• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SDN Kledokan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III SDN Kledokan."

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIKMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN Oleh:

Resita Kurnia Dewi (121134096) Universitas Sanata Dharma

2016

Sikap kedisiplinan siswa kelas III SDN Kledokan yang rendah, terlihat dari hasil pembagian kuesioner kondisi awal. Melihat hasil kondisi awal mendorong peneliti untuk meningkatkan sikap kedisiplinan di kelas III SDN Kledokan. Solusi pemecahan masalah tersebut adalah menggunakan model Paradikma Pedagogi Reflektif. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran model pedagogi reflektif untuk meningkatkan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Kledokan 2) meningkatkandan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif dapat bagi siswa kelas III SDN Kledokan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri 2 pertemuan dan siklus II terdiri 1 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa Kelas III SDN Kledokan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Model yang digunakan dalam pembelajaran yaitu paradikma pedagogi reflektif. Objek penelitian ini adalah sikap kedisiplinan siswa dalam pembelajaran PKn. Data sikap kedisiplinan siswa diperoleh dari lembar kuesioner kedisiplinan yang diisi oleh siswa pada akhir siklus I dan II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kedisiplinan siswa meningkat menggunakan model pembelajaran paradikma pedagogi reflektif. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada kondisi awal nilai rata-ratanya adalah 71,32 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 64,51% (rendah). Capaian siklus I rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi). Sedangkan capaian siklus II dengan rata-rata nilai 86,71 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 100% (sangat tinggi).

(2)

ABSTRACT

IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN LEARNING PKN BY USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL

IN GRADE III SDN KLEDOKAN By:

Resita Kurnia Dewi (121134096) Sanata Dharma University

2016

The students’ discipline of grade III SDN Kledokan was low. It was seen from the result of questionnaire’s distribution in initial condition. Based on that condition, researcher was interested to improve discipline in the class III SDN Kledokan. The solution of this problem was using reflective pedagogy paradigm model. The aim of the study were 1) to describe and to know the reflective pedagogy learning model in improving discipline in learning PKn for students grade III in SDN Kledokan 2) to improve and to determine the discipline improvement in learning PKn using reflective pedagogy paradigm model for students grade III in SDN Kledokan.

This research was a classroom action research which conducted in two cycles. The first cycle consisted of two meetings and the second cycle consisted of one meeting. The subject of the research were 31 students of third grade in SDN Kledokan in 2015/2016Academic Year. The model that used was reflective pedagogy paradigm. The object of this study was the students’ discipline attitude in learning PKn. The data was obtained from questionnaire which filled by the students in the end of first and second cycle.

The results showed that the students’ discipline attitude was increased based on three aspects: cognitive, affective, and co native by using reflective pedagogy paradigm model. The improvement of students' discipline attitudes on the initial conditions was 71,32 with percentage 64,51%. The attainment in first cycle was 83,53 and the percentage of students’ discipline was 93,55% (very high). Whereas, second cycle’s attainment was 86,71 and the percentage of students’ discipline was 100% (very high).

(3)

PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Resita Kurnia Dewi

121134096

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Resita Kurnia Dewi

121134096

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai, memberkati, dan membimbing hidupku.

Ayah dan ibuku serta keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberi semangat untukku.

Carolus Ade S. yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan dukungan untukku.

Sahabat-sahabatku Nia, Septi, Dias, Dewi, Siska, Titin, dan Vita yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

(8)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5 : 7)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak

(Aldus Huxley)

Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan yang kita cari dalam diri

kita sendiri, yakni kenyataan. Kenyataan yang harus dihadapi sepahit apapun keadaannya.

(9)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 Januari 2016 Penulis,

(10)

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Resita Kurnia Dewi

Nomor Mahasiswa : 121134096

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF BAGI

SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 Januari 2016

Yang menyatakan

(11)

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIKMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN

Oleh:

Resita Kurnia Dewi (121134096) Universitas Sanata Dharma

2016

Sikap kedisiplinan siswa kelas III SDN Kledokan yang rendah, terlihat dari hasil pembagian kuesioner kondisi awal. Melihat hasil kondisi awal mendorong peneliti untuk meningkatkan sikap kedisiplinan di kelas III SDN Kledokan. Solusi pemecahan masalah tersebut adalah menggunakan model Paradikma Pedagogi Reflektif. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran model pedagogi reflektif untuk meningkatkan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Kledokan 2) meningkatkandan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif dapat bagi siswa kelas III SDN Kledokan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri 2 pertemuan dan siklus II terdiri 1 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa Kelas III SDN Kledokan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Model yang digunakan dalam pembelajaran yaitu paradikma pedagogi reflektif. Objek penelitian ini adalah sikap kedisiplinan siswa dalam pembelajaran PKn. Data sikap kedisiplinan siswa diperoleh dari lembar kuesioner kedisiplinan yang diisi oleh siswa pada akhir siklus I dan II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kedisiplinan siswa meningkat menggunakan model pembelajaran paradikma pedagogi reflektif. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada kondisi awal nilai rata-ratanya adalah 71,32 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 64,51% (rendah). Capaian siklus I rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi). Sedangkan capaian siklus II dengan rata-rata nilai 86,71 dengan persentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 100% (sangat tinggi).

(12)

IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN LEARNING PKN BY USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL

IN GRADE III SDN KLEDOKAN

By:

Resita Kurnia Dewi (121134096) Sanata Dharma University

2016

The students’ discipline of grade III SDN Kledokan was low. It was seen from

the result of questionnaire’s distribution in initial condition. Based on that condition,

researcher was interested to improve discipline in the class III SDN Kledokan. The solution of this problem was using reflective pedagogy paradigm model. The aim of the study were 1) to describe and to know the reflective pedagogy learning model in improving discipline in learning PKn for students grade III in SDN Kledokan 2) to improve and to determine the discipline improvement in learning PKn using reflective pedagogy paradigm model for students grade III in SDN Kledokan.

This research was a classroom action research which conducted in two cycles. The first cycle consisted of two meetings and the second cycle consisted of one meeting. The subject of the research were 31 students of third grade in SDN Kledokan in 2015/2016Academic Year. The model that used was reflective pedagogy paradigm. The object of this study was the students’ discipline attitude in learning PKn. The data was obtained from questionnaire which filled by the students in the end of first and second cycle.

The results showed that the students’ discipline attitude was increased based on three aspects: cognitive, affective, and co native by using reflective pedagogy paradigm model. The improvement of students' discipline attitudes on the initial conditions was 71,32 with percentage 64,51%. The attainment in first cycle was

83,53 and the percentage of students’ discipline was 93,55% (very high). Whereas, second cycle’s attainment was 86,71 and the percentage of students’ discipline was

100% (very high).

(13)

Puji syukur dan terima kasih peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN

DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF BAGI SISWA KELAS III SDN KLEDOKAN.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., SS., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh ketelitian memeriksa skripsi ini.

6. Para dosen Program Studi PGSD beserta karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis.

7. Mulyadi, S.Pd., selaku Kepala SDN Kledokan yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

(14)

Yogyakarta, 27 Januari 2016 Penulis,

Resita Kurnia Dewi waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.

10. Ayah dan Ibuku yang senantiasa menyertiaku dengan doa dan dorongan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Keluarga besar simbah Rono Sukarto yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Orang terdekatku, Carolus Ade Sulistiyo, terima kasih atas segala motivasi dan semangatnya.

13. Sahabat-sahabatku Nia, Septi, Dias, Dewi, Siska, Titin, dan Vita terima kasih karena selalu memberikan dukungan dan semangat.

14. Teman-temanku satu payung, Ika, Johan, Yosi, Astrid, Bravi, Purnomo, Oka, Nugraha, dan Hilda terima kasih atas dukungan dan semangatnya serta persaudaraan yang telah terjalin selama ini.

15. Temanku Agatha Dwi L. yang membantu menyusun abstract penelitian ini. 16. Teman-teman mantan kelas C PGSD angkatan 2012 terima kasih atas dukungan

dan semangatnya.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu oleh penulis yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik yang berwujud material maupun spriritual bagi penyusunan skripsi ini.

(15)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. BatasanMasalah ... 5

C. RumusanMasalah ... 6

D. TujuanPenelitian ... 6

E. ManfaatPenelitian... 7

F. DefinisiOperasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. TinjauanPustaka ... 9

1. PendidikanKewarganegaraan (PKn) ... 9

2. Sikap... 10

3. Nilai ... 12

4. Kedisiplinan ... 13

5. ParadigmaPedagogiRefleksi ... 16

B. HasilPenelitian yang Relevan ... 21

C. KerangkaBerfikir... 24

D. HipotesisPenelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. JenisPenelitiandanDesainPenelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 29

1. TempatPenelitian ... 29

2. SubyekPenelitian ... 29

3. ObyekPenelitian ... 29

4. WaktuPenelitian ... 30

C. RencanaTindakan ... 30

D. TeknikPengumpulan Data ... 40

(16)

4. Dokumentasi ... 42

E. InstrumenPenelitian ... 43

1. PedomanWawancara ... 43

2. LembarObservasi ... 44

3. Kuesioner... 45

F. TeknikPengujianInstrumen ... 50

1. ValiditasInstrumen ... 50

2. UjiReliabilitas ... 60

G. TeknikAnalisis Data ... 62

H. IndikatorKeberhasilan ... 67

I. JadwalPenelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENELITIAN ... 70

A. DeskripsiPenelitian... 70

B. Proses Penelitian ... 72

C. HasilKuesionerSiswa ... 83

D. Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. KeterbatasanPenelitian ... 102

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(17)

Tabel 3.1PedomanWawancaradengan Guru ... 43

Tabel 3.2 LembarObservasiSikapSiswa ... 44

Tabel 3.3 PengukuranKuesioner Item PositifdanNegatif ... 46

Tabel 3.4Sebaran Item Positifdan Item Negatif ... 47

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner ... 49

Tabel 3.6KriteriaRevisi ... 52

Tabel 3.7Hasil Expert JudgementPerangkatPembelajaran ... 53

Tabel 3.8KriteriaRevisi ... 55

Tabel 3.9 Expert JudgementKuesioner ... 55

Tabel 3.10 HasilValiditasSikapKedisiplinanSiswa ... 58

Tabel 3.11 Hasilkuesioner yang valid untuksetiapindikator ... 59

Tabel 3.12KoefisienReliabilitas ... 61

Tabel 3.13HasilReliabilitas ... 61

Tabel 3.14Kriteria PAP Tipe 1 ... 62

Tabel 3.15 Rentangskorkeseluruhansikapdisiplin ... 64

Tabel 3.16Rentangskordari criteria sikapdisiplinmenurutaspekkognitif ... 65

Tabel 3.17Rentangskordari criteria sikapdisiplinmenurutaspekafektif ... 65

Tabel 3.18Rentangskordarikriteriasikapdisiplinmenurutaspekkonatif ... 66

Tabel 3.19 IndikatorKeberhasilanPeraspek... 67

Tabel 3.20 IndikatorKeberhasilanSecaraKeseluruhan ... 68

Tabel 3.21JadwalPenelitian ... 69

Tabel 4.1 HasilSkalaSikapSiklus I AspekKognitif ... 83

Tabel 4.2 HasilSkalaSikapSiklus I AspekAfektif... 85

Tabel 4.3 HasilSkalaSikapSiklus I AspekKonatif ... 86

Tabel 4.4 HasilSkalaSikapSiklus IKeseluruhan ... 87

Tabel 4.5HasilSkalaSikapSiklus II AspekKognitif ... 89

Tabel 4.6HasilSkalaSikapSiklus II AspekAfektif ... 90

Tabel 4.7HasilSkalaSikapSiklus II AspekKonatif ... 91

Tabel 4.4 HasilSkalaSikapSiklus II Keseluruhan ... 92

Tabel 4.9PersentasePencapaianSiswa ... 94

(18)

Gambar 2.1 SkemaPenelitian yang Relevan ... 23 Gambar 3.1 Model SiklusKemmisdan Mc. Taggart ... 27 Gambar 4.1 GrafikPersentaseSikapKedisiplinanSiswa

SecaraKeseluruhan ... 95 Gambar 4.2 GrafikPersentaseSikapKedisiplinanSiswa

SecaraPeraspek ... 98 Gambar 4.3 GrafikPeningkatanNilaiSikapKedisiplinanSiswa

(19)

Lampiran 1 SuratIjinPenelitian ... 106

Lampiran 2 SuratKeterangan ... 107

Lampiran 3 SilabusPembelajaran ... 108

Lampiran 4 RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ... 114

Lampiran 5 RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 ... 124

Lampiran 6 RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 ... 134

Lampiran 7 KuesionerSebelumValidasi ... 146

Lampiran 8 KuesionerSetelahValidasi ... 152

Lampiran 9 ContohSoalEvaluasiSiklus I Pertemuan 1 yangDikerjakanSiswa ... 158

Lampiran 10 ContohSoalEvaluasiSiklus I Pertemuan 2 yangDikerjakanSiswa ... 159

Lampiran 11 ContohSoalEvaluasiSiklus II Pertemuan 1 yangDikerjakanSiswa ... 160

Lampiran 12 ContohKuesionerAkhirSiklus I yang DikerjakanSiswa ... 161

Lampiran 13 ContohKuesionerAkhirSiklus II yang DikerjakanSiswa ... 165

Lampiran 14 ValidasiInstrumenPembelajaranolehDosen 1 ... 169

Lampiran 15 ValidasiInstrumenPembelajaranolehDosen 2 ... 173

Lampiran 16 ValidasiInstrumenPembelajaranoleh Guru ... 177

Lampiran 17 Data KognitifSiswaAkhirSiklus I ... 181

Lampiran 18 Data AfektifSiswaAkhirSiklus I ... 183

Lampiran 19 Data KonatifSiswaAkhirSiklus I ... 185

Lampiran 20 Data KognitifSiswaAkhirSiklus II ... 187

Lampiran 21 Data AfektifSiswaAkhirSiklus II ... 189

Lampiran 22 Data KonatifSiswaAkhirSiklus II ... 191

Lampiran 23 AnalisisButirKuesioner ... 193

Lampiran 24 ValiditasKuesioner ... 194

Lampiran 25 HasilObservasiKelas ... 202

Lampiran 26 HasilWawancara Guru Kelas ... 203

Lampiran 27 AksiSiswaPertemuan I ... 204

Lampiran 28 AksiSiswaPertemuan II ... 205

Lampiran29 AksiSiswaPertemuan III ... 206

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I akan membahas enam bagian pendahuluan dari penelitian yaitu latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci pembangunan di masa yang akan datang. Manusia dapat belajar mengembangkan potensi diri sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas melalui pendidikan. Arti pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana seseorang untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat dengan aktif mengembangkan potensi diri, sehingga siswa mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara (Suyadi, 2013 : 4).

(21)

jawab (Kurniawan, 2013: 38). Pendidikan sangat penting ditanamkan sejak anak usia dini melalui pendidikan dasar.

Pendidikan dasar menurut KBBI merupakan pendidikan terendah yang diwajibkan bagi semua warga negara. Pendidikan dasar yang berlaku di Indonesia adalah jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar inilah menjadi dasar bagi pendidikan menengah. Pendidikan dasar di Indonesia dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama. Materi yang diberikan untuk jenjang pendidikan di SD diantaranya adalah Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Penjaskes, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Agama dan PKn.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. PKn adalah pendidikan yang mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara yang demokratis, yang menghargai perbedaan, dan mencintai keadilan dan kebenaran (Utami, 2010: 2). PKn merupakan mata pelajaran dimana didalamnya memuat pendidikan karakter yang ditujukan untuk anak-anak di Indonesia. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai dari pandangan hidup bangsa, agama, dan budaya yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Kurniawan, 2013: 39). PKn merupakan sarana pengembangan sikap. Sikap menurut Azwar (2015: 23-24) terdiri atas tiga komponen yaitu komponen yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan komponen konatif (conative).

(22)

peneliti tanggal 5 Agustus 2015, pemberian materi PKn di SD disampaikan hanya sebatas materi pelajaran saja, sehingga siswa kurang dapat memahami nilai yang dimiliki setiap materi PKn setelah mempelajari. Hal tersebut dikarenakan siswa menerima materi dengan kemampuan kognitifnya saja. Kemampuan kognitif saja belum cukup dimiliki siswa. Siswa hendaknya mengamalkan nilai yang terkandung dalam pelajaran PKn tersebut. Pengamalan dari nilai tersebut dapat berupa sikap positif yang dilakukan untuk lingkungan sekitar.

(23)

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru kelas untuk melihat kondisi awal siswa di SDN Kledokan di samping pembagian kuesioner. Wawancara dilakukan peneliti di kelas III SDN Kledokan pada tanggal 5 Agustus tahun ajaran 2015/2016.Peneliti mengamati dalam hal menaati aturan yaitu siswa dalamberseragam apakah sesuai aturan, baju dimasukkan, memakai ikat pinggang, dan sepatu warna hitam. Peneliti juga mengamati kontrol diri siswa, apakah siswa mendengarkan saat guru menjelaskan. Hal lain yang diamati peneliti adalah kesadaran siswa saat belajar, apakah mereka mengerjakan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik. Wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas berkaitan dengan kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Peneliti berpendapat bahwa terjadi masalah sikap kedisiplinan siswa dalam aplikasi materi pembelajaran PKn.

(24)

aspek kognitif, afektif, dan konatif. Langkah-langkah model PPR sendiri diawali dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Siswa diharapkan mempunyai pemikiran yang nalar, sikap disiplin dan berinisiatif, serta mampu mengembangkan integritas pribadi dan berpikir positif. Siswa juga diharapkan mampu menerima nilai kedisiplinan dengan baik, bukan hanya kemampuannya kognitifnya saja, namun juga dapat merasakan pentingnya nilai dalam kehidupan serta dapat melaksanakan nilai tersebut.

Uraian diatas menjadi latar belakang untuk mengetahui peningkatan mengenai sikap nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut yang

mendasari penulis untuk membuat tulisan yang berjudul “Peningkatan Sikap

Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Reflektif bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan”.

B. Batasan Masalah

(25)

lingkungan masyarakat sekitar. 2.3 Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari hal-hal yang sudah terurai dari latar belakang masalah maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan model paradigma pedagogi reflektif untuk meningkatkan sikap kedisiplinan bagi siswa kelas III SDN Kledokan pada pelajaran PKn?

2. Apakah model paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan sikap nilai kedisiplinan bagi siswa kelas III SDN Kledokan pada pelajaran PKn?

D. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan model pedagogi reflektif dalam upaya meningkatkan sikap kedisiplinan bagi siswa kelas III SD Negeri Kledokan pada pelajaran PKn.

(26)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, seperti diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa kelas III untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai perjuangan pada pembelajaran PKn.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model paradigma pedagogi reflektif yang dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas dan diterapkan oleh guru kelas.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman metode pembelajaran bagi guru. 4. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi bekal untuk peneliti saat menjadi guru SD.

F. Definisi Operasional

Berikut definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini:

(27)

2. Sikap adalah keteraturan reaksi seseorang terhadap objek sikap dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

3. Kedisiplinan adalah kemampuan mengendalikan diri untuk berperilaku tertib dan patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjabarkan tentang segala sesuatu yang mendasari teori penelitian yaitu tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Sekolah Dasar (SD). PKn menjadi sarana untuk reformasi kehidupan bangsa yang saat ini mengalami kemerosotan nilai dan moral (Utami, 2010: 1). Menurut Darmadi (2010: 34) Pendidikan Kewarganegaraan berupaya untuk membentuk anak didik menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab dan ikut serta mampu mengenalkan Pancasila dan UUD45. Pengertian PKn dapat disimpulkan sebagai mata pelajaran nilai dan moral untuk mendidik anak menjadi warga Indonesia yang baik sesuai Pancasila dan UUD45.

(29)

ataupun tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Utami, 2010: 2)

Tercapainya tujuan PKn perlu didukung kompetensi pembelajaran yang sesuai. Kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa adalah (1) memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia (2) memahami aturan-aturan sosial yang berlaku disekitarnya (3) menghargai keberagaman agama, suku, budaya, ras, dan golongan sosial ekonomi disekitarnya (4) memiliki sikap cinta lingkungan (5) memiliki kemampuan perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai Pancasila (Utami, 2010: 2).

2. Sikap

Sikap menurut Secord & Backman dalam Azwar (2015: 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap adalah suatu bentuk reaksi dari perasaan seseorang terhadap suatu peristiwa yang sedang dialaminya.

(30)

dimiliki seseorang. Ketiga komponen sikap tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Apabila ketiga komponen tersebut berjalan dan terlaksana dengan seimbang maka dapat memunculkan karakter baik pada siswa.

Komponen-komponen karakter yang baik menurut Lickona (2014: 74-79) terdiri dari aspek pengetahuan moral merupakan ilmu yang dapat dimanfaatkan ketika seseorang menghadapi tantangan-tantangan moral dalam hidup. Terdapat enam ranah pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri. Aspek pengetahuan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen kognitif dari sikap.

Aspek perasaan moral yang memiliki arti pertimbangan hati untuk menentukan susuatu tindakan yang benar atau salah. Terdapat enam ranah dalam perasaan moral yaitu hati nurani, penghargaan diri, empati, menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati. Aspek perasaan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen afektif dari sikap (Lickona, 2014: 79-85).

Aspek tindakan moral yang memiliki arti perbuatan benar atau salah yang didasari oleh pengetahuan dan perasaan yang siswa miliki. Terdapat tiga ranah tindakan moral yaitu kompetensi, kehendak, dan kebiasaan. Aspek tindakan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen konatif dari sikap (Lickona, 2014: 86-87).

(31)

masalah atau kejadian. Komponen sikap dapat dijadikan indikator yaitu: 1) kognitif; 2) afektif 3) psikomotor atau konatif.

3. Nilai

Nilai berasal dari bahasa latin vale’rê yang mempunyai arti berguna, berdaya,

mampu akan, sehingga dipandang sebagai sesuatu yang baik (Adisusilo, 2012: 56). Nilai menurut Sapriya (2009: 53) merupakan sesuatu berharga yang berupa seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku seseorang atau kelompok masyarakat yang terungkap ketika melakukan tindakan atau berpikir. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan sesuatu itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan dapat membuat orang yang menghayatinya bermatabat (Adisusilo, 2012: 56). Nilai dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berkualitas dimana merupakan keyakinan atau prinsip seseorang yang disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna saat sehingga menjadi orang yang bermatabat dalam melakukan tindakan atau berpikir.

Nilai mempunyai peranan dalam hidup manusia. Menurut Wahana (2004: 92) peranan nilai untuk kehidupan adalah mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia untuk membentuk dirinya menggubakan tindakan-tindakan. Nilai mengarahkan hidup manusia menjadi manusia yang baik. Nilai juga dapat

memotivasi menjadi pedoman hidup manusia” (Adisusilo, 2012: 59). Nilai tidak

(32)

a. Nilai pada tahapan dipikirkan

b. Nilai yang menjadi keyakinan atau tahap niat pada seseorang untuk melakukan sesatu

c. Tahap nilai telah menjadi keyakinan dan diwujudkan dalam tindakan. Nilai dibagi menjadi dua, yaitu nilai subtantif dan nilai prosedural. Nilai subtantif adalah keyakinan yang dipegang pelajar sebagai hasil belajar bukan hanya penyampaian informasi saja. Nilai prosedural merupakan mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang, misalnya nilai kedisiplinan, tolelansi, kejujuran, menghormati kebenaran.

4. Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin. Disiplin menurut kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kepatuhan terhadap peraturan (KBBI 2008). Mustari (2014: 35) memaparkan disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang ada. Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati (Mulyasa, 2008: 191). Pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan tindakan yang patuh dan tertib pada aturan yang ada. Disiplin dapat ditanamkan dengan menggunakan tiga cara, yaitu: cara otoriter, cara permisif, dan cara demokratis (Hurlock, 1989: 92).

(33)

hukuman yang berat tanpa persetujuan. Pujian akan diberikan kepada siswa yang berhasil melakukan disiplin. Cara permesif adalah cara yang bebas. Siswa diberi kebebasan untuk melalukan disiplin sesuai dengan hati nuraninya. Cara demokratis adalah cara mengajarkan disiplin dengan mengenalkan teori-teori mengenai kedisiplinan tersebut (Hurlock, 1989: 93-94).

Tujuan menanamkan disiplin menurut Hurlock (1989: 93-94) adalah untuk mengajar siswa bahwa perilaku tidak disiplin selalu akan diikuti hukuman, namun perilaku disiplin akan mendapatkan pujian. Mengajarkan pada siswa tingkatan penyesuain yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan. Membantu siswa mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Tujuan disiplin di sekolah menurut Mulyasa(2008: 192) adalah untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat mengapai hasil belajar yang optimal. Mendisiplinkan peserta didik diperlukan strategi. Strategi mendisiplinkan anak menurut Mulyasa (2011: 27) sebagai berikut:

(34)

2. Keterampilan berkomunikasi (communication skills), pendidik perlu memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan siswa.

3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences), perilaku siswa yang salah karena telah mengembangkan

kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Pendidik disarankan untuk menunjukkan perilaku yang salah dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

4. Klarifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu siswa dalam menjawab pertanyaan sendiri mengenai nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5. Analisis transaksional (transactional analysis), seorang pendidik belajar sebagai orang dewasa terutama saat menghadapi siswa yang mempunyai masalah.

6. Terapi realitas (reality therapy), sekolah berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Pendidik hendaknya mempunyai sikap positif dan tanggungjawab.

7. Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), pendidik mengendalikan penuh untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan yang ada disekitar siswa.

(35)

dengan hal tersebut, pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

9. Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), pendidik diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan mempunyai pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa siswa akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari pertama masuk sekolah.

5. Paradigma Pedagogi Reflektif

Pedagogi menurut Subagya (2010: 22) merupakan seni mengajar untuk mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Polapikir yang dikembangkan dalam PPR adalah membentuk siswa menjadi seorang yang mempunyai nilai kemanusian, dapat merefleksikan semua yang dilakukannya dan melakukan aksi untuk mewujudkan nilai tersebut (Subagya, 2008: 39). PPR dibuat oleh para pengajar Jesuit yang didasari pada ciri-ciri pendidikan Jesuit.

(36)

Tujuan seluruh pendidikan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif menurut Suparno (2015: 18-19) adalah mengembangkan manusia utuh yang gembira dalam mengabdi Tuhan lewat sesamanya. Hal tersebut diterjemahkan dalam rumusan 3 C yaitu: competence, conscience, dan compassion. Ketiga rumusan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Competence

Competence mempunyai arti menguasi ilmu pengetahuan/keterampilan sesuai

bidangnya. Siswa setelah mendalami dan mengolah bahan yang telah dipelajari menjadi kompeten dalam bidang itu atau bahan itu. Maka secara kognitif atau intelek siswa memang menguasi bahannya dan dapat menjelaskan bahan itu engan benar. Secara lebih mendalam siswa juga dapat melakukan sesuatu yang berkaitan hal itu sehingga bukan hanya segi kognitifnya yang berkembang tetapi juga afeksi dan psikomotornya.

b. Conscience

Conscience berarti mempunyai hatinurani yang dapat membedakan baik dan

(37)

c. Compassion

Compassion berarti bahwa siswamempunyai kepekaan untuk berbuat baik

bagi orang lain yang membutuhkan, mempunyai kepedulian kepada orang lain terutama yang miskin dan kecil. Siswa diharapkan tidak hanya pandai tetapi sekaligus didorong untuk peka terhadap kebutuhan orang lain dan mau berbuat sesuatu berkaitan dengan bidangnya dan kemajuan orang lain.

Paradigma Pedagogi Reflektif mempunyai lima unsur utama yang harus dikembangkan, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Kelima unsur tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Konteks

Konteks dalam PPR berisi wacana mengenai nilai yang ingin dikembangkan antara guru dan siswa. Nilai yang dikembangkan dalam konteks merupakan nilai kemanusiaan. Nilai yang ingin dikembangkan tersebut kemudian dihayati dan diperjuangkan. Relasi antara guru dan siswa akan dihormati dan dipuji. Guru dan siswa perlu bersahabat dan saling membantu satu dengan yang lain dengan semangat dan murah hati dan dinyatakan dalam suatu yang kongkrit. Unsur dalam PPR selain konteks adalah pengalaman.

b. Pengalaman

(38)

dengan pemberian contoh secara konkrit karena pengalaman tidak bisa didapat dari membaca buku tetapi harus mengalami secara langsung hal tersebut sehingga materi akan mudah untuk diingat.

c. Refleksi

Paradigma Pedagogi Reflektif selain menekankan pada pengalaman juga menekankan pada refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengetahui bagaimana siswa dapat memahami nilai yang didapat saat melakukan pelajaran. Guru memfasilitasi siswa dengan membuat pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk siswa. Siswa dalam keadaan hening dan diam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya. Hal yang dilakukan siswa setelah melakukan refleksi adalah melakukan aksi.

d. Aksi

Aksi disini merupakan kegiatan tindak lanjut yang akan dilakukan siswa setelah mempelajari pelajaran. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pada siswanya untuk membangun niat mengenai hal apa yang akan dilakukan. Siswa diharap menjadi pejuang untuk melaksanakan nilai-nilai dari refleksi mereka.

e. Evaluasi

(39)

Kelima unsur yang ada dalam Paradigma Pedagogi Reflektif membawa kelebihan jika diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif seperti yang dijelaskan oleh Subagya (2010: 68) adalah sebagai berikut:

a. dapat diterapkan kepada semua kurikulum

Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat diterapkan dalam semua kurikulum yang diterapkan pemerintah. Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun, selain pendekatan baru pada cara mengajarkan mata pelajaran yang ada.

b. fundamental untuk proses belajar mengajar

Paradigma ini dapat diterapkan pada ranah non-akademik, seperti kegiatan ekstrakurikuler, olahraga, program pelayanan masyarakat, retret, dan sebagainya. Paradigma ini dapat membantu siswa menemukan hubungan antara bagian-bagian dari suatu bidang studi atau dengan bidang-bidang studi lain.

c. menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik

Paradigma ini memungkinkan para pengajar memperkaya baik isi maupun susunan yang mereka ajarkan, cara mendorong inisiatif siswa, cara mendorong siswa untuk aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil studi, dan cara memotivasi siswa untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman siswa.

(40)

Paradigma ini mendukung integrasi antara pengalaman belajar di ruang kelas dengan pengalaman di rumah, waktu bekerja, dunia teman sebaya, dan sebagainya.

e. menekankan matra sosial belajar maupun mengajar

Paradigma ini mendorong kerjasama yang erat dan berbagi pengalaman serta dialog antar siswa. Melalui interaksi tersebut lama-kelamaan siswa menjadi sadar bahwa pengalaman-pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan yang manusiawi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti akan memaparkan tiga penelitian yang relevan. Penelitian yang relevan pertama penelitian dari Supriyanto yang berjudul“PenerapanMetode PembelajaranStudentTeamsAchievementDivision(STAD)untukMeningkatkan KedisiplinandanHasilBelajarSiswaSMANPlusSukowonoJember”.Penelitiantindak ankelasinimenunjukkanpeningkatankedisiplinandanhasilbelajarsiswa kelasX-1SMANPlusSukowonoJemberpadapelajaranekonomimenggunakan

metodepembelajarankooperatiftipeSTAD.Persentaseketuntasanklasikalhasil

belajarsiswadaripra-siklus(56,3%)meningkatsetelahsiklus1(62,5%)dan siklus 2 (87,5%).

(41)

tersebut menunjukkan bahwa persentase sikap ilmiah kelas Jigsaw lebih tinggi dari Group Investigation pada kategori sedang dan tinggi, sedangkan pada kategori sangat tinggi persentase sikap ilmiah kelas Jigsaw lebih rendah daripada Group Investigation.

Penelitian yang relevan ketiga adalah penelitian dari Widiyanti (2012) yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi

Belajar Terhadap Kepribadian Siswa”. Penelitian dilakukan dengan memberikan

materi pelajaran yang sama terhadap kelas eksperimen dan kontrol namun pendekatan yang digunakan berbeda. Kelas eksperimen dengan pendekatan PPR dan kelas kontrol dengan pendekatan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan pengaruh pendidikan karakter dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan pendekatan konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik, (2) Terdapat perbedaan kepribadian dalam Pendidikan Agama Katolik antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah dalam belajar, (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pendidikan karakter dengan pendekatan paradigma pedagogi refleksi dan motivasi belajar terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik.

(42)

pada mata pelajaran Pkn di SDN Kledokan. Hubungan tersebut akan dijabarkan dan dirangkung dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 skema penelitian yang relevan

Gambar 2.1 menjelaskan posisi penelitian diantara penelitian-penelitian yang relevan. Tiga penelitian yang relevan merupakan penelitian tentang peningkatan sikap kedisiplinan dengan model Paradigma Pedagogi Reflektif. Ketiga penelitian tersebut menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn Menggunakan Model

Paradigma Pedagogi Reflektif bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan. Penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang telah ada. Penelitian ini melihat peningkatan sikap

Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma

Pedagogi Reflektif bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan

PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa

Peningkatan Kedisiplinan Sikap

(43)

kedisiplinan yang dilihat dari tiga aspek sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran dimana didalamnya memuat pendidikan karakter yang ditujukan untuk anak-anak di Indonesia. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai dari pandangan hidup bangsa, agama, dan budaya yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan sikap. Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Salah satu contoh sikap yang perlu dikembangkan adalah kedisiplinan.

(44)

perbuat setelah mengikuti proses pembelajaran. Kurangnya sikap kedisiplinan siswa dikarenakan siswa hanya mempelajari kognitif.

Peneliti memilih menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif untuk meningkatan sikap kedisiplinan. Sehingga siswa mempunyai kecenderungan bersikap disiplin. Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajarannya menekankan pada kemampuan 3C yaitu competence,conscience, dan compassion. Langkah-langkah pembelajaran model PPR diawali dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pembelajaran tidak hanya memperoleh materi pelajaran namun juga menekankan pada refleksi serta tindak lanjut dari hal yang telah dipelajari. PPR memuat kegiatan untuk merefleksikan dan membuat rencana yang akan dilakukan dan mengevaluasi hasil kerja mereka sehingga PPR ini cocok untuk meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Siswa dapat belajar pengetahuan dari materi sikap kedisiplinan dengan PPR. Siswa juga dapat mengetahui dan menghargai sikap kedisiplinan serta terdorong untuk melakukan sikap kedisiplinan.

D. Hipotesis Penelitian

1. Penerapan langkah model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi dalam upaya meningkatkan sikap kedisiplinan bagi siswa kelas III SD Negeri Kledokan pada pelajaran PKn.

(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III berisi jenis penelitian dan desain penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, indikator keberhasilan, instrumen penelitian, validitas instrumen, reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis penelitian dan desain penelitian

Jenispenelitianyangakandigunakandalampenelitianiniadalah

penelitiantindakankelas(PTK). Mulyasa (2009: 11) memaparkan penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok siswa dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Kunandar (2008: 45) memaparkan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas danmeningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.Jadi, penelitian ini dilakukan secara nyata oleh guru sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Model PTK yang dapat dipergunakan untuk melakukan penelitian tindakan kelas ada beberapa macam. Model tersebut diantaranya seperti model Kurt Lewin, model Kemmis Mc Taggart, model Dave Ebbut, model John Elliott, model Hopkins, dan model Mc Kernan (Kusumah, 2010: 19).

PenelitianinimenggunakanmodelpenelitianKemmisdanMc. Taggart.Modelini dipilih oleh peneliti karena langkah-langkahnyaterdiridariperencanaan,tindakan, observasi,danrefleksi,yangkeempatnyamerupakansatusiklus.Setelah

(46)

yangtelahdilakukan.Kemudiandilakukanperencanaanulanguntuk dilaksanakanpada siklustersendiri.Skema penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Aqib, 2011: 16) dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sumber: Aqib (2011: 16)

Gambar 3.1 Model Siklus Kemmis dan Mc. Taggart

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa ada empat tahap dalam setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Penjelasan empat tahap penelitian tersebut menurut Kusumah (2010: 39) adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Perencanaan

Observasi Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Siklus I

(47)

Tahap perencanaan merupakan tahap untuk menyusun rancangan yang berkaitan dengan PTK.Perencanaan tersebut meliputi perencanaan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.Perencanaan pembelajaran dapat dikatakan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus pembelajaran. b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau implementasi tindakan merupakan realisasi dari perangkat pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.Tahap pelaksanaan ini dilakukan oleh peneliti kelas tersebut.Diharapkan peneliti dapat berpikir kreatif dan inovatif untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

c. Pengamatan atau Observasi

Kata lain dari tahap pengamatan adalah monitoring.Tahap pengamatan ini bisa dilakukan oleh peneliti atau kolaborator yang diberi tugas untuk hal tersebut. Tugas pengamat adalah mencatat semua peristiwa apa yang terjadi di kelas penelitian.

d. Refleksi

Tahap yang keempat adalah refleksi.Refleksi adalah kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu upaya evaluasi diri terhadap hal yang dilakukan. Kegiatan refleksi memunculkan kembali masalah yang ada selama penelitian berlangsung dan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.

(48)

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kledokan yang beralamatkan di Jln. Garuni III, Kledokan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bangunan sekolah tersebut terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas satu sampai enam, ruang BK, ruang UKS, perpustakaan, kantin sekolah, ruang komputer, lapangan olah raga, taman bermain, serta toilet guru dan siswa.

2. Subyek penelitian

SDN Kledokan memiliki jumlah keseluruhan siswa sebanyak 176 siswa dengan jumlah 29 siswa kelas I , 32 siswa kelas II, 31 siswa kelas III, 31 siswa kelas IV, 27 siswa kelas V, dan 26 siswa kelas VI. Perekonomiannya bisa digolongkan menengah ke bawah. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta yaitu bekerja sebagai pedagang. Penelitian ini mengambil siswa kelas III di SDN Kledokan dengan jumlah siswa 31 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

3. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah sikap siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan pelaksanaan nilai disiplin siswa di SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melaksanakan aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat menggunakan model paradigma pedagogi reflektif.

(49)

Penelitian ini berlangsung dari 30 September 2015 sampai dengan 6 November 2015 di SD Negeri Kledokan.

C. Rencana tindakan

1. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi :

a. Meminta ijin penelitian kepada Kepala SDN Kledokan.

b. Menganalisis materi pelajaran dengan melakukan wawancara dengan guru kelas III mengenai permasalahan sikap siswa mengenai nilai kedisiplinan di sekolah.

c. Melakukan pengamatan pembelajaran siswa kelas III untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta kondisi awal sikap siswa dalam belajar.

d. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas III, yaitu kurangnya sikap siswa mengenai nilai kedisiplinan untuk melaksanakan aturan-aturan yang disekitar lingkungannya.

e. Merumuskan masalah dan hipotesis.

f. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya. g. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus.

(50)

Penelitian ini merupakan PTK yang berawal dari permasalahan sikap siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini menekankan pada peningkatan sikap siswa terhadap nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SDN Kledokan dengan materi aturan-aturan yang ada di lingkungan sekitar semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dua kali pertemuan dan siklus II satu kali pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan waktu 2 jp (2 x 35 menit).

3. Siklus I

a. Rencana tindakan:

Perencanaan yang dilakukan adalah membuat perangkat pembelajaran yang berupa RPP, silabus, pembuatan media pembelajaran, dan instrumen penelitian. Mendata nama siswa kelas III yang mempunyai sikap kurang baik sampai siswa yang mempunyai sikap paling baik dalam mengikuti pembelajaran di kelas berdasar hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.

Pertemuan 1

1. Kegiatan Awal (15 menit)

(51)

d. Guru melakukan presensi.

e. Guru memberikan kontrak belajar. f. Guru menyampaikan tujuan pelajaran. g. Guru membagikan kuesioner penelitian.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi (5 menit)

Competence

a. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian aturan. (Konteks) b. Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan pengetahuan mereka.

(Pengalaman).

c. Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa.

Elaborasi (15 menit)

a. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.

b. Guru membagikan puzzle kepada setiap kelompok dan menginstruksikan siswa untuk menyusunnya yang nantinya siswa akan menjelaskan tentang gambar yang ada di puzzle dan tujuan gambar tersebut dilakukan.

c. Siswa menyusun puzzle

(52)

e. Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga membuat daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai perwujudan bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di sekolah maupun di masyarakat.

Konfirmasi (25 menit)

a. Memberikan umpan balik positif terhadap keberasilan siswa.

b. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif selama pembelajaran.

c. Siswa diberi kesempatan bertanya

3. Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran Conscience

b. Melakukan refleksi (Refleksi)

- Bagaimana perasaanmu mengikuti pelajaran hari ini?

- Apakah kamu terlibat dalam diskusi kelompok dan menggunakan waktu secara disiplin?

- Apakah kamu sudah mengetahui jenis-jenis aturan yang ada di lingkungan masyarakat sekitar?

Compassion

c. Menetukan aksi (Aksi)

- Siswa membuat daftar daftar aturan yang ada di sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar

(53)

d. Siswa diberikan latihan soal. (Evaluasi) e. Pemberian tugas rumah untuk siswa

f. Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya g. Doa penutup dan salam

Pertemuan 2

1. Kegiatan Awal (5menit)

a. Salam pembuka b. Doa Pembukaan c. Presensi

d. Apersepsi

- Guru dan siswa bertanya jawab tentang siapa yang menaati aturan hari ini (Konteks).

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

Eksplorasi

Competence

- Guru menampilkan macam-macam gambar tentang aturan-aturan dan contohnya yang berlaku di sekolah, rumah dan masyarakat (Pengalaman)

Elaborasi

(54)

b. Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam aturan yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti gambar yang sudah ditampilkan.

c. Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang berlaku di masyarakat.

d. Guru meminta siswa mengelompokkan gambar yang diberikan sesuai dengan macam-macam aturan yang berlaku di masyarakat, di sekolah, dan di rumah.

e. Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya aturan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Guru meminta kelompok yang telah selesai mengerjakan untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di dalam kelompok

Konfirmasi

a. Guru mengoreksi jawaban siswa.

b. Guru menanyakan kepada siswa hal yang belum dipahami atau kesulitan selama pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir (15menit)

a. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan pembelajaran Conscience

(55)

Compassion

c. Guru mengajak siswa untuk membuat contoh aturan yang cocok berlaku di kelas (Aksi).

d. Guru membagikan latihan soal sebagai evaluasi (Evaluasi). e. Guru memberikan koesioner kedisiplinan.

f. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan mempersilahkan siswa untuk istirahat

c. Pengamatan atau Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung proses pembelajaran, cara kerja kelompok dan sikap masing-masing anggotanya dan mencatat kejadian yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Hal tersebut bertujuan sebagai tolok ukur untuk menjalankan siklus selanjutnya.

d. Refleksi

1) Meninjau akhir siklus 1 untuk mengetahui apakah target yang ditentukan telah tercapai

2) Mencari kekurangan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan mencari penyebabnya.

3) Merencanakan tindak lanjut untuk menjadi dasar perbaikan di siklus yang ke 2

4) Menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam siklus selanjutnya.

(56)

6) Peneliti merancang tindakan untuk siklus berikutnya.

4. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti kembali menyiapkan RPP, materi, dan soal evaluasi untuk pembelajaran di siklus II. Selain itu peneliti juga menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pembelajaran

b. Pelaksanaan

Pada siklus II ini dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.

1. Kegiatan Awal (7 menit)

a. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk memulai pelajaran b. Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu siswa c. Guru menanyakan kabar siswa

d. Guru melakukan presensi

e. Guru memberikan kontrak belajar f. Guru menyampaikan tujuan pelajaran

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi (5 menit)

(57)

- Siswa menjawab sikap apa yang harus dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu serta pernahkah siswa melakukan aturan menurut pengalaman yang mereka miliki (Pengalaman).

Elaborasi (30 menit)

Competence

a. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 anak.

b. Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang berwujud dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak disiplin yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.

c. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.

d. Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh sikap disiplin atau tidak disiplin dan akibatnya terhadap aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat.

Konfirmasi (5 menit)

a. Memberikan umpan balik positif terhadap keberasilan siswa.

b. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif selama pembelajaran.

c. Siswa yang belum paham diberi kesempatan bertanya

3. Kegiatan Penutup (23 menit)

(58)

Conscience

b. Melakukan refleksi (Refleksi)

- Bagaimana perasaanmu mengikuti pelajaran hari ini?

- Apakah kamu terlibat dalam diskusi kelompok dan menggunakan secara disiplin?

- Apakah kamu sudah mengetahui aturan yang ada di lingkungan masyarakat sekitar?

- Apakah kamu sudah mengetahui contoh perbuatan disiplin dan tidak disiplin?

Compassion

c. Menetukan aksi (Aksi)

- Membuat aturan-aturan di lingkungan rumah d. Siswa mengerjakan soal evaluasi (Evaluasi) e. Pemberian tugas rumah untuk siswa

f. Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya g. Doa penutup dan salam

c. Pengamatan atau Observasi

(59)

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi permasalah-permasalahan yang muncul. Peneliti juga melihat hasil observasi apakah sudah menunjukkan peningkatan.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik nontes. Teknik pengumpulan data non tes dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi.

1. Observasi

(60)

memberikan check list pada butir-butir pernyataan yang sesuai dengan apa yang terjadi di dalam kelas berkaitan dengan kedisiplinan belajar siswa.

2. Kuesioner

Teknikpengumpulandatayangselanjutnyaadalahkuesioner.

MenurutSugiyono(2014:199),kuesionermerupakanteknikpengumpulan datayangdilakukandengancaramemberiseperangkatpernyataanatau

pernyataantertuliskepadarespondenuntukdijawabnya.Kuesioner mempunyai dua jenis yaitu kuesioner berstruktur atau tertutup yang berisi pertanyaan disertasi jawaban dan kuesioner tidak berstruktur atau terbuka yang berisi pertanyaan tidak disertai jawaban (Kusumah, 2010: 78). Peneliti menggunakan jenis kuesioner

tertutup untuk mencari data.Penelitimenyebar

kuesioneruntukmemperolehhasilkedisiplinansiswadalamkegiatan pembelajarandikelas.Dalamkuesionerterdapat20pernyataanatau

pertanyaanyangakandipiliholehsiswasesuaidenganyangsiswa alami dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberi tanda silang(X) pada kolom jawaban. Pertanyaan yang ada dalam kuesioner mengandung tiga ranah yang harus dikembangkan oleh siswa yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman), dan konatif (pelaksanaan).

(61)

serta kesadaran akan tujuan. Pernyataan dibuat menjadi pernyataan 13 favorable dan 7 pernyataan unfavorable.

3. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada subjek yang diteliti (Kusumah, 2010: 77). Wiriaatmadja, (2007: 117) mengungkapkan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang- orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu. Wawancara mempunyai dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (Kusumah, 2010: 77). Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara oleh karena itu wawancara yang dilakukan merupakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan secara langsung yaitu dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas dan siswa tanpa perantara. Peneliti melakukan wawancara sebelum melakukan penelitian. Pertanyaan yang diajukan peneliti merupakaan pertanyaan mengenai sikap siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan konatif terhadap nilai kedisiplinan.

4. Dokumentasi

(62)

selamaprosespembelajaran.Penilaianuntukaspekkognitifpeneliti menggunakan nilai evaluasi.

E. Instrumen penelitian

Instrumenpenelitianyangdigunakanpenelitiyaitupedomanwawancara, lembar observasi sikap, dan kuesioner.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan peneliti untuk mencari kondisi awal yang dilakukan dengan mewawancarai guru kelas. Garis besar pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan indikator sikap kedisiplinan. Pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara dengan Guru

Indikator Pernyataan Jawaban Keterangan

(63)

Indikator Pernyataan Jawaban Keterangan

Tabel 3.1 menunjukkan tentang pedoman wawancara yang digunakan peneliti untuk mengetahui masalah yang ada di kelas III. Wawancara dilakukan dengan guru kelas untuk memperoleh kondisi awal siswa.

2. Lembar Observasi

Observasidilakukanolehpenelitiyangmengacupadaaktivitasgurudan

siswaselamapembelajaranberlangsung. Observasi yang dilakukan adalah dengan memberikan deskipsi kepada proses pembelajaran yang ada di kelas.Observasi yang dilalukan peneliti diantaranya mengamati hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang terdapat di kelas yaitu: a) proses pembelajaran b) pengelolaan kelas c) metode pembelajaran. Format lembar observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Lembar Observasi Sikap Siswa

Indikator Aspek yang diamati Deskripsi Hasil

Pengamatan

Proses pembelajaran

Siswa memperhatikan guru saat melakukan pembelajaran

(64)

Indikator Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

Pengelolaan kelas Siswa menjalankan aturan yang berlaku di kelas

Metode pembelajaran Guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah dalam model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Tabel 3.2 merupakan pernyataan yang akan diamati peneliti saat melakukan observasi di kelas III. Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti digunakan untuk mencari permasalahan pembelajaran di kelas III serta untuk menguatkan data pada penulisan latar belakang.

3. Kuesioner

Instrumenpenilaianyangdigunakanpenelitiadalah

penilaiannontes.Instrumennontesyangdigunakandalampenelitian

berupalembarkuesioner.Kuesionerdigunakanuntukmengukurranah kognitif, afektif,dan konatif dalamhalkedisiplinansiswaselamaproses pembelajaran. Kuesioner disusun berdasarkan indikator kedisiplinan. Kuesioner terdiri dari 47 item pernyataan atau pertanyaan yang terbagi menjadi 24 item positif dan 23 item negatif. Item positif sering disebut dengan favorabel dan item negatif sering disebut unfavorabel. Pengisian kuesioner menggunakan cara memberi tanda check list pada kolom SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS

(65)

Tabel 3.3

Pengukuran Kuesioner Item Positif dan Negatif

No. Kategori Skor Keterangan

1. Item positif

1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju

3 Cukup

4 Setuju 5 Sangat Setuju

2. Item negatif

5 Sangat Tidak Setuju 4 Tidak Setuju

3 Cukup

2 Setuju 1 Sangat Setuju

Tabel 3.3 pengukuran kuesioner item positif dan negatif menunjukkan penjabaran skor untuk item positif dan negatif. Penjabaran skor untuk item positif adalah skor 1 memiliki arti bahwa responden sangat tidak setuju pada pernyataan kuesioner. Skor 2 memiliki arti bahwa responden tidak setuju pada pernyataan kuesioner. Skor 3 memiliki arti bahwa responden ragu-ragu pada pernyataan kuesioner. Skor 4 memiliki arti bahwa responden setuju pada pernyataan kuesioner. Skor 5 memiliki arti bahwa responden sangat setuju pada pernyataan kuesioner. Penjabaran skor untuk item negatif yaitu, skor 5 memiliki arti bahwa responden sangat tidak setuju pada pernyataan kuesioner. Skor 4 memiliki arti bahwa responden tidak setuju pada pernyataan kuesioner. Skor 3 memiliki arti bahwa responden ragu-ragu pada pernyataan kuesioner. Skor 2 memiliki arti bahwa responden setuju pada pernyataan kuesioner. skor 1 memiliki arti bahwa responden sangat setuju pada pernyataan kuesioner. Pilihan

alternatif jawaban “Cukup” tidak digunakan dalam penelitian ini dengan alasan

Gambar

Gambar 2.1 skema penelitian yang relevan
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa ada empat tahap dalam setiap siklus yaitu
gambar yang ada di puzzle dan tujuan gambar tersebut dilakukan.
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara dengan Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2010 pada pembelajaran PKn di kelas IV SDN 1 Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten

Hasil dialog awal yang dilakukan peneliti dengan guru kelas IV dan kepala sekolah SDN 01 Bolong memperoleh kesepakatan bahwa usaha meningkatkan minat siswa dalam

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKN pada siswa kelas III.A SDN 1 Bagik Polak Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

Telah dikemukakan pada BAB pendahuluan bahwa hasil belajar peserta didik di kelas III SDN 50 Bulu’ Datu Kota Palopo tahun ajaran 2017/2018 tergolong rendah dikarenakan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKN pada siswa kelas III.A SDN 1 Bagik Polak Barat Tahun Pelajaran 2015/2016