• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI DI SD KANISIUS SENGKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI DI SD KANISIUS SENGKAN"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA

PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN

PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI

GLOBALISASI DI SD KANISIUS SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Anissa Dwi Saputri NIM: 101134011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini dipersembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan ridlo atas segala niat dan usahaku serta mendengarkan dan mengabulkan doaku

2. Kedua orangtua dan keluarga yang dengan penuh kasih dan kesabaran selalu mendukung dan memberikan semangat

3. Almamaterku Universitas Sanata Dharma

4. Dosen-dosen pengajarku di PGSD

5. Para sahabat yang selalu mendukung dan memberikan semangat

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Real success is determined by two factors.

First is faith, and second is action.

Jangan menganggap kendala sebagai halangan

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam

Mata Pelayaran PKn Terhadap Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi Di

SD Kanisius Sengkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Anissa Dwi Saputri

Universitas Sanata Dharma

2014

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang melatarbelakangi pendidikan nilai yang diterapkan di sekolah dasar. Melalui model PPR, diharapkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi menjadi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran PPR terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe nonequivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan yang terdiri dari kelas IV A sebanyak 27 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B sebanyak 27 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 35 butir item. Instrument tersebut telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis data dengan menggunakan uji normalitas, uji perbedaan skor pretest, perbandingan skor pretest ke posttest, perbandingan posttest dan uji besar pengaruh model pembelajaran PPR.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran PPR terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,023 (atau < 0,05). Kesadaran siswa yang menggunakan model pembelajaran PPR lebih besar dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional yang ditunjukkan dengan selisih rata-rata sebesar 0,53.

(9)

ix

ABSTRACT

The Impact of Reflective Pedagogic Paradigm (PPR) Learning Model for the

Subject of Civics towards the Student Awareness of Globalization Value at

SD Kanisius Sengkan. Yogyakarta: University of Sanata Darma.

Anissa Dwi Saputri

Universitas Sanata Dharma

2014

Civic education was a subject that became a background of the value of education which was employed in the elementary school. Through the PPR model, the student’s awareness of globalization value was expected to increase. This research aimed to find out the impact of Reflective Pedagogic Paradigm learning model towards the student awareness of globalization value at the grade IV of SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

This research design is quasi-experimental design of nonequivalent control group design. The subject of this research were the four graders of SD Kanisius Sengkan which consisted of 27 students of class IV A as the experimental class and 27 students of class IV B as the controlled class. The research instrument is in a form of questionnaire which consists of 35 items. The instrument had qualified for the validity and reliability which was based on the statistical analysis. Technique of collecting data on this research is by using pretest and posttest for control group and experiment group. Data analysis is using test of normality, test of pretest score difference, comparison of pretest to posttest score, posttest comparison and test for level of impact of PPR learning model.

The result of this research shows that there was a effects of the use of Reflective Pedagogic Paradigm learning model towards the student awareness of globalization value which was shown in the sig value (2-tailed) of 0,023 (or < 0,05). 2). Students employing PPR study method awareness is higher compared to students employing conventional study method’s, which is showcased by the 0,53 average among them.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Mata Pelajaran PKn Terhadap Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi Di SD Kanisius Sengkan” ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, masukan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, masukan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. M. Sri Wartini, selaku kepala sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah mengijinkan peneliti mengadakan penelitian.

6. Maria Karma S.Pd. selaku guru mitra yang banyak membantu proses penelitian di SD Kanisius Sengkan.

7. Siswa siswi kelas IV SD Kanisius Sengkan yang membantu menjadi subjek penelitian ini.

8. Kedua orangtua yang kukasihi, Sapto Margono dan Titin Agustiningsih yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan doa serta memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.

(11)

xi

10.Muhammad Taufik Al-Kindi atas perhatian, semangat, motivasi dan doanya.

11.Teman-teman satu kelompok payung yang banyak memberikan masukan dan bantuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian dan memberikan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

12.Teman-teman PGSD tercinta kelas C angkatan 2010 terimakasih atas kebersamaan dan keceriannya.

13.Teman-teman PPL SD Kanisius Sengkan untuk bantuan dan semangat menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Besar harapan penulisan karya ilmiah ini berguna bagi pembaca.

(12)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Bagi Peneliti ... 9

(13)

xiii

2.1.1.1 PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 12

2.1.1.2 Kesadaran... 17

2.1.1.3 Nilai ... 18

2.1.1.4 Globalisasi ... 21

2.1.1.5 Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 26

2.1.1.6 Indikator Kesadaran ... 27

2.1.1.7 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 27

2.1.1.8 Langkah-langkah dalam Pembelajaran PPR ... 28

2.1.1.9 Kelebihan dan Keuntungan PPR ... 29

2.1.1.10 Tantangan dalam Penerapan PPR ... 30

2.1.1.11 Tujuan PPR ... 31

2.1.1.12 Pembelajaran Berpola PPR ... 32

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

2.1.2.1 Penelitian Tentang PPR ... 33

2.1.2.2 Penelitian Tentang Globalisasi ... 35

2.2 Kerangka Berpikir ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 42

3.6 Instrumen Penelitian ... 46

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 48

3.7.1 Penentuan Validitas... 48

3.7.2 Reliabilitas ... 50

(14)

xiv

3.8.1 Uji Normalitas ... 51

3.8.2 Uji Statistik ... 52

3.8.2.1 Uji Homogenitas... 52

3.8.2.2 Uji Perbedaan Pretest ... 52

3.8.2.3 Uji Pengaruh Perlakuan ... 53

3.8.2.4 Uji Perbedaan Dari Pretest ke Posttest ... 54

3.8.2.5 Uji Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 54

3.8.2.6 Uji Besar Pengaruh Model PPR ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Uji Prasyarat atau Uji Asumsi ... 57

4.1.1.1 Uji Normalitas ... 58

4.1.1.2 Uji Homogenitas ... 59

4.1.2 Uji Statistik ... 60

4.1.2.1 Perbandingan Skor Pretest ... 60

4.1.2.2 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest ... 61

4.1.2.3 Perbandingan Skor Posttest ... 66

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif ... 67

4.2 Pembahasan... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3 Saran ... 72

(15)

xv

DAFTAR TABEL

JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 41

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Kesadaran Siswa Terhadap Nilai Globalisasi Sebelum Validitas ... 44

Tabel 3 Kuesioner Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi... 47

Tabel 4 Hasil Perhitungan Validitas ... 49

Tabel 5 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 50

Tabel 6 Perhitungan Reliabilitas ... 50

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Kesadaran Siswa... 58

Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas ... 60

Tabel 9 Perbandingan Skor Pretest Kesadaran Siswa ... 61

Tabel 10 Perbandingan Rata-rata Selisih Pretest Kontrol dan Eksperimen .. 63

Tabel 11 Perbandingan Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ... 64

Tabel 12 Selisih Hasil Selisih Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 64

Tabel 13 Harga Sig (2-tailed) Selisih hasil selisih Pretest dan Posttest ... 65

Tabel 14 Perbandingan Skor Posttest Kesadaran Siswa ... 66

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan Nilai, Sikap dan Perilaku ... 20

Gambar 2 Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 29

Gambar 3 Literatur Map Penelitian Sebelumnya ... 36

Gambar 4 Desain Penelitian ... 39

Gambar 5 Pemetaan Variabel ... 42

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 77

Lampiran 2 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan Pertama ... 81

Lampiran 3 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan Kedua ... 92

Lampiran 4 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan Ketiga ... 102

Lampiran 5 RPP Kelompok Eksperimen Pertemuan Keempat ... 110

Lampiran 6 RPP Kelompok Kontrol ... 123

Lampiran 7 Validasi Instrumen Penelitian ... 126

Lampiran 8 Instrumen Pengumpulan Data ... 127

Lampiran 9 Skor Pretest Kelompok Kontrol ... 132

Lampiran 10 Skor Posttest Kelompok Kontrol ... 133

Lampiran 11 Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... 134

Lampiran 12 Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... 135

Lampiran 13 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 136

Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas ... 138

Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas... 140

Lampiran 16 Perbandingan Skor Pretest ... 141

Lampiran 16 Hasil Uji Kenaikan Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 142

Lampiran 17 Hasil Posttest ... 144

Lampiran 18 Perhitungan Hasil Uji Pengaruh PPR ... 145

Lampiran 19 Lembar Kuesioner Validitas Siswa ... 146

Lampiran 20 Lembar Kuesioner Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol 148 Lampiran 21 Lembar Kuesioner Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 149

Lampiran 22 Lembar Refleksi Siswa ... 152

Lampiran 23 Foto-foto Penelitian ... 153

Lampiran 24 Surat Ijin Penelitian ... 154

Lampiran 25 Surat Keterangan Penelitian ... 155

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan seseorang dimulai dari hal kecil di lingkungan tidak formal yaitu di dalam keluarga dan dilanjutkan di lingkungan formal yaitu sekolah. Pengetahuan dan keterampilan baru diperoleh anak pada masa sekolah dasar melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang berlangsung tentu saja melibatkan banyak komponen, yaitu siswa, guru atau pendidik dan materi pendidikan (hasil wawancara dengan guru, 17 Januari 2014). Materi pendidikan dikemas sedemikian hingga yang bertujuan memberikan pengetahuan secara luas bagi siswa. Pada dasarnya materi dan kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak hanya memberikan materi semata. Salah satunya yaitu materi Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Sekolah Dasar.

Menurut Undang Undang (UU) No 20/2003 Pasal 1 Ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Salah satu tantangan yang dialami oleh guru yaitu bagaimana untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendidikan yang dijelaskan di atas. Untuk

(19)

mencapai tujuan dari pendidikan sendiri, perlu adanya upaya-upaya dalam kegiatan pembelajaran. Guru perlu memperhatikan empat aspek, yaitu aspek nilai-nilai, nilai-nilai masukan, nilai proses, dan yang terakhir yaitu nilai keluaran (Kusuma, 2010).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran pokok selain Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Matematika. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sendiri selalu ada mulai dari kelas bawah (kelas satu) sampai kelas tertinggi (kelas enam) di Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaaran (PKn) diajarkan pada siswa supaya siswa memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan siswa mempunyai pola pikir, sikap dan perilaku berdasarkan Pancasila (Kusuma, 2010). Ada banyak sekali nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewargaranegaraan, salah satunya yaitu nilai globalisasi. Nilai merupakan sesuatu yang berharga, maka dari itu perlu ditanamkan supaya siswa mempunyai kesadaran akan nilai yang berguna dalam kehidupan mereka (Kusuma, 2010).

(20)

Kewarganegaraan (PKn) merupakan nilai yang selalu ada dalam kehidupan (Chamim, 2004).

Materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pembelajaran dengan model pendidikan berbasis nilai. Pendidikan berbasis nilai merupakan sebuah upaya alternatif yang diperlukan siswa dalam menghadapi globalisasi yang berlangsung saat ini maupun dimasa yang akan datang (Bestari, 2008). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pusat dari pendidikan nilai yang ada di Sekolah Dasar (SD). Pendidikan nilai bukan hanya sebuah pembelajaran dimana hanya terjadi transfer ilmu atau isi dari sebuah niai pada siswa. Pendidikan nilai dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) haruslah dimaknai sebagai upaya mengembangkan nilai yang ada dalam diri siswa (Kusuma, 2010).

Globalisasi merupakan salah satu materi pembelajaran yang ada dalam mata pelajaran PKn untuk siswa kelas empat. Pendidikan globalisasi diajarkan pada siswa dengan tujuan siswa mempunyai cara untuk bersikap menghadapi globalisasi. Pendidikan globalisasi diharapkan mampu menyaring sikap dan tindakan siswa supaya tidak melenceng dari budaya Indonesia. Globalisasi mempunyai banyak pengaruh terhadap sikap bagi siswa, karena siswa belum mampu menyaring berbagai macam informasi dengan tepat dari informasi yang didapat. Maka dari itu, diadakannya pendidikan nilai bagi siswa, khususnya nilai globalisasi.

(21)

siswa akan adanya pengaruh positif dan pengaruh negatif dari globalisasi. Siswa diharapkan mampu menyaring informasi dari perkembangan yang ada dalam globalisasi untuk kehidupannya kelak. Kesadaran akan globalisasi juga membuat siswa menjadi menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila serta melestarikan jati diri dan harga diri bangsa Indonesia.

Peneliti sudah melakukan kegiatan observasi tidak tertulis dan wawancara tidak terstruktur pada siswa untuk melihat bagaimana kesadaran siswa terhadap nilai globalisasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa 15 dari 35 siswa kelas empat asyik mengobrol dengan temannya saat pelajaran PKn berlangsung. Selain itu diperkirakan bahwa siswa kelas V yang sudah mendapat materi tentang globalisasi belum bisa mengaplikasikan nilai globalisasi ke dalam kehidupan mereka. Hal ini terlihat dari gaya mereka berbicara dan berpakaian (menggunakan aksesoris, khususnya anak perempuan). Banyak sebagian dari siswa bergaya dan berbicara dengan gaya K-pop yang sekarang sedang marak dibicarakan. Selain itu baju yang dikenakan siswa terkesan seksi (terutama untuk anak perempuan), rok yang mereka kenakan di atas lutut. Siswa laki-laki juga banyak yang mengeluarkan pakaiannya (tidak dimasukan dan menggunakan sabuk).

(22)

kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga PPR belum benar-benar diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Salah satu kendala yang dialami guru yaitu guru harus berfikir bagaimana supaya pendidikan nilai yang diberikan pada siswa bisa tepat sasaran. Pembelajaran konvensional atau tradisional sampai saat ini masih digunakan oleh beberapa guru. Terlebih lagi guru yang ada di pedalaman dan sudah lanjut usia yang tidak mau dipusingkan oleh cara mengajarnya. Pembelajaran konvensional lebih dikenal dengan pembelajaran transfer ilmu dari guru pada siswa. Pembelajaran konvensional hampir tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapat pengalaman langsung karena siswa hanya duduk mendengarkan apa yang dijelaskan guru. Akibatnya, kesadaran siswa akan nilai yang terkandung dalam PKn tidak akan terlihat, atau bahkan sama sekali tidak ada.

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir untuk mengembangkan manusia menjadi manusia yang bernilai (Subagya, 2008). Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bisa menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran PKn untuk menyampaikan pendidikan nilai pada siswa. Keunggulan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kepribadiannya secara utuh serta mengasah kepekaan hati nurani dan penuh bela rasa bagi sesama (Subagya, 2008). Untuk merealisasikan keunggulan tersebut, para ahli biasa menyebutnya dengan 3C, yaitu Competence, Conscience dan Compassion.

(23)

pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi (Subagya, 2008). Ini merupakan salah satu keunggulan Paradigma Pedagogi Reflektif yang tidak dimiliki dalam pembelajaran konvensional. Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif sangat memperhatikan bagaimana konteks siswa dalam pelaksanaannya. Pengalaman bagi siswa selama pembelajaran juga ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung. Pengalaman ini diberikan dengan maksud siswa dapat menemukan sendiri nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak (Subagya, 2008).

(24)

konvensional susah sekali untuk melihat hasil dari pendidikan nilai atau bahkan hasil dari pendidikan nilai tersebut sama sekali tidak ada (Kusuma, 2010).

Seperti yang sudah jelaskan di atas bahwa pembelajaran konvensional sifatnya hanya memaparkan apa yang dipikirkan oleh guru atau sering kita sebut sebagai metode ceramah. Menurut saya, ketika guru menggunakan metode ceramah itu hanya akan memberikan informasi kognitif saja. Guru kurang memperhatikan perkembangan siswa dalam aspek bela rasa bagi sesama dan hati nurani. Guru yang pembelajarannya menggunakan Pedagogi Reflektif maka guru tersebut juga akan mengajarkan pada siswanya tentang bela rasa bagi sesama dan hati nurani. Pembelajaran yang seperti ini merupakan pembelajaran yang dapat dikatakan bahwa pendidikan nilai yang ditanamkan pada siswa berhasil (Subagya, 2010).

(25)

aksinya dalam kehidupan sehari-hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa menemukan dan mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam PKn.

Penelitian ini hanya akan dibatasi pada pengaruh penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap kesadaran akan nilai globalisasi dan mengetahui perbandingan penggunaan PPR dengan metode konvensional dalam meningkatkan kesadaran akan nilai globalisasi pada mata pelajaran PKn materi pengaruh globalisasi siswa kelas IV SDK Sengkan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012-2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013?

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap peningkatan kesadaran siswa akan nilai globalisasi pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

1.3.2 Untuk mengetahui peningkatan kesadaran siswa akan nilai globalisasi melalui model pembelajaran PPR lebih besar dibandingan dengan pembelajaran konvensional.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti:

1.4.1.1Peneliti dapat membuktikan pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) .

1.4.1.2Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam merancang pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

1.4.1.3Menjadi inspirasi bagi peneliti dalam melakukan pembelajaran di kelas.

1.4.2 Bagi Guru:

(27)

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pembelajaran lainnya.

1.4.2.2Guru mendapatkan tambahan wawasan mengenai model pembelajaran di kelas.

1.4.3 Bagi Siswa:

1.4.3.1Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

1.4.3.2Siswa memperoleh kegiatan belajar yang menyenangkan.

1.4.4 Bagi sekolah:

Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan yang meningkatkan wawasan para warga sekolah.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Siswa SD adalah anak kelas IV yang sekolah di SD Kanisius Sengkan. 1.5.2 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam

menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan (hati nurani serta bela rasa terhadap sesama).

1.5.3 Kesadaran akan nilai yaitu kesadaran berbagai hal yang berkaitan dengan nilai serta menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.

(28)

memiliki pola pikir, sikap dan perilaku sebagai pola tindakan cinta tanah air berdasarkan pancasila.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II landasan teori ini, berisi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai nilai dan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), serta teori-teori yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya yang dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1PKn Sebagai Pendidikan Nilai

Amerika Serikat merupakan Negara asal dikembangkannya civics dan civic Education. Civics dan Civic Education kemudian dikaitkan juga dengan

istilah lain tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menjadi salah satu isu penting dunia yaitu Citizenship Education. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan perluasan dari mata pelajaran civics dimana Pendidikan Kewarganegaraan lebih berorientasi pada praktik warga negara. Maka dari itu Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan supaya siswa memiliki wawasan dan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, sikap dan perilaku sebagai tindakan cinta tanah air berdasarkan pancasila (Aziz & Sapriya, 2011).

Kewarganegaraan dalam bahasa Inggris disebut juga Civic jika ilmu kewarganegaraan disebut Civic Education. Menurut Undang-Undang Nomor 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang dasar fungsi dan tujuan pendidikan pasal 2 dikatakan (Darmadi, 2010) : “Pendidikan Nasional

(30)

Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”. Selanjutnya pasal 3 dikatakan : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sebuah mata pelajaran yang tidak akan terlepas dari siswa. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar, bahkan hingga di perguruan tinggi pun akan selalu kita temukan. Menurut Amin (2008) Pendidikan Kewarganegaraan yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa datang menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa dan negara ialah pemimpin yang mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta keberanian untuk membela bangsa dan tanah air melalui bidang profesinya masing-masing. Sementara menurut Chamim (2004), Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.

(31)

nasionalisme, (4) PKn sebagai pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai pendidikan resolusi konflik. PKn sebagai pendidikan politik disini berarti bahwa program pendidikan PKn memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiki pengetahuan polotik dan kesadaran politik.

PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan dapat menanamkan nilai, moral dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa (Kusuma, 2010). Melalui PKn pula diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Pendidikan nilai perlu ditanamkan dengan baik pada siswa sehingga harapan dari pendidikan nilai tersebut dapat benar-benar terlaksana atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai sangat perlu diterapkan karena nilai sendiri yang akan menjadi dasar seseorang untuk bertindak.

(32)

bagi dirinya dan lingkungannya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa juga diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945 (Kusuma & Susatim: 2010).

Pendidikan Kewargaraan yang berhasil diterapkan akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Sikap tersebut diharapkan disertai dengan perilaku-perilaku yang sesuai yaitu: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (d) bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, (e) aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara (Kusuma & Susatim: 2010).

Menurut Mulyana (2004) pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada seseorang, (b) bantuan terhadap siswa, agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta penempatanya secara integral dalam keseluruhan hidupnya, (c) pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.

(33)

nilai ditujukan kepada pembinaan kepribadian utuh, matang dan produktif dalam diri siswa. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang tercermin dalam diri siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut (Kusuma & Susatim: 2010).

Nilai yang dimaksud dalam Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai yaitu meyakinkan siswa bertindak atas dasar pilihannya sendiri (tanpa pengaruh orang lain). Nilai juga dijadikan patokan normatif yang dapat mempengaruhi siswa dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Terakhir, nilai diharapkan dapat meningkatkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

Pendidikan nilai merupakan sebuah proses dalam upaya membantu siswa mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga siswa dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya. Menurut Somantri (2001) mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai lewat the great ought-nya, yaitu dengan menanamkan konsep dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

(34)

yang sedang terjadi saat ini maupun yang akan datang. Melalui pendidikan nilai, diharapkan siswa mampu meningkatkan kesadaran akan nilai yang dapat digunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis nilai memiliki tujuan untuk menjadi acuan atau petunjuk yang terpola bagi guru dalam membina siswanya (Kusuma & Susatim: 2010). Siswa diharapkan dapat memiliki tatanan nilai melalui pendekatan klarifikasi nilai dan nilai-nilai yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari. Siswa juga diharapkan mampu memaknai nilai yang ada sehingga siswa dapat beraktivitas menggunakan proses nilai dan membantu siswa menerapkan proses nilai.

Berdasarkan penjelasan di atas, tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan nilai, dapat saya simpulkan bahwa pendidikan nilai dapat mengimplikasikan perubahan-perubahan melalui informasi, keterampilan baru, perubahan dari segi afektif yang sangat berhubungan dengan perasaan, sikap dan emosi. Pendidikan nilai diadakan dengan tujuan untuk membantu siswa dalam berubah atau merubah tindakan dan tingkah laku siswa sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan. Selain itu pendidikan nilai diberikan pada siswa dengan membantu siswa untuk meningkatkan kesadaran akan nilai yang ada.

2.1.1.2Kesadaran

(35)

istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1983: 1820) kesadaran mempunyai arti: (1) keinsafan: keadaan mengerti: akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil, (2) hal yang dirasakan atau dipahami oleh seseorang.

Menurut Suhatman (2009) dalam skripsi Esthi (2013) kesadaran merupakan unsur yang ada dalam diri manusia untuk memahami kenyataan atau realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Menurut Zubair (1987) kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan setiap individu selalu bermoral, berperilaku susila dan tindakannya akan sesuai dengan norma yang berlaku.

Dapat saya simpulkan bahwa kesadaran merupakan sikap seseorang karena mengetahui atau mengerti dan menimbulkan rasa sadar dalam diri orang tersebut sehingga dia mampu memahami suatu hal dengan baik.

2.1.1.3Nilai

(36)

Nilai mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai dasar pembentukan diri manusia berdasarkan tindakannya (Wahana, 2004). Setiap orang memiliki caranya masing-masing yang berbeda-beda dalam memahami nilai yang ada. Dalam perwujudannya nilai tidak berada pada dirinya sendiri, nilai selalu tampak pada kita berada pada pembawa nilai atau objek yang bernilai. Pembawa nilai disini merupakan sebuah objek yang nyata. Nilai tidak dapat dirasakan hanya dengan pikiran, karena pada dasarnya pikiran itu buta terhadap nilai. Nilai dapat kita rasakan melalui intuisi emosional (penangkapan dan pemahaman secara langsung dengan perasaan emosi) (Wahana: 2004). Menangkap dan memahami nilai, kita dapat merasakan hal yang sebenarnya secara terang dan jelas. Menangkap nilai dapat diketahui hanya melalui tindakan kita, karena pada dasarnya pengetahuan manusia tumbuh dan matang dalam proses tindakan.

(37)

Nilai memiliki peranan sebagai dasar dalam setiap tindakan manusia. Nilai juga menjadi dasar untuk mendorong manusia mewujudkan nilai yang ditemukannya dalam setiap tindakannya. Adanya nilai positif membuat orang untuk terdorong melakukan atau bertindak sesuai nilai untuk mewujudkannya dalam realitas. Nilai-nilai yang diwujudkan dalam tindakan manusia menjadi dasar dan arah bagi pembentukan dirinya. Manusia tidak hanya mampu untuk memilih dan berfikir, sehingga manusia bisa mewujudkan nilai positif dan menghapuskan nilai negatif dalam dirinya melalui tindakan-tindakannya. Menurut Wahana (2004) ada lima tipe person bernilai sebagai pembentukkan manusia serta memiliki hubungan dengan hierarki nilai yaitu: (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan pemimpin, (3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, (5) nilai kekudusan santo.

Nilai merupakan acuan atau patokan dalam menentukan sikap seseorang, sedangkan sikap menjadi acuan dalam bertingkah laku (Adisusilo: 2012), seperti dijelaskan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1. Hubungan nilai, sikap dan perilaku

Jadi nilai merupakan sesuatu yang berharga dan patut untuk diperjuangkan. Alasan mengapa nilai patut untuk diperjuangkan karena nilai merupakan dasar dari sikap seseorang untuk membentuk tingkah laku yang

Nilai

Pola sikap

Pola tingkah laku

Kepribadian seseorang/

(38)

nantinya menjadi pribadi individu tersebut. Jadi nilai harus diperjuangkan dan dipertahankan.

2.1.1.4Globalisasi

Menurut Sumiati dan Bestari (2008) globalisasi berasal dari kata globe yang berarti bola bumi atau tiruan dari dunia. Kata globe menjadi global yang berarti universal atau keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi globalisasi adalah proses menyatunya warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi kelompok masyarakat (Sumiati & Bestari, 2008). Globalisasi membawa perbedaan yang sangat jelas dalam kehidupan manusia. Perbedaan itu membawa kemajuan berbagai bidang mulai dari ekonomi, budaya, dan masih banyak lagi terutama dalam bidang iptek.

Globalisasi merupakan proses antar individu atau kelompok dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Proses tersebut pastilah ada faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor penyebab globalisasi tidak hanya faktor dari luar (ekstern), tetapi juga faktor dari dalam (intern). Faktor ekstern munculnya globalisasi berasal dari luar negeri yang mengakibatkan perkembangan dunia semakin pesat (Sumiati & Bestari, 2008).

(39)

bebas, (4) pembaruan di berbagai bidang yang dilakukan negara-negara di dunia mempengaruhi negara lain untuk mengadupsi atau meniru hal yang sama, (5) keberhasilan perjuangan demokrasi di berbagai negara di dunia sedikit banyak memberi inspirasi bagi munculnya tuntutan transparasi dan globalisasi di sebuah negara.

Faktor intern penyebab adanya globalisasi merupakan faktor yang berasal dari dalam negeri. Faktor tersebut yaitu: (1) ketergantungan sebuah negara terhadap negara-negara lain di dunia karena merasa bahwa negaranya tersebut belum bisa atau belum mampu untuk berkembang sendiri sehingga mereka tergantung oleh negara lain yang lebih maju dan berkembang, (2) kebebasan pers. Adanya kebebasan pers menyebabkan tiap-tiap orang berhak untuk melakukan apa yang mereka sukai, sehingga banyak diantara mereka yang meniru apa yang mereka lihat, (3) berkembangnya transparansi dan demokrasi pemerintahan, (4) munculnya berbagai lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat, (5) berkembangnya pola pikir dan semakin majunya pendidikan masyarakat.

(40)

mudah. Dampak positif yang ketiga yaitu dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik. Para petani padi misalnya, dapat dengan mudah membajak sawah mereka menggunakan traktor. Petani tidak perlu lagi menggunakan kerbau yang memakan waktu lama dan hasil yang kurang maksimal dibandingkan menggunakan traktor. Dampak positif globalisasi yang terakhir yaitu menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.

Globalisasi juga berdampak negatif dalam bidang ekonomi. Ada dua dampak negatif dalam bidang ekonomi (Djamin & Zulkarnain, 1994). Dampak yang pertama yaitu karena perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang menjadi lebih bebas, dapat menghambat pertumbuhan sektor industri. Masuknya barang-barang yang berasal dari luar negeri yang mempunyai kualitas lebih baik membuat masyarakat dalam negeri lebih memilih produk luar negeri. Akibatnya barang-barang industri yang berasal dari dalam negeri menjadi terabaikan dan lambat laun menjadi hilang. Dampak negatif yang kedua yaitu dapat memperburuk neraca pembayaran. Sektor keuangan semakin tidak stabil dan mengakibatkan memperburuknya proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

(41)

memerlukan waktu hingga berhari-hari, dengan adanya globalisasi membantu kita untuk melakukan komunikasi dimana saja dan dimana saja dengan hitungan detik. Dampak positif yang ketiga yaitu cepat dalam berpergian (mobilitas tinggi). Untuk mencapai sebuah tempat yang jauhnya hingga ribuan kilometer, kita tidak memerlukan waktu hingga berhari-hari. Dengan adanya globalisasi membantu kita menjapai tempat yang jauh hanya dengan hitungan jam saja. Dampak positif yang keempat yaitu timbulnya sikap cosmopolitan dan toleran. Dampak yang keenam yaitu memacu untuk meningkatkan diri dan yang terakhir yaitu mudah untuk memenuhi kebutuhan.

Ada empat dampak negatif dari globalisasi dalam bidang sosial budaya (Moedjanto, 1995). Dampak negatif yang pertama yaitu informasi yang tidak tersaring. Informasi yang masuk dan didapat dengan mudah terkadang tiak hanya informasi yang positif, tetapi juga informasi yang negatif yang dapat merusak kepribadian bangsa. Dampak negatif yang kedua yaitu perilaku konsumtif. Masuknya berbagai barang dari luar negeri membuat manusia cenderung menjadi konsumtif dan ingin mendapatkan apa yang mereka lihat. Selanjutnya yaitu membuat sikap menutup diri dan mempunyai pola pikir yang sempit. Dampak negatif yang keempat meniru perilaku yang buruk dan meniru hal yang berbau barat. Banyak sekali hal-hal negatif dari barat yang sekarang diikuti oleh bangsa kita yang sebenarnya bukan kepribadian bangsa kita dan justru akan merusak jati diri bangsa kita.

(42)

globalisasi diantaranya yaitu: (1) mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, (2) mudah melakukan komunikasi, (3) cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi), (4) menimbulkan sikap cosmopolitan dan toleran, (5) memacu untuk meningkatkan kualitas diri, (6) mudah memenuhi kebutuhan.

Globalisasi selain berdampak positif, juga ada beberapa dampak negatif globalisasi yaitu: (1) informasi yang tidak tersaring, (2) perilaku konsumtif, (3) membuat sikap menutup diri, berpikir sempit, (4) pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk, (5) mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara (Bestari & Sumiati, 2008).

(43)

Jadi, globalisasi merupakan sebuah proses menyatunya seluruh warga dunia yang membentuk kesatuan menjadi global. Globalisasi membuat perubahan yang pesat baik perubahan baik maupun buruk di masyarakat.

2.1.1.5Kesadaran Akan Nilai Globalisasi

Masa globalisasi merupakan masa yang sulit bagi kita sebagai warga negara dalam mempertahankan budaya kita. Supaya kita tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia, kita perlu mengamalkan nilai-nilai pancasila. Karena pancasila merupakan cerminan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat diterima (Adisusilo, 2012). Nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila dapat kita amalkan sebagai salah satu cara mencegah pengaruh negatif dari globalisasi (Syahrial &Syahbani, 2011).

Kesadaran akan nilai globalisasi juga perlu ditanamkan pada anak sejak dini. Salah satunya melalui pendidikan dalam mata pelajaran PKn. Kesadaran yang tinggi akan membantu siswa menghindari pengaruh negatif globalisasi. Beberapa dampak negatif dan positif yang ingin diterapkan dalam kegiatan pembelajaran siswa yaitu gaya hidup, makanan, pakaian dan komunikasi.

(44)

Melalui pembelajaran PKn, diharapkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi dapat meningkat sehingga siswa tidak banyak terpengaruh oleh dampak negatif dari globalisasi.

2.1.1.6Indikator Kesadaran

Peneliti menemukan ada lima indikator kesadaran (Vitalis, 2012), yaitu: 1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan

2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju

4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan 5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang

menjadi tujuan

2.1.1.7Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(45)

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menggerakan seorang pribadi supaya lebih memuliakan Allah dan lebih membantu sesama. Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh (Competence), mengasah kepekaan dan mempertajam hati nurani (Conscience) dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama (Compassion). Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat dikatakan menuju pada tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming men and women for others (Subagya: 2008)).

Menurut Subagya (2010), pedagogi merupakan sebuah cara guru mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan. Menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa supaya mempunyai nilai kemanusiaan, haruslah diberi pengalaman dan memfasilitasinya dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman tersebut. Selain itu siswa diberi perntanyaan atas aksi yang akan dilakukan sesuai dengan nilai tersebut.

2.1.1.8Langkah-langkah dalam pembelajaran PPR

(46)

Gambar 2. Peta Konsep Pelaksanaan PPR (Subagya, 2008)

Konteks

2.1.1.9Kelebihan dan Keuntungan PPR

Subagya (2008) meringkas poin-poin keuntungan dalam penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai berikut:

1. Dari segi integrasi

a. Pembelajaran berpola PPR murah b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru c. mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani 2. Dari segi pengalaman

(47)

b. Pendidikan yang otentik

3. Dari segi pendidikan kemanusiaan: a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan

b. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lain

2.1.1.10 Tantangan dalam penerapan PPR

Subagya (2008) menuliskan ada dua tantangan dalam menerapkan pembelajaran PPR, yaitu:

1. Pandangan sempit tentang pendidikan dan pengajaran.

Banyaknya inovasi baru mengenai model-model pembelajaran tidak banyak diketahui oleh guru. Selama ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pengetahuannya saja atau sesuai dengan pengalamannya. Kurangnya pelatihan atau informasi bagi guru-guru yang sudah lama mengajar merupakan salah satu faktor kegiatan pembelajaran yang berlangsung kurang maksimal. 2. Keinginan untuk mencari pemecahan dalam pembelajaran yang sederhana.

(48)

2.1.1.11 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Tim Ignatian, PPR memiliki dua tujuan yaitu bagi guru atau pendidik dan bagi siswa:

a. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif bagi guru: a) Semakin memahami siswa

b) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya c) Semakin bersedia mendampingi perkembangan siswa d) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral e) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan

f) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar dan pendamping

b. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif bagi siswa: a) Manusia bagi sesama

b) Manusia utuh

c) Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan religius

d) Manusia yang sanggup mencintai dan dicintai

e) Manusia yang sanggup berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain (umat Allah)

(49)

2.1.1.12 Pembelajaran Berpola PPR

Menurut Subagya (2010) pembelajaran berpola PPR merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan bidang studi dengan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi yang akan diberikan pada siswa haruslah yang sesuai dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dikembangkan melalui pengalaman, refleksi dan aksi. Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang sudah dilakukan sudah mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan atau belum.

Konteks yang harus diperhatikan dari siswa ada tiga hal (Subagya: 2010), yaitu: (1) wacana tentang nilai yang ingin dikembangkan. Guru bertugas sebagai fasilitator dalam memberi semangat siswa supaya siswa memiliki nilai persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab, kerja keras dan masih banyak lagi, (2) cotoh-contoh penghayatan mengenai nilai yang diperjuangkan, (3) hubungan akrab, saling percaya, agar bisa terjalin sebuah dialog yang saling terbuka antara guru dengan siswa.

(50)

Dalam kegiatan refleksi, guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan untuk merenungkan dan meresapi tentang apa yang sudah dipelajari oleh siswa. Melalui kegiatan refleksi, siswa diharapkan mampu untuk membentuk, merasakan dan menemukan pribadi dalam pengalamannya (Subagya: 2008).

Kegiatan aksi merupakan hasil pengalaman yang sudah direfleksikan. Kegiatan aksi ini dilakukan oleh siswa melalui perbuatan yang ingin dilakukan atas kemauan mereka terkait dengan nilai yang sudah mereka pelajari dan perjuangkan. Dengan membangun niat dan perilaku sesuai dengan kemauan siswa, diharapkan dapat membentuk pribadi yang nantinya mampu memperjuangkan nilai-nilai dalam kehidupan (Subagya: 2008). Kegiatan evaluasi diberikan pada siswa diakhir pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mengevaluasi siswa dari perkembangan pribadi mereka (Subagya: 2008).

Jadi, model pembelajaran PPR tidak hanya mementingkan aspek kognitif atau competence saja. Tetapi juga mementingkan aspek hati nurani atau conscience dan bela rasa terhadap sesama atau compassion melalui konteks, pengalaman, aksi, refleksi, evaluasi.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.2.1Penelitian-penelitian tentang Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(51)

2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap belajar siswa kondisi awal : siklus I : siklus II mengalami peningkatan secara signifikan, demikian juga pada nilai rata-rata minat belajar siswa dan pada nilai rata-rata prestasi belajar siswa. Indikator nilai rata-rata sikap belajar = 61,38 : 68,33 : 80,93, nilai rata-rata prestasi belajar = 67,50 : 69,31 : 78,75 dan rata-rata minat belajar siswa = 58,25 : 71,25 : 81,47.

Agustina (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan compassion (3C) dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA mengalami peningkatan. Nilai competence siswa yaitu 78,97 : 79,35 : 90,9, untuk conscience yaitu 78,7 menjadi 90. Sedangkan untuk compassion 75,7 menjadi 90.

Theresia (2011) meneliti penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion kelas IIIC SD Kanisius Demangan Baru I. Penelitian ini dilakukan

(52)

2.1.2.2Penelitian-penelitian Tentang Globalisasi

Juhaina dan Oqlah (2013) mengadakan penelitian tentang globalisasi dan pembelajaran bahasa Inggris di Jordan. Dalam penelitiannya, mereka membahas globalisasi dan pengaruhnya terhadap pendidikan dan kebudayaan. Bahasa Inggris sebagai bahasa global (dipakai di seluruh dunia) membahas tentang bagaimana sikap warga Jordan terhadap bahasa tersebut. Banyak warga Jordan yang tertarik untuk belajar dan menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan mereka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran yang diberikan oleh guru membuat siswa sadar bagaimana untuk melanjutkan ke masa depan mereka tanpa menghilangkan kebudayaan mereka sendiri ke seluruh dunia.

(53)

Gambar 3. Literatur Map Dari Penelitian Sebelumnya

Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat meningkatkan sikap, minat, prestasi belajar, competence, conscience dan compassion. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

ini ingin membuktikan apakah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi.

2.2Kerangka Berpikir

Untuk model pembelajaran Paradigma Pedagogi reflektif (PPR) yang diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sengkan, khusunya pada kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi

PPR terhadap kesadaran siswa akan nilai

(54)

yang terjadi di lingkungannya, guru atau pendidik harus merencanakan pembelajaran yang bermakna, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, serta memfasilitasi siswa dalam membangun nilai dan pengetahuannya.

Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu alternatif untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai nilai globalisasi dan kebermaknaan pembelajaran, sehingga diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran terhadap nilai globalisasi berupa sikap siswa terhadap perkembangan iptek yang ada di sekitarnya. Penerapan PPR mampu menumbuhkan nilai globalisasi dikarenakan dalam pembelajarannya, PPR menyangkut tiga aspek yaitu competence (pengetahuan), conscience (hati nurani) dan compassion (bela rasa). Melalui PPR, pembelajaran tidak hanya menekankan keterampilan kognitif, tetapi hati nurani dan juga bela rasa terhadap sesama. Jika model pembelajaran PPR diterapkan pada pembelajaran PKn kelas IV SDK Sengkan, maka akan berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai globalisasi berupa sikap kemanusiaan, hati nurani dan bela rasa terhadap sesama.

2.3Hipotesis

(55)
(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan dibahas jenis penilitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen dan teknik analisis data. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design dengan tipe non-equivalent control group design. Menurut

Sugiyono (2010) penelitian eksperimental adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dengan kondisi yang dikendalikan. Jenis penelitian ini termasuk quasi-eksperimental design karena pemilihan tiap responden bagi kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Penelitian tipe ini kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi kuesioner atau angket tentang kesadaran siswa terhadap nilai globalisasi pada awal pembelajaran (sebelum diberi perlakuan) untuk melihat perbedaan antara kedua kelas tersebut. Hasil dari pretest berupa kuesioner yang baik adalah ketika nilai kelompok eksperimen dan

kontrol tidak berbeda secara signifikan. Penelitian dengan tipe non-equivalent control group design dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 4. Desain penelitian O1 x O2

O3 O4

(57)

X = Perlakuan

O1 = Rerata skor Pretest kelompok eksperimen O2 = Rerata skor Posttest kelompok eksperimen O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol O4 = Rerata skor Posttest kelompok kontrol

Untuk mengetahui kesadaran awal siswa, sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, dilakukan kegiatan pretest dimana siswa diminta untuk mengisi angket pada kelompok kontrol dan eksperimen. Perbedaan perlakuan yaitu dimana kelompok eksperimen menggunakan model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan pembelajaran dalam kelompok kontrol menggunakan cara konvensional atau ceramah. Pada akhir pembelajaran diadakan posttest pada kedua kelompok. Posttest dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Posttest yang dilakukan berupa angket yang dibagikan dan diisi oleh siswa.

3.2 Waktu dan tempat penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2014. Tabel 1. Jadwal Penelitian

Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Menentukan jenis penelitian

Membuat proposal penelitian Melakukan kegiatan

(58)

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7, Condongcatur Sleman, Yogyakarta. Pemilihan tempat ini berdasarkan tempat Program Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti di sekolah tersebut.

3.3 Populasi dan sampel

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti merumuskan karakteristik yang sesuai dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karakteristik tersebut meliputi: (1) siswa kelas IV SD, (2) berada di lingkup daerah yang sama (satu provinsi), (3) anak yang berstatus pelajar. Berdasarkan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti, yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SD Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.

(59)

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) variabel penelitian yaitu atribut dari suatu objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu:

3.4.1 Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas menurut Sugiyono (2010) merupakan variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

3.4.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat menutut Sugiono (2010) merupakan variabel yang dipengaruhi dikarenakan adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesadaran akan nilai globalisasi.

Gambar 5. Pemetaan Variabel

Variabel Independen Variabel Dependen

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melelui penggunaan angket atau kuesioner yang disebarkan pada siswa. Menurut Yusuf dalam Arniatu (2010) berpendapat bahwa kuesioner adalah rangkaian pernyataan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.

Paradigma Pedagodi Reflektif

(60)

Jenis kuesioner dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup dimana jawaban dari responden (siswa) sudah ditentukan dan responden (siswa) hanya memilih alternatif jawaban yang disediakan.

Kuesioner ini disusun berdasarkan Skala Likert, dimana skala tersebut digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono: 2010). Skala Likert yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan skala Likert yang sudah dimodifikasi. Peneliti membuat empat skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban yaitu skor 1,2,4,5. Peneliti menghapus skor 3 dalam penelitian ini karena peneliti ingin menghindari jawaban dari responden memilih jawaban yang ragu-ragu. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup atau berstruktur. Menurut Furchan (2007) kuesioner berstruktur merupakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pernyataan-pernyataan tersebut. Cara mengisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu memberikan tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan pilihannya.

(61)

sangat setuju mendapat skor 1, setuju mendapat skor 2, tidak setuju mendapat skor 4 dan sangat tidak setuju mendapat skor 5. Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden:

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner kesadaran siswa terhadap nilai globalisasi sebelum validitas

No Pernyataan SS S TS STS

1 Globalisasi mempermudah komunikasi antar manusia

2 Saya menggunakan pakaian dengan rapi 3 Saya merawat pakaian dengan baik supaya

rapi

4 Membeli barang sesuai dengan kebutuhan 5 Saya suka memakai barang-barang buatan

negeri sendiri

6 Saya suka makan makanan instan (mie, nugget, burger, dll)

7 Saya mempelajari budaya asli Indonesia dengan tekun

8 Mengambil nilai positif dari siaran TV 9 Saya mengatur jam belajar dengan baik 10 Saya memilih kebudayaan dari luar negeri

sesuai dengan nilai-nilai pancasila 11 Internet dapat memberikan banyak

informasi yang berguna

12 Saya menabung dengan menyisihkan uang jajan

13 Tidak menonton TV sampai larut malam 14 Menggunakan internet untuk tujuan yang

baik (mencari berita, informasi, dll) 15 Saya memakai Hp jika ada keperluan

penting saja

16 Permainan tradisional merupakan permainan yang menarik bagi saya 17 Saya bersemangat mempelajari tarian asli

Indonesia

18 Saya senang bermain permainan tradisional (dakon, engklek, dll) 19 Bersikap ramah dan hormat terhadap

sesama

(62)

batik buatan negeri sendiri 21 Saya menyadari bahwa lagu-lagu

tradisional adalah salah satu budaya Indonesia

22 Saya senang menyanyikan lagu-lagu daerah

23 Mengambil hal positif dari internet

24 Saya suka membeli makanan khas Indonesia

25 Saya senang menggunakan batik

26 Globalisasi adalah proses yang membuat rusak moral bangsa

27 Saya menggunakan pakaian tidak sesuai dengan tata tertib sekolah

28 Saya tidak pernah mencuci baju

29 Saya menghabiskan uang untuk membeli barang-barang kesukaan

30 Saya senang memakai pakaian produk luar negeri

31 Saya menghindari makan makanan instan agar tidak sakit

32 Malas mempelajari budaya asli Indonesia 33 Mencontoh hal-hal buruk dari siaran TV 34 Saya menghabiskan waktu dengan

bermain

35 Kebudayaan luar negeri sebaiknya ditiru dan dikembangkan

36 Internet dapat memberikan pengaruh buruk bagi generasi penerus bangsa 37 Saya menghabiskan uang jajan yang

diberikan orang tua

38 Menonton TV sampai larut malam

39 Internet membuat tugas saya cepat selesai 40 Saya senang bermain game di Hp sampai

lupa waktu

41 Game onlKusuma membuat saya lupa waktu

42 Malas mempelajari tarian asli indonesia 43 Permainan tradisional tidak menyenangkan 44 Saya menghindari orang yang sedang

kesusahan

45 Senang dan bangga menggunakan pakaian yang ngetren dari luar negeri

(63)

48 Manggunakan internet untuk hal yang kurang baik (menggunakan facebook untuk mengejek teman, dll)

49 Makanan luar negeri lebih lezat daripada dalam negeri

50 Malu jika menggunakan batik

3.6 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Penelitian ini menggunakan standar kompetensi 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya. Kompetensi dasar yang digunakan adalah 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dan 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik non tes berupa kuesioner kesadaran siswa. Peneliti bersama empat rekan lainnya membuat instrumen penelitian dengan menggunakan acuan lima indikator. Kuesioner tersebut sudah diujikan sehingga memenuhi syarat valid dan reliabel. Selain itu peneliti juga melakukan kegiatan pengamatan atau observasi dan wawancara tidak terstruktur pada guru dan siswa.

(64)

Tabel 3. Kuesioner kesadaran siswa akan nilai globalisasi

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menggunakan pakaian dengan rapi 2 Saya merawat pakaian dengan baik supaya

rapi

3 Membeli barang sesuai dengan kebutuhan 4 Saya mempelajari budaya asli Indonesia

dengan tekun

5 Tidak menonton TV sampai larut malam 6 Permainan tradisional merupakan

permainan yang menarik bagi saya 7 Saya bersemangat mempelajari tarian asli

Indonesia

8 Saya senang bermain permainan tradisional (dakon, engklek, dll) 9 Bersikap ramah dan hormat terhadap

sesama

10 Saya senang dan bangga memakai pakaian batik buatan negeri sendiri

11

Saya menyadari bahwa lagu-lagu tradisional adalah salah satu budaya Indonesia

12 Saya senang menyanyikan lagu-lagu daerah

13 Mengambil hal positif dari internet

14 Saya suka membeli makanan khas Indonesia

15 Saya menggunakan pakaian tidak sesuai dengan tata tertib sekolah

16 Saya tidak pernah mencuci baju

17 Saya menghabiskan uang untuk membeli barang-barang kesukaan

18 Saya senang memakai pakaian produk luar negeri

19 Malas mempelajari budaya asli Indonesia 20 Mencontoh hal-hal buruk dari siaran TV 21 Saya menghabiskan waktu dengan

bermain

22 Kebudayaan luar negeri sebaiknya ditiru dan dikembangkan

23 Internet dapat memberikan pengaruh buruk bagi generasi penerus bangsa 24 Saya menghabiskan uang jajan yang

diberikan orang tua

(65)

26 Saya senang bermain game di Hp sampai lupa waktu

27 Malas mempelajari tarian asli indonesia 28 Permainan tradisional tidak menyenangkan 29 Saya menghindari orang yang sedang

kesusahan

30 Senang dan bangga menggunakan pakaian yang ngetren dari luar negeri

31 Saya suka mendengarkan lagu K-pop 32 malu menyanyikan lagu-lagu daerah 33

Manggunakan internet untuk hal yang kurang baik (menggunakan facebook untuk mengejek teman, dll)

34 Makanan luar negeri lebih lezat daripada dalam negeri

35 Malu jika menggunakan batik

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

Penentuan validitas angket kesadaran siswa akan nilai globalisasi dilakukan melalui expert judgment dengan mengkonsultasikan instrumen pada dosen pembimbing. Angket kesadaran diujicobakan di SD Kanisius Sengkan. Target peneliti bersama empat rekan peniiti lainnya adalah 25 item yang valid dan reliabel yang akan digunakan sebagai instrument penelitian. Penelitian ini menggunakan angket skala sikap karena peneliti ingin melihat kesadaran siswa akan nilai globalisasi.

3.7.1 Penentuan Validitas

(66)

kesadaran siswa, peneliti menggunakan SPSS 20 dengan hasil perhitungan sebagai berikut

Tabel 4. Hasil perhitungan validitas Aitem Person Correlation Sig (2-tailed) Keputusan

Gambar

Gambar 1 Hubungan Nilai, Sikap dan Perilaku .........................................  20
Gambar 1. Hubungan nilai, sikap dan perilaku
Gambar 2. Peta Konsep Pelaksanaan PPR (Subagya, 2008)
Gambar 3. Literatur Map Dari Penelitian Sebelumnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG DAN PERBANKAN UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) SISWA

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan Padigma Pedagogi Reflektif PPR dan melihat keefektifan pembelajaran Paradigma Pedagogi

menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR pada topik kubus yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2015/2016 dan dengan