PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION PESERTA DIDIK
KELAS III SD KANISIUS KENTENG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : Arifi Suci Riyanto 091134173
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION PESERTA DIDIK
KELAS III SD KANISIUS KENTENG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : Arifi Suci Riyanto 091134173
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menolong dan membimbingku dalam segala kondisiku.
Kedua orang tuaku Sisilia Sutimah dan Yohanes Totok Riyanto yang selalu memberiku dukungan baik moral maupun materi.
Kedua adikku Claudia Berta Silvia Riyanto dan Robertus Cahya Gemilang Riyanto yang menjadi inspirasiku.
Albertus Ardian Effrianto yang selalu menemani hari-hariku dan menjadi motivasi bagiku.
Semua sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan PGSD SI ’09 dan teman-teman satu penelitian payung yang tergabung dalam Tim Tematik.
v
HALAMAN MOTTO
Jangan mudah putus asa, karena Tuhan selalu
ada untuk mu!
Tetap berjuang untuk masa depan dan
orang-orang mencintaimu!!!
Semua karena CINTA, tak mungkin diriku dapat
viii
ABSTRAK
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE DAN COMPASSION PESERTA DIDIK
KELAS IIIC
SD KANISIUS KENTENG Oleh:
Arifi Suci Riyanto NIM : 091134173
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas IIIC SD Kanisius Kenteng dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik mata pelajaran IPS dan Matematika. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian peserta didik kelas IIIC SD Kanisius Kenteng. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi,dan tes,dengan instrumen berupa lembar pengamatan, panduan wawancara,soal evaluasi dan catatan anekdotal. Data dianalisa dengan langkah mendiskripsikan data pra penelitian, mendiskripsikan proses dan hasil (competence, conscience dan compassion) yang dicapai pada akhir siklus I, mendiskripsikan proses dan hasil (competence, conscience dan compassion) yang dicapai pada akhir siklus II, membandingkan competence, conscience dan compassion sebelum dan sesudah penerapan PPR.
ix
ABSTRACT
THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM IN THEMATIC SCIENCE AND BAHASA INDONESIA COURSES ENHANCE THE COMPETENCE, CONSCIENCE AND COMPASSION OF
THE THIRD GRADE STUDENTS OF IN SD KANISIUS KENTENG By:
Arifi Suci Riyanto
Student Number : 091134173
The purpose of this research was to enhance the competence, conscience and compassion of the third grade students of in SD Kanisius Kenteng with the application of Reflective Pedagogical Paradigm in Social Science and Matehematics courses.To achieve these objectives, the research was participated by the third grade students of SD Kanisius Kenteng. The techniques to gather the data were interview methods, observation, and documentation. The instruments were observation sheet, interview, anecdotal notes. The documents were analyzed by describing the pre-study measurement, describing the explanation and results (competence, conscience and compassion) which were achieved through cycle I, describing the explanation and results (competence, conscience and compassion) which were achieved through cycle II, comparing the competence, conscience and compassion before and after the application of PPR.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat kelulusan Program SI PGSD Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang besar-besarnya kepada: 1. Drs. R. Rohandi, M.Ed.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
yang telah banyak membantu dalam segala keperluan perkuliahan selama menjadi mahasiswa.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kaprodi Program Studi PGSD yang sudah banyak memberikan pendampingan selama menjadi mahasiswa.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum dan B.Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P, M.Pd., dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tulus untuk membimbing, mendampingi, memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
4. Drs. J Sumedi, dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Para Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulis dapat menemukan buku sumber untuk penulisan skripsi ini.
xi
7. Kedua adik penulis Claudia Berta Silvia Riyanto dan Robertus Cahya Gemilang Riyanto yang selalu menyemangati penulis, dan memacu penulis menjadi contoh yang baik bagi adik‐adik.
8. Albertus Ardian Effrianto yang selalu sabar mendampingi dan menjadi motivasi dalam studi.
9. Teman‐teman mahasiswa PGSD SI angkatan 2009 dan teman‐teman dalam tim penelitian kolaboratif ini yang telah memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.
10.Kepala Sekolah, guru, karyawan dan peserta didik di SD Kanisius Kenteng yang telah bersedia membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Seperti ada pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis menyadari atas keterbatasan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak yang membaca skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Yogyakarta,10 Oktober 2011
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACKT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Batasan Pengertian ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 8
1. Hakikat PPR ... 8
2. Tujuan PPR ... 9
3. Dinamika PPR ... 10
B. Pembelajaran Tematik ... 12
1. Hakikat Pembelajaran Tematik ... 12
2. Prinsip Pembelajaran Tematik ... 13
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 17
4. Teori belajar yang melandasi Pembelajaran Tematik ... 21
C. Penelitian Tindakan Kelas ... 27
1. Pengertian PTK ... 27
2. Tujuan PTK ... 28
3. Langkah-langkah pelaksanaan PTK ... 28
D. Peserta Didik Kelas III ... 30
1. Pengertian Peserta Didik ... 30
2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Awal SD ... 31
E. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik ... 33
F. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
xiv
D. Prosedur Penelitian dan Rencana Tindakan ... 35
1. Pra Penelitian ... 35
2. Rencana Tindakan Penelitian ... 35
3. Instrumen Penelitian ... 39
4. Metode Pengumpulan Data ... 39
5. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 43
A. Deskripsi Sekolah ... 43
1. Visi Sekolah ... 43
2. Misi Sekolah ... 44
3. Tujuan Sekolah ... 46
B. Kurikulum Kelas III ... 48
C. Kondisi Peserta Didik Kelas III SD Kanisius Kenteng ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
1. Pra Penelitian ... 52
2. Siklus I ... 57
3. Siklus II ... 66
xv
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 79
B. Keterbatasan Penelitian ... 80
C. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ... 22
Tabel 4.1 SK,KD Mata Pelajaran IPS ... 48
Tabel 4.2 SK,KD Mata Pelajaran Matematika ... 49
Tabel 4.3 Daftar Peserta Didik ... 50.
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Pendidik ... 52
Tabel 5.2 Panduan Wawancara ... 54
Tabel 5.3 Kondisi Awal masing-masing Mata Pelajaran ... 55
Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Peserta Didik ... 56
Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Pendidik Siklus I ... 61
Tabel 5.6 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 62
Tabel 5.7 Nilai Mata Pelajaran IPS pada Siklus I ... 63
Tabel 5.8 Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I... 64
Tabel 5.9 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Pendidik Siklus II... 68
Tabel 5.10 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 69
Tabel 5.11 Nilai Mata Pelajaran IPS pada Siklus II... 71
Tabel 5.12 Nilai Mata Pelajaran Matematika pada Siklus II ... 71
Tabel 5.13 Perbandingan Competence Peserta Didik ... 74
Tabel 5.14 Perbandingan Conscience Peserta Didik ... 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 82
Lampiran 2. Jaring-jaring tema siklus I ... 87
Lampiran 3. Jaring-jaring tema siklus II ... 88
Lampiran 4. RPP siklus I ... .89
Lampiran 5. RPP siklus II ... .94
Lampiran 6. LKS siklus I ... 99
Lampiran 7. LKS siklus II ... 106
Lampiran 8. Lembar Observasi Umum ... 112
Lampiran 9. Lembar Observasi terhadap aktivitas Peserta Didik ... 113
Lampiran10.Lembar Observasi terhadap aktivitas Pendidik ... 114
Lampiran11.Lembar Skala Pengukuran Non Tes ... 115
Lampiran12.Lembar Observasi Kegiatan Pendidik/ Peserta didik/ Kelompok Pra penelitian ... 116
Lampiran13.Lembar Observasi Kegiatan Pendidik/ Peserta didik/ Kelompok Siklus I ... 117
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa
Pendidikan bertujuan untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga
dapat menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Peraturan Menteri
pendidikan nasional nomor 41 Tahun 2007). Untuk mencapai tujuan
tersebut maka pembelajaran haruslah bersifat inovatif dalam proses
pembelajarannya. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang
mengedepankan inovasi-inovasi atau sesuatu hal yang baru dalam
kegiatan, agar peserta didik tidak jenuh dalam belajar sehingga visi
Pendidikan Nasional tersebut dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran inovatif adalah Paradigma
Pedagogi Reflektif atau PPR. PPR yaitu suatu pendekatan/model
pembelajaran yang menerapkan refleksi dalam menemukan nilai-nilai, dan
pembelajaran dengan cara menekankan siswa pada pengalaman yang
dimilikinya (Mursanto, 2010). Tujuan dari PPR adalah meningkatkan
competence, conscience, dan compassion, atau biasa disebut dengan 3C.
Competence yaitu nilai-nilai akademik. Conscience yaitu ketajaman hati
nurani. Dan compassion adalah kepedulian sosial (Mursanto, 2010).
Dengan meningkatkan 3C tersebut peserta didik diharapkan dapat unggul
Dinamika PPR meliputi konteks → pengalaman → refleksi→ aksi→
evaluasi.
Saat ini peneliti sedang melakukan Pemantapan Kemampuan
Mengajar (PKM) di SD Kanisius Kenteng, SD tersebut berada di bawah
naungan Yayasan Kanisius. Yayasan Kanisius adalah instansi pendidikan
yang menerapkan PPR. Dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan
melakukan PKM di sana, peneliti melakukan wawancara dengan guru
kelas III dan peneliti mendapatkan data bahwa peserta didik kelas III
mengalami beberapa masalah. Pertama, masalah yang berkaitan dengan
competence, yaitu peserta didik mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
matematika khususnya untuk memahami soal cerita. Itu sebabnya nilai
KKM mata pelajaran matematika hanya 65. Demikian juga dengan nilai
KKM mata pelajaran IPS yang hanya mendapatkan nilai 68. Jadi peneliti
terdorong untuk membantu pendidik meningkatkan nilai mata pelajaran
matematika dan IPS tersebut. Kedua, dalam proses belajar mengajar
peserta didik cenderung ribut, tidak memperhatikan, maka tidak dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu, hal tersebut berkaitan dengan
conscience sebab peserta didik nampak tidak disiplin dalam
menyelesaikan tugas. Ketiga peserta didik juga sering tidak peduli
terhadap teman lain yang ingin belajar dengan tenang, mereka cenderung
lebih senang bermain di dalam kelas. Permasalahan tersebut berkaitan
dengan compassion karena peserta didik nampak tidak peduli untuk
kepada teman-teman yang sedang berupaya belajar tekun. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan tersebut peneliti terdorong membantu
pendidik agar dapat meningkatkan nilai mata pelajaran Matematika dan
IPS (competence), dapat disiplin untuk berkonsentrasi ketika pelajaran
berlangsung (conscience), dan bersedia memperhatikan guru saat
menerangkan, juga tidak ramai sehingga mengganggu teman lain
(compassion).
Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan PPR pada
Pembelajaran dengan pendekatan.Pendekatan tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5). Pembelajaran tematik juga
dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tema tertentu, maka dapat ditarik kesimpulan pembelajaran tema-tematik
mempunyai pengertian, yaitu menggabungkan beberapa materi dalam satu
tema menjadi rangkaian pembelajaran yang saling berkaitan dan menjadi
satu kesatuan utuh. Sedangkan penelitian yang dipilih adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang biasanya digunakan untuk
meningkatkan pendidikan, terutama kualitas praktisi dalam proses
kegiatan belajar mengajar (Yoni 2010:6). PTK ini juga dilakukan di dalam
kelas untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul di dalam kelas.
dilihat dari ketercapaian indikator pada tiap-tiap siklusnya, dengan begitu
maka dapat membandingkan hasil dari siklus I dengan siklus II.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas judul Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
dalam Pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence,
Conscience, dan Compassion Peserta Didik Kelas III SD Kanisius
Kenteng.
B. Batasan Masalah
Tidak mungkin mengatasi masalah tersebut dalam waktu singkat
dengan memperhatikan semua kemungkinan penyebab.Oleh karena itu
penelitian ini dibatasi hanya pada Penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence,
conscience, dan compassion pada siswa kelas III di SD Kanisius Kenteng.
C. Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan multitafsir tentang istilah yang dipakai
maka penulis memberikan beberapa batasan pengertian seperti di bawah
ini :
1. Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu sebuah pola pikir (paradigma)
dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi
2. 3C atau competence, conscience, dan compassion masing-masing
mempunyai arti sendiri-sendiri. Competence yaitu nilai-nilai
akademik, peserta didik dan pendidik saling belajar
mengembangkan kompetensi secara utuh. Conscience berarti
mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Sedangkan
compassion berarti kepedulian sosial dan saling terlibat dengan
penuh bela rasa bagi sesama. Ketiga aspek dari 3C tersebut
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bagian PPR karena
merupakan suatu keunggulan dari PPR itu sendiri (Mursanto,
2008)
3. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(Depdiknas, 2006:5)
4. Peserta didik kelas 3 adalah peserta didik yang duduk di bangku
kelas III SD Kanisius Kenteng.
D. Rumusan Masalah
Dilandasi latar belakang masalah, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas III dengan
menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran
2. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas III dengan
menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran
IPS dan Matematika?
3. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas III dengan
menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran
IPS dan Matematika?
4. Apakah penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik
kelas III SD Kanisius Kenteng?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini antara lain :
1. Untuk meningkatkan competence peserta didik kelas III SD Kanisius
Kenteng dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik.
2. Untuk meningkatkan conscience peserta didik kelas III SD Kanisius
Kenteng dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik.
3. Untuk meningkatkan compassion peserta didik kelas III SD Kanisius
Kenteng dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini menambah wawasan tentang salah
satu model pendekatan yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
2. Secara praktis :
a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dapat
menggunakan pendekatan pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif sehingga dapat menjadi bekal ketika menjalani profesi
guru.
b. Bagi guru merupakan contoh pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan dan dikembangkan pada tiap-tiap kelas dan juga
sebagai pembanding terhadap model pembelajaran dan penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Pedagogi Reflektif
1. Hakikat PPR
PPR merupakan singkatan dari Paradigma Pedagogi
Reflektif yaitu suatu model pembelajaran yang menerapkan
refleksi dalam proses pembelajaran dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan (Tim Ignatius). PPR awalnya digunakan pada
lembaga pendidikan Yesuit dan digunakan pada sekolah-sekolah
dengan latar belakang Yesuit pula, yaitu sekolah yayasan Kanisius.
Tujuan dari pendidikan Yesuit yaitu perkembangan pribadi peserta
didik sepenuhnya (Mursanto, 2010:23).
Dalam pelaksanaannya pendidik tidak boleh memaksakan
keinginannya kepada peserta didik, namun hendaknya menciptakan
kondisi agar peserta didik dapat mengungkapkan pengalamannya
dan merefleksi apa yang telah didapatkan. Selain itu fungsi utama
pendidik adalah sebagai fasilitator yang dapat menjembatani
komunikasi antar pesserta didik yang majemuk, dan agar
terjalinnya komunikasi iman.
2. Tujuan PPR
Tujuan utama Paradigma Pedagogi Reflektif adalah
mengintregasikan pengetahuan dan sikap batin siswa mampu
melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan
dialaminya selama proses pembelajaran dengan realitas konkret di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungannya. Dengan begitu
diharapkan peserta didik dapat termotivasi untuk melakukan
tindakan atau aksi yang bermanfaat.
Dengan adanya aksi tadi peserta didik diharapkan dapat
menjadi manusia yang berguna bagi sesama, yaitu dapat melayani
terhadap sesama manusia, juga menjadi manusia yang sanggup
mencintai dan dicintai sehingga nantinya dapat menjadi manusia
utuh
Sedangkan tujuan PPR bagi pendidik adalah agar pendidik
mampu semakin memahami peserta didik dan semakin bersedia
mendampingi perkembangan peserta didik. Pendidik diharapkan
dapat mengaitkan perkembangan intelektual dengan moral
sehingga peserta didik dapat sungguh menjadi manusia yang utuh.
Dalam PPR mempunyai beberapa keunggulan yang biasa
disebut dengan 3C, yaitu competence, conscience, dan compassion.
Competence yaitu nilai-nilai akademik, conscience yaitu ketajaman
hati nurani, dan compassion adalah kepedulian sosial. Dengan
unggul dalam nilai-nilai akademik saja,tetapi juga dalam hal
kepedulian sosial.
3. Dinamika PPR
PPR mempunyai beberapa dinamika yang menjadi sebuah
siklus seperti yang tergambar berikut ini :
a. Konteks merupakan kesiapan peserta didik untuk belajar,
hal tersebut dapat diartikan juga sebagai segala
kemungkinan yang dapat membantu atau menghalangi
proses pembelajaran dan perkembangan.
b. Pengalaman merupakan mengenyam sesuatu hal dalam
batin ( Menurut Ignatius ). Pengalaman tersebut tentunya
diperoleh setelah peserta didik melakukan sesuatu
kegiatan yang mengandung nilai-nilai, perasaan, dan
sebagainya.
Konteks Pengalaman
Refleksi Evaluasi
c. Refleksi yaitu kegiatan meninjau kembali pengalaman,
topik tertentu, gagasan, reaksi spontan maupun yang
direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional.
Refleksi merupakan kekhasan pedagogi ignatian, karena
dengan refleksi peserta didik menjadi lebih dapat
memaknai apa yang telah diterimanya secara penuh.
d. Aksi mempunyai arti perbuatan atau tindakan, aksi
tersebut lebih ditujukan pada perbuatan spontan yang
bergerak karena dorongan hati nurani untuk menjadi
peduli terhadap lingkungan sosial.
e. Evaluasi yang merupakan bagian penutup, evaluasi
sendiri dapat diartikan tinjauan untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran
baik oleh peserta didik maupun pendidik. Evaluasi tidak
hanya dilakukan oleh peserta didik, namun juga terhadap
pendidik, hal tersebut penting dilakukan karena dengan
adanya evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik dan pendidik akan
B. Pembelajaran Tematik
1. Hakikat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang
dari tema-tema tertentu yang dapat ditinjau dari beberapa mata
pelajaran (Trianto,2010:78-79). Misalkan saja tema yang diambil
adalah “lingkungan” maka tema tersebut dapat ditinjau dari mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada prinsipnya pembelajaran tematik memberikan
keleluasaan dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat
menghayati secara ilmiah tentang dunia sekitar mereka.
Pembelajaran tematik disebut juga dengan pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (Depdiknas,2006:5).
Sedangkan pembelajaran terpadu sendiri menurut
Shoemaker (Trianto,2010:79),mempunyai pengertian pendidikan
yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga melintasi
batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum
menjadi asosiasi yang bermakna untuk memfokuskan diri pada
wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang
pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh
Karena pembelajaran tematik merupakan pembelajaran
terpadu, maka pembelajaran tematik pada dasarnya lahir dari
kurikulum terpadu. Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang
mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran selanjutnya yang
akan dijumpainya dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari.
Hendaknya pendidik maupun sekolah menempatkan pendidikan
sebagai sarana untuk peserta didik dapat mengembangkan
kemampuannya.
2. Prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik termasuk juga dalam pembelajaran
terpadu (Trianto,2010:79). Pembelajaran terpadu memiliki satu
tema dengan materi yang tidak jauh atau berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tematik dapat juga dikatakan
sebagai jembatan antara beberapa mata pelajaran yang saling
berkaitan. Namun pembelajaran tematik haruslah mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
Ada beberapa prinsip dasar pembelajaran tematik yang dapat
diklasifikasikan secara umum (Trianto,2010:85), yaitu:
a. Prinsip Penggalian Tema
Merupakan prinsip yang paling penting dalam
pembelajaran tematik, maksudnya adalah pemilihan tema
tematik. Penting untuk memilih tema yang saling berkaitan
dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, hal tersebut
dikarenakan supaya tidak terlihat batas antara mata
pelajaran yang satu dengan lainnya, sehingga pemutusan
materi tidak begitu terlihat dan masih saling berkaitan.
Namun dalam penggalian tema baiknya jika
memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Hendaknya tema tidak terlalu luas, namun cukup
dan mudah untuk memadukan beberapa mata
pelajaran.
2) Tema harus bermakna, yaitu bahwa tema dapat
memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar
selanjutnya dan dapat dengan mudah diingat.
3)Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis peserta didik karena apabila tema tidak
sesuai maka peserta didik tidak dapat menangkap
makna dari tema yang disampaikan.
4) Hendaknya tema dapat mewakili sebagian besar
minat peserta didik sehingga pembelajaran menjadi
menyenangkan.
5)Tema dapat berorientasi pada kejadian-kejadian
yang terjadi dalam rentan waktu belajar sehingga
6) Hendaknya tema memperhatikan kurikulum yang
dipakai pada saat itu, dan juga mempertimbangkan
harapan masyarakat, karena nantinya pun peserta
didik akan terjun pada masyarakat sekitar.
7) Pemilihan tema baiknya mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar, sarana dan prasarana
karena hal tersebut juga mendukung pencapaian
indikator pada tema tersebut.
b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat berhasil apabila
pendidik mampu menempatkan dirinya dalam kegiatan
pembelajaran dan pada semua proses pembelajaran, yaitu
bahwa pendidik hendaknya mampu menjadi fasilitator dan
mediator dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan
menurut Prabowo (2000) dalam pengelolaan pembelajaran
hendaknya pendidik mempunyai sikap sebagai berikut:
1) Pendidik hendaknya memberikan kesempatan
berbicara dan mengungkapkan pikirannya dalam
kegiatan pembelajaran, dan pendidik tidak selalu
mendominasi pembicaraan dalam kegiatan
2)Pembagian tugas haruslah jelas, baik dalam tugas
individu maupun kelompok, bahwa dalam
penyelesaian tugas tersebut dituntut adanya kerja
sama kelompok.
3) Pendidik hendaknya mengakomodasi ide-ide yang
tidak muncul pada saat perencanaan
pembelajaran,namun merupakan gaasan yang baik
untuk dilakukan.
c. Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang tak kalah
pentingnya dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan
adanya evaluasi pendidik dan peserta didik dapat
mengetahui hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Untuk
melakukan evaluasi sendiri ada beberapa langkah-langkah
positif yang diperlukan, yaitu:
1) Pendidik memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk melakukan evaluasi diri, sehingga
peserta didik menjadi tahu kekurangannya sendiri.
2) Pendidik mengajak para peserta didiknya untuk
melakukan evaluasi terhadap perolehan hasil belajar
yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria
d. Prinsip Reaksi
Hendaknya pendidik memberikan reaksi terhadap
aksi peserta didik, reaksi tersebut adalah berupa pengarahan
terhadap peserta didik. Karena apabila disadari dampak
pengiring yang penting bagi perilaku siswa belum
mendapat perhatian oleh pendidik dalam kegiatan
pembelajaran, maka dari itu hendaknya apabila peserta
didik memberikan aksi maka peserta didik bereaksi serta
tidak mengarahkan pada aspek yag sempit, namun pada
satu kesatuan yang utuh bermakna. Dan pembelajaran
tematik memungkinkan hal tersebut dan memunculkan
hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas
(Depdiknas,2006:6), yaitu antara lain:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa.
c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa
d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmantis sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya.
f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
Sedangkan sebagai model pembelajaran, pembelajaran tematik
juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a.Berpusat pada siswa
Sesuai dengan pendekatan belajar modern yaitu lebih
banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar, sedangkan peran pendidik adalah sebagai
fasilitator. Dengan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik tentunya memberikan banyak kesempatan
pada peserta didik untuk melakukan aktivitas sehingga
mereka mendapatkan pengetahuan dari apa yang
dilakukannya sendiri. Sedangkan tugas pendidik sebagai
fasilitator adalah membantu peserta didik dan
memudahkan peserta didik dalam melakukan berbagai
b. Memberikan pengalaman langsung
Dalam pembelajaran tematik peserta didik dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkret) sehingga mendapatkan
pengalaman langsung. Hal tersebut bertujuan sebagai
dasar dalam memahami hal-hal yang lebih abstrak
nantinya.
c.Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan mata pelajaran
memang tidak terlihat jelas, hal tersebut karena
pembelajaran berpusat pada tema-tema yang saling
berkaitan antara beberapa mata pelajaran. Tema-tema
yang dipilih pun disesuaikan dengan perkembangan
psikologis peserta didik dan keadaan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Seperti dengan tema, maka pembelajaran tematik juga
menyajikan konsep-konsep pembelajaran dari beberapa
mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Penyajian
konsep tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Kondisi
tersebut sangat membantu peserta didik dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
luwes atau tidak kaku. Maksudnya adalah dalam
kegiatan pembelajaran pendidik dapat saja mengaitkan
mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain,
atau mungkin dengan kondisi peserta didik ataupun
lingkungan tempat tinggal. Dengan begitu pembelajaran
akan menjadi mudah dipahami oleh peserta didik.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
Dalam penerapan pembelajaran tematik menggunakan
prinsip belajar PAKEM, yaitu: Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif berarti peserta didik mempunyai banyak peran dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan tersebut
adalah secara fisik dan mental, misalkan saja dalam
mengemukakan pendapat, gagasan, dan ide.
Kreatif yaitu dalam kegiatan pembelajaran
peserta didik melakukan beberapa kegiatan yang runtut
dan berkesinambungan, yang diantaranya meliputi
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan
Menyenangkan berarti pembelajaran tersebut mempunyai daya tarik tersendiri bagi peserta didik,
sehingga mereka terlibat dalam kegiatan pembelajaran
dengan asyik dan tanpa beban, dan untuk selanjutnya
merasa ingin melakukan hal yang serupa atau lebih berat
lagi di kemudian hari.
Efektif bahwa dapat dicapainya tujuan sesuai
dengan harapan, atau dapat juga dikatakan pembelajaran
telah dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.
4. Teori belajar yang melandasi Pembelajaran Tematik
Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan (Sardiman 2007:20), misalkan
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan sebagainya.
Proses belajar tersebut berlangsung secara terus menerus dalam
kehidupan manusia. Dari aktivitas belajar dan pengertiannya maka
muncullah beberapa teori tentang belajar, dan melatarbelakangi
terbentuknya pembelajaran tematik. Teori-teori tersebut yaitu
(Trianto 2010:106-115):
a. Teori Perkembangan Jean Piaget
Perkembangan psikologis seorang anak menurut
Piaget adalah melalui empat tahap perkembangan kognitif,
dan operasi formal. Perkembangan individu melalui urutan
tiap tahap dan tidak mungkin melompati salah satu dari
tahap tersebut, dan tiap perkembangan tiap tahapnya
ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan
intelektual baru yang memungkinkan individu memahami
dunia dengan cara yang semakin kompleks. Tahap-tahap
perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.1
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan
Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan
kemampuan menggunakan
tidak lagi sentralisasi
namun sudah desentralisasi, dan pemecahan masalah tidak
begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi formal 11 tahun-dewasa
Pemikiran bersifat abstrak, dan masalah-masalah dapat diselesaikan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematis.
Pada tahap sensorimotor adalah tahap pertama
perkembangan mental anak dan terus berkembang hingga
pada tahap operasi formal, yang pada tahap tersebut
seorang anak telah dapat berfikir abstrak dan secara logis.
Seorang anak dapat berfikir secara logis dan abstrak
biasanya terbentuk ketika mereka berada pada kelas-kelas
tinggi sekolah dasar seiring dengan bertambahnya usia.
Sedangkan pada kondisi selanjutnya peserta didik
membangun pola pikir dari pengalaman dengan
lingkungannya, dan di sini peran pendidik adalah sebagai
fasilitator karena informasi diperoleh peserta didik sendiri,
dan pendidik hendaknya menciptakan lingkungan yang
Menurut Piaget terjadinya perubahan perkembangan
terbentuk dari pengalaman-pengalaman fisik dan
lingkungan seperti interaksi sosial khusunya dalam kegiatan
diskusi dan berargumentasi karena akan mengembangkan
kemampuan berpikir logis.
Untuk peserta didik dengan usia awal sekolah yaitu
antara 6-8 tahun kondisi mental mereka adalah belum dapat
berfikir abstrak dan terpisah-pisah, maka dari itu
pembelajaran tematik ini dirasa sangatlah membantu bagi
peserta didik usia kelas rendah untuk memahami pelajaran
dengan konteks pembelajaran diri sendiri dan lingkungan
sekitar.
b. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Dalam teori pembelajaran konstruktivisme peserta
didik hendaknya menemukan sendiri pengetahuan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks. Agar
peserta didik dapat memahami dan menerapkan
pengetahuannya mereka harus bekerja keras sendiri, dan
menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri (Slavin,dalam
Trianto 2010).
Untuk dapat mendapatkan informasi, peserta didik
haruslah membangun sendiri pengetahuan di dalam
pengalaman yang mereka alami. Misalkan saja dari
pengalaman dalam bekerja kelompok peserta didik
memperoleh pengalaman untuk mengemukakan pendapat,
menyampaikan gagasan dan ide, hal tersebut tentunya
sangat berguna bagi mereka karena pengalaman adalah
kunci utama dalam membangun pengetahuan.
c. Teori Vygotsky
Dalam teori belajar ini untuk peserta didik dapat
mempelajari materi haruslah ada kemampuan prasyarat
yang telah dilampaui, contohnya dalam pembelajsaran yaitu
saat akan membuat puisi, maka peserta didik sebelumnya
telah mengetahui apa arti puisi dan aturan menulis puisi.
Apabila kemampuan prasyarat yang diharuskan tidak ada,
maka pastilah peserta didik tidak dapat menuliskan sebuah
puisi.
d. Teori Bandura
Dalam teori Bandura mengatakan bahwa pemodelan
adalah konsep dasar dari belajar sosial. Albert Bandura
berpendapat bahwa sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends
dalam Trianto,2010:113)
Pada kenyataannya seseorang belajar dengan model,
ketika berjalan atau cara berpakaian dan itu dilakukannya
terus-menerus, maka dapat saja anak tersebut meniru cara
berpakaian orang tersebut untuk dijadikannya pula dalam
gaya berbusana.
Dalam hal ini diharapkan pendidik dapat menjadi
model yang baik bagi peserta didiknya, sehingga apa yang
dilakukan oleh pendidik juga dapat ditularkan pada peserta
didiknya. Dengan begitu tentunya ada konsekuensi yang
harus ditanggung, yaitu pendidik haruslah dapat
memberikan contoh yang baik, karena sebagai seorang
model maka bukan tidak mungkin jika contoh yang
diberikan salah juga akan ditiru oleh peserta didk.
e. Teori Bruner
Teori Bruner mengatakan bahwa belajar akan lebih
bermakna apabila peserta didik memusatkan perhatiannya
untuk memahami struktur materi yang dipelajari.
Selain dari memusatkan perhatian hal yang tak
kalah pentingnya adalah belajar aktif sehingga peserta didik
akan memperoleh pemahaman sebagai mana mestinya.
Dalam hal ini pendidik diharapkan dapat memunculkan
suatu permasalahan untuk dapat memacu peserta didik
untuk dapat melakukan penemuan. Penemuan ini yang
memberikan contoh pada peserta didik sehingga
menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur
materi.
C. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian PTK
PTK merupakan sebuah penelitiann yang dilakukan di
dalam kelas dengan upaya untuk untuk memperbaiki
praktik-praktik dalam pendidikan. Menurut Kemmis dan Carr PTK adalah
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh
pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya memahami pekerjaan ini serta situasi di mana
pekerjaan ini dilakukan (Kasbolah, 2001:9). Sedangkan menurut
Ebbut, PTK merupakan studi yang dilakukan dalam upaya
memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan
tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut (Kasbolah,
2001:9).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan penelitian yang bersifat reflektif dan praktis yang dapat
dilakukan oleh pendidik dengan bertujuan memperbaiki
2. Tujuan PTK
Menurut Suryanto tujuan dari pelaksanaan PTK adalah (Kasbolah,
2001:21):
a. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah.
b. Meningkatkan relevansi pendidikan
c. Meningkatkan mutu pendidikan
d. Meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan
3. Langkah-langkah pelaksanaan PTK.
Langkah-langkah dalam PTK adalah (Susilo, 2007:19) :
a. Perencanaan
Kegiatan dalam perencanaan mencakup 3 hal yaitu:
1) Indentifikasi masalah
2) Analisis penyebab adanya masalah
3) Pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai
pemecahan masalah.
b. Tindakan
Menentukan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih perlu
mempertimbangan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah tindakan (aksi) yang dipilih telah mempunyai
landasan berpikir yang mantap, baik secara kajian
2) Apakah alternatif tindakan (aksi) yang telah dipercayai
dapat menjawab permasalahan yang muncul?
3) Bagaimanakah cara melaksanakan tindakan (aksi)
dalam bentuk strategi langkah-langkah setiap siklus
dalam proses pembelajaran di kelas?
4) Bagaimanakah cara menguji tindakan (aksi) sehingga
dapat dibuktikan telah terjadi perbaikan kondisi dan
peningkatan proses dalam kegiatan pembelajaran di
kelas yang teliti?
c. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan
proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang
dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Atau bisa
dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak dari
pelaksanaan kegiatan tindakan baik dengan atau tanpa alat
bantu. Data yang dihimpun melalui pengamatan (observasi) ini
meliputi data kuantitatif sesuai dengan indikator-indikator yang
ditetapkan.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang
kelas. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap
berbagai masalah yang muncul di kelas.
D. Peserta Didik kelas III
1. Pengertian peserta didik
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud
peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Murip Yahya,
2008:113).
Sedangkan pendapat lain menerangkan bahwa peserta didik
adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang.
Peserta didik memiliki berbagai potensi, seperti : bakat, minat,
kebutuhan (Oemar Hamalik, 2007:7).
2. Karakteristik perkembangan anak usia awal SD
Menurut Trianto (2009:17), karakter anak masa sekolah
dasar (8-10 tahun) adalah:
a. Ciri Khas secara fisik/jasmani
1) Aktif mengembangkan koordinasi otot besar dan kecil.
2) Kekuatan bertambah.
3) Ingin menguasai ketrampilan dasar.
4) Senang olahraga dalam tim dan kegiatan atletik lainnya.
b. Ciri khas secara mental/kognitif
1) Selalu ingin belajar hal-hal baru.
2) Kemampuan untuk memahami pandangan orang lain mulai
berkembang.
3) Mulai mengenal perasaan malu dalam situasi-situasi
tertentu.
4) Pemahaman konsep berkembang berdasarkan lingkungan
sekitarnya.
5) Ketrampilan menulis dan berbahasa terus berkembang.
6) Dapat memahami lebih dari ”seluruh” gambar yang ada.
7) Sangat kreatif dan senang menemukan hal-hal baru.
8) Sangat ingin tahu.
9) Mudah mengingat.
10)Mengetahui tentang konsep yang benar dan salah.
c. Ciri khas secara sosial/emosional
1)Lebih mengutamakan teman-teman sebaya dalam
kelompoknya.
2)Pengaruh dari kelompoknya sangat kuat.
3)Lebih peka dalam memilih teman.
4)Umumnya mudah bergaul dan percaya diri.
5)Perilaku bersaing mulai berkembang.
6)Peka untuk bermain jujur.
8)Kesadaran untuk berperilaku seperti orang yang berjenis
kelamin sama mulai berkembang.
9) Mulai memisahkan diri dari keluarga: dapat berpartisipasi
dalam kegiatan yang terpisah dari keluarga.
10)Selera humor berkembang.
11)Mengalami rangkaian emosi-takut, merasa bersalah dan
marah.
12) Mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya,
meskipun secara emosional belum cukup dewasa untuk
mengatasi akibat-akibatnya.
E. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik
PPR dan tematik adalah model pembelajaran yang sama-sama
berangkat dari pengalaman peserta didik dan memberikan pengalaman
kepada peserta didik untuk dapat mengalami sendiri tentang apa yang
dipelajarinya.
Penerapan PPR dalam pembelajaran tematik adalah dalam
F. Hipotesis
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflekstif (PPR) dalam
Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan competence, conscience,
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian selalu membutuhkan cara untuk melaksanakannya, oleh
karena itu pada bagian ini akan akan dibahas metode penelitian yang
dilakukan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan
untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion pada
peserta didik kelas III SD Kanisius Kenteng dengan penerapan PPR dalam
pembelajaran tematik.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian dengan adanya
tindakan dalam situasi alami untuk memecahkan persoalan-persoalan
praktis (Yonny, dkk,2010:4).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Kanisius Kenteng,
Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta, pada bulan Maret 2011.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas III SD Kanisius
Kenteng yang berjumlah 22 orang peserta didik.Objek penelitian ini
adalah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran
Tematik.
D. Prosedur penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pra penelitian
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti pertama kali adalah
meminta ijin kepada kepala sekolah dan pendidik kelas III untuk
melakukan penelitian kolaboratif di SD Kanisius Kenteng. Selanjutnya
untuk mendapatkan data kondisi awal peneliti melakukan wawancara
dengan pendidik kelas III dan melakukan observasi pada saat pelajaran
IPS dan Matematika.
2. Rencana Tindakan Penelitian
a.Siklus I
1) Pelaksanaan tindakan
a) Apersepsi
Guru melakukan tanya jawab seputar pekerjaan orang tua
dan masalah pecahan untuk mengetahui kemampuan dan
pemahaman siswa.
b) Peserta didik diminta bermain peran dengan menggunakan
alat peraga yang telah disiapkan oleh pendidik.
c) Pendidik memperlihatkan balok sebagai contoh dari
d) Guru memberikan soal tentang pecahan dengan cerita dan
siswa diminta menyimak dengan baik
e) Siswa diminta menanggapi cerita yang telah disampaikan
guru,dengan dikaitkan pada lingkungan sekitar
f) Guru memberikan jawaban yang tepat atas cerita tersebut
dengan dikaitkan pada keadaan sekitar.
g) Guru memberikan beberapa soal latihan,dan membahas
jawabannya bersama siswa
h) Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
i) Guru mengamati siswa dengan mengisi lembar observasi.
j) Guru bersama siswa membahas soal dan hasil pekerjaan
siswa.
k) Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang
dipelajari
l) Refleksi: Kesulitan yang masih dialami siswa dan tindak
lanjutnya
2) Pelaksanaan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
a) Mengobservasi keterlibatan peserta didik dengan lembar
b) Melakukan penelitian hasil tes.
c) Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentase
tingkat keberhasilan siswa.
4) Refleksi
a) Mengindentifikasi kesulitan dan hambatan.
b) Membuat suatu kesimpulan.
b. Siklus II
1) Rencana Tindakan
a) Apersepsi
Guru dan siswa mengingat kembali pelajaran yang telah
diberikan pada hari sebelumnya dengan tanya jawab lisan.
b)Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c) Guru kembali mengulang sedikit tentang materi yang pernah
disampaikan dengan tujuan agar siswa tidak lupa.
d)Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan
secara individu.
e) Guru mengamati siswa dengan mengisi lembar observasi.
f) Tematik, Guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakan
soal di depan kelas,dan meminta siswa lain untuk
menanggapi pekerjaan temannya.
g)Guru menanggapi hasil pekerjaan siswa dan memberikan
h)Refleksi:Kesulitan yang masih dialami siswa dan tindak
lanjutnya.
c. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pembelajaran IPS dan
Matematika secara tematik sesuai dengan rancangan.
b. Peneliti melakukan penilaian yang mencakup penilaian
competence, conscience, dan compassion yang dirangkum
dalam bentuk skor dan digabung menjadi nilai akhir pada
setiap siklus.
2) Pelaksanaan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
a) Mengobservasi keterlibatan peserta didik dengan
menggunakan lembar pengamatan.
b) Melakukan penelitian hasil tes dan non tes.
c) Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentase
tingkat keberhasilan siswa.
4) Refleksi
a) Mengidentifikasi kesulitan dan hambatan,
b) Memaknai arti dan proses pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi umum,
observasi pendidik, observasi peserta didik, observasi kelas, dan
wawancara terhadap pendidik. Dengan begitu diharapkan dapat
mendapatkan data yang akurat.
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan adalah:
a. Instrumen pengamatan aktivitas pendidik
b. Instrumen pengamatan terhadap peserta didik.
c. Catatan anekdotal.
d. Evaluasi.
e. Tes skala pengukuran non tes
F. Metode Pengumpulan Data
Suatu penelitian sangat membutuhkan banyak data.Teknik
pengumpulan data yang kami gunakan adalah:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab sepihak
antara pewawancara dengan yang diwawancarai, yang
dilaksanakan secara tatap muka, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban dari
yang diwawancarai (Masijo, 2009:29). Dalam penelitian ini
dengan tujuan ingin mengetahui berbagai masalah yang ada pada
kelas III dan karakteristik peserta didik kelas III.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengamatan yang
dilaksanakan secara langsung atau tak langsung dan secara teliti
terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Masijo,
2009:19). Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pengamatan secara langsung. Dengan
tujuan agar dapat mengerti ada permasalahan di dalam kelas yang
berkaitan dengan competence, conscience, dan compassion.
Instrumen yang digunakan untuk observasi adalah lembar
observasi dan catatan anekdotal.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat (Masijo, 2009:19). Dalam hal ini
penelitian yang akan dilakukan dengan cara mengumpulkan daftar
nilai peserta didik kelas III pada mata pelajaran IPS dan
Matematika. Dengan mengetahui daftar nilai peserta didik kelas III
diharapkan nantinya dapat mengetahui permasalahan yang ada
pada kelas III. Foto dan video saat penelitian juga dibutuhkan
d. Tes Evaluasi
Soal-soal evaluasi diberikan kepada peserta didik saat
setelah materi selesai dijelaskan dengan tujuan untuk untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap
materi yang telah diajarkan dan dibahas. Hasil yang didapat dari
tes evaluasi tersebut adalah berupa nilai yang merupakan aspek
competence.
G. Teknik Analisis Data
Untuk analisis data peneliti menggunakan beberapa langkah.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan data pra penelitian.
b. Mendeskripsikan proses dan hasil (competence, conscience dan
compassion) yang dicapai siklus I.
c. Mendeskripsikan proses dan hasil (competence, conscience dan
compassion) yang dicapai siklus II.
d. Membandingkan competence, conscience, compassion sebelum
dan sesudah penerapan PPR.
Competence dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan
nilai dan jumlah siswa yang tuntas belajar. Untuk pengukuran
competence peneliti menggunakan kriteria ketuntasan belajar yaitu
competence dihitung jumlah siswa yang mendapat nilai yang sudah
memenuhi KKM (%) dengan rumus sebagai berikut:
X ( % ) = x 100%
( n: Jumlah siswa yang memenuhi KKM N: Jumlah seluruh siswa).
Sedangkan untuk menghitung rata-rata kelas adalah:
M =
(M: nilai rata-rata, Jumlah nilai siswa satu kelas, N; Jumlah
siswa)
Untuk conscience dan compassion peneliti menggunakan alat
ukur non tes yaitu skala sikap dan skala minat. Sedangkan untuk hasil
akhir peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
CI x 70% + CII x 15% + CIII x 15% Hasil Akhir =
100 Keterangan:
CI : Competence
CII : Conscience
43 BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Deskripsi Sekolah
SD tempat Pelaksanaan penelitian adalah di SD Kanisius
Kenteng.SD Kanisius Kenteng beralamat di Kenteng 1, Kembang,
Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta. SD ini tidak terletak di tepi jalan
raya tetapi berada di tepi jalan kampung. SD Kanisius Kenteng berhimpit
dengan sebuah bangunan masjid.
SD Kanisius memiliki batas-batas sebagai berikut : sebelah selatan
berbatasan dengan pasar kenteng, sebelah utara berbatasan dengan
wilayah kenteng II, sebelah timur berbatasan dengan puskeswan,
sedangkan sebelah barat merupakan batas dari wilayah lingkungan
kenteng I sendiri.
1. Visi Sekolah
Visi sekolah adalah : “BERPRESTASI, BERBUDI,
BERBUDAYA, BERWAWASAN, IPTEK BERDASARKAN NILAI-NILAI CINTA KASIH”
Berdasarkan visi tersebut sekolah merumuskan indikator
ketercapaian visi sebagai berikut :
a. Unggul dalam pengembangan kurikulum.
b. Unggul dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
d. Unggul dalam prestasi non akademik.
e. Unggul dalam pendidikan budi pekerti.
f. Unggul dalam pelestarian budaya yang merupakan
keunggulan lokal.
g. Unggul dalam Iptek.
h. Unggul dalam nilai-nilai cinta kasih.
2. Misi Sekolah
a. Mengacu indikator visi a. tentang : “ Unggul dalam
pengembangan kurikulum “ antara lain :
1) Melaksanakan pengembangan kurikulum sekolah.
2) Melaksanakan pengembangan pemetaan materi
(SK,KD, Indikator) dan penilaian.
3) Melaksanakan pengembangan perangkat
pembelajaran silabus.
4) Melaksanakan pengembangan sistem penilaian.
5) Melaksanakan penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
6) Melaksanakan pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
7) Melaksanakan pengembangan panduan guru.
b. Mengacu indikator b. tentang : “ Unggul dalam pelaksanaan
proses pembelajaran “.
2) Melaksanakan pengembangan metode pembelajaran
yang PAIKEM.
c. Mengacu indikator visi c. tentang : Unggul dalam prestasi
akademik : Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan
secara intesif sehingga siswa berkembang secara optimal
sesuai dengan potensinya dan meningkat tingkat
ketuntasannya.
d. Mengacu indikator Visi d. tentang : Unggul dalam prestasi
non akademik : Melaksanakan pengembangan kegiatan
bidang kesenian.
e. Mengacu indikator Visi e. tentang : Unggul dalam
pendidikan budi pekerti : Menumbuh kembangkan
pendidikan budi pekerti.
f. Mengacu indikator Visi f. tentang : Unggul dalam
pelestarian budaya yang merupakan keunggulan local :
Melestarikan budaya yang merupakan keunggulan lokal.
g. Mengacu indikator visi g. tentang : unggul dalam iptek :
Melaksanakan pengembangan bidang iptek.
h. Mengacu pada indikator Visi h. tentang : Unggul dalam
nilai-nilai cinta kasih : Menumbuhkembangkan nilai-nilai
3. Tujuan Sekolah
Dalam kurun waktu 4 ( empat ) tahun dari tahun ajaran
2008 / 2009 sampai dengan tahun ajaran 2011 / 2012 tujuan yang
akan dicapai sekolah antara lain :
a. Menjadikan sekolah berstandar nasional.
b. Sekolah mengembangkan pemetaan SK, KD, Indikator dan
penilaian semua mata pelajaran kelas 1 s.d. VI dan
dievaluasi serta direvisi setiap awal tahun ajaran
berikutnya.
c. Sekolah mengembangkan silabus untuk semua mata
pelajaran kelas I s.d. VI dan dievaluasi serta direvisi setiap
awal tahun ajaran berikutnya.
d. Sekolah mengembangkan penilaian yang meliputi Ulangan
Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir
Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas, Ujian semua mata
pelajaran.
e. Sekolah menganalisa Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
semua mata pelajaran.
f. Sekolah mengembangkan RPP untuk semua mata
pelajaran kelas I s.d VI dan dievaluasi serta direvisi setiap
g. Sekolah mengembangkan panduan guru untuk semua mata
pelajaran kelas I s.d. VI dan dievaluasi serta direvisi setiap
awal tahun ajaran berikutnya.
h. Sekolah mengembangkan pengelolaan kelas, kelas I s.d. VI
dan dievaluasi serta direvisi setiap awal tahun ajaran
berikutnya.
i. Sekolah mengembangkan metode pembelajaran PAIKEM.
j. Meningkatkan pencapaian nilai rata-rata UASBN dari
22,96 ( untuk 3 mata pelajaran yang diunaskan) pada tahun.
2007 / 2008 menjadi :
1) Tahun Pelajaran 2008 / 2009 menjadi 23,46
2) Tahun Pelajaran 2009 / 2010 menjadi 23,96
3) Tahun Pelajaran 2010 / 2011 menjadi 24,46
4) Tahun Pelajaran 2011/2012 menjadi 24,96
k. Proporsi siswa yang melanjutkan ke SMP yang diminati
100%.
l. Setiap tahun ada siswa yang menang dalam lomba mata
pelajaran ditingkat kecamatan, BKS dan Kabupaten.
m. Sekolah menjuarai berbagai lomba seni.
n. Mengembangkan pendidikan budi pekerti malalui setiap
mata pelajaran.
o. Menumbuhkembangkan budaya yang menjadi keunggulan
p. Sekolah mengembangkan pendidikan Teknologi dan
Informasi.
q. Menumbuhkankembangkan nilai-nilai Kristiani.
B. Kurikulum Kelas III
Kurikulum yang digunakan di SD Kanisius Kenteng adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Dalam pelaksanaannya
peran orang tua dan lingkungan juga sangat berpengaruh, karena
pembelajaran dapat dimulai dan dilakukan di mana saja, terutama dalam
lingkungan tempat tinggal sehari-hari.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tematik
yang menggabungkan 2 mata pelajaran, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), dan Matematika. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar ini akan membahas khusus tentang tema keluarga. SK dan KD yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Ilmu Pengetahuan Sosial:
Tabel 4.1
SK,KD Mata Pelajaran IPS
Standar
Matematika :
Tabel 4.2
SK,KD Mata Pelajaran Matematika
Standar
3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana
C. Karakteristik Peserta Didik Kelas III SD Kanisius Kenteng
Berdasarkan hasil wawancara terhadap wali kelas IIIC dan observasi
dapat diketahui beberapa karakteristik peserta didik diantanya adalah:
a. Peserta didik kelas III merupakan peserta didik yang kurang
mempunyai sikap peduli terhadap teman maupun pendidik. Hal
tersebut tampak ketika mereka pelajaran banyak peserta didik yang
kurang memperhatikan pendidik, ataupun saat mengerjakan tugas yang
diberikan cenderung ribut sendiri sehingga mengganggu teman
lainnya.
b. Peserta didik kurang disiplin. Mereka tidak segera menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan pendidik.
c. Kurang berani untuk mengemukakan pendapatnya. Mereka
Berikut adalah daftar peserta didik kelas III:
Tabel 4.3
Daftar Peserta Didik
No. Absen
No. Induk Nama Peserta Didik Keterangan
1. 2486 A P
Dari 22 jumlah peserta didik pada kelas III, ada 1 peserta didik
yang mengalami permasalahan yang cukup serius dan biasa disebut
dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Peserta didik tersebut adalah
peserta didik dengan nomor 22. Karena kekurangannya tersebut maka
peserta didik ini pun mendapatkan pelayanan yang berbeda dengan peserta
dipaksakan untuk mengikuti pelajaran, sehingga pada siklus 1 maupun 2
peserta didik nomor 22 tersebut tidak mengikuti siklus yang telah
direncanakan.
Di dinding kelas terdapat banyak papan administrasi kelas, antara
lain nama peserta didik, jadwal pelajaran, dan juga hasil karya peserta
didik berupa gambar dan sebagainya. Sedangkan mata pelajaran yang akan
diteliti adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan
Matematika. Untuk melakukan penelitian tentunya peneliti mencari waktu
yang tepat dan juga menyesuaikan jadwal yang ada. Namun karena pada
hari Rabu kedua mata pelajaran tersebut berada pada hari yang sama,
maka peneliti tidak perlu mengganti jadwal pelajaran, dan dapat berjalan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Pra Penelitian
Pada tahap ini peneliti akan mencari permasalahan yang
terjadi di kelas III dengan melakukan wawancara dan melakukan
observasi kepada pendidik kelas III, observasi peserta didik, dan
observasi kelas. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah
beberapa lembar panduan pengamatan, panduan wawancara, dan
catatan anekdotal. Semuanya akan peneliti uraikan berikut ini:
a. Observasi dan Wawancara dengan pendidik
Observasi dilakukan pada saat pelajaran IPS dan Matematika,
untuk mengetahui hasil dari observasi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.1
Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Pendidik
No. Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan
1. Pendidik memeriksa kesiapan belajar peserta didik √
Pendidik melakukan Tanya jawab singkat dengan peserta didik
2. Pendidik memeriksa kelengkapan
alat tulis. √
Pendidik mengecek alat tulis yang dibawa peserta didik
No. Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan
3. Pendidik melakukan apersepsi. √
Pendidik mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
4. Pendidik menjelaskan tujuan
pembelajaran. √
Pendidik
mengatakan pada peserta didik tujuan mempelajari materi tersebut
5.
Pendidik mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman peserta didik.
Pendidik memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengerjakan tugas dalam kelompok.
√
Pendidik
mengelompokkan peserta didik
7. Pendidik memberi umpan balik atas jawaban peserta didik. √
Pendidik
menanggapi jawaban peserta didik
8.
Pendidik memberi pertanyaan panduan untuk direfleksikan peserta didik.
√
Pendidik tidak melakukan refleksi dengan peserta didik
9.
Pendidik memberikan tugas pada peserta didik untuk melakukan tindakan tertentu sesuai materi.
√
Pendidik tidak memberi tugas pada peserta didik
10. Pendidik memberikan soal
evaluasi. √
Pendidik