• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKN menggunakan model problem based learning bagi siswa kelas V di SDN Kledokan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKN menggunakan model problem based learning bagi siswa kelas V di SDN Kledokan Yogyakarta."

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

Valentina Ika Januarti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian yang dilakukan peneliti dilatarbelakangi oleh rendahnya sikap nasionalisme siswa kelas V meskipun mereka sudah memperoleh pembelajaran tentang cinta tanah air melalui pembelajaran PKn. Tujuan penelitian ini untuk: 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I; 2) Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah 2 siklus. Setiap siklus terdapat 2 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kledokan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem

Based Learning dalam pembelajaran PKn Kelas V meningkatkan sikap

nasionalisme. Sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh adalah 79,33 dengan jumlah persentase 76,92% mengalami peningkatan pada kuesioner siklus I dengan rata-rata 87,42 dan jumlah persentase 84,46%. Pada siklus II sikap nasionalisme siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 88,4 dengan jumlah persentase 96,15%.

(2)

ABSTRACT

THE INCREASING NASIONALISM ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USE PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR FIFTH GRADE

STUDENT OF KLEDOKAN ELEMENTARY SCHOOL

Valentina Ika Januarti models in order to improve the attitude of nationalism for students in civics teaching fifth grade the first semester; 2) Promote and recognize the importance of nationalism students through the implementation of learning civics in elementary school fifth grade first semester by using model PBL.

Research conducted using classroom action research. The study, conducted by researchers at the 2nd cycle. There are two meetings each cycle. Lessons are conducted in this class action research using Problem Based Learning model. The study was conducted in Kledokan elementary school.

The results showed that the use of Problem Based Learning model in teaching civics classes fifth boost nationalism. Nationalism students in the initial conditions the average value obtained was 79.33 with a total percentage of 76.92% increased in the questionnaire first cycle with an average of 87.42 and a total percentage of 84.46%. In the second cycle nationalistic attitude of students has increased by an average of 88.4 on the percentage of 96.15%.

(3)

i

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME

DALAM PEMBELAJARANPKNMENGGUNAKAN

MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS VSDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Valentina Ika Januarti

121134093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv MOTTO

Motto

 Menjadi lebih baik dari yang kemarin-kemarin

 Menjalani hidup dengan penuh rasa syukur tanpa harus mengeluh kepada Tuhan yang sudah memberi hidup

(7)

v

PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan

 Keluarga yang sudah memberikan semangat dan doanya

 Bapak dan Ibu Dosen yang sudah membimbing selama penyusunan

 Teman-teman atas semua bantuan dan dukungannya

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentina Ika Januarti

No Mahasiswa : 121134093

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGBAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagi penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Januari 2016 Yang Menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

Valentina Ika Januarti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian yang dilakukan peneliti dilatarbelakangi oleh rendahnya sikap nasionalisme siswa kelas V meskipun mereka sudah memperoleh pembelajaran tentang cinta tanah air melalui pembelajaran PKn. Tujuan penelitian ini untuk: 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I; 2) Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah 2 siklus. Setiap siklus terdapat 2 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kledokan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based

Learning dalam pembelajaran PKn Kelas V meningkatkan sikap nasionalisme.

Sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh adalah 79,33 dengan jumlah persentase 76,92% mengalami peningkatan pada kuesioner siklus I dengan rata-rata 87,42 dan jumlah persentase 84,46%. Pada siklus II sikap nasionalisme siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 88,4 dengan jumlah persentase 96,15%.

(11)

ix ABSTRACT

THE INCREASING NASIONALISM ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USE PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR FIFTH GRADE STUDENT OF

KLEDOKAN ELEMENTARY SCHOOL models in order to improve the attitude of nationalism for students in civics teaching fifth grade the first semester; 2) Promote and recognize the importance of nationalism students through the implementation of learning civics in elementary school fifth grade first semester by using model PBL.

Research conducted using classroom action research. The study, conducted by researchers at the 2nd cycle. There are two meetings each cycle. Lessons are conducted in this class action research using Problem Based Learning model. The study was conducted in Kledokan elementary school.

The results showed that the use of Problem Based Learning model in teaching civics classes fifth boost nationalism. Nationalism students in the initial conditions the average value obtained was 79.33 with a total percentage of 76.92% increased in the questionnaire first cycle with an average of 87.42 and a total percentage of 84.46%. In the second cycle nationalistic attitude of students has increased by an average of 88.4 on the percentage of 96.15%.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuha Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul: Peningkatan Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran PKN Menggunakan Model Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas V SDN Kledokan Yokyakarta.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan kasih-Nya yang memberikan terang Roh Kudus, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan FKIP USD yang telah bersedia mengesahkan skripsi ini.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar yang mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi.

4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar.

5. Drs. Paulus Wahana,. M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar dan memberikan masukan dalam penyususnan skripsi. 7. Mulyadi, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Kledokan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

(13)

xi

9. Guru SDN Kledokan yang telah membantu dan menerima peneliti selama proses penelitian sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar.

10. Seluruh siswa kelas V SDN Kledokan yang telah membantu peneliti dalam penelitian dengan memberikan waktu dan kerja sama selama penelitain berlangsung.

11. Bapak Albertus Gunarto dan Maria Tri Astuti orang tua penulis yang telah mendoakan dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan keluarga besar penulis.

12. Orang terdekat penulis Stevanus Dimas Gesang Rinukti, terimakasih atas segala semangat dorongan, semangat dan kasih sayangnya yang sudah dilimpahkan kepada penulis.

13. Sahabat terdekatku Kristina Rismiati, Brigita Yosi Pratiwi, Astrid Rosarina Herera Budiyanti Kristina, I Gusti Mas Indah Prabawati dan Pransiska Rita Parida, terimakasih atas semua dukungan, bantuan dalam penyusunan skripsi ini dan kasih sayangnya.

14. Teman-teman satu payung yang selalu memberikan masukan dan bantuan kepada peneliti saat melakukan penelitian dan dalam penyusunan skripsi. 15. Teman-teman PGSD yang selalu memberikan Motivasi kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah memberikan bantuan baik yang berwujud material maupun spiritual bagi penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari kekurangan dan keterbatasan penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...vii

ABSTRAK ...viii 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat penelitian ... 9

1.6 Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 12

2.1.2 Pemahaman (kognitif) ... 15

2.1.3 Penghayatan (afektif)... 16

2.1.4 Pelaksanaan (Konatif)... 16

2.1.4 Nasionalisme... . 17

2.1.6 Pembelajaran PKn... ... 19

2.1.7 Model PBL (Problem Based Learning) ... 21

2..1.8 SK dan KD Tentang Nasionalisme ... 24

2.2 Penelitian - Penelitian Yang Relevan ... 25

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis Tindakan... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.1.1 Perencanaan ... 34

3.1.2 Pelaksanaan ... 35

3.1.3 Observasi ... 35

3.1.4 Refleksi ... 35

3.2 Setting Penelitian ... 36

3.2.1 Tempat Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.2.3 Subjek Penelitian ... 36

3.2.4 Objek Penelitian ... 37

(15)

xiii

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Observasi ... 44

3.4.2 Dokumentasi ... 45

3.4.3 Kuesioner ... 45

3.5 Instrumen Penelitian... 46

3.6 Penguji Instrumen Penelitian ... 53

3.6.1 Validitas ... 53

3.6.2 Reliabilitas ... 58

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

3.8 Indikator keberhasilan dan Pengukurannya ... 64

3.9 Jadwal Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Problem Based Learning ... 66

4.1.2 Nilai Nasionalisme ... 90

4.2 Pembahasan ...91

4.2.1 Pembahasan Problem Based Learning ...91

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Keterbatasan ... 98

5.3 Saran ... 98

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.5.1 Penjabaran Indikator ...47

Tabel 3.5.2 Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.5.3 Kriteria Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.5.4 Skala Likert ... 53

Tabel 3.6.1 Hasil Uji Validasi kuesioner sekala sikap ...56

Tabel 3.6.2 Uji Validitas Instrumen Skala Sikap ... 58

Tabel 3.7.1 Acuan PAP tipe 1 seluruh aspek ... 62

Tabel 3.7.2 Perhitungan Batas Nilai Aspek Kognitif ... 62

Tabel 3.7.3 Perhitungan Batas Nilai Aspek Afektif ... 63

Tabel 3.7.4 Perhitungan Batas Nilai Aspek Konatif ... 63

Tabel 3.8.1 Indikator Keberhasilan Sikap Nasionalisme ... 64

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Siklus PTK ... 34

Gambar PBL Tahap 1 ... 92

Gambar PBL Tahap 2 ... 92

Gambar PBL Tahap 3 ... 93

Gambar PBL Tahap 4 ... 93

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 101

Lampiran 2 Data Awal ... 106

Lampiran 3 Kuesioner Data Pertama ... 119

Lampiran 4 Kuesioner Data Kedua ... 126

Lampiran 5 Hasil Data Keseluruhan ... 133

Lampiran 6 Hasil Wawancara ... 143

Lampiran 7 Perangkat Pembelajaran ... 145

Lampiran 8 Jawaban Siswa ... 230

Lembar 9 Lembar Validasi ... 238

Lembar 10 Kuesioner Siswa ... 246

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini ada enam bagian yang akan diuraikan yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendikan seharusnya tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja tetapi juga aspek yang lainnya yaitu aspek afektif dan aspek psikomotor. Seperti halnya pendidikan kewarganegaraan yang mengajarkan tidak hanya berkaitan dengan kognitif tetapi juga mengandung ketiga ranah pendidikan yaitu psikomotor, kognitif dan afektif (Wiharyanto, 2013:4). Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan yaitu mengembangkan karakter bangsa. Pentingnya pendidikan karakter yang mengajarkan tentang kebaikan sehingga seseorang mampu membedakan antara baik dan buruk dan juga berperilaku baik (Fathurrohman dkk, 2013:74). Melihat hal di atas peneliti akan melakukan penelitian sikap nasionalisme di kelas V semester 1. Peneliti melakukan pengamatan di SD Negeri Kledokan bulan juli pada awal masuk sekolah setelah libur semester kenaikan kelas. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mengamati sikap nasionalisme khususnya untuk kelas V.

(20)

sudah tahu apa yang harus dilaksanakan namun belum benar-benar paham apa yang sebenarnya harus dilakukan. Ini dilihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan.

Pengamatan yang dilakukan peneliti dikhususkan pada siswa-siswa kelas V di SD Negeri Kledokan. Pengamatan yang dilakukan pertama kali dilihat saat upacara pada hari Senin, 27 Juli 2015, terlihat 13 siswa laki-laki dan 5 perempuan yang tidak serius saat mengikuti upacara, masih terlihat siswa yang berbicara dengan teman sebelahnya, saat pengibaran benderapun terlihat banyak siswa yang tidak serius menghormati bendera yang sedang dikibarkan. Upacara pembukaan tahun ajaran baru ini kepala sekolah menyampaikan perintah dari pemerintahan yaitu dinas pendidikan untuk menyanyikan lagu Indonesia raya sebelum pembelajaran dimulai dan memilih satu lagu wajib nasional atau lagu daerah di akhir pembelajaran, dari perintah dinas pendidikan ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme dalam diri siswa yang sudah berkurang.

(21)

Pembelajaran Pkn yang ideal seharusnya tidak hanya mengajarkan hak-hak dan kewajiban warga negara terhadap negara (urusan publik). Namun pendidikan kewarganegaraan perlu membangun seorang warga negara yang berpartisipasi aktif dan memiliki “pengalaman otentik” dalam

pembelajarannya sehingga tidak hanya menjadi “warga negara yang baik”

tetapi juga menjadi warga negara yang aktif (Samsuri, 2011:37). Tujuan pembelajaran PKn untuk siswa diharapkan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan menengah memuat komponen sebagai berikut: 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, 2) Norma, hukum dan peraturan, 3) Hak Asasi Manusia, 4) Kebutuhan Warga Negara 5) Konstitusi Negara, 6) Kekuasaan dan Politik, 7) Pancasila, 8) Globalisasi. Cara untuk mencapai tujuan ini adalah pembelajaran PKn menekankan kepada siswa untuk mengalami pengalaman belajar, pengalaman sikap, keterampilan yang baru dan perlu dihadapkan dengan masalah kehidupan nyata sehingga mampu membentuk sikap positif sebagai warga negara (Puskur Balitbang Depdiknas, 2005:142).

(22)

pemerintahannya, tidak banyak melahirkan pengalaman belajar bagi siswa, pengalaman sikap dan keterampilan yang baru dalam diri siswa. Hal ini disebabkan karena materi-materi yang diajarkan cenderung verbal atas nilai-nilai moral Pancasila, model pembelajarannya cenderung berbentuk hafalan/ kognitif saja, mata pelajaran Pkn menimbulkan kejenuhan terhadap materi yang diajarkan, materi yang diajarkan cenderung monoton, teoritik, kognitif bahkan verbalistik (Samsuri,2010:130). Materi PKn sangat padat atau kuas dan kurang praktis dengan alokasi waktu yang terbatas, guru pada umumnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dengan pemberian tugas dan cenderung menulis di papan tulis, penggunaan alat peraga sangat minim.

Penggunaan Problem Based Learning dalam penelitian ini mengajak siswa untuk berfikir secara kritis, mengajak untuk membuka wawasan dan mengajak siswa untuk menyampaikan pendapat mengenai masalah yang diberikan di dalam dunia nyata ini. Penggunaan PBL tidak hanya meminta siswa untuk mendengarkan guru saat mengajar namun siswa mampu belajar sendiri dengan didampingi oleh guru dalam penyelesaian menganalisis masalah. Penggunaan PBL ini bertujuan untuk memancing semangat belajar siswa, mencari suasana baru dengan mengajar siswa tidak hanya monoton terpaku pada teks saja namun memancing siswa dengan menggunakan media berupa video.

(23)

dalam materi memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indikator dalam kuesioner tersebut adalah persatuan bangsa, cinta tanah air, sikap yang mencerminkan nasionalisme dan menghargai simbol-simbol nasionalisme. Kuesioner ini dibagikan ke 26 siswa dengan laki-laki 17 siswa dan perempuan 9 siswa.

Hasil dari pembagian kuesioner ini setelah dirata-rata kelas, pada aspek kognitif siklus awal rata-ratanya 43,07 termasuk dalam kategori tinggi, dengan jumlah nilai 1120 dengan jumlah item 10. Jumlah siswa yang mimiliki aspek koknitif diatas cukup 22 siswa. Aspek afektif rata-ratanya 55,65 termasuk dalam kategori tinggi, dengan jumlah nilai 1447 dengan jumlah item 14. Jumlah siswa yang memiliki sikap afektif diatas cukup baru 16 siswa. Aspek konatif rata-ratanya 79,07 termasuk dalam kategori cukup, dengan jumlah 2056 dengan jumlah item 20. Jumlah Data tersebut menunjukkan bahwa sikap Nasonalisme siswa kelas V belum seluruhnya memiliki sikap nasionalisme.

(24)

nasionalisme karena sikap nasionalisme merupakan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari sedangkan penggunaan PBL adalah memberikan masalah-masalah dalam dunia nyata. Peneliti memberikan PBL ini bertujuan untuk memancing siswa untuk berfikir kritis dan berusaha memberikan pendapatnya dalam masalah yang disampaikan.

(25)

diartikan bahwa warga Indonesia mengabaikan negara sendiri dan tidak mempunyai rasa bela negara dan nasionalisme yang besar.

Hal di atas merupakan cermin rusaknya kesadaran berbangsa dan semangat nasionalis oleh adanya semangat egois dan individualis. Sehingga penekanan nilai nasionalisme sejak dini masih kurang. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dan diatasi oleh seluruh bangsa Indonesia. Beberapa kasus hilangnya nasionalisme di Indonesia membuat peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menekankan nilai nasionalisme dalam pembalajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL. Nilai nasionalisme yang akan diterapkan adalah dengan cara meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan betapa pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga nantinya diharapkan semua siswa dapat memahami dan mampu meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme.

1.2Batasan Masalah

(26)

1.3Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme siswa dalam pembelajaran PKn di SD kelas V semester I?

2. Apakah penggunaan model PBL pada pembelajaran PKn kelas V semester I dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I.

2. Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model pembelajaran PBL

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah bagi peneliti, siswa, guru, sekolah dan dunia pengetahuan.

1. Bagi siswa

(27)

meningkat, b) siswa mendapatkan pengalaman belajar menyenangkan dengan metode yang digunakan.

2. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah a) guru mendapat tambahan wawasan tentang metode yang cocok untuk pembelajaran bagi siswa dengan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme yang meningkat, b) guru mendapatkan inspirasi untuk membuat pembelajaran dengan menggunakan metode lain agar pembelajaran di kelas semakin meningkat.

3. Bagi sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah bisa mendapatkan sumbangan positif bagi kemajuan sekolah karena guru mendapat tambahan wawasan tentang metode yang tepat untuk pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas dan meningkatkan prestasi sekolah untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan dalam belajar.

4. Bagi dunia pengetahuan

(28)

5. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah a) peneliti dapat memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian sehingga dapat termotivasi mengembangkan penelitian tindakan kelas yang lain, b) peneliti dapat mengetahui cara meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan pembelajaran PKn, c) peneliti dapat menambah wawasan tentang metode yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dengan nilai nasionalisme, d) peneliti dapat mengganti siklus belajar jika pembelajaran yang dilakukan tidak berhasil meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan pembembelajaran PKn untuk materi kelas V sekolah dasar.

1.6Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap

sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah kepedulian dan sikap positif atau semangat yang tertuju pada kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

(29)

Negara yang baik, cerdas, dan terampil sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.

4. Model pembelajaran Problem Based Learning

(30)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini ada empat bagian yang akan diuraikan yaitu kajian pustaka, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

2. 1Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas tentang teori yang mendukung serta penelitian yang relevan.

2.1.1 Karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Dasar dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kelas bawah dan kelas atas. Kelas bawah terdiri dari kelas I (Satu), II (Dua), dan III (Tiga). Sedangkan untuk kelas bawah adalah kelas IV (Empat), V (Lima), dan VI (Enam). Namun dari pembagian kelas ini semuanya merupakan satu bagian yang saling berkaitan. Kelas I sampai dengan kelas VI bisa juga disebut dengan jenjang pendidikan sekolah dasar. Rentang umur siswa kelas bawah adalah 6 tahun sampai kira-kira umur 8 tahun. Sedangkan rentang umur siswa kelas atas adalah 9 tahun sampai kira-kira umur 12 tahun.

(31)

membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain, 5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting, 6) Pada masa ini (terutama pada umur 6,0-8,0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak, 7) Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak, 8) Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan bermain dengan bekerja, 9) Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan.

(32)

Karakteristik perkembangan pada siswa Sekolah Dasar dapat juga dilihat tahap-tahap perkembangan kognitif menurut teori Peaget. Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa usia anak yang sekolah di Sekolah Dasar kira-kira 6 atau 7 sampai dengan 11 atau 12 tahun. Usia 6 atau 7 tahun dalam teori Piaget masuk dalam kategori praoperational periode dalam tahapan intuitive. Periode ini ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama), seperti searah. Pada masa ini anak gemar meniru, telah mampu menerima khayalan, dapat bercerita tentang hal-hal yang fantastik, anak tidak terikat pada realitas, sehingga anak dapat berbicara dengan kursi, anjing, dan sebagainya.Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering ia berbicara sendiri. Piaget menamakannya ”Collective monologue”.

Usia 7 sampai 11 atau 12 termasuk dalam tahapan periode operasional konkret. Fase ini menurut Piaget menunjukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidupnya dalam mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan, (karena peraturan dasar mentaati peraturan), karena itu mempunyai nilai fungsional. Anak berfikir harafiah sesuai dengan tugas yang diberikan.

(33)

bawah yaitu: 1) belum mandiri, 2) belum ada rasa tanggung jawab pribadi, 3) penilaian terhadap dunia luar masih egosentris, 4) belum menunjukkan sikap kritis masih berfikir yang fiktif.Sedangkan ciri pada siswa kelas atas yaitu: 1) sudah mulai mandiri, 2) sudah ada rasa tanggung jawab pribadi, 3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain, 4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional.

Sekolah dasar mempunyai dua bagian yaitu kelas bawah dan kelas atas. Setiap bagian itu mempunyai karakteristik masing-masing yang khas. Setiap bagiannya memeiliki karakteristik yang berbeda. Pada kelas siswa masih dalam tahap bermain sedangkan pada kelas atas siswa mulai berpikir secara rasional.

2.1.2 Pemahaman (Kognitif)

Pemahaman merupakan kata dasar dari kata “paham”. Dalam

kamus KBBI paham berarti pengertian, pendapat pikiran, aliran, haluan pandangan. Pemahaman dalam KBBI berarti perihal menguasai atau mengerti dan memehami.

(34)

mengerti nilai nasionalisme sehingga nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2.1.3 Penghayatan (afektif)

Penghayatan merupakan kata hayat yang mendapat imbuhan Peng- dan –an. Kata hayat berarti hidup, kehidupan nyata. Kata hayat mendapat imbuhan peng- dan –an menjadi penghayatan. Kata penghayatan sendiri memiliki arti pengalaman batin (KBBI).

Penghayatan yang dimaksud dari penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu menghayati nilai nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Siswa diharapkan memeiliki pengalaman batin dalam melaksanakan nilai nasionalisme terhadap sesama maupun terhadap bangsa sendiri.

2.1.4 Pelaksanaan (konatif)

(35)

2.1.5 Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut: pertama, Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama. Kedua, Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa. Ketiga, Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya. Keempat, Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

(36)

kebudayaan nasional, dan (4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragaman, keserasian, kemandirian dan agresivitas. (Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168). Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change (1956).

(37)

penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme, antara lain: Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya, adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara dan adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan. d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya

Nationality in History and Policy, antara lain : Hasrat untuk mencapai

kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai keaslian dan hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2.1.6 Pembelajaran PKn

(38)

yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Berdasar pendapat di atas maka pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan satu dari lima status PKn yang praksis di Indonesia. Pada perkembangan terakhir kurikulum persekolahan di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran dimunculkan dengan nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Permendiknas No 22 tahun 2006). Sebelumnya pendidikan kewarganegaraan bernama mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Berdasar permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(39)

dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.7 Model PBL (Problem Based Learning)

Strategi pembelajaran berbasis masalah atau PBL adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pemikiran yang mendasari penggunaan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang efektif tidak hanya menekankan pada penguasaan materi secara hapalan. Siswa harus terlibat secara psikologis dalam mencerna secara bermakna apa yang dipelajari.

(40)

yang dilakukan secara kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka membagi tugas dan bekerjasama dengan temannya. Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dari proses yang mereka gunakan.

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) dalam PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa

Memecahkan Masalah. Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and

(41)

intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi,

3) PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of

experience), 4) Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn,

pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui „mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui

model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga dapat lebih berhasil di masa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

(42)

Pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran ini berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah bersama temannya serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Model pembelajaran tersebut, siswa mengerti makna belajar, manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Muncul kesadaran bahwa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidup mereka nantinya.

2.1.8 SK dan KD tentang Nasionalisme

Peneliti mengambil kurikulum 2006 yaitu kurikulum KTSP untuk penelitiannya. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih oleh peneliti adalah SK dan KD yang berkaitan dengan nilai nasionalisme. SK yang diambil adalah SK 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penulis memilih KD 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan KD 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(43)

2.2 Penelitian-Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan, pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD dengan model pembelajaran PBL sudah pernah dilakukan oleh banyak pihak. Sebagai penunjang dalam penelitian ini, peneliti menuliskan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan. Penelitian tersebut adalah penelitian menurut sulistyani, Rino dinda gita perdana, Putri Apri Reviana, Herniwati. Sulistyani (2008) melakukan penelitian dengan judul “Penanaman nilai kepahlawanan dalam

pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD) di daerah binaan (Dabin) IV cabang dinas pendidikan kecamatan semarang timur” menyatakan bahwa

pelajarannya sudah efektif untuk menumbuhkan nilai kepahlawanan bagi anak didik sebagian anak besar menjawab setuju sebanyak 30 responden atau sebesar 45,5%. Hasil penelitian tentang ketertarikan pada nilai kepahlawanan di sekolah dasar menjawab sebanyak 49 responden atau sebagian besar 74,2 %.

Perdana (2013) melakukan penelitian dengan judul “Implementasi nilai-nilai nasionalisme-patriotisme dalam Pendidikan pendahuluan bela negara Pada ukm resimen mahasiswa satuan 805 “wira cendikia” di universitas negeri Malang”. Hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh UKM resimen adalah semua anggota melaksanakan dan menerapkan implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam pendidikan bela negara.

(44)

relevansinya dengan materi pendidikan kewarganegaraan di MI”. Hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh Putri adalah peneliti menemukan nilai nasionalisme yang terdapat dalam film Tanah Surga, Katanya antara lain: kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggaan sebagai bangsa, membanggakan bangsa dengan wujud keberanian, mewujudkan kerukunan antar sesama, persatuan dan persatuan, mengajarkan lagu-lagu kebangsaan, melakukan upacara benderamenjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetap bertahan menjadi warga negara Indonesia walaupun dengan segala keterbatasan pembangunan teknologi dan ekonomi dan menghargai perjuangan para pejuang terdahulu.

Herniawati (2010) melakukan penelitian dengan judul “Menanamkan nilai nasionalisme melalui pembelajaran Pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan PTK pada siswa kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring”. Penelitian yang dilakukan oleh Hernawati

(45)

Diagram penelitian dari penelitian yang sudah dibuat sebelumnya yaitu oleh Perdana (2013), Reviana (2013), Herniwati (2010) dan Sulistyani (2008) yang telah diuji tentang nilai nasionalisme sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan meneliti tentang Sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn di kelas V. Diagram tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Penulis meneliti Nilai-Nilai Nasionalisme-Patriotisme Dalam Pendidikan Pendahuluan Bela NegaraPada Ukm Resimen Mahasiswa Satuan 805 “Wira Cendikia” Di Universitas Negeri

(46)

Keempat penelitian dari Herniawati, Sulistyani, Reno Dinda Gita Perdana dan Putri Apri Reviana merupakan penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Keempat penelitian tersebut telah meneliti tentang nilai nasionalisme. Hasil dari keempat penelitian menunjukkan keberhasilan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan nilai nasionalisme dalam pembelajaran. Peneliti kemudian tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran PBL untuk mengetahui peningkakan pemahaman, penghayatan dan pelsanaan nilai nasionalisme pada siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan kewarganegaraan atau PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada tingkat SD/MI/SDLB. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Utami, 2010). Matapelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analaisi terhadap kondisi kehidupan berbangsa.

(47)

membandingkan dan mengkomunikasikan apa yang didapat dengan mengaitakan dengan pembelajaran PKn. Gagne dan Briggs (1979) mengatakan bahwa suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda.

Pemahaman merupakan kata dasar dari kata “paham”. Paham berarti pengertian, pendapat pikiran, aliran, haluan pandangan. Pemahaman berarti perihal menguasai atau mengerti dan memehami. Guru menanamkan pemahaman bagi siswa dalam menerima materi yang diberikan yang nantinya dapat diterapkan dalam nilai nasionalisme sebagai wujud cinta tanah air.

Penghayatan dari penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu menghayati nilai nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Siswa diharapkan memiliki pengalaman batin dalam melaksanakan nilai nasionalisme terhadap sesama maupun terhadap bangsa sendiri. Siswa mampu menunjukkan rasa nasionalisme terhadap sesama dan bangsa dengan wujud yang nyata dalam kehidupannya.

(48)

Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan dengan adanya pembelajaran tentang nasionalisme siswa mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan siswa mampu menunjukkan sikap yang baik untuk menjunjung bangsa sendiri yaitu bangsa Indonesia dengan menunjukkan sikap yang baik terhadap bangsa.

(49)

2.4 Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu:

2.4.1 Model pembelajaran PBL mampu diterapkan dalam pembelajaran PKn di kelas V semester I untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan, baik yang dilakukan secara individual maupun yang dilakukan secara kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2.4.2 Model pembelajaran PBL meningkatkan sikap nasionalisme siswa

(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini peneliti akan membahas sembilan bagian. Sembilan bagian tersebut adalah jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrument penelitan, validitas, teknik analisis data, criteria keberhasilan dan jadwal penelitian.

3. 1 Jenis Penelitan

Penelitan adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Nana, 2011:5). Penelitian menurut Emzir (2007:3) adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian adalah proses pengumpulan data dan menganalisis data secara sistematis untuk memecahkan masalah dengan menerapkan metode ilmiah. Kelas adalah ruangan untuk kegiatan belajar mengajar, kelas dalam hal penelitian ini adalah sekelompok siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar (Aqib, 2007:12).

(51)

kedua, PTK atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset

-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan...”, yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah (Wijaya & Dedi, 2010:9). PTK yaitu kajian yang bersifat reflektif untuk dilakukan dalam meningkatkan kemampuan rasional tindakan mereka, memperdalam tindakan yang dihadapi, dan memperbaiki praktik pembelajaran (muslich, 2011:9). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelasnya untuk meningkatkan pembelajaran di dalam kelas guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

PTK mempunyai beberapa prinsip dasar. Prinsip dasar dari PTK menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:11) antara lain berkelanjutan, yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis. Integral, yang dimaksud dengan integral adalah PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. Ilmiah, yang dimaksud dengan ilmiah adalah diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata. Motivasi dari dalam, yang dimaksud dengan motivasi dari dalam adalah motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam dan yang terakhir adalah lingkup yang dimaksud dengan lingkup adalah masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar ruang kelas.

(52)

model, di dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu model PTK yaitu, model Kemmis dan Mc Taggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi (kusumah & Dwitagama, 2010:21). Di bawah ini adalah bagan model dari Kemmis dan Mc Taggart

Gambar III. 2 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart

3.1.1 Perencanaan

Perencanaan dalam siklus ini adalah setiap penelitian tindakan kelas peneliti harus merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Perencanaan kusumah dan Dwitagama (2012:39) menjabarkan penelitian tindakan kelas dibagi menjadi dua yaitu perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum adalah

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi 4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Tindakan

(53)

penyususnan rancangan yang mencakup seluruh aspek dalam PTK. Perencanaan khusus adalah penyususnan dari siklus per siklus.

3.1.2 Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas dilakukan setelah melakukan perencanaan penelitian, pelaksanaan yang dilakukan menggunakan instrumen yang telah dibuat peneliti. Pelaksanaan berupa tindakan yang sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan bersifat bebas untuk untuk berpikir dan berargumen dalam meneliti keputusan yang diambil.

3.1.3 Observasi

Peneliti setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan setiap pertemuan, observer berjumlah 2 orang. Oberver berjumlah 2 orang adalah untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari observasi siswa.

3.1.4 Refleksi

Refleksi dalam siklus ini adalah untuk melihat ketercapaian penelitian, mengalami keberhasilan, ketuntasan, dan ketercapaian indikator. Refleksi berisi perenungan, evaluasi, diskusi terhadap permasalahan yang terdapat di sekolah.

(54)

pembelajaran. Peneliti menggunakan video dengan tujuan memudahkan siswa untuk belajar.

3. 2 Setting Penelitian

Setting penelitian dalam penelitian ini akan membahas tentang tempat, waktu, subjek penelitian dan objek penelitian yang akan dilakukan.

3.2.1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan peneliti adalah kelas V di SD Negeri Kledokan beralamatkan Jalan Garuni no.3 Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

3.2.2. Waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada bulan Juli sampai Agustus 2015. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh peneliti.

3.2.3. Subjek penelitian

(55)

3.2.4. Obyek penelitian

Obyek penelitian PTK yang dilakukan di SD Negeri Kledokan ini adalah sikap nilai nasionalisme dalam pembelajaran PKn di SD dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3. 3 Pelaksanaan Penelitian

Rencana tindakan dengan 2 siklus. Setiap 1 siklus terdiri dari 2 pertemuan. Siklus ini dengan menggunakan teknik PBL kerjasama kelompok dengan mengamati video yang ditampilkan, memahami materi pembelajaran dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Peneliti membuat rencana dalam siklus yang diajarkan adalah seperti di bawah ini.

3.3.1 Persiapan

3.3.1.1 Permintaan izin ke Sekolah Dasar Kanisius Notoyudan untuk melaksanakan penelitian di SD tersebut

3.3.1.2 Melakukan observasi di kelas V pada pembelajaran PKn di kelas untuk memperoleh gambaran tingkah laku siswa.

3.3.1.3 Melakukan pengamatan sepintas mengenai sikap nilai nasionalisme.

3.3.1.4 Mengidentifikasi permasalahan tersebut yang berkaitan dengan sikap nilai nasionalisme.

3.3.1.5 menganalisis dan solusi permasalahan yang dialamai siswa-siswi kelas V tersebut.

(56)

3.3.1.7 Merumuskan rencana tindakan pada siklus.

3.3.1.8 Membuat gambaran mengenai sikap nilai nasionalisme dalam pembelajaran PKn bagi kelas V di SD Negeri Kledokan.

3.3.1.10 Menyiapkan perangkat pembelajaran maupun penelitian

3.3.1.11 Melaksanakan penelitian

3.3.2 Siklus 1

Setelah memperoleh gambaran awal mengenai keadaan kelas, maka dilakukan rencana tindakan seperti berikut.

Pada siklus ini dilaksanakan selama 2 kali pembelajaran, dimana setiap pembelajaran terdapat 2 jam pembelajaran, setiap 1 jam pembelajaran adalah 35 menit.

3.3.2.1 Perencanaan Tindakan pada Siklus

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, pretest, instrumen observasi, dan posttest. Siklus ini siswa diminta kerja kelompok mengenai pengertian NKRI,

3.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus

Pertemuan ke 1

1. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.

(57)

3. Guru meminta siswa menentukan nama kelompok dengan tema “Tarian Tradisional”

4. Guru menjelaskan kembali tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini dan menjelaskan pembelajaran hari ini adalah mengamati video (tahap 1)

5. Guru memberikan tugas pertama yaitu mendefinisikan pengertian keutuhan NKRI.

6. Guru membantu siswa dalam kelompok mendefinisikan pengertian keutuhan NKRI melalui video yang ditampilkan (tahap 2)

7. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang pengertian keutuhan NKRI dari hasil pengamatan video.

8. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk melihat permasalahan yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan keutuhan NKRI dan dikaitkan dengan pengertian keutuhan NKRI (tahap 3)

9. Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga keutuhan NKRI

10.Guru meminta setiap kelompok membuat laporan hasil pengamatan dan hasil diskusinya yang sudah dilakukan (tahap 4)

(58)

Pertemuan ke 2

1. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.

2. Guru meminta siswa masuk dalam kelompok masing masing

3. Guru meminta siswa menentukan nama kelompok dengan tema “nama

provinsi di Indonesia”

4. Guru menjelaskan kembali tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini dan menjelaskan pembelajaran hari ini adalah mengamati peta dan mencari informasi menggunakan media cetak (tahap 1)

5. Guru memberikan tugas pertama yaitu mencari nama provinsi yang ada di Indonesia dan mencari budaya yang dimiliki setiap provinsi (rumah adat, tarian tradisional, baju adat, dll)

6. Guru membantu siswa dalam kelompok mencari provinsi yang ada di Indonesia dan budaya setiap provinsi melalui peta dan media cetak (tahap 2)

7. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang provinsi di Indonesia dan budaya yang dimiliki setiap provinsi.

8. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk mencari sikap menjaga keutuhan NKRI dengan menggunakan media cetak (tahap 3) 9. Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan sikap yang dilakukan

(59)

10. Guru meminta setiap kelompok membuat laporan hasil pengamatan dan hasil diskusinya yang sudah dilakukan (tahap 4)

11. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil laporan yang sudah dibuat di depan kelas dan guru akan membantu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah yang sudah dilakukan di setiap kelompok (tahap 5)

3.3.3 Siklus 2

Pada siklus ini dilaksanakan selama 2 kali pembelajaran, dimana setiap pembelajaran terdapat 2 jam pembelajaran, setiap 1 jam pembelajaran adalah 35 menit.

3.3.3.1 Perencanaan Tindakan pada Siklus

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, pretest, instrumen observasi, dan posttest. Sama seperti pada siklus 1 hanya materi yang dibahas yang berbeda.

3.3.3.2Pelaksanaan Tindakan Siklus

Pertemuan ke 1

1. Siswa menyebutkan makna lagu “Dari Sabang Samapai Merauke”

2. Siswa mengisi kuesioner yang dibagikan oleh guru

3. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI dengan melihat peta wilayah RI

(60)

5. Guru memberikan sebuah masalah tentang daerah/pulau-pulau yang diklaim oleh negara lain.

6. Guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa.

7. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru.

8. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai bentuk negara Indonesia

9. Siswa dalam kelompok mewarnai gambar peta Nusantara

Pertemuan ke 2

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI sebagai tempat bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

2. Guru memberikan sebuah masalah dalam pembelajaran mengenai pemekaran yang ada di Indonesia.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa.

4. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru.

5. Masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas.

3.3.3.3 Observasi Tindakan Siklus

(61)

Learning (PBL) pada mata pelajaran PKn. Observasi dalam penelitian ini

dibantu 2 observer. Observasi yang dilakukan adalah untuk mengamati dan mencatat kejadian yang terjadi setiap pembelajran. Observasi dalam penelitian ini menggunakan soal tes untuk pemahaman nilai nasionalisme, untuk penghayatan nilai nasionalisme peneliti menggunakan skala sikap dan untuk pelaksanaan nilai nasionalisme peneliti menggunakan angket.

Lembar soal tes diisi oleh siswa pada lembar jawab yang sudah disediakan. Lembar ini digunakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa. Pada lembar skala sikap peneliti akan melihat tingkat penghayatan siswa dengan melihat sikap-sikap yang sudah ditunjukkan oleh siswa. Peneliti menggunakan angket untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam melaksanaan nilai nasionalisme. Pengamatan juga dilakukan dengan memfoto kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan dengan tujuan membantu proses pembelajaran dan dokumentasi.

3.3.3.4Refleksi Tindakan Siklus

(62)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengimpulan data adalah cara pengumpulan data oleh peneliti terhadap subjek penelitian (Arikunto, 2010:161). Tahap pengumpulan data sangat penting untuk menentukan kevalidan dari hasil penelitian. Penelitian dalam pengumpulan data menggunakan empat cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner.

3.4.1 Observasi

Pengertian observasi dalam arti sempit adalah pengamatan langsung terhadap gejala yang diteliti, sedangkan arti luas yaitu pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap apa yang diteliti (Sutoyo, 2012:84). Observasi merupakan hasil pengamatan peneliti terhadap apa yang ditelitinya. Observasi murut Uno dkk, observasi merupakan pengambilan data setelah situasi penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan agar peneliti dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ada di kelas. Teknik ini digunakan untuk melihat pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme dengan menggunakan observasi tertutup.

Lembar observasi ini berisi tentang pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Peneliti meneliti bagaimana jalannya pembelajaran di kelas. Peneliti tidak hanya meneliti jalannya pembelajaran saja namun juga perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

(63)

3.4.2 Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan buku-buku teori, pendapat, dalil dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2010:181). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung pada subjek penelitian. Arsip dokumentasi dapat digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti secara konkrit. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa foto yang dapat memperkuat kesahan data dalam penelitian dan dokumentasi ini berisi tentang hasil pekerjaan siswa berupa jawaban LKS dan jawaban lembar kuesioner.

3.4.3 Kuesioner

(64)

favorabel merupakan pernyataan positif sedangkan pernyataan unfavorabel merupakan pernyataan negatif.

3.5 Instrumen Penelitian

Pengertian instrumen menurut Purwanto adalah alat ukur untuk mengukur pengumpulan data (Purwanto, 2009:56). Instrumen tersebut terbagi menjadi dua yaitu non tes dan tes. Instrumen tes misalnya tes hasil belajar. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui penampilan maksimal. Sedangkan instrumen untuk non tes, non tes merupakan tes yang mendorong penampilan laporan keadaan dengan memberikan tanggapan yang jujur dan sesuai dengan pikiran dan perasaan. Peneliti menggunakan instrumen penelitian lembar observasi, kuesioner skala sikap dan wawancara.

Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi yang dilakukan di dalam kelas. Dibawah ini adalah lembar observasi yang digunakan

No Aspek yang Diamati Keterangan

1 Proses Pembelajaran 2 Membuka pelajaran 3 Penyajian materi 4 Metode pembelajaran

5 Penggunaan bahasa dan waktu 6 Aktivitas belajar siswa

7 Pengelolaan Kelas 8 Penggunaan Media 9 Cara menutup pelajaran 10 Evaluasi

Catatan pengamat:

(65)

dan pelaksanaan atau konatif sikap nasionalisme dengan membagi ketiga aspek tersebut menjadi 4 indikator yaitu persatuan bangsa, cinta tanah air, sikap yang mencerminkan nasionalisme dan menghargai simbol-simbol nasionalisme dengan penjabaran indikator sebagi berikut:

Tabel 3.5.1 Penjabaran Indikator

No Indikator Aspek Favorable Unfavorable

1 Persatuan bangsa

Kognitif

Indonesia mempunyai

banyak tantangan dari berbagai negara.

Saya menyadari bahwa berteman dengan teman dari daerah lain itu baik.

Negara Kesatuan

Republik Indonesia

adalah negara yang

hanya memeiliki 1

wilayah karena

Indonesia adalah negara kesatuan.

Saya mengetahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka bahasa.

Indinesia hanya

memiliki 1 provinsi

karena Indonesia hanya terdiri dari 1 wilayah.

Saya memiliki

Saya meyakini bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan.

Afektif Sebagai anggota

keluarga kita harus saling menghormati dan menerima.

Saya merasa perbedaan

budaya menjadi

penghambat persatuan

(66)

Saya menghargai teman yang sedang beribadah,

meskipun teman itu

berbeda agama dengan saya.

Saya hanya menghargai dan menerima budaya yang berasal dari daerah saya sendiri.

Konatif Saya bersedia berteman dengan siapa saja.

Membantu teman kelas yang tawuran itu baik.

Saya bersedia

Saya menyadari bahwa

saya bagian dari

Indonesia/ NKRI.

Saya mengetahui bahwa

NKRI hanya

menyangkut wilayah

saja.

Saya mengetahui bahwa pada awal kemerdekaan, NKRI hanya terdiri dari 8 provinsi.

Menurut saya NKRI

terbentuk hanya karena jasa pahlawan.

Saya menyadari Negara

Kesatuan Republik

Indonesia adalah

negaraku.

Negara Kesatuan

Republik Indonesia

adalah bukan negaraku karena Negara Indonesia

mempunyai banyak

wilayah.

Afektif

Saya merasa perlu

menghargai jasa para pahlawan.

Saya tertarik dengan produk luar negeri yang kualitasnya lebih bagus dari produk lokal.

Saya mengendalikan

diri sedapat mungkin memakai produk dalam negeri.

Saya hanya menghargai dan menerima budaya dalam negeri.

Saya tertarik

mempelajari sejarah

terbentuknya NKRI.

(67)

Saya merasa memiliki

Saya mencintai bangsa Indonesia. melihat setiap daerah

melestarikan budaya

Indonesia.

Konatif

Saya ikut belajar tentang budaya daerah lain di Indonesia.

Saya berusaha hanya memakai produk dalam negeri. yang pernah menjajah

NKRI tidak diberi

peluang untuk

kerjasama.

Saya tidak peduli

dengan budaya daerah lain di Indonesia karena budaya daerahku lebih bagus daripada daerah lain.

Saya tidak tertarik

(68)

3

Konatif Saya berkewajiban

menghargai pendapat

dengan baik agar tidak terjadi perdebatan yang membuat kekacauan di kelas.

Menurut saya apabila

ada teman yang

berkelahi maka saya

harus ikut membantu.

Saya ikut mewujudkan keutuhan NKRI dengan bergotong-royong.

Saya lebih baik

membiasakan

menggunakan bahasa

daerah saya sendiri.

Saya rela memberikan sumbangan untuk PMI saya, saya akan mati.

Saya lebih suka

produknya luar negeri lebih bagus.

Saya menghargai agama lain.

Saya tidak menghargai

agama lain karena

daerah tidak saya sukai

Kognitif

Saya mengetahui bahwa yang menjahit bendera merah putih di awal kemerdekaan adalah Ibu Fatmawati.

Bangsa Indonesia hanya

memiliki satu suku

bangsa karena Indonesia adalah negara kesatuan.

Saya meyakini bangsa

(69)

4 Menghargai

Saya mengetahui arti

warna pada bendera

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.

upacara bendera dengan khidmad.

Saya melaksanakan

upacara bendera sebagai kebiasaan rutin yang

dilaksanakan setiap hanya buatan manusia.

Saya membiasakan diri menyanyikan lagu-lagu daerah.

Saya tidak suka belajar

lagu-lagu daerah di

Indonesia karena sangat sulit dan banyak.

Saya tidak suka

menggunakan bahasa

(70)

Tabel 3.5.2 Kisi-kisi Instrumen skala Sikap

Sikap Nasionalisme

Indikator Favorable Unfavorable

Kognitif Afektif Konatif Kognitif Afektif Konatif Persatuan

Tabel 3.5.3 kriteria instrumen skala sikap

Rentang Skor Kriteria

Gambar

Gambar BPL Tahap 5 ........................................................................................
Gambar III. 2 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.5.1 Penjabaran Indikator
Tabel 3.5.3 kriteria instrumen skala sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindak- an kelas ini adalah sebagai berikut: bagi siswa, diharapkan dapat terampil memanfaatkan media peraga penggaris tenbi sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi pembelajaran Problem Based Learning mampu memberikan dampak lebih baik bagi peningkatan hasil belajar dibanding

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat: (1) Bagi Peneliti, dapat mengembangkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan sehingga

Hasil respon siswa terhadap Model Problem Based Learning pada mata pelajaran PKn dapat terlihat presentase respon siswa yang mencapai nilai 83,56 % yang berarti.. Page

1) Bagi peneliti dapat mengetahui dan mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga terbiasa melakukan inovasi dalam

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) bagi siswa, dapat termotivasi sehingga senang belajar sejarah dan dapat memperoleh pengalaman belajar;

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik melakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan efektivitas pendidikan bela negara dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa di Community

Maka dari itu, peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Problem Based