• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKN dengan model paradigma pedagogi reflektif pada kelas III SDN Nanggulan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKN dengan model paradigma pedagogi reflektif pada kelas III SDN Nanggulan."

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA

KELAS III SDN NANGGULAN Bernadus Johan Susanto Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk sikap kedisiplinan siswa. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SDN Nanggulan masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan dan (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan, dengan subyek penelitian berjumlah 29 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didukung oleh observasi dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan model paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn sikap kedisiplinan siswa meningkat. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan meningkat dari 45% menjadi 83% pada siklus I dan menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan rata-rata nilai skala sikap kedisiplinan juga meningkat dari 66 menjadi 76 pada siklus I dan menjadi 84,83 pada siklus II.

(2)

ABSTRACT

IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL IN 3rdGRADE

NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL

Bernadus Johan Susanto Sanata Dharma University

2016

One of the objectives civic learning is to form student’s discipline. Based on the observation and interview, the discipline of students grade III B in Nanggulan Elementary School was low. The objectives of the study were (1) to know the way using model of reflective pedagogical paradigm as an effort to improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline (2) to improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline attitude.

The type of the study was class action research. The study was done in Nanggulan Elementary School which the amount of interviewee was 29 students. The class action research was done into two cycles. Questionnaire was used as a technique to gathering data that added by observation and interview.

Based on result of the study that implemented, reflective pedagogical paradigm model in civic learning subject was success to improve the students’ discipline. The percentage of students’ disciplineincreased from 55% into 83% in the first cycle then became 86% in the second cycle. Meanwhile average attitude scale of discipline also increased from 66 into 76 in the first cycle then became 84,83 in the second cycle.

(3)

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

PADA KELAS III SDN NANGGULAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Bernadus Johan Susanto

121134199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv MOTTO

Don’t try to change the world,

Find something that you love and do it everyday Do that for the rest of you life

And eventually, the world will change (Macklemore and Ryan Lewis - Growing Up)

Dalam dunia ini tidak ada kata hanya sampai sekarang Yang ada hanyalah dari sekarang

(Hyun Jung-hwa)

Karena sebuah hasil yang memuaskan berawal dari internet cepat dan secangkir kopi

(Sandy Pracoyo)

Secepatnya engkau berlari

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2016

Peneliti

(8)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma,

Nama : Bernadus Johan Susanto

Nomor Mahasiswa : 121134199

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA KELAS III SDN NANGGULAN

Dengan demikian, saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa meminta izin dari saya, atau memberikan royalty kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 Januari 2016

Yang menyatakan,

(9)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA

KELAS III SDN NANGGULAN Bernadus Johan Susanto Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk sikap kedisiplinan siswa. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SDN Nanggulan masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan dan (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan, dengan subyek penelitian berjumlah 29 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didukung oleh observasi dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan model paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn sikap kedisiplinan siswa meningkat. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan meningkat dari 45% menjadi 83% pada siklus I dan menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan rata-rata nilai skala sikap kedisiplinan juga meningkat dari 66 menjadi 76 pada siklus I dan menjadi 84,83 pada siklus II.

(10)

viii ABSTRACT

IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL IN 3rd GRADE

NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL

Bernadus Johan Susanto Sanata Dharma University

2016

One of the objectives civic learning is to form student’s discipline. Based on the observation and interview, the discipline of students grade III B in Nanggulan Elementary School was low. The objectives of the study were (1) to know the way using model of reflective pedagogical paradigm as an effort to

improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline (2) to

improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline attitude.

The type of the study was class action research. The study was done in Nanggulan Elementary School which the amount of interviewee was 29 students. The class action research was done into two cycles. Questionnaire was used as a technique to gathering data that added by observation and interview.

Based on result of the study that implemented, reflective pedagogical paradigm model in civic learning subject was success to improve the students’ discipline. The percentage of students’ discipline increased from 55% into 83% in the first cycle then became 86% in the second cycle. Meanwhile average attitude scale of discipline also increased from 66 into 76 in the first cycle then became 84,83 in the second cycle.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi

dengan judul “Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn dengan

Model Paradigma Pedagogi Reflektif pada Kelas III SDN Nanggulan” dapat

selesai dengan lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu izinkan penulis untuk menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Christiyanti Aprinastusti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu

(12)

x

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II

yang selalu memberikan masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Sri Rahayu, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Nanggulan yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Lis Endang Retnowati, selaku Guru Kelas III B SD Negeri Nanggulan

yang telah memberikan izin, masukan, dan dukungan sehingga penelitian

dapat terlaksana dengan lancar.

8. Tarsisius Judiwijana dan Yohana Fransiska Marjiyem yang telah

memberikan doa dan dukungan moral maupun material.

9. Yusuf Wiryorejo, Maria Saliyem, Petrus Kahana, M. M. Tri Esti W.,

Anastasia Sumi, Nicola Srilestariningsih, yang telah memberikan

semangat, dukungan moral maupun material, dan doa.

10.Bravi, Oka, Nugroho, Purnomo, Sita, Yosi, Astrid, Ika, dan Hilda yang

telah berjuang bersama menyusun skripsi dalam kelompok payung dan

mahasiswa kelas E 2012.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

(13)

xi

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 27 Januari 2016

Penulis

Bernadus Johan Susanto

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

(15)

xiii

1. Sikap ... 7

a) Pengertian Sikap ... 7

b) Struktur Sikap ... 8

2. Kedisiplinan ... 9

a) Pengertian Kedisiplinan ... 9

b) Tujuan Pembinaan Disiplin ... 10

3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

b) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

4. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12

a) Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12

b) Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif ... 13

c) Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 15

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian ... 24

2. Subyek Penelitian ... 25

3. Obyek Penelitian ... 25

(16)

xiv

C. Rencana Tindakan ... 25

1. Siklus I ... 25

a) Perencanaan ... 25

b) Pelaksanaan ... 26

c) Observasi ... 29

d) Refleksi ... 29

2. Siklus II ... 30

a) Perencanaan ... 30

b) Pelaksanaan ... 30

c) Observasi ... 31

d) Refleksi ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Kuesioner ... 32

2. Observasi ... 33

3. Wawancara ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

1. Lembar Kuesioner ... 34

2. Lembar Wawancara ... 36

3. Lembar Observasi ... 38

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 38

1. Validitas ... 38

a) Validitas Rupa ... 39

(17)

xv

c) Validitas Konstruk ... 40

2. Reliabilitas ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 53

1. Aspek Konitif ... 53

2. Aspek Afektif ... 54

3. Aspek Konatif ... 55

H. Indikator Keberhasilan ... 57

I. Jadwal Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60

1. Siklus I ... 60

a) Perencanaan ... 60

b) Tindakan ... 62

c) Pengamatan ... 62

d) Refleksi ... 71

2. Siklus II ... 74

a) Perencanaan ... 74

b) Tindakan ... 74

c) Pengamatan ... 75

d) Refleksi ... 84

B. Pembahasan ... 86

(18)

xvi

B. Keterbatasan Penelitian ... 96

C. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 99

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Likert ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 34

Tabel 3.3 Sebaran Butir Item Aspek 1 ... 35

Tabel 3.4 Sebaran Butir Item Aspek 2 ... 35

Tabel 3.5 Sebaran Butir Item Aspek 3 ... 36

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara ... 37

Tabel 3.7 Pedoman Observasi ... 38

Tabel 3.8 Validasi Skala Sikap Kedisiplinan Kelas 3 ... 42

Tabel 3.9 Pernyataan Skala Sikap Kedisiplinan yang Valid ... 48

Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Reliabitias ... 51

Tabel 3.11 Hasil Reliabiliatas Skala Sikap Kedisiplinan Kelas 3 ... 52

Tabel 3.12 Kriteria PAP tipe I ... 53

Tabel 3.13 Rentang Nilai Aspek Kognitif ... 54

Tabel 3.14 Rentang Nilai Aspek Afektif ... 55

Tabel 3.15 Rentang Nilai Aspek Konatif ... 56

Tabel 3.16 Rentang Nilai Secara Keseluruhan ... 57

Tabel 3.17 Indikator Keberhasilan Peraspek ... 58

Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan Secara Keseluruhan ... 58

Tabel 3.19 Jadwal Penelitian pada Semester Ganjil ... 59

Tabel 4.1 Hasil Skala Sikap Siklus I Aspek Kognitif ... 64

(20)

xviii

Tabel 4.3 Hasil Skala Sikap Siklus I Aspek Konatif ... 66

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Siklus I ... 67

Tabel 4.5 Hasil Skala Sikap Siklus I Secara Keseluruhan ... 69

Tabel 4.6 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Kognitif ... 76

Tabel 4.7 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Afektif ... 78

Tabel 4.8 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Konatif ... 79

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus II ... 80

Tabel 4.10 Hasil Skala Sikap Siklus II Secara Keseluruhan ... 82

Tabel 4.11 Aspek Pencapaian dan Rata-rata Kelas Secara Keseluruhan ... 87

Tabel 4.12 Peningkatan Sikap Kedisiplinan dan Rata-rata Siswa Peraspek ... 89

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin ... 24

Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 41

Gambar 4.1 Grafik Presentase Sikap Kedisiplinan Siswa Secara Keseluruhan .. 88

Gambar 4.2 Grafik Presentase Peningkatan Sikap Kedisiplinan Siswa

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 99

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 108

Lampiran 3 Validasi RPP ... 129

Lampiran 4 Validasi Kuesioner ... 136

Lampiran 5 Kuesioner Valid ... 142

Lampiran 6 Contoh Kuesioner Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 145

Lampiran 7 Hasil Penghitungan Kuesioner Kondisi Awal ... 152

Lampiran 8 Hasil Wawancara ... 156

Lampiran 9 Hasil Observasi ... 159

Lampiran 10 Foto-foto Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 163

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian ... 166

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaran menjadi salah satu mata pelajaran

dalam satuan pendidikan sekolah dasar. Dalam Depdiknas (2006: 46)

dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata

pelajaran yang mengajarkan dan melatih para siswanya untuk memahami

dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945. Pembentukan warga negara yang dapat

memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban dapat dilakukan sejak

dini. Anak-anak usia sekolah dasar dapat dikenalkan dengan hak dan

kewajiban mereka sendiri. Pengenalan dapat dimulai dengan cakupan

lingkungan yang terkecil misalnya keluarga atau sekolah. Lingkungan

keluarga dan sekolah dapat dikenalkan terlebih dahulu karena lingkungan

tersebut adalah lingkungan yang ditemui oleh siswa setiap hari.

Hak dan kewajiban warga negara berkaitan satu dengan yang

lainnya. Untuk mendapatkan hak kita harus melaksanakan kewajiban kita

dahulu. Kewajiban tersebut dapat berupa peraturan baik peraturan tertulis

maupun peraturan tidak tertulis. Untuk mendapatkan hak terlebih dulu kita

harus melaksanakan aturan-aturan yang berlaku. Pengenalan dan

pemahaman terhadap aturan-aturan yang berlaku di lingkungan sekitar

(24)

2

tersebut mengajarkan siswa untuk memahami arti penting dari sebuah

peraturan yang kemudian menumbuhkan kesadaran siswa untuk

melaksanakan dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di lingkungan

sekitarnya. Selain dapat menumbuhkan kesadaran siswa, pemahaman

tentang peraturan tersebut juga dapat meningkatkan sikap kedisiplinan

siswa. Sikap kedisiplinan ini meliputi penghayatan, pemahaman, dan

pelaksanaan nilai-nilai kedisiplinan.

Menurut Pusat Kurikulum (2002 dalam Aryani, 2010: 8)

pendidikan di Indonesia masih begitu buruk. Hal tersebut disebabkan

beberapa faktor, di antaranya adalah penilaian yang sebatas pengetahuan

(kognitif). Penilaian yang pada aspek kognitif dapat membuat siswa

memahami materi pelajaran tetapi belum tentu dapat menerapkan suatu

pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Chamim (2003: ix, dalam

Aryani, 2010: 40) menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic

education) bagi Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga

terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga

persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat,

sejahtera, serta demokratis. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak

cukup dengan mengembangkan kemampuan dan keterampilan kognitif

saja. Suatu pendidikan diharapkan tidak hanya mengembangkan

(25)

3

mengembangkan kemampuan dan keterampilan afektual sehingga dapat

berpengaruh terhadap perilaku siswa ke arah yang lebih baik.

Sementara itu berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan pada

31 Juli 2015 di kelas III B, SD Negeri Nanggulan. Peneliti mengobservasi

sikap kedisiplinan di dalam kelas dan model pembelajaran yang diterapkan

oleh guru yang berkaitan dengan sikap kedisiplinan siswa. Peneliti melihat

sembilan siswa yang berbicara dengan teman di sebelahnya atau di

belakangnya saat guru menyampaikan materi. Di awal pembelajaran ketika

guru menanyakan PR, ada tiga siswa yang belum mengerjakan PR

tersebut. Selain itu saat guru memberikan soal latihan kepada siswa, ada

seorang siswa yang tidak mau mengerjakan soal latihan tersebut, dia hanya

diam di tempat duduknya. Walaupun guru telah menegurnya tetapi dia

tetap tidak mau mengerjakan. Sedangkan hasil skala sikap yang mengukur

sikap kedisiplinan siswa di keluarga, sekolah, dan masyarakat masih

rendah. Pada kondisi awal, persentase siswa yang memiliki sikap

kedisiplinan minimal “Cukup” pada aspek kognitif sebesar 48%, pada

aspek afektif sebesar 48%, dan pada aspek konatif sebesar 38%.

Selain mengobservasi sikap kedisiplinan siswa, peneliti juga

mengobservasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas.

Peneliti melihat guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru

tidak menggali pengetahuan awal siswa. Guru juga tidak memberikan

umpan balik kepada siswa tentang materi pembelajaran. Ketika terdapat

(26)

4

Guru pun menegur dan menghampiri mereka, tetapi tidak beberapa lama

kemudian siswa kembali berbicara dengan temannya, kali ini guru

menegur tetapi tidak menghampiri mereka. Di akhir pembelajaran guru

langsung menutup pelajaran tidak memberikan penguatan dan refleksi.

Melihat permasalahan tersebut peneliti ingin meningkatkan sikap

kedisiplinan pada siswa kelas III B, SD Negeri Nanggulan. Peneliti akan

menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif.

Menurut Kolvenbach (dalam Suparno, 2015: 19), model pembelajaran ini

mengembangkan siswa untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan/

ketrampilan sesuai bidangnya (Competence). PPR juga mengembangkan

kompetensi siswa dalam hal membedakan baik dan buruk suatu

pembelajaran dan mempunyai kemampuan mengambil keputusan yang

benar (Conscience). Selain itu model pembelajaran ini mengembangkan

kepekaan untuk dapat berbuat baik kepada orang lain yang membutuhkan

(Compassion). Di dalam model pembelajaran PPR terdapat tiga unsur

utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa dibantu untuk menggali

pengalamannya sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, kemudian

mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup

kemasyarakatan melalui refleksi. Selanjutnya PPR mengajak siswa untuk

melakukan tindakan baik masih batin atau sudah tindakan psikomotorik

setelah siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka.

Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan di kelas III B,

(27)

5

dengan judul “Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn

dengan Model Paradigma Pedagogi Reflektif pada Kelas III SDN

Nanggulan.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif untuk

meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri

Nanggulan?

2. Apakah pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif dapat

meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri

Nanggulan?

C. Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model

Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap

kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa

kelas III B SD Negeri Nanggulan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat

memberikan pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan belajar

sehingga kegiatan belajar dapat bervariasi serta dapat mengurangi

kejenuhan dan kebosanan pada saat mengikuti proses belajar di kelas.

(28)

6

Pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif

memberikan wawasan dan memotivasi guru untuk menggunakan

pendekatan ini dalam pembelajaran pada mata pelajaran lain dan di

kelas yang berbeda.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini memberikan masukan atau saran kepada Kepala Sekolah

bahwa penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah salah satu

pendekatan pembelajaran yang efektif.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan,

dan mengembangkan pengetahuan tentang model Paradigma Pedagogi

Reflektif

E. Definisi Operasional

1. Sikap adalah reaksi seseorang terhadap obyek sikap yang mencakup

aspek kognitif, afektif, dan konatif.

2. Kedisiplinan yang berasal dari kata dasar disiplin adalah kemampuan

mengendalikan diri untuk berperilaku tertib dan patuh terhadap

aturan-aturan yang berlaku di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang

mengembangkan 3C yaitu competence, conscience dan compassion.

Langkah-langkah PPR ini adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi

(29)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Sikap

a) Pengertian Sikap

Menurut Thrustone, Likert, dan Osgood (dalam Azwar, 2015:4)

sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap pada

suatu obyek bisa berupa perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable). Sedangkan LaPierre (dalam Azwar, 2015:5)

menyatakan bahwa sikap dapat didefinisikan sebagai suatu pola

perilaku untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Di sisi lain

Secord dan Backman (dalam Azwar, 2015:5) mendefinisikan sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

aspek di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap adalah suatu pola perilaku yang berhubungan dengan perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) yang

dapat berupa suatu perasaan mendukung atau memihak (favorable)

(30)

8 b) Struktur Sikap

Azwar (2015: 23) menyatakan bahwa struktur sikap terdiri atas

tiga komponen yang saling menunjang, komponen-komponen tersebut

adalah:

(1) Komponen Kognitif (Cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Mann

(dalam Azwar 2015:24) menambahkan bahwa seringkali

komponen kognitif dapat disamakan dengan pendapat (opini),

terutama apabila menyangkut masalah isu yang kontroversial.

(2) Komponen Afektif (Affective)

Menurut Mann (dalam Azwar 2015:24) komponen afektif

merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan

menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap

seseorang.

(3) Komponen Perilaku (Conative)

Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan

untuk bertindak atau untuk beraksi terhadap sesuatu dengan cara

(31)

9 2. Kedisiplinan

a) Pengertian Kedisiplinan

Kata disiplin mempunyai akar pada kata disciple yang berarti

“mengajar atau melatih.” Salah satu definisi adalah “melatih melalui

pengajaran atau pelatihan.” Disiplin merupakan bagian dari proses

berkelanjutan pengajaran atau pendidikan (Khalsa, 2008:xix).

Menurut Supadjar (1983:4) disiplin mengandung makna

kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai di dalam suatu sistem

sosial, demi kualitas kehidupan. Dengan demikian di dalam disiplin

tercermin adanya sistem nilai, sistem sosial, bentuk kepribadian

pendukungnya, dan perspektif masa depan yang akan dicapai dari pola

interaksi yang terjadi. Disiplin dimengerti bukan sebagai mekanisme,

tetapi sebagai pengambilan sikap sebagai situasi masyarakat. Sikap

dalam bentuk tingkah laku yang menjadi kebiasaan, tetapi tetap

terbuka bagi hal baru yang merealisir nilai-nilai tertentu. Sedangkan

Pidarta (1995:64) berpendapat bahwa disiplin adalah tata kerja

seseorang sesuai aturan dan norma yang telah disepakati sebelumnya.

Ada disiplin yang berasal dari luar, ada juga disiplin yang berasal dari

dalam diri seseorang. Disiplin yang bersumber dari luar mungkin

karena takut dan mungkin karena pengaruh lingkungan yang begitu

kuat. Disiplin yang berasal dari luar lama-kelamaan juga bisa menjadi

(32)

10

dari pada yang bersumber dari luar, sebab ini dapat memotivasi diri

sendiri (Finch, 1982 dalam Pidarta, 1995:64).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa kedisiplinan adalah suatu tindakan seseorang yang

mencerminkan ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu norma-norma

atau aturan yang telah disepakati sebelumnya.

b) Tujuan Pembinaan Disiplin

Menurut Supadjar (1983:12) ada beberapa tujuan pembinaan

disiplin khususnya di dalam kelas.

(1) Memperkenalkan tata hubungan guru dan murid

(2) Menemukan identitas diri dan kelompok

(3) Menyiapkan tata tertib hubungan kemasyarakatan

(4) Mengantar prinsip-prinsip kehidupan bersama, sebagai politik,

yaitu kesadaran berbangsa dan bernegara

(5) Menyadarkan bahwa Pancasila adalah prinsip-prinsip kehidupan

bersama.

Sementara itu Schaefer (1986:3) mengungkapkan bahwa tujuan

disiplin terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah untuk melatih dan

mengontrol anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajarkan

mereka bentuk-bentuk perilaku yang pantas dan tidak pantas dilakukan

serta perilaku yang masih asing bagi anak. Sedangkan tujuan jangka

(33)

11

pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal

mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan

pengendalian dari luar.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Utami (2010:2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah

pendidikan yang mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara yang

demokratis, yang merhargai perbedaan, dan mencintai keadilan dan

kebenaran. Kemudian Chamim (2003:ix, dalam Aryani, 2010:40)

berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education)

bagi Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental,

nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga

terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga

persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat,

sejahtera, serta demokratis.

b) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini

secara rinci dijelaskan dalam Permendiknas RI Nomor 23 tahun 2006.

Disebutkan bahwa tujuan pencapaian dari mata pelajaran PKn adalah

sebagai berikut:

(1) Memampukan siswa berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam

(34)

12

(2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara

cerdas dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

antikorupsi.

(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi (Utami, 2010:2).

4. Paradigma Pedagogi Reflektif

a) Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Pedagogi adalah cara para pengajar untuk mendampingi para

siswanya. Pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar. Pedagogi

meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi

terpelajar. Hal tersebut juga memberikan criteria pemilihan

sarana-sarana yang harus dipakai dalam pendidikan (Subagja, 2010:22).

Selanjutnya Subagja (2010:39) memaparkan bahwa Paradigma

Pedagogi Reflektif terdiri atas beberapa langkah yaitu pengalaman,

refleksi, dan aksi. Langkah-langkah tersebut menawarkan

bermacam-macam cara seorang pengajar untuk dapat mendampingi para pelajar

mereka untuk memudahkan proses belajar dan berkembang lewat

menatap kebenaran dan menggali arti manusiawinya. Pola

(35)

13

pelajar berkembang menjadi manusia kompeten, bertanggung jawab,

dan berbelas kasih.

b) Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Subagja (2010:42) Paradigma Pedagogi Reflektif

terdapat lima langkah yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan

evaluasi.

(1) Konteks

Pengalaman seseorang selalu menjadi titik tolak dalam

Paradigma Pedagogi Reflektif. Oleh karena itu sebelum mengajar,

pengajar harus mengetahui sebanyak mungkin konteks tempat

kegiatan mengajar dan belajar berlangsung. Pengajar perlu

memahami dunia pelajar, termasuk cara-cara hidup keluarga,

teman-teman, kelompok baya, kebudayaan kaum muda dan adat,

tekanan sosial, kehidupan sekolah, dan hal lain yang berdampak

pada dunia si pelajar dan mempengaruhinya kea rah baik atau

buruk (Subagja, 2010:43).

(2) Pengalaman

Pengalaman dalam Peradigma Pedagogi Reflektif tidak

mentok pada pemahaman intelektual saja. Namun mendesak

supaya keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk

dalam pengalaman belajar. Baik ranah kognitif maupun afektif

(36)

14

pemahaman intelektual, belajar tidak mendorong seseorang untuk

bertindak (Subagja, 2010:49).

(3) Refleksi

Pada tingkat refleksi siswa diajak untuk menangkap makna

yang lebih mendalam dari apa yang telah dipelajari. Refleksi juga

mengajak siswa untuk menemukan hubungan apa yang telah

dipelajari dengan segi-segi lain dari pengetahuan. Refleksi

selanjutnya membentuk suara hati siswa untuk dituangkan dalam

perbuatan mereka (Subagja, 2010:54).

(4) Aksi

Aksi menunjukkan pertumbuhan batin seseorang

berdasarkan penalaman yang telah direfleksikan oleh siswa. Siswa

menentukan pilihan-pilihan batin yang selanjutnya dinyatakan

melalui aksi (Subagja, 2010:61)

(5) Evaluasi

Evaluasi dalam Paradigma Pedagogi Reflektif tidak hanya

untuk mengetahui kemajuan akademik. Namun yang menjadi fokus

adalah pertumbuhan siswa yang menyeluruh sebagai pribadi demi

sesama. Evaluasi berkala perkembangan siswa dalam sikap,

prioritas-prioritas, dan kegiatan-kegiatan selaras dengan sikap

menjadi orang demi orang lain (man for others) perlu dilakukan

(37)

15

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Paradigma

Pedagogi Reflektif tersebut dapat dilihat bahwa PPR tidak hanya

mengembangkan aspek kognitif saja, tetapi juga mengembangkan

aspek afektif dan konatif. Karena tujuan dari model pembelajaran PPR

adalah mengembangkan siswa yang mencakup 3C (Competence,

Conscience, dan Compassion).

c) Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki beberapa kelebihan

jika diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan-kelebihan tersebut

menurut Kolvenbach (dalam Suparno, 2015:19) adalah model

pembelajaran ini mengembangkan siswa untuk dapat menguasai ilmu

pengetahuan/ ketrampilan sesuai bidangnya (Competence). PPR juga

mengembangkan kompetensi siswa dalam hal membedakan baik dan

buruk suatu pembelajaran dan mempunyai kemampuan mengambil

keputusan yang benar (Conscience). Selain itu model pembelajaran ini

mengembangkan kepekaan untuk dapat berbuat baik kepada orang lain

yang membutuhkan (Compassion). Dengan cara tersebut siswa tidak

hanya menguasai ilmu pengetahuan/ketrampilan saja tetapi

menggunakan ilmu pengetahuan/ ketrampilan tersebut untuk

membedakan hal yang baik dan tidak baik serta mempunyai kepekaan

untuk menolong sesame yang membutuhkan.

Selain itu kelebihan-kelebihan PPR dijelaskan oleh Subagja

(38)

16

(1) Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua

kurikulum

Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat diterapkan dalam

semua kurikulum yang diterapkan pemerintah. Paradigma ini tidak

menuntut tambahan apapun, selain pendekatan baru pada cara

mengajarkan mata pelajaran yang ada.

(2) Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar

mengajar

Paradigma ini dapat diterapkan pada ranah non-akademik,

seperti kegiatan ekstrakurikuler, olahraga, program pelayanan

masyarakat, retret, dan sebagainya. Paradigma ini dapat membantu

siswa menemukan hubungan antara bagian-bagian dari suatu

bidang studi atau dengan bidang-bidang studi lain.

(3) Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi

pengajar yang lebih baik

Paradigma ini memungkinkan para pengajar memperkaya

baik isi maupun susunan yang mereka ajarkan, cara mendorong

inisiatif siswa, cara mendorong siswa untuk aktif dan bertanggung

jawab terhadap hasil studi, dan cara memotivasi siswa untuk

menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman

(39)

17

(4) Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan

mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti dari apa yang

dipelajari

Paradigma ini mendukung integrasi antara pengalaman

belajar di ruang kelas dengan pengalaman di rumah, waktu bekerja,

dunia teman sebaya, dan sebagainya.

(5) Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan matra sosial belajar

maupun mengajar

Paradigma ini mendorong kerjasama yang erat dan berbagi

pengalaman serta dialog antar siswa. Melalui interaksi tersebut

lama-kelamaan siswa menjadi sadar bahwa

pengalaman-pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan yang

manusiawi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh

John (2011) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak di Kelas

melalui Cerita.” Penelitian tersebut dilakukan pada siswa TKK 11 BPK

Penabur Jakarta. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelompok

B (kelas B2) yang berjumlah 23 anak terdiri dari 11 anak perempuan dan 12

anak laki-laki dengan rentang usia antara 5 - 6 tahun. Jenis pelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Ada tiga indikator

yang digunakan dalam penelitian ini: (1) Mendengarkan saat guru

(40)

18

dengan sopan. Pada siklus pertama terjadi peningkatan secara berurutan

sebesar 13,04%; 4,35%; dan 4,35% dibandingkan sebelum mendapat tindakan.

Pada siklus kedua juga terjadi peningkatan dibandingkan siklus pertama secara

berurutan sebesar 13,04%; 8,7%; dan 4,35%. Selanjutnya pada siklus ketiga

terjadi peningkatan yang cukup besar dibandingkan siklus kedua, secara

berurutan sebesar 17,39%; 13,04%; dan 17,39%. Setelah tiga siklus didapat

hasil prosentase anak yang sudah dapat menyimak meningkat menjadi 91.30%

atau 21 anak dari 23 anak, sementara prosentase untuk aspek ketaatan

meningkat menjadi 82.61% atau 19 anak dari 23 anak, dan untuk aspek

berbicara dengan sopan meningkat menjadi 86.96% atau 20 anak dari 23 anak.

Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Widiyanti (2013) yang

bejudul “Pengaruh Pendidikan Karakter dengan Pendekatan PPR dan Motivasi

Belajar Terhadap Kepribadian Siswa.” Jenis penelitian ini adalah eksperimen.

Penelitian ini dilakukan di SMPK St. Yusuf, Kota Madiun. Subyek

penelitiannya adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 50

siswa yang tediri dari 25 siswa untuk kelas control dan 25 siswa untuk kelas

eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter

dengan pendekatan paradigma pedagogi reflektif memberikan pengaruh yang

lebih baik dari pada pendekatan konvensional terhadap kepribadian siswa

dalam Pendidikan Agama Katolik. Dari data yang diperoleh bahwa siswa yang

belajar Pendidikan Karakter dengan PPR dalam Pendidikan Agama Katolik

(41)

19

pendekatan konvensional dalam Pendidikan Agama Katolik memperoleh skor

rata-rata hitung sebesar 99,92.

Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh

Darwis (2014) yang berjudul “Kemampuan Guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa

dalam Pembelajaran di SMKN Parigi Selatan.” Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui kemampuan guru PKn dalam mengajar untuk

meningkatkan kedisiplinan belajar siswa SMKN Parigi Selatan. Selain itu

penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hambatan yang ditemukan guru

dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa SMKN Parigi Selatan. Subyek

penelitian adalah guru PKn berjumlah 2 orang dan kepala sekolah selaku

informan kunci. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti menerapkan teknik

pengumpulan data secara deskriptif kualitatif. Hasil observasi dalam

pembelajaran, wawancara dengan kepala sekolah, dan angket menunjukkan

bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki kemampuan yang

baik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran. Hal

itu terbukti berdasarkan data yang diperoleh bahwa guru selalu memberi

nasihat kepada siswa. Jika terdapat siswa yang melanggar kedisiplinan, guru

memberikan teguran untuk tidak mengulangi pelanggaran tersebut.

Selanjutnya jika masih tetap tidak mengindahkan teguran yang telah diberikan

maka akan diberikan sanksi yang bersifat edukatif, jika masih tetap tidak

(42)

20

Parigi Selatan ialah dengan memberikan nilai tidak tuntas kepada siswa yang

tidak disiplin dalam pembelajaran. Sementara itu hambatan yang ditemui guru

dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa ialah sarana dan prasarana

sekolah serta masih kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

sehingga menyebabkan pembelajaran kurang efektif.

Ketiga penelitian di atas dapat mendukung penelitian ini. Pada

penelitian pertama, John sebagai peneliti berhasil meningkatkan kedisiplinan

siswa TKK 11 BPK Penabur Jakarta menggunakan cerita. Berdasarkan

penelitian tersebut peneliti dapat menyisipkan cerita dalam model

pembelajaran PPR. Cerita dapat dilakukan saat penyampaian materi kepada

siswa. Kemudian untuk penelitian kedua yang dilakukan oleh Widiyanti untuk

meningkatkan kepribadian dan pendidikan karakter siswa SMPK St. Yusuf.

Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa model Paradigma Pedagogi

Reflektif dapat meningkatkan kepribadian dan pendidikan karakter siswa.

Sedangkan penelitian ketiga yang dilakukan oleh Darwis menjelaskan

bagaimana guru SMKN Parigi Selatan dalam mengajar sehingga dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa. Penelitian tersebut dapat memberikan

masukan kepada peneliti agar selalu memberi nasihat kepada siswa dalam

mengajar sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu meningkatkan kedisiplinan

(43)

21 C. Kerangka Berpikir

Sikap kedisiplinan siswa dalam pembelajaran menjadi salah satu faktor

penting tercapainya tujuan pembelajaran. Sikap kedisiplinan pola perilaku

siswa yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan

predisposisi tindakan (konasi) siswa yang mencerminkan ketaatan dan

kepatuhan terhadap norma-norma atau aturan yang ada di keluarga, sekolah,

dan masyarakat yang telah disepakati sebelumnya. Namun saat ini sikap

kedisiplinan siswa masih buruk, khususnya siswa sekolah dasar. Hal tersebut

Kedisiplinan PPR

“Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran

PKn dengan Model Paradigma Pedagogi Reflektif

(44)

22

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model pengajaran guru

yang masih berada di tingkat pemahaman (kognitif). Pemahaman siswa belum

cukup untuk mencapai tujuan dari PKn yang berkaitan dengan pengetahuan,

sikap, mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi,

sehingga terwujud Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.

Untuk menghadapi masalah tersebut guru dapat menggunakan model

pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Model pembelajaran ini

mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan, dan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan, sehingga nilai-nilai tersebut muncul dari kesadaran

dan kehendak siswa melalui refleksinya. Selain itu PPR juga mengembangkan

3C yaitu competence, conscience dan compassion. Model pembelajaran ini

mempunyai tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi yang

mengajak siswa untuk melakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari

sebagai perwujudan nyata dari pembelajaran yang telah direfleksikan oleh

siswa.

D. Hipotesis Tindakan

1. Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam

pembelajaran PKn melalui tahap konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan

evaluasi.

2. Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam

pembelajaran PKn dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas III B, SD

(45)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana

tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian

instrumen, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Suhardjono

(2006:58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian

tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Sedangkan menurut Kusumah

(2010:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. PTK bertujuan

untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observating), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen

tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai

(46)

24

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin (1990 dalam Aqib, 2007:21)

B. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi tempat, subjek, objek, dan waktu penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan yang

beralamat di Nanggulan, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman. Sebelah utara, timur, dan selatan berbatasan dengan

pemukiman penduduk. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan

Acting

Planning

Reflecting

Observing

Siklus 1

Planning

Acting

Observing

Siklus 2

(47)

25

pemukiman penduduk, Puskesmas Depok I, dan ± 100 meter sebelah

barat adalah Jalan Ring Road Timur.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III B SD Negeri

Nanggulan, tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas III B berjumlah 29

siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah sikap kedisiplinan pada mata

pelajaran PKn. Sikap kedisiplinan meliputi penghayatan, pemahaman,

dan pelaksanaan nilai-nilai kedisiplinan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari 31 Juli 2015 sampai dengan 15

September 2015 di SD Negeri Nanggulan.

B. Rencana Tindakan

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan

untuk meningkatkan sikap kedisiplinan pada siswa SD Negeri Nanggulan

dalam mata pelajaran PKn.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti meminta izin kepada

Kepala SD Negeri Nanggulan untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut. Peneliti juga meminta izin kepada guru kelas III

(48)

26

izin peneliti mengobservasi kelas untuk mendapat gambaran

bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam

kelas. Selain itu peneliti juga mewawancarai guru kelas bagaimana

sikap siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemudian

peneliti juga menyiapkan RPP mata pelajaran PKn dengan materi

aturan-aturan di masyarakat. Selain itu peneliti juga menyiapkan

media yang akan dipakai dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pada siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan. Alokasi

waktu tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.

Pertemuan 1 (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka

- Guru mengucapkan salam pembuka.

- Guru mengabsen siswa.

- Guru menyampaikan apersepsi.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian

aturan.

- Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan

pengetahuan mereka.

- Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa

(49)

27

- Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota

setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.

- Guru membagikan puzzle kepada setiap kelompok dan

menginstruksikan siswa untuk menyusunnya.

- Siswa menyusun puzzle.

- Siswa secara berkelompok mempresentasikan puzzlenya yang

berupa gambar aturan di sekolah maupun di masyarakat.

- Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga membuat

daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai perwujudan

bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di sekolah

maupun di masyarakat.

- Guru memberikan soal evaluasi.

Kegiatan Penutup

- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.

- Guru menyampaikan refleksi.

- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam

kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.

- Guru menyampaikan salam penutup.

- Guru mengajak siswa untuk berdoa.

Pertemuan 2 (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka

- Guru mengucapkan salam pembuka.

(50)

28

- Guru menyampaikan apersepsi.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh aturan.

- Siswa menyebutkan kembali beberapa contoh aturan yang telah

disampaikan siswa.

- Guru memberikan penjelasan tentang contoh aturan, bisa

menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa.

- Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam aturan

yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti gambar

yang sudah ditampilkan.

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

- Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang berlaku

di masyarakat.

- Guru meminta siswa mengelompokkan gambar yang diberikan

sesuai dengan macam-macam aturan yang berlaku di

masyarakat.

- Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya aturan dalam

kehidupan sehari-hari.

- Guru meminta kelompok yang telah selesai mengerjakan untuk

mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di dalam

kelompok.

(51)

29 Kegiatan Penutup

- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.

- Guru menyampaikan refleksi.

- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam

kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.

- Guru menyampaikan salam penutup.

- Guru mengajak siswa untuk berdoa.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi bagaimana sikap kedisiplinan

siswa selama dua kali pembelajaran di siklus I. Peneliti juga

mencatat beberapa hal penting yang berhubungan dengan sikap

kedisiplinan yang muncul dalam pembelajaran tersebut.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi

permasalah-permasalahan yang muncul. Peneliti juga melihat hasil

observasi apakah sudah menunjukkan peningkatan. Walaupun hasil

refleksi menunjukkan bahwa pada siklus I telah mengalami

peningkatan, tetapi peneliti tetap melanjutkan penelitian ke siklus

(52)

30 2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti kembali menyiapkan

RPP, materi, dan soal evaluasi untuk pembelajaran di siklus II.

Selain itu peneliti juga menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan

siswa dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pada siklus II ini dilaksanakan satu kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit.

Pertemuan (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka

- Guru mengucapkan salam pembuka.

- Guru mengabsen siswa.

- Guru menyampaikan apersepsi.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai aturan-aturan apa

saja yang ada di lingkungan sekitar.

- Guru juga bertanya jawab tentang sikap apa yang harus

dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu dan pernahkah

siswa melakukan aturan itu.

- Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota

(53)

31

- Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang berwujud

dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak disiplin

yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk

membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak

disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.

- Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh

sikap disiplin.

- Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.

Kegiatan Penutup

- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.

- Guru menyampaikan refleksi.

- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam

kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.

- Guru menyampaikan salam penutup.

- Guru mengajak siswa untuk berdoa.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi bagaimana sikap kedisiplinan

siswa dalam pembelajaran di siklus II. Peneliti juga mencatat

beberapa hal penting yang berhubungan dengan sikap kedisiplinan

(54)

32 d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi

permasalah-permasalahan yang muncul. Peneliti juga melihat hasil

observasi, apakah sudah menunjukkan peningkatan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan

lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau

hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995:70). Kuesioner dibuat

peneliti untuk mengetahui sikap kedisiplinan siswa yang meliputi

pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan

(konatif) nilai-nilai kedisiplinan. Kuesioner diisi oleh siswa kelas III B,

SD Negeri Nanggulan sebanyak tiga kali. Pengisian sebanyak tiga kali

tersebut meliputi pengisian sebelum mendapat tindakan untuk melihat

kondisi awal bagaimana sikap kedisiplinan siswa, setelah dilakukan

tindakan siklus I, dan setelah dilakukan tindakan siklus II.

Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur. Pilihan

jawaban pada kuesioner menggunakan skala likert yaitu “Sangat

Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Cukup” (C), “Tidak Setuju” (TS), dan

(55)

33

Tabel 3.1 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Cukup 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Untuk menghindari kecenderungan siswa menjawab pilihan

jawaban “Cukup” dibandingkan dengan pilihan jawaban lainnya,

peneliti tidak mencantumkan pilihan jawaban “Cukup” dalam

kuesioner. Kuesioner pada penelitian ini berisi 20 pertanyaan yang

telah dijabarkan dari tiga aspek sikap kedisiplinan yaitu kognitif,

afektif, dan konatif..

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung kemudian mencatat hal-hal

yang ingin diteliti (Sanjaya, 2006:86). Observasi dilakukan terhadap

siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan. Peneliti menggunakan

observasi terstruktur. Peneliti menggunakan teknik observasi untuk

mengamati sikap kedisiplinan siswa yang meliputi pemahaman,

(56)

34 3. Wawancara

Wawancara menurut Hopkins (1993:125) dalam Wiriaatmaja

(2007:117) suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas

dilihat dari sudut dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang

diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah,

beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa

dll. Pada penelitian ini wawancara menggunakan wawancara

terstruktur. Wawancara ini ditujukan kepada guru kelas II B SD Negeri

Nanggulan tentang bagaimana sikap kedisiplinan siswa di sekolah.

Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas II B karena saat

peneliti melaksanakan penelitian, tahun ajaran 2015/2016 baru berjalan

dua minggu, sehingga peneliti melihat guru kelas II B lebih

mengetahui karakter siswa kelas III B.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui sikap

kedisiplinan siswa di keluarga, sekolah, dan di masyarakat. Kuesioner

ini diisi sendiri oleh siswa dengan bentuk checklist. Sedangkan untuk

kisi-kisi kuesioner dikembangkan berdasarkan tiga aspek berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Memahami aturan yang

berlaku (kognitif) 7, 17, dan 19

15, 18, dan

(57)

35

Tabel 3.3 Sebaran Butir Item

Aspek 1. Memahami nilai kedisiplinan (kognitif)

No Favorable Unfavorable

1

Saya meyakini membuat

jadwal kegiatan sehari-hari

dapat menjadikan hidup teratur

Saya memahami pentingnya

menaati peraturan hanya di

rumah saja

2

Saya yakin bahwa aturan

disiplin dapat membantu saya

menjadi rajin

Saya tidak bersungguh-sungguh

dalam melaksanakan aturan yang

berlaku di masyarakat

3

Saya tahu jika melaksanakan

piket itu dapat menjaga

kebersihan

Saya tahu piket dapat membuat

saya lelah

Tabel 3.4 Sebaran Butir Item

Aspek 2. Menghayati nilai kedisiplinan (afektif)

No Favorable Unfavorable

1 Saya bangga memakai seragam sesuai peraturan sekolah

Saya senang memakai seragam

bebas ke sekolah

2

Saya menghargai teman yang

sedang piket dengan tidak

berada di dalam kelas

Saya tidak ingin melaksanakan

aturan disiplin di kelas karena

saya merasa bosan

3

Aturan di sekolah tidak terlalu

penting bagi saya 2 Menghayati aturan

yang berlaku (afektif) 3 dan 6 5, 12, dan 14 5

(58)

36

Tabel 3.5 Sebaran Butir Item

Aspek 3. Melaksanakan nilai kedisiplinan (konatif)

No Favorable Unfavorable

1 Saya mengumpulkan tugas

tepat waktu

Saya mencontek ketika ulangan,

demi memperoleh nilai baik

2 Saya sudah melaksanakan

piket di kelas sesuai dengan

jadwal

Saya malas untuk bangun pagi

3 Saya datang ke sekolah tepat

waktu

4 Saya melaksanakan aturan

yang berlaku di masyarakat

dengan sungguh-sungguh.

5 Saya memakai seragam sesuai

peraturan sekolah agar tidak

mendapat sanksi

6 Saya berniat memperhatikan

penjelasan guru saat pelajaran

di kelas

7 Saya membuat jadwal kegiatan

sehari-hari agar hidup lebih

teratur

2. Lembar Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara kepada guru kelas II B SD Negeri

Nanggulan. Berikut adalah garis besar pertanyaan-pertanyaan yang

(59)

37

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara

Pernyataan Jawaban Keterangan Ya Tidak

Apakah ada manajemen

kelas di dalam kelas? Jika

ada, apakah semua siswa

melaksanakan tugas piket

sesuai jadwal?

Apakah semua siswa

memiliki sikap dan nilai

kedisiplinan yang baik

pada raport?

Apakah semua siswa

masuk kelas tepat waktu?

Apakah siswa memakai

seragam sesuai dengan

(60)

38 3. Lembar Observasi

Peneliti juga telah menyusun format observasi yang akan

digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun

format tersebut adalah:

Tabel 3.7 Pedoman Observasi

No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan 1. Siswa memperhatikan

guru saat melakukan

pembelajaran.

2. Siswa tidak ramai

sendiri pada saat

proses pembelajaran

berlangsung.

3.

Siswa menjalankan

aturan yang berlaku di

kelas.

4. Aktivitas belajar siswa

F. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas

Validitas adalah derajat derajat yang menunjukkan di mana

suatu instrument penelitian mengukur apa yang hendak diukur

(Sukardi, 2007:122). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu: validitas rupa (face validity), validitas isi (content validity), dan

(61)

39 a. Validitas Rupa (Face Validity)

Validitas rupa merupakan validitas yang menunjukkan

suatu alat ukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak

mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012:46). Validitas ini

biasanya mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen

penelitian. Validitas rupa di dalam penelitian ini dibagi menjadi 2,

yaitu validitas rupa untuk siswa dan validitas rupa untuk guru.

(1) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Siswa

Validitas rupa untuk siswa ini diujikan kepada siswa

kelas III untuk mengetahui seberapa paham mereka atas

pernyataan-pernyataan yang disusun oleh peneliti. Peneliti

memilih siswa kelas bawah dikarenakan instrumen yang

digunakan pada saat penilitian ditujukan kepada siswa kelas IV

yang telah menerima materi yang diajarkan.

(6) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Guru

Validitas rupa untuk guru diujikan kepada guru kelas

atas, yaitu guru kelas 4. Pemilihan guru kelas 4 karena validasi

dilakukan di kelas 4, sehingga guru menilai

pernyataan-pernyataan yang disajikan mudah dipahami siswa atau sulit

dipahami serta layak diujikan atau memerlukan perbaikan lagi.

c) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi (content validity) merupakan pengukuran yang

(62)

40

instrumen mewakili konsep yang diukur. (Jogiyanto, 2008: 56).

Mengukur validitas isi dilakukan dengan expert judgement atau

dilakukan oleh yang ahli dan mengetahui tentang konsep yang

akan diukur. Ahli yang dipilih oleh peneliti untuk mengukur

instrumen penelitian ini adalah 2 dosen dan 1 guru (guru kelas III

B). Para ahli ini memberikan penilaian dan komentar terhadap

instrumen penelitian yang telah disusun oleh peneliti.

Terdapat 10 komponen penilaian yang diisi berdasarkan

skor yang disediakan. Pedoman penskoran untuk komponen

penilaian yaitu 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang.

Skor dari komponen penilaian yang diberikan pada para ahli lalu

dihitung totalnya. Peneliti juga menyediakan kualifikasi dari skor

total yang diperoleh dari penilaian komponen tersebut. Kualifikasi

dari skor total tersebut yang menentukan instrumen penelitian yang

layak digunakan atau tidak layak digunakan, sehingga peneliti

dapat melakukan perbaikan sebelum instrumen digunakan sebagai

alat uji penelitian.

d) Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas Konstruk (Construct Validity) merupakan

penilaian pada alat ukur yang dipakai mengandung suatu definisi

operasional dari suatu konsep teoritis (Margono, 2003:187).

Gambar

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin (1990 dalam Aqib, 2007:21)
Tabel 3.1 Skala Likert
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 3.3 Sebaran Butir Item
+7

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan model pembelajaran yang berbasis Paradigma Pedagogi reflektif maka peneliti memilih model PPR untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada

dengan judul: PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A

Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar siswa atas penerapan paradigma pedagogi reflektif.. Kata Kunci : Prestasi belajar,

Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat

menggunakan model pembelajaran yang berbasis Paradigma Pedagogi reflektif maka peneliti memilih model PPR untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada

Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Tema Bangga sebagai Bangsa Indonesia di SDN Petompon 01.. Yogyakarta: Universitas

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif pada aspek nilai kemanusiaan dengan materi

Dari kedua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terbukti dapat meningkatkan competence, conscience, compassion dari