PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA
DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Albertha Vera Kusmaningsih 071134034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA
DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM
Oleh :
Albertha Vera Kusmaningsih 071134034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Aku persembahkan untuk ;
Almamaterku tercinta
Kedua Orang tuaku,i love you
Kakak-kakakku tercinta
vii
PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) PESERTA
DIDIK KELAS 1 SD KANISIUS GAYAM
Albertha Vera Kusmaningsih UniversitasSanata Dharma
2011 ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan pertanyaan wawancara, lembar observasi (check list), catatan anekdotal, dan soal tes. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data ada 4 yaitu (1) mendeskripsikan kondisi awal (pra penelitian) (2) mendeskripsikan proses pelaksanaan siklus I (3) mendeskripsikan proses pelaksanaan siklus 2 (4) membandingkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam sebelum dan sesudah penerapan PPR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam. Pada akhir siklus I competence peserta didik mengalami peningkatan dibandingkan competence pra penelitian, sedangkan
conscience 60,2 dan compassion 53,8. Pada akhir siklus II competence,
viii
IN THEMATIC LEARNING TO DEVELOP THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C) THE FIRST GRADE OF GAYAM KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL OF STUDENTS.
Albertha Vera Kusmaningsih Sanata Dharma University.
2011
ABSTRACT
This research was about Classroom Action Research (CAR). The objective of this research was to develop the Competence, Conscience, and Compassion (3C) of the first grade of Gayam Kanisius Elementary School students through Reflective Pedagogy Paradigm in the thematic learning process of Ilmu Pengetahuan Sosial and Pendidikan Kewarganegaraan courses.
The data of this research were collected from documents, interview, and observation. The instruments of this research were guided-interview, observation sheets (check lists), anecdotal records, and test. There were 4 steps in analyzing the data. Those were (1) describing the preliminary condition (pre-research), (2) describing the process of first cycle, (3) describing the implementation of second cycle, and (4) comparing the students 3C (Competence, Conscience, and Compassion) before and after the implementation of Reflective Pedagogy Paradigm.
ix
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Puji Purnomo, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M. Hum. dan B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberi bimbingan, kritik, saran, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini. 4. Drs. J. Sumedi, dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan,
saran dalam merevisi skripsi ini.
5. Theresia Laksmi Widyarini, S. Pd., M. Hum. yang berkenan mengoreksi abstrak dalam bahasa Inggris.
6. Staff sekretariat PGSD, Ibu Tri dan Bapak Hermoyo atas bantuan dalam melayani mahasiswa.
7. Kepala sekolah, M. Chandra Wahyu HP, dan guru-guru SD Kanisius Gayam atas bantuan dalam melakukan penelitian ini.
8. Kedua orang tuaku (Paulus Soeyono dan Yustina Sugianti) atas dukungan, doa, cinta, perhatian, kasih sayang yang tiada henti.
9. Kakak-kakak, Rm. Benediktus Mulyono SCJ, Antonius Subrata, dan CH. Sri Suyani atas segala perhatian, doa, cinta, dan dukungan kalian, serta ponakan Leonardo Chavin AP yang mendorongku menyelesaikan skripsi ini.
xi
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... ivx
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan Masalah... 5
C. Perumusan Masalah... 5
D. Batasan Pengertian... 6
E. Pemecahan Masalah... 6
F. Tujuan Penelitian... 6
G. Manfaat (kontribusi) Penelitian... 7
xii
B. Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran SD Kelas Rendah... 18
1. Hakekat Pembelajaran Tematik... 18
2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik... 20
3. Strategi Pembelajaran Tematik... 20
4. Keuntungan Pembelajaran Tematik... 21
5. Peran Tema... 22
6. Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik.... 23
7. Tahap Persiapan dalam Pembelajaran Tematik... 24
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik Kelas I SD Kanisius Gayam... 27
D. Penelitian Tindakan Kelas... 31
1. Pengertian... 31
2. Tahap... 33
3. Tujuan... 33
4. Manfaat... 34
E. Karakteristik Peserta Didik Kelas I (6-7 tahun)... 35
F. Kerangka Pikir... 37
G. Hipotesis Tindakan... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Jenis Penelitian... 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian... 39
xiii
F. Metode Pengumpulan Data... 46
G. Teknik Analisis Data... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 49
A. Deskripsi Sekolah... 49
B. Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas I SD Kanisius Gayam Semester 2... 51
C. Kondisi Kelas I SD Kanisius Gayam... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57
A. Deskriptif Data... 57
B. Pembahasan Komparasi Tentang Competence, Conscience, dan Compassion (C3) Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif... 93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 98
A. Kesimpulan... 98
B. Keterbatasan Penelitian... 98
C. Saran... 99
DAFTAR PUSTAKA... 101
xiv
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan…...……….... 28 Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal... 45 Tabel 3.2 Target Pencapaian Akhir Siklus... 48 Tabel 4.1 Nama-nama Pendidik SD Kanisius Gayam Tahun
Pelajaran 2010/2011……….. 50 Tabel 4.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan
Kewarganegaraan Semester II………... 52 Tabel 4.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu
Pengetahuan Sosial Semester II……….... 52 Tabel 4.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan
Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semester II………... 53 Tabel 4.5 Nama Peserta Didik Kelas I SD Kanisius Gayam Tahun
Pelajaran 2010/2011……….. 54 Tabel 4.6 Jadwal Pelajaran Kelas I SD Kanisius Gayam Tahun
Pelajaran 2010/2011………. 56 Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Pra Penelitian………... 58 Tabel 5.2 Hasil Wawancara………... 59 Tabel 5.3 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Pra Penelitian…… 61 Tabel 5.4 Nilai Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra
Penelitian……….. 63 Tabel 5.5 Nilai Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pra
Penelitian……….. 64 Table 5.6 Nilai Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
xv
Sosial Siklus I……….... 73 Tabel 5.9 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Siklus I………. 74 Tabel 5.10 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus I………. 76 Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus I………….. 77 Table 5.12 Nilai Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II……….. 85 Table 5.13 Hasil Evaluasi Conscience dan Compassion Siklus II…… 86 Tabel 5.14 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Siklus II……….. 87 Tabel 5.15 Nilai Akhir Peserta Didik Mata Pelajaran Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II……… 88 Tabel 5.16 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II………... 90 Tabel 5.17 Hasil Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II………... 91 Table 5.18 Nilai Rata-rata Competence Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Siklus dan Pendidikan
Kewarganegaraan……….. 93 Tabel 5.19 Nilai Rata-rata Conscience dan Compassion
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan
xvi
Lamp. 1 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Pra Penelitian... 104
Lamp. 2 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Pra Penelitian... 105
Lamp.3 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian... 106
Lamp. 4 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Siklus I... 107
Lamp. 5 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus I... 108
Lamp. 6 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I... 109
Lamp. 7 : Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Siklus I... 110
Lamp. 8 : Lembar Observasi Kegiatan Pendidik Siklus II... 111
Lamp. 9 : Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Siklus II... 112
Lamp. 10 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II... 113
Lamp. 11 : Lembar Observasi Kegiatan Kelompok Siklus II... 114
Lamp. 12 : Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar... 115
Lamp. 13 : Jaringan Tema... 120
Lamp. 14 : Silabus... 122
Lamp. 15 : Kisi-kisi Soal... 127
Lamp. 16 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 129
Lamp. 17 : Soal Tes, Non Tes Siklus I dan Kunci Jawaban... 135
Lamp. 18 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 139
Lamp. 19 : Soal Tes, Non Tes Siklus I dan Kunci Jawaban... 145
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu pembelajaran inovatif yang mulai dikembangkan di
sekolah-sekolah Kanisius yakni Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Subagya (2008:4) menjelaskan yang di maksud paradigma adalah pola
pikir yang melekat atau dihidupi oleh para pendidik yang menjadi
fasilitator. Pedagogi maksudnya cara pendidik mendampingi peserta didik
selama tumbuh dan berproses. Dan refleksi merupakan internalisasi nilai
yang terjadi pada peserta didik. Tujuan dari pembelajaran tersebut yakni
mengembangkan sikap, cara pandang, dan perilaku baru demi
perkembangan peserta didik dan kebaikan masyarakat. Jadi pembelajaran
PPR adalah pembelajaran untuk meningkatkan 3C peserta didik
(competence, conscience, dan compassion). Competence adalah
mengembangkan kompetensi secara maksimal, utuh, dan berkelanjutan.
Conscience adalah mengasah dan melatih kepekaan dan ketajaman suara
hati. Sedangkan compassion adalah mengembangkan sikap peduli
terhadap sesama makhluk hidup. Langkah pembelajaran PPR meliputi
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
Peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD
Kanisius Gayam. SD Kanisius Gayam adalah SD di bawah naungan
2
melaksanakan kegiatan PPL selama kurang lebih 3 bulan, dari hasil
wawancara dengan pendidik kelas I SD Kanisius Gayam, peneliti
mendapatkan data bahwa kelas I SD Kanisius Gayam mengalami kesulitan
dalam menangkap materi pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal itu ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas dari
kedua mata pelajaran tersebut yang masih rendah apabila dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lain. Nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial 76,3, sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan
68,1. Hal tersebut berkaitan dengan competence. Selain itu, peserta didik
kelas I SD Kanisius Gayam kurang tertarik untuk memperhatikan
penjelasan pendidik. Misalnya, saat pendidik menjelaskan materi, peserta
didik suka berbicara sendiri. Berarti peserta didik tidak bisa berkonsentrasi
(tidak fokus), maka permasalahan ini berkaitan dengan conscience. Selain
itu, peserta didik kurang bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Hal
tersebut berkaitan dengan compassion.
Itulah sebabnya peneliti terdorong untuk membantu pendidik
dalam upaya meningkatkan competence, conscience, dan compassion. Hal
tersebut juga menggugah naluri peneliti sebagai calon pendidik, yang ingin
memberikan pelayanan yang baik demi perkembangan peserta didik,
supaya peserta didik bertumbuh menjadi pribadi yang baik, sopan, pandai,
dan peduli terhadap sesama. Dengan adanya permasalahan tersebut,
3
tematik. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Penerapan PPR dalam
Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan
Compassion (3C) Peserta Didik Kelas I SD Kanisius Gayam.
Dalam menerapkan PPR di SD Kanisius Gayam, peneliti
menggunakan pendekatan tematik. Menurut Poerwadarminta (1984:1040),
tema berarti “pokok pikiran, dasar cerita”. Dalam modul Pembelajaran
Tematik, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional (2006:5), yang di maksud pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Persiapan yang dilakukan
dalam pendekatan tematik adalah membuat pemetaan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, membuat jaringan tema, membuat silabus,
membuat pemetaan rencana pelaksanaan pembelajaran harian, dan
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2006)).
Pembelajaran tematik terkait dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dengan materi rumah sehat dan tidak sehat serta mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi aturan yang berlaku di
masyarakat, menggunakan tema “Rekreasi” melalui Penelitian Tindakan
4
karena peserta didik kelas I pada umumnya melihat segala sesuatu sebagai
satu keseluruhan, perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan
dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Selain itu, peneliti
mencoba mempelajari karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran
tematik. Salah satu karakteristik pembelajaran tersebut dapat
menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain, serta pembelajaran
dikembangkan dengan mengaitkan mata pelajaran dan pengalaman pribadi
anak (Zulkifli, 2009:19). Karakteristik tersebut juga terdapat pada PPR,
yang termasuk kedalam conscience (toleransi dan tanggap terhadap
gagasan orang lain) dan compassion (bekerja sama). Oleh karena itu,
peneliti mencoba menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba meningkatkan competence,
conscience, dan compassion peserta didik. Peneliti menerapkan PPR
untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion tersebut
dengan menggunakan pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema
5
Peneliti dalam pembelajaran menerapkan PPR untuk meningkatkan
competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius
Gayam. Dalam melakukan pembelajaran peneliti menggunakan
pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema “Rekreasi”.
C. Perumusan Masalah
1. Apakah penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik
SD Kanisius Gayam?
2. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas I melalui
PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas I melalui
PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan?
4. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas I melalui
PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu
6
1. PPR adalah salah satu pembelajaran inovatif yang bertujuan untuk
meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik.
2. Pendekatan tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman berharga bagi peserta didik.
E. Pemecahan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya competence,
conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Rendahnya competence, conscience, dan compassion
akan diatasi dengan menggunakan pendekatan PPR pada pembelajaran
tematik sebagai kekhasan pembelajaran kelas rendah, dengan tema
“Rekreasi”.
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan competence melalui
PPR dalam pembelajaran tematik kelas 1 SD Kanisius Gayam.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan conscience melalui
7
PPR dalam pembelajaran tematik kelas 1 SD Kanisius Gayam.
G. Manfaat (kontribusi) Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian tersebut menambah wawasan bagi
pendidik tentang salah satu metode pembelajaran inovatif dengan PPR
yang dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion.
2. Secara praktis, bagi :
a. Peneliti, dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian menggunakan PPR untuk meningkatkan competence,
conscience, dan compassion.
b. Pendidik, dapat memberikan inspirasi untuk menerapkan
Paradigma Pedagogi Reflektif.
c. Peserta didik, dapat meningkatkan competence, conscience, dan
compassion.
d. Sekolah, menjadi inspirasi supaya semakin banyak pendidik yang
8
KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Pedagogi Reflektif 1. Sejarah PPR
Subagya (2010:3-6) menuliskan secara singkat awal mula
terbentuknya PPR, ada seorang bernama Ignatius yang mendirikan
Serikat Jesus pada tahun 1540. PPR merupakan pendekatan
pembelajaran jelmaan dari Paradigma Pedagogi Ignasian (PPI).
Kelompok Ignatius pada waktu itu terdesak oleh kepentingan
masyarakat untuk memilih pendidikan sebagai cara yang efektif untuk
menjadi manusia yang unggul dalam iman serta mempunyai karakter
yang baik. Keberhasilan pendidikan yang didirikan Serikat Jesus
menjadi kebanggaan banyak orang.
Keprihatinan dan semangat Ignatius untuk mendidik orang muda
juga dimiliki oleh banyak orang. Oleh karena itu, bukan sesuatu hal
yang asing jika PPI diminati oleh banyak orang. Riyo Mursanto
mengatakan “meskipun mereka tidak berkaitan langsung dengan
Jesuit, ternyata cukup banyak yang menyatakan minatnya untuk
mengetahui dan menerapkan model pendidikan Jesuit” (Subagya,
2010:7). Paradigma Pedagogi Ignasian dikenalkan kepada masyarakat
kalangan yang jauh dengan Jesuit. Pengubahan nama PPI menjadi PPR
tidak disertai dengan pengubahan aspek yang terkandung di dalamnya.
2. Pengertian PPR
PPR terdiri dari tiga kata yakni Paradigma, Pedagogi, dan
Reflektif. Paradigma berarti suatu perubahan (Poerwadarminta,
1984:711). Menurut Subagya (2010:22) Pedagogi adalah cara pandang
pendidik dalam mendampingi peserta didik dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, atau bisa dikatakan seni dalam mengajar. Pedagogi
meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi
terpelajar. Reflektif adalah proses internalisasi nilai yang terjadi pada
peserta didik.
PPR adalah suatu pola pikir untuk mewujudkan pendidikan
kristiani (Asosiasi Sekolah Jesuit Indonesia, 2010). PPR adalah suatu
cara pandang pendidik dalam mendampingi peserta didik supaya
mempunyai tujuan yang jelas serta menjadi pribadi yang tahu akan apa
yang harus dilakukan, dan melakukan internalisasi terhadap apa yang
telah dilakukannya sehingga memberikan pengalaman yang berharga
bagi peserta didik.
Menurut pandangan gereja (Nota Pastoral tentang Pendidikan),
PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang tidak sekedar
memberikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, tetapi
didik. Interaksi tersebut memungkinkan terjadinya penanaman
nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik.
PPR suatu pembelajaran yang menanamkan 3 aspek melalui
kegiatan pembelajaran. Ketiga aspek tersebut adalah :
1) Competence
Competence kemampuan individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Robert (2009) menjelaskan competence adalah
kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan
dan keterampilan berdasarkan pengalaman belajar yang
dilakukan. Competence adalah kemampuan untuk
mengembangkan kompetensi secara maksimal, utuh, dan
berkelanjutan.
2) Conscience
Suseno (1989) menjelaskan conscience adalah kesadaran
dalam batin manusia bahwa manusia berkewajiban mutlak
untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan
tanggungjawabnya dalam situasi yang konkret.
Dalam Katekismus Gereja Katolik No. 1778
conscience adalah keputusan akal budi dimana manusia
mengerti apakah suatu perbuatan konkret yang dia rencanakan,
buruk secara moral. Conscience adalah kemampuan mengasah
dan melatih kepekaan dan ketajaman suara hati.
3) Compassion
Compassion adalah minat atau ketertarikan kita untuk
membantu orang lain atau sikap peduli terhadap sesama
makhluk hidup. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh
besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita.
Compassion adalah kemampuan untuk mengembangkan
sikap peduli terhadap sesama makhluk hidup.
3. Roh dalam PPR
Roh yang hidup dalam PPR adalah semangat magis. Magis
berasal dari bahasa Latin yang berarti lebih. “Semangat magis
mengandung dua unsur yang harus ada dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain, yakni peningkatan diri dan cinta kepada Tuhan” (Triyono
dalam majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3: 43). Triyono (dalam
majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3 : 44) mengatakan, “butir
refleksi semangat magis adalah menghidupkan rasa syukur atas bakat
yang dimiliki, mengembangkan bakat seoptimal mungkin,
mempersembahkan diri demi besarnya kemuliaan Tuhan”. Bakat yang
dimiliki oleh masing-masing orang berbeda-beda. Kita patut
mensyukuri bakat yang kita miliki, dan harus mengembangkan bakat
4. Ciri-ciri PPR
PPR memberikan suatu cara bertindak yang dirancang dengan
hati-hati, dirumuskan secara logis dan dijabarkan dengan meyakini
nilai-nilai spiritualitas Ignasian dan pendidikan serta pengajaran Jesuit.
Subagya (2010:66-70) menjabarkan ciri-ciri PPR, sebagai
berikut:
a. PPR dapat diterapkan di semua kurikulum.
Tidak menuntut tambahan apapun, selain pendekatan baru pada
cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.
b. PPR fundamental dalam proses belajar mengajar.
Paradigma ini juga dapat diterapkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Untuk suatu bidang studi paradigma ini merupakan
pandangan untuk mempersiapkan pengajaran, memilih kegiatan
untuk pekerjaan rumah, dan kegiatan mengajar lainnya.
c. PPR menjamin para pendidik menjadi pendidik yang baik.
Menuntut peserta didik lebih bertanggung jawab terhadap hasil
studi mereka, serta menumbuhkan inisiatif untuk belajar.
Paradigma ini juga membantu pendidik memotivasi peserta didik
dengan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan
d. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar
merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari.
Melibatkan peserta didik untuk berperan secara kritis dalam proses
belajar mengajar, membuat proses belajar lebih bersifat pribadi
karena mendekatkan pengalaman pendidik dengan peserta didik.
Mendukung integrasi antara pengalaman di rumah, sekolah, teman
sebaya, dan sebagainya.
e. PPR menekan matra sosial belajar maupun mengajar.
Mendorong kerja sama dan berbagi pengalaman serta dialog
reflektif peserta didik. Menghubungkan pembelajaran dengan
pertumbuhan peserta didik dengan interaksi pribadi dan hubungan
insani. Mendorong untuk terus menerus bergerak maju ke arah
kegiatan yang bersifat positif dan berdampak baik bagi orang lain.
Refleksi harus selalu mengantar peserta didik untuk semakin
5. Langkah PPR
Terdapat lima langkah dalam PPR, sebagai berikut :
a. Konteks
Subagya (2010:43) menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran menuntut pendidik untuk sungguh-sungguh
mengetahui sejauh mana peserta didik memahami tentang salah
satu mata pelajaran yang akan diajarkan, karena merupakan titik
tolak dalam PPR, pendidik harus mengetahui banyak hal tentang
konteks tempat mengajar dan belajar berlangsung. Pendidik harus
memahami dunia peserta didik, cara hidup keluarga, teman-teman,
kebudayaan dan adat, kehidupan sekolah, ekonomi, agama dan hal
lain yang berdampak positif dan negatif bagi peserta didik. Bahan
b. Pengalaman
Subagya (2010:48) menguraikan pengalaman berarti
“mengenyam sesuatu dalam batin”. Pengalaman menunjuk pada
setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Pada setiap
pengalaman ada informasi yang ditangkap oleh peserta didik.
Pengalaman yang diterima peserta didik dapat berupa pengalaman
langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung
dapat berupa diskusi, penelitian, lintas alam, olah raga, dan
sebagainya. Sedangkan pengalaman tidak langsung, pendidik
merangsang peserta didik untuk berimajinasi sehingga mereka
dapat masuk ke dalam kenyataan yang sedang mereka pelajari.
Pengalaman yang tidak langsung diciptakan misalnya dengan
membaca dan/atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya
pendidik (fasilitator) memberi sugesti agar peserta didik
mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari pendidik,
melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat
tayangan film/video.
c. Refleksi
Subagya (2010:55-56) menjelaskan refleksi adalah suatu
proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi
dengan memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik,
dengan memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah
dimengerti bagi dirinya sendiri dan orang lain, dengan berusaha
menemukan makna bagi diri sendiri tentang kejadian-kejadian
yang dialaminya, dengan mulai memahami siapa dirinya dan
bagaimana harus bersikap terhadap orang lain, dan sebagainya.
Pendidik dan peserta didik juga dapat saling bertukar
pikiran tentang apa yang telah direfleksikannya. Hal tersebut
bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan bagian yang
mudah dipelajari, membantu mengenali tantangan tersembunyi
yang dapat menghambat perkembangan peserta didik.
Merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan dapat di lakukan dengan
pertanyaan refleksi yang difasilitasi oleh pendidik. Pertanyaan
yang dibuat harus sesuai dengan nilai kemanusiaan yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik.
d. Aksi
Subagya (2010:61-62) menguraikan bahwa aksi digunakan
untuk menunjukkan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan
pengalaman yang telah direfleksikan. Mencakup dua, hal yang
pertama pilihan-pilihan batin dapat berupa prioritas yang
diputuskan, sambil membiarkan diri ke arah mana ia melangkah
diiringi oleh kebenaran itu. Yang kedua, pilihan yang dinyatakan
secara lahir, nilai yang telah menjadi bagian dalam hidup
baru. Apabila nilai itu positif, maka peserta didik juga akan
menimbulkan pengalaman yang bermakna positif.
Internalisasi nilai yang berupa niat-niat yang dibangun oleh
peserta didik. Aksi nyata merupakan penghayatan nilai
kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga proses
pembentukan pribadi peserta didik secara perlahan tetap dapat
terwujud sesuai tujuan yang diharapkan.
e. Evaluasi
Subagya (2010:63) menjabarkan bahwa bagi para pendidik
mengevaluasi kemajuan peserta didik merupakan hal yang sangat
penting. Evaluasi mendorong pendidik maupun peserta didik
memperhatikan pertumbuhan intelektual dan dapat mendiagnosa
kekurangan-kekurangan yang perlu untuk ditingkatkan. Selain itu,
juga berguna untuk perbaikan dalam cara belajar peserta didik.
Evaluasi mata pelajaran hendaknya dilakukan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Evaluasi
penghayatan nilai, dilakukan dengan mengamati seluruh proses
pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
6. Tujuan PPR
a. Peter Arrupe (Subagya, 2010:23) menyebutkan bahwa PPR
b. Pater Kolvenbach (Subagya, 2010:24) menjelaskan bahwa PPR
membentuk pemimpin yang dapat melayani dengan meneladani
Yesus Kristus, pria dan wanita yang berkompeten dalam
bidangnya, memiliki hati nurani yang benar dan memiliki
kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama.
c. Bagi pendidik, PPR dapat membantu dalam proses mengenal
pribadi masing-masing peserta didik, sehingga pendidik dapat
menggunakan teknik yang tepat dalam menyajikan materi
pembelajaran.
d. Bagi peserta didik, PPR membantu peserta didik untuk mempunyai
hati nurani yang tajam dan kepekaan sosial yang tinggi dan dapat
menjadikan peserta didik memiliki pengetahuan serta sikap batin
untuk menyadari hubungan antara ilmu pengetahuan dengan
sesama dan lingkungannya.
B. Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran SD Kelas Rendah
1. Hakekat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai suatu pembelajaran
yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema ditunjau dari berbagai mata pelajaran yang
terkait dengan tema yang telah ditentukan. Pembelajaran tematik juga
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
didik.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
memadukan berbagai mata pelajaran dari berbagai standar kompetensi
dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.
Dalam modul Pembelajaran Tematik, Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
(2006:5), “pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
didik”. Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,
Departemen Pendidikan Nasional (2003:26) pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.
Keterpaduan antar mata pelajaran dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, kurikulum, dan belajar mengajar. Pembelajaran tematik dalam
penelitian ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk
melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,
Departemen Pendidikan Nasional (2003:26) terdapat enam ciri dalam
pembelajaran tematik, yaitu:
a. Berpusat pada peserta didik.
b. Memberikan pengalaman langsung.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.
e. Bersifat fleksibel.
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat, dan kebutuhan
peserta didik.
3. Strategi Pembelajaran Tematik
Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen
Pendidikan Nasional (2003:26) strategi pembelajaran tematik ada dua
yaitu:
a. Bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.
b. Dalam memberikan pengalaman belajar peserta didik tidak harus
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah mereka pahami.
4. Keuntungan Pembelajaran Tematik
Dalam Trianto (2010:83-83) panduan KTSP pembelajaran tematik
yang merupakan bagian pembelajaran terpadu memiliki beberapa
keuntungan, yaitu :
a. Memudahkan pemusatan pada satu tema tertentu.
b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara isi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman peserta didik.
e. Manfaat dan makna belajar lebih dirasakan karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
f. Peserta didik lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi yang nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam suatu mata pelajaran sekaligus mata pelajaran
g. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat disiapkan sekaligus, dan diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, dan pengayaan.
Dalam Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus,
Departemen Pendidikan Nasional (2003:27) ada lima keuntungan
pembelajaran tematik, yaitu:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak.
b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan
bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap ide orang lain.
5. Peran Tema
Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau
topik tertentu.
b. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
d. Peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
e. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan
secara terpadu sehingga dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam 2 atau 3 pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan
kegiatan remedial atau pengayaan.
6. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik
Dalam Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus, Departemen
Pendidikan Nasional (2003:28) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh.
b. Dalam melaksanakan pembelajaran tematik perlu
memperhitungkan banyak sedikitnya bahan yang ada di
lingkungan.
c. Memilih tema yang terdekat dengan peserta didik.
d. Lebih mengutamakan Kompetensi Dasar yang akan dicapai dari
pada tema.
7. Tahap Persiapan dalam Melaksanakan Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa persiapan yang perlu disiapkan sebelum
melaksanakan pebelajaran tematik, diantaranya :
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
Hal yang dilakukan dalam tahap ini yaitu :
1) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke
dalam indikator.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Indikator harus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan peserta didik.
b) Indikator yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran.
c) Disusun secara terukur dan dapat diamati serta
2) Menentukan tema
a) Ada dua cara dalam menentukan tema, yaitu :
Pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar terlebih dahulu, kemudian merumuskan indikator
yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kedua,
menentukan tema terlebih dahulu sebagai pengikat
keterpaduan, dalam menentukan tema pendidik dapat
bekerja sama dengan peserta didik.
b) Prinsip dalam menentukan tema
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan diantaranya
memperhatikan lingkungan terdekat dengan kehidupan
peserta didik, bermula dari tema yang mudah terlebih
dahulu kemudian yang tersulit, berawal dari yang sederhana
ke yang kompleks, dari konkret ke abstrak, tema yang
dipilih memicu proses berpikir dalam diri peserta didik, dan
cakupan tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi
Melakukan identifikasi dan analisis Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan Indikator yang sesuai dengan tema yang
telah ditentukan.
b. Menetapkan Jaringan Tema
Menghubungkan kompetensi dasar dengan indikator dalam
tema pemersatu. Dengan jaringan tema ini, keterkaitan antara tema,
kompetensi dasar dan indikator setiap mata pelajaran akan terlihat
dengan jelas.
c. Penyusunan Silabus
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
alat atau sumber yang digunakan.
d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran tematik adalah :
1) Identitas mata pelajaran
2) Kompetensi dasar dan indikator yang sesuai dengan mata
pelajaran yang akan diajarkan.
3) Materi pokok yang perlu dipelajari peserta didik supaya
4) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus mencerminkan
interaksi peserta didik dengan materi pelajaran dan sumber
belajar untuk penguasaan kompetensi dasar dan indikator yang
diharapkan yang terdapat dalam kegiatan awal, inti, dan akhir.
5) Alat dan media yang digunakan sesuai dengan Kompetensi
Dasar dan indikator yang harus peserta didik kuasai serta dapat
memudahkan peserta didik dalam mencapai Kompetensi Dasar
dan indikator tersebut.
6) Penilaian dan tindak lanjut, termasuk di dalamnya terdapat
instrumen yang digunakan pendidik dalam menilai
ketercapaian peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik Kelas I SD Kanisius Gayam
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan PPR peneliti
terapkan dalam pembelajaran tematik di kelas I SD Kanisius Gayam.
Penelitian dibatasi pada tema “Rekreasi”, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Pendidikan Kewarganegaraan
4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat lingkungan rumah sehat
dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Dalam masing-masing Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar
dari kedua mata pelajaran tersebut, peneliti khususkan menjadi indikator
yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang akan tuangkan dalam
jaringan tema, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga di dalam
proses pembelajaran tersebut peserta didik mendapatkan pengalaman yang
berguna bagi kebaikan kehidupannya maupun bagi kebaikan hidup
bermasyarakat. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
dituntut untuk berpartisipasi secara aktif, hal tersebut bertujuan supaya
refleksi, peserta didik dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan oleh pendidik.
Dalam Panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berpola PPR,
format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
Satuan Pendidikan : ………
Mata Pelajaran : ………
Hari, tanggal : ………
Kelas/Semester : ………
Unit/Tema : ………
Alokasi Waktu : ………
1. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang di harapkan dicapai oleh peserta didik.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
3. Indikator
Indikator dirumuskan sendiri oleh peneliti. Indikator mencakup
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan oleh peneliti, tujuan
pembelajaran lebih rinci dari indikator.
5. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetesi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
6. Nilai Kemanusiaan
Diharapkan peserta didik mempunyai nilai kemanusiaan yang baik
saat maupun sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.
7. Langkah-langkah Pembelajaran
Berisi rangkaian kegiatan yang dirancang oleh peneliti, meliputi
kegiatan awal (konteks), kegiatan inti (pengalaman, refleksi, aksi), dan
kegiatan akhir (evaluasi).
8. Refleksi
Peserta didik melakukan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan
yang disediakan oleh peneliti.
9. Aksi
Mengacu pada suatu proses ketika peserta didik harus melakukan
apa yag telah dipelajari, tidak perlu langsung dilakukan saat pembelajaran
10.Kecakapan hidup
Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik diharapkan
memanamkan nilai kecakapan hidup yang telah dirumuskan oleh peneliti.
11.Alat dan Sumber Belajar
Hal ini mencakup media yang digunakan dalam pembelajaran serta
buku yang menunjang.
12.Penilaian
Penilaian dilakukan secara tes dan non tes, penilaian tes digunakan
untuk mengukur competence, sedangkan penilaian non tes digunakan
untuk mengukur conscience dan compassion.
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian
Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang
bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial
dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya (Kemmis dan Carr,
1986 dalam Modul Penelitian Tindakan kelas 2008:3). Penelitian
tindakan kelas dilakukan dengan mengumpulkan data secara sistematik
tentang praktek keseharian dan menganalisisnya untuk membuat
keputusan tentang praktek yang telah dilakukan (Wallace 1998, dalam
(2010:12) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri, dengan cara merencanakan,
melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Arikunto (2006:3) menjelaskan penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
Ada empat tahap dalam penelitian tindakan kelas, yakni perencanaaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut
membentuk sebuah siklus, yaitu putaran kegiatan yang kembali pada
langkah semula. Bentuk penelitian tindakan bukan merupakan kegiatan
tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan, dalam bentuk siklus.
Jangka waktu satu siklus tergantung pada materi tertentu. Apabila
sudah diketahui letak keberhasilan dan kegagalan tindakan dalam satu
siklus, maka pendidik merancang kegiatan untuk dilakukan siklus
kedua. Jika siklus kedua sudah selesai dan pendidik belum merasa
puas dengan hasil, maka dapat dilakukan siklus ketiga yang cara dan
tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang
dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam
tindakan tersebut (Ebbut, 1985 dalam Modul Penelitian Tindakan
Kelas).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi permasalahan yang ada,
dengan maksud untuk memperbaiki proses pendidikan yang telah
dilaksanakan.
2. Tahap
Terdapat 4 tahap dalam melakukan PTK, yakni :
a. Perencanaan
Mempersiapkan materi/bahan ajar, RPP yang mencakup
metode/teknik mengajar, serta instrumen yang akan digunakan.
b. Pelaksanaan
Merupakan implementasi dari semua rencana yang dibuat.
Tahap yang berlangsung di dalam kelas ini adalah realisasi dari
segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan
sebelumnya, dengan mengacu kepada kurikulum yang berlaku.
c. Pengamatan
Dilakukan dengan observasi melalui alat bantu instrumen
pengamatan yang dikembangkan peneliti. Hal itu untuk
mengumpulkan data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana
d. Refleksi
Melakukan refleksi untuk mengetahui permasalahan yang
masih terjadi, sehingga dapat dirancang suatu metode yang dapat
mengatasi permasalahan yang masih terjadi.
3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan dan/atau memperbaiki pembelajaran di sekolah
(Suyanto, 1997 dalam Modul Penelitian Tindakan Kelas 2008:11).
b. Meningkatkan relevansi pendidikan (Modul Penelitian Tindakan
Kelas 2008:11).
4. Manfaat
Dalam Modul Penelitian Tindakan Kelas (2008:14) manfaat
penelitian tindakan kelas dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Manfaat Akademik
Bermanfaat untuk membantu pendidik menghasilkan
pengetahuan yang relevan bagi kelas mereka.
b. Manfaat Praktis
Untuk meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses
pembelajaran yang dilakukan.
2) Bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/Kelas
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas pendidik akan
memahami teori dan pemikiran yang dilandasi kurikulum
karena pendidik mengalami sendiri secara implementasi teori
dan pemikiran yang abstrak (Suyanto, 1996 dalam Modul
Penelitian Tindakan Kelas 2008:15).
E. Karakteristik Peserta Didik Kelas I (6-7 tahun)
Menurut Ch. Buhler (Zulkifli, 2009:19) perkembangan anak usia
6-7 tahun merupakan perkembangan masa ketiga, dimana keinginan bermain
berkembang menjadi semangat bekerja. Rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan semakin tinggi. Demikian pula rasa sosialnya semakin tinggi
pula. Pandangan anak terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima
secara objektif.
Menurut Piaget dalam Suwarsono (2003:12) anak usia 6-7 tahun
merupakan usia pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini tingkat
egosentrisitas anak sudah berkurang, dalam arti anak sudah bisa
memahami bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran atau perasaan
yang berbeda dengan dirinya. Dengan kata lain, anak sudah bisa berpikir
Menurut Hurlock (1978:10) usia 6-7 tahun merupakan usia akhir
masa kanak-kanak. Anak mulai mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan mengembangkan hati nurani serta
mencapai kebebasan pribadi. Jadi, apabila anak pada usia tersebut tidak
dapat bekerjasama dalam kelompok serta tidak memiliki hati nurani yang
baik, maka perkembangan anak akan terganggu.
Menurut Kohlberg (Gunarsa:1981:198) anak pada usia 2-7 tahun
termasuk pada tingkat pra konvensional. Peserta didik kelas I SD
umumnya berusia 6-7 tahun dan temasuk pada tingkat pra konvensional
tahap 2. Pada tahap ini anak tidak selalu tergantung pada aturan yang
ditentukan orang lain, mereka sadar bahwa setiap kejadian yang
dialaminya mempunyai beberapa segi tergantung pada kebutuhan dan
kesenangannya dan anak cenderung mementingkan dirinya sendiri. Pada
tahap ini anak mulai mempunyai pandangan tentang pribadinya dan
melibatkan orang lain dalam kehidupannya.
Erikson (Santrock, 1995:76) menggolongkan usia anak 6-pubertas
merupakan masa sekolah, dimana pada usia tersebut anak terdapat pada
tahap 4 yakni Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri). Pada tahap
ini anak siap untuk menerima tantangan dan tantangan untuk menerima
pengetahuan yang baru. Mereka memerlukan kesempatan untuk
pemenuhan fisik, intelektual, dan sosial mereka. Karakteristik anak pada
usia ini yaitu anak mengarahkan energi pada penguasaan pengetahuan dan
berkompeten dan tidak produktif. Akhir masa kanak-kanak (6
tahun-pubertas) adalah masa dimana anak paling bersemangat untuk belajar, saat
imajinasi mereka berkembang.
Erikson (Gunarsa,1983:13) menjelaskan bahwa anak usia 6-12
tahun merupakan usia masa anak sekolah. Dimana pada usia 6-12 tahun
disebut sebagai usia kelompok, anak mulai dapat bekerja sama antar
teman. Pada usia ini, anak membandingkan dirinya dengan orang lain,
takut diejek dan takut gagal. Bila anak pada usia ini sering merasa cemas
dan sering gagal, akan tumbuh rasa rendah diri. Sebaliknya, jika anak tahu
bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi keadaan yang
ada dan ia berhasil mengatasi masalah, maka akan timbul motivasi yang
tinggi terhadap karya orang lain dan terbentuklah “industry”.
F. Kerangka Pikir
Pendekatan PPR membantu peserta didik untuk lebih memahami
arti dari sebuah pengalaman yang telah mereka lakukan. Pengalaman yang
peserta didik alami kemudian mereka refleksikan. Pengalaman yang
direfleksikan kemudian dilakukan tindak lanjut. Jika ada kesalahan dengan
adanya pendekatan PPR dalam pembelajaran diharapkan peserta didik
dapat memperbaikinya, peserta didik dilatih sejak dini untuk merumuskan
tindakan yang lebih baik dan lebih konkret untuk dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
Pembelajaran dengan pendekatan PPR diharapkan dapat
membantu peserta didik untuk menyadari kekurangannya dalam menerima
penjelasan dan menyadari cara belajar yang peserta didik lakukan dalam
mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu
Pengetahuan Sosial, serta membantu pendidik untuk mengevaluasi proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas. PPR dapat membiasakan peserta
didik untuk berusaha lebih giat supaya mata pelajaran yang diajarkan oleh
pendidik dapat diterima dengan baik. PPR juga dapat membuat pendidik
berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran dapat menjadi
lebih baik.
G. Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik dapat
meningkat competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk
memperbaiki pekerjaannya (Kemmis dan Carr, 1986 dalam Modul
Penelitian Tindakan kelas 2008:3). Penelitian ini dilakukan di kelas I SD
Kanisius Gayam dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam
pembelajaran tematik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Pendidikan Kewarganegaraan dengan tema “Rekreasi”.
B. Lokasi dan Waktu penelitian
Peneliti melakukan penelitian di SD Kanisius Gayam. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Maret Tahun Pelajaran 2010/2011.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam.
2. Objek Penelitian
Meningkatkan competence, conscience, dan compassion dalam
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap-tahap Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara
dengan pendidik kelas I dan melakukan observasi tentang nilai peserta
didik pada semester I serta proses belajar mengajar di kelas I.
2. Rencana Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan penelitian
dengan 2 siklus. Setiap siklusnya peneliti melakukan tahap-tahap
persiapan diantaranya melakukan persiapan penelitian, merumuskan
tindakan yang akan dilakukan, melakukan refleksi dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, dan melakukan kegiatan evaluasi.
Pada siklus pertama maupun siklus kedua tema yang digunakan
yaitu “Rekreasi”. Sedangkan mata pelajarannya mencakup dua mata
pelajaran yaitu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Persiapan
Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok, membuat pemetaan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan indikator,
menyusun silabus, menyusun rancangan rencana pelaksanaan
4. Rencana Tiap Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam penelitian antara lain :
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan ; menyiapkan RPP, soal tes dan non tes, media,
dan lembar observasi.
2) Pelaksanaan
a) Tema : Rekreasi
b) Sub Tema : Rekreasi ke Kebun Binatang
c) Mata pelajaran terkait : Pendidikan Kewarganegaraan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial.
d) Kegiatan Pembelajaran : pendidik melakukan
kegiatan apersepsi (konteks) pada kegiatan awal. Pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan dalam kelompok (pengalaman),
kemudian peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang
dipandu pertanyaan-pertanyaan dari pendidik (refleksi).
3) Pengamatan ; dilakukan untuk mengamati kegiatan pendidik,
peserta didik, kelompok, dan kelas.
4) Refleksi
Mencermati dan meninjau kembali penelitian yang telah
apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak, serta meninjau
apakah metode yang dipakai dapat meningkatkan competence,
conscience, dan compassion.
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan ; menyiapkan RPP, soal tes dan non tes, media,
dan lembar observasi.
2) Pelaksanaan
a) Tema : Rekreasi
b) Sub Tema : Rekreasi Keliling Kota
c) Mata pelajaran terkait : Pendidikan
Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
d) Kegiatan Pembelajaran : pendidik melakukan
kegaiatan apersepsi (konteks) pada kegiatan awal. Pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan dalam kelompok (pengalaman),
kemudian peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang
dipandu pertanyaan-pertanyaan dari pendidik (refleksi).
3) Pengamatan ; dilakukan untuk mengamati kegiatan pendidik,
4) Refleksi
Mencermati dan meninjau kembali penelitian yang telah
dilakukan apakah perlu untuk ditindak lanjuti atau tidak,
apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak, serta meninjau
apakah metode yang dipakai dapat meningkatkan competence,
conscience, dan compassion.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran. Masidjo
(2010:38) menyatakan, instrumen yang digunakan harus sesuai dengan apa
yang akan diukur, sehingga diperoleh skor dan nilai yang benar-benar
mewakili keadaan objek penelitian.
1. Pra Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk
mengamati kegiatan pendidik, peserta didik, dan kegiatan kelas.
2. Tahap Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah perangkat pembelajaran seperti
rencana kegiatan pembelajaran, soal tes dan non tes, media, dan lembar
pengamatan untuk mengamati kegiatan pendidik, peserta didik, kegiatan
skelompok, dan kegiatan kelas. Tes berupa isian singkat, digunakan untuk
pengukuran digunakan untuk mengukur conscience dan mengukur
compassion.
3. Validitas Instrumen
Sukardi (3003:122) menjabarkan bahwa validitas merupakan
derajat yang menunjukkan dimana suatu tes memang mengukur apa
yang hendak diukur. Secara umum, validitas dibedakan menjadi
validitas logik dan validitas empirik. Validitas logik pada dasarnya
diuji atas pertimbangan para ahli (para pakar) yang sering disebut
dengan expert judgment. Sedangkan validitas empirik merupakan
derajat yang diuji dengan menghubungkan sebuah tes dengan
penampilan tes lain dengan formulasi statistik.
Furchan (2007:293) menjelaskan bahwa validitas menunjuk sejauh
mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Furchan (2007:294) menyebutkan bahwa validitas suatu instrument
sangat bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaannya.
Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji
dengan expert judgment. Indikator yang diamati oleh peneliti
merupakan turunan dari pendapat para ahli dan masukan dari dosen
pembimbing serta didukung oleh sekolah yang menjadi tempat
Tabel 3.1
Indikator Tes/Non
Tes IPS Mendeskripsikan
lingkungan rumah bertanggung jawab dalam memelihara kebersihan di rumah
Non Tes
Bersikap peduli dalam menjaga kebersihan rumah
Non Tes
Menjelaskan perbedaan rumah sehat dan rumah tidak sehat
Bersikap peduli
dalam menjaga
kebersihan rumah
Non Tes
PKn Menerapkan kewajiban anak di rumahdan di tanggung jawab dengan bersedia melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat
Non Tes
Menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat
Menyebutkan yang berlaku di masyarakat
Non Tes
F. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Masidjo (2010:72) mengemukakan bahwa wawancara
merupakan suatu proses tanya jawab sepihak yang dilaksanakan
dengan maksud meperoleh jawaban dari yang diwawancarai. Menurut
Masidjo wawancara dibagi menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur,
tidak terstruktur dan kombinasi. Wawancara terstruktur merupakan
wawancara dengan pilihan jawaban yang disediakan, wawancara tidak
terstruktur merupakan wawancara yang membebaskan responden
menjawab dengan kata-kata sendiri, dan wawancara kombinasi adalah
wawancara yang menggabungkan keduanya.
Wawancara peneliti lakukan dengan wali kelas di luar kegiatan
wali kelas. Bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan fakta yang
ada di kelas I SD Kanisius Gayam.
2. Metode Observasi
Observasi: peneliti telah melakukan observasi awal untuk
melaksanakan penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara kepada
pendidik kelas. Dan instrumen yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini untuk mengukur competence, conscience, dan
compassion peserta didik.
3. Dokumentasi di Sekolah
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi yang
dapat berupa foto maupun video, serta daftar nilai peserta didik terkait
dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan pada semester I. Dokumen tersebut digunakan untuk
mempermudah peneliti dalam mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan.
G. Teknik Analisis Data 1. Deskriptif
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis data dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif. Dalam teknik analisis data
deskriptif, peneliti menceritakan dari hasil pengamatan yang telah
Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian, disimpulkan bahwa
rata-rata peserta didik kurang memperhatikan penjelasan pendidik. Peserta
didik cenderung berbicara dengan temannya, dan tidak fokus dalam
mengikuti kegiatan belajar, serta kurang bekerja sama dalam kelompok.
Setelah dilakukan penelitian pada siklus I maupun siklus II, dapat
disimpulkan bahwa peserta didik mempunyai hati nurani yang baik.
Peserta didik mengalami perubahan tingkah laku yang positif, mereka mau
memperhatikan penjelasan pendidik, dan mau bekerja sama dalam
kelompok dengan baik. Selain itu, nilai hasil evaluasi pada akhir siklus I
maupun siklus II meningkat.
2. Komparatif
Berdasarkan konsultasi dengan pendidik, diperoleh target pencapaian
hasil nilai sebagai berikut :
Table 3.2
Target Pencapaian Akhir Siklus
Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir Mata
49
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Deskripsi Sekolah
1. Gambaran Umum Sekolah
SD Kanisius Gayam terletak di Kimangunsarkoro No 80,
Gondokusuman, Yogyakarta. SD Kanisius Gayam merupakan sekolah
yang mempunyai letak yang sangat strategis, berada di tengah kota
sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan.
SD Kanisius Gayam mencoba menerapkan Paradigma Pedagogi
Reflektif karena sesuai dengan visi dan misi sekolah SD Kanisius
Gayam. Visi dari SD Kanisius Gayam adalah terwujudnya peserta
didik yang cerdas, berprestasi, mandiri, dan berbudi pekerti luhur.
Sedangkan misinya adalah:
a. Mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan untuk
mencerdaskan peserta didik sebagai generasi penerus.
b. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik agar berani
berjuang menghadapi tantangan jaman.
c. Mendampingi peserta didik agar berani menjadi pribadi yang peka
terhadap lingkungan sosial, sopan, dan dapat menghargai orang
50
Visi dan misi tersebut tersirat dalam nilai-nilai Pedagogi Ignasian
yang diwujudkan dengan mengembangkan Paradigma Pedagogi Reflektif
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peserta didik di SD
Kanisius Gayam dapat berkembang menjadi pribadi yang memiliki
nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Paradigma Pedagogi Reflektif diterapkan di
SD Kanisius Gayam, karena sesuai dengan misi sekolah yakni,
mendampingi peserta didik agar berani menjadi pribadi yang peka
terhadap lingkungan sosial, sopan, dan dapat menghargai orang lain.
2. Data Pendidik SD Kanisius Gayam
Data pendidik di SD Kanisius Gayam adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nama-nama Pendidik SD Kanisius Gayam Tahun Pelajaran 2010/2011
No Nama Pendidikan/Jurusan Mapel yang di
ampu
1 Christina Isminarti,
S.Pd.SD.
S1 PGSD Bahasa Jawa
Kepala Sekolah
2 F.X. Sihono, BA. Pendidikan Umum Guru Kelas
Wakil Kepala Sekolah
3 An. Iswindarti,
A.Ma.Pd.
51
5 Monica Chandra WHP,
S.Ag.
SPG SD/S1 Pend. Agama Katolik
Guru Kelas
6 Dwi Darmayai D2/SPG SD Guru Kelas
7 St. Sarjiman, S.Pd. S1 PKn Guru Kelas
8 E. Kristanti W, A.Md. D2 PGSD Guru Kelas
9 Fr. Nia Istik P, A.Md. D2 PGSD Guru Kelas
10 Matheus, S.Pd. S1 Bahasa Inggris Bahasa Inggris
11 Renaning Hati,
S.Pd.Jas.
S1 Pend. Jas Penjaskes
B. Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas I SD Kanisius Gayam Semester 2
Kurikulum yang digunakan di SD Kanisius Gayam yakni
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam penelitian ini, peneliti
menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik
dengan tema “Rekreasi” untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas I
semester 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kedua mata
pelajaran tersebut dalam semester 2 adalah:
52
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menerapkan hak anak di rumah
dan di sekolah
3.1 Menjelaskan hak anak untuk
bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya
3.2 Melaksanakan hak anak di
rumah dan di sekolah
4. Menerapkan kewajiban anak di
rumah dan di sekolah
4.1 Mengikuti tata tertib di rumah
dan di sekolah
4.2 Melaksanakan aturan yang
berlaku di masyarakat
2. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tabel 4.3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan lingkungan rumah 2.1 Menceritakan peristiwa penting
yang dialami sendiri di lingkungan keluarga
2.2 Mendeskripsikan letak rumah
2.3 Menjelaskan lingkungan rumah