan dan dilakukan seseorang adalah karakteristik dari perilakunya.

b) Perilaku memiliki satu atau lebih aspek yang dapat diukur, yaitu frekuensi, durasi, dan intensitas.

14Aen Istianah Afiati. 2015. Jurnal Online. Komunikasi Persuasif Dalam Pembentukan Sikap.

http://digilib.uin-suka.ac.id Tanggal akses 18 Juli 2020. Hal 33-34

(14)

25 c) Perilaku dapat di observasi, dipaparkan dan direkam oleh seseorang

lain atau sesoorang yang terlihat melalui perilaku tersebut.

d) Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

e) Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful)

f) Perilaku dapat tampak ataupun tidak tampak. Perilaku yang tampak dapat di observasi melalui orang lain. Sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah peristiwa atau hal pribadi yang hanya dapat diresapi melalui pribadi orang itu sendiri atau orang lain yang terlibat melalui perilaku tersebut.15

5. Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk Perubahan Perilaku terdapat beraneka ragam, sesuai dengan konsep yang digunakan para ahli dalam pemikirannya kepada perilaku.

Menurut WHO (World Health Organization) dikelompokkan menjadi tiga (Notoatmodjo,2007) yaitu :

a) Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku seseorang atau kelompok yang berubah dari waktu ke waktu dan pasti mengalami perubahan dan perubahan tersebut disebabkan karena adanya pertistiwa yang alamiah atau natural.

b) Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan terencana ini terjadi karena terdapat sebuah perencanaan tersendiri melalui subjek yang akan merubah perilakunya sendiri.

15 http://digilib.uinsby.ac.id/13044/9/BAB%20II.pdf Tangga akses 19 Juli 2020. Hal 32-33

(15)

26 c) Kesediaan untuk berubah

Apabila terdapat sebuah inovasi atau program – program pembangunan dan pengembangan didalam lingkungan masyarakat, maka yang sering muncul adalah subjek akan menerima inovasi itu atau perubahan itu (perubahan perilakunya), dan sebagian orang lainnya masih sangat lamban dalam menerima inovasi atau perubahan tersebut.16

2.8 Landasan Teori Perubahan Perilaku

Teori Stimulus-Organism-Respones

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini diutarakan oleh Hovland yang dimana teori ini memiliki pengertian yaitu sebuah perubahan tingkah laku pada diri seseorang merupakan sebuah hal yang sama kaitannya dengan proses belajar. Dalam proses belajar untuk perubahan sebuah perilaku tersebut ada beberapa hal penting lainnya yang menjadi penunjang diantaranya adalah perhatian, pengertian, dan penerimaan. Teori ini mulanya berawal dari ilmu psikologi yang saling berkaitan dengan komunikasi yaitu manusia yang dalam dirinya memiliki sebuah elemen-elemen berupa tindakan atau tingkah laku, pendapat, kognisi, afeksi, dan konasi. Bagian - bagian dari stimulus (rangsangan) didalam teori ini yakni berupa rangsangan yang isinya berupa pesan dari komunikator, kemudian orgasim adalah manusia atau target yang ingin dituju

16Rizaluddin Akbar. 2016. Jurnal Online. Pengaruh Poster Berbasis pictorial heal warning Terhadap Perilaku Berhenti Merokok Dusun Tlogo, Taman Tirto, Kasihan, Bantu. http://repository.umy.ac.id.

Di akses Tgl 19 Juli 2020. Hlm 6

(16)

27 (komunikan) sebagai penerima pesan dan juga respons. Respons yang dimaksud adalah sebuah reaksi atau hasil yang diperoleh setelahnya, berupa timbal balik, tanya jawab, perubahan dan efek yang diterima oleh komunikan.

Dalam prosesnya (stimulus) rangsangan yang diberikan oleh komunikator kepada (organism) yaitu komunikan akan dapat kemungkinan untuk disetujui ataupun ditangkis. Komunikasi persuasif yang terjadi pada saat prosesnya nanti apabila komunikan memperhatikan dengan baik maka penyampaian pesan pun juga mendapatkan perhatian yang lebih. Kemudian komunikan dapat mengerti mengenai kemampuannya sendiri, karena melalui kemampuannya tersebut akan menjadi faktor penentu untuk menjalankan atau menerapkan proses yang selanjutya. Setelah itu apabila komunikan telah mengetahui kemampuanya, maka ia akan mencerna dalam pikirannya dan juga menerimanya. Apabila komunikan menerima pesan secara baik dari komunikator maka pasti akan muncul perasaan ketersediaan komunikan untuk merubah perilaku mereka. (Effendy, 2007: 254-255)

Dalam penelitian ini unsur stimulus (rangsangan) berupa komunikasi persuasif dalam perubahan perilaku Kampung Warna – Warni Jodipan yang diberikan oleh penggagas dan diterima oleh (organism) warga Kampung Warna – Warni Jodipan akan mendapatkan sebuah respons yang baik sesuai dengan kemampuannya dalam sebuah penerimaan, pengertian, dan pengalaman organism (komunikan) masing-masing.17

17Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi. http://ilmukomunikasi.blogspot.co.id. Tanggal akses 29/5/2017

Referensi

Dokumen terkait

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

UNAIR NEWS – Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, para mahasiswa program studi Profesi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga melakukan

Kandungan Senyawa Fenolik dan Beta-Karoten Serta Aktivitas Enzim Kasar Carotenoid Cleavage Dioxygenases dari Pomace dan Jus Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour

Meskipun Injil mengandung banyak tema Yahudi konservatif, bentuk akhir dari teks Matius menunjukkan bahwa itu adalah penulis dapat digambarkan dengan

Terus gunakan kaedah lama yang sangat-sangat menyusahkan dan melambatkan proses urusan jual beli sekaligus melambatkan masa untuk close order. Anda masih ingin kekalkan

Percobaan dilakukan untuk mengetahui efektivitas desikator termodifikasi, dimana pada desikator yang digunakan sebagai inkubator anaerob dialirkan gas nitrogen

Pola spasial indikator pembangunan berkelanjutan dapat diketahui dengan cara menghitung nilai autokorelasi spasial indikator pembangunan berkelanjutan antar daerah, dan

Kenaikan yang berasal dari revaluasi aset tetap diakui pada penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi aset tetap, kecuali