• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam - USD Repository"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA

DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Albertha Vera Kusmaningsih 071134034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA

DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM

Oleh :

Albertha Vera Kusmaningsih 071134034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Aku persembahkan untuk ;

Almamaterku tercinta

Kedua Orang tuaku,i love you

Kakak-kakakku tercinta

(6)
(7)
(8)

vii

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA

DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM

Albertha Vera Kusmaningsih UniversitasSanata Dharma

2011 ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan pertanyaan wawancara, lembar observasi (check list), catatan anekdotal, dan soal tes. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data ada 4 yaitu (1) mendeskripsikan kondisi awal (pra penelitian) (2) mendeskripsikan proses pelaksanaan siklus I (3) mendeskripsikan proses pelaksanaan siklus 2 (4) membandingkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam sebelum dan sesudah penerapan PPR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam. Pada akhir siklus I competence peserta didik mengalami peningkatan dibandingkan competence pra penelitian, sedangkan

conscience 60,2 dan compassion 53,8. Pada akhir siklus II competence,

(9)

viii

IN THEMATIC LEARNING TO DEVELOP THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C) THE FIRST GRADE OF GAYAM KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL OF STUDENTS.

Albertha Vera Kusmaningsih Sanata Dharma University.

2011

ABSTRACT

This research was about Classroom Action Research (CAR). The objective of this research was to develop the Competence, Conscience, and Compassion (3C) of the first grade of Gayam Kanisius Elementary School students through Reflective Pedagogy Paradigm in the thematic learning process of Ilmu Pengetahuan Sosial and Pendidikan Kewarganegaraan courses.

The data of this research were collected from documents, interview, and observation. The instruments of this research were guided-interview, observation sheets (check lists), anecdotal records, and test. There were 4 steps in analyzing the data. Those were (1) describing the preliminary condition (pre-research), (2) describing the process of first cycle, (3) describing the implementation of second cycle, and (4) comparing the students 3C (Competence, Conscience, and Compassion) before and after the implementation of Reflective Pedagogy Paradigm.

(10)

ix

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs.T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Puji Purnomo, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M. Hum. dan B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberi bimbingan, kritik, saran, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini. 4. Drs. J. Sumedi, dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan,

saran dalam merevisi skripsi ini.

5. Theresia Laksmi Widyarini, S. Pd., M. Hum. yang berkenan mengoreksi abstrak dalam bahasa Inggris.

6. Staff sekretariat PGSD, Ibu Tri dan Bapak Hermoyo atas bantuan dalam melayani mahasiswa.

7. Kepala sekolah, M. Chandra Wahyu HP, dan guru-guru SD Kanisius Gayam atas bantuan dalam melakukan penelitian ini.

8. Kedua orang tuaku (Paulus Soeyono dan Yustina Sugianti) atas dukungan, doa, cinta, perhatian, kasih sayang yang tiada henti.

9. Kakak-kakak, Rm. Benediktus Mulyono SCJ, Antonius Subrata, dan CH. Sri Suyani atas segala perhatian, doa, cinta, dan dukungan kalian, serta ponakan Leonardo Chavin AP yang mendorongku menyelesaikan skripsi ini.

(11)
(12)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... ivx

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan Masalah... 5

C. Perumusan Masalah... 5

D. Batasan Pengertian... 6

E. Pemecahan Masalah... 6

F. Tujuan Penelitian... 6

G. Manfaat (kontribusi) Penelitian... 7

(13)

xii

B. Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran SD Kelas Rendah... 18

1. Hakekat Pembelajaran Tematik... 18

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik... 20

3. Strategi Pembelajaran Tematik... 20

4. Keuntungan Pembelajaran Tematik... 21

5. Peran Tema... 22

6. Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik.... 23

7. Tahap Persiapan dalam Pembelajaran Tematik... 24

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik Kelas I SD Kanisius Gayam... 27

D. Penelitian Tindakan Kelas... 31

1. Pengertian... 31

2. Tahap... 33

3. Tujuan... 33

4. Manfaat... 34

E. Karakteristik Peserta Didik Kelas I (6-7 tahun)... 35

F. Kerangka Pikir... 37

G. Hipotesis Tindakan... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian... 39

(14)

xiii

F. Metode Pengumpulan Data... 46

G. Teknik Analisis Data... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 49

A. Deskripsi Sekolah... 49

B. Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas I SD Kanisius Gayam Semester 2... 51

C. Kondisi Kelas I SD Kanisius Gayam... 53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Deskriptif Data... 57

B. Pembahasan Komparasi Tentang Competence, Conscience, dan Compassion (C3) Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif... 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan... 98

B. Keterbatasan Penelitian... 98

C. Saran... 99

DAFTAR PUSTAKA... 101

(15)

xiv

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan

Kewarganegaraan…...……….... 28 Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal... 45 Tabel 3.2 Target Pencapaian Akhir Siklus... 48 Tabel 4.1 Nama-nama Pendidik SD Kanisius Gayam Tahun

Pelajaran 2010/2011……….. 50 Tabel 4.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan

Kewarganegaraan Semester II………... 52 Tabel 4.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu

Pengetahuan Sosial Semester II……….... 52 Tabel 4.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan

Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial

Semester II………... 53 Tabel 4.5 Nama Peserta Didik Kelas I SD Kanisius Gayam Tahun

Pelajaran 2010/2011……….. 54 Tabel 4.6 Jadwal Pelajaran Kelas I SD Kanisius Gayam Tahun

Pelajaran 2010/2011………. 56 Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Pra Penelitian………... 58 Tabel 5.2 Hasil Wawancara………... 59 Tabel 5.3 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Pra Penelitian…… 61 Tabel 5.4 Nilai Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra

Penelitian……….. 63 Tabel 5.5 Nilai Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pra

Penelitian……….. 64 Table 5.6 Nilai Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

(16)

xv

Sosial Siklus I……….... 73 Tabel 5.9 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Siklus I………. 74 Tabel 5.10 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus I………. 76 Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus I………….. 77 Table 5.12 Nilai Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II……….. 85 Table 5.13 Hasil Evaluasi Conscience dan Compassion Siklus II…… 86 Tabel 5.14 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Siklus II……….. 87 Tabel 5.15 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II……… 88 Tabel 5.16 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II………... 90 Tabel 5.17 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II………... 91 Table 5.18 Nilai Rata-rata Competence Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Siklus dan Pendidikan

Kewarganegaraan……….. 93 Tabel 5.19 Nilai Rata-rata Conscience dan Compassion

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan

(17)

xvi

Lamp. 1 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Pra Penelitian... 104

Lamp. 2 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Pra Penelitian... 105

Lamp.3 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian... 106

Lamp. 4 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Siklus I... 107

Lamp. 5 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus I... 108

Lamp. 6 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I... 109

Lamp. 7 : Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Siklus I... 110

Lamp. 8 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II... 111

Lamp. 9 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus II... 112

Lamp. 10 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II... 113

Lamp. 11 : Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Siklus II... 114

Lamp. 12 : Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar... 115

Lamp. 13 : Jaringan Tema... 120

Lamp. 14 : Silabus... 122

Lamp. 15 : Kisi-kisi Soal... 127

Lamp. 16 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 129

Lamp. 17 : Soal Tes, Non Tes Siklus I dan Kunci Jawaban... 135

Lamp. 18 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 139

Lamp. 19 : Soal Tes, Non Tes Siklus I dan Kunci Jawaban... 145

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu pembelajaran inovatif yang mulai dikembangkan di

sekolah-sekolah Kanisius yakni Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Subagya (2008:4) menjelaskan yang di maksud paradigma adalah pola

pikir yang melekat atau dihidupi oleh para pendidik yang menjadi

fasilitator. Pedagogi maksudnya cara pendidik mendampingi peserta didik

selama tumbuh dan berproses. Dan refleksi merupakan internalisasi nilai

yang terjadi pada peserta didik. Tujuan dari pembelajaran tersebut yakni

mengembangkan sikap, cara pandang, dan perilaku baru demi

perkembangan peserta didik dan kebaikan masyarakat. Jadi pembelajaran

PPR adalah pembelajaran untuk meningkatkan 3C peserta didik

(competence, conscience, dan compassion). Competence adalah

mengembangkan kompetensi secara maksimal, utuh, dan berkelanjutan.

Conscience adalah mengasah dan melatih kepekaan dan ketajaman suara

hati. Sedangkan compassion adalah mengembangkan sikap peduli

terhadap sesama makhluk hidup. Langkah pembelajaran PPR meliputi

konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

Peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD

Kanisius Gayam. SD Kanisius Gayam adalah SD di bawah naungan

(19)

2

melaksanakan kegiatan PPL selama kurang lebih 3 bulan, dari hasil

wawancara dengan pendidik kelas I SD Kanisius Gayam, peneliti

mendapatkan data bahwa kelas I SD Kanisius Gayam mengalami kesulitan

dalam menangkap materi pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal itu ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas dari

kedua mata pelajaran tersebut yang masih rendah apabila dibandingkan

dengan mata pelajaran yang lain. Nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial 76,3, sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan

68,1. Hal tersebut berkaitan dengan competence. Selain itu, peserta didik

kelas I SD Kanisius Gayam kurang tertarik untuk memperhatikan

penjelasan pendidik. Misalnya, saat pendidik menjelaskan materi, peserta

didik suka berbicara sendiri. Berarti peserta didik tidak bisa berkonsentrasi

(tidak fokus), maka permasalahan ini berkaitan dengan conscience. Selain

itu, peserta didik kurang bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Hal

tersebut berkaitan dengan compassion.

Itulah sebabnya peneliti terdorong untuk membantu pendidik

dalam upaya meningkatkan competence, conscience, dan compassion. Hal

tersebut juga menggugah naluri peneliti sebagai calon pendidik, yang ingin

memberikan pelayanan yang baik demi perkembangan peserta didik,

supaya peserta didik bertumbuh menjadi pribadi yang baik, sopan, pandai,

dan peduli terhadap sesama. Dengan adanya permasalahan tersebut,

(20)

3

tematik. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Penerapan PPR dalam

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan

Compassion (3C) Peserta Didik Kelas I SD Kanisius Gayam.

Dalam menerapkan PPR di SD Kanisius Gayam, peneliti

menggunakan pendekatan tematik. Menurut Poerwadarminta (1984:1040),

tema berarti “pokok pikiran, dasar cerita”. Dalam modul Pembelajaran

Tematik, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional (2006:5), yang di maksud pembelajaran

tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada peserta didik. Persiapan yang dilakukan

dalam pendekatan tematik adalah membuat pemetaan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar, membuat jaringan tema, membuat silabus,

membuat pemetaan rencana pelaksanaan pembelajaran harian, dan

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2006)).

Pembelajaran tematik terkait dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dengan materi rumah sehat dan tidak sehat serta mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi aturan yang berlaku di

masyarakat, menggunakan tema “Rekreasi” melalui Penelitian Tindakan

(21)

4

karena peserta didik kelas I pada umumnya melihat segala sesuatu sebagai

satu keseluruhan, perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan

dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Selain itu, peneliti

mencoba mempelajari karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran

tematik. Salah satu karakteristik pembelajaran tersebut dapat

menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain, serta pembelajaran

dikembangkan dengan mengaitkan mata pelajaran dan pengalaman pribadi

anak (Zulkifli, 2009:19). Karakteristik tersebut juga terdapat pada PPR,

yang termasuk kedalam conscience (toleransi dan tanggap terhadap

gagasan orang lain) dan compassion (bekerja sama). Oleh karena itu,

peneliti mencoba menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba meningkatkan competence,

conscience, dan compassion peserta didik. Peneliti menerapkan PPR

untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion tersebut

dengan menggunakan pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema

(22)

5

Peneliti dalam pembelajaran menerapkan PPR untuk meningkatkan

competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius

Gayam. Dalam melakukan pembelajaran peneliti menggunakan

pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan

Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema “Rekreasi”.

C. Perumusan Masalah

1. Apakah penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat

meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik

SD Kanisius Gayam?

2. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas I melalui

PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan?

3. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas I melalui

PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan?

4. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas I melalui

PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu

(23)

6

1. PPR adalah salah satu pembelajaran inovatif yang bertujuan untuk

meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik.

2. Pendekatan tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman berharga bagi peserta didik.

E. Pemecahan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya competence,

conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan

Kewarganegaraan. Rendahnya competence, conscience, dan compassion

akan diatasi dengan menggunakan pendekatan PPR pada pembelajaran

tematik sebagai kekhasan pembelajaran kelas rendah, dengan tema

“Rekreasi”.

F. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan competence melalui

PPR dalam pembelajaran tematik kelas 1 SD Kanisius Gayam.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan conscience melalui

(24)

7

PPR dalam pembelajaran tematik kelas 1 SD Kanisius Gayam.

G. Manfaat (kontribusi) Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian tersebut menambah wawasan bagi

pendidik tentang salah satu metode pembelajaran inovatif dengan PPR

yang dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion.

2. Secara praktis, bagi :

a. Peneliti, dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian menggunakan PPR untuk meningkatkan competence,

conscience, dan compassion.

b. Pendidik, dapat memberikan inspirasi untuk menerapkan

Paradigma Pedagogi Reflektif.

c. Peserta didik, dapat meningkatkan competence, conscience, dan

compassion.

d. Sekolah, menjadi inspirasi supaya semakin banyak pendidik yang

(25)

8

KAJIAN PUSTAKA

A. Paradigma Pedagogi Reflektif 1. Sejarah PPR

Subagya (2010:3-6) menuliskan secara singkat awal mula

terbentuknya PPR, ada seorang bernama Ignatius yang mendirikan

Serikat Jesus pada tahun 1540. PPR merupakan pendekatan

pembelajaran jelmaan dari Paradigma Pedagogi Ignasian (PPI).

Kelompok Ignatius pada waktu itu terdesak oleh kepentingan

masyarakat untuk memilih pendidikan sebagai cara yang efektif untuk

menjadi manusia yang unggul dalam iman serta mempunyai karakter

yang baik. Keberhasilan pendidikan yang didirikan Serikat Jesus

menjadi kebanggaan banyak orang.

Keprihatinan dan semangat Ignatius untuk mendidik orang muda

juga dimiliki oleh banyak orang. Oleh karena itu, bukan sesuatu hal

yang asing jika PPI diminati oleh banyak orang. Riyo Mursanto

mengatakan “meskipun mereka tidak berkaitan langsung dengan

Jesuit, ternyata cukup banyak yang menyatakan minatnya untuk

mengetahui dan menerapkan model pendidikan Jesuit” (Subagya,

2010:7). Paradigma Pedagogi Ignasian dikenalkan kepada masyarakat

(26)

kalangan yang jauh dengan Jesuit. Pengubahan nama PPI menjadi PPR

tidak disertai dengan pengubahan aspek yang terkandung di dalamnya.

2. Pengertian PPR

PPR terdiri dari tiga kata yakni Paradigma, Pedagogi, dan

Reflektif. Paradigma berarti suatu perubahan (Poerwadarminta,

1984:711). Menurut Subagya (2010:22) Pedagogi adalah cara pandang

pendidik dalam mendampingi peserta didik dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, atau bisa dikatakan seni dalam mengajar. Pedagogi

meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi

terpelajar. Reflektif adalah proses internalisasi nilai yang terjadi pada

peserta didik.

PPR adalah suatu pola pikir untuk mewujudkan pendidikan

kristiani (Asosiasi Sekolah Jesuit Indonesia, 2010). PPR adalah suatu

cara pandang pendidik dalam mendampingi peserta didik supaya

mempunyai tujuan yang jelas serta menjadi pribadi yang tahu akan apa

yang harus dilakukan, dan melakukan internalisasi terhadap apa yang

telah dilakukannya sehingga memberikan pengalaman yang berharga

bagi peserta didik.

Menurut pandangan gereja (Nota Pastoral tentang Pendidikan),

PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang tidak sekedar

memberikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, tetapi

(27)

didik. Interaksi tersebut memungkinkan terjadinya penanaman

nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik.

PPR suatu pembelajaran yang menanamkan 3 aspek melalui

kegiatan pembelajaran. Ketiga aspek tersebut adalah :

1) Competence

Competence kemampuan individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Robert (2009) menjelaskan competence adalah

kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan

dan keterampilan berdasarkan pengalaman belajar yang

dilakukan. Competence adalah kemampuan untuk

mengembangkan kompetensi secara maksimal, utuh, dan

berkelanjutan.

2) Conscience

Suseno (1989) menjelaskan conscience adalah kesadaran

dalam batin manusia bahwa manusia berkewajiban mutlak

untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan

tanggungjawabnya dalam situasi yang konkret.

Dalam Katekismus Gereja Katolik No. 1778

conscience adalah keputusan akal budi dimana manusia

mengerti apakah suatu perbuatan konkret yang dia rencanakan,

(28)

buruk secara moral. Conscience adalah kemampuan mengasah

dan melatih kepekaan dan ketajaman suara hati.

3) Compassion

Compassion adalah minat atau ketertarikan kita untuk

membantu orang lain atau sikap peduli terhadap sesama

makhluk hidup. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh

besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita.

Compassion adalah kemampuan untuk mengembangkan

sikap peduli terhadap sesama makhluk hidup.

3. Roh dalam PPR

Roh yang hidup dalam PPR adalah semangat magis. Magis

berasal dari bahasa Latin yang berarti lebih. “Semangat magis

mengandung dua unsur yang harus ada dan tidak bisa dipisahkan satu

sama lain, yakni peningkatan diri dan cinta kepada Tuhan” (Triyono

dalam majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3: 43). Triyono (dalam

majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3 : 44) mengatakan, “butir

refleksi semangat magis adalah menghidupkan rasa syukur atas bakat

yang dimiliki, mengembangkan bakat seoptimal mungkin,

mempersembahkan diri demi besarnya kemuliaan Tuhan”. Bakat yang

dimiliki oleh masing-masing orang berbeda-beda. Kita patut

mensyukuri bakat yang kita miliki, dan harus mengembangkan bakat

(29)

4. Ciri-ciri PPR

PPR memberikan suatu cara bertindak yang dirancang dengan

hati-hati, dirumuskan secara logis dan dijabarkan dengan meyakini

nilai-nilai spiritualitas Ignasian dan pendidikan serta pengajaran Jesuit.

Subagya (2010:66-70) menjabarkan ciri-ciri PPR, sebagai

berikut:

a. PPR dapat diterapkan di semua kurikulum.

Tidak menuntut tambahan apapun, selain pendekatan baru pada

cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.

b. PPR fundamental dalam proses belajar mengajar.

Paradigma ini juga dapat diterapkan dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Untuk suatu bidang studi paradigma ini merupakan

pandangan untuk mempersiapkan pengajaran, memilih kegiatan

untuk pekerjaan rumah, dan kegiatan mengajar lainnya.

c. PPR menjamin para pendidik menjadi pendidik yang baik.

Menuntut peserta didik lebih bertanggung jawab terhadap hasil

studi mereka, serta menumbuhkan inisiatif untuk belajar.

Paradigma ini juga membantu pendidik memotivasi peserta didik

dengan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan

(30)

d. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar

merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari.

Melibatkan peserta didik untuk berperan secara kritis dalam proses

belajar mengajar, membuat proses belajar lebih bersifat pribadi

karena mendekatkan pengalaman pendidik dengan peserta didik.

Mendukung integrasi antara pengalaman di rumah, sekolah, teman

sebaya, dan sebagainya.

e. PPR menekan matra sosial belajar maupun mengajar.

Mendorong kerja sama dan berbagi pengalaman serta dialog

reflektif peserta didik. Menghubungkan pembelajaran dengan

pertumbuhan peserta didik dengan interaksi pribadi dan hubungan

insani. Mendorong untuk terus menerus bergerak maju ke arah

kegiatan yang bersifat positif dan berdampak baik bagi orang lain.

Refleksi harus selalu mengantar peserta didik untuk semakin

(31)

5. Langkah PPR

Terdapat lima langkah dalam PPR, sebagai berikut :

a. Konteks

Subagya (2010:43) menjelaskan bahwa dalam

pembelajaran menuntut pendidik untuk sungguh-sungguh

mengetahui sejauh mana peserta didik memahami tentang salah

satu mata pelajaran yang akan diajarkan, karena merupakan titik

tolak dalam PPR, pendidik harus mengetahui banyak hal tentang

konteks tempat mengajar dan belajar berlangsung. Pendidik harus

memahami dunia peserta didik, cara hidup keluarga, teman-teman,

kebudayaan dan adat, kehidupan sekolah, ekonomi, agama dan hal

lain yang berdampak positif dan negatif bagi peserta didik. Bahan

(32)

b. Pengalaman

Subagya (2010:48) menguraikan pengalaman berarti

“mengenyam sesuatu dalam batin”. Pengalaman menunjuk pada

setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Pada setiap

pengalaman ada informasi yang ditangkap oleh peserta didik.

Pengalaman yang diterima peserta didik dapat berupa pengalaman

langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung

dapat berupa diskusi, penelitian, lintas alam, olah raga, dan

sebagainya. Sedangkan pengalaman tidak langsung, pendidik

merangsang peserta didik untuk berimajinasi sehingga mereka

dapat masuk ke dalam kenyataan yang sedang mereka pelajari.

Pengalaman yang tidak langsung diciptakan misalnya dengan

membaca dan/atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya

pendidik (fasilitator) memberi sugesti agar peserta didik

mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari pendidik,

melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat

tayangan film/video.

c. Refleksi

Subagya (2010:55-56) menjelaskan refleksi adalah suatu

proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi

dengan memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik,

(33)

dengan memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah

dimengerti bagi dirinya sendiri dan orang lain, dengan berusaha

menemukan makna bagi diri sendiri tentang kejadian-kejadian

yang dialaminya, dengan mulai memahami siapa dirinya dan

bagaimana harus bersikap terhadap orang lain, dan sebagainya.

Pendidik dan peserta didik juga dapat saling bertukar

pikiran tentang apa yang telah direfleksikannya. Hal tersebut

bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan bagian yang

mudah dipelajari, membantu mengenali tantangan tersembunyi

yang dapat menghambat perkembangan peserta didik.

Merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan dapat di lakukan dengan

pertanyaan refleksi yang difasilitasi oleh pendidik. Pertanyaan

yang dibuat harus sesuai dengan nilai kemanusiaan yang

diharapkan dicapai oleh peserta didik.

d. Aksi

Subagya (2010:61-62) menguraikan bahwa aksi digunakan

untuk menunjukkan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan

pengalaman yang telah direfleksikan. Mencakup dua, hal yang

pertama pilihan-pilihan batin dapat berupa prioritas yang

diputuskan, sambil membiarkan diri ke arah mana ia melangkah

diiringi oleh kebenaran itu. Yang kedua, pilihan yang dinyatakan

secara lahir, nilai yang telah menjadi bagian dalam hidup

(34)

baru. Apabila nilai itu positif, maka peserta didik juga akan

menimbulkan pengalaman yang bermakna positif.

Internalisasi nilai yang berupa niat-niat yang dibangun oleh

peserta didik. Aksi nyata merupakan penghayatan nilai

kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga proses

pembentukan pribadi peserta didik secara perlahan tetap dapat

terwujud sesuai tujuan yang diharapkan.

e. Evaluasi

Subagya (2010:63) menjabarkan bahwa bagi para pendidik

mengevaluasi kemajuan peserta didik merupakan hal yang sangat

penting. Evaluasi mendorong pendidik maupun peserta didik

memperhatikan pertumbuhan intelektual dan dapat mendiagnosa

kekurangan-kekurangan yang perlu untuk ditingkatkan. Selain itu,

juga berguna untuk perbaikan dalam cara belajar peserta didik.

Evaluasi mata pelajaran hendaknya dilakukan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Evaluasi

penghayatan nilai, dilakukan dengan mengamati seluruh proses

pembelajaran yang dilakukan peserta didik.

6. Tujuan PPR

a. Peter Arrupe (Subagya, 2010:23) menyebutkan bahwa PPR

(35)

b. Pater Kolvenbach (Subagya, 2010:24) menjelaskan bahwa PPR

membentuk pemimpin yang dapat melayani dengan meneladani

Yesus Kristus, pria dan wanita yang berkompeten dalam

bidangnya, memiliki hati nurani yang benar dan memiliki

kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama.

c. Bagi pendidik, PPR dapat membantu dalam proses mengenal

pribadi masing-masing peserta didik, sehingga pendidik dapat

menggunakan teknik yang tepat dalam menyajikan materi

pembelajaran.

d. Bagi peserta didik, PPR membantu peserta didik untuk mempunyai

hati nurani yang tajam dan kepekaan sosial yang tinggi dan dapat

menjadikan peserta didik memiliki pengetahuan serta sikap batin

untuk menyadari hubungan antara ilmu pengetahuan dengan

sesama dan lingkungannya.

B. Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran SD Kelas Rendah

1. Hakekat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai suatu pembelajaran

yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam

pembahasannya tema ditunjau dari berbagai mata pelajaran yang

terkait dengan tema yang telah ditentukan. Pembelajaran tematik juga

(36)

menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

didik.

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang

memadukan berbagai mata pelajaran dari berbagai standar kompetensi

dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.

Dalam modul Pembelajaran Tematik, Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

(2006:5), “pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

didik”. Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,

Departemen Pendidikan Nasional (2003:26) pembelajaran tematik

merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

Keterpaduan antar mata pelajaran dapat dilihat dari aspek proses atau

waktu, kurikulum, dan belajar mengajar. Pembelajaran tematik dalam

penelitian ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

(37)

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,

Departemen Pendidikan Nasional (2003:26) terdapat enam ciri dalam

pembelajaran tematik, yaitu:

a. Berpusat pada peserta didik.

b. Memberikan pengalaman langsung.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu

proses pembelajaran.

e. Bersifat fleksibel.

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat, dan kebutuhan

peserta didik.

3. Strategi Pembelajaran Tematik

Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen

Pendidikan Nasional (2003:26) strategi pembelajaran tematik ada dua

yaitu:

a. Bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.

b. Dalam memberikan pengalaman belajar peserta didik tidak harus

(38)

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain

yang sudah mereka pahami.

4. Keuntungan Pembelajaran Tematik

Dalam Trianto (2010:83-83) panduan KTSP pembelajaran tematik

yang merupakan bagian pembelajaran terpadu memiliki beberapa

keuntungan, yaitu :

a. Memudahkan pemusatan pada satu tema tertentu.

b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara isi mata

pelajaran dalam tema yang sama.

c. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman peserta didik.

e. Manfaat dan makna belajar lebih dirasakan karena materi disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

f. Peserta didik lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi

dalam situasi yang nyata, untuk mengembangkan suatu

kemampuan dalam suatu mata pelajaran sekaligus mata pelajaran

(39)

g. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang

disajikan secara tematik dapat disiapkan sekaligus, dan diberikan

dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat

digunakan untuk kegiatan remedial, dan pengayaan.

Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,

Departemen Pendidikan Nasional (2003:27) ada lima keuntungan

pembelajaran tematik, yaitu:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak.

b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.

c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan

bermakna.

d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap ide orang lain.

5. Peran Tema

Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen

(40)

a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau

topik tertentu.

b. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

d. Peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena

materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

e. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan

secara terpadu sehingga dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

dalam 2 atau 3 pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan

kegiatan remedial atau pengayaan.

6. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik

Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen

Pendidikan Nasional (2003:28) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

a. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan

belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh.

b. Dalam melaksanakan pembelajaran tematik perlu

(41)

memperhitungkan banyak sedikitnya bahan yang ada di

lingkungan.

c. Memilih tema yang terdekat dengan peserta didik.

d. Lebih mengutamakan Kompetensi Dasar yang akan dicapai dari

pada tema.

7. Tahap Persiapan dalam Melaksanakan Pembelajaran Tematik

Terdapat beberapa persiapan yang perlu disiapkan sebelum

melaksanakan pebelajaran tematik, diantaranya :

a. Pemetaan Kompetensi Dasar

Hal yang dilakukan dalam tahap ini yaitu :

1) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke

dalam indikator.

Hal yang perlu diperhatikan adalah :

a) Indikator harus dikembangkan sesuai dengan

perkembangan peserta didik.

b) Indikator yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran.

c) Disusun secara terukur dan dapat diamati serta

(42)

2) Menentukan tema

a) Ada dua cara dalam menentukan tema, yaitu :

Pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi

dasar terlebih dahulu, kemudian merumuskan indikator

yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kedua,

menentukan tema terlebih dahulu sebagai pengikat

keterpaduan, dalam menentukan tema pendidik dapat

bekerja sama dengan peserta didik.

b) Prinsip dalam menentukan tema

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan diantaranya

memperhatikan lingkungan terdekat dengan kehidupan

peserta didik, bermula dari tema yang mudah terlebih

dahulu kemudian yang tersulit, berawal dari yang sederhana

ke yang kompleks, dari konkret ke abstrak, tema yang

dipilih memicu proses berpikir dalam diri peserta didik, dan

cakupan tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi

(43)

Melakukan identifikasi dan analisis Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar dan Indikator yang sesuai dengan tema yang

telah ditentukan.

b. Menetapkan Jaringan Tema

Menghubungkan kompetensi dasar dengan indikator dalam

tema pemersatu. Dengan jaringan tema ini, keterkaitan antara tema,

kompetensi dasar dan indikator setiap mata pelajaran akan terlihat

dengan jelas.

c. Penyusunan Silabus

Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan

alat atau sumber yang digunakan.

d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran tematik adalah :

1) Identitas mata pelajaran

2) Kompetensi dasar dan indikator yang sesuai dengan mata

pelajaran yang akan diajarkan.

3) Materi pokok yang perlu dipelajari peserta didik supaya

(44)

4) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus mencerminkan

interaksi peserta didik dengan materi pelajaran dan sumber

belajar untuk penguasaan kompetensi dasar dan indikator yang

diharapkan yang terdapat dalam kegiatan awal, inti, dan akhir.

5) Alat dan media yang digunakan sesuai dengan Kompetensi

Dasar dan indikator yang harus peserta didik kuasai serta dapat

memudahkan peserta didik dalam mencapai Kompetensi Dasar

dan indikator tersebut.

6) Penilaian dan tindak lanjut, termasuk di dalamnya terdapat

instrumen yang digunakan pendidik dalam menilai

ketercapaian peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik Kelas I SD Kanisius Gayam

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan PPR peneliti

terapkan dalam pembelajaran tematik di kelas I SD Kanisius Gayam.

Penelitian dibatasi pada tema “Rekreasi”, mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

(45)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan

4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat lingkungan rumah sehat

dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah

Dalam masing-masing Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar

dari kedua mata pelajaran tersebut, peneliti khususkan menjadi indikator

yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang akan tuangkan dalam

jaringan tema, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga di dalam

proses pembelajaran tersebut peserta didik mendapatkan pengalaman yang

berguna bagi kebaikan kehidupannya maupun bagi kebaikan hidup

bermasyarakat. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik

dituntut untuk berpartisipasi secara aktif, hal tersebut bertujuan supaya

(46)

refleksi, peserta didik dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan yang

disediakan oleh pendidik.

Dalam Panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berpola PPR,

format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam penelitian ini adalah :

Satuan Pendidikan : ………

Mata Pelajaran : ………

Hari, tanggal : ………

Kelas/Semester : ………

Unit/Tema : ………

Alokasi Waktu : ………

1. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang di harapkan dicapai oleh peserta didik.

2. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

3. Indikator

Indikator dirumuskan sendiri oleh peneliti. Indikator mencakup

(47)

4. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan oleh peneliti, tujuan

pembelajaran lebih rinci dari indikator.

5. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai

kompetesi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

6. Nilai Kemanusiaan

Diharapkan peserta didik mempunyai nilai kemanusiaan yang baik

saat maupun sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.

7. Langkah-langkah Pembelajaran

Berisi rangkaian kegiatan yang dirancang oleh peneliti, meliputi

kegiatan awal (konteks), kegiatan inti (pengalaman, refleksi, aksi), dan

kegiatan akhir (evaluasi).

8. Refleksi

Peserta didik melakukan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan

yang disediakan oleh peneliti.

9. Aksi

Mengacu pada suatu proses ketika peserta didik harus melakukan

apa yag telah dipelajari, tidak perlu langsung dilakukan saat pembelajaran

(48)

10.Kecakapan hidup

Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik diharapkan

memanamkan nilai kecakapan hidup yang telah dirumuskan oleh peneliti.

11.Alat dan Sumber Belajar

Hal ini mencakup media yang digunakan dalam pembelajaran serta

buku yang menunjang.

12.Penilaian

Penilaian dilakukan secara tes dan non tes, penilaian tes digunakan

untuk mengukur competence, sedangkan penilaian non tes digunakan

untuk mengukur conscience dan compassion.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian

Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang

bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial

dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya (Kemmis dan Carr,

1986 dalam Modul Penelitian Tindakan kelas 2008:3). Penelitian

tindakan kelas dilakukan dengan mengumpulkan data secara sistematik

tentang praktek keseharian dan menganalisisnya untuk membuat

keputusan tentang praktek yang telah dilakukan (Wallace 1998, dalam

(49)

(2010:12) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

oleh guru di kelasnya sendiri, dengan cara merencanakan,

melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat.

Arikunto (2006:3) menjelaskan penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.

Ada empat tahap dalam penelitian tindakan kelas, yakni perencanaaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut

membentuk sebuah siklus, yaitu putaran kegiatan yang kembali pada

langkah semula. Bentuk penelitian tindakan bukan merupakan kegiatan

tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan, dalam bentuk siklus.

Jangka waktu satu siklus tergantung pada materi tertentu. Apabila

sudah diketahui letak keberhasilan dan kegagalan tindakan dalam satu

siklus, maka pendidik merancang kegiatan untuk dilakukan siklus

kedua. Jika siklus kedua sudah selesai dan pendidik belum merasa

puas dengan hasil, maka dapat dilakukan siklus ketiga yang cara dan

tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.

Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang

dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam

(50)

tindakan tersebut (Ebbut, 1985 dalam Modul Penelitian Tindakan

Kelas).

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang

dilakukan secara sistematis untuk mengatasi permasalahan yang ada,

dengan maksud untuk memperbaiki proses pendidikan yang telah

dilaksanakan.

2. Tahap

Terdapat 4 tahap dalam melakukan PTK, yakni :

a. Perencanaan

Mempersiapkan materi/bahan ajar, RPP yang mencakup

metode/teknik mengajar, serta instrumen yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan

Merupakan implementasi dari semua rencana yang dibuat.

Tahap yang berlangsung di dalam kelas ini adalah realisasi dari

segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan

sebelumnya, dengan mengacu kepada kurikulum yang berlaku.

c. Pengamatan

Dilakukan dengan observasi melalui alat bantu instrumen

pengamatan yang dikembangkan peneliti. Hal itu untuk

mengumpulkan data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana

(51)

d. Refleksi

Melakukan refleksi untuk mengetahui permasalahan yang

masih terjadi, sehingga dapat dirancang suatu metode yang dapat

mengatasi permasalahan yang masih terjadi.

3. Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatkan dan/atau memperbaiki pembelajaran di sekolah

(Suyanto, 1997 dalam Modul Penelitian Tindakan Kelas 2008:11).

b. Meningkatkan relevansi pendidikan (Modul Penelitian Tindakan

Kelas 2008:11).

4. Manfaat

Dalam Modul Penelitian Tindakan Kelas (2008:14) manfaat

penelitian tindakan kelas dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Akademik

Bermanfaat untuk membantu pendidik menghasilkan

pengetahuan yang relevan bagi kelas mereka.

b. Manfaat Praktis

(52)

Untuk meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses

pembelajaran yang dilakukan.

2) Bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/Kelas

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas pendidik akan

memahami teori dan pemikiran yang dilandasi kurikulum

karena pendidik mengalami sendiri secara implementasi teori

dan pemikiran yang abstrak (Suyanto, 1996 dalam Modul

Penelitian Tindakan Kelas 2008:15).

E. Karakteristik Peserta Didik Kelas I (6-7 tahun)

Menurut Ch. Buhler (Zulkifli, 2009:19) perkembangan anak usia

6-7 tahun merupakan perkembangan masa ketiga, dimana keinginan bermain

berkembang menjadi semangat bekerja. Rasa tanggung jawab terhadap

pekerjaan semakin tinggi. Demikian pula rasa sosialnya semakin tinggi

pula. Pandangan anak terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima

secara objektif.

Menurut Piaget dalam Suwarsono (2003:12) anak usia 6-7 tahun

merupakan usia pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini tingkat

egosentrisitas anak sudah berkurang, dalam arti anak sudah bisa

memahami bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran atau perasaan

yang berbeda dengan dirinya. Dengan kata lain, anak sudah bisa berpikir

(53)

Menurut Hurlock (1978:10) usia 6-7 tahun merupakan usia akhir

masa kanak-kanak. Anak mulai mengembangkan sikap terhadap

kelompok-kelompok sosial dan mengembangkan hati nurani serta

mencapai kebebasan pribadi. Jadi, apabila anak pada usia tersebut tidak

dapat bekerjasama dalam kelompok serta tidak memiliki hati nurani yang

baik, maka perkembangan anak akan terganggu.

Menurut Kohlberg (Gunarsa:1981:198) anak pada usia 2-7 tahun

termasuk pada tingkat pra konvensional. Peserta didik kelas I SD

umumnya berusia 6-7 tahun dan temasuk pada tingkat pra konvensional

tahap 2. Pada tahap ini anak tidak selalu tergantung pada aturan yang

ditentukan orang lain, mereka sadar bahwa setiap kejadian yang

dialaminya mempunyai beberapa segi tergantung pada kebutuhan dan

kesenangannya dan anak cenderung mementingkan dirinya sendiri. Pada

tahap ini anak mulai mempunyai pandangan tentang pribadinya dan

melibatkan orang lain dalam kehidupannya.

Erikson (Santrock, 1995:76) menggolongkan usia anak 6-pubertas

merupakan masa sekolah, dimana pada usia tersebut anak terdapat pada

tahap 4 yakni Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri). Pada tahap

ini anak siap untuk menerima tantangan dan tantangan untuk menerima

pengetahuan yang baru. Mereka memerlukan kesempatan untuk

pemenuhan fisik, intelektual, dan sosial mereka. Karakteristik anak pada

usia ini yaitu anak mengarahkan energi pada penguasaan pengetahuan dan

(54)

berkompeten dan tidak produktif. Akhir masa kanak-kanak (6

tahun-pubertas) adalah masa dimana anak paling bersemangat untuk belajar, saat

imajinasi mereka berkembang.

Erikson (Gunarsa,1983:13) menjelaskan bahwa anak usia 6-12

tahun merupakan usia masa anak sekolah. Dimana pada usia 6-12 tahun

disebut sebagai usia kelompok, anak mulai dapat bekerja sama antar

teman. Pada usia ini, anak membandingkan dirinya dengan orang lain,

takut diejek dan takut gagal. Bila anak pada usia ini sering merasa cemas

dan sering gagal, akan tumbuh rasa rendah diri. Sebaliknya, jika anak tahu

bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi keadaan yang

ada dan ia berhasil mengatasi masalah, maka akan timbul motivasi yang

tinggi terhadap karya orang lain dan terbentuklah “industry”.

F. Kerangka Pikir

Pendekatan PPR membantu peserta didik untuk lebih memahami

arti dari sebuah pengalaman yang telah mereka lakukan. Pengalaman yang

peserta didik alami kemudian mereka refleksikan. Pengalaman yang

direfleksikan kemudian dilakukan tindak lanjut. Jika ada kesalahan dengan

adanya pendekatan PPR dalam pembelajaran diharapkan peserta didik

dapat memperbaikinya, peserta didik dilatih sejak dini untuk merumuskan

tindakan yang lebih baik dan lebih konkret untuk dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

(55)

Pembelajaran dengan pendekatan PPR diharapkan dapat

membantu peserta didik untuk menyadari kekurangannya dalam menerima

penjelasan dan menyadari cara belajar yang peserta didik lakukan dalam

mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu

Pengetahuan Sosial, serta membantu pendidik untuk mengevaluasi proses

pembelajaran yang dilakukan di kelas. PPR dapat membiasakan peserta

didik untuk berusaha lebih giat supaya mata pelajaran yang diajarkan oleh

pendidik dapat diterima dengan baik. PPR juga dapat membuat pendidik

berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Dengan

demikian, interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran dapat menjadi

lebih baik.

G. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik dapat

meningkat competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang

dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk

memperbaiki pekerjaannya (Kemmis dan Carr, 1986 dalam Modul

Penelitian Tindakan kelas 2008:3). Penelitian ini dilakukan di kelas I SD

Kanisius Gayam dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam

pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan

Pendidikan Kewarganegaraan dengan tema “Rekreasi”.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SD Kanisius Gayam. Penelitian

ini dilakukan pada bulan Maret Tahun Pelajaran 2010/2011.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam.

2. Objek Penelitian

Meningkatkan competence, conscience, dan compassion dalam

(57)

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap-tahap Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara

dengan pendidik kelas I dan melakukan observasi tentang nilai peserta

didik pada semester I serta proses belajar mengajar di kelas I.

2. Rencana Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan penelitian

dengan 2 siklus. Setiap siklusnya peneliti melakukan tahap-tahap

persiapan diantaranya melakukan persiapan penelitian, merumuskan

tindakan yang akan dilakukan, melakukan refleksi dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, dan melakukan kegiatan evaluasi.

Pada siklus pertama maupun siklus kedua tema yang digunakan

yaitu “Rekreasi”. Sedangkan mata pelajarannya mencakup dua mata

pelajaran yaitu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Persiapan

Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok, membuat pemetaan

standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan indikator,

menyusun silabus, menyusun rancangan rencana pelaksanaan

(58)

4. Rencana Tiap Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam penelitian antara lain :

a. Siklus Pertama

1) Perencanaan ; menyiapkan RPP, soal tes dan non tes, media,

dan lembar observasi.

2) Pelaksanaan

a) Tema : Rekreasi

b) Sub Tema : Rekreasi ke Kebun Binatang

c) Mata pelajaran terkait : Pendidikan Kewarganegaraan dan

Ilmu Pengetahuan Sosial.

d) Kegiatan Pembelajaran : pendidik melakukan

kegiatan apersepsi (konteks) pada kegiatan awal. Pendidik

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

melakukan kegiatan dalam kelompok (pengalaman),

kemudian peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran

yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang

dipandu pertanyaan-pertanyaan dari pendidik (refleksi).

3) Pengamatan ; dilakukan untuk mengamati kegiatan pendidik,

peserta didik, kelompok, dan kelas.

4) Refleksi

Mencermati dan meninjau kembali penelitian yang telah

(59)

apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak, serta meninjau

apakah metode yang dipakai dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion.

b. Siklus Kedua

1) Perencanaan ; menyiapkan RPP, soal tes dan non tes, media,

dan lembar observasi.

2) Pelaksanaan

a) Tema : Rekreasi

b) Sub Tema : Rekreasi Keliling Kota

c) Mata pelajaran terkait : Pendidikan

Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

d) Kegiatan Pembelajaran : pendidik melakukan

kegaiatan apersepsi (konteks) pada kegiatan awal. Pendidik

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

melakukan kegiatan dalam kelompok (pengalaman),

kemudian peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran

yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang

dipandu pertanyaan-pertanyaan dari pendidik (refleksi).

3) Pengamatan ; dilakukan untuk mengamati kegiatan pendidik,

(60)

4) Refleksi

Mencermati dan meninjau kembali penelitian yang telah

dilakukan apakah perlu untuk ditindak lanjuti atau tidak,

apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak, serta meninjau

apakah metode yang dipakai dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran. Masidjo

(2010:38) menyatakan, instrumen yang digunakan harus sesuai dengan apa

yang akan diukur, sehingga diperoleh skor dan nilai yang benar-benar

mewakili keadaan objek penelitian.

1. Pra Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk

mengamati kegiatan pendidik, peserta didik, dan kegiatan kelas.

2. Tahap Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah perangkat pembelajaran seperti

rencana kegiatan pembelajaran, soal tes dan non tes, media, dan lembar

pengamatan untuk mengamati kegiatan pendidik, peserta didik, kegiatan

skelompok, dan kegiatan kelas. Tes berupa isian singkat, digunakan untuk

(61)

pengukuran digunakan untuk mengukur conscience dan mengukur

compassion.

3. Validitas Instrumen

Sukardi (3003:122) menjabarkan bahwa validitas merupakan

derajat yang menunjukkan dimana suatu tes memang mengukur apa

yang hendak diukur. Secara umum, validitas dibedakan menjadi

validitas logik dan validitas empirik. Validitas logik pada dasarnya

diuji atas pertimbangan para ahli (para pakar) yang sering disebut

dengan expert judgment. Sedangkan validitas empirik merupakan

derajat yang diuji dengan menghubungkan sebuah tes dengan

penampilan tes lain dengan formulasi statistik.

Furchan (2007:293) menjelaskan bahwa validitas menunjuk sejauh

mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Furchan (2007:294) menyebutkan bahwa validitas suatu instrument

sangat bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaannya.

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji

dengan expert judgment. Indikator yang diamati oleh peneliti

merupakan turunan dari pendapat para ahli dan masukan dari dosen

pembimbing serta didukung oleh sekolah yang menjadi tempat

(62)

Tabel 3.1

Indikator Tes/Non

Tes IPS Mendeskripsikan

lingkungan rumah bertanggung jawab dalam memelihara kebersihan di rumah

Non Tes

Bersikap peduli dalam menjaga kebersihan rumah

Non Tes

Menjelaskan perbedaan rumah sehat dan rumah tidak sehat

Bersikap peduli

dalam menjaga

kebersihan rumah

Non Tes

PKn Menerapkan kewajiban anak di rumahdan di tanggung jawab dengan bersedia melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Non Tes

Menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat

(63)

Menyebutkan yang berlaku di masyarakat

Non Tes

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Masidjo (2010:72) mengemukakan bahwa wawancara

merupakan suatu proses tanya jawab sepihak yang dilaksanakan

dengan maksud meperoleh jawaban dari yang diwawancarai. Menurut

Masidjo wawancara dibagi menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur,

tidak terstruktur dan kombinasi. Wawancara terstruktur merupakan

wawancara dengan pilihan jawaban yang disediakan, wawancara tidak

terstruktur merupakan wawancara yang membebaskan responden

menjawab dengan kata-kata sendiri, dan wawancara kombinasi adalah

wawancara yang menggabungkan keduanya.

Wawancara peneliti lakukan dengan wali kelas di luar kegiatan

(64)

wali kelas. Bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan fakta yang

ada di kelas I SD Kanisius Gayam.

2. Metode Observasi

Observasi: peneliti telah melakukan observasi awal untuk

melaksanakan penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara kepada

pendidik kelas. Dan instrumen yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini untuk mengukur competence, conscience, dan

compassion peserta didik.

3. Dokumentasi di Sekolah

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi yang

dapat berupa foto maupun video, serta daftar nilai peserta didik terkait

dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan

Kewarganegaraan pada semester I. Dokumen tersebut digunakan untuk

mempermudah peneliti dalam mengevaluasi kegiatan yang telah

dilakukan.

G. Teknik Analisis Data 1. Deskriptif

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis data dengan

menggunakan teknik analisis data deskriptif. Dalam teknik analisis data

deskriptif, peneliti menceritakan dari hasil pengamatan yang telah

(65)

Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian, disimpulkan bahwa

rata-rata peserta didik kurang memperhatikan penjelasan pendidik. Peserta

didik cenderung berbicara dengan temannya, dan tidak fokus dalam

mengikuti kegiatan belajar, serta kurang bekerja sama dalam kelompok.

Setelah dilakukan penelitian pada siklus I maupun siklus II, dapat

disimpulkan bahwa peserta didik mempunyai hati nurani yang baik.

Peserta didik mengalami perubahan tingkah laku yang positif, mereka mau

memperhatikan penjelasan pendidik, dan mau bekerja sama dalam

kelompok dengan baik. Selain itu, nilai hasil evaluasi pada akhir siklus I

maupun siklus II meningkat.

2. Komparatif

Berdasarkan konsultasi dengan pendidik, diperoleh target pencapaian

hasil nilai sebagai berikut :

Table 3.2

Target Pencapaian Akhir Siklus

Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir Mata

(66)
(67)

49

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Deskripsi Sekolah

1. Gambaran Umum Sekolah

SD Kanisius Gayam terletak di Kimangunsarkoro No 80,

Gondokusuman, Yogyakarta. SD Kanisius Gayam merupakan sekolah

yang mempunyai letak yang sangat strategis, berada di tengah kota

sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan.

SD Kanisius Gayam mencoba menerapkan Paradigma Pedagogi

Reflektif karena sesuai dengan visi dan misi sekolah SD Kanisius

Gayam. Visi dari SD Kanisius Gayam adalah terwujudnya peserta

didik yang cerdas, berprestasi, mandiri, dan berbudi pekerti luhur.

Sedangkan misinya adalah:

a. Mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan untuk

mencerdaskan peserta didik sebagai generasi penerus.

b. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik agar berani

berjuang menghadapi tantangan jaman.

c. Mendampingi peserta didik agar berani menjadi pribadi yang peka

terhadap lingkungan sosial, sopan, dan dapat menghargai orang

(68)

50

Visi dan misi tersebut tersirat dalam nilai-nilai Pedagogi Ignasian

yang diwujudkan dengan mengembangkan Paradigma Pedagogi Reflektif

dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peserta didik di SD

Kanisius Gayam dapat berkembang menjadi pribadi yang memiliki

nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Paradigma Pedagogi Reflektif diterapkan di

SD Kanisius Gayam, karena sesuai dengan misi sekolah yakni,

mendampingi peserta didik agar berani menjadi pribadi yang peka

terhadap lingkungan sosial, sopan, dan dapat menghargai orang lain.

2. Data Pendidik SD Kanisius Gayam

Data pendidik di SD Kanisius Gayam adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Nama-nama Pendidik SD Kanisius Gayam Tahun Pelajaran 2010/2011

No Nama Pendidikan/Jurusan Mapel yang di

ampu

1 Christina Isminarti,

S.Pd.SD.

S1 PGSD Bahasa Jawa

Kepala Sekolah

2 F.X. Sihono, BA. Pendidikan Umum Guru Kelas

Wakil Kepala Sekolah

3 An. Iswindarti,

A.Ma.Pd.

(69)

51

5 Monica Chandra WHP,

S.Ag.

SPG SD/S1 Pend. Agama Katolik

Guru Kelas

6 Dwi Darmayai D2/SPG SD Guru Kelas

7 St. Sarjiman, S.Pd. S1 PKn Guru Kelas

8 E. Kristanti W, A.Md. D2 PGSD Guru Kelas

9 Fr. Nia Istik P, A.Md. D2 PGSD Guru Kelas

10 Matheus, S.Pd. S1 Bahasa Inggris Bahasa Inggris

11 Renaning Hati,

S.Pd.Jas.

S1 Pend. Jas Penjaskes

B. Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas I SD Kanisius Gayam Semester 2

Kurikulum yang digunakan di SD Kanisius Gayam yakni

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam penelitian ini, peneliti

menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik

dengan tema “Rekreasi” untuk mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas I

semester 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kedua mata

pelajaran tersebut dalam semester 2 adalah:

(70)

52

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Menerapkan hak anak di rumah

dan di sekolah

3.1 Menjelaskan hak anak untuk

bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya

3.2 Melaksanakan hak anak di

rumah dan di sekolah

4. Menerapkan kewajiban anak di

rumah dan di sekolah

4.1 Mengikuti tata tertib di rumah

dan di sekolah

4.2 Melaksanakan aturan yang

berlaku di masyarakat

2. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tabel 4.3

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan lingkungan rumah 2.1 Menceritakan peristiwa penting

yang dialami sendiri di lingkungan keluarga

2.2 Mendeskripsikan letak rumah

2.3 Menjelaskan lingkungan rumah

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu
Tabel 3.1
Table 3.2 Target Pencapaian Akhir Siklus
Tabel 4.1 Nama-nama Pendidik SD Kanisius Gayam Tahun Pelajaran 2010/2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil implementasi model pembelajaran PPR di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta menunjukkan bahwa unsur competence,

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil implementasi PPR dalam pembelajaran Matematika 2 pada aspek-aspek competence (kompetensi) , conscience (hati nurani), dan

Tertulis Competence Mengenal jenis bangun datar sederhana √ Tes Tertulis Conscience Teliti dalam mengelompokkan bangun datar berdasar jenisnya Non Tes: Daftar Cek

Tujuan dari pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflrktif (Tim PPR SD Kelas Kanisius. 2010:3) bagi pendidik adalah : 1) untuk semakin memahami peserta didik, 2)

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Materi

Dari kedua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terbukti dapat meningkatkan competence, conscience, compassion dari

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil implementasi model pembelajaran PPR di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta menunjukkan bahwa unsur competence,