ABSTRAK
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA
KELAS III SDN NANGGULAN Bernadus Johan Susanto Universitas Sanata Dharma
2016
Salah satu tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk sikap kedisiplinan siswa. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SDN Nanggulan masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan dan (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan, dengan subyek penelitian berjumlah 29 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didukung oleh observasi dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan model paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn sikap kedisiplinan siswa meningkat. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan meningkat dari 45% menjadi 83% pada siklus I dan menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan rata-rata nilai skala sikap kedisiplinan juga meningkat dari 66 menjadi 76 pada siklus I dan menjadi 84,83 pada siklus II.
ABSTRACT
IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL IN 3rdGRADE
NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL
Bernadus Johan Susanto Sanata Dharma University
2016
One of the objectives civic learning is to form student’s discipline. Based on the observation and interview, the discipline of students grade III B in Nanggulan Elementary School was low. The objectives of the study were (1) to know the way using model of reflective pedagogical paradigm as an effort to improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline (2) to improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline attitude.
The type of the study was class action research. The study was done in Nanggulan Elementary School which the amount of interviewee was 29 students. The class action research was done into two cycles. Questionnaire was used as a technique to gathering data that added by observation and interview.
Based on result of the study that implemented, reflective pedagogical paradigm model in civic learning subject was success to improve the students’ discipline. The percentage of students’ disciplineincreased from 55% into 83% in the first cycle then became 86% in the second cycle. Meanwhile average attitude scale of discipline also increased from 66 into 76 in the first cycle then became 84,83 in the second cycle.
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
PADA KELAS III SDN NANGGULAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Bernadus Johan Susanto
121134199
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
Don’t try to change the world,
Find something that you love and do it everyday Do that for the rest of you life
And eventually, the world will change (Macklemore and Ryan Lewis - Growing Up)
Dalam dunia ini tidak ada kata hanya sampai sekarang Yang ada hanyalah dari sekarang
(Hyun Jung-hwa)
Karena sebuah hasil yang memuaskan berawal dari internet cepat dan secangkir kopi
(Sandy Pracoyo)
Secepatnya engkau berlari
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Januari 2016
Peneliti
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma,
Nama : Bernadus Johan Susanto
Nomor Mahasiswa : 121134199
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA KELAS III SDN NANGGULAN
Dengan demikian, saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta izin dari saya, atau memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 27 Januari 2016
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA
KELAS III SDN NANGGULAN Bernadus Johan Susanto Universitas Sanata Dharma
2016
Salah satu tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk sikap kedisiplinan siswa. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SDN Nanggulan masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan dan (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan, dengan subyek penelitian berjumlah 29 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didukung oleh observasi dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan model paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn sikap kedisiplinan siswa meningkat. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan meningkat dari 45% menjadi 83% pada siklus I dan menjadi 86% pada siklus II. Sedangkan rata-rata nilai skala sikap kedisiplinan juga meningkat dari 66 menjadi 76 pada siklus I dan menjadi 84,83 pada siklus II.
viii ABSTRACT
IMPROVING DISCIPLINE ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USING REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM MODEL IN 3rd GRADE
NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL
Bernadus Johan Susanto Sanata Dharma University
2016
One of the objectives civic learning is to form student’s discipline. Based on the observation and interview, the discipline of students grade III B in Nanggulan Elementary School was low. The objectives of the study were (1) to know the way using model of reflective pedagogical paradigm as an effort to
improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline (2) to
improve students’ grade III B in Nanggulan Elementary School discipline attitude.
The type of the study was class action research. The study was done in Nanggulan Elementary School which the amount of interviewee was 29 students. The class action research was done into two cycles. Questionnaire was used as a technique to gathering data that added by observation and interview.
Based on result of the study that implemented, reflective pedagogical paradigm model in civic learning subject was success to improve the students’ discipline. The percentage of students’ discipline increased from 55% into 83% in the first cycle then became 86% in the second cycle. Meanwhile average attitude scale of discipline also increased from 66 into 76 in the first cycle then became 84,83 in the second cycle.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi
dengan judul “Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn dengan
Model Paradigma Pedagogi Reflektif pada Kelas III SDN Nanggulan” dapat
selesai dengan lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu izinkan penulis untuk menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Christiyanti Aprinastusti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu
x
5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II
yang selalu memberikan masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Sri Rahayu, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Nanggulan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Lis Endang Retnowati, selaku Guru Kelas III B SD Negeri Nanggulan
yang telah memberikan izin, masukan, dan dukungan sehingga penelitian
dapat terlaksana dengan lancar.
8. Tarsisius Judiwijana dan Yohana Fransiska Marjiyem yang telah
memberikan doa dan dukungan moral maupun material.
9. Yusuf Wiryorejo, Maria Saliyem, Petrus Kahana, M. M. Tri Esti W.,
Anastasia Sumi, Nicola Srilestariningsih, yang telah memberikan
semangat, dukungan moral maupun material, dan doa.
10.Bravi, Oka, Nugroho, Purnomo, Sita, Yosi, Astrid, Ika, dan Hilda yang
telah berjuang bersama menyusun skripsi dalam kelompok payung dan
mahasiswa kelas E 2012.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
xi
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 27 Januari 2016
Penulis
Bernadus Johan Susanto
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 6
xiii
1. Sikap ... 7
a) Pengertian Sikap ... 7
b) Struktur Sikap ... 8
2. Kedisiplinan ... 9
a) Pengertian Kedisiplinan ... 9
b) Tujuan Pembinaan Disiplin ... 10
3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
b) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
4. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12
a) Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12
b) Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif ... 13
c) Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 15
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17
C. Kerangka Berpikir ... 21
D. Hipotesis Tindakan ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Setting Penelitian ... 24
1. Tempat Penelitian ... 24
2. Subyek Penelitian ... 25
3. Obyek Penelitian ... 25
xiv
C. Rencana Tindakan ... 25
1. Siklus I ... 25
a) Perencanaan ... 25
b) Pelaksanaan ... 26
c) Observasi ... 29
d) Refleksi ... 29
2. Siklus II ... 30
a) Perencanaan ... 30
b) Pelaksanaan ... 30
c) Observasi ... 31
d) Refleksi ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Kuesioner ... 32
2. Observasi ... 33
3. Wawancara ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 34
1. Lembar Kuesioner ... 34
2. Lembar Wawancara ... 36
3. Lembar Observasi ... 38
F. Teknik Pengujian Instrumen ... 38
1. Validitas ... 38
a) Validitas Rupa ... 39
xv
c) Validitas Konstruk ... 40
2. Reliabilitas ... 50
G. Teknik Analisis Data ... 53
1. Aspek Konitif ... 53
2. Aspek Afektif ... 54
3. Aspek Konatif ... 55
H. Indikator Keberhasilan ... 57
I. Jadwal Penelitian ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60
1. Siklus I ... 60
a) Perencanaan ... 60
b) Tindakan ... 62
c) Pengamatan ... 62
d) Refleksi ... 71
2. Siklus II ... 74
a) Perencanaan ... 74
b) Tindakan ... 74
c) Pengamatan ... 75
d) Refleksi ... 84
B. Pembahasan ... 86
xvi
B. Keterbatasan Penelitian ... 96
C. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 99
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala Likert ... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 34
Tabel 3.3 Sebaran Butir Item Aspek 1 ... 35
Tabel 3.4 Sebaran Butir Item Aspek 2 ... 35
Tabel 3.5 Sebaran Butir Item Aspek 3 ... 36
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara ... 37
Tabel 3.7 Pedoman Observasi ... 38
Tabel 3.8 Validasi Skala Sikap Kedisiplinan Kelas 3 ... 42
Tabel 3.9 Pernyataan Skala Sikap Kedisiplinan yang Valid ... 48
Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Reliabitias ... 51
Tabel 3.11 Hasil Reliabiliatas Skala Sikap Kedisiplinan Kelas 3 ... 52
Tabel 3.12 Kriteria PAP tipe I ... 53
Tabel 3.13 Rentang Nilai Aspek Kognitif ... 54
Tabel 3.14 Rentang Nilai Aspek Afektif ... 55
Tabel 3.15 Rentang Nilai Aspek Konatif ... 56
Tabel 3.16 Rentang Nilai Secara Keseluruhan ... 57
Tabel 3.17 Indikator Keberhasilan Peraspek ... 58
Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan Secara Keseluruhan ... 58
Tabel 3.19 Jadwal Penelitian pada Semester Ganjil ... 59
Tabel 4.1 Hasil Skala Sikap Siklus I Aspek Kognitif ... 64
xviii
Tabel 4.3 Hasil Skala Sikap Siklus I Aspek Konatif ... 66
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Siklus I ... 67
Tabel 4.5 Hasil Skala Sikap Siklus I Secara Keseluruhan ... 69
Tabel 4.6 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Kognitif ... 76
Tabel 4.7 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Afektif ... 78
Tabel 4.8 Hasil Skala Sikap Siklus II Aspek Konatif ... 79
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus II ... 80
Tabel 4.10 Hasil Skala Sikap Siklus II Secara Keseluruhan ... 82
Tabel 4.11 Aspek Pencapaian dan Rata-rata Kelas Secara Keseluruhan ... 87
Tabel 4.12 Peningkatan Sikap Kedisiplinan dan Rata-rata Siswa Peraspek ... 89
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin ... 24
Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 41
Gambar 4.1 Grafik Presentase Sikap Kedisiplinan Siswa Secara Keseluruhan .. 88
Gambar 4.2 Grafik Presentase Peningkatan Sikap Kedisiplinan Siswa
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 99
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 108
Lampiran 3 Validasi RPP ... 129
Lampiran 4 Validasi Kuesioner ... 136
Lampiran 5 Kuesioner Valid ... 142
Lampiran 6 Contoh Kuesioner Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 145
Lampiran 7 Hasil Penghitungan Kuesioner Kondisi Awal ... 152
Lampiran 8 Hasil Wawancara ... 156
Lampiran 9 Hasil Observasi ... 159
Lampiran 10 Foto-foto Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 163
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian ... 166
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaran menjadi salah satu mata pelajaran
dalam satuan pendidikan sekolah dasar. Dalam Depdiknas (2006: 46)
dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata
pelajaran yang mengajarkan dan melatih para siswanya untuk memahami
dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Pembentukan warga negara yang dapat
memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban dapat dilakukan sejak
dini. Anak-anak usia sekolah dasar dapat dikenalkan dengan hak dan
kewajiban mereka sendiri. Pengenalan dapat dimulai dengan cakupan
lingkungan yang terkecil misalnya keluarga atau sekolah. Lingkungan
keluarga dan sekolah dapat dikenalkan terlebih dahulu karena lingkungan
tersebut adalah lingkungan yang ditemui oleh siswa setiap hari.
Hak dan kewajiban warga negara berkaitan satu dengan yang
lainnya. Untuk mendapatkan hak kita harus melaksanakan kewajiban kita
dahulu. Kewajiban tersebut dapat berupa peraturan baik peraturan tertulis
maupun peraturan tidak tertulis. Untuk mendapatkan hak terlebih dulu kita
harus melaksanakan aturan-aturan yang berlaku. Pengenalan dan
pemahaman terhadap aturan-aturan yang berlaku di lingkungan sekitar
2
tersebut mengajarkan siswa untuk memahami arti penting dari sebuah
peraturan yang kemudian menumbuhkan kesadaran siswa untuk
melaksanakan dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
sekitarnya. Selain dapat menumbuhkan kesadaran siswa, pemahaman
tentang peraturan tersebut juga dapat meningkatkan sikap kedisiplinan
siswa. Sikap kedisiplinan ini meliputi penghayatan, pemahaman, dan
pelaksanaan nilai-nilai kedisiplinan.
Menurut Pusat Kurikulum (2002 dalam Aryani, 2010: 8)
pendidikan di Indonesia masih begitu buruk. Hal tersebut disebabkan
beberapa faktor, di antaranya adalah penilaian yang sebatas pengetahuan
(kognitif). Penilaian yang pada aspek kognitif dapat membuat siswa
memahami materi pelajaran tetapi belum tentu dapat menerapkan suatu
pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Chamim (2003: ix, dalam
Aryani, 2010: 40) menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic
education) bagi Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga
terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga
persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat,
sejahtera, serta demokratis. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak
cukup dengan mengembangkan kemampuan dan keterampilan kognitif
saja. Suatu pendidikan diharapkan tidak hanya mengembangkan
3
mengembangkan kemampuan dan keterampilan afektual sehingga dapat
berpengaruh terhadap perilaku siswa ke arah yang lebih baik.
Sementara itu berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan pada
31 Juli 2015 di kelas III B, SD Negeri Nanggulan. Peneliti mengobservasi
sikap kedisiplinan di dalam kelas dan model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru yang berkaitan dengan sikap kedisiplinan siswa. Peneliti melihat
sembilan siswa yang berbicara dengan teman di sebelahnya atau di
belakangnya saat guru menyampaikan materi. Di awal pembelajaran ketika
guru menanyakan PR, ada tiga siswa yang belum mengerjakan PR
tersebut. Selain itu saat guru memberikan soal latihan kepada siswa, ada
seorang siswa yang tidak mau mengerjakan soal latihan tersebut, dia hanya
diam di tempat duduknya. Walaupun guru telah menegurnya tetapi dia
tetap tidak mau mengerjakan. Sedangkan hasil skala sikap yang mengukur
sikap kedisiplinan siswa di keluarga, sekolah, dan masyarakat masih
rendah. Pada kondisi awal, persentase siswa yang memiliki sikap
kedisiplinan minimal “Cukup” pada aspek kognitif sebesar 48%, pada
aspek afektif sebesar 48%, dan pada aspek konatif sebesar 38%.
Selain mengobservasi sikap kedisiplinan siswa, peneliti juga
mengobservasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas.
Peneliti melihat guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru
tidak menggali pengetahuan awal siswa. Guru juga tidak memberikan
umpan balik kepada siswa tentang materi pembelajaran. Ketika terdapat
4
Guru pun menegur dan menghampiri mereka, tetapi tidak beberapa lama
kemudian siswa kembali berbicara dengan temannya, kali ini guru
menegur tetapi tidak menghampiri mereka. Di akhir pembelajaran guru
langsung menutup pelajaran tidak memberikan penguatan dan refleksi.
Melihat permasalahan tersebut peneliti ingin meningkatkan sikap
kedisiplinan pada siswa kelas III B, SD Negeri Nanggulan. Peneliti akan
menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif.
Menurut Kolvenbach (dalam Suparno, 2015: 19), model pembelajaran ini
mengembangkan siswa untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan/
ketrampilan sesuai bidangnya (Competence). PPR juga mengembangkan
kompetensi siswa dalam hal membedakan baik dan buruk suatu
pembelajaran dan mempunyai kemampuan mengambil keputusan yang
benar (Conscience). Selain itu model pembelajaran ini mengembangkan
kepekaan untuk dapat berbuat baik kepada orang lain yang membutuhkan
(Compassion). Di dalam model pembelajaran PPR terdapat tiga unsur
utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa dibantu untuk menggali
pengalamannya sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, kemudian
mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup
kemasyarakatan melalui refleksi. Selanjutnya PPR mengajak siswa untuk
melakukan tindakan baik masih batin atau sudah tindakan psikomotorik
setelah siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka.
Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan di kelas III B,
5
dengan judul “Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn
dengan Model Paradigma Pedagogi Reflektif pada Kelas III SDN
Nanggulan.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri
Nanggulan?
2. Apakah pelaksanaan model Paradigma Pedagogi Reflektif dapat
meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri
Nanggulan?
C. Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan dan mengetahui bagaimana pelaksanaan model
Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai upaya meningkatkan sikap
kedisiplinan siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan siswa
kelas III B SD Negeri Nanggulan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
Pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat
memberikan pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan belajar
sehingga kegiatan belajar dapat bervariasi serta dapat mengurangi
kejenuhan dan kebosanan pada saat mengikuti proses belajar di kelas.
6
Pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif
memberikan wawasan dan memotivasi guru untuk menggunakan
pendekatan ini dalam pembelajaran pada mata pelajaran lain dan di
kelas yang berbeda.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini memberikan masukan atau saran kepada Kepala Sekolah
bahwa penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang efektif.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan,
dan mengembangkan pengetahuan tentang model Paradigma Pedagogi
Reflektif
E. Definisi Operasional
1. Sikap adalah reaksi seseorang terhadap obyek sikap yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
2. Kedisiplinan yang berasal dari kata dasar disiplin adalah kemampuan
mengendalikan diri untuk berperilaku tertib dan patuh terhadap
aturan-aturan yang berlaku di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang
mengembangkan 3C yaitu competence, conscience dan compassion.
Langkah-langkah PPR ini adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Sikap
a) Pengertian Sikap
Menurut Thrustone, Likert, dan Osgood (dalam Azwar, 2015:4)
sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap pada
suatu obyek bisa berupa perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable). Sedangkan LaPierre (dalam Azwar, 2015:5)
menyatakan bahwa sikap dapat didefinisikan sebagai suatu pola
perilaku untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Di sisi lain
Secord dan Backman (dalam Azwar, 2015:5) mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah suatu pola perilaku yang berhubungan dengan perasaan
(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) yang
dapat berupa suatu perasaan mendukung atau memihak (favorable)
8 b) Struktur Sikap
Azwar (2015: 23) menyatakan bahwa struktur sikap terdiri atas
tiga komponen yang saling menunjang, komponen-komponen tersebut
adalah:
(1) Komponen Kognitif (Cognitive)
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Mann
(dalam Azwar 2015:24) menambahkan bahwa seringkali
komponen kognitif dapat disamakan dengan pendapat (opini),
terutama apabila menyangkut masalah isu yang kontroversial.
(2) Komponen Afektif (Affective)
Menurut Mann (dalam Azwar 2015:24) komponen afektif
merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap
seseorang.
(3) Komponen Perilaku (Conative)
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan
untuk bertindak atau untuk beraksi terhadap sesuatu dengan cara
9 2. Kedisiplinan
a) Pengertian Kedisiplinan
Kata disiplin mempunyai akar pada kata disciple yang berarti
“mengajar atau melatih.” Salah satu definisi adalah “melatih melalui
pengajaran atau pelatihan.” Disiplin merupakan bagian dari proses
berkelanjutan pengajaran atau pendidikan (Khalsa, 2008:xix).
Menurut Supadjar (1983:4) disiplin mengandung makna
kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai di dalam suatu sistem
sosial, demi kualitas kehidupan. Dengan demikian di dalam disiplin
tercermin adanya sistem nilai, sistem sosial, bentuk kepribadian
pendukungnya, dan perspektif masa depan yang akan dicapai dari pola
interaksi yang terjadi. Disiplin dimengerti bukan sebagai mekanisme,
tetapi sebagai pengambilan sikap sebagai situasi masyarakat. Sikap
dalam bentuk tingkah laku yang menjadi kebiasaan, tetapi tetap
terbuka bagi hal baru yang merealisir nilai-nilai tertentu. Sedangkan
Pidarta (1995:64) berpendapat bahwa disiplin adalah tata kerja
seseorang sesuai aturan dan norma yang telah disepakati sebelumnya.
Ada disiplin yang berasal dari luar, ada juga disiplin yang berasal dari
dalam diri seseorang. Disiplin yang bersumber dari luar mungkin
karena takut dan mungkin karena pengaruh lingkungan yang begitu
kuat. Disiplin yang berasal dari luar lama-kelamaan juga bisa menjadi
10
dari pada yang bersumber dari luar, sebab ini dapat memotivasi diri
sendiri (Finch, 1982 dalam Pidarta, 1995:64).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kedisiplinan adalah suatu tindakan seseorang yang
mencerminkan ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu norma-norma
atau aturan yang telah disepakati sebelumnya.
b) Tujuan Pembinaan Disiplin
Menurut Supadjar (1983:12) ada beberapa tujuan pembinaan
disiplin khususnya di dalam kelas.
(1) Memperkenalkan tata hubungan guru dan murid
(2) Menemukan identitas diri dan kelompok
(3) Menyiapkan tata tertib hubungan kemasyarakatan
(4) Mengantar prinsip-prinsip kehidupan bersama, sebagai politik,
yaitu kesadaran berbangsa dan bernegara
(5) Menyadarkan bahwa Pancasila adalah prinsip-prinsip kehidupan
bersama.
Sementara itu Schaefer (1986:3) mengungkapkan bahwa tujuan
disiplin terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah untuk melatih dan
mengontrol anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajarkan
mereka bentuk-bentuk perilaku yang pantas dan tidak pantas dilakukan
serta perilaku yang masih asing bagi anak. Sedangkan tujuan jangka
11
pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal
mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
pengendalian dari luar.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Utami (2010:2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara yang
demokratis, yang merhargai perbedaan, dan mencintai keadilan dan
kebenaran. Kemudian Chamim (2003:ix, dalam Aryani, 2010:40)
berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education)
bagi Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental,
nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga
terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga
persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat,
sejahtera, serta demokratis.
b) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini
secara rinci dijelaskan dalam Permendiknas RI Nomor 23 tahun 2006.
Disebutkan bahwa tujuan pencapaian dari mata pelajaran PKn adalah
sebagai berikut:
(1) Memampukan siswa berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam
12
(2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara
cerdas dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
antikorupsi.
(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (Utami, 2010:2).
4. Paradigma Pedagogi Reflektif
a) Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Pedagogi adalah cara para pengajar untuk mendampingi para
siswanya. Pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar. Pedagogi
meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi
terpelajar. Hal tersebut juga memberikan criteria pemilihan
sarana-sarana yang harus dipakai dalam pendidikan (Subagja, 2010:22).
Selanjutnya Subagja (2010:39) memaparkan bahwa Paradigma
Pedagogi Reflektif terdiri atas beberapa langkah yaitu pengalaman,
refleksi, dan aksi. Langkah-langkah tersebut menawarkan
bermacam-macam cara seorang pengajar untuk dapat mendampingi para pelajar
mereka untuk memudahkan proses belajar dan berkembang lewat
menatap kebenaran dan menggali arti manusiawinya. Pola
13
pelajar berkembang menjadi manusia kompeten, bertanggung jawab,
dan berbelas kasih.
b) Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Subagja (2010:42) Paradigma Pedagogi Reflektif
terdapat lima langkah yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan
evaluasi.
(1) Konteks
Pengalaman seseorang selalu menjadi titik tolak dalam
Paradigma Pedagogi Reflektif. Oleh karena itu sebelum mengajar,
pengajar harus mengetahui sebanyak mungkin konteks tempat
kegiatan mengajar dan belajar berlangsung. Pengajar perlu
memahami dunia pelajar, termasuk cara-cara hidup keluarga,
teman-teman, kelompok baya, kebudayaan kaum muda dan adat,
tekanan sosial, kehidupan sekolah, dan hal lain yang berdampak
pada dunia si pelajar dan mempengaruhinya kea rah baik atau
buruk (Subagja, 2010:43).
(2) Pengalaman
Pengalaman dalam Peradigma Pedagogi Reflektif tidak
mentok pada pemahaman intelektual saja. Namun mendesak
supaya keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk
dalam pengalaman belajar. Baik ranah kognitif maupun afektif
14
pemahaman intelektual, belajar tidak mendorong seseorang untuk
bertindak (Subagja, 2010:49).
(3) Refleksi
Pada tingkat refleksi siswa diajak untuk menangkap makna
yang lebih mendalam dari apa yang telah dipelajari. Refleksi juga
mengajak siswa untuk menemukan hubungan apa yang telah
dipelajari dengan segi-segi lain dari pengetahuan. Refleksi
selanjutnya membentuk suara hati siswa untuk dituangkan dalam
perbuatan mereka (Subagja, 2010:54).
(4) Aksi
Aksi menunjukkan pertumbuhan batin seseorang
berdasarkan penalaman yang telah direfleksikan oleh siswa. Siswa
menentukan pilihan-pilihan batin yang selanjutnya dinyatakan
melalui aksi (Subagja, 2010:61)
(5) Evaluasi
Evaluasi dalam Paradigma Pedagogi Reflektif tidak hanya
untuk mengetahui kemajuan akademik. Namun yang menjadi fokus
adalah pertumbuhan siswa yang menyeluruh sebagai pribadi demi
sesama. Evaluasi berkala perkembangan siswa dalam sikap,
prioritas-prioritas, dan kegiatan-kegiatan selaras dengan sikap
menjadi orang demi orang lain (man for others) perlu dilakukan
15
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif tersebut dapat dilihat bahwa PPR tidak hanya
mengembangkan aspek kognitif saja, tetapi juga mengembangkan
aspek afektif dan konatif. Karena tujuan dari model pembelajaran PPR
adalah mengembangkan siswa yang mencakup 3C (Competence,
Conscience, dan Compassion).
c) Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki beberapa kelebihan
jika diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan-kelebihan tersebut
menurut Kolvenbach (dalam Suparno, 2015:19) adalah model
pembelajaran ini mengembangkan siswa untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan/ ketrampilan sesuai bidangnya (Competence). PPR juga
mengembangkan kompetensi siswa dalam hal membedakan baik dan
buruk suatu pembelajaran dan mempunyai kemampuan mengambil
keputusan yang benar (Conscience). Selain itu model pembelajaran ini
mengembangkan kepekaan untuk dapat berbuat baik kepada orang lain
yang membutuhkan (Compassion). Dengan cara tersebut siswa tidak
hanya menguasai ilmu pengetahuan/ketrampilan saja tetapi
menggunakan ilmu pengetahuan/ ketrampilan tersebut untuk
membedakan hal yang baik dan tidak baik serta mempunyai kepekaan
untuk menolong sesame yang membutuhkan.
Selain itu kelebihan-kelebihan PPR dijelaskan oleh Subagja
16
(1) Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua
kurikulum
Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat diterapkan dalam
semua kurikulum yang diterapkan pemerintah. Paradigma ini tidak
menuntut tambahan apapun, selain pendekatan baru pada cara
mengajarkan mata pelajaran yang ada.
(2) Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar
mengajar
Paradigma ini dapat diterapkan pada ranah non-akademik,
seperti kegiatan ekstrakurikuler, olahraga, program pelayanan
masyarakat, retret, dan sebagainya. Paradigma ini dapat membantu
siswa menemukan hubungan antara bagian-bagian dari suatu
bidang studi atau dengan bidang-bidang studi lain.
(3) Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi
pengajar yang lebih baik
Paradigma ini memungkinkan para pengajar memperkaya
baik isi maupun susunan yang mereka ajarkan, cara mendorong
inisiatif siswa, cara mendorong siswa untuk aktif dan bertanggung
jawab terhadap hasil studi, dan cara memotivasi siswa untuk
menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman
17
(4) Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan
mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti dari apa yang
dipelajari
Paradigma ini mendukung integrasi antara pengalaman
belajar di ruang kelas dengan pengalaman di rumah, waktu bekerja,
dunia teman sebaya, dan sebagainya.
(5) Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan matra sosial belajar
maupun mengajar
Paradigma ini mendorong kerjasama yang erat dan berbagi
pengalaman serta dialog antar siswa. Melalui interaksi tersebut
lama-kelamaan siswa menjadi sadar bahwa
pengalaman-pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan yang
manusiawi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
John (2011) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak di Kelas
melalui Cerita.” Penelitian tersebut dilakukan pada siswa TKK 11 BPK
Penabur Jakarta. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelompok
B (kelas B2) yang berjumlah 23 anak terdiri dari 11 anak perempuan dan 12
anak laki-laki dengan rentang usia antara 5 - 6 tahun. Jenis pelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Ada tiga indikator
yang digunakan dalam penelitian ini: (1) Mendengarkan saat guru
18
dengan sopan. Pada siklus pertama terjadi peningkatan secara berurutan
sebesar 13,04%; 4,35%; dan 4,35% dibandingkan sebelum mendapat tindakan.
Pada siklus kedua juga terjadi peningkatan dibandingkan siklus pertama secara
berurutan sebesar 13,04%; 8,7%; dan 4,35%. Selanjutnya pada siklus ketiga
terjadi peningkatan yang cukup besar dibandingkan siklus kedua, secara
berurutan sebesar 17,39%; 13,04%; dan 17,39%. Setelah tiga siklus didapat
hasil prosentase anak yang sudah dapat menyimak meningkat menjadi 91.30%
atau 21 anak dari 23 anak, sementara prosentase untuk aspek ketaatan
meningkat menjadi 82.61% atau 19 anak dari 23 anak, dan untuk aspek
berbicara dengan sopan meningkat menjadi 86.96% atau 20 anak dari 23 anak.
Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Widiyanti (2013) yang
bejudul “Pengaruh Pendidikan Karakter dengan Pendekatan PPR dan Motivasi
Belajar Terhadap Kepribadian Siswa.” Jenis penelitian ini adalah eksperimen.
Penelitian ini dilakukan di SMPK St. Yusuf, Kota Madiun. Subyek
penelitiannya adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 50
siswa yang tediri dari 25 siswa untuk kelas control dan 25 siswa untuk kelas
eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter
dengan pendekatan paradigma pedagogi reflektif memberikan pengaruh yang
lebih baik dari pada pendekatan konvensional terhadap kepribadian siswa
dalam Pendidikan Agama Katolik. Dari data yang diperoleh bahwa siswa yang
belajar Pendidikan Karakter dengan PPR dalam Pendidikan Agama Katolik
19
pendekatan konvensional dalam Pendidikan Agama Katolik memperoleh skor
rata-rata hitung sebesar 99,92.
Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh
Darwis (2014) yang berjudul “Kemampuan Guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa
dalam Pembelajaran di SMKN Parigi Selatan.” Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan guru PKn dalam mengajar untuk
meningkatkan kedisiplinan belajar siswa SMKN Parigi Selatan. Selain itu
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hambatan yang ditemukan guru
dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa SMKN Parigi Selatan. Subyek
penelitian adalah guru PKn berjumlah 2 orang dan kepala sekolah selaku
informan kunci. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti menerapkan teknik
pengumpulan data secara deskriptif kualitatif. Hasil observasi dalam
pembelajaran, wawancara dengan kepala sekolah, dan angket menunjukkan
bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki kemampuan yang
baik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran. Hal
itu terbukti berdasarkan data yang diperoleh bahwa guru selalu memberi
nasihat kepada siswa. Jika terdapat siswa yang melanggar kedisiplinan, guru
memberikan teguran untuk tidak mengulangi pelanggaran tersebut.
Selanjutnya jika masih tetap tidak mengindahkan teguran yang telah diberikan
maka akan diberikan sanksi yang bersifat edukatif, jika masih tetap tidak
20
Parigi Selatan ialah dengan memberikan nilai tidak tuntas kepada siswa yang
tidak disiplin dalam pembelajaran. Sementara itu hambatan yang ditemui guru
dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa ialah sarana dan prasarana
sekolah serta masih kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
sehingga menyebabkan pembelajaran kurang efektif.
Ketiga penelitian di atas dapat mendukung penelitian ini. Pada
penelitian pertama, John sebagai peneliti berhasil meningkatkan kedisiplinan
siswa TKK 11 BPK Penabur Jakarta menggunakan cerita. Berdasarkan
penelitian tersebut peneliti dapat menyisipkan cerita dalam model
pembelajaran PPR. Cerita dapat dilakukan saat penyampaian materi kepada
siswa. Kemudian untuk penelitian kedua yang dilakukan oleh Widiyanti untuk
meningkatkan kepribadian dan pendidikan karakter siswa SMPK St. Yusuf.
Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa model Paradigma Pedagogi
Reflektif dapat meningkatkan kepribadian dan pendidikan karakter siswa.
Sedangkan penelitian ketiga yang dilakukan oleh Darwis menjelaskan
bagaimana guru SMKN Parigi Selatan dalam mengajar sehingga dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa. Penelitian tersebut dapat memberikan
masukan kepada peneliti agar selalu memberi nasihat kepada siswa dalam
mengajar sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu meningkatkan kedisiplinan
21 C. Kerangka Berpikir
Sikap kedisiplinan siswa dalam pembelajaran menjadi salah satu faktor
penting tercapainya tujuan pembelajaran. Sikap kedisiplinan pola perilaku
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan
predisposisi tindakan (konasi) siswa yang mencerminkan ketaatan dan
kepatuhan terhadap norma-norma atau aturan yang ada di keluarga, sekolah,
dan masyarakat yang telah disepakati sebelumnya. Namun saat ini sikap
kedisiplinan siswa masih buruk, khususnya siswa sekolah dasar. Hal tersebut
Kedisiplinan PPR
“Peningkatan Sikap Kedisiplinan dalam Pembelajaran
PKn dengan Model Paradigma Pedagogi Reflektif
22
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model pengajaran guru
yang masih berada di tingkat pemahaman (kognitif). Pemahaman siswa belum
cukup untuk mencapai tujuan dari PKn yang berkaitan dengan pengetahuan,
sikap, mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi,
sehingga terwujud Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.
Untuk menghadapi masalah tersebut guru dapat menggunakan model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Model pembelajaran ini
mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan, dan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan, sehingga nilai-nilai tersebut muncul dari kesadaran
dan kehendak siswa melalui refleksinya. Selain itu PPR juga mengembangkan
3C yaitu competence, conscience dan compassion. Model pembelajaran ini
mempunyai tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi yang
mengajak siswa untuk melakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari
sebagai perwujudan nyata dari pembelajaran yang telah direfleksikan oleh
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam
pembelajaran PKn melalui tahap konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan
evaluasi.
2. Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam
pembelajaran PKn dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas III B, SD
23 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana
tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian
instrumen, dan analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Suhardjono
(2006:58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Sedangkan menurut Kusumah
(2010:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. PTK bertujuan
untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observating), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen
tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai
24
Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin (1990 dalam Aqib, 2007:21)
B. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi tempat, subjek, objek, dan waktu penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan yang
beralamat di Nanggulan, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman. Sebelah utara, timur, dan selatan berbatasan dengan
pemukiman penduduk. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Acting
Planning
Reflecting
Observing
Siklus 1
Planning
Acting
Observing
Siklus 2
25
pemukiman penduduk, Puskesmas Depok I, dan ± 100 meter sebelah
barat adalah Jalan Ring Road Timur.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III B SD Negeri
Nanggulan, tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas III B berjumlah 29
siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah sikap kedisiplinan pada mata
pelajaran PKn. Sikap kedisiplinan meliputi penghayatan, pemahaman,
dan pelaksanaan nilai-nilai kedisiplinan.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari 31 Juli 2015 sampai dengan 15
September 2015 di SD Negeri Nanggulan.
B. Rencana Tindakan
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan
untuk meningkatkan sikap kedisiplinan pada siswa SD Negeri Nanggulan
dalam mata pelajaran PKn.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti meminta izin kepada
Kepala SD Negeri Nanggulan untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut. Peneliti juga meminta izin kepada guru kelas III
26
izin peneliti mengobservasi kelas untuk mendapat gambaran
bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam
kelas. Selain itu peneliti juga mewawancarai guru kelas bagaimana
sikap siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemudian
peneliti juga menyiapkan RPP mata pelajaran PKn dengan materi
aturan-aturan di masyarakat. Selain itu peneliti juga menyiapkan
media yang akan dipakai dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan. Alokasi
waktu tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.
Pertemuan 1 (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka
- Guru mengucapkan salam pembuka.
- Guru mengabsen siswa.
- Guru menyampaikan apersepsi.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian
aturan.
- Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan
pengetahuan mereka.
- Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa
27
- Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota
setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.
- Guru membagikan puzzle kepada setiap kelompok dan
menginstruksikan siswa untuk menyusunnya.
- Siswa menyusun puzzle.
- Siswa secara berkelompok mempresentasikan puzzlenya yang
berupa gambar aturan di sekolah maupun di masyarakat.
- Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga membuat
daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai perwujudan
bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di sekolah
maupun di masyarakat.
- Guru memberikan soal evaluasi.
Kegiatan Penutup
- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan refleksi.
- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam
kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
- Guru menyampaikan salam penutup.
- Guru mengajak siswa untuk berdoa.
Pertemuan 2 (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka
- Guru mengucapkan salam pembuka.
28
- Guru menyampaikan apersepsi.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh aturan.
- Siswa menyebutkan kembali beberapa contoh aturan yang telah
disampaikan siswa.
- Guru memberikan penjelasan tentang contoh aturan, bisa
menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa.
- Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam aturan
yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti gambar
yang sudah ditampilkan.
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
- Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang berlaku
di masyarakat.
- Guru meminta siswa mengelompokkan gambar yang diberikan
sesuai dengan macam-macam aturan yang berlaku di
masyarakat.
- Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya aturan dalam
kehidupan sehari-hari.
- Guru meminta kelompok yang telah selesai mengerjakan untuk
mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di dalam
kelompok.
29 Kegiatan Penutup
- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan refleksi.
- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam
kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
- Guru menyampaikan salam penutup.
- Guru mengajak siswa untuk berdoa.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi bagaimana sikap kedisiplinan
siswa selama dua kali pembelajaran di siklus I. Peneliti juga
mencatat beberapa hal penting yang berhubungan dengan sikap
kedisiplinan yang muncul dalam pembelajaran tersebut.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi
permasalah-permasalahan yang muncul. Peneliti juga melihat hasil
observasi apakah sudah menunjukkan peningkatan. Walaupun hasil
refleksi menunjukkan bahwa pada siklus I telah mengalami
peningkatan, tetapi peneliti tetap melanjutkan penelitian ke siklus
30 2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti kembali menyiapkan
RPP, materi, dan soal evaluasi untuk pembelajaran di siklus II.
Selain itu peneliti juga menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan
siswa dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada siklus II ini dilaksanakan satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit.
Pertemuan (2 x 35 menit) Kegiatan Pembuka
- Guru mengucapkan salam pembuka.
- Guru mengabsen siswa.
- Guru menyampaikan apersepsi.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
- Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai aturan-aturan apa
saja yang ada di lingkungan sekitar.
- Guru juga bertanya jawab tentang sikap apa yang harus
dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu dan pernahkah
siswa melakukan aturan itu.
- Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota
31
- Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang berwujud
dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak disiplin
yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.
- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak
disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.
- Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh
sikap disiplin.
- Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
Kegiatan Penutup
- Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan refleksi.
- Guru membimbing siswa untuk melakukan aksi dalam
kehidupan nyata berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
- Guru menyampaikan salam penutup.
- Guru mengajak siswa untuk berdoa.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi bagaimana sikap kedisiplinan
siswa dalam pembelajaran di siklus II. Peneliti juga mencatat
beberapa hal penting yang berhubungan dengan sikap kedisiplinan
32 d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengidentifikasi
permasalah-permasalahan yang muncul. Peneliti juga melihat hasil
observasi, apakah sudah menunjukkan peningkatan.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan
lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau
hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995:70). Kuesioner dibuat
peneliti untuk mengetahui sikap kedisiplinan siswa yang meliputi
pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan
(konatif) nilai-nilai kedisiplinan. Kuesioner diisi oleh siswa kelas III B,
SD Negeri Nanggulan sebanyak tiga kali. Pengisian sebanyak tiga kali
tersebut meliputi pengisian sebelum mendapat tindakan untuk melihat
kondisi awal bagaimana sikap kedisiplinan siswa, setelah dilakukan
tindakan siklus I, dan setelah dilakukan tindakan siklus II.
Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur. Pilihan
jawaban pada kuesioner menggunakan skala likert yaitu “Sangat
Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Cukup” (C), “Tidak Setuju” (TS), dan
33
Tabel 3.1 Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Cukup 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Untuk menghindari kecenderungan siswa menjawab pilihan
jawaban “Cukup” dibandingkan dengan pilihan jawaban lainnya,
peneliti tidak mencantumkan pilihan jawaban “Cukup” dalam
kuesioner. Kuesioner pada penelitian ini berisi 20 pertanyaan yang
telah dijabarkan dari tiga aspek sikap kedisiplinan yaitu kognitif,
afektif, dan konatif..
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung kemudian mencatat hal-hal
yang ingin diteliti (Sanjaya, 2006:86). Observasi dilakukan terhadap
siswa kelas III B SD Negeri Nanggulan. Peneliti menggunakan
observasi terstruktur. Peneliti menggunakan teknik observasi untuk
mengamati sikap kedisiplinan siswa yang meliputi pemahaman,
34 3. Wawancara
Wawancara menurut Hopkins (1993:125) dalam Wiriaatmaja
(2007:117) suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
dilihat dari sudut dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang
diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah,
beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa
dll. Pada penelitian ini wawancara menggunakan wawancara
terstruktur. Wawancara ini ditujukan kepada guru kelas II B SD Negeri
Nanggulan tentang bagaimana sikap kedisiplinan siswa di sekolah.
Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas II B karena saat
peneliti melaksanakan penelitian, tahun ajaran 2015/2016 baru berjalan
dua minggu, sehingga peneliti melihat guru kelas II B lebih
mengetahui karakter siswa kelas III B.
E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui sikap
kedisiplinan siswa di keluarga, sekolah, dan di masyarakat. Kuesioner
ini diisi sendiri oleh siswa dengan bentuk checklist. Sedangkan untuk
kisi-kisi kuesioner dikembangkan berdasarkan tiga aspek berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Memahami aturan yang
berlaku (kognitif) 7, 17, dan 19
15, 18, dan
35
Tabel 3.3 Sebaran Butir Item
Aspek 1. Memahami nilai kedisiplinan (kognitif)
No Favorable Unfavorable
1
Saya meyakini membuat
jadwal kegiatan sehari-hari
dapat menjadikan hidup teratur
Saya memahami pentingnya
menaati peraturan hanya di
rumah saja
2
Saya yakin bahwa aturan
disiplin dapat membantu saya
menjadi rajin
Saya tidak bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan aturan yang
berlaku di masyarakat
3
Saya tahu jika melaksanakan
piket itu dapat menjaga
kebersihan
Saya tahu piket dapat membuat
saya lelah
Tabel 3.4 Sebaran Butir Item
Aspek 2. Menghayati nilai kedisiplinan (afektif)
No Favorable Unfavorable
1 Saya bangga memakai seragam sesuai peraturan sekolah
Saya senang memakai seragam
bebas ke sekolah
2
Saya menghargai teman yang
sedang piket dengan tidak
berada di dalam kelas
Saya tidak ingin melaksanakan
aturan disiplin di kelas karena
saya merasa bosan
3
Aturan di sekolah tidak terlalu
penting bagi saya 2 Menghayati aturan
yang berlaku (afektif) 3 dan 6 5, 12, dan 14 5
36
Tabel 3.5 Sebaran Butir Item
Aspek 3. Melaksanakan nilai kedisiplinan (konatif)
No Favorable Unfavorable
1 Saya mengumpulkan tugas
tepat waktu
Saya mencontek ketika ulangan,
demi memperoleh nilai baik
2 Saya sudah melaksanakan
piket di kelas sesuai dengan
jadwal
Saya malas untuk bangun pagi
3 Saya datang ke sekolah tepat
waktu
4 Saya melaksanakan aturan
yang berlaku di masyarakat
dengan sungguh-sungguh.
5 Saya memakai seragam sesuai
peraturan sekolah agar tidak
mendapat sanksi
6 Saya berniat memperhatikan
penjelasan guru saat pelajaran
di kelas
7 Saya membuat jadwal kegiatan
sehari-hari agar hidup lebih
teratur
2. Lembar Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara kepada guru kelas II B SD Negeri
Nanggulan. Berikut adalah garis besar pertanyaan-pertanyaan yang
37
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara
Pernyataan Jawaban Keterangan Ya Tidak
Apakah ada manajemen
kelas di dalam kelas? Jika
ada, apakah semua siswa
melaksanakan tugas piket
sesuai jadwal?
Apakah semua siswa
memiliki sikap dan nilai
kedisiplinan yang baik
pada raport?
Apakah semua siswa
masuk kelas tepat waktu?
Apakah siswa memakai
seragam sesuai dengan
38 3. Lembar Observasi
Peneliti juga telah menyusun format observasi yang akan
digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun
format tersebut adalah:
Tabel 3.7 Pedoman Observasi
No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan 1. Siswa memperhatikan
guru saat melakukan
pembelajaran.
2. Siswa tidak ramai
sendiri pada saat
proses pembelajaran
berlangsung.
3.
Siswa menjalankan
aturan yang berlaku di
kelas.
4. Aktivitas belajar siswa
F. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas
Validitas adalah derajat derajat yang menunjukkan di mana
suatu instrument penelitian mengukur apa yang hendak diukur
(Sukardi, 2007:122). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu: validitas rupa (face validity), validitas isi (content validity), dan
39 a. Validitas Rupa (Face Validity)
Validitas rupa merupakan validitas yang menunjukkan
suatu alat ukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak
mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012:46). Validitas ini
biasanya mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen
penelitian. Validitas rupa di dalam penelitian ini dibagi menjadi 2,
yaitu validitas rupa untuk siswa dan validitas rupa untuk guru.
(1) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Siswa
Validitas rupa untuk siswa ini diujikan kepada siswa
kelas III untuk mengetahui seberapa paham mereka atas
pernyataan-pernyataan yang disusun oleh peneliti. Peneliti
memilih siswa kelas bawah dikarenakan instrumen yang
digunakan pada saat penilitian ditujukan kepada siswa kelas IV
yang telah menerima materi yang diajarkan.
(6) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Guru
Validitas rupa untuk guru diujikan kepada guru kelas
atas, yaitu guru kelas 4. Pemilihan guru kelas 4 karena validasi
dilakukan di kelas 4, sehingga guru menilai
pernyataan-pernyataan yang disajikan mudah dipahami siswa atau sulit
dipahami serta layak diujikan atau memerlukan perbaikan lagi.
c) Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi (content validity) merupakan pengukuran yang
40
instrumen mewakili konsep yang diukur. (Jogiyanto, 2008: 56).
Mengukur validitas isi dilakukan dengan expert judgement atau
dilakukan oleh yang ahli dan mengetahui tentang konsep yang
akan diukur. Ahli yang dipilih oleh peneliti untuk mengukur
instrumen penelitian ini adalah 2 dosen dan 1 guru (guru kelas III
B). Para ahli ini memberikan penilaian dan komentar terhadap
instrumen penelitian yang telah disusun oleh peneliti.
Terdapat 10 komponen penilaian yang diisi berdasarkan
skor yang disediakan. Pedoman penskoran untuk komponen
penilaian yaitu 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang.
Skor dari komponen penilaian yang diberikan pada para ahli lalu
dihitung totalnya. Peneliti juga menyediakan kualifikasi dari skor
total yang diperoleh dari penilaian komponen tersebut. Kualifikasi
dari skor total tersebut yang menentukan instrumen penelitian yang
layak digunakan atau tidak layak digunakan, sehingga peneliti
dapat melakukan perbaikan sebelum instrumen digunakan sebagai
alat uji penelitian.
d) Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas Konstruk (Construct Validity) merupakan
penilaian pada alat ukur yang dipakai mengandung suatu definisi
operasional dari suatu konsep teoritis (Margono, 2003:187).