PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN
COMPETENCE, CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C)PESERTA
DIDIK KELAS II A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Nama : Ignasia Tyas Aspraningrum NIM : 091134192
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan hasil karyaku ini untuk orang-orang yang aku sayangi,
terutama:
1. Ayah dan Ibuku tercinta, yang sudah mengorbankan segalanya demi aku.
2. Mbah putri, Om Nanang dan Bu Mar yang selalu memberikan bantuan baik
moral maupun material.
3. Mas Edi Haryanto yang selalu ada untuk memberikan semangat bagiku hingga
dunia berkata tak ada yang tak mungkin dengan semangat darinya dan
MOTTO
Berilah orang bijak nasehat, maka ia akan menjadi lebih bijak
Ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juli 2011
Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ignasia Tyas Aspraningrum
Nomor Mahasiswa : 091134192
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN
COMPETENCE, CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C) PESERTA
DIDIK KELAS II.A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun
memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Juli 2011
ABSTRAK
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKANCOMPETENCE,
CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C)PESERTA DIDIK KELAS II.A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
Ignasia Tyas Aspraningrum NIM: 091134192
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion menggunakan model Pembelajaran Tematik berpola Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia kelas II.A di SD Kanisius Demangan Baru I.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Tematik berpola Paradigma Pedagogi Reflektif. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Demangan Baru dengan subjek penelitian peserta didik kelas II.A. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan memaparkan data, memberikan penjelasan secara rinci mengenai data-data yang bersifat umum dan individual. Tingkat kepercayaan atau keabsahan terhadap data diperoleh melalui member check. Tehnik analisis data dilakukan dengan mereduksi data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian menyajikan data yang terkumpul dan selanjutnya ditarik kesimpulan serta menghitung data nilai competence (C1),
conscience(C2),compassion(C3)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience,
dan compassion peserta didik kelas IIA SD Kanisius Demangan Baru I mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran. Pada pra penelitian skorcompetence peserta didik pada mata pelajaran matematika sebesar 59,64 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 78,55 dan pada siklus II menjadi 87,23. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 86,20 pada siklus I yaitu 90,54 dan pada siklus II 95,19. Conscience dan compassion
ABSTRACT
THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN
THEMATIC LEARNING TO INCREASE
COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C)
OF THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF SD
KANISIUS DEMANGAN BARU I
By:
Ignasia Tyas Aspraningrum Student Number: 091134192
This study was to improve competence, conscience and compassion for using Thematic Learning Model with Reflective-Pedagogic Paradigm pattern in subject of Math and Indonesian Language for Class II.A of Elementary School Kanisius Demangan Baru I.
Type of the research was Class Action Research. Learning Model used Thematic Learningone with Reflective-Pedagogic Paradigm pattern. The research was done in Elementary School Kanisius Demangan Baru with member of students in Class II.A as subject of the study. Gathering data used observation, interview and documentation. Data analysis used was descriptive by describing data, explaining a complete description concerning general and individual data. Confidence level or validity for the data was obtained by member check. Technique of data analysis was done by reducing data of interviewing result, observation and documentation, then presented the collected data. It was continued by attracting the conclusion, then estimating score data in competence (C1), conscience (C2), compassion (C3).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program
Studi SI PGSD Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dalam penyusunan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan
masih kurangnya kemampuan peneliti di dalam usaha memperdalam pengetahuan
mengenai masalah Pembelajaran Tematik dan penerapan Paradigma Pedagodi
Reflektif dalam pembelajaran. Itupun tidak akan tewujud tanpa dorongan,
petunjuk, nasehat serta bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh Karena itu dalam kesempatan kali ini peneliti mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma, yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kaprodi SI PGSD Universitas Sanata
Dharma, yang telah memberikan motivasi sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I skripsi yang
telah berkenan memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi yang
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd, S.I.P, M.Pd, dosen pembimbing II skripsi
yang telah berkenan memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga
selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Y. Haryanta, S. Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru I
dan Ibu Alfonsa Mintarti, S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Demangan Baru
I.
6. Sahabat-sahabat yang setia, terutama Santi dan Uri teman satu penelitian
di SD Kanisius Demangan Baru I yang telah membantu dan yang selalu
menyemangati dalam penyusunan skripsi.
7. Teman-teman di Prodi SI PGSD Universitas Sanata Dharma serta berbagai
pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun material di dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata peneliti minta maaf yang sebesar-besarnya karena peneliti
menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan. Maka peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para dosen dan teman-teman di Prodi SI PGSD Universitas Sanata Dharma, untuk
menjadi masukan yang berguna bagi peneliti dalam langkah selanjutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK (Dalam Bahasa Indonesia)... viii
ABSTRAK (Dalam Bahasa Inggris)... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ………... 5
D. Pemecahan masalah ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 10
A. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10
1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10
2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 11
3. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif ... 13
4. Tujuan Utama Paradigma Pedagogi Reflektif ... 14
5. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif ... 15
6. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mengintegrasi-kan 3C... 24
7. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 25
8. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 26
B. Pembelajaran Tematik ………... 26
1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 26
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 26
3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ... 28
4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik ... 29
5. Manfaat Pembelajaran Tematik ... 29
6. Kekuatan Pembelajaran Tematik ... 30
8. Ragam Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan
Pengintegrasian Tema ... 33
C. Peserta Didik Kelas II.A ... 34
1. Pengertian Peserta Didik ... 34
2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD... 35
D.Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Tematik... 36
E. Penelitian Tindakan Kelas ... 37
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas... 37
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas... 37
3. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas... 38
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas... 39
5. Alasan Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas... 40
6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas... 41
7. Manfaat penelitian Tindakan Kelas... 42
8. Desain Penelitian Tindakan Kelas... 43
F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 44
G. Jaringan Tema ... 45
H. Kerangka Berpikir ... 46
I. Hipotesis Tindakan ... 47
BAB III. METODE PENELITIAN... 49
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 49
C. Subjek dan Objek Penelitian... 49
D. Prosedur Penelitian dan Rencana Tindakan... 49
E. Instrumen Penelitian... 53
F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumennya... 54
G. Teknik Analisis data... 54
BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 56
A. Deskripsi Umum ... 56
1. Lokasi dan Kondisi Sekolah... 56
2. Visi dan Misi Sekolah... 56
3. Tujuan Sekolah... 59
4. Latar Belakang Peserta Didik... 61
5. Sarana dan Prasarana Sekolah... 61
B. Kurikulum Kelas II ... 62
1. Kurikulum Matematika dan Bahasa Indonesia Kelas II A Semester Genap... 62
C. Kondisi Kelas II A SD Kanisius Demangan Baru... 63
1. Jumlah Siswa ... 63
2. Jadwal Pelajaran ... 64
1. Pra Penelitian ... 66
2. Siklus I ... 79
3. Siklus II ... 99
B. Analisis Komparasi tentangCompetence, Conscience,dan Compassion(3C) Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 119
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 126
A. Kesimpulan ... 126
B. Saran ... 127
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Daftar Siswa Kelas II.A ………... 63
Tabel 2 : Jadwal Pelajaran Kelas II.A ... 65
Tabel 3 : Observasi Pendidik Pra Penelitian ... 67
Tabel 4 : Wawancara Pendidik Pra Penelitian ... 68
Tabel 5 : Observasi Peserta Didik Pra Penelitian ……….…….... 73
Tabel 6 : Observasi Kelas Pra Penelitian ……….. 75
Tabel 7 : Nilai Kognitif Bahasa Indonesia Pra Penelitian ... 76
Tabel 8 : Nilai Kognitif Matematika Pra Penelitian ..………..……. 77
Tabel 9 : Aksi Peserta Didik Kelas II.A Pada Siklus I ………... 84
Tabel 10 : Data Nilai Bahasa Indonesia Siklus I ... 87
Tabel 11 : Data Nilai Matematika Siklus I ... 88
Tabel 12 : Observasi pendidik Siklus I ... 92
Tabel 13 : Observasi Peserta Didik Siklus I ... 94
Tabel 14 : Observasi Kelas Siklus I ... 96
Tabel 15 : Aksi Peserta Didik Kelas IIA Pada Siklus II ... 105
Tabel 16 : Data Nilai Bahasa Indonesia Siklus II ... 107
Tabel 17 : Data Nilai Matematika Siklus II ... 109
Tabel 18 : Observasi Pendidik Siklus II ... 112
Tabel 19 : Observasi Peserta Didik Siklus II ... 114
Tabel 21 : Perbandingan Data Nilai Kuantitatif Bahasa Indonesia Pra
Penelitian, Siklus I dan Siklus II ... 122
Tabel 22 : Perbandingan Data Nilai Kuantitatif Matematika Pra Penelitian,
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus ... 132
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 138
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 144
Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 151
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 157
Lampiran 6 : Soal Evaluasi Siklus I ... 161
Lampiran 7 : Soal Evaluasi Sikus II ... 166
Lampiran 8 : Skala Sikap Siklus I ……….... 168
Lampiran 9 : Skala Sikap Siklus II ……….. 170
Lampiran 10 : Skala Minat Siklus I ……….. 172
Lampiran 11 : Skala Minat Siklus II ………. 174
Lampiran 12 : Rubrik Penilaian Siklus I ... 176
Lampiran 13 : Rubrik Penilaian Siklus II ... 177
Lampiran 14 : Pedoman Observasi ... 178
Lampiran 15 : Pedoman Wawancara ... 181
Lampiran 16 : Lembar Refleksi Pendidik Siklus I ... 183
Lampiran 17 : Lembar Refleksi Pendidik Siklus II ... 185
Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data ... 187
Lampiran 19 : Surat Ijin Penelitian Dari FKIP USD ... 194
Lampiran 20 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 195
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah proses belajar dan mengajar. Di dalamnya
tidak hanya terkandung proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam
mempersiapkan masa depan tetapi juga suatu proses untuk membentuk sebuah
pembiasaan yang baik dalam hidup. Proses belajar ini menuntut kedisiplinan
dan dedikasi penuh dari seorang pendidik. Dalam proses tersebut banyak sekali
tantangan-tantangan dan hal-hal yang perlu diubah sehingga mengarah pada
proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Berbagai model pembelajaran dapat
diterapkan pada proses belajar di kelas, salah satu cara yang dapat digunakan
pendidik dalam pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran inovatif
menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Menurut Subagya (2010:22), Paradigma Pedagogi Reflektif
merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi peserta didik
menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi reflektif=pendidikan kemanusiaan).
Paradigma Pedagogi Reflektif digunakan untuk meningkatkan 3C yaitu
Competence berupa kemampuan kognitif yang harus dicapai peserta didik,
contohnya: peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM. Conscience berupa
kepekaan dan ketajaman hati nurani, contohnya: ketelitian peserta didik saat
mengerjakan soal-soal. Compassion berupa kepedulian dan bela rasa bagi
lingkungan sekitar baik dengan tumbuhan maupun binatang. Dalam proses
belajar PPR dilakukan dengan beberapa tahap yaitu konteks, pengalaman,
refleksi, aksi, evaluasi. Dalam proses belajar tersebut peserta didik diberi
pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian peserta didik difasilitasi
dengan pertanyaan agar dapat merefleksikan pengalaman tersebut, dan
berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar peserta didik membuat niat
dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,
peserta didik diharapkan mengalami sendiri bukan hanya mendapat informasi
karena diberitahu. Melalui refleksi diharapkan peserta didik yakin sendiri
bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan. Melalui aksi, peserta didik
berbuat dari kemauannya sendiri bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi.
Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sebaik-baiknya sehingga
peserta didik nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan
bersama yang lebih baik dan peduli pada sesama. Sampai sekarang pengalaman
yang diberikan di kelas bertujuan untuk menumbuhkembangkan persaudaraan,
solidaritas antar teman, dan saling menghargai, yang merupakan bagian dari
aspek-aspek kemanusiaan.
Peneliti telah melakukan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM)
sekaligus penelitian di SD Kanisius Demangan Baru. SD tersebut bernaung di
bawah Yayasan Kanisius. Yayasan Kanisius adalah yayasan yang menerapkan
Paradigma Pedagogi Reflektif. Selama melaksanakan PKM dengan waktu
berikut: rata-rata nilai matematika rendah dan beberapa peserta didik masih
mendapatkan nilai di bawah KKM untuk materi menceritakan kembali dalam
pelajaran Bahasa Indonesia hal ini berkaitan dengan competence. Selain itu
dalam pembelajaran matematika jika dilihat dari hasil pekerjaan peserta didik
ternyata mereka sudah memahami materi tetapi peserta didik cenderung kurang
teliti dalam mengerjakan soal, untuk pembelajaran Bahasa Indonesia peserta
didik cenderung kurang teliti dalam membaca dan memahami cerita hal ini
berkaitan denganconscience. Masalah yang lain adalah ketidakpekaan peserta
didik terhadap lingkungan sekitar. Selain itu saat bekerja kelompok peserta
didik kurang mampu menjalin kerjasama yang baik saat diskusi kelompok di
kelas hai itu berkaitan dengancompassion.
Dengan adanya berbagai masalah tersebut, peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian di kelas dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran
tematik kelas II A pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan matematika
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian
yang dilakukan pendidik di kelas dengan cara merencanakan, melaksanakan
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik
dapat meningkat (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama,2010:9). Dalam
penelitian tersebut peneliti melakukan penelitian tentang “Penerapan
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Tematik Untuk
Meningkatkan Competence, Concience, Dan Compassion Peserta Didik Kelas
siklus dengan indikator yang berbeda untuk setiap siklusnya. Dalam penelitian
ini ada motivasi dari peneliti saat melihat keadaan peserta didik tersebut untuk
melakukan penelitian. Dengan penelitian ini peneliti berharap supaya peserta
didik mempunyai motivasi untuk dapat meningkatkan 3C melalui PPR dalam
pembelajaran tematik. Model pembelajaran inovatif menggunakan PPR
diterapkan dan digunakan dalam pembelajaran tematik karena diharapkan lebih
mudah dipahami oleh guru-guru, lebih mudah dilaksanakan, dan lebih cepat
tampak hasilnya bila digunakan pada tingkat sekolah dasar khususnya
diharapkan dalam penelitian ini kelas rendah yaitu kelas II SD. Pelaksanaan
pembelajaran di kelas rendah pada tingkat SD dilaksanakan dengan model
pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna kepada peserta didik (Depdiknas,2006:5).
Pembelajaran tematik digunakan di kelas rendah karena pembelajaran berpusat
pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan berkaitan
dengan kehidupan peserta didik, menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran, bersifat luwes (fleksibel), hasil pembelajaran sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik, menggunakan prisip belajar sambil bernain dan
menyenangkan. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional,2006:6)
lebih lanjut karena pada kenyataannya hasil belajar peserta didik masih
banyak yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. PPR dengan
menggunakan pembelajaran tematik dipilih karena pelaksanaan pengembangan
PPR terletak pada landasan dan tujuannya. Landasannya adalah materi
pembelajarannya dan tujuannya adalah pencapaian nilai-nilai kemanusiaan
yang dapat benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan
melihat pentingnya PPR bagi pembelajaran tematik di Sekolah Dasar maka
dari itu perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan paradigma
pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan
competence, consciencedancompassion.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pembatasan masalah
dalam penelitian ini adalah pada penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam
pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan
compassion. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya pada usaha
peningkatan competence, conscience dan compassion pada pembelajaran di
kelas dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia melalui
Paradigma Pedagogi Reflektif.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
1. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas II dengan
menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik
pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas II dengan
menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik
pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas II dengan
menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik
pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?
4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran
tematik pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia dapat
meningkatkancompetence, conscience, compassionpeserta didik kelas II ?
D. Pemecahan Masalah
Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, yaitu
masalah nilai Matematika dan Bahasa Indonesia masih banyak yang berada di
bawah KKM, ketidaktelitian peserta didik dalam mengerjakan tugas dan
ketidakpekaan peserta didik terhadap lingkungan sekitar maka untuk
menumbuhkan terciptanya minat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, akan
diatasi dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran
tematik untuk meningkatkancompetence, conscience dan compassion.
E. Batasan Pengertian
1. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan/ model
pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan
nilai-nilai hidup (nilai-nilai-nilai-nilai kemanusiaan) dalam proses pendidikan di mana
nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan
sikap/perilaku (Modul Tim PPR, 2010).
2. Competence adalah kompetensi secara utuh yang harus dicapai peserta
didik. Conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani,
Compassion adalah kepedulian dan bela rasa bagi sesama (Subagya,
2010).
3. Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik
(Depdiknas,2006:5).
4. Kelas II A adalah peserta didik SD kelas II di SD Kanisius Demangan
Baru Yogyakarta.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion peserta didik
kelas II SD kanisius Demangan Baru dengan menerapkan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Matematika dan
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak
diantaranya :
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu model
pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk pembelajaran yang lain.
2. Bagi Pendidik:
a. Untuk menerapkan Paradima Pedagogi Reflektif dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah.
b. Menambah referensi upaya peningkatan prestasi belajar.
c. Sebagai bahan pembanding dengan model pembelajaran yang lain pada
pembelajaran tematik di kelas II.
d. Membantu para pendidik untuk lebih memahami penerapan strategi
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif khususnya pada
pembelajaran tematik di kelas II.
3. Bagi Sekolah
Penulis berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
positif bagi proses pembelajaran yang menggunakan metode PPR di
sekolah, khususnya di sekolah dasar. Dalam perkembangan selanjutnya,
penerapan PPR dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai
pendidikan pembentukan watak dan budi pekerti peserta didik pada
4. Bagi Pembaca
Sebagai bahan masukan pembaca tentang pentingnya penerapan PPR dalam
pembelajaran.
5. Bagi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
a. Sebagai tambahan bahan bacaan bagi keperluan yang mendasar dalam
pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan pola mengajar yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Pedagogi Reflektif
1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif bersumber dari Paradigma Pedagogi
Ignasian, yang digunakan untuk memperbaharui sistem pendidikan di
lembaga- lembaga pendidikan Yesuit. Pada tahun 1990 di tingkat SD
sampai dengan SMA istilah PPI diganti menjadi PPR oleh Romo Subagya
agar lebih populer dan diterima oleh banyak kalangan. Menurut Romo
Subagya, SJ pendorong karya pendidikan adalah iman, mediasinya adalah
proses pendidikan, dan tujuannya adalah perubahan sosial. Sekolah-sekolah
Yesuit harus mampu mengadakan perubahan sosial, yaitu perubahan dari
kerusakan kebiadaban, kekerasan, korupsi, kerusakan lingkungan menuju
ke kesejahteraan umum, solidaritas, pluralisme, dan penalaran serta
kreativitas. Ciri khas pendidikan Yesuit justru terletak pada kreativitas dan
seni. Nilai kunci yang harus dipegang justru nilai keutamaan seperti
keberanian, keadilan, kemuarahan hati, persahabatan, kejujuran dan
tanggung jawab.
Pada tahun 1545, PPI digunakan di kolese I Gandia. Pada tahun
1547, berdiri kolese umum di Messina, Sisilia. Pada tahun 1584-1599Ratio
studiorum atque sicietatis dirasakan lesu. Pada tahun 1986 PPI merupakan
pada lembaga pendidikan SD hingga SMA dengan diubah menjadi PPR
(Modul Tim PPR, 2010).
2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR singkatan dari Paradigma Pedagogi Reflektif, yang
merupakan nama lain dari PPI (Paradigma Pedagogi Ignasian).
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia kata Paradigma adalah
suatu kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan
model. Pengertian istilah Paradigma dalam hal ini dapat diartikan sebagai
sebuah model atau pendekatan dalam proses pembelajaran. Kata Pedagogi
artinya cara para pengajar mendampingi para peserta didik dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi tidak cukup diartikan
sebagai sebuah metode mengajar atau ilmu mendidik, namun istilah
pedadogi mempunyai pengertian yang lebih luas karena meliputi
pandangan hidup dan visi mengenai idealnya seorang peserta didik
sehingga akan mencakup arah dan tujuan semua aspek pendidikan. Kata
Reflektif berarti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan studi
tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan agar dapat
menangkap maknanya secara lebih mendalam. Jadi refleksi mengandung
pengertian sebuah proses yang mampu memunculkan makna dalam
pengalaman manusiawi. Refleksi berkaitan erat dengan pengalaman batin
seseorang untuk menemukan nilai-nilai hidup yang hakiki. Refleksi juga
merupakan proses yang membentuk karakter atau kepribadian dan
dipertanggungjawabkan dengan baik. Dengan demikian proses refleksi
akan membentuk suara hati seperti keyakinan, nilai, sikap, dan seluruh cara
bernalar peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik diantar
dengan baik dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai
dengan pengertian dan kemampuannya.
Jadi Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan/
model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan
nilai-nilai hidup (nilai-nilai kemanusiaan) dalam proses pendidikan di mana
nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan
sikap/perilaku. PPR dapat diartikan pula sebagai pola pikir (paradigma)
dalam menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi
kristiani yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal
ini pola pikir masing-masing peserta didik diberi perhatian yang memadai
terutama pengalaman pribadi mereka perihal nilai-nilai kemanusiaan.
Bertitik pijak dari pengalaman pribadi para peserta didik tersebut, mereka
difasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif agar mereka
merefleksikan pengalaman tersebut dan pada tahap berikutnya peserta didik
difasilitasi dengan aksi agar peserta didik membuat niat dan berbuat sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ditentukan secara pribadi maupun
kelompok/bersama. Setelah para peserta didik diajak mengadakan refleksi,
maka tahap selanjutnya adalah aksi, dalam tahap aksi peserta didik dituntut
merupakan salah satu proses pembentukan kepribadian sehingga nantinya
peserta didik dapat memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan
bersama yang adil, bermartabat, penuh persaudaraan, melestarikan
lngkungan hidup, dan turut menjamin kesejahteraan bersama. (Modul Tim
PPR, 2010)
3. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Subagya (2010:67), ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif adalah:
a. PPR memberikan suatu cara bertindak yang disusun dengan hati-hati,
dirumuskan secara logis dan dijabarkan secara meyakinkan dari
spiritualitas Ignasian.
b. PPR menekankan penting dan tidak terpisahkannya hubungan antara
pengajar, pelajar, dan bahan studi dalam lingkungan nyata tempat
mereka hidup.
c. PPR menyeluruh dan lengkap dari sisi cara pendekatan.
d. PPR mengena pada keadaan pembelajaran yang real maupun
mencerahkan cita-cita mengajar secara praktis dan sistematik
e. PPR dapat diterapkan kepada semua kurikulum.
f. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar.
g. PPR menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik.
h. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar
merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari.
4. Tujuan Utama Paradigma Pedagogi Reflektif
a. Tujuan utama Paradigma Pedagogi Reflektif adalah (Modul Tim
PPR, 2010):
1) Mengintegrasikan pengetahuan dan sikap batin peserta didik agar
mampu melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan
dialaminya selama proses pembelajaran dengan realitas konkret
ditengah-tengah masyarakat dan lingkungannya.
2) Peserta didik memiliki motivasi untuk bertindak atas dasar
pengetahuan yang dialaminya dan mampu mewujudkan dalam
bentuk aksi nyata yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian
para peserta didik.
b. Tujuan PPR bagi Guru
Tujuan PPR bagi guru yaitu membantu para guru untuk (Modul Tim
PPR, 2010) :
1) Semakin memahami peserta didik
2) Semakin bersedia memdampingi perkembangannya
3) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya
4) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral
5) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan
6) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai
c. Tujuan PPR bagi Peserta Didik
Tujuan PPR bagi peserta didik yaitu jika 3C dikembangkan secara
integral maka peserta didik dapat menjadi (Modul Tim PPR, 2010) :
1) Manusia bagi sesama.
2) Manusia yang utuh.
3) Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk
perkembangan dan religious.
4) Manusia yang sanggup mencintai atau dicintai.
5) Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam
pelayanannya pada orang lain.
6) Manusia yang berkompeten dan berhati nurani.
5. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Langkah-langkah pembelajaran berpola PPR
adalah (Modul Tim PPR, 2010) :
Gambar. 1. Dinamika PPR
PENGALAMAN
REFLEKSI EVALUASI
AKSI
a. Konteks
Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai kesiapan peserta
didik untuk belajar. Konteks dapat berupa segala kemungkinan yang
dapat membantu atau menghalangi proses pembelajaran dan
perkembangannya. Konteks meliputi banyak hal seperti keluarga,
kelompok baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan, ekonomi, budaya
dan kenyataan-kenyataan yang lain. Dari lingkungan dan data-data yang
diperoleh, pendidik dapat memahami konteks peserta didik. Hal-hal
tersebut akan mempengaruhi sikap, tanggapan, penilaian dan pilihan
peserta didik. Banyaknya faktor yang terkandung dalam konteks belajar
ada yang membawa dampak positif tetapi ada pula yang membawa
dampak negatif misalnya: lingkungan kemiskinan biasanya membawa
dampak negatif pada harapan peserta didik untuk berhasil dalam belajar,
situasi yang harmonis cenderung mendukung proses pendidikan yang
baik. Konteks belajar harus dipahami dengan baik sebelum proses
pendidikan berlangsung. Suasana sekolah juga mempunyai peran yang
penting. Faktor psikis seperti suasana atau iklim sekolah merupakan
syarat yang penting dalam pencapaian pendidikan yang sesungguhnya.
Dengan demikian unsur suasana sekolah idealnya mendapatkan
perhatian yang lebih serius. Secara konkret unsur-unsur suasana sekolah
dapat diwujudkan dalam perhatian pada mutu akademik sekolah,
sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangatlah mendukung dalam upaya
pembentukan kepribadian peserta didik. Dengan mengenali konteks
peserta didik secara baik, guru akan dapat memberi perhatian yang baik
pula pada pribadi peserta didik (Modul Tim PPR, 2010).
b. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud meliputi segala kegiatan pembelajaran,
informasi, nilai-nilai, perasaan peserta didik. Pengalaman mula-mula
diperoleh melalui pengandaian adanya fakta-fakta, asas-asas dan
pengertian, selanjutnya peserta didik dituntut melakukan penyelidikan
atau penelitian tentang hal-hal yang terkandung secara implisit dari suatu
peristiwa yang disimak, menganalisis serta menilai ide-idenya untuk
bernalar.
Pengalaman dibagi menjadi dua yaitu pengalaman langsung misal:
pengalaman persaudaraan dialami dalam bekerjasama dalam kelompok
kecil yang ramah dan sopan, tenggang rasa dan akrab. Yang kedua
adalah pengalaman tidak langsung misal: mendengarkan cerita atau
membaca kisah suatu kejadian sekaligus mempergunakan imaginasi,
bermain peran, atau video.
Pengalaman akan membantu peserta didik untuk merasakan
sesuatu secara internal. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
biasanyan berupa upaya peserta didik untuk mengetahui fakta,
memahami konsep dan prinsip-prinsip, serta menganalisis dan menilai
saja, namun mencakup penghayatan seluruh pribadi, budi pekerti,
perasaan, kemauan, dan kemampuan untuk bertindak. Belajar mengenai
pemahaman intelektual saja tanpa terkait dengan perasaan batin tidak
akan mendorong orang untuk bertindak. Pengalaman merupakan
kegiatan yang memuat pemahaman kognitif, afektif dan psikomotorik
yang diperoleh secara serasi, selaras, dan seimbang. Peserta didik dapat
mendalami makna yang dipelajari apabila dapat memahami secara
akurat bahan ajar yang dipelajari. Untuk itu seluruh pikiran, hati, dan
kehendak harus terlibat secara aktif dalam memperoleh pengalaman.
Dalam PPR diharapkan peserta didik tidak hanya menyerap data namun
sekaligus juga mengalami reaksi afektifnya dilanjutkan pada tindakan.
Ketiga ranah tersebut selalu berproses dalam perkembangan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik dituntut aktif untuk memperoleh
pemahaman dan pengertian kenyataan yang ada dan dialami (Modul Tim
PPR, 2010).
c. Refleksi
Refleksi merupakan kekhasan dari proses pembelajaran
berbasiskan Paradigma Pedagogi Reflektif. Pada dasarnya refleksi
berarti meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi,
spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara
rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya
Refleksi dapat dilakukan dengan menuliskan niat dan aksi dalam buku
refleksi, tetapi refleksi juga dapat dilakukan dengan diam dan hening
untuk meresapi.
Refleksi merupakan proses yang mampu memunculkan makna
dalam pengalaman manusiawi. Refleksi yang luas dan mendalam akan
bermuara pada pilihan aksi yang lebih tepat dan membuahkan hasil yang
lebih baik. Pengalaman pembelajaran dimaknai agar menjadi milik
peserta didik, dimana ia dapat menangkap maknanya demi pertumbuhan
dirinya dan demi sesama. Melalui dinamika pengalaman, aksi dan
refleksi, para pendidik diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal dan menyeluruh. Dengan
demikian, peserta didik akan mampu menjadi pribadi yang bebas :
mencari, menemukan, dan melaksanakan kehendak Tuhan bagi dirinya
sendiri dalam segala situasi hidup yang dialaminya.
Pada saat melakukan pendampingan, pendidik hendaknya sudah
terlatih dalam berefleksi agar dapat menghubungkan materi ajar, realitas
dan konteks serta pengalaman peserta didik. Refleksi dapat dilakukan
dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan
untuk menangkap makna dan nilai yang hakiki dari hal yang dipelajari.
Refleksi juga memungkinkan peserta didik dituntut untuk menemukan
hubungan dengan segi-segi lain dari pengetahuan yang dipahami dan
kegiatan insani serta menghargai implikasi-implikasinya dalam mencari
Daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan dipergunakan
untuk menangkap makna dan nilai-nilai pokok dari bahan yang
dipelajari, untuk menemukan hubungannya dengan pengetahuan lain dan
aktivitas manusia dan untuk mengapresiasinya dalam proses pencarian
pengetahuan yang berkelanjutan. Pada saat terjadi proses pembelajaran,
sebenarnya peserta didik mengalami berbagai gerak batin, seperti :
senang, sedih, bingung, ragu-ragu, egois, dan sebagainya. Gerak batin
tersebut akan memberikan dorongan yang mengarah pada suatu tindakan.
Gerak batin ada yang mengarah pada tindakan yang baik namun adapula
yang mengarah pada tindakan yang jahat, maka dibutuhkan penegasan
yang menjelaskan motivasi batin apa sebelum seseorang melakukan
tindakan. Sebelum membuat keputusan harus disertai alasan-alasan apa
yang melatarbelakangi, sebab-sebab dan implikasinya, menimbang
pilihan-pilihan yang mungkin terjadi dan menilainya, melihat
konsekuensi-konsekuensinya sehingga dapat menemukan apa yang
paling memungkinkan dalam pencapaian tujuan yang dicari. Semua itu
diusahakan agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang bebas dalam
mencari, menemukan, dan melaksanakan keputusan dalam tiap-tiap
keadaan.
Refleksi ini merupakan sebuah proses yang akan membentuk
kepribadian seseorang dan membebaskannya. Refleksi akan membentuk
sampai ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian mereka. Jadi, refleksi
dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan batin dalam menyimak kembali
bahan ajar tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan
agar dapat menangkap makna dari setia proses pembelajaran.
Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan makna dalam
setiap pengalamannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui cara-cara
berikut (Modul Tim PPR, 2010) :
1) Memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik.
2) Mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami.
3) Memperdalam implikasi-implikasi yang telah dimengerti.
4) Mengusahakan mencapai makna untuk diri pribadi tentang
kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran.
5) Memulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya
bersikap.
d. Aksi
Aksi merupakan hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Aksi
mengacu pada kebutuhan batin manusia yang didasarkan pada
pengalaman yang sudah direfleksikan. Aksi dalam PPR dapat diartikan
sebagai perbuatan atau tindakan. Bagi Ignatius, batu uji dari cinta kasih
adalah perbuatannya. “Cinta kasih dinyatakan lebih lewat perbuatan dan
bukan melalui kata-kata”. Refleksi akan menjadi mentah apabila hanya
menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Refleksi akan
bertindak secara konkret. Aksi yang dihasilkan dalam PPR bukanlah
sembarang perbuatan maupun sembarang tekad, namun, aksi yang
dihasilkan adalah aksi yang disertai dengan latar belakang, alasan,
penalaran, dan pertimbangan yang matang dengan tetap menghargai
kebebasan manusia.
Aksi mencakup 2 hal, yaitu pilihan-pilihan batin dan pilihan yang
dinyatakan dalam lahir (Modul Tim PPR, 2010):
1) Pilihan-pilihan batin
Pilihan batin yang dimaksud adalah pilihan yang berupa sikap,
kemauan, perasaan, dan sebagainya. Peserta didik akan
mempertimbangkan pengalaman dari sudut pandang pribadi dan
manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan setelah terjadi
pemahaman kognitif mengenai pengalaman yang disertai
perasaan-perasaan afektif. Lalu, dari pengalaman-pengalaman itu akan muncul
pilihan-pilihan. Untuk itu, peserta didik harus mempunyai keyakinan
bahwa keputusan yang diambilnya benar sambil membiarkan diri ke
arah mana ia digiring oleh kebenaran itu.
2.) Pilihan yang dinyatakan secara lahir
Pendidikan merupakan sebuah proses. Pada suatu ketika,
makna-makna hidup, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh akan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam diri peserta didik. Hal ini akan
peserta didik sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuannya yang
bersifat positif (Modul Tim PPR, 2010).
e. Evaluasi
Penilaian merupakan bagian penting dalam proses belajar. Dengan
penilaian, akan diketahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai
selama proses belajar. Evaluasi merupakan tinjauan untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran baik oleh peserta
didik maupun pendidik. Namun, sering kali penilaian hanya digunakan
untuk mengukur kemajuan akademik.
Dalam PPR, fokus penilaian tidak hanya dalam hal kemajuan
akademik, tetapi lebih integral lagi yaitu memperhatikan pada
pertumbuhan peserta didik secara menyeluruh sebagai makhluk pribadi
maupun makhluk sosial. Untuk itu, pendidik dituntut mempertimbangkan
umur, bakat, kemampuan dan tingkat perkembangan pribadi setiap
peserta didik.
Hal ini akan dapat berjalan dengan baik apabila terjalin hubungan
saling percaya dan saling menghargai antara pendidik dan peserta didik.
Dengan demikian, dibutuhkan hubungan yang akrab antara peserta didik
dengan pendidik dan antar peserta didik sendiri. Apabila suasana tersebut
dapat diciptakan dengan baik, maka saat penilaian merupakan saat yang
baik sekali untuk menyemangati peserta didik maupun mendorong
peserta didik menyimak kembali hal-hal yang telah dilakukan dengan
pandang lain, memberikan informasi yang dibutuhkan, dan mengajak
memandang masalah dari sudut pandangan lain. Bahkan, pada saat-saat
tertentu peserta didik dapat diajak mengevaluasi kembali sikap-sikap dan
keputusannya karena ada pengalaman yang baru, perubahan dalam
suasana hidup, tantangan zaman dan sebagainya. Dengan demikian, akan
muncul kesadaran baru akan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang
serta membantu peserta didik dalam daur paradigma yang
berkesinambungan.
Jadi, dengan adanya evaluasi peserta didik dapat memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya secara menyeluruh
mencakup pemahaman, sikap, prioritas-prioritas dan kegiatan yang
selaras dengan menjadi manusia demi orang lain. Adapun bagi guru,
evaluasi bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana proses belajar yang
disampaikan membantu para peserta didik dapat memahami dan menilai
pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku
perubahan pola pikir, sikap dan tindakan sosial.
Hal-hal yang dapat dievaluasi meliputi sekolah, materi pelajaran,
metode mengajar, keterlibatan peserta didik, tugas-tugas, aksi yang
dibuat, dan sebagainya (Modul Tim PPR, 2010).
6. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Mengintegrasikan 3C
(Competence, Conscience dan Compassion)
yaitu competence, conscience dan compassion, yang diharapkan dengan
adanya 3C tersebut peserta didik menjadi manusia yang utuh, lebih
memuliakan allah dan lebih peduli dengan sesamanya. Competence,
conscience dan compassion tersebut mempunyai pengertian sebagai
berikut: competence adalah kompetensi secara utuh yang harus dicapai
peserta didik, conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani,
compassion adalah kepedulian dan bela rasa bagi sesama. Selain itu
competence dapat dimaknai sebagai kemampuan akademik yang
memadukan unsur-unsur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, conscience
dimaknai sebagai kemampuan memahami alternative dan menentukan
pilihan (baik-buruk, benar-salah), compassion dimaknai sebagai kemauan
untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan (Man and women for and
with others)(Subagya, 2010).
7. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu (Modul Tim PPR, 2010):
a. Membantu peserta didik menyadari sejauh mana usaha yang telah
dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan dirinya.
b. Membantu peserta didik berlatih mempertimbangkan dan memilih
cara-cara yang paling baik dan benar.
c. Membantu peserta didik dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat
sesuai pengertian dan kemampuannya.
d. Menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi kristiani
8. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif
Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu (Modul Tim PPR, 2010) :
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Kesulitan dalam memunculkan nilai kemanusiaan (life skill) secara lebih
menonjol.
c. Kesulitan menilai bagaimana aksi telah dilakukan peserta didik.
B. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran tematik
Pembelajaran Tematik adalah Pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik
(Depdiknas,2006:5).
Pembelajaran Tematik adalah Suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik (Depdiknas,2003:4).
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered),
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik (direct experiences).
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana pendidik dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bernain dan menyenangkan.
(Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
Adapun langkah-langkah dalam proses belajar mengajar di kelas
dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Tematik adalah sebagai
berikut (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional,2006:6) :
a. Tahap Persiapan
1) Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
indikator
b) Menentukan tema
c) Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator
2) Menetapkan Jaringan Tema
3) Penyusunan Silabus
4) Penyusunan Rencana Pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
1) Tahapan kegiatan
c) Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut
2) Pengaturan Jadwal Pelajaran
4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat
diklasifikasikan menjadi (Trianto,2010:85) :
a. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian tema artinya tema-tema yang saling tumpang tindih
dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.
b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Prinsip pengelolaan pembelajaran artinya guru harus mampu
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran.
c. Prinsip Evaluasi
Prinsip Evaluasi adalah kegiatan yang pada dasarnya menjadi fokus
dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil dari
kegiatan pembelajaran tersebut.
d. Prinsip Reaksi
Prinsip Reaksi adalah pendidik bereaksi terhadap aksi peserta didik
yang semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit
melainkan ke suatu satuan yang utuh dan bermakna.
5. Manfaat Pembelajaran Tematik Dalam Kegiatan Pembelajaran
Beberapa manfaat pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran
a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta
isi mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih
materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/ materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat
bukan tujuan akhir.
c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
d. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat.
6. Kekuatan Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2009: 88-89), pembelajaran tematik memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
a. Waktu yang tersedia banyak. Materi tidak dibatasi oleh jam pelajaran,
melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata
pelajaran.
b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis
dan alami.
c. Pendidik dapat membantu peserta didik memperluas kesempatan belajar
ke berbagai aspek kehidupan
d. Pendidik bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau
e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada
kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan kolaborasi.
f. Peserta didik bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada
hasil belajar.
g. Hilangnya batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
h. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada peserta didik, yang
dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Peserta didik
didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada
keberhasilan belajar.
i. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar
kelas
j. Membantu peserta didik membangun hubungan antara konsep dan ide,
sehingga meningkatkan epresiasi dan pemahaman.
7. Kelemahan Pembelajaran Tematik
Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga
memiliki beberapa kelemahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa
aspek, yaitu sebagai berikut (Trianto,2009:90-91) :
a. Aspek Pendidik
Pendidik harus mempunyai wawasan yang luas. Pendidik dituntut untuk
mencari banyak informasi dari berbagai hal tentang pengetahuan
tersebut. Jika pendidik tidak memiliki hal tersebut maka pembelajaran
b. Aspek Peserta Didik
Peserta didik dituntut adanya kemampuan akademik maupun
kreatifitasnya. Hal ini diperlukan karena dalam pembelajaran tematik
diperlukan kemampuan analitik (mengurai), Kemampuan asosiatif
(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menemukan dan menghubungkan).
c. Aspek Sarana dan Sumber Pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi
yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
Semua ini akan menunjang, memperkaya dan mempermudah
pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka
penerapan pembelajaran ini akan terlambat.
d. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketutasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian
materi) pendidik perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi,metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek Penilaian
Pembelajaran tematik membutuhkan cara penelitian yang menyeluruh
(komprehensif) yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
f. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu
bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Pendidik
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan pendidik itu sendiri.
8. Ragam Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan Pengintegrasian
Tema
Forgaty (Trianto, 2009:41) mengemukakan bahwa terdapat 10
pembelajaran terpadu berdasarkan pengintegrasian tema yaitu:
a. Model Tergambarkan
Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah
b. Model Terhubung
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain
c. Model Tersarang
Ketrampilan-ketrampilan sosial,berpikir, dan konten dicapai dalam
salah satu mata pelajaran
d. Model Terurut
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun
termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda.
e. Model Terbagi
Perencanaan tim atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin
f. Model Terjaring
Pengajaran tematik menggunakan suatu tema sebagai dasar
pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran.
g. Model Tertali
Ketrampilan-ketrampilan sosial berpikir, berbagai jenis kecerdasan dan
ketrampilan belajar direntangkan melalui berbagai disiplin.
h. Model Terpadu
Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai
disiplin ilmu, dicari ketrampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama.
i. Model Terbenam
Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang
seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai.
j. Model Jaringan
Pelajar melakukan proses pemanduan topik yang dipelajari melalui
pemilihan jejaring pakar dan sumber daya.
Dari 10 pembelajaran terpadu berdasarkan pengintegrasian tema tersebut,
pembelajaran tematik di kelas II SD menggunakan model terjaring.
C. Peserta Didik Kelas II A
1. Pengertian Peserta Didik
a. Dalam UU No.20 Tahun 2003, peserta didik didefinisikan sebagai
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu (Murip Yahya, 2008:113).
b. Peserta didik adalah anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar
dari suatu lembaga pendidikan yang merupakan subjek utama dalam
pendidikan (artikele-aby.blogspot.com).
2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD
Pembelajaran tematik dilakukan berdasarkan karakteristik perkembangan
peserta didik. Menurut Trianto (2009:18-19), karakter anak kelas II sekolah
dasar, yaitu sebagai berikut.
1) Ciri khas jasmani
a) Koordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun
kadang-kadang terasa janggal.
b) Masa pertumbuhannya lebih lambat, anak perempuan cenderung
lebih cepat dari pada laki-laki.
c) Tidak bisa diam, selalu bergerak
d) Senang membuat sesuatu
2) Ciri khas mental
a) Selalu ingin belajar
b) Menanyakan berbagai pertanyaan
c) Konsep yang dimiliki masih dalam jangka waktu yang terbatas.
d) Memiliki berbagai variasi dalam membaca.
e) Cenderung fokus hanya pada satu atau pengalaman yang dialami.
g) Proses berpikirnya dalam.
3) Ciri khas sosial
a) Bermain secara berkelompok.
b) Lebih mementingkan diri sendiri.
c) Mudah berinteraksi dengan teman sebaya.
Berdasarkan karakteristik di atas maka permasalahan yang ditemukan
pada peserta didik kelas II. A dari segi competence yaitu nilai pelajaran
Bahasa Indonesia dan Matematika di bawah KKM disebabkan karena ciri khas
mental selalu ingin belajar belum terpenuhi dengan baik. Permasalahan dari
segi conscience yaitu ketidaktelitian peserta didik dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan disebabkan karena ciri khas mental peserta didik
cenderung fokus hanya pada satu atau pengalaman yang dialami. Sedangkan
permasalahan dari segi compassion yaitu ketidakpekaan dan ketidakpedulian
peserta didik terhadap lingkungan sosial disebabkan karena ciri khas sosial
yang lebih mementingkan diri sendiri.
D. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Tematik
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran
tematik akan dilaksanakan di kelas II SD Kanisius Demangan Baru khususnya
pada kelas II.A. Penelitian dilaksanakan dengan mengaitkan dua mata
pelajaran yaitu Matematika dan Bahasa Indonesia dengan tema Tempat Umum.
mendeskripsikan benda dan bercerita dengan Kompetensi Dasar
mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan
menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain. Sedangkan pada mata
pelajaran Matematika PPR diterapkan untuk mencapai Standar Kompetensi
melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dengan
Kompetensi Dasar melakukan pembagian bilangan dua angka.
E. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan pendidik di
kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta
didik dapat meningkat (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:9).
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Rohman Natawidjaya (Sarwiji Suwandi, 2009: 14) karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas adalah:
a. Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk
menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan.
b. Diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau
faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana
penelitian.
d. Bersifat fleksibel disesuaikan dengan keadaan.
e. Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan
atas perilaku serta refleksi peneliti.
f. Menyerupai penelitian eksperimental namun tidak secara ketat
memperdulikan pengendalian variabel
g. Bersifat situasional dan spesifik umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus.
3. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip-prinsip dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah (Sutama, anak
pintar.net23) :
a. Prinsip Pertama
Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran
(observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation),
dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran(reflection).
b. Prinsip Kedua
Kegiatan meneliti, merupakan bagian integral dari pembelajaran,
yang harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan
kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari
penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan
skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis
data.
c. Prinsip Ketiga
Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang
riil dan merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen
terhadap memperoleh mutu pembelajaran.
d. Prinsip Keempat
Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
e. Prinsip Kelima
Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi
pada masalah pembelajaran di ruang kuliah, tetapi dapat diperluas
pada tataran di luar ruang kuliah, misalnya : tataran sistem atau
lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih
signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
f. Prinsip Keenam
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Rohman Natawidjaya (Sarwiji Suwandi, 2009: 15) tujuan
Penelitian Tindakan Kelas adalah:
a. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan
terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan
pengembangan materi pengajaran.
b. Untuk memberikan pedoman bagi pendidik di sekolah guna
memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem
kerjanya menjadi lebih baik dan produktif.
c. Untuk melaksanakan program latihan terutama pelatihan dalam jabatan
pendidik yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri
agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil
pelatihan tersebut.
d. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem
pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh
pembaharuan pada umumnya.
e. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi
antara pendidik dengan para peneliti akademis.
f. Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem antara masyarakat sekolah
yang melibatkan administrasi pendidikan, pendidik, peserta didik, orang
tua dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah
5. Alasan Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Zainal Aqib (2007:13), ada beberapa alasan mengapa PTK
digunakan antara lain:
a. PTK sangat kondusif untuk membuat pendidik menjadi peka dan tanggap
b. PTK dapat meningkatkan kinerja pendidik sehingga menjadi profesional.
pendidik tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya
perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan dalam PTK, pendidik mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam
terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan pendidik
semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang
berkembang di kelasnya.
d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pendidik
karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu
kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran.
e. Dengan melaksanakan PTK pendidik menjadi kreatif karena selalu
dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dan
adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang
dipakainya. Dalam setiap kegiatan, pendidik diharapkan dapat
mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan.
pendidik diharapkan dapat menjiwai dan selalu ’’ber PTK’’.
6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
Ciri-ciri penelitian tindakan yang dikemukan oleh Zainal Aqib
a. Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu
kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan
anggota agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta
berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis umum.
b. Penelitian tindakan kritis(critical action research),yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk
memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
c. Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian
yang dilakukan oleh pendidik di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan
praktik pembelajaran.
d. Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu
dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi
pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas
lembaga.
7.Manfaat penelitian Tindakan Kelas
Sekurang-kurangnya ada empat manfaat penting dari pelaksanaan
Penelitian Tindakan kelas. Manfaat tersebut meliputi hal-hal berikut ini
(Sarwiji Suwandi, 2009:16):
a. Pendidik dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Pendidik dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu