ABSTRAK
R.R. Gora Wastu Isvara. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat. Latar belakang penelitian ini adalah siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika dan refleksi belum dilaksanakan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan dan kualitas perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pada pokok bahasan segiempat.
Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Desain Produk (6) Ujicoba Produk, dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan dokumentasi.
Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,69 termasuk kategori Baik. Hasil kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh hasil 107,9 (dengan interval 34,0-136,0) termasuk dalam kategori Baik. Hasil ketuntasan siswa mencapai 64,71% untuk aspek competence. Serta untuk aspek conscience terkait sikap antusias memperoleh hasil 3,06 kategori baik, sikap tanggung jawab memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap teliti memperoleh hasil 2,52 kategori baik. Selanjutnya untuk aspek compassion terkait kerjasama memperoleh hasil 2,92 kategori baik, sikap peduli memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap saling menghargai memperoleh hasil 3,20 kategori baik. Interval aspek conscience dan compassion 1,33-4,00.
ABSTRACT
R.R. Gora Wastu Isvara. 2017. Development of Mathematics Learning Tool Based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) Based on Competence, Conscience, and Compassion Aspect with Guided Inquiry Learning Model on The Subject of Quadrilateral in Grade VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research is a research that develop the learning tool of mathematics based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with guided inquiry learning model on rectangular subject. The background of this research is students have not been actively involved in learning mathematics and reflection has not been implemented optimally. This study aims to describe the development and quality of PPR based learning tools with guided inquiry learning model to facilitate mathematics learning on rectangular subjects.
Researchers use research and development procedures that include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Product Validation, (5) Product Design Revisions (6) Product Trials, and (7) Product Revisions. Learning tools developed are Syllabus, RPP, teaching materials, LKS, assessment instruments, and props. Subjects in this study were students of class VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. The object of this study is a learning device developed by researchers. Data collection techniques used were observation, interviews, questionnaires distribution and documentation.
The result of learning device validation is 3.69 including Good category. The results of the student response questionnaire on the PPR learning process with guided inquiry learning model obtained 107.9 results (with intervals 34.0-136.0) included in the Good category. Student mastery result reaches 64,71% for competence aspect. And for conscience aspect related to enthusiasm attitude to get result of 3.06 good category, responsibility attitude to get result 3,13 good category, and meticulous attitude get result 2,52 good category. Furthermore, for the compassion aspect related to the cooperation obtained the result of 2.92 good categories, the attitude of care to obtain 3.13 good category results, and mutual respect to obtain 3.20 good category results. Interval aspects of conscience and compassion 1.33-4.00.
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN ASPEK
COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN
SEGIEMPAT DI KELAS VIIA SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: R.R. Gora Wastu Isvara
NIM: 131414068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ku ini….
Kupersembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,
Orang tuaku, Sahabat-sahabatku dan
v
Motto
Kemarin dan esok adalah hari ini
Berbuat baiklah mulai hari ini
-Gora-
Kalaupun sesuatu itu tidak kita peroleh hari ini
Maka semoga akan kita dapatkan besok lusa
Kalaupun sesuatu itu gagal kita jalani hari ini
Maka semoga besok lusa sukses kita lewati
Jikalau selama-lamanya kita tidak beroleh dan gagal
Tidak mengapa, karena boleh jadi Tuhan punya suatu yang
lebih special untuk kita
viii ABSTRAK
RR. Gora Wastu Isvara. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat. Latar belakang penelitian ini adalah siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika dan refleksi belum dilaksanakan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan dan kualitas perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pada pokok bahasan segiempat.
Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Desain Produk (6) Ujicoba Produk, dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan dokumentasi.
Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,69 termasuk kategori Baik. Hasil kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh hasil 107,9 (dengan interval 34,0-136,0) termasuk dalam kategori Baik. Hasil ketuntasan siswa mencapai 64,71% untuk aspek competence. Serta untuk aspek conscience terkait sikap antusias memperoleh hasil 3,06 kategori baik, sikap tanggung jawab memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap teliti memperoleh hasil 2,52 kategori baik. Selanjutnya untuk aspek compassion terkait kerjasama memperoleh hasil 2,92 kategori baik, sikap peduli memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap saling menghargai memperoleh hasil 3,20 kategori baik. Interval aspek conscience dan compassion 1,33-4,00.
ix ABSTRACT
RR. Gora Wastu Isvara. 2017. Development of Mathematics Learning Tool Based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) Based on Competence, Conscience, and Compassion Aspect with Guided Inquiry Learning Model on The Subject of Quadrilateral in Grade VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research is a research that develop the learning tool of mathematics based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with guided inquiry learning model on rectangular subject. The background of this research is students have not been actively involved in learning mathematics and reflection has not been implemented optimally. This study aims to describe the development and quality of PPR based learning tools with guided inquiry learning model to facilitate mathematics learning on rectangular subjects.
Researchers use research and development procedures that include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Product Validation, (5) Product Design Revisions (6) Product Trials, and (7) Product Revisions. Learning tools developed are Syllabus, RPP, teaching materials, LKS, assessment instruments, and props. Subjects in this study were students of class VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. The object of this study is a learning device developed by researchers. Data collection techniques used were observation, interviews, questionnaires distribution and documentation.
The result of learning device validation is 3.69 including Good category. The results of the student response questionnaire on the PPR learning process with guided inquiry learning model obtained 107.9 results (with intervals 34.0-136.0) included in the Good category. Student mastery result reaches 64,71% for competence aspect. And for conscience aspect related to enthusiasm attitude to get result of 3.06 good category, responsibility attitude to get result 3,13 good category, and meticulous attitude get result 2,52 good category. Furthermore, for the compassion aspect related to the cooperation obtained the result of 2.92 good categories, the attitude of care to obtain 3.13 good category results, and mutual respect to obtain 3.20 good category results. Interval aspects of conscience and compassion 1.33-4.00.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan karunia dan penyertaanNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VII A SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun ntuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi demi memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, semangat dan sumbangan pemikiran dari awal penulisan skripsi
hingga selesai.
5. Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku dosen yang bersedia menjadi validator instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
6. Dra. Y. Niken Sasanti selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik. 7. Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII A SMP Negeri 1
xi
8. Siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama proses penelitian.
9. Kedua orang tua Drs. R. Triyono Widiyanto (almarhum) dan Dra. G. Lilia Hidayati yang senantiasa menjadi sumber semangat dan memberikan dukungan serta doa bagi penulis.
10.Adikku R. Gangga Putra Pandhegan Satwika yang selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
11.Patnerku Thathet Wahyu Bening yang selalu mau mendengarkan keluh kesah penulis dalam setiap persoalan saat menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi peneliti: Andri, Liyana, Sefa, dan Mbak Ica.
13.Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memotivasi menyelesaikan skripsi: Tri, Yuna, Dela, Mensi, Rendy, dan Kres.
14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.
15.Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
HALAMAN PENGESAHAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
HALAMAN PERSEMBAHAN ... IV
MOTTO ... V
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
ABSTRAK ... VIII
DAFTAR LAMPIRAN ... XVI
BABI
PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 8
3. Bahan ajar ... 8
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 9
5. Alat Peraga ... 9
6. Instrumen Penilaian... 9
xiii
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Pembelajaran Matematika ... 11
2. Penelitian dan Pengembangan ... 13
3. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 18
4. Inkuiri terbimbing ... 23
5. Segiempat ... 29
6. Perangkat pembelajaran ... 32
B. Penelitian yang Relevan ... 42
C. Kerangka Berpikir ... 44
BABIII METODEPENELITIAN ... 46
A. Jenis penelitian ... 46
B. Seting Penelitian ... 46
C. Prosedur Pengembangan ... 47
D. Teknik pengumpulan data ... 50
E. Instrumen Penelitian ... 51
F. Teknik Analisis Data ... 65
BABIV HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN ... 72
A. Hasil Penelitian ... 72
B. Pembahasan ... 114
C. Keterbatasan Penelitian ... 137
BABV KESIMPULANDANSARAN ... 139
A. Kesimpulan ... 139
B. Saran ... 141
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1. PENGERTIAN SEGIEMPAT ... 30
TABEL 2.2. SIFAT SIFAT SEGIEMPAT... 31
TABEL 2.3. RUMUS KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT ... 32
TABEL 3.1. KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA POTENSI DAN MASALAH ... 52
TABEL 3.2. KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA RESPON GURU ... 53
TABEL 3.3. KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI POTENSI DAN MASALAH ... 54
TABEL 3.4. KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN UJICOBA PRODUK . 55 TABEL 3.5. KISI-KISI KUESIONER SISWA ... 57
TABEL 3.6. KISI-KISI PENILAIAN COMPETENCE ... 59
TABEL 3.7. KISI-KISI PENILAIAN SIKAP CONSIENCE ... 60
TABEL 3.8. KISI-KISI PENILAIAN SIKAP COMPASSION ... 61
TABEL 3.9. KISI-KISI ANGKET VALIDASI PRODUK ... 63
TABEL 3.10. KISI-KISI ANGKET VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN ... 64
TABEL 3.11. KRITERIA KUALIFIKASI VALIDASI ... 67
TABEL 3.12. PEDOMAN KRITERIA PENILAIAN... 70
TABEL 3.13. PEDOMAN PENSKORAN KUESIONER ... 70
TABEL 3.14. PEDOMAN KRITERIA HASIL KUESIONER ... 71
TABEL 4.1. HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 83
TABEL 4.2. REVISI DESAIN PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 84
TABEL 4.3. JADWAL PELAKSANAAN UJICOBA PRODUK ... 85
TABEL 4.4. PRESENTASE NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN ... 124
TABEL 4.5. PRESENTASE NILAI REMEDIAL ... 124
TABEL 4.6. PENILAIAN ANTUSIAS SISWA ... 125
TABEL 4.7. PENILAIAN TANGGUNG JAWAB SISWA ... 126
TABEL 4.8. PENILAIAN KETELITIAN SISWA ... 127
TABEL 4.9. PENILAIAN KERJASAMA SISWA ... 128
TABEL 4.10. PENILAIAN ANTUSIAS SISWA ... 129
TABEL 4.11. PENILAIAN SALING MENGHARGAI SISWA ... 130
xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. SKEMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MENURUT SUGIYONO ... 14
GAMBAR 2.2. SIKLUS DINAMIKA PPR MENURUT SUBAGYA ... 21
GAMBAR 2.3. ALAT PERAGA ... 42
GAMBAR 3.1. TAHAP PENELITIAN ... 47
GAMBAR 4.1. ALAT PERAGA PAPAN BERPETAK ... 81
GAMBAR 4.2. ALAT PERAGA PUZZLE SEGIEMPAT ... 81
GAMBAR 4.3. PENGGALIAN KONTEKS PERTEMUAN PERTAMA ... 86
GAMBAR 4.4. SISWA BERDISKUSI DALAM KELOMPOK ... 88
GAMBAR 4.5. SISWA BERTANYA KEPADA GURU ... 89
GAMBAR 4.6. GURU MEMINTA SISWA PRESENTASI ... 89
GAMBAR 4.7. SISWA PRESENTASI HASIL PEKERJAANNYA ... 90
GAMBAR 4.8. KEGIATAN SISWA BERDISKUSI ... 94
GAMBAR 4.9. GURU MEMBANTU SISWA DALAM BERDISKUSI... 95
GAMBAR 4.10. GURU MELAKUKAN TANYA JAWAB ... 96
GAMBAR 4.11. SISWA PRESENTASI HASIL PEKERJAANNYA ... 97
GAMBAR 4.12. GURU BERSAMA SISWA MERUMUSKAN KESIMPULAN ... 97
GAMBAR 4.13. MENGGALI KONTEKS PEMBELAJARAN KE-3 ... 99
GAMBAR 4.14. SISWA MENGERJAKAN SOAL ... 102
GAMBAR 4.15. SISWA MENGISI LEMBAR REFLEKSI ... 103
GAMBAR 4.16. SISWA MENGUMPULKAN TUGAS AKSI ... 104
GAMBAR 4.17. SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 106
GAMBAR 4.18. SISWA AKTIF MENGERJAKAN LKS ... 107
GAMBAR 4.19. SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 110
GAMBAR 4.20. SISWA MENULISKAN HASIL MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 111
GAMBAR 4.21. SISWA MENGISI LEMBAR KUESIONER SEBAGAI REFLEKSI ... 113
GAMBAR 4.22. PRESENTASE KETUNTASAN ULANGAN HARIAN ... 123
GAMBAR 4.23. PRESENTASE KETUNTASAN SISWA BERDASAR NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN PERTAMA DAN KEDUA ... 123
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN SUDAH PENELITIAN ... 145
LAMPIRAN 2 HASIL VALIDASI WAWANCARA ... 146
LAMPIRAN 3 HASIL VALIDASI KUESIONER ... 148
LAMPIRAN 4 HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN OLEH AHLI 1 ... 150
LAMPIRAN 5 HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN OLEH AHLI 2 ... 169
LAMPIRAN 6 SILABUS ... 189
LAMPIRAN 7 RPP ... 196
LAMPIRAN 8 BAHAN AJAR ... 223
LAMPIRAN 9 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) ... 233
LAMPIRAN 10 INSTRUMEN PENILAIAN ... 257
LAMPIRAN 11 KUESIONER SISWA ... 266
LAMPIRAN 12 TRANSKRIPSI WAWANCARA POTENSI DAN MASALAH ... 268
LAMPIRAN 13 TRANSKRIPSI WAWANCARA KETERLAKSANAAN UJICOBA ... 270
LAMPIRAN 14 TRANSKRIPSI KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 274
LAMPIRAN 15 HASIL OBSERVASI POTENSI DAN MASALAH ... 289
LAMPIRAN 16 HASIL OBSERVASI KETERLAKSANAAN UJICOBA ... 291
LAMPIRAN 17 HASIL PEKERJAAN LKS SISWA ... 301
LAMPIRAN 18 HASIL ULANGAN HARIAN 1 ... 326
LAMPIRAN 19 HASIL ULANGAN HARIAN 2 ... 332
LAMPIRAN 20 HASIL REMEDIAL ... 337
LAMPIRAN 21HASIL REFLEKSI ... 339
LAMPIRAN 22 HASIL KUESIONER ... 344
LAMPIRAN 23 HASIL PENILAIAN COMPETENCE ... 348
LAMPIRAN 24 HASIL PENILAIAN CONSIENCE DAN COMPASSION ... 350
LAMPIRAN 25 HASIL PERHITUNGAN KUESIONER ... 352
LAMPIRAN 26 HASIL VALIDASI SOAL SETELAH UJICOBA ... 356
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika pada umumnya masih bersifat penyampaian
informasi tanpa banyak melibatkan siswa untuk membangun sendiri
pemahamannya. Hal ini juga diungkapkan oleh de Lange (Turmudi, 2010)
bahwa pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai kegiatan yang
dilaksanakan guru, ia mengenalkan subjek, memberikan satu atau dua contoh,
lalu mungkin menanyakan satu atau dua pertanyaan, dan pada umumnya
meminta siswa yang biasanya mendengarkan secara pasif untuk menjadi aktif
dengan mulai mengerjakan latihan yang diambil dari buku.
Mengajak siswa belajar secara aktif pada hakikatnya menuntun siswa
untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya dengan
optimal. Aspek kognitif yang berupa kegiatan memperoleh, mengolah,
mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan dapat ditinjau dari hasil
pencapaian kompetensi siswa. Aspek afektif dan psikomotorik dapat ditinjau
dari sikap yang ditunjukan siswa saat pembelajaran berlangsung. Maka
harapannya ketiga aspek tersebut dapat berkembang dengan optimal.
Berdasar hasil observasi di kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta, guru
menggunakan metode ceramah. Selanjutnya hasil observasi meninjau aspek
conscience diperoleh siswa kurang antusias saat pembelajaran berlangsung,
teliti saat menuliskan jawaban di papan tulis. Hasil observasi terkait aspek
compassion diperoleh kerjasama antar siswa, peduli dan saling menghargai di
kelas tersebut kurang terlihat. Kemudian berdasarkan hasil wawancara
dengan guru matematika diperoleh pemaparan tentang hasil belajar siswa
belum optimal. Terdapat siswa yang belum tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yakni 75 untuk aspek competence (kompetensi).
Pemaparan diatas menjadi persoalan jika tidak segera diatasi, maka guru
harus memiliki cara untuk mengupayakan pembelajaran matematika yang
dapat mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif, dan
psikomotorik. Pengupayaan dapat berupa mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang tepat guna, memadai, dan dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran matematika. Hasil observasi terkait perangkat yang digunakan
adalah guru mengadopsi dan menggunakan perangkat pembelajaran dari
internet tanpa adanya inovasi, pendekatan dan model pembelajaran tertentu.
Pendekatan dan model pembelajaran diharapkan dapat diterapkan untuk
menunjang ketercapaian tujuan belajar. Pendekatan dan model pembelajaran
dapat berupa pendekatan yang dirasa cocok dan model pembelajarannya
dapat diterapkan dengan memperhatikan pertimbangan potensi dan kebutuhan
siswa. Berdasar hasil observasi guru belum memunculkan pendekatan dan
model belajar yang tepat, karena masih menggunakan metode ceramah.
Akibat lain dari pembelajaran yang pasif adalah kurang bermaknanya
pembelajaran matematika dan membuat siswa memahami konsep matematika
topik bahasan geometri, khususnya konsep segiempat. Keterkaitan antar
konsep pada geometri sangat erat, beberapa hal seperti konsep garis, konsep
tentang sudut, serta klasifikasi bangun datar adalah syarat wajib dimengerti
terlebih dahulu oleh siswa.
Berdasar pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti memberikan
solusi berupa pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa aktif belajar dan
lebih memahami konsep geometri khususnya segi empat yang dikaikan
dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud
adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dipandang sebagai suatu cara,
membantu siswa berkembang menjadi pribadi yang utuh. Pribadi yang utuh
menurut Kolvenbach (Pratini, 2016:Vol.3) adalah berkembang menjadi
pribadi yang kompeten (Competence) dalam bidangnya, memiliki hati nurani
(Conscience) yang benar, dan memiliki kepedulian (Compassion) yang
tumbuh dari kasih kepada sesama. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
memiliki tahapan yang menerapkan nilai-nilai hidup dan berkesinambungan,
yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi (Subagya, 2010:42).
Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing pada topik geometri yakni segiempat khusus (persegi, persegi
panjang, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang). Model
pengalaman pada PPR. Pengembangan perangkat menggunakan PPR dengan
model inkuiri terbimbing ini bertujuan agar siswa terbantu dalam menemukan
konsep dan menyelesaikan permasalahan terkait segiempat, serta menjadikan
siswa memiliki pribadi yang berkompeten (competence), memiliki kesadaran
akan suara hati (conscience), dan peduli (compassion) terhadap teman dan
lingkungan sekitar melalui pembelajaran matematika.
Selain latar belakang dan solusi yang dipaparkan, peneliti mengacu pada
penelitian dari Prabaningrum (2016) yang berjudul “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi
Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pada Pokok Bahasan Balok
di Kelas VIIIE SMP Negeri 1 Yogyakarta”. Penelitian tersebut
mendeskripsikan tentang pengembangan perangkat pembelajaran yakni
silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Kualitas produk yang
dihasilkan memperoleh skor 4,14 dengan kategori baik. Serta penelitian dari
Yuliania (2014) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika Berbentuk Permainan Multimedia Interaktif pada Pokok Bahasan
Segiempat untuk Siswa SMP kelas VII”. Pada penelitian tersebut mengenai
pengebangan media pembelajaraan dengan topik bahasan segiempat.
Kualitas produk yang dihasilkan berkategori baik.
Penelitian yang dipaparkan diatas relevan dengan penelitian ini yakni
berfokus pada penelitian pengembangan perangkat pembelajaran. Selain itu,
penelitian tersebut memberikan gambaran kepada peneliti dalam merancang
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika belum melibatkan siswa secara aktif.
2. Aspek competence (kompetensi) belum optimal, aspek conscience terkait
antusias, tanggung jawab, dan teliti, serta aspek compassion terkait sikap
kerjasama, peduli, dan saling menghargai kurang nampak.
3. Siswa kurang memahami konsep matematika secara terintegrasi, terlebih
pada konsep geometri khususnya segiempat.
4. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum menggunakan
pendekatan dan model tertentu.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka adapun pembatasan masalah yang
diteliti pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta yakni:
1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Penelitian ini meninjau aspek competence, conscience, dan compassion
dengan cara diskusi kelompok menggunakan alat peraga.
3. Bidang kajian terbatas pada materi dan soal segiempat khusus (persegi,
persegi panjang, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan
layang-layang) serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
D.Rumusan Masalah
Berdasar penjelasan latar belakang dan pembatasan masalah yang ada,
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran dan alat peraga
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi segiempat?
2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran dan alat peraga
pembelajaran materi segiempat berbasis PPR dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing?
E.Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang ada, maka dapat ditentukan tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi
segiempat berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran dan alat peraga
pembelajaran materi segiempat berbasis PPR dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, yakni:
1. Pihak Sekolah
Penelitian ini memberikan wawasan mengenai cara memberikan
pendampingan pendidikan karakter menggunakan Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Guru matematika
Guru mendapat pengalaman dari keterlibatannya mengajar matematika
menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PPR, yang tepat guna
3. Siswa
Siswa terbantu meningkatkan kemampuan menyelesaikan persoalan
matematika pada materi segiempat. Serta sebagai pengalaman baru bagi
siswa dalam belajar matematika, sehingga semakin tertarik terhadap
matematika.
4. Peneliti
Peneliti mendapat pengalaman baru secara langsung dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
5. Pembaca
Penelitian ini dapat sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin
melakukan penelitian pengembangan lainnya atau pun meneliti lebih
lanjut.
G.Penjelasan Istilah
Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda atas penelitian ini, maka
diberikan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada aspek kompetensi
(competence), suara hati (conscience) dan peduli (compassion).
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran
dengan tahapan penemuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah
secara terbimbing.
3. Segiempat adalah bangun datar segi banyak konkav yang terbentuk dari
4. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang merancang,
mengembangkan, menguji keefektifan produk dan disempurnakan untuk
dapat diproduksi masal.
H.Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan berbentuk perangkat pembelajaran berupa
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
(LKS), bahan ajar, alat pembelajaran, dan instrumen penilaian. Berikut
penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.
1. Silabus
Silabus yang dikembangkan oleh peneliti berpedoman pada silabus
sekolah dengan berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang peneliti
memiliki perbedaan dengan RPP pada umumnya. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) disusun dengan menerapkan pendekatan PPR,
sehingga pada langkah langkah pembelajarannya memunculkan dinamika
PPR yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Pada
tahapan pengalaman digunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
3. Bahan ajar
Bahan ajar yang dirancang pada penelitian ini mengacu pada kompetensi
dasar, indikator dan tujuan yang ingin dicapai. Bahan ajar disesuaikan
dengan konsep konsep dan kejadian-kejadian (fakta faktual) di sekitar
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dikembangkan guna membantu siswa dalam
memahami materi ajar. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang
peneliti syarat akan penerapan PPR.
5. Alat Peraga
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan berpetak
dan puzzle segiempat. Penggunaan alat peraga dirancang peneliti untuk
dapat membantu keterlaksanaan pembelajaran berbasis PPR dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Berikut deskripsi alat peraga
yang digunakan: 1) papan berpetak diharapkan membantu siswa dapat
menemukan rumus mencari keliling dan luas persegi dan persegi
panjang. 2) puzzle segiempat adalah alat peraga yang digunakan untuk
membantu siswa menemukan rumus keliling serta luasan jajargenjang,
trapesium, belah ketupat dan layang-layang melalui pendekatan luas
persegi panjang.
6. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian dirancang berdasarkan penilaian dalam PPR, dimana
terdapat 3 aspek yang dinilai yakni competence, conscience, dan
compassion. Penilaian competence menggunakan penilaian tes tertulis.
Penilaian consciensce dan compassion dilihat dari pengamatan sikap dan
perilaku siswa dikelas saat mengikuti pembelajaran.
a. Competence
Penilaian competence berdasarkan ketercapaian indikator
competence berupa tugas dan ulangan harian berdasarkan kompetensi
yang ditentukan.
b. Conscience
Instrumen penilaian aspek conscience yang digunakan dalam
penelitian digunakan untuk menilai sikap antusias, tanggung jawab
dan teliti siswa.
c. Compassion
Instrumen penilaian aspek compassion yang digunakan dalam
penelitian digunakan untuk menilai sikap peduli, saling menghargai,
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran sebagaimana dicantumkan pada Undang-undang
No. 20 Tahun 2003, adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi
ini sejalan dengan maksud dari pembelajaran yakni suatu proses
untuk menggali pengetahuan dan aspek-aspek tertentu pada siswa
dengan adanya interaksi mengajar dan belajar.
Matematika menurut Tinggih (dalam Suherman, 2001), adalah
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini
dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui
penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih
menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.
Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu, 2013) matematika itu
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambang-lambang
atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari hari.
Selanjutnya menurut Lange (dalam Hardi, 2005:19)
matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan
pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali.
Proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Pembelajaran
matematika sebaiknya dimulai dari masalah yang kontekstual. Hardi
(2006:10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari:
(1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, (2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan
dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam
proses pembelajaran siswa, (3) situasi masyarakat, yaitu yang
berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa
tinggal, dan (4) situasi saintifik/matematik, yaitu yang berkenaan
dengan sains atau matematika itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar dengan
sungguh memahami matematika sebagai cara untuk memecahkan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penelitian dan Pengembangan
Menurut Sugiyono (2016:407), penelitian dan pengembangan
(Reasearch and Development) merupakan penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut. Borg and Gall (dalam Sugiyono 2009:4) menyatakan
bahwa, penelitian dan pengembangan (Research and
Development/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Berdasar kedua pendapat ahli tersebut maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa penelitian dan pengembangan (Research
and Development) adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan produk-produk tertentu serta menguji validitas dan
keefektifan produk tersebut dalam penerapannya.
Menurut Sugiyono (2016:408) adapun langkah-langkah
pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Research and
Gambar 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah
Menurut Sugiyono (2016:409), potensi adalah segala
sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.
Penelitian dan pengembangan (Research &
Development) harus dimulai dengan adanya potensi.
Sedangkan masalah sendiri adalah sesuatu yang timbul akibat
penyimpangan dari daya guna potensi. Penyimpangan yang
dimaksudkan adalah ketidaksesuaian antara yang diharapkan
dengan apa yang terjadi dalam penelitian, sehingga munculnya
masalah akan menjadi landasan dalam penelitian dan
pengembangan (Research & Development).
Potensi dan
Masalah Pengumpulan
Data
Desain Produk
Validasi Desain Produk Revisi Desain
Produk Ujicoba
Produk
Revisi Produk Pemakaian Ujicoba Revisi Produk
b. Pengumpulan data
Sugiyono (2016:411) menyampaikan bahwa setelah
potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual
dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu. Produk tersebut diharapkan
dapat mengatasi masalah yang ditemukan, sehingga
mengumpulkan data merupakan usaha mendapatkan
informasi-informasi berkaitan dengan potensi dan masalah
yang ada. Ini akan digunakan sebagai landasan dalam
mengembangkan suatu produk. Pengumpulan informasi juga
digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang paling
tepat serta batasan batasan dalam pengembangan produk.
c. Desain produk
Desain produk merupakan mewujudkan gambaran
produk yang akan dihasilkan. Produk hasil dari Research &
Development harus bermanfaat. Desain produk dalam
penelitian dan pengembangan pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan produktifitas pendidikan (Sugiyono, 2016:412).
Produk-produk dapat berupa perangkat pembelajaran yang
dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras meliputi alat bantu belajar, media belajar,
program-progam pendidikan, pengkajian kurikulum,
implementasi metode pendidikan, evaluasi pembelajaran, dsb.
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan perangkat
pembelajaran dalam bentuk perangkat keras dan perangkat
lunak dengan harapan dapat menunjang prestasi siswa dalam
belajar dan berkontribusi besar bagi pendidikan saat ini.
d. Validasi desain produk
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk
menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja
baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau
tidak (Sugiyono, 2016:414). Dikatakan secara rasional, karena
validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran
rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau
tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk
baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk
menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya.
e. Revisi desain produk
Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli dan
dijumpai kelemahan yang ada pada desain produk tersebut
selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
berkewajiban untuk memperbaiki desain produk agar
selanjutnya dapat diujicoba.
f. Ujicoba produk
Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung
diujicoba dahulu. Namun, harus dibuat terlebih dahulu untuk
menghasilkan produk dalam bentuk fisik, dan produk tersebut
yang kemudian diujicoba. Pengujian dapat dilakukan dengan
ekperimen sehingga diperoleh informasi berkaitan keefektifan
dan keefisienan produk.
g. Revisi produk
Jika pengujian produk pada sampel yang terbatas
tersebut menunjukkan masih terdapat kekurangan, maka
peneliti melakukan perevisian kembali terhadap desain produk
tersebut. Agar dihasilkan produk yang baik dan dapat
diterapkan di lingkup yang lebih luas.
h. Ujicoba pemakaian
Setelah pengujian terhadap desain produk berhasil, dan
dimungkinkan hanya terdapat sedikit revisi, maka selanjutnya
desain produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk
lingkup yang luas. Produk tetap harus dinilai kekurangan atau
i. Revisi produk
Revisi produk ini adalah revisi final untuk
memperbaiki kekurangan setelah di ujicoba. Pada tahapan ini
lebih kepada evaluasi dan penyempurnaan desain produk.
j. Produksi masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk
yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk
diproduksi masal. Untuk dapat diproduksi masal, maka produk
yang dihasilkan harus dipublikasikan kepada pengguna atau
profesional melalui forum pertemuan, penulisan jurnal, buku
atau handbook.
3. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Subagya (2008:39), Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) adalah suatu pola pikir atau paradigma dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pola pikir yang dimaksudkan
dalam membentuk pribadi kemanusiaan yakni siswa diberi
pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa
difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman
tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar
siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.
Melalui dinamika pola pikir tersebut siswa diharapkan
tahu). Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri (bukan karena
patuh pada tradisiatau peraturan). Melalui aksi siswa berbuat dari
kemauannya sendiri (bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi).
Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa
sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan
kehidupan bersamanya yang lebih adil, bersaudara, bermartabat,
melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan
umum.
Menurut Suparno (2016), Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
merupakan pendekatan atau cara guru mendampingi siswa, sehingga
siswa berkembang menjadi pribadi yang utuh (cerdas dan baik).
Maka di dalamnya terdapat visi dan tujuan yakni nantinya siswa
akan dibantu menjadi manusia seutuhnya.
Berdasar penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada penumbuh kembangan
pengetahuan, hati, dan karakter siswa.
Menurut Arrupe (dalam Subagya, 2012:22) PPR memiliki
tujuan menjadikan manusia utuh dalam pendidikan dapat
diterjemahkan kedalam rumusan 3C (Competence, Conscience, dan
Compassion). Berikut penjelasan aspek Competence, Conscience,
a. Competence (pengetahuan)
Competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau
keterampilan sesuai bidangnya. Secara sederhana setelah siswa
mendalami dan mengolah apa yang dipelajari, maka aspek
kognitif pada siswa akan berkembang. Kemudian, secara lebih
mendalam tidak hanya aspek kognitif yang berkembang, aspek
lain seperti aspek afektif dan psikomotoriknya juga ikut
berkembang setelah siswa mau melakukan sesuatu hal
berdasar akibat dari pengetahuan yang bertambah.
b. Consience (hati nurani)
Maksud dari conscience adalah siswa akan memiliki sikap
selektif pada apa yang baik dan tidak baik dalam belajarnya.
Selanjutnya siswa akan memiliki keberanian mengambil
keputusan yang benar. Dengan demikian siswa akan mengasah
kepekaan hati untuk cenderung memilih yang baik dari yang
sudah dipelajarinya.
c. Compassion (bela rasa)
Compassion merupakan kepekaan hati yang akan mengarahkan
siswa pada sikap peduli dan peka terhadap lingkungan, sosial
dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Compassion pada
proses pembelajaran oleh siswa ditunjukan pada sikap siswa
Dengan demikian dalam pembelajaran berbasis PPR, siswa sungguh
dibantu agar menjadi cerdas (menguasai ilmunya) dan menjadi orang
yang berkarakter baik (memiliki suara hati/hati nurani dan bela rasa)
pada orang lain. Pengintegrasian antara penguasaan pengetahuan dan
karakter sungguh muncul dalam pembelajaran berbasis PPR.
Selanjutnya dalam pembelajaran berbasis PPR memiliki dinamika
pembelajaran yang berkesinambungan, yakni:
Gambar 2.2. Siklus dinamika PPR menurut Subagya a. Konteks
Konteks dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terlibat
dalam pembelajaran. Konteks akan memberikan pilihan
membantu atau menghalangi proses pembelajaran dan
perkembangan siswa. Adanya kehadiran konteks memberi
pijakan siswa untuk kesuksesan belajarnya.
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami oleh
siswa. Baik berupa pengalaman dari guru kepada siswa,
maupun pengalaman yang ditekuni oleh siswa tersebut dan
menjadi miliknya sendiri. Dengan adanya pengalaman pada Konteks
Pengalaman Refleksi
siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengalaman
tersebut menjadi suatu pengetahuan. Pengalaman pada
penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
c. Refleksi
Refleksi diawali dengan merasakan segala proses yang sudah
dilalui. Kemudian siswa dapat menuliskannya sebagai
perwujudan perenungan makna pengalaman. Selain itu refleksi
juga dapat berupa pengisian kuesioner atau wawancara sesuai
keadaan yang dialami selama proses pembelajaran.
d. Aksi
Aksi merupakan tingkah laku (tindakan) dapat berupa batin
maupun psikomotorik. Segala sesuatu pada proses aksi akan
mengarahkan siswa menggunakan hasil refleksinya untuk
melakukan suatu tindakan. Sejatinya, pada tahapan aksi
diharap siswa melakukan perubahan tingkah laku (tindakan)
menjadi lebih baik. Aksi berupa batin maupun psikomotorik
yang positif akan berdampak baik pada lingkungan sekitar.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu cara menilai apakah proses pengalaman,
refleksi dan aksi sudah optimal dilaksanakan. Jika hasil
dan compassion siswa adalah baik. Maka dapat diartikan
rangkaian proses pengalaman, refleksi, dan aksi sudah optimal.
4. Inkuiri terbimbing
Menurut Mulyatiningsih (2011:235) inkuiri terbimbing adalah
model pembelajaran yang digunakan guru dalam membimbing siswa
untuk menemukan pengertian baru, mengamati, dan memperoleh
pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan siswa belajar secara
aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.
Anam (2016:92) memaparkan bahwa model pembelajaran
inkuiri memuat perencanaan, respon siswa, memproses,
menciptakan, berbagi, evaluasi dan refleksi. Hal ini sejalan dengan
penerapan PPR, maka model inkuiri terbimbing dapat diterapkan
pada tahapan pengalaman PPR. Tujuannya adalah pengoptimalan
perolehan pengalaman siswa dalam belajar matematika. Berikut
dijelaskan menurut anam tentang proses model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Gambar 2.3. Model Pembelajaran Inkuiri menurut Anam
REFLEKSI
Respon Siswa
Mem- proses Berbagi
Evaluasi
Peren- canaan
a. Perencanaan
Perencanaan yang baik akan menjadi pegangan dan patokan,
meski tidak menutup kemungkinan bahwa perencanaan
tersebut mengalami perubahan di tengah jalan. Adapun tiga hal
yang peru diperhatikan dalam menyusun perencanaan:
menyusun ide-ide terbaru, membuat daftar kesepakatan atau
kontrak belajar dengan siswa, mengubah tampilan ruang
belajar (kelas).
b. Mendorong siswa untuk memberikan respon
Respon dari siswa harus dimaknai sebagai indikasi bahwa
proses pembelajaran sedang berjalan dengan sangat baik.
Siswa berhasil untuk menerima, merencana, mengolah, dan
menyampaikan pendapat mereka terkait dengan materi yang
disampaikan. Hal yang dapat dilakukan untuk menggali respon
dari siswa adalah: membangun suasana, memberi
pertanyaan-pertanyaan spontan, tidak terburu-buru memberi jawaban.
c. Memproses seluruh informasi yang terkumpul
Proses pembelajaran merupakan kondisi dimana banyak
informasi yang tergali, baik yang berasal dari buku pelajaran,
maupun dari proses diskusi yang dilakukan. Penting pula
memperhatikan pengemasan dan pengolahan informasi dalam
suatu bentuk tertentu, sebab akan membuatnya menjadi
d. Menciptakan penemuan baru
Mendorong dan membimbing siswa melakukan interpretasi
atas tiap opini atau teori yang mereka terima akan membantu
siswa untuk bukan saja mengenali, tetapi juga mengerti
kegunaan dan arti pentingnya teori dalam kehidupan nyata.
e. Berbagi
Mengingat dasar utama dari proses pembelajaran adalah
berbagi, maka semua pendapat yang muncul dari proses
pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing selama
masih dilandasi dengan data data yang akurat.
f. Evaluasi
Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, tujuan utama melakukan
evaluasi adalah menggali lebih dalam masukan-masukan atau
pendapat pendapat yang dirasa kurang tergali dalam proses
pembelajaran.
g. Refleksi
Refleksi adalah sebuah sesi dimana materi pelajaran, proses
pembelajaran dan seluruh pernak-pernik peristiwa yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung
diinternalisasikan untuk menemukan arti penting dan makna
Adapun menurut Sanjaya (2008:202) yang menyatakan
pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
dilakukan dalam tahap orientasi ini.
1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai
dari langkah merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
siswa.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan
yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman
yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Pengalaman dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini
dapat diterapkan pada tahap pengalaman PPR dan berdampak baik
pada siswa. Siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika,
jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan.
Penyelidikan difokuskan untuk memahami konsep-konsep
matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah
siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan
pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut
Sanjaya.
Menurut peneliti berdasar penjelasan diatas, pembelajaran
dengan model inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran dengan
tahapan penemuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah
secara terbimbing. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,
sehingga dalam proses penggalian pengalaman ini siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai
subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator.
5. Segiempat
Menurut Smith pada bukunya „Plane Geometry‟ (1956:161)
menjelaskan segiempat merupakan salah satu segi banyak konvek
bersisi empat. Deskripsi segiempat menurut Murdanu (2003:18)
adalah gabungan empat ruas garis yang tertentu oleh empat buah
titik dengan setiap tiga buah titik tidak segaris, yang
sepasang-sepasang bertemu pada ujung ujungnya dan setiap ruas garis pasti
bertemu dengan dua ruas garis lain yang berbeda.
Berdasar penjelasan diatas peneliti menyimpulkan segiempat
segmen garis dan titiknya tidak kolinear. Segiempat yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah segiempat beraturan yang
meliputi persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah
ketupat, dan layang-layang. Ada pun pengertian dari segiempat
tersebut menurut Mahmudi (2010: 5-7) tersaji dalam Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1. Pengertian Segiempat Khusus
No Jenis Bangun Segiempat Pengertian Bentuk
1. Trapesium Segiempat yang memiliki tepat
sepasang sisi sejajar.
2. Jajargenjang
Segiempat yang sepasang – sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
3. Persegi panjang Jajargenjang yang salah satu
sudutnya siku siku.
4. Belah ketupat Jajargenjang yang sepasang
sisi yang berdekatan kongruen.
5. Persegi
Persegi panjang yang sepasang sisinya yang berdekatan kongruen. Dapat pula didefinisikan, persegi adalah belah ketupat yang salah satu sudutnya siku-siku.
6. Layang-layang
Sifat sifat segiempat menurut Soedjadi dan Moesono (1996),
terangkum dalam Tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Sifat sifat Segiempat
No Sifat sifat Jg Pp Bk Ps Ly Tr Sg4
1. Setiap pasang sisi berhadapan sejajar √ √ √ √ - - -
2. Setiap pasang sisi berhadapan sama panjang √ √ √ √ - - -
3. Semua sisinya sama panjang - - √ √ - - -
4. Tepat sepasang sisi sejajar - - - √ -
5. Tepat dua pasang sisi berdekatan sama
panjang - - - - √ - -
6. Setiap pasang sudut berhadapan sama besar √ √ √ √ - - -
7. Tepat sepasang sudut berhadapan sama
besar - - - - √ - -
8. Setiap dua sudut berdekatan berjumalah 180 √ √ √ √ - - -
9. Jumlah semua sudutnya 360 √ √ √ √ √ √ √
10. Kedua diagonalnya saling membagi dua
sama panjang √ √ √ √ - - -
11. Kedua diagonalnya saling berpotongan di
tengah √ √ √ √ - - -
12. Kedua diagonal membagi sudut di
hadapannya menjadi dua saama besar √ √ √ √ - - -
13. Tepat satu diagonal membagi sudut di
hadapannya menjadi dua sama besar - - - - √ - -
14. Kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus - - √ √ √ - -
15. Kedua diagonalnya sama panjang - √ - √ - - -
16. Setiap sudutnya siku siku - √ - √ - - -
Keterangan: Jg: Jajargenjang, Pp: Persegi panjang, Bk: Belah ketupat Ps: Persegi, Ly: Layang-layang, Tr: Trapesium, Sg4: Segi
empat secara umum, (√) : iya, dan (-) : tidak.
Selain sifat-sifatnya, dalam segiempat juga mengenal istilah
keliling dan luas bangun datar segiempat. Menurut Ali (2010:8)
keliling bangun datar segiempat adalah jumlah ukuran sisi bangun
adalah luas daerah segiempat. Adapun rumus keliling dan luas
segiempat dijelaskan dalam Tabel 2.3. berikut.
Tabel 2.3. Rumus Keliling dan Luas Bangun Datar Segiempat
No Jenis Bangun Segiempat Keliling Luas
1. Persegi Panjang K2(pl) L pl
proses pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa
penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari
perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat
dirancang dalam betuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar
isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan
penyiapan media atau alat peraga dan sumber belajar, perangkat
penilaian, dan skenario pembelajaran.
Suparno (2002) mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap
persiapan), guru diharapkan mempersiapan bahan yang mau
mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif
belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan
kelebihan siswa, serta memelajari pengetahuan awal siswa, semua
ini akan tertuang pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola
proses pembelajaran meliputi: Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar,
instrumen penilaian, media pembelajaran dan/atau alat peraga
pembelajaran.
a. Silabus
Silabus pada dasarnya merupakan garis besar program
pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008:16)
mendefenisikan silabus sebagai rencana pembelajaran pada
satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar isi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus pada
penelitian ini dikembangkan berbasis PPR dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Berikut format silabus yang
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Trianto (2010:214) mengemukakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah panduan langkah-langkah yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga
RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan SILABUS
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Satuan Pendidikan :
Kelas : VII
Alokasi Waktu :
KOMPETENSI INTI
KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
KD Materi Kegiatan Pembelajaran
Karakter Indikator Penilaian Alokasi
dijabarkan dalam silabus. RPP pada penelitian ini
dikembangkan menggunakan PPR dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing yang memuat tahapan konteks, pengalaman,
refleksi, aksi dan evaluasi. Berikut desain RPP yang dirancang
peneliti .
Standar Kompetensi :
A. Kompetensi Inti B. Kompetensi Dasar C. Indikator
1. Competence (Pengetahuan) 2. Consience (Suara Hati) 3. Compassion (Kepedulian) D. Tujuan Pembelajaran
1. Competence (Pengetahuan) 2. Consience (Suara Hati) 3. Compassion (Kepedulian) E. Materi Pembelajaran
F. Nilai Kemanusiaan
G. Pendekatan dan Metode Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran
c. Bahan ajar
Bahan ajar menurut Akbar (2013:33) bahan ajar adalah buku
panduan yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata
pelajaran tertentu, dan memiliki ciri-ciri: (1) terdapat sumber
materi ajar; (2) dapat digunakan sebagai referensi baku untuk
mata pelajaran tertentu; (3) tersusun sistematis dan sederhana;
(4) disertai dengan petunjuk pembelajaran. Bahan ajar
digunakan siswa sebagai panduan siswa untuk belajar di kelas
maupun secara mandiri sesuai pendekatan PPR. Bahan ajar
pada penelitian ini dikembangkan dengan PPR dan pada
pengalaman digunakan model inkuiri terbimbing.
d. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Trianto (2010:222) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
adalah panduan yang digunakan siswa untuk menyelidiki dan
memecahkan suatu masalah. Komponen dalam LKS terdiri
atas indikator hasil belajar, petunjuk LKS, dan kegiatan belajar
siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan PPR,
sehingga siswa difasilitasi untuk menemukan konsep materi BAHAN AJAR
Konteks Pengalaman
Bangun datar segi empat
Sifat sifat bangun datar segi empat Rumus keliling dan luas segi empat
secara mandiri dan selanjutnya mengembangkannya. Berikut
format LKS yang peneliti kembangkan.
e. Instrumen Penilaian
Menurut Akbar (2013:88) penilaian pembelajaran adalah
proses memberikan nilai berdasar hasil pengukuran dengan
kualitas nilai tertentu. Penilaian berdasarkan hasil evaluasi,
hasilnya disebut dengan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan
sangat rendah atau dengan sebutan lain seperti baik sekali,
baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Pada penelitian ini
instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan untuk
menilai aspek competence, conscience, dan compassion.
1) Penilaian competence
Menurut Suparno (2015:91) penilaian competence dapat
berupa tes tertulis (tes esai dan tes obyektif), tes lisan, dan
membuat paper. Pengembangan penilaian competence LEMBAR KEGIATAN SISWA
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas : VII
Materi Pelajaran :
Alokasi Waktu :
Alat Peraga :
A. Petunjuk Pelaksanaan B. Tujuan
C. Kegiatan Belajar