• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion (3C) peserta didik kelas II A SD Kanisius Demangan Baru semester II tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion (3C) peserta didik kelas II A SD Kanisius Demangan Baru semester II tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE, CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C)PESERTA

DIDIK KELAS II A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Nama : Ignasia Tyas Aspraningrum NIM : 091134192

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan hasil karyaku ini untuk orang-orang yang aku sayangi,

terutama:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, yang sudah mengorbankan segalanya demi aku.

2. Mbah putri, Om Nanang dan Bu Mar yang selalu memberikan bantuan baik

moral maupun material.

3. Mas Edi Haryanto yang selalu ada untuk memberikan semangat bagiku hingga

dunia berkata tak ada yang tak mungkin dengan semangat darinya dan

(5)

MOTTO

Berilah orang bijak nasehat, maka ia akan menjadi lebih bijak

Ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juli 2011

Penulis,

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ignasia Tyas Aspraningrum

Nomor Mahasiswa : 091134192

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE, CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C) PESERTA

DIDIK KELAS II.A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun

memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Juli 2011

(8)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKANCOMPETENCE,

CONSCIENCE DAN COMPASSION (3C)PESERTA DIDIK KELAS II.A SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

Ignasia Tyas Aspraningrum NIM: 091134192

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion menggunakan model Pembelajaran Tematik berpola Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia kelas II.A di SD Kanisius Demangan Baru I.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Tematik berpola Paradigma Pedagogi Reflektif. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Demangan Baru dengan subjek penelitian peserta didik kelas II.A. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan memaparkan data, memberikan penjelasan secara rinci mengenai data-data yang bersifat umum dan individual. Tingkat kepercayaan atau keabsahan terhadap data diperoleh melalui member check. Tehnik analisis data dilakukan dengan mereduksi data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian menyajikan data yang terkumpul dan selanjutnya ditarik kesimpulan serta menghitung data nilai competence (C1),

conscience(C2),compassion(C3)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience,

dan compassion peserta didik kelas IIA SD Kanisius Demangan Baru I mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran. Pada pra penelitian skorcompetence peserta didik pada mata pelajaran matematika sebesar 59,64 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 78,55 dan pada siklus II menjadi 87,23. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 86,20 pada siklus I yaitu 90,54 dan pada siklus II 95,19. Conscience dan compassion

(9)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN

THEMATIC LEARNING TO INCREASE

COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C)

OF THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF SD

KANISIUS DEMANGAN BARU I

By:

Ignasia Tyas Aspraningrum Student Number: 091134192

This study was to improve competence, conscience and compassion for using Thematic Learning Model with Reflective-Pedagogic Paradigm pattern in subject of Math and Indonesian Language for Class II.A of Elementary School Kanisius Demangan Baru I.

Type of the research was Class Action Research. Learning Model used Thematic Learningone with Reflective-Pedagogic Paradigm pattern. The research was done in Elementary School Kanisius Demangan Baru with member of students in Class II.A as subject of the study. Gathering data used observation, interview and documentation. Data analysis used was descriptive by describing data, explaining a complete description concerning general and individual data. Confidence level or validity for the data was obtained by member check. Technique of data analysis was done by reducing data of interviewing result, observation and documentation, then presented the collected data. It was continued by attracting the conclusion, then estimating score data in competence (C1), conscience (C2), compassion (C3).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program

Studi SI PGSD Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dalam penyusunan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan

masih kurangnya kemampuan peneliti di dalam usaha memperdalam pengetahuan

mengenai masalah Pembelajaran Tematik dan penerapan Paradigma Pedagodi

Reflektif dalam pembelajaran. Itupun tidak akan tewujud tanpa dorongan,

petunjuk, nasehat serta bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh Karena itu dalam kesempatan kali ini peneliti mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., Dekan FKIP Universitas Sanata

Dharma, yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kaprodi SI PGSD Universitas Sanata

Dharma, yang telah memberikan motivasi sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I skripsi yang

telah berkenan memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi yang

(11)

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd, S.I.P, M.Pd, dosen pembimbing II skripsi

yang telah berkenan memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga

selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Y. Haryanta, S. Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru I

dan Ibu Alfonsa Mintarti, S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan

bimbingan untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Demangan Baru

I.

6. Sahabat-sahabat yang setia, terutama Santi dan Uri teman satu penelitian

di SD Kanisius Demangan Baru I yang telah membantu dan yang selalu

menyemangati dalam penyusunan skripsi.

7. Teman-teman di Prodi SI PGSD Universitas Sanata Dharma serta berbagai

pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik moral maupun material di dalam penyusunan

skripsi ini.

Akhir kata peneliti minta maaf yang sebesar-besarnya karena peneliti

menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan. Maka peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

para dosen dan teman-teman di Prodi SI PGSD Universitas Sanata Dharma, untuk

menjadi masukan yang berguna bagi peneliti dalam langkah selanjutnya.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK (Dalam Bahasa Indonesia)... viii

ABSTRAK (Dalam Bahasa Inggris)... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ………... 5

D. Pemecahan masalah ... 6

(13)

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 10

A. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10

1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10

2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 11

3. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif ... 13

4. Tujuan Utama Paradigma Pedagogi Reflektif ... 14

5. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif ... 15

6. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mengintegrasi-kan 3C... 24

7. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 25

8. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 26

B. Pembelajaran Tematik ………... 26

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 26

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 26

3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ... 28

4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik ... 29

5. Manfaat Pembelajaran Tematik ... 29

6. Kekuatan Pembelajaran Tematik ... 30

(14)

8. Ragam Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan

Pengintegrasian Tema ... 33

C. Peserta Didik Kelas II.A ... 34

1. Pengertian Peserta Didik ... 34

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD... 35

D.Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Tematik... 36

E. Penelitian Tindakan Kelas ... 37

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas... 37

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas... 37

3. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas... 38

4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas... 39

5. Alasan Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas... 40

6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas... 41

7. Manfaat penelitian Tindakan Kelas... 42

8. Desain Penelitian Tindakan Kelas... 43

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 44

G. Jaringan Tema ... 45

H. Kerangka Berpikir ... 46

I. Hipotesis Tindakan ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN... 49

(15)

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 49

C. Subjek dan Objek Penelitian... 49

D. Prosedur Penelitian dan Rencana Tindakan... 49

E. Instrumen Penelitian... 53

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumennya... 54

G. Teknik Analisis data... 54

BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 56

A. Deskripsi Umum ... 56

1. Lokasi dan Kondisi Sekolah... 56

2. Visi dan Misi Sekolah... 56

3. Tujuan Sekolah... 59

4. Latar Belakang Peserta Didik... 61

5. Sarana dan Prasarana Sekolah... 61

B. Kurikulum Kelas II ... 62

1. Kurikulum Matematika dan Bahasa Indonesia Kelas II A Semester Genap... 62

C. Kondisi Kelas II A SD Kanisius Demangan Baru... 63

1. Jumlah Siswa ... 63

2. Jadwal Pelajaran ... 64

(16)

1. Pra Penelitian ... 66

2. Siklus I ... 79

3. Siklus II ... 99

B. Analisis Komparasi tentangCompetence, Conscience,dan Compassion(3C) Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Daftar Siswa Kelas II.A ………... 63

Tabel 2 : Jadwal Pelajaran Kelas II.A ... 65

Tabel 3 : Observasi Pendidik Pra Penelitian ... 67

Tabel 4 : Wawancara Pendidik Pra Penelitian ... 68

Tabel 5 : Observasi Peserta Didik Pra Penelitian ……….…….... 73

Tabel 6 : Observasi Kelas Pra Penelitian ……….. 75

Tabel 7 : Nilai Kognitif Bahasa Indonesia Pra Penelitian ... 76

Tabel 8 : Nilai Kognitif Matematika Pra Penelitian ..………..……. 77

Tabel 9 : Aksi Peserta Didik Kelas II.A Pada Siklus I ………... 84

Tabel 10 : Data Nilai Bahasa Indonesia Siklus I ... 87

Tabel 11 : Data Nilai Matematika Siklus I ... 88

Tabel 12 : Observasi pendidik Siklus I ... 92

Tabel 13 : Observasi Peserta Didik Siklus I ... 94

Tabel 14 : Observasi Kelas Siklus I ... 96

Tabel 15 : Aksi Peserta Didik Kelas IIA Pada Siklus II ... 105

Tabel 16 : Data Nilai Bahasa Indonesia Siklus II ... 107

Tabel 17 : Data Nilai Matematika Siklus II ... 109

Tabel 18 : Observasi Pendidik Siklus II ... 112

Tabel 19 : Observasi Peserta Didik Siklus II ... 114

(18)

Tabel 21 : Perbandingan Data Nilai Kuantitatif Bahasa Indonesia Pra

Penelitian, Siklus I dan Siklus II ... 122

Tabel 22 : Perbandingan Data Nilai Kuantitatif Matematika Pra Penelitian,

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 132

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 138

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 144

Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 151

Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 157

Lampiran 6 : Soal Evaluasi Siklus I ... 161

Lampiran 7 : Soal Evaluasi Sikus II ... 166

Lampiran 8 : Skala Sikap Siklus I ……….... 168

Lampiran 9 : Skala Sikap Siklus II ……….. 170

Lampiran 10 : Skala Minat Siklus I ……….. 172

Lampiran 11 : Skala Minat Siklus II ………. 174

Lampiran 12 : Rubrik Penilaian Siklus I ... 176

Lampiran 13 : Rubrik Penilaian Siklus II ... 177

Lampiran 14 : Pedoman Observasi ... 178

Lampiran 15 : Pedoman Wawancara ... 181

Lampiran 16 : Lembar Refleksi Pendidik Siklus I ... 183

Lampiran 17 : Lembar Refleksi Pendidik Siklus II ... 185

Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data ... 187

Lampiran 19 : Surat Ijin Penelitian Dari FKIP USD ... 194

Lampiran 20 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 195

(21)
(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses belajar dan mengajar. Di dalamnya

tidak hanya terkandung proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam

mempersiapkan masa depan tetapi juga suatu proses untuk membentuk sebuah

pembiasaan yang baik dalam hidup. Proses belajar ini menuntut kedisiplinan

dan dedikasi penuh dari seorang pendidik. Dalam proses tersebut banyak sekali

tantangan-tantangan dan hal-hal yang perlu diubah sehingga mengarah pada

proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Berbagai model pembelajaran dapat

diterapkan pada proses belajar di kelas, salah satu cara yang dapat digunakan

pendidik dalam pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran inovatif

menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Menurut Subagya (2010:22), Paradigma Pedagogi Reflektif

merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi peserta didik

menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi reflektif=pendidikan kemanusiaan).

Paradigma Pedagogi Reflektif digunakan untuk meningkatkan 3C yaitu

Competence berupa kemampuan kognitif yang harus dicapai peserta didik,

contohnya: peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM. Conscience berupa

kepekaan dan ketajaman hati nurani, contohnya: ketelitian peserta didik saat

mengerjakan soal-soal. Compassion berupa kepedulian dan bela rasa bagi

(23)

lingkungan sekitar baik dengan tumbuhan maupun binatang. Dalam proses

belajar PPR dilakukan dengan beberapa tahap yaitu konteks, pengalaman,

refleksi, aksi, evaluasi. Dalam proses belajar tersebut peserta didik diberi

pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian peserta didik difasilitasi

dengan pertanyaan agar dapat merefleksikan pengalaman tersebut, dan

berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar peserta didik membuat niat

dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut,

peserta didik diharapkan mengalami sendiri bukan hanya mendapat informasi

karena diberitahu. Melalui refleksi diharapkan peserta didik yakin sendiri

bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan. Melalui aksi, peserta didik

berbuat dari kemauannya sendiri bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi.

Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sebaik-baiknya sehingga

peserta didik nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan

bersama yang lebih baik dan peduli pada sesama. Sampai sekarang pengalaman

yang diberikan di kelas bertujuan untuk menumbuhkembangkan persaudaraan,

solidaritas antar teman, dan saling menghargai, yang merupakan bagian dari

aspek-aspek kemanusiaan.

Peneliti telah melakukan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM)

sekaligus penelitian di SD Kanisius Demangan Baru. SD tersebut bernaung di

bawah Yayasan Kanisius. Yayasan Kanisius adalah yayasan yang menerapkan

Paradigma Pedagogi Reflektif. Selama melaksanakan PKM dengan waktu

(24)

berikut: rata-rata nilai matematika rendah dan beberapa peserta didik masih

mendapatkan nilai di bawah KKM untuk materi menceritakan kembali dalam

pelajaran Bahasa Indonesia hal ini berkaitan dengan competence. Selain itu

dalam pembelajaran matematika jika dilihat dari hasil pekerjaan peserta didik

ternyata mereka sudah memahami materi tetapi peserta didik cenderung kurang

teliti dalam mengerjakan soal, untuk pembelajaran Bahasa Indonesia peserta

didik cenderung kurang teliti dalam membaca dan memahami cerita hal ini

berkaitan denganconscience. Masalah yang lain adalah ketidakpekaan peserta

didik terhadap lingkungan sekitar. Selain itu saat bekerja kelompok peserta

didik kurang mampu menjalin kerjasama yang baik saat diskusi kelompok di

kelas hai itu berkaitan dengancompassion.

Dengan adanya berbagai masalah tersebut, peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian di kelas dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran

tematik kelas II A pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan matematika

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian

yang dilakukan pendidik di kelas dengan cara merencanakan, melaksanakan

dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik

dapat meningkat (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama,2010:9). Dalam

penelitian tersebut peneliti melakukan penelitian tentang “Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Tematik Untuk

Meningkatkan Competence, Concience, Dan Compassion Peserta Didik Kelas

(25)

siklus dengan indikator yang berbeda untuk setiap siklusnya. Dalam penelitian

ini ada motivasi dari peneliti saat melihat keadaan peserta didik tersebut untuk

melakukan penelitian. Dengan penelitian ini peneliti berharap supaya peserta

didik mempunyai motivasi untuk dapat meningkatkan 3C melalui PPR dalam

pembelajaran tematik. Model pembelajaran inovatif menggunakan PPR

diterapkan dan digunakan dalam pembelajaran tematik karena diharapkan lebih

mudah dipahami oleh guru-guru, lebih mudah dilaksanakan, dan lebih cepat

tampak hasilnya bila digunakan pada tingkat sekolah dasar khususnya

diharapkan dalam penelitian ini kelas rendah yaitu kelas II SD. Pelaksanaan

pembelajaran di kelas rendah pada tingkat SD dilaksanakan dengan model

pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman yang bermakna kepada peserta didik (Depdiknas,2006:5).

Pembelajaran tematik digunakan di kelas rendah karena pembelajaran berpusat

pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, fokus pembelajaran

diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan berkaitan

dengan kehidupan peserta didik, menyajikan konsep dari berbagai mata

pelajaran, bersifat luwes (fleksibel), hasil pembelajaran sesuai dengan minat

dan kebutuhan peserta didik, menggunakan prisip belajar sambil bernain dan

menyenangkan. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional,2006:6)

(26)

lebih lanjut karena pada kenyataannya hasil belajar peserta didik masih

banyak yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. PPR dengan

menggunakan pembelajaran tematik dipilih karena pelaksanaan pengembangan

PPR terletak pada landasan dan tujuannya. Landasannya adalah materi

pembelajarannya dan tujuannya adalah pencapaian nilai-nilai kemanusiaan

yang dapat benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan

melihat pentingnya PPR bagi pembelajaran tematik di Sekolah Dasar maka

dari itu perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan paradigma

pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan

competence, consciencedancompassion.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah pada penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam

pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan

compassion. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya pada usaha

peningkatan competence, conscience dan compassion pada pembelajaran di

kelas dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia melalui

Paradigma Pedagogi Reflektif.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian

(27)

1. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas II dengan

menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik

pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas II dengan

menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik

pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?

3. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas II dengan

menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik

pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia?

4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran

tematik pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia dapat

meningkatkancompetence, conscience, compassionpeserta didik kelas II ?

D. Pemecahan Masalah

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, yaitu

masalah nilai Matematika dan Bahasa Indonesia masih banyak yang berada di

bawah KKM, ketidaktelitian peserta didik dalam mengerjakan tugas dan

ketidakpekaan peserta didik terhadap lingkungan sekitar maka untuk

menumbuhkan terciptanya minat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, akan

diatasi dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran

tematik untuk meningkatkancompetence, conscience dan compassion.

E. Batasan Pengertian

(28)

1. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan/ model

pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan

nilai-nilai hidup (nilai-nilai-nilai-nilai kemanusiaan) dalam proses pendidikan di mana

nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan

sikap/perilaku (Modul Tim PPR, 2010).

2. Competence adalah kompetensi secara utuh yang harus dicapai peserta

didik. Conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani,

Compassion adalah kepedulian dan bela rasa bagi sesama (Subagya,

2010).

3. Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik

(Depdiknas,2006:5).

4. Kelas II A adalah peserta didik SD kelas II di SD Kanisius Demangan

Baru Yogyakarta.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion peserta didik

kelas II SD kanisius Demangan Baru dengan menerapkan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Matematika dan

(29)

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak

diantaranya :

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu model

pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk pembelajaran yang lain.

2. Bagi Pendidik:

a. Untuk menerapkan Paradima Pedagogi Reflektif dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik di sekolah.

b. Menambah referensi upaya peningkatan prestasi belajar.

c. Sebagai bahan pembanding dengan model pembelajaran yang lain pada

pembelajaran tematik di kelas II.

d. Membantu para pendidik untuk lebih memahami penerapan strategi

pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif khususnya pada

pembelajaran tematik di kelas II.

3. Bagi Sekolah

Penulis berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

positif bagi proses pembelajaran yang menggunakan metode PPR di

sekolah, khususnya di sekolah dasar. Dalam perkembangan selanjutnya,

penerapan PPR dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai

pendidikan pembentukan watak dan budi pekerti peserta didik pada

(30)

4. Bagi Pembaca

Sebagai bahan masukan pembaca tentang pentingnya penerapan PPR dalam

pembelajaran.

5. Bagi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

a. Sebagai tambahan bahan bacaan bagi keperluan yang mendasar dalam

pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan pola mengajar yang

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Paradigma Pedagogi Reflektif

1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif bersumber dari Paradigma Pedagogi

Ignasian, yang digunakan untuk memperbaharui sistem pendidikan di

lembaga- lembaga pendidikan Yesuit. Pada tahun 1990 di tingkat SD

sampai dengan SMA istilah PPI diganti menjadi PPR oleh Romo Subagya

agar lebih populer dan diterima oleh banyak kalangan. Menurut Romo

Subagya, SJ pendorong karya pendidikan adalah iman, mediasinya adalah

proses pendidikan, dan tujuannya adalah perubahan sosial. Sekolah-sekolah

Yesuit harus mampu mengadakan perubahan sosial, yaitu perubahan dari

kerusakan kebiadaban, kekerasan, korupsi, kerusakan lingkungan menuju

ke kesejahteraan umum, solidaritas, pluralisme, dan penalaran serta

kreativitas. Ciri khas pendidikan Yesuit justru terletak pada kreativitas dan

seni. Nilai kunci yang harus dipegang justru nilai keutamaan seperti

keberanian, keadilan, kemuarahan hati, persahabatan, kejujuran dan

tanggung jawab.

Pada tahun 1545, PPI digunakan di kolese I Gandia. Pada tahun

1547, berdiri kolese umum di Messina, Sisilia. Pada tahun 1584-1599Ratio

studiorum atque sicietatis dirasakan lesu. Pada tahun 1986 PPI merupakan

(32)

pada lembaga pendidikan SD hingga SMA dengan diubah menjadi PPR

(Modul Tim PPR, 2010).

2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR singkatan dari Paradigma Pedagogi Reflektif, yang

merupakan nama lain dari PPI (Paradigma Pedagogi Ignasian).

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia kata Paradigma adalah

suatu kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan

model. Pengertian istilah Paradigma dalam hal ini dapat diartikan sebagai

sebuah model atau pendekatan dalam proses pembelajaran. Kata Pedagogi

artinya cara para pengajar mendampingi para peserta didik dalam proses

pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi tidak cukup diartikan

sebagai sebuah metode mengajar atau ilmu mendidik, namun istilah

pedadogi mempunyai pengertian yang lebih luas karena meliputi

pandangan hidup dan visi mengenai idealnya seorang peserta didik

sehingga akan mencakup arah dan tujuan semua aspek pendidikan. Kata

Reflektif berarti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan studi

tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan agar dapat

menangkap maknanya secara lebih mendalam. Jadi refleksi mengandung

pengertian sebuah proses yang mampu memunculkan makna dalam

pengalaman manusiawi. Refleksi berkaitan erat dengan pengalaman batin

seseorang untuk menemukan nilai-nilai hidup yang hakiki. Refleksi juga

merupakan proses yang membentuk karakter atau kepribadian dan

(33)

dipertanggungjawabkan dengan baik. Dengan demikian proses refleksi

akan membentuk suara hati seperti keyakinan, nilai, sikap, dan seluruh cara

bernalar peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik diantar

dengan baik dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai

dengan pengertian dan kemampuannya.

Jadi Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan/

model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan

nilai-nilai hidup (nilai-nilai kemanusiaan) dalam proses pendidikan di mana

nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan

sikap/perilaku. PPR dapat diartikan pula sebagai pola pikir (paradigma)

dalam menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi

kristiani yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal

ini pola pikir masing-masing peserta didik diberi perhatian yang memadai

terutama pengalaman pribadi mereka perihal nilai-nilai kemanusiaan.

Bertitik pijak dari pengalaman pribadi para peserta didik tersebut, mereka

difasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif agar mereka

merefleksikan pengalaman tersebut dan pada tahap berikutnya peserta didik

difasilitasi dengan aksi agar peserta didik membuat niat dan berbuat sesuai

dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ditentukan secara pribadi maupun

kelompok/bersama. Setelah para peserta didik diajak mengadakan refleksi,

maka tahap selanjutnya adalah aksi, dalam tahap aksi peserta didik dituntut

(34)

merupakan salah satu proses pembentukan kepribadian sehingga nantinya

peserta didik dapat memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan

bersama yang adil, bermartabat, penuh persaudaraan, melestarikan

lngkungan hidup, dan turut menjamin kesejahteraan bersama. (Modul Tim

PPR, 2010)

3. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Subagya (2010:67), ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif adalah:

a. PPR memberikan suatu cara bertindak yang disusun dengan hati-hati,

dirumuskan secara logis dan dijabarkan secara meyakinkan dari

spiritualitas Ignasian.

b. PPR menekankan penting dan tidak terpisahkannya hubungan antara

pengajar, pelajar, dan bahan studi dalam lingkungan nyata tempat

mereka hidup.

c. PPR menyeluruh dan lengkap dari sisi cara pendekatan.

d. PPR mengena pada keadaan pembelajaran yang real maupun

mencerahkan cita-cita mengajar secara praktis dan sistematik

e. PPR dapat diterapkan kepada semua kurikulum.

f. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar.

g. PPR menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik.

h. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar

merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari.

(35)

4. Tujuan Utama Paradigma Pedagogi Reflektif

a. Tujuan utama Paradigma Pedagogi Reflektif adalah (Modul Tim

PPR, 2010):

1) Mengintegrasikan pengetahuan dan sikap batin peserta didik agar

mampu melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan

dialaminya selama proses pembelajaran dengan realitas konkret

ditengah-tengah masyarakat dan lingkungannya.

2) Peserta didik memiliki motivasi untuk bertindak atas dasar

pengetahuan yang dialaminya dan mampu mewujudkan dalam

bentuk aksi nyata yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian

para peserta didik.

b. Tujuan PPR bagi Guru

Tujuan PPR bagi guru yaitu membantu para guru untuk (Modul Tim

PPR, 2010) :

1) Semakin memahami peserta didik

2) Semakin bersedia memdampingi perkembangannya

3) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya

4) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral

5) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan

6) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai

(36)

c. Tujuan PPR bagi Peserta Didik

Tujuan PPR bagi peserta didik yaitu jika 3C dikembangkan secara

integral maka peserta didik dapat menjadi (Modul Tim PPR, 2010) :

1) Manusia bagi sesama.

2) Manusia yang utuh.

3) Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk

perkembangan dan religious.

4) Manusia yang sanggup mencintai atau dicintai.

5) Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam

pelayanannya pada orang lain.

6) Manusia yang berkompeten dan berhati nurani.

5. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Langkah-langkah pembelajaran berpola PPR

adalah (Modul Tim PPR, 2010) :

Gambar. 1. Dinamika PPR

PENGALAMAN

REFLEKSI EVALUASI

AKSI

(37)

a. Konteks

Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai kesiapan peserta

didik untuk belajar. Konteks dapat berupa segala kemungkinan yang

dapat membantu atau menghalangi proses pembelajaran dan

perkembangannya. Konteks meliputi banyak hal seperti keluarga,

kelompok baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan, ekonomi, budaya

dan kenyataan-kenyataan yang lain. Dari lingkungan dan data-data yang

diperoleh, pendidik dapat memahami konteks peserta didik. Hal-hal

tersebut akan mempengaruhi sikap, tanggapan, penilaian dan pilihan

peserta didik. Banyaknya faktor yang terkandung dalam konteks belajar

ada yang membawa dampak positif tetapi ada pula yang membawa

dampak negatif misalnya: lingkungan kemiskinan biasanya membawa

dampak negatif pada harapan peserta didik untuk berhasil dalam belajar,

situasi yang harmonis cenderung mendukung proses pendidikan yang

baik. Konteks belajar harus dipahami dengan baik sebelum proses

pendidikan berlangsung. Suasana sekolah juga mempunyai peran yang

penting. Faktor psikis seperti suasana atau iklim sekolah merupakan

syarat yang penting dalam pencapaian pendidikan yang sesungguhnya.

Dengan demikian unsur suasana sekolah idealnya mendapatkan

perhatian yang lebih serius. Secara konkret unsur-unsur suasana sekolah

dapat diwujudkan dalam perhatian pada mutu akademik sekolah,

(38)

sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangatlah mendukung dalam upaya

pembentukan kepribadian peserta didik. Dengan mengenali konteks

peserta didik secara baik, guru akan dapat memberi perhatian yang baik

pula pada pribadi peserta didik (Modul Tim PPR, 2010).

b. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud meliputi segala kegiatan pembelajaran,

informasi, nilai-nilai, perasaan peserta didik. Pengalaman mula-mula

diperoleh melalui pengandaian adanya fakta-fakta, asas-asas dan

pengertian, selanjutnya peserta didik dituntut melakukan penyelidikan

atau penelitian tentang hal-hal yang terkandung secara implisit dari suatu

peristiwa yang disimak, menganalisis serta menilai ide-idenya untuk

bernalar.

Pengalaman dibagi menjadi dua yaitu pengalaman langsung misal:

pengalaman persaudaraan dialami dalam bekerjasama dalam kelompok

kecil yang ramah dan sopan, tenggang rasa dan akrab. Yang kedua

adalah pengalaman tidak langsung misal: mendengarkan cerita atau

membaca kisah suatu kejadian sekaligus mempergunakan imaginasi,

bermain peran, atau video.

Pengalaman akan membantu peserta didik untuk merasakan

sesuatu secara internal. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

biasanyan berupa upaya peserta didik untuk mengetahui fakta,

memahami konsep dan prinsip-prinsip, serta menganalisis dan menilai

(39)

saja, namun mencakup penghayatan seluruh pribadi, budi pekerti,

perasaan, kemauan, dan kemampuan untuk bertindak. Belajar mengenai

pemahaman intelektual saja tanpa terkait dengan perasaan batin tidak

akan mendorong orang untuk bertindak. Pengalaman merupakan

kegiatan yang memuat pemahaman kognitif, afektif dan psikomotorik

yang diperoleh secara serasi, selaras, dan seimbang. Peserta didik dapat

mendalami makna yang dipelajari apabila dapat memahami secara

akurat bahan ajar yang dipelajari. Untuk itu seluruh pikiran, hati, dan

kehendak harus terlibat secara aktif dalam memperoleh pengalaman.

Dalam PPR diharapkan peserta didik tidak hanya menyerap data namun

sekaligus juga mengalami reaksi afektifnya dilanjutkan pada tindakan.

Ketiga ranah tersebut selalu berproses dalam perkembangan peserta

didik. Dengan demikian peserta didik dituntut aktif untuk memperoleh

pemahaman dan pengertian kenyataan yang ada dan dialami (Modul Tim

PPR, 2010).

c. Refleksi

Refleksi merupakan kekhasan dari proses pembelajaran

berbasiskan Paradigma Pedagogi Reflektif. Pada dasarnya refleksi

berarti meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi,

spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara

rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya

(40)

Refleksi dapat dilakukan dengan menuliskan niat dan aksi dalam buku

refleksi, tetapi refleksi juga dapat dilakukan dengan diam dan hening

untuk meresapi.

Refleksi merupakan proses yang mampu memunculkan makna

dalam pengalaman manusiawi. Refleksi yang luas dan mendalam akan

bermuara pada pilihan aksi yang lebih tepat dan membuahkan hasil yang

lebih baik. Pengalaman pembelajaran dimaknai agar menjadi milik

peserta didik, dimana ia dapat menangkap maknanya demi pertumbuhan

dirinya dan demi sesama. Melalui dinamika pengalaman, aksi dan

refleksi, para pendidik diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal dan menyeluruh. Dengan

demikian, peserta didik akan mampu menjadi pribadi yang bebas :

mencari, menemukan, dan melaksanakan kehendak Tuhan bagi dirinya

sendiri dalam segala situasi hidup yang dialaminya.

Pada saat melakukan pendampingan, pendidik hendaknya sudah

terlatih dalam berefleksi agar dapat menghubungkan materi ajar, realitas

dan konteks serta pengalaman peserta didik. Refleksi dapat dilakukan

dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan

untuk menangkap makna dan nilai yang hakiki dari hal yang dipelajari.

Refleksi juga memungkinkan peserta didik dituntut untuk menemukan

hubungan dengan segi-segi lain dari pengetahuan yang dipahami dan

kegiatan insani serta menghargai implikasi-implikasinya dalam mencari

(41)

Daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan dipergunakan

untuk menangkap makna dan nilai-nilai pokok dari bahan yang

dipelajari, untuk menemukan hubungannya dengan pengetahuan lain dan

aktivitas manusia dan untuk mengapresiasinya dalam proses pencarian

pengetahuan yang berkelanjutan. Pada saat terjadi proses pembelajaran,

sebenarnya peserta didik mengalami berbagai gerak batin, seperti :

senang, sedih, bingung, ragu-ragu, egois, dan sebagainya. Gerak batin

tersebut akan memberikan dorongan yang mengarah pada suatu tindakan.

Gerak batin ada yang mengarah pada tindakan yang baik namun adapula

yang mengarah pada tindakan yang jahat, maka dibutuhkan penegasan

yang menjelaskan motivasi batin apa sebelum seseorang melakukan

tindakan. Sebelum membuat keputusan harus disertai alasan-alasan apa

yang melatarbelakangi, sebab-sebab dan implikasinya, menimbang

pilihan-pilihan yang mungkin terjadi dan menilainya, melihat

konsekuensi-konsekuensinya sehingga dapat menemukan apa yang

paling memungkinkan dalam pencapaian tujuan yang dicari. Semua itu

diusahakan agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang bebas dalam

mencari, menemukan, dan melaksanakan keputusan dalam tiap-tiap

keadaan.

Refleksi ini merupakan sebuah proses yang akan membentuk

kepribadian seseorang dan membebaskannya. Refleksi akan membentuk

(42)

sampai ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian mereka. Jadi, refleksi

dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan batin dalam menyimak kembali

bahan ajar tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan

agar dapat menangkap makna dari setia proses pembelajaran.

Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan makna dalam

setiap pengalamannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui cara-cara

berikut (Modul Tim PPR, 2010) :

1) Memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik.

2) Mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami.

3) Memperdalam implikasi-implikasi yang telah dimengerti.

4) Mengusahakan mencapai makna untuk diri pribadi tentang

kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran.

5) Memulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya

bersikap.

d. Aksi

Aksi merupakan hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Aksi

mengacu pada kebutuhan batin manusia yang didasarkan pada

pengalaman yang sudah direfleksikan. Aksi dalam PPR dapat diartikan

sebagai perbuatan atau tindakan. Bagi Ignatius, batu uji dari cinta kasih

adalah perbuatannya. “Cinta kasih dinyatakan lebih lewat perbuatan dan

bukan melalui kata-kata”. Refleksi akan menjadi mentah apabila hanya

menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Refleksi akan

(43)

bertindak secara konkret. Aksi yang dihasilkan dalam PPR bukanlah

sembarang perbuatan maupun sembarang tekad, namun, aksi yang

dihasilkan adalah aksi yang disertai dengan latar belakang, alasan,

penalaran, dan pertimbangan yang matang dengan tetap menghargai

kebebasan manusia.

Aksi mencakup 2 hal, yaitu pilihan-pilihan batin dan pilihan yang

dinyatakan dalam lahir (Modul Tim PPR, 2010):

1) Pilihan-pilihan batin

Pilihan batin yang dimaksud adalah pilihan yang berupa sikap,

kemauan, perasaan, dan sebagainya. Peserta didik akan

mempertimbangkan pengalaman dari sudut pandang pribadi dan

manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan setelah terjadi

pemahaman kognitif mengenai pengalaman yang disertai

perasaan-perasaan afektif. Lalu, dari pengalaman-pengalaman itu akan muncul

pilihan-pilihan. Untuk itu, peserta didik harus mempunyai keyakinan

bahwa keputusan yang diambilnya benar sambil membiarkan diri ke

arah mana ia digiring oleh kebenaran itu.

2.) Pilihan yang dinyatakan secara lahir

Pendidikan merupakan sebuah proses. Pada suatu ketika,

makna-makna hidup, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh akan menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dalam diri peserta didik. Hal ini akan

(44)

peserta didik sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuannya yang

bersifat positif (Modul Tim PPR, 2010).

e. Evaluasi

Penilaian merupakan bagian penting dalam proses belajar. Dengan

penilaian, akan diketahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai

selama proses belajar. Evaluasi merupakan tinjauan untuk mengetahui

kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran baik oleh peserta

didik maupun pendidik. Namun, sering kali penilaian hanya digunakan

untuk mengukur kemajuan akademik.

Dalam PPR, fokus penilaian tidak hanya dalam hal kemajuan

akademik, tetapi lebih integral lagi yaitu memperhatikan pada

pertumbuhan peserta didik secara menyeluruh sebagai makhluk pribadi

maupun makhluk sosial. Untuk itu, pendidik dituntut mempertimbangkan

umur, bakat, kemampuan dan tingkat perkembangan pribadi setiap

peserta didik.

Hal ini akan dapat berjalan dengan baik apabila terjalin hubungan

saling percaya dan saling menghargai antara pendidik dan peserta didik.

Dengan demikian, dibutuhkan hubungan yang akrab antara peserta didik

dengan pendidik dan antar peserta didik sendiri. Apabila suasana tersebut

dapat diciptakan dengan baik, maka saat penilaian merupakan saat yang

baik sekali untuk menyemangati peserta didik maupun mendorong

peserta didik menyimak kembali hal-hal yang telah dilakukan dengan

(45)

pandang lain, memberikan informasi yang dibutuhkan, dan mengajak

memandang masalah dari sudut pandangan lain. Bahkan, pada saat-saat

tertentu peserta didik dapat diajak mengevaluasi kembali sikap-sikap dan

keputusannya karena ada pengalaman yang baru, perubahan dalam

suasana hidup, tantangan zaman dan sebagainya. Dengan demikian, akan

muncul kesadaran baru akan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang

serta membantu peserta didik dalam daur paradigma yang

berkesinambungan.

Jadi, dengan adanya evaluasi peserta didik dapat memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya secara menyeluruh

mencakup pemahaman, sikap, prioritas-prioritas dan kegiatan yang

selaras dengan menjadi manusia demi orang lain. Adapun bagi guru,

evaluasi bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana proses belajar yang

disampaikan membantu para peserta didik dapat memahami dan menilai

pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku

perubahan pola pikir, sikap dan tindakan sosial.

Hal-hal yang dapat dievaluasi meliputi sekolah, materi pelajaran,

metode mengajar, keterlibatan peserta didik, tugas-tugas, aksi yang

dibuat, dan sebagainya (Modul Tim PPR, 2010).

6. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Mengintegrasikan 3C

(Competence, Conscience dan Compassion)

(46)

yaitu competence, conscience dan compassion, yang diharapkan dengan

adanya 3C tersebut peserta didik menjadi manusia yang utuh, lebih

memuliakan allah dan lebih peduli dengan sesamanya. Competence,

conscience dan compassion tersebut mempunyai pengertian sebagai

berikut: competence adalah kompetensi secara utuh yang harus dicapai

peserta didik, conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani,

compassion adalah kepedulian dan bela rasa bagi sesama. Selain itu

competence dapat dimaknai sebagai kemampuan akademik yang

memadukan unsur-unsur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, conscience

dimaknai sebagai kemampuan memahami alternative dan menentukan

pilihan (baik-buruk, benar-salah), compassion dimaknai sebagai kemauan

untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan (Man and women for and

with others)(Subagya, 2010).

7. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu (Modul Tim PPR, 2010):

a. Membantu peserta didik menyadari sejauh mana usaha yang telah

dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan dirinya.

b. Membantu peserta didik berlatih mempertimbangkan dan memilih

cara-cara yang paling baik dan benar.

c. Membantu peserta didik dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat

sesuai pengertian dan kemampuannya.

d. Menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi kristiani

(47)

8. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif

Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu (Modul Tim PPR, 2010) :

a. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Kesulitan dalam memunculkan nilai kemanusiaan (life skill) secara lebih

menonjol.

c. Kesulitan menilai bagaimana aksi telah dilakukan peserta didik.

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran tematik

Pembelajaran Tematik adalah Pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik

(Depdiknas,2006:5).

Pembelajaran Tematik adalah Suatu strategi pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang

bermakna kepada peserta didik (Depdiknas,2003:4).

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik

memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered),

(48)

menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada

peserta didik (direct experiences).

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi

tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan

tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana pendidik dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik

dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bernain dan menyenangkan.

(Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

(49)

3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

Adapun langkah-langkah dalam proses belajar mengajar di kelas

dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Tematik adalah sebagai

berikut (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional,2006:6) :

a. Tahap Persiapan

1) Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran

secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi

dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan

dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

indikator

b) Menentukan tema

c) Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator

2) Menetapkan Jaringan Tema

3) Penyusunan Silabus

4) Penyusunan Rencana Pembelajaran

b. Tahap Pelaksanaan

1) Tahapan kegiatan

(50)

c) Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut

2) Pengaturan Jadwal Pelajaran

4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat

diklasifikasikan menjadi (Trianto,2010:85) :

a. Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian tema artinya tema-tema yang saling tumpang tindih

dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.

b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Prinsip pengelolaan pembelajaran artinya guru harus mampu

menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses

pembelajaran.

c. Prinsip Evaluasi

Prinsip Evaluasi adalah kegiatan yang pada dasarnya menjadi fokus

dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil dari

kegiatan pembelajaran tersebut.

d. Prinsip Reaksi

Prinsip Reaksi adalah pendidik bereaksi terhadap aksi peserta didik

yang semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit

melainkan ke suatu satuan yang utuh dan bermakna.

5. Manfaat Pembelajaran Tematik Dalam Kegiatan Pembelajaran

Beberapa manfaat pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran

(51)

a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta

isi mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih

materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

b. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna

sebab isi/ materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat

bukan tujuan akhir.

c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat

pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

d. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan

konsep akan semakin baik dan meningkat.

6. Kekuatan Pembelajaran Tematik

Menurut Trianto (2009: 88-89), pembelajaran tematik memiliki beberapa

kelebihan, yaitu:

a. Waktu yang tersedia banyak. Materi tidak dibatasi oleh jam pelajaran,

melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata

pelajaran.

b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis

dan alami.

c. Pendidik dapat membantu peserta didik memperluas kesempatan belajar

ke berbagai aspek kehidupan

d. Pendidik bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau

(52)

e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada

kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan kolaborasi.

f. Peserta didik bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada

hasil belajar.

g. Hilangnya batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan

pendekatan proses belajar yang integratif.

h. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada peserta didik, yang

dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Peserta didik

didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada

keberhasilan belajar.

i. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar

kelas

j. Membantu peserta didik membangun hubungan antara konsep dan ide,

sehingga meningkatkan epresiasi dan pemahaman.

7. Kelemahan Pembelajaran Tematik

Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga

memiliki beberapa kelemahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa

aspek, yaitu sebagai berikut (Trianto,2009:90-91) :

a. Aspek Pendidik

Pendidik harus mempunyai wawasan yang luas. Pendidik dituntut untuk

mencari banyak informasi dari berbagai hal tentang pengetahuan

tersebut. Jika pendidik tidak memiliki hal tersebut maka pembelajaran

(53)

b. Aspek Peserta Didik

Peserta didik dituntut adanya kemampuan akademik maupun

kreatifitasnya. Hal ini diperlukan karena dalam pembelajaran tematik

diperlukan kemampuan analitik (mengurai), Kemampuan asosiatif

(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif

(menemukan dan menghubungkan).

c. Aspek Sarana dan Sumber Pembelajaran

Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi

yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.

Semua ini akan menunjang, memperkaya dan mempermudah

pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka

penerapan pembelajaran ini akan terlambat.

d. Aspek Kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketutasan

pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian

materi) pendidik perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan

materi,metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

e. Aspek Penilaian

Pembelajaran tematik membutuhkan cara penelitian yang menyeluruh

(komprehensif) yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari

(54)

f. Aspek Suasana Pembelajaran

Pembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu

bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Pendidik

berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan

tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang

pendidikan pendidik itu sendiri.

8. Ragam Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan Pengintegrasian

Tema

Forgaty (Trianto, 2009:41) mengemukakan bahwa terdapat 10

pembelajaran terpadu berdasarkan pengintegrasian tema yaitu:

a. Model Tergambarkan

Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah

b. Model Terhubung

Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain

c. Model Tersarang

Ketrampilan-ketrampilan sosial,berpikir, dan konten dicapai dalam

salah satu mata pelajaran

d. Model Terurut

Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun

termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda.

e. Model Terbagi

Perencanaan tim atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin

(55)

f. Model Terjaring

Pengajaran tematik menggunakan suatu tema sebagai dasar

pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran.

g. Model Tertali

Ketrampilan-ketrampilan sosial berpikir, berbagai jenis kecerdasan dan

ketrampilan belajar direntangkan melalui berbagai disiplin.

h. Model Terpadu

Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai

disiplin ilmu, dicari ketrampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama.

i. Model Terbenam

Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang

seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai.

j. Model Jaringan

Pelajar melakukan proses pemanduan topik yang dipelajari melalui

pemilihan jejaring pakar dan sumber daya.

Dari 10 pembelajaran terpadu berdasarkan pengintegrasian tema tersebut,

pembelajaran tematik di kelas II SD menggunakan model terjaring.

C. Peserta Didik Kelas II A

1. Pengertian Peserta Didik

a. Dalam UU No.20 Tahun 2003, peserta didik didefinisikan sebagai

(56)

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu (Murip Yahya, 2008:113).

b. Peserta didik adalah anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar

dari suatu lembaga pendidikan yang merupakan subjek utama dalam

pendidikan (artikele-aby.blogspot.com).

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD

Pembelajaran tematik dilakukan berdasarkan karakteristik perkembangan

peserta didik. Menurut Trianto (2009:18-19), karakter anak kelas II sekolah

dasar, yaitu sebagai berikut.

1) Ciri khas jasmani

a) Koordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun

kadang-kadang terasa janggal.

b) Masa pertumbuhannya lebih lambat, anak perempuan cenderung

lebih cepat dari pada laki-laki.

c) Tidak bisa diam, selalu bergerak

d) Senang membuat sesuatu

2) Ciri khas mental

a) Selalu ingin belajar

b) Menanyakan berbagai pertanyaan

c) Konsep yang dimiliki masih dalam jangka waktu yang terbatas.

d) Memiliki berbagai variasi dalam membaca.

e) Cenderung fokus hanya pada satu atau pengalaman yang dialami.

(57)

g) Proses berpikirnya dalam.

3) Ciri khas sosial

a) Bermain secara berkelompok.

b) Lebih mementingkan diri sendiri.

c) Mudah berinteraksi dengan teman sebaya.

Berdasarkan karakteristik di atas maka permasalahan yang ditemukan

pada peserta didik kelas II. A dari segi competence yaitu nilai pelajaran

Bahasa Indonesia dan Matematika di bawah KKM disebabkan karena ciri khas

mental selalu ingin belajar belum terpenuhi dengan baik. Permasalahan dari

segi conscience yaitu ketidaktelitian peserta didik dalam mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan disebabkan karena ciri khas mental peserta didik

cenderung fokus hanya pada satu atau pengalaman yang dialami. Sedangkan

permasalahan dari segi compassion yaitu ketidakpekaan dan ketidakpedulian

peserta didik terhadap lingkungan sosial disebabkan karena ciri khas sosial

yang lebih mementingkan diri sendiri.

D. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Tematik

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran

tematik akan dilaksanakan di kelas II SD Kanisius Demangan Baru khususnya

pada kelas II.A. Penelitian dilaksanakan dengan mengaitkan dua mata

pelajaran yaitu Matematika dan Bahasa Indonesia dengan tema Tempat Umum.

(58)

mendeskripsikan benda dan bercerita dengan Kompetensi Dasar

mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan

menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain. Sedangkan pada mata

pelajaran Matematika PPR diterapkan untuk mencapai Standar Kompetensi

melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dengan

Kompetensi Dasar melakukan pembagian bilangan dua angka.

E. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan pendidik di

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta

didik dapat meningkat (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:9).

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Rohman Natawidjaya (Sarwiji Suwandi, 2009: 14) karakteristik

Penelitian Tindakan Kelas adalah:

a. Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk

menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan.

b. Diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau

faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana

penelitian.

(59)

d. Bersifat fleksibel disesuaikan dengan keadaan.

e. Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan

atas perilaku serta refleksi peneliti.

f. Menyerupai penelitian eksperimental namun tidak secara ketat

memperdulikan pengendalian variabel

g. Bersifat situasional dan spesifik umumnya dilakukan dalam bentuk studi

kasus.

3. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Prinsip-prinsip dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah (Sutama, anak

pintar.net23) :

a. Prinsip Pertama

Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak

menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan

pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran

(observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation),

dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran(reflection).

b. Prinsip Kedua

Kegiatan meneliti, merupakan bagian integral dari pembelajaran,

yang harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan

kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari

(60)

penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan

skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis

data.

c. Prinsip Ketiga

Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang

riil dan merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen

terhadap memperoleh mutu pembelajaran.

d. Prinsip Keempat

Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

e. Prinsip Kelima

Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi

pada masalah pembelajaran di ruang kuliah, tetapi dapat diperluas

pada tataran di luar ruang kuliah, misalnya : tataran sistem atau

lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih

signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.

f. Prinsip Keenam

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Rohman Natawidjaya (Sarwiji Suwandi, 2009: 15) tujuan

Penelitian Tindakan Kelas adalah:

a. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan

(61)

terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan

pengembangan materi pengajaran.

b. Untuk memberikan pedoman bagi pendidik di sekolah guna

memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem

kerjanya menjadi lebih baik dan produktif.

c. Untuk melaksanakan program latihan terutama pelatihan dalam jabatan

pendidik yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri

agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil

pelatihan tersebut.

d. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem

pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh

pembaharuan pada umumnya.

e. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi

antara pendidik dengan para peneliti akademis.

f. Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem antara masyarakat sekolah

yang melibatkan administrasi pendidikan, pendidik, peserta didik, orang

tua dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah

5. Alasan Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Zainal Aqib (2007:13), ada beberapa alasan mengapa PTK

digunakan antara lain:

a. PTK sangat kondusif untuk membuat pendidik menjadi peka dan tanggap

(62)

b. PTK dapat meningkatkan kinerja pendidik sehingga menjadi profesional.

pendidik tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas

terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya

perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.

c. Dengan melaksanakan tahapan dalam PTK, pendidik mampu

memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam

terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan pendidik

semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang

berkembang di kelasnya.

d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pendidik

karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu

kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses

pembelajaran.

e. Dengan melaksanakan PTK pendidik menjadi kreatif karena selalu

dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dan

adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang

dipakainya. Dalam setiap kegiatan, pendidik diharapkan dapat

mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan.

pendidik diharapkan dapat menjiwai dan selalu ’’ber PTK’’.

6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Ciri-ciri penelitian tindakan yang dikemukan oleh Zainal Aqib

(63)

a. Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu

kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan

anggota agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta

berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis umum.

b. Penelitian tindakan kritis(critical action research),yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk

memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.

c. Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian

yang dilakukan oleh pendidik di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan

praktik pembelajaran.

d. Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu

dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi

pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas

lembaga.

7.Manfaat penelitian Tindakan Kelas

Sekurang-kurangnya ada empat manfaat penting dari pelaksanaan

Penelitian Tindakan kelas. Manfaat tersebut meliputi hal-hal berikut ini

(Sarwiji Suwandi, 2009:16):

a. Pendidik dapat melakukan inovasi pembelajaran.

b. Pendidik dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu

Gambar

Tabel 22 : Perbandingan Data Nilai Kuantitatif Matematika Pra Penelitian,
Gambar 1 : Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif .................................
Gambar. 1. Dinamika PPR
Tabel.18. Observasi Pendidik Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

12 Jadi implikasi yang dimaksud disini ialah pembiasaan membaca asmaul husna dan surat yasin melibatkan diri dalam pembentukan.

memadai bahwa transaksi yang dicatat atau yang sudah terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat, dan dinilai dengan wajar. Sistem informasi yang baik akan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Dalam pembuatan pelengkap busana ini limbah plastik sebagai bahan dasar dilapisi dengan kain perca yang memang banyak dimiliki oleh para penjahit.. Limbah kain perca

Pada Acara ini akan diusulkan kepada RUPS Tahunan untuk melimpahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik yang terdaftar

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

menampilkan menu area vendor Pengguna memilih menu registrasi karyawan Menampilkan form menu karyawan Sistem berhasil menampilkan form menu karyawan Pengguna menyimpan

[r]