• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Jalan Ki Hadjar Dewantara Nomor 19, Surakarta 57126

Jawa Tengah, Indonesia, Telepon: 0271 647658 Faksimile: 0271 646175 Laman: www.isi-ska.ac.id, Surel: direct@isi-ska.ac.id

PERATURAN

REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2021

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 178/PMK.05/2018 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Institut Seni Indonesia Surakarta sebagai bagian dari pengelolaan keuangan berdasarkan asas efisien, efektif, transparan, dan akuntabel;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Institut Seni Indonesia Surakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara No. 43, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3693);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4286);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Nomor 5 tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara RI No.

4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004

SALINAN

(2)

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 158);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor: 136);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tatacara Pelaksanaan APBN (Lembaran RI Tahun 2013 Nomor 103);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaran Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16);

12. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214) sebagaimana perubahan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010

13. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 17 Tahun 2016 tentang Organisasi Tata Kerja Institut Seni Indonesia Surakarta (Berita Negara RI Tahun 2016 Nomor 616);

14. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 29 Tahun 2017tentang Statuta Institut Seni Indonesia Surakarta (Berita Negara RI Tahun 2016 Nomor 626.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN REKTOR INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

(3)

Pasal 1

Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud dengan:

1. Institut Seni Indonesia Surakarta yang selanjutnya disingkat ISI Surakarta adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Pengelola Keuangan adalah pengelola yang melaksanakan fungsi pengelolaan dalam menjalankan tata aturan praktik pengelolaan keuangan sesuai aturan yang berlaku guna meningkatkan efisiensi, dan efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas di institusi.

3. Satuan Kerja, yang selanjutnya disebut Satker ISI Surakarta adalah unit organisasi lini yang melaksanakan kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.

4. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.

6. Pejabat Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Pejabat pemegang kewenangan pengguna anggaran Kementerian.

7. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

8. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.

9. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN.

10. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk melaksanakan sebagian fungsi Kuasa BUN.

11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

12. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

(4)

13. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.

14. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.

15. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.

16. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yang selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai.

17. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.

18. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung.

19. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telah ditetapkan.

20. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat PTUP adalah pertanggungjawaban atas TUP.

21. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara.

22. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/ Bendahara Pengeluaran.

23. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran UP.

24. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP.

25. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran UP.

(5)

26. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban UP.

27. Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pertanggungjawaban atas TUP.

28. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

29. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM- LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

30. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan UP.

31. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan TUP.

32. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai.

33. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban UP yang membebani DIPA.

34. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban atas TUP yang membebani DIPA.

35. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

36. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar perkiraan buku besar meliputi kode dan uraian organisasi, fungsi dan sub fungsi, program, kegiatan, output, bagian anggaran/unit organisasi eselon I/Satker dan kode perkiraan yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintah pusat.

37. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari pajak.

38. Bank Operasional adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku BUN atau pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan pemindahbukuan sejumlah uang dari Kas Negara ke rekening sebagaimana yang tercantum dalam SP2D.

(6)

39. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanan digital.

40. Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepada pegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuan perundang-undangan pada Satker yang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji.

41. Surat Perintah Bayar yang selanjutnya disingkat SPBy adalah dokumen sebagai dasar pembayaran atas UP yang sudah disetujui dan ditandatangani oleh PPK;

42. Kuitansi Uang Persediaan kepada BPP adalah dokumen bukti serah terima uang dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP.

43. Kuitansi Pembayaran adalah bukti pembayaran atas perolehan barang atau jasa.

44. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya disingkat SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh pimpinan unit kerja pengguna atas transaksi belanja sampai dengan jumlah tertentu.

45. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjua disingkat SPTJM adalah surat pernyataan yang dibuat oleh pimpinan unit pengguna anggaran untuk bertanggungjawab penuh terhadap semua tindakan yang mengakibatkan pengeluaran keuangan negara.

46. Jumlah Maksimal Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat MP adalah dokumen yang disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu tentang ketentuan minimal penggunaan anggaran;

47. Otorisasi Keuangan adalah pemberian persetujuan usulan UP/GUP/TUP/LS untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan anggaran RM dan PNBP pada BLU UNIB.

BAB II BAGIAN KESATU

PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN Pasal 2

Pejabat yang berperan dalam Penggunaan Anggaran meliputi:

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

2. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM);

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

4. Bendahara Penerimaan;

5. Bendahara Pengeluaran;

6. Pejabat Pembuat Anggaran Belanja Pegawai;

7. Bendahara Pengeluaran Pembantu; dan 8. Pimpinan Unit Pengguna Anggaran.

BAGIAN KEDUA Kuasa Pengguna Anggaran

(7)

Pasal 3

(1) KPA dijabat oleh Rektor yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran ISI Surakarta dalam penugasannya kepada Pengguna Anggaran.

(2) Pelaksanaan tanggung jawab KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:

a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;

b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;

e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

(3) Kuasa Pengguna Anggaran memiliki tugas:

a. Menyusun DIPA;

b. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan Anggaran ISI Surakarta;

c. Menetapkan Pejabat Pengelola Keuangan yang terdiri atas:

1) 1 (satu) atau lebih PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara;

2) 1 (satu) PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;

3) Bendahara Pengeluaran Pembantu;

4) Pejabat Pembuat Anggaran Belanja Pegawai; dan 5) Operator SPM.

d. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan;

e. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;

f. Memberikan supervise dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana;

g. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan

h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

(8)

BAGIAN KETIGA

Pejabat Pembuat Komitmen Pasal 4

(1) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

(2) PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.

(3) PPK pada Institut Seni Indonesia Surakarta terdiri atas:

a. PPK Perbendaharaan/Kegiatan;

b. PPK Pemeliharaan;

c. PPK Pengadaan Barang/Jasa.

(4) Dalam proses realisasi anggaran PPK memiliki tugas dan wewenang antara lain:

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan:

1) menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya;

2) menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP; dan

3) mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.

b. Menyusun rencana penarikan dana berdasarkan DIPA;

c. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

d. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

e. Melaksanakan kegiatan swakelola;

f. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang Dilakukannya;

g. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

h. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara melalui:

1) menguji kebenaran materil dengan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara berupa menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan uang muka, dan menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat dibayarkan sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/ jasa pemerintah; dan

2) menguji kebenaran dan keabsahan dokumen surat keputusan yang menjadi persyaratan.

i. Membuat dan menandatangani SPP dengan menguji:

1) kelengkapan dokumen tagihan;

2) kebenaran perhitungan tagihan;

3) kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban DIPA;

4) kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa;

(9)

5) kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak;

6) kebenaran keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;

dan

7) ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak.

j. Melaporkan kepada KPA mengenai pelaksanaan kegiatan, penyelesaian kegiatan, dan penyelesaian tagihan kepada negara;

k. Menyampaikan laporan bulanan kepada KPA terkait pelaksanaan tugas dan wewenang yang paling sedikit memuat:

1) perjanjian/kontrak yang telah ditanda tangani;

2) tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;

3) tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPP-nya; dan 4) jangka waktu penyelesaian tagihan.

l. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan;

m. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan

n. Menandatangani:

1) kwitansi/bukti pembayaran langsung atas nama KPA;

2) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran atas nama KPA;

3) kwitansi bukti pembayaran UP atas nama KPA;

4) Surat Perintah Bayar atas nama KPA;

5) Daftar Pengeluaran Riil;

6) Surat Perjalanan Dinas; dan 7) Rincian Perjalanan Dinas.

o. Mengesahkan Surat Perjalanan Dinas.

p. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, yang meliputi:

1) Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

2) Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada Negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada Negara;

3) Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan;

4) Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara;

q. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa untuk:

1) mobilisasi alat dan tenaga kerja;

2) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan

3) persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

(10)

(5) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang PPK dibantu oleh staf yang diangkat khusus untuk itu;

(6) Pengadaan barang dan jasa dengan nilai di atas Rp.200.000.000 dilaksanakan oleh PPK;

(7) Pengadaan barang dan jasa dengan nilai di atas Rp. 50.000.000 dilakukan oleh ULP.

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja pegawai, KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelola administrasi belanja pegawai.

(2) PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja pegawai kepada KPA.

(3) PPABP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas:

a. melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual yang berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan berkesinambungan;

b. melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian dan dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada Satker yang bersangkutan secara tertib dan teratur;

c. memproses pembuatan Daftar Gaji induk, Gaji Susulan, Kekurangan Gaji, Terusan Penghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan, Honorarium, Vakasi, Tunjangan Sertifikasi Dosen, Tunjangan Kehormatan Profesor dan pembuatan Daftar Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya

d. memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP);

e. memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan susunan keluarga;

f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada PPK;

g. mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan anggaran belanja pegawai.

BAGIAN KEEMPAT

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar Pasal 6

(1) PPSPM diberi kewenangan oleh KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan Surat Perintah Membayar

(2) Dalam realisasi anggaran PPSPM mempunyai tugas:

(11)

a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung, yang meliputi:

1) Kelengkapan dokumen pendukung SPP;

2) Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

3) Kebenaran pengisian format SPP;

4) Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran unit kerja dengan menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata anggaran dan pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya;

5) Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/

Rencana Kerja Anggaran Satker;

6) Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

7) Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi

persyaratan kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang dan jasa;

8) Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

9) Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban pembayaran di bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;

10) Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;

11) Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian/ kontrak.

b. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.

c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan.

d. Menerbitkan SPM dengan melakukan:

1) Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;

2) Menandatangani SPM; dan

3) Memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPP.

e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.

f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA.

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

(3) PPSPM mempunyai wewenang antara lain:

a. Menguji kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang timbul dari pegujian yang dilakukannya.

b. Menguji ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN.

c. Menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran yang paling sedikit memuat:

1) Jumlah SPP yang diterima;

(12)

2) Jumlah SPM yang diterbitkan; dan

3) Jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

4) Dalam pertanggungjawaban anggaran PPSPM bertugas menerbitkan SP3B untuk diusulkan kepada KPPN.

5) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang PPSPM dibantu oleh tim yang diangkat khusus untuk itu.

BAGIAN KELIMA Bendahara Penerimaan

Pasal 7

(1) Bendahara Penerimaan adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan dalam rangka pelaksanaan APBN pada Institut Seni Indonesia Surakarta.

(2) Bendahara Penerimaan mempunyai tugas:

a. Menyetorkan penerimaan PNBP;

b. Membukukan semua transaksi penerimaan dana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menutup buku setiap akhir bulan;

c. Membuat laporan penerimaan PNBP; dan

d. Menyampaikan laporan penerimaan dana yang sudah direkonsiliasi kepada KPA.

e. Mengelola rekening penerimaan dan rekening penampungan.

f. Memintakan ijin Penggunaan Sisa Maksimal Pencairan (MP) kepada Kepala KPPN.

BAGIAN KEENAM Bendahara Pengeluaran

Pasal 8

(1) Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja dalam rangka pelaksanaan anggaran pada Institut Seni Indonesia Surakarta.

(2) Dalam proses realisasi anggaran, Bendahara Pengeluaran bertugas untuk:

a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan persetujuan PPK, setelah dilakukan pengujian atas perintah pembayaran, yang meliputi:

1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;

2) Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:

(a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;

(b) nilai tagihan yang harus dibayar;

(c) Jadwal waktu pembayaran; dan

(d) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

(13)

3) Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan

4) Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).

c. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dan

d. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN.

e. Melakukan pemeriksaan ulang semua kelengkapan dokumen sebelum melakukan pembayaran;

f. Menandatangani bukti transfer, Bilyet Giro, dan cek tunai;

g. Melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada negara.

h. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada Negara ke Rekening Kas Umum Negara.

BAGIAN KETUJUH

Bendahara Pengeluaran Pembantu Pasal 9

(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah pegawai yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu;

(2) BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara Pengeluaran.

(3) BPP melakukan pembayaran atas UP yang dikelola.

(4) Dalam proses realisasi anggaran, BPP bertugas untuk:

a. Menerima dan menyimpan UP;

b. Melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP;

c. Melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK;

d. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

e. Melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada negara;

f. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara;

g. Menatausahakan transaksi UP:

h. Menyelenggarakan pembukuan transaksi UP dan seluruh

penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya;

i. Menandatangani bukti-bukti pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya;

j. Menyampaikan LPJ kepada Bendahara Pengeluaran.

k. Memasukkan (entry/input) data SPTB.

(14)

l. Menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya;

m. Memeriksa dan menguji ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran;

n. Mengadministrasikan dokumen kuitansi UP dan dokumen kelengkapannya;

o. Melakukan koordinasi dengan Bendahara Pengeluaran.

Pasal 10

(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

(2) BPP bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada dalam pengelolaannya.

Pasal 11

Dalam pelaksanaan pembayaran atas beban APBN, KPA membuka rekening pengeluaran atas nama Bendahara Pengeluaran/BPP dengan persetujuan KPPN.

BAGIAN KEDELAPAN

Pimpinan Unit Pengguna Anggaran Pasal 12

(1) Pimpinan Unit Pengguna Anggaran adalah pimpinan unit kerja yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran unit kerja pada ISI Surakarta yang terdiri atas:

a. Dekan Fakultas;

b. Ketua Lembaga;

c. Direktur Pascasarjana;

d. Kepala Biro;

e. Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT);

f. Pimpinan unit lain yang ditentukan oleh Rektor.

(2) Dalam proses realisasi anggaran pimpinan unit mengajukan dokumen dan memvalidasi permohonan Rencana Penarikan Dana (RPD).

(3) Menandatangani Uang Muka Kegiatan.

(4) Dalam pertanggungjawaban penggunaan anggaran pimpinan unit pengguna anggaran bertanggung jawab untuk:

a. Menjamin bahwa semua pengeluaran dan pertanggungjawaban anggaran sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Membuat dan menyimpan kuitansi beserta data pendukung lainnya di unit pengguna anggaran.

c. Memvalidasi kuitansi UP.

(15)

BAB III

PROSEDUR PEMBAYARAN ANGGARAN Usulan Pembayaran Anggaran

Pasal 13

(1) PPK mengusulkan SPP UP/GUP/TUP/LS kepada PPSPM.

(2) Ketentuan Pengajuan SPP-UP adalah:

a. Jumlah maksimum UP yang dapat diusulkan adalah:

1) Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu DIPA sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);

2) Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu DIPA di atas Rp 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 6.000.000.000 (enam miliar rupiah);

3) Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu DIPA di atas Rp 6.000.000.000 (enam miliar rupiah).

b. Besaran UP Tunai adalah sebesar 60% dari besaran UP dan UP Kartu Kredit Pemerintah (KKP) sebesar 40% dari besaran UP.

c. PPK mengusulkan Surat Permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM dan dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) SPP UP (Uang Persediaan).

2) Daftar Rincian Rencana Penggunaan (DRRP) UP / TUP.

3) Surat Pernyataan dari PPK yang menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran yang bersifat pembayaran LS.

(3) Ketentuan Pengusulan SPP-GUP adalah:

a. SPTB minimal 50% (lima puluh persen) dari UP yang sudah diterima;

b. Bendahara Pengeluaran membuat Daftar Rincian Permintaan Pembayaran (DRPP) untuk dimintakan SPP ke PPK;

c. PPK mengusulkan Surat Permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM, sebagaimana dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) SPP GUP;

2) SPTB UP; dan 3) Rekapitulasi Pajak.

(4) Ketentuan Pengusulan SPP-TUP adalah:

a. Sisa UP pada BPP tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda;

b. PPK mengusulkan Surat Permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM-TUP sebagaimana form lampiran 1 dan dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) Daftar Rincian Rencana Penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan.

2) Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa:

(a) Dana TUP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D;

(16)

(b) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke rekening negara; dan

(c) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung.

3) Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir Rp 0 (nol rupiah), kecuali dana yang berasal dari selain UP.

(5) Ketentuan pengusulan SPP TUP NIHIL sebagai berikut:

a. TUP yang sudah diterima harus dipertanggungjawabkan paling lambat 1 bulan sejak SP2D diterbitkan;

b. PPK mengusulkan Surat Permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM TUP Nihil, dengan dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) DRPP;

2) SPTB;

3) Bukti Setoran Ke Kas Negara jika dananya tidak habis dibelanjakan; dan

4) SPTJM.

(6) Ketentuan pengusulan SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur, dan honor/vakasi sebagai berikut:

a. SPP-LS Pembayaran Gaji pegawai NON-PNS dilengkapi dengan SK Pengangkatan atau surat perjanjian kerja dan daftar gaji;

b. SPP-LS Pembayaran Lembur PNS dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan lembur yang ditandatangani oleh PPK dan BPP yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar hadir lembur, SPTJM, dan SSP PPh Pasal 21;

c. SPP-LS Pembayaran Honor kegiatan dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian honor, daftar pembayaran

perhitungan honor yang ditandatangani oleh PPK dan BPP yang bersangkutan, SPTJM, dan SSP PPh Pasal 21

(7) Ketentuan pengusulan SPP- LS non belanja pegawai sebagai berikut:

a. Untuk pengadaan barang dan jasa dengan nilai Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 200.000.000 PPK mengusulkan Surat permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM LS dan dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) Kontrak/SPK/SP;

2) Nomor rekening dan NPWP rekanan;

3) Surat Pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan;

4) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

5) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;

6) Berita Acara Pembayaran;

7) Ringkasan Kontrak;

8) Kuitansi yang disetujui oleh PPK atau pejabat yang ditunjuk;

9) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani Wajib Pajak;

10) Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank; dan

11) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri.

b. Untuk pengadaan barang dan jasa dengan nilai di atas Rp.

200.000.000 diatur sebagai berikut:

(17)

1) Pimpinan unit kerja mengusulkan Surat Permohonan kepada PPK untuk memroses pengadaan barang dan jasa dengan dilampiri jumlah/volume dan spesifikasi barang dan jasa.

2) PPK mengusulkan surat permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM LS dilampiri dengan:

(a) Kontrak/SPK/SP;

(b) Nomor rekening dan NPWP rekanan;

(c) Surat Pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan;

(d) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

(e) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;

(f) Berita Acara Pembayaran;

(g) Ringkasan Kontrak;

(h) Kuitansi yang disetujui oleh PPK atau pejabat yang ditunjuk;

(i) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani Wajib Pajak;

(j) Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank;

(k) Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam kontrak.

(8) Ketentuan pengusulan SPP- LS Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air) sebagai berikut:

a. PPK mengusulkan Surat Permohonan kepada PPSPM untuk penerbitan SPM dilampiri dokumen sebagai berikut:

1) Bukti tagihan daya dan jasa;

2) Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM dll).

b. Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan secara langsung, dapat dilakukan dengan mekanisme UP. Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat dibayarkan oleh unit sepanjang dananya tersedia dalam DIPA.

BAB IV

PROSEDUR PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN KEUANGAN

BAGIAN KESATU

Pertanggungjawaban dan Pelaporan Keuangan BPP Pasal 14

(1) BPP wajib membukukan seluruh penerimaan dan pengeluaran kas.

(2) BPP membuat pembukuan yang meliputi:

a. Buku Kas Umum (BKU);

b. Buku Pembantu sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing;

c. Buku Pajak;

d. Buku Pengawasan Anggaran Belanja;

e. Buku Register Cek; dan

f. Semua jenis buku sebagaimana dimaksud ayat (2) dibuat secara terkomputerisasi.

(3) BPP melengkapi dokumen pendukung pembukuan kas yang terdiri atas:

(18)

a. Kwitansi Pengeluaran; dan b. Bukti SSP.

(4) BPP wajib menatausahakan dan menyimpan dokumen pendukung pembukuan kas sebagaimana dimaksud ayat (3).

(5) BPP wajib:

a. Mencetak BKU dan buku-buku pembantu setiap bulan.

b. Menatausahakan hasil cetakan buku sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a yang telah ditandatangani oleh BPP dan BP.

c. Memelihara database pembukuan.

(6) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) sekurang-kurangnya satu kali setiap bulan.

(7) BPP membuat berita acara hasil rekonsiliasi dan pemeriksaan kas yang divalidasi oleh KPA.

(8) BPP menyusun LPJ atas uang yang dikelolanya setiap bulan dan menyerahkan kepada BP untuk mendapat persetujuan.

(9) BPP menyiapkan SPTB yang harus sesuai dengan rincian kegiatan dan anggaran dalam RAB untuk ditandatangani oleh PPK setelah dana dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan.

(10) BPP menyiapkan dan menyampaikan SPTB, SSP kepada BP.

(11) BPP menatausahakan dan menyimpan bukti-bukti

pertanggungjawaban belanja (SPJ) dan dokumen pendukungnya.

BAGIAN KEDUA

Pertanggungjawaban dan Pelaporan Keuangan BP Pasal 15

(1) Bendahara Pengeluaran Institut wajib membukukan seluruh penerimaan dan pengeluaran kas yang terdiri atas:

a. Buku Kas Umum (BKU);

b. Buku Pembantu;

c. Buku Pajak;

d. Buku Pembantu Pengawasan Anggaran; dan e. Buku Pembantu Register Cek.

(2) Semua jenis buku sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuat secara terkomputerisasi

(3) Bendahara Pengeluaran melengkapi dokumen pendukung untuk pembukuan kas yang terdiri atas:

a. SP2D;

b. Rekening Koran (Administrasi bank, Jasa Giro/tabungan, PPh23);

c. Cek;

d. DRPP;

e. SPTB;

f. Kwitansi Pengeluaran; dan g. Bukti SSP.

(4) Bendahara Pengeluaran menerima dokumen SPTB, SPP, SPM GUP/TUP/LS beserta lampiran yang telah disahkan oleh PPK atas nama KPA.

(19)

(5) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPM pengesahan pendapatan dan belanja ke KPPN.

(6) Bendahara Pengeluaran wajib:

a. Mencetak BKU dan buku-buku pembantu setiap bulan.

b. Menatausahakan hasil cetakan buku sebagaimana dimaksud ayat (6) huruf a yang telah ditandatangani oleh BPP dan KPA atau pejabat yang ditunjuk.

c. Memelihara database pembukuan.

(7) Bendahara Pengeluaran menatausahakan dan menyimpan

dokumen pendukung pembukuan kas sebagaimana dimaksud ayat (3).

(8) Bendahara Pengeluaran menyusun LPJ atas uang yang dikelolanya setiap bulan dan menyerahkan kepada KPA atau Pejabat yang ditunjuk untuk mendapat persetujuan dan disampaikan ke KPPN.

(9) Bendahara Pengeluaran melakukan entry data ke dalam aplikasi pertanggungjawaban bendahara dan disampaikan ke KPPN setiap bulan (selambat-lambatnya tanggal 10 kalender).

(10) Bendahara Pengeluaran menatausahakan dan menyimpan dokumen pendukung bukti pembukuan kas.

(11) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran (BP) sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan.

(12) Bendahara Pengeluaran (BP) membuat berita acara rekonsiliasi dan pemeriksaan kas yang divalidasi oleh KPA.

BAGIAN KETIGA

Pertanggungjawaban dan Pelaporan Bendahara Penerimaan Pasal 16

(1) Bendahara Penerimaan wajib membukukan dan menatausahakan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilengkapi dengan dokumen pendukung yang terdiri atas:

a. Buku Kas Umum;

b. Buku pembantu PNBP;

c. Kartu Pengawasan Anggaran;

d. Buku Cek;

e. Rekening Koran;

f. Hasil rekonsiliasi antara data mahasiswa dan penerimaan kas;

g. Hasil rekonsiliasi bank; dan

h. Dokumen Kontrak/MoU terkait dana hibah dan kerjasama.

(2) Bendahara Penerimaan wajib membuat laporan penerimaan Institut yang bersumber dari layanan pendidikan maupun non pendidikan (3) Bendahara Penerimaan wajib membuat laporan

pertanggungjawaban (LPJ) penerimaan yang disampaikan ke KPA dan KPPN (selambat- lambatnya tanggal 10 kalender).

(4) Bendahara Penerimaan menyiapkan data realisasi pendapatan sebagai dasar penerbitan SPM pengesahan pendapatan.

(5) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan pemeriksaan kas Bendahara Penerima sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan.

(20)

(6) Bendahara Penerima membuat berita acara rekonsiliasi dan pemeriksaan kas yang divalidasi oleh KPA.

BAGIAN KEEMPAT

Penyusunan Laporan Keuangan Institut Pasal 17

(1) Petugas SAI mengkompilasi data salinan dokumen sumber dari Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan yang terdiri dari:

a. SPM;

b. SP2D;

c. SSBP/SSPB;

d. LPJ Bendahara;

e. Laporan Pendapatan PNBP;

f. Rekening Koran;

g. Laporan Dana Kelolaan; dan h. Laporan Dana Kerjasama/Hibah.

(2) Unit Keuangan merekam data dari dokumen sumber yang sudah diverifikasi dan divalidasi pejabat berwenang ke dalam aplikasi SAI sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku.

(3) Unit Keuangan melakukan Rekonsiliasi Internal dengan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Unit Evaluasi Pelaksanaan Program dan Anggaran, dan BMN serta melakukan Rekonsiliasi Eksternal ke KPPN Surakarta paling lambat 7 (tujuh) hari kalender minggu pertama setiap bulan.

(4) Unit Keuangan menyusun Laporan Keuangan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) secara periodik bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan, yang meliputi:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

b. Neraca;

c. Laporan Operasional (LO);

d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

(5) Unit Keuangan mencetak dan menyampaikan Laporan Keuangan SAI kepada KPA melalui Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan untuk direviu oleh Satuan Pengawas Internal (SPI) secara periodik bulanan, triwulanan, semester, dan tahunan.

(6) KPA melalui Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan meminta kepada Satuan Pengawas Internal (SPI) untuk melakukan reviu Laporan Keuangan SAI.

(7) SPI mereviu laporan keuangan SAI menyampaikan hasil reviu kepada KPA melalui Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja dari tanggal penyampaian laporan keuangan.

(8) KPA melalui Wakil Rektor Umum dan Keuangan mendisposisikan hasil reviu kepada Biro Umum dan Keuangan.

(9) Unit Keuangan memperbaiki Laporan Keuangan SAI jika ada saran perbaikan sesuai hasil reviu SPI.

(10) Unit Keuangan menyampaikan Laporan Keuangan yang sudah diperbaiki kepada SPI.

(21)

(11) SPI menerbitkan pernyataan telah mereviu laporan keuangan SAI menyampaikan kepada Unit Keuangan.

(12) Unit Keuangan menyampaikan laporan keuangan ISI Surakarta beserta pernyataan reviu dari SPI secara berjenjang kepada Sesjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara periodik bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan.

(13) Laporan Keuangan beserta data pendukungnya wajib dipelihara dan didokumentasikan oleh Unit Keuangan.

BAB V PENUTUP

Pasal 18

Pada saat Peraturan Rektor ini mulai berlaku, Peraturan Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta Nomor 10 Tahun 2017 tanggal 17 Nopember 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Institut Seni Indonesia Surakarta dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 19

Peraturan Rektor ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan peraturan ini akan di lakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Surakarta

Pada tanggal, 25 Februari 2021 REKTOR,

TTD GUNTUR Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Umum dan Keuangan Institut Seni Indonesia Surakarta

Prastawa Sunu, S.Sos., M.M.

NIP 196903011991031005

Referensi

Dokumen terkait

Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan Surat Perintah

65 Hasil wawancara dengan sepupu konseli pada tanggal 27 November 2017 66 Hasil wawancara dengan tetangga konseli pada Tanggal 27 November 2017 67 Hasil observasi peneliti

75.000,- (tujuh puluh ribu rupiah) dan berhak mendapat uang makan apabila kurang atau sama dengan 4 jam dengan melakukan finger print dan apabila melebihi 4 jam akan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta tentang Indeks Kepuasan Masyarakat

Melalui pengamatan pada gambar yang di sajikan oleh guru pada layar zoom meeting, siswa dapat mengelompokkan factor-faktor yang memengaruhi keseimbangan ekosistem dengan

dibebankan. Perhitungan untuk biaya dibebankan kepada konsumen dihitung sebesar 60% dari total biaya seluruhnya, dengan alasan perhitungan SPP ini dimaksudkan untuk

(a) Bilangan sijil kelahiran yang dikeluarkan oleh seseorang pekerja yang terlibat dalam proses pengeluaran:.. Bilangan sijil kelahiran

- Bahwa, Penggugat dan Tergugat sudah sulit untuk dirukunkan kembali karena Penggugat sudah tidak mau hidup bersama Tergugat; --- Bahwa, atas keterangan Saksi tersebut,