PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA
MATA PELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN SISWA AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS
II SDK JETISDEPOK TAHUN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Brigita Yuni NIM : 101134191
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :
HALAMAN MOTTO
Jika tidak bisa melakukan hal-hal besar, lakukanlah hal-hal kecil dengan CINTA yang BESAR.
MENCINTAI sering kali menyakitkan, namun saat kita mencintai dengan TULUS dengan pengorbanan yang menyakitkan yang tersisa kemudian adalah hilangnya rasa sakit dan lebih banyak cinta yang akan menghampiri.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2014 Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Brigita Yuni
Nomer Mahasiswa : 101134191
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS II SDK JETISDEPOK TAHUN 2013/2014.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
ABSTRAK
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS II SD KANISIUS JETISDEPOK
Brigita Yuni
Universitas Sanata Dharma 2014
Keterbatasan guru menerapkan pendidikan nilai pada model Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran PKn materi kedisiplinan diduga mengakibatkan siswa belum mampu menyadari nilai kedisiplinan dengan baik. Solusi permasalahan tersebut adalah peneliti menerapkan paradigma pedagogi reflektif yang sesuai tahap dan ketentuannya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan melalui pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran PKn.
Dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yang berlangsung dalam 2 siklus, dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Jetisdepok. Teknik pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuesioner dan didukung wawancara serta observasi. Data dianalisis dengan mendeskripsikan hasil perindikator kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn melalui tahap dan ketentuannya dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SD Kanisius Jetisdepok. Peningkatan kesadaran diketahui dari hasil penelitian yaitu presentase jumlah siswa yang mencapai kesadaran akan nilai kedisiplinan meningkat pada indikator 1 sebesar 33.3%, setelah siklus 2 menjadi 72.2%. Kondisi awal pada indikator 2 adalah 55.5%, setelah siklus 2 menjadi 83.3%. Kondisi awal pada indikator 3 adalah 77.7%, setelah siklus 2 menjadi 88.8%. Kondisi awal pada indikator 4 adalah 5.5%, setelah siklus 2 menjadi 83.3%. Kondisi awal dari indikator 5 adalah 27.7% setelah siklus 2 menjadi 88.8%.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN PKN SUBJECT TO IMPROVE STUDENT AWARENESS TOWARD
THE DISCIPLINE VALUE THE SECOND GRADE STUDENT OF JETISDEPOK KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL
Brigita Yuni Sanata Dharma University
2014
The Limitation of teacher in implementing the education valuesin reflective pedagogy paradigm in PKn subject on discipline matter, has allegedly led the students’ failure to realize the values of discipline well.Solutions of these problem are The Implementationof reflective pedagogy paradigm applied whichsuits the stages and provisions.The study was aimed to determine the learning implementation of the reflective pedagogy paradigm in PKn subject to 1) improve the students’ awareness toward the disicpline value 2) Improve and understand students' awareness of the discipline value through the implementation of reflective learning pedagogical paradigm in PKn learning subject.
In order to improve the student awareness toward the discipline value,researcher used Class Action research which constructed in two cyclesand each of it consisted of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research were the students of grade II SD Kanisius Jetisdepok. The data were collected by distributing questionnaires supported by interviews and observation. Data were analyzed by describingthe indicator result of pre-study, cycle 1, and cycle 2.
Based on the result of this study concluded that the implementation of reflective pedagogy paradigm in PKn subject which is in accord with the stage and its provisions could improve the students’ awarness toward the discipline value of the second grade students of JetisdepokKanisius elementary school.The increase of students’ awareness known from the percentage number of students
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SD Kanisius Jetisdepok. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama proses pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu ijinkalah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. G.Ari Nugrahata, S.J.,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S.Pd.,M.A., selaku Wakil Ketua Program Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing 1 yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada peneliti.
6. Florentina Rusmini, sebagai Kepala SD Kanisius Jetisdepok yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulisuntuk melaksanakan penelitian. 7. Valentina Vitri Endaryati selaku guru wali kelas II yang telah berkenan untuk
berkaloborasi dengan penulis, memberikan waktu, tenaga, pikiran, semangat dan ijin penelitian di kelas II SD Kanisius Jetisdepok
8. Bapak dan Ibu guru serta staf karyawan SD Kanisius Jetisdepok yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan serta informasi yang bermanfaat bagi penulis.
9. Kedua orangtuaku, Bapak V.B Suparlan dan Ibu Rosa Petronela yang telah memberikan doa dukungan serta cinta kasihnya.
10.Keempat kakakku Maria Sri Purwanti, Elisabet Murni Ningsih, Andreas Prayogo, Viktoria, yang telah memberikan dukungan.
11.Kakak iparku dan keponakanku tercinta: Guty, Sasa, Satria, Vena, Dan Glori yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat.
12.Widiastanto yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk mengerjakan skripsi serta menemani disaat kesulitan.
14.Teman-teman seperjuangan sepayung Winda, Astri, Nisa, Arif, Angga, Rido, Kismet, Windi, Mila, Arie, Sr. Patrice dan Sr. Alfonsa, Hendri serta seluruh teman seperjuangan kelas E.
15.Wahyuni setyaningrum yang telah menemaniku dan membantu untuk menyususn segala kelengkapan skripsi.
16.Semua pihak yang telah membantu praktikan, yang tidak dapat praktikan sebutkan satu per satu sehingga praktikan dapat menyelesaikan penelitian.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 24 Juli 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
1.2Batasan Masalah ... 5
1.3Rumusan Masalah ... 6
1.4Tujuan Penelitian ... 6
1.5Manfaat Penelitian ... 6
1.6Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.1.3.5Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan ... 19
2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20
2.1.4.1Hakikat Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20
2.1.4.2Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif... 20
2.1.4.4Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 24
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan ... 26
2.1.5.1Pengertian PKn ... 26
2.1.5.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 27
2.1.5.3Pkn Sebagai Pendidikan Nilai ... 27
2.1.5.4Karakteristik Siswa SD... 29
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
2.3 Kerangka Berpikir ... 33
2.4 Hipotesis Tindakan ... 34
3.9 Jadwal Penelitian ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 68
4.1.1 Siklus I ... 68
4.1.1.1 Perencanaan ... 68
4.1.1.2 Tindakan ... 70
4.1.1.3 Observasi ... 70
4.1.1.4 Refleksi ... 78
4.1.2 Siklus II ... 80
4.1.2.1 Perencanaan ... 80
4.1.2.2 Tindakan ... 80
4.1.2.3 Observasi ... 80
4.1.2.4 Refleksi ... 89
4.2 Pembahasan ... 90
BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 99
5.2Keterbatasan Penelitian ... 100
5.3Saran ... 100
DAFTAR REFERENSI ... 102
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Perindikator ... 46
Tabel 3.2 Keberhasilan secara keseluruhan ... 46
Tabel 3.3 Skala Likert ... 48
Tabel 3.4 PAP tipe 1 ... 49
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner . ... 51
Tabel 3.6 Sebaran Butir Item ... 51
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara pada Siswa ... 53
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara pada Guru ... 54
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Skala Sikap ... 56
Tabel 3.10 Hasil Skala Sikap Valid ... 58
Tabel 3.11 Koefisien Reliabilitas ... 59
Tabel 3.12 Reliabilitas Item ... 60
Tabel 3.12 Kriteria PAP tipe 1 ... 61
Tabel 3.14 Batas Nilai Indikator 1 ... 62
Tabel 3.15 Batas Nilai Indikator 2 ... 63
Tabel 3.16 Batas Nilai Indikator 3 ... 64
Tabel 3.17 Batas Nilai Indikator 4 ... 65
Tabel 3.18 Batas Nilai Indikator 5 ... 66
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Indikator 1 Siklus 1 ... 72
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Indikator 2 Siklus 1 ... 73
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Indikator 3 Siklus 1 ... 74
Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Indikator 4 Siklus 1 ... 75
Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Indikator 5 Siklus 1 ... 76
Tabel 4.6 Rangkuman Kuesioner Siklus 1 ... 77
Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Indikator 1 Siklus 2 ... 83
Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Indikator 2 Siklus 2 ... 84
Tabel 4.9 Hasil Kuesioner Indikator 3 Siklus 2 ... 85
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Indikator 4 Siklus 2 ... 86
Tabel 4.11 Hasil Kuesioner Indikator 5 Siklus 2 ... 87
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Siklus 2 ... 88
Tabel 4.13 Hasil Peningkatan Kesadaran Secara Keseluruhan... 92
Tabel 4.14 Hasil Peningkatan Perindikator... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif ... 22
Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan ... 32
Gambar 3. Siklus PTK Model Kemmis & Mc Taggart ... 36
Gambar 4.1Grafik Peningkatan Kesadaran Nilai Kedisiplinan ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran... 106
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 110
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa dan Soal Evaluasi ... 158
Lampiran 4 Contoh Kuesioner sebelum disebar ... 166
Lampiran 5 Validasi Kuesioner ... 168
Lampiran 6 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 174
Lampiran 7 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 178
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Kuesioner Kondisi Awal... 186
Lampiran 9 Hasil Wawancara ... 187
Lampiran 10 Hasil Observasi ... 193
Lampiran 11 Foto siklus 1, siklus 2 ... 196
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ... 204
Lampiran 13 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ... 200
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan diuraikan oleh penulis. Enam hal tersebut adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
1.1Latar Belakang
Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sudah terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan kemampuan spiritualitas, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU no 20/2003 pasal 1 ayat 1). Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan segala potensi atau aspek kemampuan siswa, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar serta mampu menerapkan pengalaman tersebut dalam lingkungan dan masyarakat, untuk itu pengalaman pembelajaran ikut menentukan kualitas pendidikan.
ketrampilan dan karakter, maka dari itu pelajaran PKn tidak terlepas dari nilai, yaitu nilai yang dijadikan sebagai dasar pengembangan untuk menjadi warga yang baik sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
“Pelajaran PKn di sekolah dasar seharusnya diajarkan dengan berbagai metode dan model pembelajaran agar siswa mampu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam materi dan memiliki kesadaran untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi warga negara yang baik” (Wahab., Sapriya., Riduwan., dan Atik, 2011), Namun saat ini guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar kerapkali bertindak sebagai pemberi informasi dan kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir dan refleksi hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2013) sehingga siswa kurang menyadari bahwa nilai penting untuk diwujudkan. Hal ini terbukti ketika peneliti mengadakan observasi dan wawancara di SD Kanisius Jetisdepok.
mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, bermain bersama teman, dan berjalan di kelas.
Dari permasalahan tersebut peneliti merasa perlu untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan di kelas 2 melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berbasis nilai agar jika peserta didik naik kekelas 3 sudah mampu menerapkan nilai kedisiplinan dengan baik. Peneliti melihat dengan kurangnya kesadaran akan nilai kedisiplinan dapat mengganggu masa depan anak karena disiplin membantu anak memiliki kontrol internal dan taat moral, jika anak tidak memiliki nilai kedisiplinan ia akan hanyut dalam arus globalisasi hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Scohib (2010). Dengan demikian kesadaran akan nilai kedisiplinan penting untuk ditanamkan, karena nilai kedisiplinan bagian dari nilai kemanusiaan yang bertugas sebagai pembentuk atau dasar dari sebuah sistem, baik ditanamkan sejak dini untuk membentuk masyarakat yang utuh dan dasar yang kuat demi kelangsungan hidup bersama. Dalam upaya mengatasi tantangan jaman yang memiliki tujuan mencerdaskan anak bangsa dari segi akademik dan non akademik diperlukanlah model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdasarkan nilai kedisiplinan yang mampu menanamkan kebiasaan sikap disiplin melalui pembelajaran disiplin pada mata pelajaran PKn.
menurut Direktur Jendral UNESCO, Bokova (dalam Kompas 2013) pendidikan yang dibutuhkan sekarang adalah pendidikan inklusif, holistik, dan fleksibel. Cronbach (dalam Baharuddin, 2010) juga mengatakan belajar yang baik adalah melalui pengalaman. Jadi, paradigma pedagogi reflektif yang memiliki kelebihan melibatkan pengalaman siswa secara keseluruhan, menggunakan pengalaman untuk menemukan nilai dari kegiatan refleksi dan aksi yang cocok untuk model pembelajaran pada penelitian ini. Pembelajaran paradigma pedagogi reflektif terdiri dari 3C yaitu Competence, Consience, dan Compassion. Competence yang merupakan nilai akademik, Consience merupakan ketajaman hati nurani dan Compassion merupakan kepedulian pada sesama, yang dikemas dengan pola pikir membentuk pribadi siswa melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan.
Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan di sekolah peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SDK Jetisdepok”.
1.2BATASAN MASALAH
dalam kegiatan sehari-hari secara khusus tentang nilai kedisiplinan pada tahun ajaran 2013/2014.
1.3RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.3.1Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SDK Jetisdepok Tahun ajaran 2013/2014?
1.3.2Apakah pelaksanaan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SDK Jetisdepok Tahun ajaran 2013/2014?
1.4TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.4.1Mengetahui pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SDK Jetisdepok Tahun ajaran 2013/2014.
1.5MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah, bagi: 1.5.1Universitas
Penelitian ini bisa dijadikan bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas khususnya yang menggunakan penerapan model Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn.
1.5.2Sekolah
Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah khususnya pada pembelajaran PKn kelas bawah. Agar memberi kemajuan kualitas sekolah karena prestasi dan nilai kemanusian di sekolah yang meningkat.
1.5.3Guru
Bagi pendidik penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi model pembelajaran yang diterapkan di kelas dan juga sebagai pembanding terhadap model pembelajaran lain.
1.5.4 Peneliti
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran dengan menggunakan model paradigma pedagogi reflektif sehingga dapat dijadikan bekal bagi peneliti ketika menjalani profesi sebagai guru.
1.5.5 Siswa
pedagogi reflektif yang membantu menjadikan mereka mampu secara akademik dan non akademik, yang dikemas melalui sebuah pengalaman yang di refleksikan dan diwujudkan dalam bentuk aksi.
1.6DEFINISI OPERASIONAL
1.6.1PKn adalah suatu pembelajaran yang diarahkan untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang mampu memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.
1.6.2Kesadaran adalah suatu keadaan atau situasi yang dialami oleh setiap individu yang akan membantu untuk memahami realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dalam hubungannya dengan dirinya.
1.6.3Kesadaran akan nilai kedisiplinan adalah kemampuan peserta didik dalam memahami dan melakukan pengendalian diri dalam rangka mengarahkan pada hidup yang bernilai.
1.6.4Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir yang membentuk kepribadian peserta didik yang kristiani dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi pada setiap pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian landasan teori terdapat empat hal penting yang akan diuraikan oleh peneliti. Empat hal tersebut adalah landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
2.1Kajian Pustaka
2.1.1Kesadaran
2.1.1.1Pengertian Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti akan harga dirinya dan timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil, Sadar juga dapat diartikan tahu, merasa dan mengerti. Menurut Freud (dalam Jess, 2010) “kesadaran adalah keadaan merasakan sesuatu yang tidak dianggap mengancam”. Menurut Suhatman (2009) “kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan”. Sadar artinya merasa, atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), tahu dan mengerti.
Jadi kesadaran adalah suatu keadaan atau situasi yang dialami oleh setiap individu yang akan membantu untuk memahami realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dalam hubungannya dengan dirinya.
2.1.1.2Tujuan Kesadaran
seorang anakpun bergantung dengan cara guru menanamkan materi maka dalam menumbuhkan kesadaran pada siswa harus memperhatikan beberapa hal berikut:
2.1.1.2.1Saat pembelajaran di kelas harus berubah dari berpusat kepada guru menjadi berpusat pada siswa.
2.1.1.2.2Guru bertugas sebagai fasilitator untuk melayani siswa dalam membelajarkan siswa dan membuat siswa mengalami serta menyukai belajar. Untuk itu guru harus senantiasa belajar terus menerus mengaktualisasi diri, Memperluas dan memperdalam pengetahuannya agar lebih selektif dalam memfasilitasi siswa dalam belajar.
2.1.1.2.3Dalam mengajar guru mempertimbangkan metode dialogis dalam diskusi, memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir dan mengendapkan pengetahuannya, serta memberi kesempatan untuk bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menemukan suatu pemahaman. 2.1.1.2.4Pembelajaran hendaknya dibuat semenarik mungkin untuk memotivasi
siswa sehingga semangat belajar, dengan demikian dapat merangsang otak untuk dapat menerima pengetahuan/pemahaman baru dengan cepat. 2.1.1.2.5Dalam pembelajaran sebaiknya guru membuat dan mempersiapkan
media yang dapat membantu siswa dalam mengalami belajar, menemukan dan merumuskan sendiri pengetahuannya.
2.1.1.2.7Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berpikir, berpendapat dan mengekspresikan diri dalam suasana belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu, multi nilai, multi kebenaran, diperbolehkan salah, dan menerapkan metode yang menyenangkan.
2.1.1.2.8Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan sekedar menghafal, melainkan mampu untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam, memiliki cara berpikir kritis dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran dengan membangun kesadaran kritis akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.
2.1.2Nilai
2.1.2.1Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa latin valere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar untuk sekelompok orang. Nilai adalah kualitas yang menjadikan sesuatu itu disukai, diinginkan, dikejar, dan dihargai sehingga membuat orang yang menghayatinya bermartabat (Wahana, 2004).
Steetman (dalam Adisusilo 2012) mengatakan nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, memberi acuan titik tolak dan tujuan hidup, serta landasan bagi perubahan. Scheler (dalam Wahana, 2004) mengatakan nilai merupakan suatu kulitas yang tidak bergantung pada pembawaannya selain itu menurut Layso (dalam Sauri, 2010) nilai merupakan suatu motivasi atau landasan dalam segala tingkah laku dan perbuatan manusia. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah kualitas yang menjadi acuan dalam mencapai tujuan hidup, oleh sebab itu nilai berperan penting dalam hidup. Nilai berperan sebagai pendorong pada seseorang, untuk menumbuhkan kembali nilai hidup pada diri siswa yang lama ini telah hilang maka dapat dibentuk kembali nilai tersebut melalui pendidikan.
2.1.2.2Peran Nilai
inspirasi kepada seseorang untuk hal yang berguna, yang baik, yang positif bagi kehidupan. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku. Nilai itu menarik (interest), memikat hati seseorang untuk dipikirkan, untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk dihayati. Nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika sedang mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati seperti senang, sedih, tertekan, bergembira, bersemangat. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and convictions) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait dengan nilai-nilai tertentu. Nilai menuntut adanya aktivitas (activities) perbuatan atau tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, dengan demikian nilai tidak terbatas pada pemikiran tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan sesuatu dengan nilai tersebut.
keyakinan atau niat pada diri orang untuk melaksanakan sesuatu. Values actions, yaitu tahap di mana nilai yang telah menjadi keyakinan dan menjadi niat diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret. Dalam pandangan Hill (dalam Adisusilo, 2012), bisa saja seseorang hanya berhenti pada tahap pertama, yaitu paham tentang nilai-nilai kehidupan tetapi tidak sampai pada perwujudan tingkah laku. Secara kognitif seseorang dapat mengetahui tentang nilai tetapi ada kemungkinan tidak sampai melangkah pada tahap keyakinan (values affectiv) apalagi tahap tindakan (values action), untuk itu sudah kewajiban guru membantu siswa sampai pada tahap tindakan, agar siswa sungguh memiliki kesadaran akan nilai yang diajarkan.
2.1.3Disiplin
2.1.3.1Pengertian Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa latin yaitu discipulus mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin adalah: tata tertib di sekolah, ketaatan pada aturan atau tata tertib. Sedangkan menurut Blanford (2013) disiplin merupakan pengembangan mekanisme internal diri siswa sehingga ia dapat mengatur dirinya sendiri. Secara khusus displin sebagai usaha sadar untuk melatih siswa memiliki kemauan positif. Sebagai contoh, siswa mengerjakan pekerjaan rumah dan mematuhi aturan yang ada di kelas.
2.1.3.2Fungsi kedisiplinan
Disiplin tidak hanya perlu diajarkan di kelas saat pelajaran saja, namun baik untuk berbagai kegiatan di sekolah dan masyarakat. Anak yang sudah terbiasa dilatih untuk disiplin dalam kehidupan sehari-hari akan tumbuh sebagai anak disiplin di lingkungannya. Menurut Tu,u (dalam Kartono, 2013) disiplin memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan, yaitu:
2.1.3.2.1Untuk Proses Belajar Mengajar
akan membuat siswa menjadi tertib saat belajar di kelas. Hasil proses belajar mengajarpun akan lebih berkualitas.
2.1.3.2.2Melatih Siswa dalam Hidup Bermasyarakat
Belajar materi disiplin dalam proses belajar mengajar melatih anak untuk selalu bersikap disiplin di sekolah. Latihan bersikap disiplin di kelas membantu anak untuk sadar bahwa kita harus melaksanakan aturan yang berlaku di sekolah. Kesadaran siswa akan keharusan melaksanakan aturan yang berlaku di sekolah dapat melatih anak untuk menaati segala aturan yang ada di lingkungan tempat anak berada.
2.1.3.2.3Mendidik dan Melatih Siswa untuk Mengatur Waktu
Belajar disiplin dalam proses belajar mengajar membuat anak mengetahui dan memahami aturan yang ada di sekolah. Misalnya di sekolah diwajibkan datang jam 6.45 atau 15 menit sebelum masuk dengan mengetahui peraturan tersebut diharapkan siswa datang lebih cepat meskipun masih ada yang terlambat. Pembelajaran materi disiplin yang dapat melatih mengatur waktu siswa adalah dengan membiasakan siswa datang dikelas 15 menit sebelum masuk/atau disiplin terhadap aturan masuk kelas, mengajarkan siswa untuk mengatur waktu dengan baik agar bagaimana caranya mereka sudah hadir di kelas sebelum jam 6.45 atau 15 menit sebelum masuk.
2.1.3.2.4Untuk Penanaman Rasa Hormat
membuat siswa sadar sikap ramai di kelas kurang baik karena merugikan diri sendiri dan mengganggu teman yang ingin belajar. Dengan menyadari sikap ramai merugikan diri sendiri dan orang lain akan timbul sikap saling menghormati antar siswa.
2.1.3.3Faktor dalam kedisiplinan
Tidak semua orang mampu menerapkan kedisiplinan diri dengan baik meskipun sudah berusaha dengan membuat perencanaan, hal tersebut terjadi karena dua faktor yaitu faktor itern yang berasal dari diri sendiri dan ekstern yang berasal dari luar. Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang menurut Syah (dalam Kartono, 2013) adalah:
2.1.3.3.1Faktor Intern
Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern meliputi rasa malas, kesehatan, minat. Umumnya sifat malas adalah faktor utama dalam menjalankan nilai kedisiplinan, karena kesengajaan untuk menunda-nunda pekerjaaan yang ada sehingga menjadi menumpuk. Kesehatan, faktor kesehatan adalah salah satu kejadian tak terduga karena tidak diketahui kapan sakit itu terjadi. Ketika kesehatan menurun maka akan sulit untuk melakukan aktivitas yang telah direncanakan. Minat, seseorang yang memiliki minat terhadap segala aktivitas cenderung akan menjalankan disiplin lebih baik.
2.1.3.3.2Faktor Ekstern
dibandingkan siswa yang peralatannya kurang lengkap. Lingkungan juga memiliki peran penting dalam membentuk kedisiplinan. Guru merupakan seorang yang berperan penting di sekolah dan orang tua faktor penting untuk perkembangan nilai disiplin di rumah, jika tidak ada dukungan yang seimbang baik dari guru, orangtua dan teman maka nilai kedisiplinan sulit untuk ditanamkan.
2.1.3.4Cara Menanamkan Disiplin
dilakukan melalui penalaran anak dengan dasar kasih sayang yang dapat dirasakan oleh anak sehingga membuat anak memiliki rasa tanggung dan disiplin yang baik. (b). Teknik yang bersifat material Teknik ini adalah penanaman kedisiplinan yang dilakukan dengan menggunakan hadiah yang berwujud atau hukuman fisik. Teknik ini juga dikenal dengan “meyakikan melalui kekuasaan (power-assertive discpline) penanaman tingkahlaku baru yang dilakukan dengan paksaan. Anak patuh karena takut tidak memperoleh apa yang diinginkan atau takut dihukum. Teknik ini dapat dilakukan dengan catatan guru dan orang tua harus memperhatikan anak karena teknik ini bisa menimbulkan masalah agresif dan menentang.
Adapun Erickson (dalam Gunarsa 2008) mengatakan bahwa menanamkan disiplin dalam proses belajar mengajar haruslah berdasarkan tahap-tahap, agar anak sungguh bisa berkembang dengan maksimal.
2.1.3.5Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan
secara singkat adalah siswa merasa, mengetahui dan mengerti apa itu nilai kedisiplinan dan dapat mewujudkan nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.4.1Hakikat Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata paradigma berarti kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan. Dalam hal ini paradigma yang dimaksud adalah suatu pendekatan atau model dalam pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi peserta didik menurut Subagya (2010). Menurut Subagya (2008) paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir dalam menumbuhkembangkan kepribadian peserta didik menjadi pribadi kristiani yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Menurut Prihatin., Atmadi., Dewi., Taum., Galang., Sudiarjo.,…Purwantini, (2012) paradigma pedagogi reflektif adalah metodologi atau cara mendampingi pembelajar untuk tumbuh dan berkembang didasarkan pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia ideal.
Jadi, kesimpulannya paradigma pedagogi reflektif adalah model atau metodelogi yang menumbuhkembangkan siswa berdasarkan pandangan hidup dan visi pribadi manusia ideal yaitu yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
2.1.4.2Tujuan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
hubungan antara pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan terdorong melakukan suatu tindakan yang bermanfaat. Dengan tindakan, siswa diharapkan untuk mampu menjadi manusia bagi sesama, melayani dan peduli terhadap orang lain (men and women-for and with-other) menurut Subagya (2010).
Pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada hubungan yang baik antar guru dan siswa oleh sebab itu hubungan yang baik dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran paradigma pedagogi reflektif tidak hanya ditujukan pada siswa, pembelajaran paradigma pedagogi reflektifpun ditujukan pada guru, agar guru membimbing siswa dan mendampingi perkembangan siswa dengan sungguh-sungguh yang mana pendidik dapat mengaitkan pengetahuan dan nilai moral agar siswa kelak sungguh menjadi manusia yang utuh menurut Subagya (2010).
Konteks
Refleksi :
Memperdalam pemahaman, mencari makna kemanusiaan, kemasyarakatan, menyadari motivasi, dorongan keinginan
Aksi: latihan kegiatyan sendiri lewat ceramah, tanggapan afektif, terhadap yang dilakukan, latihan dari yang dipelajari
Evaluasi: Evaluasi ranah intelektual,evaluasi perubahan pola pikir, sikap, perilaku siswa.
sesama yang ditunjukan setelah memahami makna dari pembelajaran tertentu. Compassion terlihat dari sikap peserta didik, contohnya adalah setelah belajar materi disiplin siswa dapat datang tepat waktu di sekolah yaitu jam 6.45 atau 15 menit sebelum bel berbunyi, karena mengetahui jika terlambat dapat mengganggu teman yang sedang fokus belajar.
2.1.4.3Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.4.3.1Konteks
Menurut Subagya (2008) konteks merupakan kesiapan siswa untuk belajar. Salah satu contoh konteks dalam pembelajaran kedisiplinan siswa adalah suatu landasan pembelajaran adalah nilai kemanusiaan bukan aturan, perintah atau sanksi-sanksi. Sebagai guru haruslah membimbing siswa agar memiliki nilai kedisiplinan, persaudaraan, tanggung jawab, dan nilai lingkungan hidup, serta sedapat mungkin guru memberikan contoh penghayatan nilai tersebut. Selain membimbing guru juga harus memperhatikan keluarga, kelompok baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan, ekonomi, dan budaya karena hal tersebut termasuk konteks nyata pada proses belajar siswa.
2.1.4.3.2Pengalaman
menggunakan imajinasi mereka misalnya untuk bermain peran sehingga dapat membuat siswa memahami kondisi suatu kejadian.
2.1.4.3.3Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang memunculkan makna dalam pengalaman. Menurut Subagya (2010) Refleksi merupakan tahap dimana siswa bisa menangkap arti dan nilai hirarki serta menemukan hubungan dari keduanya. Salah satu cara yang dapat membantu siswa mencari pemaknaan dari pembelajaran adalah dengan mengajukan pertanyaan divergen, yaitu pertanyaan 2 arah dimana dari pertanyaan tersebut pendidik bisa mengajak anak untuk merefleksikan apa yang sudah mereka pelajari dan nilai apa yang harus mereka perjuangkan.
2.1.4.3.4Aksi
Aksi adalah pertumbuhan batin yang ditunjukkan siswa atas kemauan dan keinginan diri sendiri dari pengalaman yang telah direfleksikan. Subagya (2008) mengatakan membangun niat siswa berprilaku sesuai hasil refleksinya dapat dilakukan dengan memfasilitasi dengan pertanyaan aksi.
2.1.4.3.5Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan akhir yang penting dalam pembelajaran. Pada kegiatan evaluasi akan diketahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai dan sejauhmana perkembangan siswa menurut Subagya (2010).
2.1.4.4Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.4.4.1Pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dapat diterapkan pada semua kurikulum.
Pembelajaran paradigm pedagogi reflektif bisa diterapkan pada semua kurikulum: Kurukulum 1994, KBK, KTSP, bahkan pada kegiatan non akademik, seperti kegiatan olahraga, retret, ekstrakurikuler. Paradigma ini tidak memaksakan untuk menambahkan mata pelajaran, jam pelajaran tambahan, ataupun peralatan khusus. Hal utama yang diperlukan adalah pendekatan baru pada cara mengajar mata pelajaran yang ada. Dimana penerapannya melaui dinamika konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi.
2.1.4.4.2Pembelajaran paradigma pedagogi reflektif murah meriah.
Dalam praktik, pembelajaran pedagogi reflektif dintegrasikan dengan mata pelajaran yang diajarkan, oleh sebab itu tidak tidak diperlukan sarana dan prasarana khusus, kecuali yang dibutuhkan mata pelajaran. Misalnya untuk menumbuhkan nilai saling menghargai, yang diperlukan adalah pengalaman saling menghargai melalui belajar kelompok yang direfleksikan dan ditindak lanjuti dengan aksi. Penerapan dinamika konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi dalam belajar kelompok dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran tanpa menambah sarana dan prasarana.
tahun terlihat jelas keakraban antar siswa saling menghargai dan membantu. Pengelolaan kelas menjadi sedikit mudah, kenakalan dan kebiasaan berkelahi berkurang dengan demikian mereka menjadi pejuang nilai kemanusiaan.
2.1.5Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.5.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan berasal dari dua kata yaitu Pendidikan dan Kewarganegaraan. Menurut UU no 20/2003 pasal 1 ayat 1 Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sudah terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan kemampuan spiritualitas, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Kewarganegaraan berasal dari bahasa latin yaitu “Civis” kemudian di Inggris disebut “Civic” yang artinya warga negara atau kewarganegaraan.
Jadi Pendidikan Kewarganegaraan adalah ilmu yang mempelajari tentang pendidikan politik, pendidikan nilai moral, pendidikan hukum dan pendidikan bela Negara yang tercakup dalam suatu mata pelajaran yang dmelatih dan membina siswa menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
2.1.5.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam pendahaluan Standar Isi mata pelajaran PKn disebutkan bahwa PKn memiliki tujuan agar siswa memiliki (a).kemampuan berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (b). Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi, (c). berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya (d), berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menurut (dalam Utami, 2010).
2.1.5.3PKn Sebagai Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri siswa, hakikatnya adalah mengantar siswa mengenali, mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai moral dan keyakinan agama untuk memasuki kehidupan budaya pada zamannya, Hill (dalam Adisusilo, 2012). Terkait dengan pendidikan nilai luhur pancasila Sastrapratedja (dalam Adisusilo, 2012) mengatakan pendidikan yang berdasarkan nilai pancasila di Indonesia paling sedikit memiliki lima ciri, yaitu pertama pendidikan harus memperlakukan manusia dengan hormat karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan tertinggi diantara makhluk lainnya. Kedua, pendidikan harus manusiawi manusia harus dilihat sebagai subjek didik. Ketiga, pendidikan nilai harus berwawasan kebangsaan, yaitu pendidikan harus mampu mempersatukan warga dan memperoleh kedudukan dan martabat yang sama. Keempat, pendidikan harus demokratis, setiap manusia harus dihargai dan diperlakukan sama. Kelima, pendidikan harus menjadikan pendidikan yang berkeadilan “education for justice” dan sekaligus menjadi perwujudan keadilan sendiri. Maka pendidikan yang berbasis nilai harus membantu siswa untuk memahami dan mengalami nilai secara keseluruhan dalam hidupnya.
masyarakat. Nilai yang akan dikembangkan pada pada pembelajaran tematik di kelas II SDK Jetis adalah nilai kedisiplinan.
2.2 Karakteristik Siswa SD
Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, keberaniannya merupakan hal yang tidak diragukan. Menurut Trianto (2009) karakter anak masa sekolah dasar (8-10 tahun) dapat dilihat dari tiga ciri:
2.2.2.1Ciri fisik/jasmani: secara fisik anak usia sekolah dasar senang pada kegiatan yang menggerakan tubuh.
2.2.2.2Ciri mental atau kognitif: secara mental anak usia dasar senang belajar hal-hal baru, kemampuan untuk memahami pandangan orang lain mulai berkembang, mulai mengenal perasaan malu, ketrampilan berbahasa terus berkembang, dan mudah mengingat.
2.2.2.3Ciri emosional: secara emosional mulai berkembang, mereka mulai mengalami rasa bersalah dan marah, perilaku bersaing mulai berkembang, mulai membentuk kelompok, lebih peka dalam memilih teman, cenderung memperhatikan perilaku orang dewasa.
2.3 Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
2.3.2 Dewi (2011) judul penelitiannya adalah penerapan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, consience dan compassion peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian dari penelitian ini adalah penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, consience dan compassion peserta didik. Pada akhir siklus I competence, consience dan compassion peserta didik telah meningkat, pada Siklus II pun consience dan compassion meningkat namun competence mengalami sedikit penurunan. Hal ini ditunjukan dengan skor akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 73 sebelum tindakan menjadi 83,1 pada akhir Siklus 1, menjadi 82,4 pada akhir siklus II. Pada mata pelajaran IPS sebelum ada tindakan 72, pada akhir Siklus I menjadi 91,8 dan pada akhir Siklus II 90,8.
2.3.3 Imaculata (2013), judul penelitian ini adalah peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar materi bangun ruang melalui pendekatan PMRI bagi siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedisiplinan dan prestasi belajar siswa meningkat melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI. Peningkatan kedisiplinan ditunjukan dengan peningkatan Siklus II menjadi 76.9% dari kondisi awal 30.8%. Pencapaian prestasi belajar pada Siklus II sebesar 84.6% dari kondisi awal 42.8%.
Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV Pangudi Luhur Yogyakarta. Hasil penelitian adalah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning dapat meningkatkan prestasi belajar, ditunjukan dengan naiknya nilai rata-rata kelas. Nilai pada kondisi awal adalah 65 setelah melaksanakan Siklus 1 menjadi 67.09 setelah Siklus 2 menjadi 77.17%. dengan presentase ketuntasan Siklus 1 adalah 25.71% dan siklus 2 adalah 77.14%.
Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan
Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Imaculata dan Septiningsih dengan penelitian ini adalah dalam hal menerapkan jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dan Dewi, menggunakan model paradigma pedagogi reflektif yang diterapkan di kelas II, Septiningsih menggunakan mata pelajaran PKn. Kesamaan lain pada penelitian Imaculata adalah untuk
PPR
Dewi (2011) Judul penelitiannya adalah penerapan paradigma pedagogi reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, consience dan compassion peserta didik kelas II SD Maria Asumpta Klaten
Imaculata (2013) Judul penelitian ini adalah peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar materi bangun ruang melalui
pendekatan PMRI bagi siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur Sleman.
Kedisiplinan
Brigita yuni (2014)
Judul : Penerapan PPR pada Mata Pelajaran PKn dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SD Kanisius Jetisdepok Tahun Ajaran 2013/2014
Pendidikan Kewarganegaraan
Septiningsih (2012) Judul penelitiannya adalah : peningkatan prestasi belajar menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta
yaitu objek penelitian Imaculata pada kelas V, Septiningsih kelas IV. Penerapan Dewi pada pelajaran Tematik dan Imaculata pada pelajaran Matematika.
2.4 Kerangka Berpikir
dan compassion kepedulian pada sesama dapat berkembang dengan baik serta menjadikan peserta didik manusia seutuhnya.
2.5 Hipotesis Tindakan
2.5.1 Penerapan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui tahap-tahap konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Bab metode penelitian akan diuraikan penjelasan tentang jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data, jadwal penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Masalah penelitian yang dikaji berkaitan dengan masalah usaha perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model paradigma pedagogi reflektif. Sebagai guru, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas karena menurut Rapport (dalam Hopkins, 2011) penelitian tindakan kelas bertujuan membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi-situasi problematika dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang telah di sepakati bersama.
Model PTK yang digunakan adalah model Spiral Penelitian Tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988). Alasan pemilihan model tersebut adalah tahapan yang digunakan model kemmis dan Taggart melalui tahap perencanaan, aksi, observasi dan refleksi. Peneliti melihat adanya kesamaan anatara model dari Kemmis dan Mc Taggart dengan Pembelajaran Pedagogi Reflektif yang melaui tahap konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi, yaitu memiliki tahap refleksi diharapkan dengan kesamaan ini akan sangat membantu untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kedisiplinan.
Gambar 3 Spiral Penelitian Tindakan Kemmis dan Mc Taggart (1988:14)
3.2 Setting Penelitian (tempat, subjek, objek, waktu)
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok, Yogyakarta.
3.2.3 Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas II yang berjumlah 18 orang siswa. 7 siswa putra dan 11 siswa putri.
3.2.4 Objek
Objek dari penelitian ini adalah peningkatan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas II Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok tahun ajaran 2013/2014.
3.2.5 Waktu
Waktu penelitian akan dilaksanakan antara bulan Januari sampai dengan bulan Juni pada tahun pelajaran 2013/2014.
3.3Persiapan
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama akan bekerja secara kelompok menggunakan media gambar. Siklus kedua akan bekerja dalam kelompok menggunakan media film pendek tentang kedisiplinan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus melakukan beberapa persiapan agar penelitian berjalan dengan baik.
tindakan penelitian yang akan dilakukan meliputi membuat Silabus, RPP, LKS, membuat soal dan kisi-kisinya, menyiapkan media dan sumber bahan pengajaran.
3.4Rencana Tindakan Siklus
Setelah mengetahui kondisi kelas, maka dilakukanlah tindakan kelas. Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan Awal: pada kegiatan awal, Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, meminta siswa memimpin doa, bertanya kehadiran siswa, melakukan kegiatan apersepsi supaya siswa tertarik mengikuti pembelajaran dikelas dan mampu menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran serta menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan Inti: pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan kepada siswa supaya siswa dapat belajar dengan baik. Kegiatan penutup: pada kegiatan penutup, guru dan siswa melakukan penyimpulan materi pembelajaran setelah itu guru meminta siswa untuk membuat refleksi pada akhir pembelajaran. Guru juga memberikan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa dalam memahami materi pembelajaran.
3.4.1Siklus I
3.4.1.1Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: a) Memilih SK/KD pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. b) Menyusun Silabus, RPP, dan Lembar kerja siswa (LKS) yang akan
digunakan pada proses pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan. c) Membuat soal evaluasi beserta kunci jawaban dan membuat pedoman
penilaian.
d) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk proses pembelajaran di kelas.
3.4.1.2Tindakan 3.4.1.2.1Pertemuan 1
1. Kegiatan awal. a) Memberikan salam. b) Berdoa.
c) Memeriksa kehadiran siswa.
d) Melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa bernyanyi lagu “Bangun Tidur” dari lagu tersebut guru mengajukan pertanyaan. e) Penyampaian kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. 2. Kegiatan inti
a) Guru memperlihatkan slide dialog dan beberapa gambar bertema disiplin dari power point kepada siswa.
c) Guru memberikan penjelasan mengenai disiplin.
d) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Yang terdiri dari 4-5 siswa.
e) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa dan meminta siswa untuk menemukan manfaat sikap disiplin.
f) Tiap kelompok presentasi didepan kelas secara bergantian.
g) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan kelompok.
3. Kegiatan penutup
a) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari hari ini.
b) Siswa membuat refleksi setelah mengikuti pembelajaran.
c) Guru membimbing siswa untuk membuat sebuah aksi dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
3.4.1.2.2Pertemuan 2 1. Kegiatan awal. a) Memberikan salam. b) Berdoa.
c) Memeriksa kehadiran siswa.
e) Penyampaian kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan inti
a) guru bertanya tentang disiplin. Siapa yang mau menjadi anak disiplin?, kenapa kita harus disiplin?
b) Siswa mencatat hal penting yang guru bacakan.
c) Guru meminta siswa mengisi lembar jadwal kegiatan sehari-hari yang harus mereka lakukan.
d) Guru meminta siswa untuk sungguh-sungguh menjalani jadwal yang mereka buat.
e) Guru meminta siswa untuk saling membacakan jadwal yang telah dibuat, jika ada yang kurang baik maka guru meminta siswa untuk memperbaiki.
f) Guru meminta siswa mengerjakan soal. 3. Kegiatan penutup
a) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari hari ini.
b) Siswa membuat refleksi setelah mengikuti pembelajaran.
c) Guru membimbing siswa untuk membuat sebuah aksi dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
3.4.1.3Observasi
mendengarkan dan menganalisis dengan seksama serta mencatat hal-hal penting secara terinci mengenai keadaan siswa dalam pembelajaran, melakukan pengumpulan data dan menghitung presentasi keberhasilan pembelajaran.
3.4.1.4Refleksi
Peneliti melakukan refleksi berupa membuat catatan hasil observasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai sebuah renungan agar dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat diperbaiki.
3.4.2Siklus II 3.4.2.1Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi penyusunan kembali RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS) serta Soal Evaluasi yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, membuat kunci jawaban LKS dan Soal Evaluasi, membuat pedoman penilaian yang akan digunkan dalam kegiatan pembelajaran. Mempersiapkan kembali media yang diperlukan selama proses pembelajaran. 3.4.2.2Tindakan
3.4.2.2.1Pertemuan 1 1. Kegiatan awal. a) Memberikan salam. b) Berdoa.
d) Melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa bermain “Konsentrasi” dari permainan tersebut guru mengajukan beberapa pertanyaan.
e) Penyampaian kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan inti
a. Guru mengajak siswa untuk menonton sebuah video tentang disiplin dirumah dan disekolah.
b. Guru dan siswa bertanya jawab dari video yang telah ditonton. c. Siswa mencatat hal penting yang guru bacakan.
d. Siswa masuk dalam kelompok besar untuk membuat peraturan kelas yang baru.
e. Siswa mengerjakan soal 3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan pertanyaan untuk menarik kesimpulan. b. Siswa membuat refleksi setelah mengikuti pembelajaran.
c. Guru membimbing siswa untuk membuat sebuah aksi dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan nilai kedisiplinan.
d. Salam penutup 3.4.2.2.2Pertemuan 2
c. Guru memeriksa daftar kehadiran siswa.
d. Melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa bermain “Kelereng” dari permainan tersebut guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru juga bertanya pada siswa, ketika berangkat kesekolah diantar atau jalan atau naik sepeda?.
e. Penyampaian kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan inti
a. Guru mengajak siswa untuk menonton sebuah video tentang disiplin di masyarakat dengan contoh tata tertib di jalan raya.
b. Guru dan siswa bertanya jawab dari video yang telah ditonton. c. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan membagikan lembr
kerja pada setiap kelompok.
d. Siswa masuk dalam kelompok besar untuk membuat peraturan kelas yang baru.
e. Guru mengajak siswa untuk bermain diorama, dimana setiap siswa memiliki peran masing-masing.
f. Siswa mengerjakan soal. 3. Kegiatan Penutup
c. Guru membimbing siswa untuk membuat sebuah aksi dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan nilai kedisiplinan dan memberikan salam penutup.
3.4.2.3Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Selama proses pembelajaran peneliti melihat, mendengarkan dan menganalisis dengan seksama serta mencatat hal-hal penting secara terinci mengenai keadaan siswa dalam pembelajaran, melakukan pengumpulan data dan menghitung presentasi keberhasilan pembelajaran di kelas.
3.4.2.4Refleksi
Peneliti melakukan refleksi berupa membuat catatan hasil observasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai sebuah renungan apakah perlu diadakan siklus tiga atau tidak. Jika sudah mencapai indikator keberhasilan maka penelitian ini tidak perlu di lanjutkan lagi dan penelitian ini dinyatakan telah berhasil.
3.4.3 Indikator Keberhasilan
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan perindikator
Indikator Deskripstor Kondisi awal
Target
capaian Instrumen Indikator 1:
Siswa menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan
siswa menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya
55.5 % 70 %
Indikator 3:
siswa menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang dituju
77.7 % 80 %
Indikator 4:
siswa menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan
5.5 % 60 %
Indikator 5:
siswa menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan
27.7 % 65%
Tabel 3.2 Indikator keberhasilan secara keseluruhan
Indikator Deskriptor Kondisi awal Target
Kesadaran siswa akan
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data kesadaran akan nilai kedisiplinan belajar melalui observasi, kuesioner dan wawancara. 3.4.3Observasi/Pengamatan kesadaran
3.4.4Kuesioner kesadaran
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya menurut Sugiyono (2011). Kuesioner dibuat peneliti untuk mengetahui tingkat kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Kuesioner diisi oleh siswa kelas II sebanyak 3 kali yaitu pada saat sebelum dilakukannya tindakan untuk mendapatkan data kesadaran siswa belajar pada kondisi awal (pre-test) dan setelah dilakukannya tindakan siklus 1 dan siklus 2. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup atau terstruktur, dimana pilihan jawaban menggunakan skala likert “Sangat Setuju”(SS), “Setuju”(S), “Cukup”(C), ”Tidak Setuju”(TS),“Sangat Tidak Setuju” (STS) yang dimodifikasi menjadi “Sangat Sadar”(SS), “Sadar”(S), “Cukup Sadar”,”Tidak Sadar”(TS),“Sangat Tidak Sadar” (STS) Sehingga responden dapat memilih jawaban yang disediakan.
Tabel 3.3 Skala Likert
Alternatif Jawaban
Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Sadar (SS) 5 1
Sadar (S) 4 2
Cukup Sadar 3 3
Dalam penelitian ini peneliti sengaja untuk tidak memasukan pilihan “Cukup Sadar pada skala sikap hal ini dilakukan untuk menghindari kecenderungan siswa menjawab “Cukup Sadar” (CS), dibandingkan “Sangat Sadar”(SS), “Sadar”(S),”Tidak Sadar”(TS), dan “Sangat Tidak Sadar” (STS). Kuesioner dalam penelitian ini berisi 20 pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator kesadaran siswa akan nilai disiplin.
Kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan dapat dinyatakan dengan cara membandingkan antara kondisi awal dan kondisi setelah melaksanakan siklus 1. Penghitungan kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dilakukan dengan mengacu pada PAP tipe 1. PAP tipe 1 digunakan untuk menghitung batas skor tiap kategori:
Tabel 3.4 PAP tipe 1
Batas Skor tiap Kategori Kategori
90% x 100 = 90 Sangat Sadar
80% x 100 = 80 Sadar
65% x 100 = 65 Cukup Sadar
55% x 100 = 55 Tidak Sadar
Dibawah 55 Sangat Tidak Sadar
3.4.5Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawacarai (intervieew) yang dilaksanakan sambil bertatap muka baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban menurut masidjo (1995). Teknik wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dimana pertanyaan yang akan diajukan telah dipersiapakan peneliti yang nantinya akan digunakan peneliti sebagai pedoman wawancara.
3.5Instrumen Penelitian
Margono (2003) berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Menurut Sugiono (2010). Instrumen merupakan alat ukur dalam penelitian, Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan diijabarkan sebagai berikut:
3.5.1 Lembar Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Adapun panduan pengamatan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan dapat dilihat dilampiran.
3.5.2 Lembar kuesioner kesadaran
kisi-Tabel 3.5 kisi-kisi kuisioner
Tabel 3.6 Sebaran Butir Item
1. Menyadari nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
1. Sebelum guru masuk saya sudah menyiapkan buku yang akan digunakan saat pelajaran.
Saya bermain sebelum guru masuk di kelas.
2. Saya mengerjakan tugas yang diberikan
Saya mengerjakan tugas jika saya diingatkan untuk mengerjakan tugas No
Indikator
Favorabel Unfavorable Jumlah
1.
Menyadari nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
1, 11 2, 12 4
2.
Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk
mewujudkannya.
3, 13 4, 14 4
3.
Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju.
5, 15 6, 16 4
4.
Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.
7, 17 8,18 4
5.
Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan
9, 19 10, 20 4
2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya.
No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
1. Saya bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
Saya tidak semangat ketika belajar
2. Saya melaksanakan piket dengan senang hati.
Saya melaksanakan piket dengan paksaan dari teman.
3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju.
No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
1 Saya berseragam rapi di sekolah Saya tidak berseragam rapi di sekolah 2 Saya mengumpulkan PR dengan
tepat waktu.
Saya mengerjakan PR di sekolah
4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.
No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorabel
1 Saya tidak ribut saat upacara berlangsung.
Saya ribut saat upacara berlangsung 2 Saya menegur teman yang ribut Saya membiarkan teman saya sibuk
sendiri.
5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.
No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
1. Saya datang tepat waktu Saya datang tidak tepat waktu
3.5.3 Pedoman wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru. Pedoman wawancara kesadaran digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan siswa. Adapun pedoman wawancara:
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara pada Siswa
Indikator Diskriptor Jawaban
menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
Apakah kalian selalu memperhatikan pembelajaran di kelas?
menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya.
Apakah pembelajaran tentang
musyawarah yang pernah kalian rasakan di kelas menyenangkan? Mengapa?
menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang dituju.
Dari pembelajaran musyawarah yang dulu pernah kalian dapatkan apa nilai apa yang masih kalian ingat?
menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang
diharapkan.
Apakah setelah pembelajaran kalian melupakan nilai yang telah diajarkan?
menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara pada Guru
3.6 Teknik Pengujian Instrumen
3.6.1Validitas dan Reliabilitas
3.6.1.1Validitas Instrumen
Validitas adalah taraf dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut Masidjo (1995). Instrumen dikatakan reliabel jika
Indikator Diskriptor Jawaban
menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
Apakah siswa selalu memperhatikan saat pembelajaran di kelas?
menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk
mewujudkannya.
Menurut Ibu seberapa penting anak mendapatkan pembelajaran berbasis nilai, terutama nilai kedisiplinan terkait materi disiplin pada mata pelajaran PKn dikelas II? menyadari akan sarana-sarana
serta cara-cara yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang dituju.
Apakah dengan pembelajaran nilai disiplin, anak mampu menerapkan disiplin? Bagaimana melihatnya?
menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.
Apakah Ibu sudah pernah untuk mengajak siswa datang kesekolah lebih pagi yaitu 15 menit sebelum bel berbunyi sesuai aturan kelas?
menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.
Margono (2010). Validitas ada tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas konstruk validitas kriteria Masidjo (1995).
3.6.1.1.1Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Purwanto (2008) validitas isi adalah suatu pengujian yang dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Dasar dalam pengujian validitas isi adalah kisi-kisi yang direncanakan. Butir tes dinyatakan valid apabila setelah dicermati isi butir yang ditulis menunjukan kesesuaian dengan kisi-kisi. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap subjek penelitian.
3.6.1.1.2Validitas Konstruksi atau Konsep (Construct Validity)
Menurut Purwanto (2008) validitas konstruk adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya. Butir tes dinyatakan valid apabila konstruksinya sama dengan yang direncanakan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli atau profesional.
3.6.1.1.3Validitas Kriteria (Criterion Related Validity)
Menurut Purwanto (2008) validitas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan membandingkan tes dengan kriteria tertentu diluar tes. Dikatakan valid apabila telah mengukur hasil sebagaimana kriteria hasil pengukurannya.
konstruk dilakukan dengan cara berkonsultasi kepada yang lebih ahli (expert judgement) yaitu dosen evaluasi pembelajaran dengan menanyakan pendapat dosen terkait instrument yang telah dibuat. Hal ini bertujuan agar instrument kesadaran yang dibuat peneliti, sesuai dengan indikator.
Pengukuran validitas item kesadaran pada penelitian ini akan menggunakan SPSS yang bertujuan agar pengukurannya lebih efektif. Validitas isi akan digunakan untuk mengukur peningkatan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Peneliti akan menggunakan program SPSS 16 dengan uji Pearson Correlation, dengan kriteria suatu instrumen dikatakan valid jika harga probabilitas yang terungkapkan dalam Sig. (2-tailed) di bawah 0,05 (p < 0,05).
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Skala Sikap
Indikator Pernyataan
Pearson Correlation
Sig.(2tailed) Keterangan
1
Sebelum guru masuk saya sudah menyiapkan buku yang akan digunakan saat pelajaran.
0.001 0.997 Tidak valid
Saya bermaian sebelum guru masuk dikelas.
0.205 0.414 Tidak valid Saya selalu mengerjakan tugas
yang diberikan.
0.578* 0.012 Valid Saya mengerjakan tugas jika
saya diingatkan untuk mengerjakan tugas.
0.574* 0.019 Valid
2
Saya bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
0.680** 0.002 Valid