PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Reni Restriani
NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Reni Restriani
NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Tuhan
Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa selalu menyertai dan memberkati
seluruh keluargaku. Kedua Orangtuaku, Almh. Bapak Agustinus Sumbana dan
Ibu Florentina Tri Irianti yang senantiasa tidak kenal lelah untuk berjuang
membesarkan, mendidikk dengan penuh cinta kasih, dan selalu memberi doa restu
kepadaku. Tanteku, Veronica Inti Purianti yang selalu memberiku dukungan,
semangat dan bentuan dalam kuliahku. Kakak perempuanku Agustina Sari Dewi
dan Kakak Iparku Junico Fareta yang selalu memberikan aku inspirasi, semangat
dan membantu dalam kuliahku. Kakakku Andreas Vata Dwi Kusuma yang selalu
memberiku motivasi, dan semangat. Keluarga besarku yang senantiasa
memdidikk memberi semangat, dan doa restu.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi dukungan, semangat, dan
pengorbanan sehingga karyaku ini dapat terselesaikan dengan baik, teman-teman
PGSD USD angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
dan doa selama menempuh studi di PGSD USD. Alamamaterku tercinta
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih banyak sudah mendidikku
hingga menjadi seperti sekarang, karya ini adalah sumbangsih yang
MOTTO
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yuliana Reni Restriani
Nomor Mahsiswa : 131134083
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Dengan demikian, saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS
III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Yuliana Reni Restriani Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi mengenai permasalahan lingkungan di SDN Petinggen Yogyakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa SDN Petinggen Yogyakarta menggunakan energi listrik secara berlebihan yaitu dengan menyalakan lampu dan kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran dan lupa mematikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik dan mengetahui kualitas penggunaannya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and development). Penelitian ini menggunakan 5 langkah pengembangan bahan menurut Tomlinson yang meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Modul ini disusun dan disesuaikan dengan sepuluh prinsip pengembangan bahan menurut Tomlinson. Subjek penelitian ini yaitu 9 siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta.
Perangkat pembelajaran dan modul materi yang sudah dibuat oleh peneliti sebelum diterapkan atau diimplementasikan telah melalui dievaluasi atau divalidasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas III A. Berdasarkan hasil dari validasi perangkat pembelajaran dan modul mendapatkan skor rata-rata, 3,50 dan 3,63 dari skala 4, sehingga perangkat pembelajaran dan modul materi
mendapatkan kategori “layak” untuk diimplementasikan pada kelas III dengan
perbaikan berdasarkan masukan dari para ahli dan guru kelas. Penggunaan produk
berupa modul pembelajaran “Menghemat Energi Listrik” yang dikembangkan
sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson yaitu (1) materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat pembelajar merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4) materi relevan bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6) materi memberikan penjelasan, (7) materi menyedikan kesempatan berkomunikasi dengan aktif, (8) materi mempertimbangkan gaya belajar siswa yang berbeda, (9) materi memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri, dan (11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck.
Kata kunci: pengembangan, perangkat, modul, menghemat energi listrik,
ABSTRACT
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REF LEKTIF UNTUK SISWA KELAS
III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Yuliana Reni Restriani Sanata Dharma University
2017
This research began with observations about the problems conditions in SDN Petinggen Yogyakarta. The observations result showed that SDN Petinggen Yogyakarta students used the electricity too much. They turned on the lamp and the fan from the beginning until the end of the learning process. In the end of the learning process, they forgot to turn off it. This research aimed to know the process of developing the learning device, to know the process of developing the safe electricity module, and to know the use of its quantity. This research used Research and Development (R&D) as the research method. According to Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the learning materials. The research participants were nine students of third grade of SDN Patinggen Yogyakarta.
Before implementing the materials, the researcher did the mater ials validation or evaluation to the evaluator. The evaluators were a scientis, a linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3.50 and 3.63 of 4. So, the materials were categorizing “proper” to implement for third grade students by revising based on the suggestions from the evaluators. The used of “Menghemat Energi Listrik” materials have consisted of eleven principles from Tomlinson. The principles were (1) the materials have influence for the students, (2) the materials make the students happy and feel comfortable, (3) the materials can develop their self-confident, (4) the materials relevant for the students, (5) the materials can attract the students’ attention, (6) the materials give explanation, (7) the materials provide a chance for the students to have communication with others, (8) the materials consider to the differences of the learning styles, (9) the materials give attention for the differences of affective attitude, (10) the materials empower to the intellectual skill, emotional skill, and stimulate the right and left brain, and (11) the materials provide feedback.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat kesehatan dan keselamatan yang senantiasa diberikan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tanggungjawab untuk menyusun tugas akhir atau skripsi
dengan judul: PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rohandi,
Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,
Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Progaram Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,
S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari,
M.Biotech. yang senantiasa membimbing, memdidik, memberi semangat dan
dukungan sehingga skripsi ini sapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah dan Guru
kelas I hingga kelas VI SDN Petinggen Yogyakarta, yang senantiasa memberikan
bantuan dan bimbingan sema penulis melaksanakan PPL dan penelitian. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas III A tahun ajaran
2016/2017 yang senantiasa penulis cintai dan banggakan, yang telah mendukung
dan berpartisipasi aktif dalam melam melaksanakan setiap kegiatan yang
diharapkan oleh penulis, Bapak dan Ibu Dosen PGSD USD yang senantiasa
bantuan dan bimbingan baik dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan setiap
hal yang menjdi kebutuhan penulis.
Terakhir kali tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih, ucapan
terimakasih diberikan kepada sahabat-sahabatku yaitu Atika Sari, Dwila
Oktanuryani, Assa Prima Sekarini, Giadiolla Septi Pangesti, Aisyah Desmaniar,
Witanri Wiyantari dan Martinus Putu Ardi Kristianta yang saling melengkapi,
mendukung, memberi perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran, dalam proses
menuntaskan tanggung jawab sebagi Mahasiswa PGSD USD, teman-teman
Payung Emansipatoris yang senantiasa memberikan bantuan, semangat serta
dukungan, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya ini dapat menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ...v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABATRAK ... viii
ABSTRACK ... ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR BAGAN ...xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang Masalah ...1
1.2Rumusan Masalah ...7
1.3Tujuan Penelitian ...8
1.4Manfaat Penelitian ...8
1.5Spesifikasi Produk ...9
1.6Definisi Oprasional...10
BAB II LANDASAN TEORI ...12
2.1 Kajian Pustaka ...12
2.1.1 Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ...12
2.1.2 Perangkat Pembelajaran...13
2.1.3 Modul ...19
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif ...26
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris ...31
2.1.7 Energi Listrik ...35
2.2 Penelitian yang Relevan ...36
2.3 Kerangka Berpikir ...42
2.4 Pertanyaan Penelitian ...44
BAB III METODE PENELITIAN ...45
3.1 Jenis Penelitian ...45
3.2 Setting Penelitian ...47
3.2.1 Tempat Penelitian ...47
3.2.2 Subjek Penelitian ...47
3.2.3 Objek Penelitian...47
3.2.4 Waktu Penelitian ...48
3.3 Prosedur Pengembangan ...48
3.3.1 Analisis Kebutuhan ...50
3.3.2 Desain ...51
3.3.3 Implementai ...52
3.3.4 Evaluasi...52
3.3.5 Revisi ...52
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...53
3.4.1 Observasi ...53
3.4.2 Wawancara ...53
3.4.3 Kuesioner ...54
3.5 Instrumen Penelitian ...54
3.5.1 Pedoman Observasi ...55
3.5.2 Pedoman Wawancara...55
3.5.3 Kuesioner ...56
3.6 Teknik Analisi Data ...60
3.6.1 Data Kualitatif ...60
3.6.2 Data Kuantitatif ...60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...63
4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran ...63
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ...63
4.1.1.1.1 Observasi ...64
4.1.1.1.2 Wawancara ...65
4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioner ...67
4.1.1.2 Desain ...69
4.1.1.3 Implementasi ...82
4.1.1.4 Evaluasi ...85
4.1.1.5 Revisi ...98
4.2 Pembahasan ...103
4.2.1Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar Pada 5 Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Menurut Tomlinson ...103
4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul Pembelajaran ...105
BAB V PENUTUP ...107
5.1 Kesimpulan ...107
5.2 Keterbatasan ...109
5.3 Saran ...109
DAFTAR PUSTAKA ...110
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan ... 41
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ... 55
Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Guru kelas III A ... 56
Tabel 3.3 Pedoman wawancara dengan Siswa kelas III A... 56
Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner Guru terbuka ... 57
Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner Siswa terbuka ... 57
Tabel 3.6 Aspek penilaian perangkat pembelajaran ... 58
Tabel 3.7 Aspek penilaian modul pembelajaran ... 58
Tabel 3.8 Instrumen kuesioner uji coba produk ... 59
Tabel 3.9 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 61
Tabel 3.10 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 62
Tabel 4.1 Hasil analisis kebutuhan siswa ... 68
Tabel 4.2 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 77
Tabel 4.3 Hasil validasi modul pembelajaran ... 77
Tabel 4.4 Komentar ahli IPA dan revisian ... 78
Tabel 4.5 Komentar ahli Bahasa dan Revisian ... 80
Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III ... 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Cover modul ... 70
Gambar 4.2 Panduan bereksperimen... 72
Gambar 4.3 Kegiatan eksperimen ... 72
Gambar 4.4 Refleksi... 73
Gambar 4.5 Konten modul ... 73
Gambar 4.6 Kegiatan individu ... 75
Gambar 4.7 Kegiatan kelompok ... 75
Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan ... 76
Gambar 4.9 Evaluasi ... 76
Gambar 4.10 Aksi ... 76
Gambar 4.11 Komentar dan saran ahli IPA ... 79
Gambar 4.12 Komentar dan saran ahli Bahasa ... 81
Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi ... 85
Gambar 4.14 Siswa melakukan ekperimen ... 93
Gambar 4.15 Siswa menuliskan kegiatan ekperimen ... 93
Gambar 4.16 Siswa berdiskusi ... 95
Gambar 4.17 Siswa mengerjakan kegiatan individu ... 97
Gambar 4.18 Siswa mengerjakan kegiatan kelompok ... 97
Gambar 4.19 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 sebelum direvisi ... 98
Gambar 4.20 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 setelah direvisi ... 98
Gambar 4.21 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 sebelum direvisi ... 99
Gambar 4.22 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 setelah direvisi ... 99
Gambar 4.23 Langkah kegiatan nomor 2 sebelum direvisi... 101
Gambar 4.24 Langkah kegiatan nomor 2 setelah direvisi ... 101
Gambar 4.25 Eksperimen sebelum direvisi ... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat ijin penelitian ... 113
Lampiran 2 Surat keterangan penelitian ... 114
Lampiran 3 Hasil analisi kebutuhan Guru ... 115
Lampiran 4 Hasil analisi kebutuhan Siswa ... 117
Lampiran 5 Validasi produk ahli IPA ... 119
Lampiran 6 Validasi produk ahli Bahasa ... 124
Lampiran 7 Valisdasi produk Guru ... 129
Lampiran 8 Lembar instrumen validasi siswa ... 134
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta……...136
Lampiran 10 Poster hasil karya siswa ... 137
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3)
Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi
Produk yang Diharapkan.
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang
berusaha untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Orang
berpendapat bahwa pendidikan yang diterima dapat mengembangkan
potensinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dijelaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013). Agar
pendidikan dapat diterima dan terlaksana dengan baik maka guru sebagai pendidik
perlu mengembangkan perangkat pembelajaran supaya pembelajaran yang akan
diajarkan dapat berjalan dengan baik.
Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam
proses pembelajaran (Trianto, 2010: 96). Setiap guru di setiap satuan pendidikan
diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya proses pembelajaran
yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa.
mengajar dapat berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Selain membutuhkan perencanaan yang baik, pembelajaran juga membutuhkan
sumber belajar yang dapat membantu dan mempermudah siswa untuk belajar
secara mandiri. Salah satu sumber belajar tersebut adalah modul pembelajaran.
Dalam menyusun perangkat dan modul pembelajaran tersebut biasanya guru akan
menggunakan pendekatan sebagai pedomannya. Salah satu pendekatan yang ada
adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengembangan, pengintegrasian
usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa
melalui pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai
kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui
mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta evaluasi.
Dinamika pelaksanaan PPR meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi,
aksi, dan evaluasi. Selain 5 siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR
terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut
adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan
kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif
dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa
tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya,
2010: 23-24).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Pembelajaran IPA
berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Adanya pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pada
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar siswa diajak untuk mempelajari tentang
materi IPA yang masih sederhana. Salah satu materi tersebut adalah tentang cara
menghemat energi listrik.
Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting dan
menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan
umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi
karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan
menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin
cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat
diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak
sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai
sumber energinya.
Seiring berkembangan zaman yang semakin modern, permintaan akan
energi listrik di seluruh dunia semakin meningkat. Di sisi lain, perkembangan
teknologi yang terjadi mulai memunculkan beban listrik baru yang menyebabkan
semakin banyaknya energi listrik yang dibutuhkan. Banyaknya energi yang
dibutuhkan tersebut maka mengakibatkan manusia untuk menggunakan energi
listrik secara berlebihan. Tindakan manusia dalam menggunakan energi tersebut
secara bersamaan dan lupa untuk mematikannya. Penggunaan energi listrik secara
berlebihan tersebut akan menibulkan dampak negatif kehidupan manusia, seperti
global warming, biaya yang dikeluarkan untuk membayak penggunaan energi
listrik akan semakin banyak, dan pekerjaan manusia akan terganggung karena
tidak adanya energi listrik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama PPL pada
guru kelas III A di SDN Petinggen pada tanggal 12 Oktober 2016, dapat diketahui
secara garis besar latarbelakang sosial dan ekonomi siswa-siswi SDN Petinggen
adalah menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75%
orangtua siswa bekerja menjadi wiraswasta dengan berdagang burjonan, penjual
makanan, tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan
orangtua mereka menjadi PNS.
Peneliti juga melakukan observasi yang dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Oktober 2016 peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih
menggunakan energi lisrtik secara berlebihan dengan menyalakan lampu dan
kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran bahkan sampai lupa
mematikannya dan jika diingatkan untuk mematikaanya mereka malas untuk
melakukannya. Permasalahan tersebut terjadi di semua kelas akibatnya di sekolah
mati listrik sering terjadi sampai 3 kali sehari hal itu disebabkan karena energi
listrik yang digunakan tidak seimbang atau melebihi daya listrik yang ada di
sekolah. Penggunaan energi listrik tersebut juga menimbulkan dampak akan
tingginya biaya yang dikeluarkan, maka semakin banyak enegi listrik yang
digunakan semakin banyak juga biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini akan
ekonominya adalah menengah kebawah. Dan saat melakukan wawancara peneliti
menemui bahwa siswa tidak tahu tentang dampak menggunakan energi listrik
secara berlebihan dan kurang tahu bagaimana cara untuk menghemat energi
listrik.
Peneliti juga melakukan observasi tentang proses pembelajaran di kelas
dan wawancara dengan guru di SD Negeri Petinggen Yogyakarta, tentang
perangkat dan sumber pembelajaran yang digunakan di sekolah. Saat melakukan
observasi peneliti menemui bahwa selama proses pembelajaran guru lebih banyak
memberikan materi kepada siswa dan hampir 3-4 kali memberikan tugas kepada
siswa untuk mengerjakan LKS. Hasil wawancara peneliti menemui bahwa guru
memang sudah membuat perangkat pembelajaran, namun perangkat pembelajaran
tidak dibuat secara lengkap dengan menuliskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran secara rinci dan kurang menarik karena metode pembelajaran yang
digunakan hanya sebatas ceramah, diskusi dan tanya jawab. Selain itu, guru hanya
menggunakan buku dan LKS yang disediakan dari pemerintah sebagai penunjang
pembelajaran. Hal itu juga diperkuat dengan hasil penyebaran kuesioner untuk
siswa yang dilakuan peneliti dan menemui bahwa sebagian besar siswa
memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir, memerlukan
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya, dan memerlukan modul
pembelajaran yang dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan
membuat mereka mandiri. Siswa juga menyatakan meyukai pembelajaran yang
menghargai mereka sebagi manusia dan mengajak mereka untuk berpikir kritis.
Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
menghemat energi listrik. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan oleh
siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan
materi tersebut dan siswa mendengarkan. Siswa juga kurang diberikan
pengetahuan yang konkrit, jarang untuk diajak melakukan eksperimen dan
mengamati lingkungan sekitar. Pembelajaran yang demikian membuat siswa
kesulitan untuk memahami isi materi. Oleh karena itu, peneliti akan
mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan memilih Standar
Kompetensi (SK) 5. Menerapkan energi gerak dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2
Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. SK dan KD
tersebut dipilih peneliti karena dalam SK dan KD tersebut mencakup materi
menghemat energi listrik sesuai dengan permasalahan yang ditemui.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dan pengembangan (Research and Development). Prosedur
pengembangan materi dan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson
(dalam Harsono, 2015) akan digunakan untuk menyusun sebuah materi
pembelajaran dikarenakan peneliti akan memfokuskan pengembangan modul
pembelajaran. Tomlinson merupakan salah satu ahli terkemuka di dunia pada
pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, 2016).
Pengembangan materi menurut Tomlinson dimaksudkan untuk mengembangkan
bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan
pembelajaran. Materi tersebut dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset,
CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet (Tomlinson, 2005).
Peneliti akan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran
dipilih karena PPR memiliki polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi
siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Pola pikir dalam PPR bertujuan
untuk membentuk pribadi siswa dengan menggunakan 3 unsur utama PPR, yaitu
pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa akan diberi pengalaman akan suatu nilai
kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan
pengalaman tersebut, dan siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa
membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai. Melalui pola pikir tersebut siswa
diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi
tahu) (Tim PPR kanisius, 2008).
Dengan mengunakan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran
berdasarkan pendekatan PPR diharapkan siswa akan mendapatkan pembelajaran
yang menarik dan menimbulkan dampak yang positif bagi siswa.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan
modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen
Yogyakarta?
1.2.2 Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran
menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembang perangkat
dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen
Yogyakarta
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas perangkat dan modul pembelajaran menghemat
energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Peneliti
Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan
menghasilkan produk berupa perangkat dan modul materi menghemat
energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.
1.4.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman baru tentang perangkat pembelajaran yang
dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
dan mendapatkan salah satu sarana belajar berupa modul pembelajaran
menghemat energi listrik yang dapat digunakan dalam proses
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya aktif dan
mandiri dalam menyelesaikan masalah dan siswa belajar dari lingkungan
sekitarnya.
1.4.4 Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang pengembangan perangkat
pembelajaran berbasis pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan
pengembangn modul pembelajaran IPA yang dapat mengoptimalkan
kegiatan belajar mengajar.
1.5Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Produk yang dikembangkan berupa perangkat dan modul pembelajaran
berdasakan hasil analisis kebutuhan berupa visi dan misi sekolah, latar
belakan siswa dan permasalahan yang ditemukan di sekolah.
1.5.2 Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus dan RPP yang
disusun dengan mengintegrasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) dan Pendidikan Emansipatoris.
1.5.3 Modul pembelajaran yang dikembangkan berisikan tujuan, pengenalan
terhadap topik informasi tentang kegiatan belajar, alat yang digunakan,
kegiatan pembelajaran (yang berisikan petunjuk kegiatan eksperimen dan
pertanyaan untuk siswa setelah melakukan eksperiman), refleksi dan
evaluasi, serta disusun dengan mengintegrasi 11 prinsip pengembangan
1.5.4 Perangkat dan modul pembelajaran ini akan dikembangkan sebagai sarana
dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA (SK) 5. Menerapkan energi
gerak, Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi
dalam kehidupan sehari-hari untuk siswa kelas III A SDN Petinggen
Yogyakarta.
1.5.5 Modul pembelajaran dilengkapi gambar yang menarik untuk memperjelas
langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran serta untuk menarik
perhatian siswa.
1.6Definisi Operasional
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah:
1.6.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran yang dapat berupa silabus, Recana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan Lembar Kerjas Siswa
(LKS).
1.6.2 Modul
Modul adalah sumber belajar berupa buku yang ditulis dengan tujuan agar
siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru dan
dapat digunakan guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
1.6.3 Energi Listrik
Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan untuk menyalakan
1.6.4 Menghemat energi listrik
Menghemat energi listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi
besarnya penggunaan energi listrik.
1.6.5 Paradigma Pedagogi Refeltif
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir yang dipercaya
mampu menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa
yang diperoleh melalui 5 siklus, yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang
Relevan (3) Kerangka Berpikir dan (4) Pertanyaan Penelitian.
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development, R&D)
Penelitian pengembangan atau yang lebih dikenal dengan R & D
merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan suatu produk,
desain maupun proses. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) penelitian
pengembangan ini merupakan model penelitian yang banyak digunakan untuk
pengembangan pendidikan. R & D sendiri menurutnya berkembang dalam
penelitian yang dilakukan oleh industri untuk menemukan suatu produk yang
dianggap cocok dengan kebutuhan masyarakat. Dalam dunia pendidikan R & D
mulai diperkenalkan oleh United States Office of Education, sebuah lembaga
pendidikan di Amerika pada tahun 1965 untuk mengembangkan produk, bahan
ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan.
Sukmadinata (2008) berpendapat bahwa Research and Development
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk
baru atau meyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pendapat ini sejalan dengan Soenarto (dalam Tegeh,
2014: xii) yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah upaya untuk
mengembankan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan
atau strategi pembelajaran. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh
mengembangan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penelitian pengembangan adalah upaya mengembangkan dan menghasilkan suatu
produk.
Dalam rangka meningkatkan kualitas produk pendidikan, Sentyasa (dalam
Tegeh, 2014: xiii) merincikan karakteristik penelitian dan pengembangan.
Pertama, masalah yang dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran. Kedua,
pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media belajar
yang dikembangkan sebaiknya menunjang keefektifan pencapaian kompetensi
siswa. Ketiga, produk yang dikembangkan divalidasi melalui uji ahli dan uji
lapangan secara terbatas perlu dilakukan. Keempat, proses pengembangan perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sitematis.
Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan
dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Dalam
penelitian ini peneliti berfokus pada pengembangan bahan ajar berupa modul
pembelajaran, sehingga peneliti menggunakan desain model penelitian
pengembangan materi menurut Brian Tomlinson. Tomlinson dianggap sebagai
ahli terkemuka pada pengembangan materi khususnya berkaitan dengan bahasa
(Aneheim University, 2016).
Terdapat 5 langkah utama dalam pengembangan materi menurut
Tomlinson (dalam Harsono, 2015). Pertama, analisis kebutuhan. Analisi
kebutuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hal yang
materi. Tahap kedua adalan desain. Desain merupakan kegiatan dalam merincikan
hal-hal pokok yang diperlukan dalam pengembangan materi. Perincian hal pokok
pengembangan materi didasarkan pada hasil analisis kebutuhan. Tahap ketiga
adalah implementasi. Hasil perincian hal pokok dalam pengembangan materi
kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Tahap keempat yaitu
evaluasi. Hasil implementasi materi kemudian dievaluasi. Tahap kelima yaitu
revisi. Dasar dalam melakukan revisi adalah hasil evaluasi implementasi materi.
Tahap revisi ini merupakan tahap akhir pengembangan materi yang
memungkinkan terbentuknya materi yang layak digunakan.
Pengembangan materi menurut Brian Tomlinson (2005) merupakan segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menunjang proses
pembelajaran bahasa. Materi atau bahan yang digunakan dapat berupa seperti
buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari
internet, dan apa pun yang menyajikan suatu informasi (Tomlinson, 2005).
Terdapat 16 prinsip yang harus dicapai dalam pengembangan materi ini untuk
proses pembelajaran bahasa (Tomlinson, 2005: 7-22). Peneliti kemudian berfokus
pada 11 prinsip dari Tomlinson yang sesuai dengan penelitian ini.
Sebelas prinsip Tomlinson yang digunakan peneliti dalam
mengembangkan modul pembelajaran yaitu 1) materi harus mencapai dampak 2)
Materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman, 3) materi harus
membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) materi yang
diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan
memfasilitasi peserta didik dalam belajar, 6) materi yang dikembangkan terdapat
menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan
aktif, 8) materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri
masing-masing siswa, 9) materi harus memperhitungkan sikap persrta didik yang
berbeda-beda, 10) materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan
berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang
melatih otak kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan
kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil.
2.1.2 Perangkat Pembelajaran
Ibrahim (2003: 3) dalam buku “Model Pembelajaran Terpadu” Trianto
(2010: 96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru di setiap
satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya
proses pembelajaran yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik
bagi siswa. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses
belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Berdarkan teori sersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.
2.1.2.1Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
Sesuai dengan prinsip kemandirian (otonomi) sekolah, pengembangan
silabus dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah
sekolah. Menurut Trianto (2010: 96) Penyusunan dan pengembangan silabus yang
dilakukan oleh tim pengembang harus memenuhi beberapa prinsip pengembangan
silabus, yaitu 1) Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan, artinya
seluruh cakupan dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Sistematis, bahwa
komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi. 4) Konsisten, adanya hubungan yang konsisten dari
keseluruhan komponen silabus. 5) Memadai, artinya cakupan keseluruhan
komponen silabus cukup untuk menunjang pancapaian kompetensi dasar. 6)
Aktual dan Kontekstual, artinya cakupan silabus memerhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi. 7) Fleksibel, sartinya seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik dan perubahan dalam masyarakat. 8) Menyeluruh, artinya
komponen silabus mencakup keseluruhan kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Dengan mempertimbangkan prinsip tersebut, pengembangan dan
penyusunan silabus dapat dilakukan dengan cara mengembangakan indikator,
meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar yang mengacu pada pencapaian kompetensis dasar sesuai dengan
standar isi yang ditetapkan pemerintahan dalam Peraturan Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006.
Langkah-langkah dalam pengembangan silabus yaitu, pertama, mengkaji
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada satandar isi. Kedua, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang
menunjang pencapaian kompetensi dasar. Ketiga, mengembangkan kegiatan
pembelajaran. Keempat, merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Kelima,
penentuan jenis penilaian. Keenam, menentukan alokasi waktu. Ketujuh,
menentukan sumber belajar (Trianto, 2010: 99-102).
2.1.2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang dijabarkan
dalam silabus (Trianto, 2010:108). Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
menjadi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan
pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu
pada indikator untuk mencapai hasil belajar. Jadi secara sederhana RPP
merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/skenario pembelajaran.
Secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada
prinsisp pengembangan RPP, yaitu 1) Kompetensi yang direncanakan dalam RPP
harus jelas, konkret, dan mudah dipahami. 2) RPP harus sederhana dan fleksibel.
4) Harus koordinasi dengan komponen pelaksanaan program sekolah, agar tidak
mengganggu jam pelajaran yang lain.
Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi Standar
kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaiaan
hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,
angkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP menurut Trianto
(2010: 99) yaitu 1) Mengisi kolom identitas, 2) Menentukan alokasi waktu
pertemuan, 3) Menentukan SK/KD serta indikator, 4) Merumuskan tujuan sesuai
SK/KD dan indikator. 5) Mengidentifikasi materi standar. 6) Menentukan
pendekatan, model & metode pembelajaran. 7) Menentukan langkah-langkah
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. 8) Menentukan
sumber belajar. 9) Menyususn kriteria penilaian.
2.1.2.3Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa merupakan panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditrmpuh.
Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan
bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan
2.1.3 Modul
2.1.3.1 Pengertian modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang
lengkap. Abdul Majid (2008) dalam buku “Pengembangan Bahan Ajar Tematik”
Prastowo (2014) menyatakan bahwa modul adalah sebuah buku yang ditulis
dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul
harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang
hampir sama bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat
dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru, meliputi:
perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran,
alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilaiaan, dan mengukur keberhasilan
siswa dalam penyelesaiaan pelajaran. Sukiman (2012) juga menjelaskan bahwa
modul dapat dipandang sebagai paket program yang disususn dalam bentuk satuan
tertentu guna keperluan pembelajaran.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul
adalah sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran.
2.1.3.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul
Modul memiliki arti penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu jenis
bahan ajar catak, modul memiliki setidak-tidaknya empat fungsi sebagai berikut
membantu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa
tergantung kepada kehadiran pendidik (guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik,
maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi
pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usiannya. Ketiga, sebagai alat evaluasi, maksudnya dengan
modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya
terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa,
maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari
siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa.
Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai lima tujuan, sebagai berikut: pertama, agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (guru). Kedua, agar peran
pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga,
melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tingkat dan
kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat
penguasaan materi yang telah dipelajari.
Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran
seperti yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: pertama, modul
sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau
petunjuk bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan
foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang
efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan
2.1.3.3 Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.
Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain sebagai berikut: pertama,
self instructional. Melalui modul, siswa mampu belajar mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran
dari satu unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul
secara untuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
Keempat, adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, user friendly. Modul hendaknya
mudah digunakan oleh peserta didik. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, intruksi dan informasi yang diberikan bersifat mempermudah peserta
didik (Sukiman, 2012: 133-135).
Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut dapat disimpulakan
bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti siswa, sesuai dengan pemahaman siswa dan dapat membuat siswa
lebih mandiri.
2.1.3.4 Prinsip Modul
Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan
pengembangan materi adalah pengembangan terhadap bahan-bahan apapun yang
dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut
dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD,
setidaknya 16 prinsip sesuai yang diringkas oleh Tomlinson. Peneliti kemudian
menentukan (11) prinsip dari enem belas (16) prinsip yang diyakini relevan
dengan penelitian ini.
Penelitian ini mengupayakan tercapainya ke sebelas prinsisp
pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson (2005: 1-24). Prinsip yang pertama
yaitu materi harus mencapai dampak. Dampak tercapai ketika materi memiliki
efek yang nyata pada peserta didik, yaitu peserta didik memiliki rasa ingin tahu,
minat dan tertatik terhadap materi. Pengaruh dapat tercapai ketika materi itu
dipegang dan dibaca oleh siswa. Siswa pun akan memperoleh kesempatan untuk
menerima informasi yang dihadirkan dalam suatu materi yang nantinya akan
diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Prinsip kedua yaitu materi harus
membantu peserta didik untuk merasa nyaman. Materi dapat membantu
pembelajar untuk merasakan kenyamanan jika setidaknya terdapat beberapa
kriteria antara lain berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan
mudah dipahami oleh pembelajar, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk.
Prinsip yang ketiga yaitu materi harus membantu siswa untuk
mengembangkan kepercayaan diri. Pembelajar dapat dengan lebih mudah
mengembangkan kepercayaan diri mereka jika materi yang diterima tidak terlalu
rumit akan tetapi materi tersebut tetap dapat berpotensi untuk mengembangkan
kemampuan mereka. Materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa
sehinggan dapat memenuhi prinsip yang keempat. Materi yang diberikan
sebaiknya disesuaikan dengan latar belakang tingkat kemampuan kognitif, afektif,
psikomotorik, sosial dan ekonomi pembelajar. Materi juga diharapkan dapat
Prinsip yang kelima yaitu materi semestinya diperlukan dan memfasilitasi
peserta didik dalam belajar. Materi yang dikembangkan terdapat bagian-bagian
yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar dan
kegiatan eksperimen. Materi sebaiknya juga memberikan pencerahan bagi
pembelajar dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga
memudahkan pembelajar memahaminya sesuai dengan prinsip yang keenam.
Prinsip yang ketujuh yaitu materi menyediakan kesempatan untuk siswa
berkomunikasi dengan aktif tanpa dikendalikah oleh guru sehingga siswa diberi
kebebasan untuk berkomunikasi. Prinsip kedelapan yaitu, materi harus
memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Tidak
semua siswa memiliki gaya belajar yang sama. Materi sebaiknya mengupayakan
untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual
(belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan
kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Materi juga diharapkan dapat memenuhi prinsip kesembilan yaitu
memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing siswa, oleh
karena itu sebaiknya materi dapat menyediakan kegiatan secara individual atau
pun kelompok. Prinsip yang kesepuluh yaitu .materi dapat membantu pembelajar
mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan
menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri pembelajar. Materi juga
sebaiknya dapat mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas
informasi/kegiatan yang sudah diterima pembelajar sesuiai dengan prinsip yang
2.1.4 IPA
2.1.4.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dalam
kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung
dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.
Menurut Wisudawati (2012: 22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki
karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang fakta (factual), baik
berupa kenyataan (reality), atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya.
Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi pada
fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA
juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang
berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk,
pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014:22).
Samatowa (2011: 3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan
kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam
(IPA). Berhubuangan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Hal ini selaras dengan pendapat Trianto (2007) yang
menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Jadi, pendidikan IPA diarahkan
untuk dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebh
mendalam tentang alam sekitar.
2.1.4.2Pendidikan IPA SD
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting. Melalui pendidikan IPA siswa diajak untuk
lebih mengembangankan kemampuan kognitif dan melatih
keterampilan-keterampilan yang dimiliknya (Samatowa, 2010: 5).
Proses pembelajaran IPA lebih menitik beratkan dengan malakukan
percobaan-percobaan dan penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu
meningkatkan proses berpikir siswa dan mengajak siswa mengurangi kebiasaan
yang bersifat hapalan belaka. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA lebih
mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Proses pembelajaran IPA
seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang
benar artinya pengetahuan yang dibenarkan mnurut tolak ukur kebenaran ilmu,
yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh
akal sehat, objektif artinya sesuai objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai
Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12) mendefinisikan bahwa
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang
terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru
untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu
benar. Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa diharapkan mampu
berpikir secara kritis dan ilmiah serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Permendiknas no 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup
pembelajaran IPA tentang standar isi meliputi aspek-aspek sebagai berikut a)
makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, b) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi cair, padat dan gas, c) energi dan perubahannya meliputi:
gaya, bunyi, panas, magnet dan listrik, d) bumi dan alam semesta meliputi: tanah,
bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Dari ruang lingkup tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mencakup semua benda yang ada di
alam semesta.
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.5.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan polapikir (paradigma ≈ polapikir) dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi kristiani/kemanusiaan (padagogi
reflektif ≈ pendidikan kristiani/kemanusiaan). Pada polapikir PPR siswa diberi
pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan
dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai
tersebut (Tim PPR kanisius, 2008: 39).
Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan
pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemunasiaan..
Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkan melalui dinamika
pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi
(Tim PPR Kanisius, 2008: 51).
Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan
nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa.
2.1.5.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar
secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan
pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka,
sehingga kelak akan mengasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi
permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010: 22-25).
Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada
tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan
compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual,
conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang
kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin
disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).
2.1.5.3 Langkah-Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
Penerapan paradima pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui
sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut
yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), aksi
(action), dan evaluasi (evaluation) (P3MP, 2008: 8). Berikut ini penjabaran
tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.
1. Konteks
Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh oleh
guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa
diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada
diri siswa. Konteks tersbut dapat diambil dari konteks nyata dari kehidupan
pelajar, konteks sosio-ekonomi, politis, dan kebudayaa, suasana kelembagaan
sekolah atau pusat belajar dan pengertian-pengertian yang dibawa seseorang
pelajar ketika memulai proses belajar. Guru berperan sebagai penggali konteks
kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana
pecapaian siswa akan perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan
dipelajarinya atau diajarkan (Subagya, 2010:43).
2. Pengalaman
Pengalaman sangat penting dalam proses PPR. Tanpa pengalaman dalam
pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami bahan dan memetik makna
yang mendalam dari bahan yang dipelajari. Pengalaman merupakan suatu
menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno,
2015, 28). Pengalaman dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung
adalah pengalaman yang sungguh dialami oleh siswa sendiri, sehingga seluruh
diri terlibat misalnya, pengalaman dalam praktikum, diskusi dan pengamatan.
Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan
dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan
membaca (Subagya, 2010: 52).
3. Refleksi
Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam
tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang
lain, dan bagi masyarakat. Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan
seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan
ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi menjadi sarana dalam
menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegitan
pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa
diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif
yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalamu perubahan
pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
4. Aksi
Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah merefleksikan
pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap
dirasakan orang lain (Suparno, 2015: 37). Aksi yang sering terjadi adalah siswa
mengalami perubahan sikap, menjadi lebih baik dan bersemangat maju. Lewat
refleksi dan pengalaman, siswa semakin merasa hidupnya bermakna. Mereka
semakin memperbaiki diri, semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi
pribadi yang utuh. Tindakan aksi kedua, adalah sampai pada tindakan keluar yang
nyata, yang dirasakan orang lain. Misalnya, saat siswa belajar tentang energi,
siswa akan sampai pada kesadaran untuk menghemat energi dengan menggunakan
energi dengan sewajarnya. Disinilah pentingnnya peran guru dalam memberikan
atau menyediakan pengalaman dan menantang siswa sendiri untuk mengalami
kejadian, pengalaman, pendalaman, yang dapat menantang pikiran, hari,
kehendak, dan tindakan mereka.
5. Evaluasi
Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan,
diperlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan
bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang (Suparno, 2015: 40).
Seluruh proses yang berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk
membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif
atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious,
penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus
pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi
yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap,
dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa (Subagya, 2010: 63-64).
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu
memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong, 2005: 15).
Winarti (2015: 53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia
Tarik Ulur” Giroux (2011) bahwa pendidikan emansipatoris yang pergerakannya
menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Melalui
pendidikan emansipatoris, yaitu pendidikan yang mampu memberi pencerahan,
menyantuni dan memberdayakan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan
belajar (Darmaningtyas, 2005: 66). Dalam hal ini pendidikan emansipatoris
menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya
hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan
efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman
akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak
menghargai pihak lainnya.
Dalam buku yang berjudul Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh
melalui Pendidikan Emansipatoris (2005: 74), Darmaningtyas mengemukakan
bahwa, pendidikan di Indonesia merupakan antagonis terhadap pendagogis
emansipatoris karena pendekatannya top-down, sistemnya militeristik, dan
menggunakan metode anjing supaya para murid setia dan tunduk. Pendidikan
mestinya mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian unik murid,
merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi, dan kesadaran moral. Salah
satu strategi untuk mengobarkan semangat pedagogi emansipatoris adalah dengan
terus menerus melakukan kontekstualisasi kegiatan belajar di kelas. Guru mesti
disebut belajar sepanjang hayat (on going formation dan long life education).
Guru mesti berusaha mengajar sekaligus melakoni belajar.
Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya
adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Jadi dalam proses
pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman belajar, walaupun
keduanya