• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Reni Restriani

NIM: 131134083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Reni Restriani

NIM: 131134083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Tuhan

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa selalu menyertai dan memberkati

seluruh keluargaku. Kedua Orangtuaku, Almh. Bapak Agustinus Sumbana dan

Ibu Florentina Tri Irianti yang senantiasa tidak kenal lelah untuk berjuang

membesarkan, mendidikk dengan penuh cinta kasih, dan selalu memberi doa restu

kepadaku. Tanteku, Veronica Inti Purianti yang selalu memberiku dukungan,

semangat dan bentuan dalam kuliahku. Kakak perempuanku Agustina Sari Dewi

dan Kakak Iparku Junico Fareta yang selalu memberikan aku inspirasi, semangat

dan membantu dalam kuliahku. Kakakku Andreas Vata Dwi Kusuma yang selalu

memberiku motivasi, dan semangat. Keluarga besarku yang senantiasa

memdidikk memberi semangat, dan doa restu.

Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi dukungan, semangat, dan

pengorbanan sehingga karyaku ini dapat terselesaikan dengan baik, teman-teman

PGSD USD angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,

dan doa selama menempuh studi di PGSD USD. Alamamaterku tercinta

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih banyak sudah mendidikku

hingga menjadi seperti sekarang, karya ini adalah sumbangsih yang

(6)

MOTTO

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

Peneliti

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yuliana Reni Restriani

Nomor Mahsiswa : 131134083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA

Dengan demikian, saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Juni 2017

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS

III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA

Yuliana Reni Restriani Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi mengenai permasalahan lingkungan di SDN Petinggen Yogyakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa SDN Petinggen Yogyakarta menggunakan energi listrik secara berlebihan yaitu dengan menyalakan lampu dan kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran dan lupa mematikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik dan mengetahui kualitas penggunaannya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and development). Penelitian ini menggunakan 5 langkah pengembangan bahan menurut Tomlinson yang meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Modul ini disusun dan disesuaikan dengan sepuluh prinsip pengembangan bahan menurut Tomlinson. Subjek penelitian ini yaitu 9 siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta.

Perangkat pembelajaran dan modul materi yang sudah dibuat oleh peneliti sebelum diterapkan atau diimplementasikan telah melalui dievaluasi atau divalidasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas III A. Berdasarkan hasil dari validasi perangkat pembelajaran dan modul mendapatkan skor rata-rata, 3,50 dan 3,63 dari skala 4, sehingga perangkat pembelajaran dan modul materi

mendapatkan kategori “layak” untuk diimplementasikan pada kelas III dengan

perbaikan berdasarkan masukan dari para ahli dan guru kelas. Penggunaan produk

berupa modul pembelajaran “Menghemat Energi Listrik” yang dikembangkan

sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson yaitu (1) materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat pembelajar merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4) materi relevan bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6) materi memberikan penjelasan, (7) materi menyedikan kesempatan berkomunikasi dengan aktif, (8) materi mempertimbangkan gaya belajar siswa yang berbeda, (9) materi memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri, dan (11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck.

Kata kunci: pengembangan, perangkat, modul, menghemat energi listrik,

(10)

ABSTRACT

PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REF LEKTIF UNTUK SISWA KELAS

III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA

Yuliana Reni Restriani Sanata Dharma University

2017

This research began with observations about the problems conditions in SDN Petinggen Yogyakarta. The observations result showed that SDN Petinggen Yogyakarta students used the electricity too much. They turned on the lamp and the fan from the beginning until the end of the learning process. In the end of the learning process, they forgot to turn off it. This research aimed to know the process of developing the learning device, to know the process of developing the safe electricity module, and to know the use of its quantity. This research used Research and Development (R&D) as the research method. According to Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the learning materials. The research participants were nine students of third grade of SDN Patinggen Yogyakarta.

Before implementing the materials, the researcher did the mater ials validation or evaluation to the evaluator. The evaluators were a scientis, a linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3.50 and 3.63 of 4. So, the materials were categorizing “proper” to implement for third grade students by revising based on the suggestions from the evaluators. The used of “Menghemat Energi Listrik” materials have consisted of eleven principles from Tomlinson. The principles were (1) the materials have influence for the students, (2) the materials make the students happy and feel comfortable, (3) the materials can develop their self-confident, (4) the materials relevant for the students, (5) the materials can attract the students’ attention, (6) the materials give explanation, (7) the materials provide a chance for the students to have communication with others, (8) the materials consider to the differences of the learning styles, (9) the materials give attention for the differences of affective attitude, (10) the materials empower to the intellectual skill, emotional skill, and stimulate the right and left brain, and (11) the materials provide feedback.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat kesehatan dan keselamatan yang senantiasa diberikan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tanggungjawab untuk menyusun tugas akhir atau skripsi

dengan judul: PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis

mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rohandi,

Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,

Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Progaram Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,

S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari,

M.Biotech. yang senantiasa membimbing, memdidik, memberi semangat dan

dukungan sehingga skripsi ini sapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah dan Guru

kelas I hingga kelas VI SDN Petinggen Yogyakarta, yang senantiasa memberikan

bantuan dan bimbingan sema penulis melaksanakan PPL dan penelitian. Ucapan

terimakasih juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas III A tahun ajaran

2016/2017 yang senantiasa penulis cintai dan banggakan, yang telah mendukung

dan berpartisipasi aktif dalam melam melaksanakan setiap kegiatan yang

diharapkan oleh penulis, Bapak dan Ibu Dosen PGSD USD yang senantiasa

(12)

bantuan dan bimbingan baik dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan setiap

hal yang menjdi kebutuhan penulis.

Terakhir kali tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih, ucapan

terimakasih diberikan kepada sahabat-sahabatku yaitu Atika Sari, Dwila

Oktanuryani, Assa Prima Sekarini, Giadiolla Septi Pangesti, Aisyah Desmaniar,

Witanri Wiyantari dan Martinus Putu Ardi Kristianta yang saling melengkapi,

mendukung, memberi perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran, dalam proses

menuntaskan tanggung jawab sebagi Mahasiswa PGSD USD, teman-teman

Payung Emansipatoris yang senantiasa memberikan bantuan, semangat serta

dukungan, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga karya ini dapat menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Peneliti

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABATRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ...xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Rumusan Masalah ...7

1.3Tujuan Penelitian ...8

1.4Manfaat Penelitian ...8

1.5Spesifikasi Produk ...9

1.6Definisi Oprasional...10

BAB II LANDASAN TEORI ...12

2.1 Kajian Pustaka ...12

2.1.1 Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ...12

2.1.2 Perangkat Pembelajaran...13

2.1.3 Modul ...19

(14)

2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif ...26

2.1.6 Pendidikan Emansipatoris ...31

2.1.7 Energi Listrik ...35

2.2 Penelitian yang Relevan ...36

2.3 Kerangka Berpikir ...42

2.4 Pertanyaan Penelitian ...44

BAB III METODE PENELITIAN ...45

3.1 Jenis Penelitian ...45

3.2 Setting Penelitian ...47

3.2.1 Tempat Penelitian ...47

3.2.2 Subjek Penelitian ...47

3.2.3 Objek Penelitian...47

3.2.4 Waktu Penelitian ...48

3.3 Prosedur Pengembangan ...48

3.3.1 Analisis Kebutuhan ...50

3.3.2 Desain ...51

3.3.3 Implementai ...52

3.3.4 Evaluasi...52

3.3.5 Revisi ...52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...53

3.4.1 Observasi ...53

3.4.2 Wawancara ...53

3.4.3 Kuesioner ...54

3.5 Instrumen Penelitian ...54

3.5.1 Pedoman Observasi ...55

3.5.2 Pedoman Wawancara...55

3.5.3 Kuesioner ...56

3.6 Teknik Analisi Data ...60

3.6.1 Data Kualitatif ...60

3.6.2 Data Kuantitatif ...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...63

(15)

4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran ...63

4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ...63

4.1.1.1.1 Observasi ...64

4.1.1.1.2 Wawancara ...65

4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioner ...67

4.1.1.2 Desain ...69

4.1.1.3 Implementasi ...82

4.1.1.4 Evaluasi ...85

4.1.1.5 Revisi ...98

4.2 Pembahasan ...103

4.2.1Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar Pada 5 Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Menurut Tomlinson ...103

4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul Pembelajaran ...105

BAB V PENUTUP ...107

5.1 Kesimpulan ...107

5.2 Keterbatasan ...109

5.3 Saran ...109

DAFTAR PUSTAKA ...110

(16)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan ... 41

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ... 55

Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Guru kelas III A ... 56

Tabel 3.3 Pedoman wawancara dengan Siswa kelas III A... 56

Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner Guru terbuka ... 57

Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner Siswa terbuka ... 57

Tabel 3.6 Aspek penilaian perangkat pembelajaran ... 58

Tabel 3.7 Aspek penilaian modul pembelajaran ... 58

Tabel 3.8 Instrumen kuesioner uji coba produk ... 59

Tabel 3.9 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 61

Tabel 3.10 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 62

Tabel 4.1 Hasil analisis kebutuhan siswa ... 68

Tabel 4.2 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 77

Tabel 4.3 Hasil validasi modul pembelajaran ... 77

Tabel 4.4 Komentar ahli IPA dan revisian ... 78

Tabel 4.5 Komentar ahli Bahasa dan Revisian ... 80

Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III ... 81

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Cover modul ... 70

Gambar 4.2 Panduan bereksperimen... 72

Gambar 4.3 Kegiatan eksperimen ... 72

Gambar 4.4 Refleksi... 73

Gambar 4.5 Konten modul ... 73

Gambar 4.6 Kegiatan individu ... 75

Gambar 4.7 Kegiatan kelompok ... 75

Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan ... 76

Gambar 4.9 Evaluasi ... 76

Gambar 4.10 Aksi ... 76

Gambar 4.11 Komentar dan saran ahli IPA ... 79

Gambar 4.12 Komentar dan saran ahli Bahasa ... 81

Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi ... 85

Gambar 4.14 Siswa melakukan ekperimen ... 93

Gambar 4.15 Siswa menuliskan kegiatan ekperimen ... 93

Gambar 4.16 Siswa berdiskusi ... 95

Gambar 4.17 Siswa mengerjakan kegiatan individu ... 97

Gambar 4.18 Siswa mengerjakan kegiatan kelompok ... 97

Gambar 4.19 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 sebelum direvisi ... 98

Gambar 4.20 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 setelah direvisi ... 98

Gambar 4.21 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 sebelum direvisi ... 99

Gambar 4.22 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 setelah direvisi ... 99

Gambar 4.23 Langkah kegiatan nomor 2 sebelum direvisi... 101

Gambar 4.24 Langkah kegiatan nomor 2 setelah direvisi ... 101

Gambar 4.25 Eksperimen sebelum direvisi ... 102

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat ijin penelitian ... 113

Lampiran 2 Surat keterangan penelitian ... 114

Lampiran 3 Hasil analisi kebutuhan Guru ... 115

Lampiran 4 Hasil analisi kebutuhan Siswa ... 117

Lampiran 5 Validasi produk ahli IPA ... 119

Lampiran 6 Validasi produk ahli Bahasa ... 124

Lampiran 7 Valisdasi produk Guru ... 129

Lampiran 8 Lembar instrumen validasi siswa ... 134

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta……...136

Lampiran 10 Poster hasil karya siswa ... 137

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3)

Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi

Produk yang Diharapkan.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang

berusaha untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Orang

berpendapat bahwa pendidikan yang diterima dapat mengembangkan

potensinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dijelaskan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013). Agar

pendidikan dapat diterima dan terlaksana dengan baik maka guru sebagai pendidik

perlu mengembangkan perangkat pembelajaran supaya pembelajaran yang akan

diajarkan dapat berjalan dengan baik.

Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam

proses pembelajaran (Trianto, 2010: 96). Setiap guru di setiap satuan pendidikan

diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya proses pembelajaran

yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa.

(21)

mengajar dapat berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Selain membutuhkan perencanaan yang baik, pembelajaran juga membutuhkan

sumber belajar yang dapat membantu dan mempermudah siswa untuk belajar

secara mandiri. Salah satu sumber belajar tersebut adalah modul pembelajaran.

Dalam menyusun perangkat dan modul pembelajaran tersebut biasanya guru akan

menggunakan pendekatan sebagai pedomannya. Salah satu pendekatan yang ada

adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang

pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengembangan, pengintegrasian

usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa

melalui pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai

kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui

mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta evaluasi.

Dinamika pelaksanaan PPR meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi,

aksi, dan evaluasi. Selain 5 siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR

terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut

adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan

kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif

dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa

tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya,

2010: 23-24).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang

(22)

dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Pembelajaran IPA

berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Adanya pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pada

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar siswa diajak untuk mempelajari tentang

materi IPA yang masih sederhana. Salah satu materi tersebut adalah tentang cara

menghemat energi listrik.

Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting dan

menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan

umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi

karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan

menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin

cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat

diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak

sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai

sumber energinya.

Seiring berkembangan zaman yang semakin modern, permintaan akan

energi listrik di seluruh dunia semakin meningkat. Di sisi lain, perkembangan

teknologi yang terjadi mulai memunculkan beban listrik baru yang menyebabkan

semakin banyaknya energi listrik yang dibutuhkan. Banyaknya energi yang

dibutuhkan tersebut maka mengakibatkan manusia untuk menggunakan energi

listrik secara berlebihan. Tindakan manusia dalam menggunakan energi tersebut

(23)

secara bersamaan dan lupa untuk mematikannya. Penggunaan energi listrik secara

berlebihan tersebut akan menibulkan dampak negatif kehidupan manusia, seperti

global warming, biaya yang dikeluarkan untuk membayak penggunaan energi

listrik akan semakin banyak, dan pekerjaan manusia akan terganggung karena

tidak adanya energi listrik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama PPL pada

guru kelas III A di SDN Petinggen pada tanggal 12 Oktober 2016, dapat diketahui

secara garis besar latarbelakang sosial dan ekonomi siswa-siswi SDN Petinggen

adalah menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75%

orangtua siswa bekerja menjadi wiraswasta dengan berdagang burjonan, penjual

makanan, tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan

orangtua mereka menjadi PNS.

Peneliti juga melakukan observasi yang dilaksanakan pada bulan Juli

sampai Oktober 2016 peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih

menggunakan energi lisrtik secara berlebihan dengan menyalakan lampu dan

kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran bahkan sampai lupa

mematikannya dan jika diingatkan untuk mematikaanya mereka malas untuk

melakukannya. Permasalahan tersebut terjadi di semua kelas akibatnya di sekolah

mati listrik sering terjadi sampai 3 kali sehari hal itu disebabkan karena energi

listrik yang digunakan tidak seimbang atau melebihi daya listrik yang ada di

sekolah. Penggunaan energi listrik tersebut juga menimbulkan dampak akan

tingginya biaya yang dikeluarkan, maka semakin banyak enegi listrik yang

digunakan semakin banyak juga biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini akan

(24)

ekonominya adalah menengah kebawah. Dan saat melakukan wawancara peneliti

menemui bahwa siswa tidak tahu tentang dampak menggunakan energi listrik

secara berlebihan dan kurang tahu bagaimana cara untuk menghemat energi

listrik.

Peneliti juga melakukan observasi tentang proses pembelajaran di kelas

dan wawancara dengan guru di SD Negeri Petinggen Yogyakarta, tentang

perangkat dan sumber pembelajaran yang digunakan di sekolah. Saat melakukan

observasi peneliti menemui bahwa selama proses pembelajaran guru lebih banyak

memberikan materi kepada siswa dan hampir 3-4 kali memberikan tugas kepada

siswa untuk mengerjakan LKS. Hasil wawancara peneliti menemui bahwa guru

memang sudah membuat perangkat pembelajaran, namun perangkat pembelajaran

tidak dibuat secara lengkap dengan menuliskan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran secara rinci dan kurang menarik karena metode pembelajaran yang

digunakan hanya sebatas ceramah, diskusi dan tanya jawab. Selain itu, guru hanya

menggunakan buku dan LKS yang disediakan dari pemerintah sebagai penunjang

pembelajaran. Hal itu juga diperkuat dengan hasil penyebaran kuesioner untuk

siswa yang dilakuan peneliti dan menemui bahwa sebagian besar siswa

memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir, memerlukan

pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya, dan memerlukan modul

pembelajaran yang dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan

membuat mereka mandiri. Siswa juga menyatakan meyukai pembelajaran yang

menghargai mereka sebagi manusia dan mengajak mereka untuk berpikir kritis.

Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

(25)

menghemat energi listrik. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan oleh

siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan

materi tersebut dan siswa mendengarkan. Siswa juga kurang diberikan

pengetahuan yang konkrit, jarang untuk diajak melakukan eksperimen dan

mengamati lingkungan sekitar. Pembelajaran yang demikian membuat siswa

kesulitan untuk memahami isi materi. Oleh karena itu, peneliti akan

mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan memilih Standar

Kompetensi (SK) 5. Menerapkan energi gerak dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2

Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. SK dan KD

tersebut dipilih peneliti karena dalam SK dan KD tersebut mencakup materi

menghemat energi listrik sesuai dengan permasalahan yang ditemui.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian dan pengembangan (Research and Development). Prosedur

pengembangan materi dan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson

(dalam Harsono, 2015) akan digunakan untuk menyusun sebuah materi

pembelajaran dikarenakan peneliti akan memfokuskan pengembangan modul

pembelajaran. Tomlinson merupakan salah satu ahli terkemuka di dunia pada

pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, 2016).

Pengembangan materi menurut Tomlinson dimaksudkan untuk mengembangkan

bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan

pembelajaran. Materi tersebut dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset,

CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet (Tomlinson, 2005).

Peneliti akan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran

(26)

dipilih karena PPR memiliki polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi

siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Pola pikir dalam PPR bertujuan

untuk membentuk pribadi siswa dengan menggunakan 3 unsur utama PPR, yaitu

pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa akan diberi pengalaman akan suatu nilai

kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan

pengalaman tersebut, dan siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa

membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai. Melalui pola pikir tersebut siswa

diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi

tahu) (Tim PPR kanisius, 2008).

Dengan mengunakan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran

berdasarkan pendekatan PPR diharapkan siswa akan mendapatkan pembelajaran

yang menarik dan menimbulkan dampak yang positif bagi siswa.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan

modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan

Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen

Yogyakarta?

1.2.2 Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran

menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi

(27)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembang perangkat

dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan

Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen

Yogyakarta

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas perangkat dan modul pembelajaran menghemat

energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk

siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan

menghasilkan produk berupa perangkat dan modul materi menghemat

energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk

siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman baru tentang perangkat pembelajaran yang

dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

dan mendapatkan salah satu sarana belajar berupa modul pembelajaran

menghemat energi listrik yang dapat digunakan dalam proses

(28)

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya aktif dan

mandiri dalam menyelesaikan masalah dan siswa belajar dari lingkungan

sekitarnya.

1.4.4 Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang pengembangan perangkat

pembelajaran berbasis pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan

pengembangn modul pembelajaran IPA yang dapat mengoptimalkan

kegiatan belajar mengajar.

1.5Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan

pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Produk yang dikembangkan berupa perangkat dan modul pembelajaran

berdasakan hasil analisis kebutuhan berupa visi dan misi sekolah, latar

belakan siswa dan permasalahan yang ditemukan di sekolah.

1.5.2 Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus dan RPP yang

disusun dengan mengintegrasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) dan Pendidikan Emansipatoris.

1.5.3 Modul pembelajaran yang dikembangkan berisikan tujuan, pengenalan

terhadap topik informasi tentang kegiatan belajar, alat yang digunakan,

kegiatan pembelajaran (yang berisikan petunjuk kegiatan eksperimen dan

pertanyaan untuk siswa setelah melakukan eksperiman), refleksi dan

evaluasi, serta disusun dengan mengintegrasi 11 prinsip pengembangan

(29)

1.5.4 Perangkat dan modul pembelajaran ini akan dikembangkan sebagai sarana

dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA (SK) 5. Menerapkan energi

gerak, Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi

dalam kehidupan sehari-hari untuk siswa kelas III A SDN Petinggen

Yogyakarta.

1.5.5 Modul pembelajaran dilengkapi gambar yang menarik untuk memperjelas

langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran serta untuk menarik

perhatian siswa.

1.6Definisi Operasional

Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah:

1.6.1 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran yang dapat berupa silabus, Recana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan Lembar Kerjas Siswa

(LKS).

1.6.2 Modul

Modul adalah sumber belajar berupa buku yang ditulis dengan tujuan agar

siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru dan

dapat digunakan guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.

1.6.3 Energi Listrik

Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan untuk menyalakan

(30)

1.6.4 Menghemat energi listrik

Menghemat energi listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi

besarnya penggunaan energi listrik.

1.6.5 Paradigma Pedagogi Refeltif

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir yang dipercaya

mampu menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa

yang diperoleh melalui 5 siklus, yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang

Relevan (3) Kerangka Berpikir dan (4) Pertanyaan Penelitian.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development, R&D)

Penelitian pengembangan atau yang lebih dikenal dengan R & D

merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan suatu produk,

desain maupun proses. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) penelitian

pengembangan ini merupakan model penelitian yang banyak digunakan untuk

pengembangan pendidikan. R & D sendiri menurutnya berkembang dalam

penelitian yang dilakukan oleh industri untuk menemukan suatu produk yang

dianggap cocok dengan kebutuhan masyarakat. Dalam dunia pendidikan R & D

mulai diperkenalkan oleh United States Office of Education, sebuah lembaga

pendidikan di Amerika pada tahun 1965 untuk mengembangkan produk, bahan

ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan.

Sukmadinata (2008) berpendapat bahwa Research and Development

adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk

baru atau meyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat

dipertanggungjawabkan. Pendapat ini sejalan dengan Soenarto (dalam Tegeh,

2014: xii) yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah upaya untuk

mengembankan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan

atau strategi pembelajaran. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh

(32)

mengembangan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam

pendidikan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penelitian pengembangan adalah upaya mengembangkan dan menghasilkan suatu

produk.

Dalam rangka meningkatkan kualitas produk pendidikan, Sentyasa (dalam

Tegeh, 2014: xiii) merincikan karakteristik penelitian dan pengembangan.

Pertama, masalah yang dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan

upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran. Kedua,

pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media belajar

yang dikembangkan sebaiknya menunjang keefektifan pencapaian kompetensi

siswa. Ketiga, produk yang dikembangkan divalidasi melalui uji ahli dan uji

lapangan secara terbatas perlu dilakukan. Keempat, proses pengembangan perlu

didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sitematis.

Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan

dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Dalam

penelitian ini peneliti berfokus pada pengembangan bahan ajar berupa modul

pembelajaran, sehingga peneliti menggunakan desain model penelitian

pengembangan materi menurut Brian Tomlinson. Tomlinson dianggap sebagai

ahli terkemuka pada pengembangan materi khususnya berkaitan dengan bahasa

(Aneheim University, 2016).

Terdapat 5 langkah utama dalam pengembangan materi menurut

Tomlinson (dalam Harsono, 2015). Pertama, analisis kebutuhan. Analisi

kebutuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hal yang

(33)

materi. Tahap kedua adalan desain. Desain merupakan kegiatan dalam merincikan

hal-hal pokok yang diperlukan dalam pengembangan materi. Perincian hal pokok

pengembangan materi didasarkan pada hasil analisis kebutuhan. Tahap ketiga

adalah implementasi. Hasil perincian hal pokok dalam pengembangan materi

kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Tahap keempat yaitu

evaluasi. Hasil implementasi materi kemudian dievaluasi. Tahap kelima yaitu

revisi. Dasar dalam melakukan revisi adalah hasil evaluasi implementasi materi.

Tahap revisi ini merupakan tahap akhir pengembangan materi yang

memungkinkan terbentuknya materi yang layak digunakan.

Pengembangan materi menurut Brian Tomlinson (2005) merupakan segala

sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menunjang proses

pembelajaran bahasa. Materi atau bahan yang digunakan dapat berupa seperti

buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari

internet, dan apa pun yang menyajikan suatu informasi (Tomlinson, 2005).

Terdapat 16 prinsip yang harus dicapai dalam pengembangan materi ini untuk

proses pembelajaran bahasa (Tomlinson, 2005: 7-22). Peneliti kemudian berfokus

pada 11 prinsip dari Tomlinson yang sesuai dengan penelitian ini.

Sebelas prinsip Tomlinson yang digunakan peneliti dalam

mengembangkan modul pembelajaran yaitu 1) materi harus mencapai dampak 2)

Materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman, 3) materi harus

membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) materi yang

diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan

memfasilitasi peserta didik dalam belajar, 6) materi yang dikembangkan terdapat

(34)

menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan

aktif, 8) materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri

masing-masing siswa, 9) materi harus memperhitungkan sikap persrta didik yang

berbeda-beda, 10) materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan

berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang

melatih otak kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan

kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil.

2.1.2 Perangkat Pembelajaran

Ibrahim (2003: 3) dalam buku “Model Pembelajaran Terpadu” Trianto

(2010: 96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang

dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru di setiap

satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya

proses pembelajaran yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik

bagi siswa. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses

belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Berdarkan teori sersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

2.1.2.1Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok

mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

(35)

Sesuai dengan prinsip kemandirian (otonomi) sekolah, pengembangan

silabus dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah

sekolah. Menurut Trianto (2010: 96) Penyusunan dan pengembangan silabus yang

dilakukan oleh tim pengembang harus memenuhi beberapa prinsip pengembangan

silabus, yaitu 1) Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan dalam silabus

harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan, artinya

seluruh cakupan dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Sistematis, bahwa

komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi. 4) Konsisten, adanya hubungan yang konsisten dari

keseluruhan komponen silabus. 5) Memadai, artinya cakupan keseluruhan

komponen silabus cukup untuk menunjang pancapaian kompetensi dasar. 6)

Aktual dan Kontekstual, artinya cakupan silabus memerhatikan perkembangan

ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang

terjadi. 7) Fleksibel, sartinya seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik dan perubahan dalam masyarakat. 8) Menyeluruh, artinya

komponen silabus mencakup keseluruhan kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotor).

Dengan mempertimbangkan prinsip tersebut, pengembangan dan

penyusunan silabus dapat dilakukan dengan cara mengembangakan indikator,

meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber

belajar yang mengacu pada pencapaian kompetensis dasar sesuai dengan

(36)

standar isi yang ditetapkan pemerintahan dalam Peraturan Pendidikan Nasional

Nomor 23 tahun 2006.

Langkah-langkah dalam pengembangan silabus yaitu, pertama, mengkaji

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum

pada satandar isi. Kedua, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang

menunjang pencapaian kompetensi dasar. Ketiga, mengembangkan kegiatan

pembelajaran. Keempat, merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Kelima,

penentuan jenis penilaian. Keenam, menentukan alokasi waktu. Ketujuh,

menentukan sumber belajar (Trianto, 2010: 99-102).

2.1.2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang dijabarkan

dalam silabus (Trianto, 2010:108). Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat

menjadi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan

pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu

pada indikator untuk mencapai hasil belajar. Jadi secara sederhana RPP

merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/skenario pembelajaran.

Secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada

prinsisp pengembangan RPP, yaitu 1) Kompetensi yang direncanakan dalam RPP

harus jelas, konkret, dan mudah dipahami. 2) RPP harus sederhana dan fleksibel.

(37)

4) Harus koordinasi dengan komponen pelaksanaan program sekolah, agar tidak

mengganggu jam pelajaran yang lain.

Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi Standar

kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaiaan

hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,

angkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP menurut Trianto

(2010: 99) yaitu 1) Mengisi kolom identitas, 2) Menentukan alokasi waktu

pertemuan, 3) Menentukan SK/KD serta indikator, 4) Merumuskan tujuan sesuai

SK/KD dan indikator. 5) Mengidentifikasi materi standar. 6) Menentukan

pendekatan, model & metode pembelajaran. 7) Menentukan langkah-langkah

pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. 8) Menentukan

sumber belajar. 9) Menyususn kriteria penilaian.

2.1.2.3Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa merupakan panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh

siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan

dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditrmpuh.

Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan

bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan

(38)

2.1.3 Modul

2.1.3.1 Pengertian modul

Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang

lengkap. Abdul Majid (2008) dalam buku “Pengembangan Bahan Ajar Tematik”

Prastowo (2014) menyatakan bahwa modul adalah sebuah buku yang ditulis

dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

bimbingan guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul

harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa

sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang

hampir sama bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat

dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru, meliputi:

perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran,

alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilaiaan, dan mengukur keberhasilan

siswa dalam penyelesaiaan pelajaran. Sukiman (2012) juga menjelaskan bahwa

modul dapat dipandang sebagai paket program yang disususn dalam bentuk satuan

tertentu guna keperluan pembelajaran.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul

adalah sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk

mempermudah dalam proses pembelajaran.

2.1.3.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul

Modul memiliki arti penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu jenis

bahan ajar catak, modul memiliki setidak-tidaknya empat fungsi sebagai berikut

(39)

membantu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa

tergantung kepada kehadiran pendidik (guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik,

maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi

pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan usiannya. Ketiga, sebagai alat evaluasi, maksudnya dengan

modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya

terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa,

maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari

siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa.

Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran

mempunyai lima tujuan, sebagai berikut: pertama, agar siswa dapat belajar secara

mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (guru). Kedua, agar peran

pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga,

melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tingkat dan

kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat

penguasaan materi yang telah dipelajari.

Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran

seperti yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: pertama, modul

sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau

petunjuk bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan

foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang

efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan

(40)

2.1.3.3 Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi

penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.

Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain sebagai berikut: pertama,

self instructional. Melalui modul, siswa mampu belajar mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran

dari satu unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul

secara untuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung

pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

Keempat, adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, user friendly. Modul hendaknya

mudah digunakan oleh peserta didik. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, intruksi dan informasi yang diberikan bersifat mempermudah peserta

didik (Sukiman, 2012: 133-135).

Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut dapat disimpulakan

bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti siswa, sesuai dengan pemahaman siswa dan dapat membuat siswa

lebih mandiri.

2.1.3.4 Prinsip Modul

Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan

pengembangan materi adalah pengembangan terhadap bahan-bahan apapun yang

dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut

dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD,

(41)

setidaknya 16 prinsip sesuai yang diringkas oleh Tomlinson. Peneliti kemudian

menentukan (11) prinsip dari enem belas (16) prinsip yang diyakini relevan

dengan penelitian ini.

Penelitian ini mengupayakan tercapainya ke sebelas prinsisp

pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson (2005: 1-24). Prinsip yang pertama

yaitu materi harus mencapai dampak. Dampak tercapai ketika materi memiliki

efek yang nyata pada peserta didik, yaitu peserta didik memiliki rasa ingin tahu,

minat dan tertatik terhadap materi. Pengaruh dapat tercapai ketika materi itu

dipegang dan dibaca oleh siswa. Siswa pun akan memperoleh kesempatan untuk

menerima informasi yang dihadirkan dalam suatu materi yang nantinya akan

diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Prinsip kedua yaitu materi harus

membantu peserta didik untuk merasa nyaman. Materi dapat membantu

pembelajar untuk merasakan kenyamanan jika setidaknya terdapat beberapa

kriteria antara lain berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan

mudah dipahami oleh pembelajar, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk.

Prinsip yang ketiga yaitu materi harus membantu siswa untuk

mengembangkan kepercayaan diri. Pembelajar dapat dengan lebih mudah

mengembangkan kepercayaan diri mereka jika materi yang diterima tidak terlalu

rumit akan tetapi materi tersebut tetap dapat berpotensi untuk mengembangkan

kemampuan mereka. Materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa

sehinggan dapat memenuhi prinsip yang keempat. Materi yang diberikan

sebaiknya disesuaikan dengan latar belakang tingkat kemampuan kognitif, afektif,

psikomotorik, sosial dan ekonomi pembelajar. Materi juga diharapkan dapat

(42)

Prinsip yang kelima yaitu materi semestinya diperlukan dan memfasilitasi

peserta didik dalam belajar. Materi yang dikembangkan terdapat bagian-bagian

yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar dan

kegiatan eksperimen. Materi sebaiknya juga memberikan pencerahan bagi

pembelajar dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga

memudahkan pembelajar memahaminya sesuai dengan prinsip yang keenam.

Prinsip yang ketujuh yaitu materi menyediakan kesempatan untuk siswa

berkomunikasi dengan aktif tanpa dikendalikah oleh guru sehingga siswa diberi

kebebasan untuk berkomunikasi. Prinsip kedelapan yaitu, materi harus

memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Tidak

semua siswa memiliki gaya belajar yang sama. Materi sebaiknya mengupayakan

untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual

(belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan

kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).

Materi juga diharapkan dapat memenuhi prinsip kesembilan yaitu

memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing siswa, oleh

karena itu sebaiknya materi dapat menyediakan kegiatan secara individual atau

pun kelompok. Prinsip yang kesepuluh yaitu .materi dapat membantu pembelajar

mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan

menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri pembelajar. Materi juga

sebaiknya dapat mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas

informasi/kegiatan yang sudah diterima pembelajar sesuiai dengan prinsip yang

(43)

2.1.4 IPA

2.1.4.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dalam

kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung

dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.

Menurut Wisudawati (2012: 22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki

karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang fakta (factual), baik

berupa kenyataan (reality), atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya.

Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi pada

fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA

juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang

berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk,

pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014:22).

Samatowa (2011: 3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan

kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam

(IPA). Berhubuangan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science

artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat

disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam. Hal ini selaras dengan pendapat Trianto (2007) yang

menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

(44)

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Jadi, pendidikan IPA diarahkan

untuk dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebh

mendalam tentang alam sekitar.

2.1.4.2Pendidikan IPA SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting. Melalui pendidikan IPA siswa diajak untuk

lebih mengembangankan kemampuan kognitif dan melatih

keterampilan-keterampilan yang dimiliknya (Samatowa, 2010: 5).

Proses pembelajaran IPA lebih menitik beratkan dengan malakukan

percobaan-percobaan dan penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu

meningkatkan proses berpikir siswa dan mengajak siswa mengurangi kebiasaan

yang bersifat hapalan belaka. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA lebih

mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Proses pembelajaran IPA

seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang

benar artinya pengetahuan yang dibenarkan mnurut tolak ukur kebenaran ilmu,

yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh

akal sehat, objektif artinya sesuai objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai

(45)

Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12) mendefinisikan bahwa

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang

terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru

untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu

benar. Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa diharapkan mampu

berpikir secara kritis dan ilmiah serta mampu menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Permendiknas no 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup

pembelajaran IPA tentang standar isi meliputi aspek-aspek sebagai berikut a)

makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, b) benda/materi, sifat-sifat dan

kegunaannya meliputi cair, padat dan gas, c) energi dan perubahannya meliputi:

gaya, bunyi, panas, magnet dan listrik, d) bumi dan alam semesta meliputi: tanah,

bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Dari ruang lingkup tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mencakup semua benda yang ada di

alam semesta.

2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.5.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR merupakan polapikir (paradigma ≈ polapikir) dalam

menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi kristiani/kemanusiaan (padagogi

reflektif ≈ pendidikan kristiani/kemanusiaan). Pada polapikir PPR siswa diberi

pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan

(46)

dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai

tersebut (Tim PPR kanisius, 2008: 39).

Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan

pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemunasiaan..

Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan

pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkan melalui dinamika

pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi

(Tim PPR Kanisius, 2008: 51).

Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan

nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa.

2.1.5.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Tujuan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah untuk

meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar

secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan

pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka,

sehingga kelak akan mengasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi

permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010: 22-25).

Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada

tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan

compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual,

conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang

(47)

kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin

disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).

2.1.5.3 Langkah-Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

Penerapan paradima pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui

sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut

yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), aksi

(action), dan evaluasi (evaluation) (P3MP, 2008: 8). Berikut ini penjabaran

tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.

1. Konteks

Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh oleh

guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa

diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada

diri siswa. Konteks tersbut dapat diambil dari konteks nyata dari kehidupan

pelajar, konteks sosio-ekonomi, politis, dan kebudayaa, suasana kelembagaan

sekolah atau pusat belajar dan pengertian-pengertian yang dibawa seseorang

pelajar ketika memulai proses belajar. Guru berperan sebagai penggali konteks

kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana

pecapaian siswa akan perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan

dipelajarinya atau diajarkan (Subagya, 2010:43).

2. Pengalaman

Pengalaman sangat penting dalam proses PPR. Tanpa pengalaman dalam

pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami bahan dan memetik makna

yang mendalam dari bahan yang dipelajari. Pengalaman merupakan suatu

(48)

menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno,

2015, 28). Pengalaman dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung

adalah pengalaman yang sungguh dialami oleh siswa sendiri, sehingga seluruh

diri terlibat misalnya, pengalaman dalam praktikum, diskusi dan pengamatan.

Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan

dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan

membaca (Subagya, 2010: 52).

3. Refleksi

Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam

tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka

sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang

lain, dan bagi masyarakat. Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan

seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan

ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi menjadi sarana dalam

menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegitan

pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa

diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif

yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalamu perubahan

pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.

4. Aksi

Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah merefleksikan

pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap

(49)

dirasakan orang lain (Suparno, 2015: 37). Aksi yang sering terjadi adalah siswa

mengalami perubahan sikap, menjadi lebih baik dan bersemangat maju. Lewat

refleksi dan pengalaman, siswa semakin merasa hidupnya bermakna. Mereka

semakin memperbaiki diri, semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi

pribadi yang utuh. Tindakan aksi kedua, adalah sampai pada tindakan keluar yang

nyata, yang dirasakan orang lain. Misalnya, saat siswa belajar tentang energi,

siswa akan sampai pada kesadaran untuk menghemat energi dengan menggunakan

energi dengan sewajarnya. Disinilah pentingnnya peran guru dalam memberikan

atau menyediakan pengalaman dan menantang siswa sendiri untuk mengalami

kejadian, pengalaman, pendalaman, yang dapat menantang pikiran, hari,

kehendak, dan tindakan mereka.

5. Evaluasi

Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan,

diperlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan

bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang (Suparno, 2015: 40).

Seluruh proses yang berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk

membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif

atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious,

penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus

pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi

yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap,

dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa (Subagya, 2010: 63-64).

(50)

2.1.6 Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu

memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong, 2005: 15).

Winarti (2015: 53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia

Tarik Ulur” Giroux (2011) bahwa pendidikan emansipatoris yang pergerakannya

menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Melalui

pendidikan emansipatoris, yaitu pendidikan yang mampu memberi pencerahan,

menyantuni dan memberdayakan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan

belajar (Darmaningtyas, 2005: 66). Dalam hal ini pendidikan emansipatoris

menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya

hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan

efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman

akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak

menghargai pihak lainnya.

Dalam buku yang berjudul Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh

melalui Pendidikan Emansipatoris (2005: 74), Darmaningtyas mengemukakan

bahwa, pendidikan di Indonesia merupakan antagonis terhadap pendagogis

emansipatoris karena pendekatannya top-down, sistemnya militeristik, dan

menggunakan metode anjing supaya para murid setia dan tunduk. Pendidikan

mestinya mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian unik murid,

merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi, dan kesadaran moral. Salah

satu strategi untuk mengobarkan semangat pedagogi emansipatoris adalah dengan

terus menerus melakukan kontekstualisasi kegiatan belajar di kelas. Guru mesti

(51)

disebut belajar sepanjang hayat (on going formation dan long life education).

Guru mesti berusaha mengajar sekaligus melakoni belajar.

Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya

adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Jadi dalam proses

pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman belajar, walaupun

keduanya

Gambar

tabel 3.1.
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan siswa kelas III A
Tabel 3.4   Kisi-Kisi Kuesioner Guru Terbuka
Tabel 3.6  Aspek Penilaian Perangkat Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang yang ditunjuk untuk bertanggungjawab secara teknis pelaksanaan produksi satu mata acara siaran, menyutradarai Program Acara Televisi baik untuk Drama ataupun Non Drama

Kendala yang Dihadapi Oleh Kurator dalam Melaksanakan Pengurusan. dan Pemberesan Harta Pailit Toko Makmur dan atau Khow The

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

keuangan syariah, seperti lembaga amil zakat yang memberikan bantuan berupa dana.. ZISWAF (Zakat, Infak, Shadaqah,

Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran siswa memiliki kesiapan dan motivasi yang tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik. Prinsip

ftElm siuDrr wsu-usu bud.e rse nddedagioF .em6uk Fn,laiablisaylqh!*Fdadilo. scj* Gbusho Fnrnu rd@sh

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data susenas tahun 2012, yuat datz pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan, pengeluaran

[r]