• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan aspek competence, conscience, dan compassion dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan aspek competence, conscience, dan compassion dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyak"

Copied!
390
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

R.R. Gora Wastu Isvara. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat. Latar belakang penelitian ini adalah siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika dan refleksi belum dilaksanakan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan dan kualitas perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pada pokok bahasan segiempat.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Desain Produk (6) Ujicoba Produk, dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan dokumentasi.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,69 termasuk kategori Baik. Hasil kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh hasil 107,9 (dengan interval 34,0-136,0) termasuk dalam kategori Baik. Hasil ketuntasan siswa mencapai 64,71% untuk aspek competence. Serta untuk aspek conscience terkait sikap antusias memperoleh hasil 3,06 kategori baik, sikap tanggung jawab memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap teliti memperoleh hasil 2,52 kategori baik. Selanjutnya untuk aspek compassion terkait kerjasama memperoleh hasil 2,92 kategori baik, sikap peduli memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap saling menghargai memperoleh hasil 3,20 kategori baik. Interval aspek conscience dan compassion 1,33-4,00.

(2)

ABSTRACT

R.R. Gora Wastu Isvara. 2017. Development of Mathematics Learning Tool Based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) Based on Competence, Conscience, and Compassion Aspect with Guided Inquiry Learning Model on The Subject of Quadrilateral in Grade VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is a research that develop the learning tool of mathematics based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with guided inquiry learning model on rectangular subject. The background of this research is students have not been actively involved in learning mathematics and reflection has not been implemented optimally. This study aims to describe the development and quality of PPR based learning tools with guided inquiry learning model to facilitate mathematics learning on rectangular subjects.

Researchers use research and development procedures that include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Product Validation, (5) Product Design Revisions (6) Product Trials, and (7) Product Revisions. Learning tools developed are Syllabus, RPP, teaching materials, LKS, assessment instruments, and props. Subjects in this study were students of class VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. The object of this study is a learning device developed by researchers. Data collection techniques used were observation, interviews, questionnaires distribution and documentation.

The result of learning device validation is 3.69 including Good category. The results of the student response questionnaire on the PPR learning process with guided inquiry learning model obtained 107.9 results (with intervals 34.0-136.0) included in the Good category. Student mastery result reaches 64,71% for competence aspect. And for conscience aspect related to enthusiasm attitude to get result of 3.06 good category, responsibility attitude to get result 3,13 good category, and meticulous attitude get result 2,52 good category. Furthermore, for the compassion aspect related to the cooperation obtained the result of 2.92 good categories, the attitude of care to obtain 3.13 good category results, and mutual respect to obtain 3.20 good category results. Interval aspects of conscience and compassion 1.33-4.00.

(3)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN ASPEK

COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN

SEGIEMPAT DI KELAS VIIA SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: R.R. Gora Wastu Isvara

NIM: 131414068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ku ini….

Kupersembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,

Orang tuaku, Sahabat-sahabatku dan

(7)

v

Motto

Kemarin dan esok adalah hari ini

Berbuat baiklah mulai hari ini

-Gora-

Kalaupun sesuatu itu tidak kita peroleh hari ini

Maka semoga akan kita dapatkan besok lusa

Kalaupun sesuatu itu gagal kita jalani hari ini

Maka semoga besok lusa sukses kita lewati

Jikalau selama-lamanya kita tidak beroleh dan gagal

Tidak mengapa, karena boleh jadi Tuhan punya suatu yang

lebih special untuk kita

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

RR. Gora Wastu Isvara. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat. Latar belakang penelitian ini adalah siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran matematika dan refleksi belum dilaksanakan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan dan kualitas perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pada pokok bahasan segiempat.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Desain Produk (6) Ujicoba Produk, dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus, RPP, bahan ajar, LKS, instrumen penilaian, dan alat peraga. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan dokumentasi.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,69 termasuk kategori Baik. Hasil kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh hasil 107,9 (dengan interval 34,0-136,0) termasuk dalam kategori Baik. Hasil ketuntasan siswa mencapai 64,71% untuk aspek competence. Serta untuk aspek conscience terkait sikap antusias memperoleh hasil 3,06 kategori baik, sikap tanggung jawab memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap teliti memperoleh hasil 2,52 kategori baik. Selanjutnya untuk aspek compassion terkait kerjasama memperoleh hasil 2,92 kategori baik, sikap peduli memperoleh hasil 3,13 kategori baik, dan sikap saling menghargai memperoleh hasil 3,20 kategori baik. Interval aspek conscience dan compassion 1,33-4,00.

(11)

ix ABSTRACT

RR. Gora Wastu Isvara. 2017. Development of Mathematics Learning Tool Based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) Based on Competence, Conscience, and Compassion Aspect with Guided Inquiry Learning Model on The Subject of Quadrilateral in Grade VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is a research that develop the learning tool of mathematics based on Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with guided inquiry learning model on rectangular subject. The background of this research is students have not been actively involved in learning mathematics and reflection has not been implemented optimally. This study aims to describe the development and quality of PPR based learning tools with guided inquiry learning model to facilitate mathematics learning on rectangular subjects.

Researchers use research and development procedures that include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Product Validation, (5) Product Design Revisions (6) Product Trials, and (7) Product Revisions. Learning tools developed are Syllabus, RPP, teaching materials, LKS, assessment instruments, and props. Subjects in this study were students of class VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta. The object of this study is a learning device developed by researchers. Data collection techniques used were observation, interviews, questionnaires distribution and documentation.

The result of learning device validation is 3.69 including Good category. The results of the student response questionnaire on the PPR learning process with guided inquiry learning model obtained 107.9 results (with intervals 34.0-136.0) included in the Good category. Student mastery result reaches 64,71% for competence aspect. And for conscience aspect related to enthusiasm attitude to get result of 3.06 good category, responsibility attitude to get result 3,13 good category, and meticulous attitude get result 2,52 good category. Furthermore, for the compassion aspect related to the cooperation obtained the result of 2.92 good categories, the attitude of care to obtain 3.13 good category results, and mutual respect to obtain 3.20 good category results. Interval aspects of conscience and compassion 1.33-4.00.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah melimpahkan karunia dan penyertaanNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Segiempat di Kelas VII A SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun ntuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi demi memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, semangat dan sumbangan pemikiran dari awal penulisan skripsi

hingga selesai.

5. Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku dosen yang bersedia menjadi validator instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

6. Dra. Y. Niken Sasanti selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik. 7. Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII A SMP Negeri 1

(13)

xi

8. Siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama proses penelitian.

9. Kedua orang tua Drs. R. Triyono Widiyanto (almarhum) dan Dra. G. Lilia Hidayati yang senantiasa menjadi sumber semangat dan memberikan dukungan serta doa bagi penulis.

10.Adikku R. Gangga Putra Pandhegan Satwika yang selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

11.Patnerku Thathet Wahyu Bening yang selalu mau mendengarkan keluh kesah penulis dalam setiap persoalan saat menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi peneliti: Andri, Liyana, Sefa, dan Mbak Ica.

13.Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memotivasi menyelesaikan skripsi: Tri, Yuna, Dela, Mensi, Rendy, dan Kres.

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

15.Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian ini dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Penulis

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ERROR! BOOKMARK NOT

DEFINED.

HALAMAN PENGESAHAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

HALAMAN PERSEMBAHAN ... IV

MOTTO ... V

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

ABSTRAK ... VIII

DAFTAR LAMPIRAN ... XVI

BABI

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 8

3. Bahan ajar ... 8

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 9

5. Alat Peraga ... 9

6. Instrumen Penilaian... 9

(15)

xiii

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pembelajaran Matematika ... 11

2. Penelitian dan Pengembangan ... 13

3. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 18

4. Inkuiri terbimbing ... 23

5. Segiempat ... 29

6. Perangkat pembelajaran ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 44

BABIII METODEPENELITIAN ... 46

A. Jenis penelitian ... 46

B. Seting Penelitian ... 46

C. Prosedur Pengembangan ... 47

D. Teknik pengumpulan data ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 65

BABIV HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 114

C. Keterbatasan Penelitian ... 137

BABV KESIMPULANDANSARAN ... 139

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 141

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1. PENGERTIAN SEGIEMPAT ... 30

TABEL 2.2. SIFAT SIFAT SEGIEMPAT... 31

TABEL 2.3. RUMUS KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT ... 32

TABEL 3.1. KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA POTENSI DAN MASALAH ... 52

TABEL 3.2. KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA RESPON GURU ... 53

TABEL 3.3. KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI POTENSI DAN MASALAH ... 54

TABEL 3.4. KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN UJICOBA PRODUK . 55 TABEL 3.5. KISI-KISI KUESIONER SISWA ... 57

TABEL 3.6. KISI-KISI PENILAIAN COMPETENCE ... 59

TABEL 3.7. KISI-KISI PENILAIAN SIKAP CONSIENCE ... 60

TABEL 3.8. KISI-KISI PENILAIAN SIKAP COMPASSION ... 61

TABEL 3.9. KISI-KISI ANGKET VALIDASI PRODUK ... 63

TABEL 3.10. KISI-KISI ANGKET VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN ... 64

TABEL 3.11. KRITERIA KUALIFIKASI VALIDASI ... 67

TABEL 3.12. PEDOMAN KRITERIA PENILAIAN... 70

TABEL 3.13. PEDOMAN PENSKORAN KUESIONER ... 70

TABEL 3.14. PEDOMAN KRITERIA HASIL KUESIONER ... 71

TABEL 4.1. HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 83

TABEL 4.2. REVISI DESAIN PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 84

TABEL 4.3. JADWAL PELAKSANAAN UJICOBA PRODUK ... 85

TABEL 4.4. PRESENTASE NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN ... 124

TABEL 4.5. PRESENTASE NILAI REMEDIAL ... 124

TABEL 4.6. PENILAIAN ANTUSIAS SISWA ... 125

TABEL 4.7. PENILAIAN TANGGUNG JAWAB SISWA ... 126

TABEL 4.8. PENILAIAN KETELITIAN SISWA ... 127

TABEL 4.9. PENILAIAN KERJASAMA SISWA ... 128

TABEL 4.10. PENILAIAN ANTUSIAS SISWA ... 129

TABEL 4.11. PENILAIAN SALING MENGHARGAI SISWA ... 130

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1. SKEMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MENURUT SUGIYONO ... 14

GAMBAR 2.2. SIKLUS DINAMIKA PPR MENURUT SUBAGYA ... 21

GAMBAR 2.3. ALAT PERAGA ... 42

GAMBAR 3.1. TAHAP PENELITIAN ... 47

GAMBAR 4.1. ALAT PERAGA PAPAN BERPETAK ... 81

GAMBAR 4.2. ALAT PERAGA PUZZLE SEGIEMPAT ... 81

GAMBAR 4.3. PENGGALIAN KONTEKS PERTEMUAN PERTAMA ... 86

GAMBAR 4.4. SISWA BERDISKUSI DALAM KELOMPOK ... 88

GAMBAR 4.5. SISWA BERTANYA KEPADA GURU ... 89

GAMBAR 4.6. GURU MEMINTA SISWA PRESENTASI ... 89

GAMBAR 4.7. SISWA PRESENTASI HASIL PEKERJAANNYA ... 90

GAMBAR 4.8. KEGIATAN SISWA BERDISKUSI ... 94

GAMBAR 4.9. GURU MEMBANTU SISWA DALAM BERDISKUSI... 95

GAMBAR 4.10. GURU MELAKUKAN TANYA JAWAB ... 96

GAMBAR 4.11. SISWA PRESENTASI HASIL PEKERJAANNYA ... 97

GAMBAR 4.12. GURU BERSAMA SISWA MERUMUSKAN KESIMPULAN ... 97

GAMBAR 4.13. MENGGALI KONTEKS PEMBELAJARAN KE-3 ... 99

GAMBAR 4.14. SISWA MENGERJAKAN SOAL ... 102

GAMBAR 4.15. SISWA MENGISI LEMBAR REFLEKSI ... 103

GAMBAR 4.16. SISWA MENGUMPULKAN TUGAS AKSI ... 104

GAMBAR 4.17. SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 106

GAMBAR 4.18. SISWA AKTIF MENGERJAKAN LKS ... 107

GAMBAR 4.19. SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 110

GAMBAR 4.20. SISWA MENULISKAN HASIL MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ... 111

GAMBAR 4.21. SISWA MENGISI LEMBAR KUESIONER SEBAGAI REFLEKSI ... 113

GAMBAR 4.22. PRESENTASE KETUNTASAN ULANGAN HARIAN ... 123

GAMBAR 4.23. PRESENTASE KETUNTASAN SISWA BERDASAR NILAI RATA-RATA ULANGAN HARIAN PERTAMA DAN KEDUA ... 123

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN SUDAH PENELITIAN ... 145

LAMPIRAN 2 HASIL VALIDASI WAWANCARA ... 146

LAMPIRAN 3 HASIL VALIDASI KUESIONER ... 148

LAMPIRAN 4 HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN OLEH AHLI 1 ... 150

LAMPIRAN 5 HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN OLEH AHLI 2 ... 169

LAMPIRAN 6 SILABUS ... 189

LAMPIRAN 7 RPP ... 196

LAMPIRAN 8 BAHAN AJAR ... 223

LAMPIRAN 9 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) ... 233

LAMPIRAN 10 INSTRUMEN PENILAIAN ... 257

LAMPIRAN 11 KUESIONER SISWA ... 266

LAMPIRAN 12 TRANSKRIPSI WAWANCARA POTENSI DAN MASALAH ... 268

LAMPIRAN 13 TRANSKRIPSI WAWANCARA KETERLAKSANAAN UJICOBA ... 270

LAMPIRAN 14 TRANSKRIPSI KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 274

LAMPIRAN 15 HASIL OBSERVASI POTENSI DAN MASALAH ... 289

LAMPIRAN 16 HASIL OBSERVASI KETERLAKSANAAN UJICOBA ... 291

LAMPIRAN 17 HASIL PEKERJAAN LKS SISWA ... 301

LAMPIRAN 18 HASIL ULANGAN HARIAN 1 ... 326

LAMPIRAN 19 HASIL ULANGAN HARIAN 2 ... 332

LAMPIRAN 20 HASIL REMEDIAL ... 337

LAMPIRAN 21HASIL REFLEKSI ... 339

LAMPIRAN 22 HASIL KUESIONER ... 344

LAMPIRAN 23 HASIL PENILAIAN COMPETENCE ... 348

LAMPIRAN 24 HASIL PENILAIAN CONSIENCE DAN COMPASSION ... 350

LAMPIRAN 25 HASIL PERHITUNGAN KUESIONER ... 352

LAMPIRAN 26 HASIL VALIDASI SOAL SETELAH UJICOBA ... 356

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika pada umumnya masih bersifat penyampaian

informasi tanpa banyak melibatkan siswa untuk membangun sendiri

pemahamannya. Hal ini juga diungkapkan oleh de Lange (Turmudi, 2010)

bahwa pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai kegiatan yang

dilaksanakan guru, ia mengenalkan subjek, memberikan satu atau dua contoh,

lalu mungkin menanyakan satu atau dua pertanyaan, dan pada umumnya

meminta siswa yang biasanya mendengarkan secara pasif untuk menjadi aktif

dengan mulai mengerjakan latihan yang diambil dari buku.

Mengajak siswa belajar secara aktif pada hakikatnya menuntun siswa

untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya dengan

optimal. Aspek kognitif yang berupa kegiatan memperoleh, mengolah,

mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan dapat ditinjau dari hasil

pencapaian kompetensi siswa. Aspek afektif dan psikomotorik dapat ditinjau

dari sikap yang ditunjukan siswa saat pembelajaran berlangsung. Maka

harapannya ketiga aspek tersebut dapat berkembang dengan optimal.

Berdasar hasil observasi di kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyakarta, guru

menggunakan metode ceramah. Selanjutnya hasil observasi meninjau aspek

conscience diperoleh siswa kurang antusias saat pembelajaran berlangsung,

(20)

teliti saat menuliskan jawaban di papan tulis. Hasil observasi terkait aspek

compassion diperoleh kerjasama antar siswa, peduli dan saling menghargai di

kelas tersebut kurang terlihat. Kemudian berdasarkan hasil wawancara

dengan guru matematika diperoleh pemaparan tentang hasil belajar siswa

belum optimal. Terdapat siswa yang belum tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) yakni 75 untuk aspek competence (kompetensi).

Pemaparan diatas menjadi persoalan jika tidak segera diatasi, maka guru

harus memiliki cara untuk mengupayakan pembelajaran matematika yang

dapat mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif, dan

psikomotorik. Pengupayaan dapat berupa mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang tepat guna, memadai, dan dapat diaplikasikan dalam

pembelajaran matematika. Hasil observasi terkait perangkat yang digunakan

adalah guru mengadopsi dan menggunakan perangkat pembelajaran dari

internet tanpa adanya inovasi, pendekatan dan model pembelajaran tertentu.

Pendekatan dan model pembelajaran diharapkan dapat diterapkan untuk

menunjang ketercapaian tujuan belajar. Pendekatan dan model pembelajaran

dapat berupa pendekatan yang dirasa cocok dan model pembelajarannya

dapat diterapkan dengan memperhatikan pertimbangan potensi dan kebutuhan

siswa. Berdasar hasil observasi guru belum memunculkan pendekatan dan

model belajar yang tepat, karena masih menggunakan metode ceramah.

Akibat lain dari pembelajaran yang pasif adalah kurang bermaknanya

pembelajaran matematika dan membuat siswa memahami konsep matematika

(21)

topik bahasan geometri, khususnya konsep segiempat. Keterkaitan antar

konsep pada geometri sangat erat, beberapa hal seperti konsep garis, konsep

tentang sudut, serta klasifikasi bangun datar adalah syarat wajib dimengerti

terlebih dahulu oleh siswa.

Berdasar pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti memberikan

solusi berupa pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa aktif belajar dan

lebih memahami konsep geometri khususnya segi empat yang dikaikan

dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud

adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dipandang sebagai suatu cara,

membantu siswa berkembang menjadi pribadi yang utuh. Pribadi yang utuh

menurut Kolvenbach (Pratini, 2016:Vol.3) adalah berkembang menjadi

pribadi yang kompeten (Competence) dalam bidangnya, memiliki hati nurani

(Conscience) yang benar, dan memiliki kepedulian (Compassion) yang

tumbuh dari kasih kepada sesama. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

memiliki tahapan yang menerapkan nilai-nilai hidup dan berkesinambungan,

yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi (Subagya, 2010:42).

Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri

terbimbing pada topik geometri yakni segiempat khusus (persegi, persegi

panjang, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang). Model

(22)

pengalaman pada PPR. Pengembangan perangkat menggunakan PPR dengan

model inkuiri terbimbing ini bertujuan agar siswa terbantu dalam menemukan

konsep dan menyelesaikan permasalahan terkait segiempat, serta menjadikan

siswa memiliki pribadi yang berkompeten (competence), memiliki kesadaran

akan suara hati (conscience), dan peduli (compassion) terhadap teman dan

lingkungan sekitar melalui pembelajaran matematika.

Selain latar belakang dan solusi yang dipaparkan, peneliti mengacu pada

penelitian dari Prabaningrum (2016) yang berjudul “Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi

Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pada Pokok Bahasan Balok

di Kelas VIIIE SMP Negeri 1 Yogyakarta”. Penelitian tersebut

mendeskripsikan tentang pengembangan perangkat pembelajaran yakni

silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Kualitas produk yang

dihasilkan memperoleh skor 4,14 dengan kategori baik. Serta penelitian dari

Yuliania (2014) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran

Matematika Berbentuk Permainan Multimedia Interaktif pada Pokok Bahasan

Segiempat untuk Siswa SMP kelas VII”. Pada penelitian tersebut mengenai

pengebangan media pembelajaraan dengan topik bahasan segiempat.

Kualitas produk yang dihasilkan berkategori baik.

Penelitian yang dipaparkan diatas relevan dengan penelitian ini yakni

berfokus pada penelitian pengembangan perangkat pembelajaran. Selain itu,

penelitian tersebut memberikan gambaran kepada peneliti dalam merancang

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut.

1. Pembelajaran matematika belum melibatkan siswa secara aktif.

2. Aspek competence (kompetensi) belum optimal, aspek conscience terkait

antusias, tanggung jawab, dan teliti, serta aspek compassion terkait sikap

kerjasama, peduli, dan saling menghargai kurang nampak.

3. Siswa kurang memahami konsep matematika secara terintegrasi, terlebih

pada konsep geometri khususnya segiempat.

4. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum menggunakan

pendekatan dan model tertentu.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka adapun pembatasan masalah yang

diteliti pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta yakni:

1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Penelitian ini meninjau aspek competence, conscience, dan compassion

dengan cara diskusi kelompok menggunakan alat peraga.

3. Bidang kajian terbatas pada materi dan soal segiempat khusus (persegi,

persegi panjang, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan

layang-layang) serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

D.Rumusan Masalah

Berdasar penjelasan latar belakang dan pembatasan masalah yang ada,

(24)

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran dan alat peraga

pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi segiempat?

2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran dan alat peraga

pembelajaran materi segiempat berbasis PPR dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing?

E.Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah yang ada, maka dapat ditentukan tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi

segiempat berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran dan alat peraga

pembelajaran materi segiempat berbasis PPR dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, yakni:

1. Pihak Sekolah

Penelitian ini memberikan wawasan mengenai cara memberikan

pendampingan pendidikan karakter menggunakan Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Guru matematika

Guru mendapat pengalaman dari keterlibatannya mengajar matematika

menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PPR, yang tepat guna

(25)

3. Siswa

Siswa terbantu meningkatkan kemampuan menyelesaikan persoalan

matematika pada materi segiempat. Serta sebagai pengalaman baru bagi

siswa dalam belajar matematika, sehingga semakin tertarik terhadap

matematika.

4. Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman baru secara langsung dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

5. Pembaca

Penelitian ini dapat sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin

melakukan penelitian pengembangan lainnya atau pun meneliti lebih

lanjut.

G.Penjelasan Istilah

Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda atas penelitian ini, maka

diberikan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang menitik beratkan pada aspek kompetensi

(competence), suara hati (conscience) dan peduli (compassion).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran

dengan tahapan penemuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah

secara terbimbing.

3. Segiempat adalah bangun datar segi banyak konkav yang terbentuk dari

(26)

4. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang merancang,

mengembangkan, menguji keefektifan produk dan disempurnakan untuk

dapat diproduksi masal.

H.Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berbentuk perangkat pembelajaran berupa

Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

(LKS), bahan ajar, alat pembelajaran, dan instrumen penilaian. Berikut

penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan oleh peneliti berpedoman pada silabus

sekolah dengan berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang peneliti

memiliki perbedaan dengan RPP pada umumnya. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) disusun dengan menerapkan pendekatan PPR,

sehingga pada langkah langkah pembelajarannya memunculkan dinamika

PPR yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Pada

tahapan pengalaman digunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

3. Bahan ajar

Bahan ajar yang dirancang pada penelitian ini mengacu pada kompetensi

dasar, indikator dan tujuan yang ingin dicapai. Bahan ajar disesuaikan

dengan konsep konsep dan kejadian-kejadian (fakta faktual) di sekitar

(27)

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dikembangkan guna membantu siswa dalam

memahami materi ajar. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang

peneliti syarat akan penerapan PPR.

5. Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan berpetak

dan puzzle segiempat. Penggunaan alat peraga dirancang peneliti untuk

dapat membantu keterlaksanaan pembelajaran berbasis PPR dengan

model pembelajaran inkuiri terbimbing. Berikut deskripsi alat peraga

yang digunakan: 1) papan berpetak diharapkan membantu siswa dapat

menemukan rumus mencari keliling dan luas persegi dan persegi

panjang. 2) puzzle segiempat adalah alat peraga yang digunakan untuk

membantu siswa menemukan rumus keliling serta luasan jajargenjang,

trapesium, belah ketupat dan layang-layang melalui pendekatan luas

persegi panjang.

6. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian dirancang berdasarkan penilaian dalam PPR, dimana

terdapat 3 aspek yang dinilai yakni competence, conscience, dan

compassion. Penilaian competence menggunakan penilaian tes tertulis.

Penilaian consciensce dan compassion dilihat dari pengamatan sikap dan

perilaku siswa dikelas saat mengikuti pembelajaran.

a. Competence

Penilaian competence berdasarkan ketercapaian indikator

(28)

competence berupa tugas dan ulangan harian berdasarkan kompetensi

yang ditentukan.

b. Conscience

Instrumen penilaian aspek conscience yang digunakan dalam

penelitian digunakan untuk menilai sikap antusias, tanggung jawab

dan teliti siswa.

c. Compassion

Instrumen penilaian aspek compassion yang digunakan dalam

penelitian digunakan untuk menilai sikap peduli, saling menghargai,

(29)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran sebagaimana dicantumkan pada Undang-undang

No. 20 Tahun 2003, adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi

ini sejalan dengan maksud dari pembelajaran yakni suatu proses

untuk menggali pengetahuan dan aspek-aspek tertentu pada siswa

dengan adanya interaksi mengajar dan belajar.

Matematika menurut Tinggih (dalam Suherman, 2001), adalah

ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini

dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui

penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas

dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih

menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.

Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu, 2013) matematika itu

bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena

dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan

(30)

Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan

bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambang-lambang

atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam

pemecahan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari hari.

Selanjutnya menurut Lange (dalam Hardi, 2005:19)

matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan

pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali.

Proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui

penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Pembelajaran

matematika sebaiknya dimulai dari masalah yang kontekstual. Hardi

(2006:10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari:

(1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan

sehari-hari siswa, (2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan

dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam

proses pembelajaran siswa, (3) situasi masyarakat, yaitu yang

berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa

tinggal, dan (4) situasi saintifik/matematik, yaitu yang berkenaan

dengan sains atau matematika itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar dengan

(31)

sungguh memahami matematika sebagai cara untuk memecahkan

berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penelitian dan Pengembangan

Menurut Sugiyono (2016:407), penelitian dan pengembangan

(Reasearch and Development) merupakan penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk

tersebut. Borg and Gall (dalam Sugiyono 2009:4) menyatakan

bahwa, penelitian dan pengembangan (Research and

Development/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang

digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Berdasar kedua pendapat ahli tersebut maka peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa penelitian dan pengembangan (Research

and Development) adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

menghasilkan produk-produk tertentu serta menguji validitas dan

keefektifan produk tersebut dalam penerapannya.

Menurut Sugiyono (2016:408) adapun langkah-langkah

pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Research and

(32)

Gambar 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah

Menurut Sugiyono (2016:409), potensi adalah segala

sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.

Penelitian dan pengembangan (Research &

Development) harus dimulai dengan adanya potensi.

Sedangkan masalah sendiri adalah sesuatu yang timbul akibat

penyimpangan dari daya guna potensi. Penyimpangan yang

dimaksudkan adalah ketidaksesuaian antara yang diharapkan

dengan apa yang terjadi dalam penelitian, sehingga munculnya

masalah akan menjadi landasan dalam penelitian dan

pengembangan (Research & Development).

Potensi dan

Masalah Pengumpulan

Data

Desain Produk

Validasi Desain Produk Revisi Desain

Produk Ujicoba

Produk

Revisi Produk Pemakaian Ujicoba Revisi Produk

(33)

b. Pengumpulan data

Sugiyono (2016:411) menyampaikan bahwa setelah

potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual

dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai

informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu. Produk tersebut diharapkan

dapat mengatasi masalah yang ditemukan, sehingga

mengumpulkan data merupakan usaha mendapatkan

informasi-informasi berkaitan dengan potensi dan masalah

yang ada. Ini akan digunakan sebagai landasan dalam

mengembangkan suatu produk. Pengumpulan informasi juga

digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang paling

tepat serta batasan batasan dalam pengembangan produk.

c. Desain produk

Desain produk merupakan mewujudkan gambaran

produk yang akan dihasilkan. Produk hasil dari Research &

Development harus bermanfaat. Desain produk dalam

penelitian dan pengembangan pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan produktifitas pendidikan (Sugiyono, 2016:412).

Produk-produk dapat berupa perangkat pembelajaran yang

dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak.

Perangkat keras meliputi alat bantu belajar, media belajar,

(34)

program-progam pendidikan, pengkajian kurikulum,

implementasi metode pendidikan, evaluasi pembelajaran, dsb.

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan perangkat

pembelajaran dalam bentuk perangkat keras dan perangkat

lunak dengan harapan dapat menunjang prestasi siswa dalam

belajar dan berkontribusi besar bagi pendidikan saat ini.

d. Validasi desain produk

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk

menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja

baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau

tidak (Sugiyono, 2016:414). Dikatakan secara rasional, karena

validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran

rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau

tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk

baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk

menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui

kelemahan dan kekuatannya.

e. Revisi desain produk

Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli dan

dijumpai kelemahan yang ada pada desain produk tersebut

selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

(35)

berkewajiban untuk memperbaiki desain produk agar

selanjutnya dapat diujicoba.

f. Ujicoba produk

Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung

diujicoba dahulu. Namun, harus dibuat terlebih dahulu untuk

menghasilkan produk dalam bentuk fisik, dan produk tersebut

yang kemudian diujicoba. Pengujian dapat dilakukan dengan

ekperimen sehingga diperoleh informasi berkaitan keefektifan

dan keefisienan produk.

g. Revisi produk

Jika pengujian produk pada sampel yang terbatas

tersebut menunjukkan masih terdapat kekurangan, maka

peneliti melakukan perevisian kembali terhadap desain produk

tersebut. Agar dihasilkan produk yang baik dan dapat

diterapkan di lingkup yang lebih luas.

h. Ujicoba pemakaian

Setelah pengujian terhadap desain produk berhasil, dan

dimungkinkan hanya terdapat sedikit revisi, maka selanjutnya

desain produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk

lingkup yang luas. Produk tetap harus dinilai kekurangan atau

(36)

i. Revisi produk

Revisi produk ini adalah revisi final untuk

memperbaiki kekurangan setelah di ujicoba. Pada tahapan ini

lebih kepada evaluasi dan penyempurnaan desain produk.

j. Produksi masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk

yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk

diproduksi masal. Untuk dapat diproduksi masal, maka produk

yang dihasilkan harus dipublikasikan kepada pengguna atau

profesional melalui forum pertemuan, penulisan jurnal, buku

atau handbook.

3. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagya (2008:39), Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) adalah suatu pola pikir atau paradigma dalam

menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pola pikir yang dimaksudkan

dalam membentuk pribadi kemanusiaan yakni siswa diberi

pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa

difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman

tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar

siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.

Melalui dinamika pola pikir tersebut siswa diharapkan

(37)

tahu). Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri (bukan karena

patuh pada tradisiatau peraturan). Melalui aksi siswa berbuat dari

kemauannya sendiri (bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi).

Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa

sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan

kehidupan bersamanya yang lebih adil, bersaudara, bermartabat,

melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan

umum.

Menurut Suparno (2016), Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

merupakan pendekatan atau cara guru mendampingi siswa, sehingga

siswa berkembang menjadi pribadi yang utuh (cerdas dan baik).

Maka di dalamnya terdapat visi dan tujuan yakni nantinya siswa

akan dibantu menjadi manusia seutuhnya.

Berdasar penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang menitik beratkan pada penumbuh kembangan

pengetahuan, hati, dan karakter siswa.

Menurut Arrupe (dalam Subagya, 2012:22) PPR memiliki

tujuan menjadikan manusia utuh dalam pendidikan dapat

diterjemahkan kedalam rumusan 3C (Competence, Conscience, dan

Compassion). Berikut penjelasan aspek Competence, Conscience,

(38)

a. Competence (pengetahuan)

Competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau

keterampilan sesuai bidangnya. Secara sederhana setelah siswa

mendalami dan mengolah apa yang dipelajari, maka aspek

kognitif pada siswa akan berkembang. Kemudian, secara lebih

mendalam tidak hanya aspek kognitif yang berkembang, aspek

lain seperti aspek afektif dan psikomotoriknya juga ikut

berkembang setelah siswa mau melakukan sesuatu hal

berdasar akibat dari pengetahuan yang bertambah.

b. Consience (hati nurani)

Maksud dari conscience adalah siswa akan memiliki sikap

selektif pada apa yang baik dan tidak baik dalam belajarnya.

Selanjutnya siswa akan memiliki keberanian mengambil

keputusan yang benar. Dengan demikian siswa akan mengasah

kepekaan hati untuk cenderung memilih yang baik dari yang

sudah dipelajarinya.

c. Compassion (bela rasa)

Compassion merupakan kepekaan hati yang akan mengarahkan

siswa pada sikap peduli dan peka terhadap lingkungan, sosial

dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Compassion pada

proses pembelajaran oleh siswa ditunjukan pada sikap siswa

(39)

Dengan demikian dalam pembelajaran berbasis PPR, siswa sungguh

dibantu agar menjadi cerdas (menguasai ilmunya) dan menjadi orang

yang berkarakter baik (memiliki suara hati/hati nurani dan bela rasa)

pada orang lain. Pengintegrasian antara penguasaan pengetahuan dan

karakter sungguh muncul dalam pembelajaran berbasis PPR.

Selanjutnya dalam pembelajaran berbasis PPR memiliki dinamika

pembelajaran yang berkesinambungan, yakni:

Gambar 2.2. Siklus dinamika PPR menurut Subagya a. Konteks

Konteks dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terlibat

dalam pembelajaran. Konteks akan memberikan pilihan

membantu atau menghalangi proses pembelajaran dan

perkembangan siswa. Adanya kehadiran konteks memberi

pijakan siswa untuk kesuksesan belajarnya.

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami oleh

siswa. Baik berupa pengalaman dari guru kepada siswa,

maupun pengalaman yang ditekuni oleh siswa tersebut dan

menjadi miliknya sendiri. Dengan adanya pengalaman pada Konteks

Pengalaman Refleksi

(40)

siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengalaman

tersebut menjadi suatu pengetahuan. Pengalaman pada

penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

c. Refleksi

Refleksi diawali dengan merasakan segala proses yang sudah

dilalui. Kemudian siswa dapat menuliskannya sebagai

perwujudan perenungan makna pengalaman. Selain itu refleksi

juga dapat berupa pengisian kuesioner atau wawancara sesuai

keadaan yang dialami selama proses pembelajaran.

d. Aksi

Aksi merupakan tingkah laku (tindakan) dapat berupa batin

maupun psikomotorik. Segala sesuatu pada proses aksi akan

mengarahkan siswa menggunakan hasil refleksinya untuk

melakukan suatu tindakan. Sejatinya, pada tahapan aksi

diharap siswa melakukan perubahan tingkah laku (tindakan)

menjadi lebih baik. Aksi berupa batin maupun psikomotorik

yang positif akan berdampak baik pada lingkungan sekitar.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu cara menilai apakah proses pengalaman,

refleksi dan aksi sudah optimal dilaksanakan. Jika hasil

(41)

dan compassion siswa adalah baik. Maka dapat diartikan

rangkaian proses pengalaman, refleksi, dan aksi sudah optimal.

4. Inkuiri terbimbing

Menurut Mulyatiningsih (2011:235) inkuiri terbimbing adalah

model pembelajaran yang digunakan guru dalam membimbing siswa

untuk menemukan pengertian baru, mengamati, dan memperoleh

pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Model

pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan siswa belajar secara

aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.

Anam (2016:92) memaparkan bahwa model pembelajaran

inkuiri memuat perencanaan, respon siswa, memproses,

menciptakan, berbagi, evaluasi dan refleksi. Hal ini sejalan dengan

penerapan PPR, maka model inkuiri terbimbing dapat diterapkan

pada tahapan pengalaman PPR. Tujuannya adalah pengoptimalan

perolehan pengalaman siswa dalam belajar matematika. Berikut

dijelaskan menurut anam tentang proses model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

Gambar 2.3. Model Pembelajaran Inkuiri menurut Anam

REFLEKSI

Respon Siswa

Mem- proses Berbagi

Evaluasi

Peren- canaan

(42)

a. Perencanaan

Perencanaan yang baik akan menjadi pegangan dan patokan,

meski tidak menutup kemungkinan bahwa perencanaan

tersebut mengalami perubahan di tengah jalan. Adapun tiga hal

yang peru diperhatikan dalam menyusun perencanaan:

menyusun ide-ide terbaru, membuat daftar kesepakatan atau

kontrak belajar dengan siswa, mengubah tampilan ruang

belajar (kelas).

b. Mendorong siswa untuk memberikan respon

Respon dari siswa harus dimaknai sebagai indikasi bahwa

proses pembelajaran sedang berjalan dengan sangat baik.

Siswa berhasil untuk menerima, merencana, mengolah, dan

menyampaikan pendapat mereka terkait dengan materi yang

disampaikan. Hal yang dapat dilakukan untuk menggali respon

dari siswa adalah: membangun suasana, memberi

pertanyaan-pertanyaan spontan, tidak terburu-buru memberi jawaban.

c. Memproses seluruh informasi yang terkumpul

Proses pembelajaran merupakan kondisi dimana banyak

informasi yang tergali, baik yang berasal dari buku pelajaran,

maupun dari proses diskusi yang dilakukan. Penting pula

memperhatikan pengemasan dan pengolahan informasi dalam

suatu bentuk tertentu, sebab akan membuatnya menjadi

(43)

d. Menciptakan penemuan baru

Mendorong dan membimbing siswa melakukan interpretasi

atas tiap opini atau teori yang mereka terima akan membantu

siswa untuk bukan saja mengenali, tetapi juga mengerti

kegunaan dan arti pentingnya teori dalam kehidupan nyata.

e. Berbagi

Mengingat dasar utama dari proses pembelajaran adalah

berbagi, maka semua pendapat yang muncul dari proses

pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing selama

masih dilandasi dengan data data yang akurat.

f. Evaluasi

Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, tujuan utama melakukan

evaluasi adalah menggali lebih dalam masukan-masukan atau

pendapat pendapat yang dirasa kurang tergali dalam proses

pembelajaran.

g. Refleksi

Refleksi adalah sebuah sesi dimana materi pelajaran, proses

pembelajaran dan seluruh pernak-pernik peristiwa yang

muncul selama proses pembelajaran berlangsung

diinternalisasikan untuk menemukan arti penting dan makna

(44)

Adapun menurut Sanjaya (2008:202) yang menyatakan

pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina

suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang

dilakukan dalam tahap orientasi ini.

1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan

langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai

dari langkah merumuskan masalah sampai dengan

merumuskan kesimpulan.

3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar

siswa.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa

pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan

yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah

(45)

jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang

sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu

melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman

yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental

melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru

untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)

pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan

berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses

mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi

yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan

(46)

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang

ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Pengalaman dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini

dapat diterapkan pada tahap pengalaman PPR dan berdampak baik

pada siswa. Siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik

mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika,

jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan.

Penyelidikan difokuskan untuk memahami konsep-konsep

matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah

siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan

(47)

pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut

Sanjaya.

Menurut peneliti berdasar penjelasan diatas, pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran dengan

tahapan penemuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah

secara terbimbing. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,

sehingga dalam proses penggalian pengalaman ini siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam

memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai

subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator.

5. Segiempat

Menurut Smith pada bukunya „Plane Geometry‟ (1956:161)

menjelaskan segiempat merupakan salah satu segi banyak konvek

bersisi empat. Deskripsi segiempat menurut Murdanu (2003:18)

adalah gabungan empat ruas garis yang tertentu oleh empat buah

titik dengan setiap tiga buah titik tidak segaris, yang

sepasang-sepasang bertemu pada ujung ujungnya dan setiap ruas garis pasti

bertemu dengan dua ruas garis lain yang berbeda.

Berdasar penjelasan diatas peneliti menyimpulkan segiempat

(48)

segmen garis dan titiknya tidak kolinear. Segiempat yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah segiempat beraturan yang

meliputi persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah

ketupat, dan layang-layang. Ada pun pengertian dari segiempat

tersebut menurut Mahmudi (2010: 5-7) tersaji dalam Tabel 2.1

berikut.

Tabel 2.1. Pengertian Segiempat Khusus

No Jenis Bangun Segiempat Pengertian Bentuk

1. Trapesium Segiempat yang memiliki tepat

sepasang sisi sejajar.

2. Jajargenjang

Segiempat yang sepasang – sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

3. Persegi panjang Jajargenjang yang salah satu

sudutnya siku siku.

4. Belah ketupat Jajargenjang yang sepasang

sisi yang berdekatan kongruen.

5. Persegi

Persegi panjang yang sepasang sisinya yang berdekatan kongruen. Dapat pula didefinisikan, persegi adalah belah ketupat yang salah satu sudutnya siku-siku.

6. Layang-layang

(49)

Sifat sifat segiempat menurut Soedjadi dan Moesono (1996),

terangkum dalam Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Sifat sifat Segiempat

No Sifat sifat Jg Pp Bk Ps Ly Tr Sg4

1. Setiap pasang sisi berhadapan sejajar √ √ √ √ - - -

2. Setiap pasang sisi berhadapan sama panjang √ √ √ √ - - -

3. Semua sisinya sama panjang - - √ √ - - -

4. Tepat sepasang sisi sejajar - - - √ -

5. Tepat dua pasang sisi berdekatan sama

panjang - - - - √ - -

6. Setiap pasang sudut berhadapan sama besar √ √ √ √ - - -

7. Tepat sepasang sudut berhadapan sama

besar - - - - √ - -

8. Setiap dua sudut berdekatan berjumalah 180 √ √ √ √ - - -

9. Jumlah semua sudutnya 360 √ √ √ √ √ √ √

10. Kedua diagonalnya saling membagi dua

sama panjang √ √ √ √ - - -

11. Kedua diagonalnya saling berpotongan di

tengah √ √ √ √ - - -

12. Kedua diagonal membagi sudut di

hadapannya menjadi dua saama besar √ √ √ √ - - -

13. Tepat satu diagonal membagi sudut di

hadapannya menjadi dua sama besar - - - - √ - -

14. Kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus - - √ √ √ - -

15. Kedua diagonalnya sama panjang - √ - √ - - -

16. Setiap sudutnya siku siku - √ - √ - - -

Keterangan: Jg: Jajargenjang, Pp: Persegi panjang, Bk: Belah ketupat Ps: Persegi, Ly: Layang-layang, Tr: Trapesium, Sg4: Segi

empat secara umum, (√) : iya, dan (-) : tidak.

Selain sifat-sifatnya, dalam segiempat juga mengenal istilah

keliling dan luas bangun datar segiempat. Menurut Ali (2010:8)

keliling bangun datar segiempat adalah jumlah ukuran sisi bangun

(50)

adalah luas daerah segiempat. Adapun rumus keliling dan luas

segiempat dijelaskan dalam Tabel 2.3. berikut.

Tabel 2.3. Rumus Keliling dan Luas Bangun Datar Segiempat

No Jenis Bangun Segiempat Keliling Luas

1. Persegi Panjang K2(pl) Lpl

proses pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa

penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari

perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat

dirancang dalam betuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar

isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan

penyiapan media atau alat peraga dan sumber belajar, perangkat

penilaian, dan skenario pembelajaran.

Suparno (2002) mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap

persiapan), guru diharapkan mempersiapan bahan yang mau

(51)

mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif

belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan

kelebihan siswa, serta memelajari pengetahuan awal siswa, semua

ini akan tertuang pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola

proses pembelajaran meliputi: Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar,

instrumen penilaian, media pembelajaran dan/atau alat peraga

pembelajaran.

a. Silabus

Silabus pada dasarnya merupakan garis besar program

pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008:16)

mendefenisikan silabus sebagai rencana pembelajaran pada

satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang

mencakup standar isi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus pada

penelitian ini dikembangkan berbasis PPR dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Berikut format silabus yang

(52)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Trianto (2010:214) mengemukakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah panduan langkah-langkah yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga

RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan SILABUS

Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Satuan Pendidikan :

Kelas : VII

Alokasi Waktu :

KOMPETENSI INTI

KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

KD Materi Kegiatan Pembelajaran

Karakter Indikator Penilaian Alokasi

(53)

dijabarkan dalam silabus. RPP pada penelitian ini

dikembangkan menggunakan PPR dengan model pembelajaran

inkuiri terbimbing yang memuat tahapan konteks, pengalaman,

refleksi, aksi dan evaluasi. Berikut desain RPP yang dirancang

peneliti .

Standar Kompetensi :

A. Kompetensi Inti B. Kompetensi Dasar C. Indikator

1. Competence (Pengetahuan) 2. Consience (Suara Hati) 3. Compassion (Kepedulian) D. Tujuan Pembelajaran

1. Competence (Pengetahuan) 2. Consience (Suara Hati) 3. Compassion (Kepedulian) E. Materi Pembelajaran

F. Nilai Kemanusiaan

G. Pendekatan dan Metode Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran

(54)

c. Bahan ajar

Bahan ajar menurut Akbar (2013:33) bahan ajar adalah buku

panduan yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata

pelajaran tertentu, dan memiliki ciri-ciri: (1) terdapat sumber

materi ajar; (2) dapat digunakan sebagai referensi baku untuk

mata pelajaran tertentu; (3) tersusun sistematis dan sederhana;

(4) disertai dengan petunjuk pembelajaran. Bahan ajar

digunakan siswa sebagai panduan siswa untuk belajar di kelas

maupun secara mandiri sesuai pendekatan PPR. Bahan ajar

pada penelitian ini dikembangkan dengan PPR dan pada

pengalaman digunakan model inkuiri terbimbing.

d. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2010:222) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

adalah panduan yang digunakan siswa untuk menyelidiki dan

memecahkan suatu masalah. Komponen dalam LKS terdiri

atas indikator hasil belajar, petunjuk LKS, dan kegiatan belajar

siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan PPR,

sehingga siswa difasilitasi untuk menemukan konsep materi BAHAN AJAR

Konteks Pengalaman

Bangun datar segi empat

Sifat sifat bangun datar segi empat Rumus keliling dan luas segi empat

(55)

secara mandiri dan selanjutnya mengembangkannya. Berikut

format LKS yang peneliti kembangkan.

e. Instrumen Penilaian

Menurut Akbar (2013:88) penilaian pembelajaran adalah

proses memberikan nilai berdasar hasil pengukuran dengan

kualitas nilai tertentu. Penilaian berdasarkan hasil evaluasi,

hasilnya disebut dengan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan

sangat rendah atau dengan sebutan lain seperti baik sekali,

baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Pada penelitian ini

instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan untuk

menilai aspek competence, conscience, dan compassion.

1) Penilaian competence

Menurut Suparno (2015:91) penilaian competence dapat

berupa tes tertulis (tes esai dan tes obyektif), tes lisan, dan

membuat paper. Pengembangan penilaian competence LEMBAR KEGIATAN SISWA

Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Kelas : VII

Materi Pelajaran :

Alokasi Waktu :

Alat Peraga :

A. Petunjuk Pelaksanaan B. Tujuan

C. Kegiatan Belajar

Gambar

Gambar 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono
Gambar 2.2. Siklus dinamika PPR menurut Subagya
Gambar 2.3. Model Pembelajaran Inkuiri menurut Anam
Tabel 2.1. Pengertian Segiempat Khusus Jenis Bangun Segiempat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh manajemen laba pada saat, dan 4 tahun setelah IPO terhadap reaksi investor yang diukur dengan menggunakan CAR dan

Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Bakso Lapangan Tembak Payakumbuh).”. 1.2

[r]

memadai bahwa transaksi yang dicatat atau yang sudah terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat, dan dinilai dengan wajar. Sistem informasi yang baik akan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di