• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam - USD Repository"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)

PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Maria Margareta Lega Primasari

NIM. 071134012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)

PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Maria Margareta Lega Primasari NIM. 071134012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa, Universitas Sanata

Dharma, Bapak FA Kastono, S.Pd dan Ibu FA Sri Dasih, S.Pd. SD serta teman-teman

yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas dorongan

(8)

vii MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka

kamu akan mendapatkan, ketoklah, maka pintu akan

dibukakan.

(Matius, 7:7)

“Segala perkara dapat kutanggung

di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku”

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma

Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Competence,

Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas II SD Kanisius Gayam dapat

selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung

dalam proses pembuatan skripsi ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Drs. T Sarkim. M.Ed, Ph.D, Dekan FKIP yang telah mensyahkan skripsi ini

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, Kaprodi PGSD.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum dan B Indah Nugraheni, S.Pd, S.I.P, M.Pd,

dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan sejak awal penulisan

hingga skripsi ini selesai.

4. Drs. J Sumedi, dosen penguji yang dengan teliti memberi masukan untuk

(10)

ix

5. Theresia Laksmi Widyarini, S.Pd, M.Hum yang telah membimbing untuk

penyelesaian abstrack.

6. Ch. Isminarti, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kanisius Gayam

7. Ant. Iswindarti, Ama.Pd, wali kelas II SD Kanisius Gayam.

8. FA Kastono, S.Pd dan FA Sri Dasih, S.Pd.SD, orang tua yang telah memberi

semangat, dukungan, doa, materi, dan menjadi tempat berkeluh kesah.

9. Teman-teman satu kelompok bimbingan skripsi, terimakasih atas diskusi-diskusi

kita yang panjang.

10. Teman-teman dekat penulis, Budbud, Albertha Vera, Margaret Mahisa dan Sri

Hartini Hadiah, serta kakak Dwi Nugraha Putra Susila dan Yulita Dwi Puspasari

yang telah membantu dan memberi inspirasi dalam proses penulisan hingga skripsi

selesai.

11. Semua teman PGSD angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaan yang indah

selama ini.

12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu perssatu, yang telah

memberikan dukungan, semangat, fasilitas, baik spiritual maupun materi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan

penelitian ini. Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

(11)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….……… i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

MOTTO ……….. vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACK ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Batasan Masalah ……… 4

C. Rumusan Masalah ………. 4

D. Batasan Pengertian ……… 5

E. Pemecahan Masalah ……….. 6

F. Tujuan ……… 6

G. Manfaat ………. 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Paradigma Pedagogi Reflektif ………. 9

1. Pengertian PPR ……… 9

2. Roh dalam PPR ……….. 11

(12)

xi

5. Keunggulan PPR ………. 18

B. Pembelajaran Tematik ……….. 20

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ……….. 20

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik ………. 21

3. Keuntungan Pembelajaran Tematik ……… 23

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik ……….. 26

D. Penelitian Tindakan Kelas ………. 29

1. Pengertian PTK ………. 29

2. Tujuan PTK ……… 32

E. Kurikulum Kelas II Semester 2 ……… 32

F. Karaktristik Peserta Didik Kelas II SD ……… 34

G. Kerangka Pikir ………. 37

H. Hipotesis Tindakan ………... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ……… 40

D. Rancangan Penelitian ……….. 40

E. Instrumen Penelitian ……… 44

F. Metode Pengumpulan Data ………. 49

G. Teknik Analisis Data ……… 51

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Deskripsi Sekolah ... 53

B. Kurikulum Matematika dan PKn Kelas II Semester Genap ... 55

C. Kondisi Kelas II SD Kanisius Gayam ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59

(13)

xii

A. Kesimpulan ... 113

B. Keterbatasan Penelitian ... 114

C. Saran ... 114

DAFTAR SUMBER ……….. 115

(14)

xiii

Halaman

1. Jadwal Penelitian ………. 39

2. Kisi-kisi Soal ……… 46

3. Target Pencapaian Rata-rata Nilai Tiap Akhir Siklus ………. 52

4. Daftar Pendidik SD Kanisius Gayam ……….. 55

5.

SK dan KD mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas II SD semester 2 ……… 56

6.

Daftar Peserta Didik Kelas II SD Kanisius Gayam ………. 57

7.

Jadwal Pelajaran Kelas II SD Kanisius Gayam ……… 58

8. Tabel 5.1 Hasil Wawancara dengan Pendidik ………. 60

9. Tabel 5.2 Hasil Observasi Pendidik Pra Penelitian ………. 62

10. Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Kondisi Awal Peserta Didik ……… 63

11. Tabel 5.4 Kondisi Awal Nilai Kognitif Matematika dan PKn……… 65

12. Tabel 5.5 Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I ………. 74

13. Tabel 5.6 Hasil Pengamatan terhadap Pendidik Siklus I ……….. 75

14. Tabel 5.7 Daftar Nilai Competence PKn dan Matematika Siklus I ……... 77

15. Tabel 5.8 Daftar Nilai Conscience Penilaian Non Tes Siklus I ………… 78

16. Tabel 5.9 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator Conscience Siklus I ……….. 80

17. Tabel 5.10 Daftar Nilai Compassion Penilaian Non Tes Siklus I ………. 80

18. Tabes 5.11 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator Compassion Siklus I ………..…….. 82

19. Tabel 5.12 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran PKn Siklus I ……….. 83

20. Tabel 5.13 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran Matematika Siklus I ……… 85

21. Tabel 5.14 Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II ………. 93

(15)

xiv

24. Tabel 5.17 Daftar Nilai Conscience Penilaian Non Tes Siklus II ……… 99 25. Tabel 5.18 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator

Conscience Siklus II ……….. 100

26. Tabel 5.19 Daftar Nilai Compassion Penilaian Non Tes Siklus II ..……. 100 27. Tabes 5.20 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator

Compassion Siklus II ………..…….. 102

28. Tabel 5.21 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran

PKn Siklus II……….. 103 29. Tabel 5.22 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran

Matematika Siklus II ……… 104 30. Tabel 5.23 Perkembangan Nilai Rata-rata Competence Kelas Mata

Pelajaran PKn dan Matematika pada Penilaian Tertulis ……….. 107 31. Tabel 5.24 Perkembangan Nilai Rata-rata pada Penilaian Non Tes ……. 108 32. Tabel 5.25 Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Peserta Didik Kondisi Awal,

Siklus I, dan Siklus II ……… 110

33. Tabel 5.26 Perbanndingan Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik

(16)

xv

Halaman

1. Lampiran 1 Catatan Anekdotal Pra penelitian ……….. 118

2. Lampiran 2 Catatan Anekdotal Siklus I ……… 119

3. Lampiran 3 Catatan Anekdotal Siklus II ……….. 120

4. Lampiran 4 Silabus Tema “Gejala Alam dan Peristiwa” ……….. 121

5. Lampiran 5 Jaring-jaring Tema “Gejala Alam dan Peristiwa” ………… 125

6. Lampiran 6 Kisi-kisi Matematika ……….. 127

7. Lampiran 7 Kisi-kisi PKn ……… 129

8. Lampiran 8 RPPH Siklus I ……… 131

9. Lampiran 9 Soal Evaluasi PKn Siklus I ……… 137

10. Lampiran 10 Soal Evaluasi Matematika Siklus I ………. 139

11. Lampiran 11 Evaluasi Non Tes Siklus I ……… 142

12. Lampiran 12 RPPH Siklus II ……… 143

13. Lampiran 13 Soal Evaluasi PKn Siklus II ………. 149

14. Lampiran 14 Soal Evaluasi Matematika Siklus II ……… 151

15. Lampiran 15 Evaluasi Non Tes Siklus II ……….. 153

(17)

xvi

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)

PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM

Maria Margareta Lega Primasari Universitas Sanata Dharma

2011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan competence,

conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam melalui

penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik mata pelajaran Matematika dan PKn.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah panduan pertanyaan wawancara, lembar observasi, catatan anekdotal, dan soal tes tertulis. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah (1) mendeskripsikan kondisi awal, (2) mendeskripsikan proses siklus I, (3) mendeskripsikan proses siklus II, (4) membandingkan competence, conscience,

dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam sebelum dan sesudah

penerapan PPR.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam. Pada akhir

(18)

xvii

THEMATIC LEARNING TO INCREASE

COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C)

OF THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM

Maria Margareta Lega Primasari Sanata Dharma University

2011

ABSTRACT

This research was aimed to find out the increase in competence,

conscience, and compassion of the second grade elementary school students of SD

Kanisius Gayam by the application of reflective pedagogy paradigm in thematic learning of Matematika and PKn courses.

This research applied a qualitative Classroom Action Research (CAR) design. Data collection was done by triangulation method which consisted of observation, interview, and documentation. The instruments used in this research were guided interview, observation, anecdotal notes, and written test. Procedures in analyzing the data were (1) describing the preliminary condition, (2) describing the process of cycle I, (3) describing the process of cycle II, (4) comparing the competence, conscience, and compassion of the second grade students of SD Kanisius Gayam before and after the application of reflective pedagogy paradigm.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang membantu peserta

didik untuk memahami pengetahuan yang disampaikan pendidik. Model

pembelajaran inovatif merupakan bentuk pembelajaran yang membantu

pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang

dialami peserta didik. Proses pembelajaran seperti itulah yang dapat

memberikan pelayanan mengarah pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). “Kemampuan menerapkan

pembelajaran PAIKEM tersebut diperlukan penguasaan model pembelajaran

yang memadai” (Sugiyanto,2010:2). Salah satu contoh pembelajaran inovatif

adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandaskan pada nilai-

nilai kristiani. Subagya (2010:42) menyatakan bahwa proses pembelajaran

dengan pendekatan PPR membawa peserta didik untuk menyelesaikan satu

siklus yang berkesinambungan, yaitu konteks  pengalaman  refleksi 

aksi  evaluasi. Setiap aspek selalu berkaitan dan tidak boleh

dipisah-pisahkan. Proses pembelajaran menggunakan PPR bertujuan untuk membentuk

pribadi peserta didik yang utuh, yang berprestasi dalam nilai kognitif

(competence), mempunyai hati nurani yang tajam (conscience), dan

(20)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses

Program Pengalaman Lapangan (PPL), prestasi belajar peserta didik kelas II

SD Kanisius Gayam yang berupa nilai kognitif (competence) pada mata

pelajaran Matematika dan PKn masih tergolong rendah. Hal itu dibuktikan

dengan nilai sebagian peserta didik kelas II pada ujian akhir sekolah masih

dibawah standar ketuntasan minimal mata pelajaran, yaitu 70. Selain itu,

berdasarkan wawancara dengan pendidik, mata pelajaran PKn termasuk mata

pelajaran yang sulit diajarkan. Hal itu disebabkan melalui mata pelajaran ini

pendidik merasa mempunyai tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai

moral pada peserta didik, namun di sisi lain pendidik mempunyai tanggung

jawab untuk menyelesaikan materi ajar. Kesulitan yang dialami pendidik untuk

menanamkan nilai-nilai moral tercermin pada rendahnya keisiplinan peserta

didik dan kurangnya kerja sama antar peserta didik pada saat proses

pembelajaran. Rendahnya kedisiplinan pada saat proses pembelajaran

dibuktikan dengan keinginan untuk maju ke depan yang tidak terkendali.

Mereka saling berebut untuk bisa maju ke depan. Selain itu, mereka tidak mau

membuang sampah yang bukan miliknya. Rendahnya kerja sama terbukti

dengan peserta didik tidak mau diminta untuk kerja sama, mereka memilih

mengerjakan tugas sendiri, atau memilih-milih teman dalam bekerjasama.

Sebagai calon pendidik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

diharapkan dapat meningkatkan nilai kognitif, disiplin, dan kerja sama pada

peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam. Penelitian yang dilakukan

(21)

(2006:107) PTK memungkinkan pendidik mengenali karakteristik kelas dan

untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi di kelas. PTK yang

dilakukan diterapkan pada proses pembelajaran berbasis PPR, karena sebagai

sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Kanisius, SD Kanisius Gayam

menerapkan proses pembelajaran bebasis PPR.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas II SD Kanisius Gayam

merupakan pembelajaran tematik. Oleh karena itu, PPR di kelas II SD Kanisius

Gayam diterapkan dalam proses pembelajaran tematik. Depdiknas dalam

Trianto (2009:79) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah model

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa

mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta

didik. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan tematik karena peserta

didik kelas II belum mampu berpikir secara terpisah, segala sesuatu masih

harus berhubungan satu sama lain. Depdiknas (2003:28) menyatakan bahwa

penggunaan pembelajaran tematik bertujuan agar pelaksanaan proses

pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh. Depdiknas (2003:26) juga

menyatakan bahwa peserta didik pada usia kelas I dan II pada umumnya masih

melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak

pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas

dengan Judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran

(22)

II SD Kanisius Gayam” melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) dan Matematika.

B.Batasan Masalah

Proses penelitian penerapan Paradima Pedagogi Reflektif tidak mungkin

dilakukan secara keseluruhan dari kelas I sampai kelas III dan pada seluruh

mata pelajaran, karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, penelitian dibatasi

pada proses pembelajaran tematik di kelas II pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan Matematika dalam tema “gejala alam dan peristiwa”.

C.RumusanMasalah

1. Apakah penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan

competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD

Kanisius Gayam?

2. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas II SD Kanisius

Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan

Matematika?

3. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas II SD Kanisius

Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan

Matematika?

4. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas II SD KAnisius

Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan

(23)

D.Batasan Pengertian

1. Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan

yang digunakan dalam proses pembelajaran yang membawa peserta didik

terjun langsung dalam pengalamannya, tidak sekedar menerima informasi

dari pendidik. Proses pembelajaran dengan pendekatan PPR merupakan

siklus konteks  pengalaman  refleksi  aksi  evaluasi. Paradigma

Pedagogi Reflektif dalam penelitian ini merupakan bentuk pembelajaran

yang digunakan di kelas II SD Kanisius Gayam.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan salah satu bentuk pembelajaran

terpadu yang mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu proses

pembelajaran berdasar suatu tema yang telah ditentukan. Pembelajaran

tematik dalam penelitian merupakan pembelajaran tematik mata pelajaran

PKn dan Matematika di kelas II SD kanisius Gayam.

3. Competence, Conscience, Compassion

Competence, conscience, dan compassion merupakan tujuan yang

akan dicapai dalam proses pembelajaran berbasis PPR. Competence

merupakan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut

juga dengan kemampuan kognitif. Conscience merupakan kemampuan

afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani.

Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret

(24)

compassion dalam penelitian ini merupakan tujuan yang akan dicapai

dalam proses pembelajaran di kelas II SD Kanisius Gayam.

4. Peserta Didik Kelas II SD

Peserta didik adalah anak-anak yang menerima pelajaran dari

pendidik. Peserta didik kelas II berarti anak yang menerima pelajaran dari

pendidik di tingkat II pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam penelitian

ini, peserta didik berarti anak yang melakukan proses pembelajaran

bersama pendidik di tingkat dua (2) Sekolah Dasar Kanisius Gayam.

E.Pemecahan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya competence, conscience, dan

compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam pada mata pelajaran

PKn dan matematika. Rendahnya competence, conscience, dan compassion

akan diatasi dengan melakukan proses pembelajaran tematik berbasis PPR..

F. Tujuan

1. Untuk meningkatkan competence peserta didik kelas II SD Kanisius

Gayam dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran

PKn dan Matematika.

2. Untuk meningkatkan conscience peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam

dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn

(25)

3. Untuk meningkatkan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius

Gayam dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran

PKn dan Matematika.

G. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dimanfaatkan untuk

menambah wawasan mengenai salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan competence, conscience, dan compassion.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Manfaat yang dapat diambil peneliti dari penelitian ini adalah

pengalaman melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya dalam

pembelajaran tematik berbasis PPR pada mata pelajaran PKn dan

Matematika.

b. Bagi Pendidik

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam penerapan Paradigma

Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn

dan Matematika.

c. Bagi Peserta Didik

Peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran yang dapat

(26)

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat meningkatkan banyaknya pendidik yang

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Paradigma Pedagogi Reflektif

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma dalam PPR merupakan pola pikir untuk berubah

menjadi individu yang tumbuh dan berkembang dengan menjunjung tinggi

nilai kemanusiaan. Pedagogi merupakan cara mendampingi untuk tumbuh

berkembang secara utuh sesuai dengan kepribadian. Dalam hal ini, Tim

Ignatius (dalam modul seminar PPR) menekankan bahwa pedagogi

memiliki arti bukan sekedar cara atau metode, namun memiliki visi dan

misi menuju pembentukan peserta didik yang ideal. Reflektif berarti

menengok ke belakang. Dalam PPR, reflektif mengajak peserta didik

untuk melihat kembali tindakan yang telah dilakukan untuk menata

rencana tindakan, dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku.

“Padagogi merupakan seni dan ilmu mengajar” (Subagya,

2010:22). Dalam PPR, pedagogi bukan sekedar metode, namun meliputi

visi sebagai individu yang terpelajar. PPR merupakan pendekatan untuk

meningkatkan cara pendidik mendidik dan peserta didik belajar, tumbuh

dan berkembang.

(28)

Menurut pandangan gereja (Nota Pastoral tentang Pendidikan),

PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang tidak sekedar mentransfer

pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, tetapi merupakan proses

interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi tersebut

memungkinkan terjadinya penanaman nilai-nilai kemanusiaan kepada

peserta didik.

Melalui refleksi yang dilakukan dalam PPR, peserta didik diajak

untuk menyadari dampak positif terhadap masyarakat yang timbul dari

proses pembelajaran, mengasah hati nurani dan meningkatkan kepedulian

sosial (Suparno, 2001:43). PPR merupakan suatu model pembelajaran

yang mengajak peserta didik untuk berefleksi agar dapat menemukan

nilai-nilai kehidupan dalam suatu proses pembelajaran, sehingga bisa

merencanakan tindakan yang berguna untuk menjadi lebih baik. Tindakan

yang kemudian dilakukan, bukan karena kepatuhan dan tradisi, namun

lebih pada karena kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan. Tentu saja

tindakan yang dilakukan tidak bisa meninggalkan aspek kognitif sebagai

tuntutan utama hasil belajar di jenjang sekolah.

Selain memberikan refleksi untuk melihat kembali hal-hal yang

sudah dilakukan, ciri khas PPR adalah bertujuan untuk meningkatkan tiga

aspek competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan

kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan

kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah

(29)

mendapatkan nilai yang tinggi. Conscience merupakan kemampuan afektif

yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani.

Ketajaman hati nurani dapat berupa kesadaran diri untuk bertindak sesuai

dengan tauran yang berlaku, missal berbuat disiplin, teliti, atau jujur.

Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret

maupun batin disertai bela rasa bagi sesama. Tindakan yang berupa bela

rasa bagi sesama memuat rasa kepedulian, yang membuat peservta didik

menyadari bahwa hubungan dengan sesama merupakan suatu hal yang

penting. Oleh karena itu, aspek ini dapat diwujudkan dalam proses

kerjasama antar peserta didik. Competence, conscience, dan compassion

dalam penelitian ini merupakan tujuan yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran di kelas II SD Kanisius Gayam.

2. Roh Dalam Paradigma Pedagogi Reflektif

Poerwadarminta (1984:830) mengartikan roh adalah sesuatu yang

hidup. Roh dalam PPR merupakan semangat yang menghidupkan PPR.

Roh berfungsi untuk memberi kekuatan dan arah dalam mencapai tujuan,

serta memberi dorongan batin untuk bertindak.

Roh yang hidup dalam PPR adalah semangat magis. Magis berasal

dari bahasa Latin yang berarti lebih (Tim Ignatius dalam modul seminar

PPR). “Semangat magis mengandung dua unsur yang harus ada dan tidak

bisa dipisahkan satu sama lain, yakni peningkatan diri dan cinta kepada

(30)

Dalam pandangan Ignasian, semangat magis tidak mengarah pada

kuantitas, tetapi pada kualitas. Kualitas yang diinginkan lebih pada

kualitas hubungan personal dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta kepada

Tuhan dapat diwujudkan dengan meningkatkan segala aspek kehidupan

secara optimal.

Triyono (dalam majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3 : 44)

mengatakan, “butir refleksi semangat magis adalah: menghidupkan rasa

syukur atas bakat yang dimiliki, mengembangkan bakat seoptimal

mungkin, mempersembahkan diri demi besarnya kemuliaan Tuhan”. Bakat

yang dimiliki seseorang merupakan anugerah dari Tuhan, oleh karena itu

harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik. Wujud syukur atas bakat

dilakukan dengan mengembangkannya secara optimal yang didasari oleh

hasrat untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, demi kemuliaan Tuhan.

3. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

a. Bagi Peserta Didik

Subagya (2010:24) menyatakan bahwa pada dasarnya PPR

menuntut pembentukan pribadi manusia secara utuh melalui proses

yang unggul, sehingga bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek

kehidupan dapat berkembang optimal. Aspek kehidupan yang dapat

dikembangkan melalui proses pembelajaran adalah prestasi belajar yang

berupa competence (kognitif) yaitu kemampuan penguasaan kompetensi

(31)

mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani, dan compassion yaitu

aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai

bela rasa bagi sesama.

Pengetahuan kognitif yang baik, diimbangi dengan hati nurani

yang tajam, dan kepekaan sosial yang tinggi dapat menjadikan peserta

didik memiliki pengetahuan dan sikap batin untuk menyadari hubungan

antara ilmu pengetahuan dengan sesama dan lingkungannya. Dengan

demikian, peserta didik akan memiliki motivasi untuk bertindak

berdasar ilmu dan pengetahuannya, yang diwujudkan dalam aksi yang

bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Tim Ignatius

(dalam modul seminar PPR) mengemukakan bahwa PPR membantu

peserta didik untuk menjadi manusia yang utuh, berprestasi, mau

berkembang, mempunyai hati nurani yang tajam, berjiwa sosial, dan

religius. PPR juga membentuk peserta didik yang berkomitmen

menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain dan

membentuk pemimpin yang melayani seperti sikap Yesus Kristus.

b. Bagi Pendidik

Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) mengemukakan

bahwa PPR membantu pendidik untuk mengenal karakter

masing-masing peserta didiknya, sehingga dapat menentukan teknik-teknik

yang tepat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan menyajikan

(32)

karakter masing-masing peserta didiknya akan dapat mendampingi

peserta didiknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain

membantu peserta didiknya menjadi manusia yang utuh, PPR dapat

membantu pendidik untuk mengembangkan daya reflektif, agar dapat

menjdi pendidik yang berkualitas dan berkembang.

4. Dinamika Dalam Paradigma Pedagogi Reflektif

P3MP dan LPM USD (2009:8) merumuskan siklus PPR yang

menekankan langkah-langkah berurutan, sebagai berikut:

Subagya (2010:42) mengemukakan dinamika pelaksanaan PPR

meliputi lima langkah yang berkesinambungan dimulai dari konteks 

pengalaman  refleksi  aksi  evaluasi. Hasil evaluasi dijadikan titik

tolak untuk melanjutkan proses pembelajaran yang berikutnya.

a. Konteks

Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyebutkan bahwa

konteks merupakan segala kemungkinan yang dapat membantu atau

menghalangi proses pembelajaran. Konteks merupakan keadaan awal

(33)

Konteks meliputi keadaan keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan

(sekolah), keadaan sosial, ekonomi, budaya, pengetahuan awal, dan

peristiwa nyata yang dialami yang terangkum dalam kehidupan pribadi

peserta didik. Konteks berpengaruh terhadap sikap, tanggapan,

penilaian, dan pilihan peserta didik.

Subagya (2010:43) menyatakan bahwa kehidupan pribadi

peserta didik sehari-hari dijadikan sebagai titik tolak proses

pembelajaran yang akan dilakukan. Oleh karena itu, konteks dalam PPR

dimulai dari pengalaman hidup peserta didik. Memulai proses

pembelajaran dengan pengalaman nyata menunjukkan adanya perhatian

dan kepedulian terhadap peserta didik.

b. Pengalaman

Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyebutkan

pengalaman dalam PPR memuat pemahaman competence, conscience,

dan compassion yang diperoleh secara seimbang. Subagya (2010:51)

membedakan pengalaman menjadi dua, yaitu:

(1) Pengalaman langsung

Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang benar-benar

dialami oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran pengalaman

langsung berupa diskusi, olahraga, penelitian di laboratorium,

kegiatan alam, dan proyek pelayanan. Keadaan tersebut membuat

(34)

(2) Pengalaman tidak langsung

Pengalaman tidak langsung dalam proses pembelajaran berarti

proses yang menuntut peserta didik untuk berimajinasi untuk bisa

mengerti dan menyelami materi pembelajaran. Pengalaman tidak

langsung berupa kegiatan melihat, membaca atau mendengarkan.

Dalam PPR, pendidik berperan sebagai fasilitator untuk

memberikan pengalaman pada peserta didik. Pengalaman yang

diberikan melibatkan seluruh pikiran, hati, perasaan, dan pribadi peserta

didik. Pengalaman memungkinkan peserta didik dapat menemukan

hal-hal baru yang sesuai maupun yang bertentangan dengan pengetahuan

awal mereka. Subagya (2010:51) menyatakan, dengan pengalaman,

peserta didik dapat terdorong untuk mencari pemahaman lebih lanjut

dengan menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi sehingga

membentuk peserta didik yang berpengetahuan secara utuh.

c. Refleksi

Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) mengartikan refleksi

sebagai kegiatan meninjau kembali pengalaman, topik tertentu,

gagasan, reaksi spontan, maupun yang direncanakan dari berbagai sudut

pandang secara rasional. Subagya (2010:54) menyatakan bahwa refleksi

berarti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan belajar,

pengalaman, ide, usul, atau reaksi spontan agar mendapat makna secara

mendalam. Dengan refleksi, peserta didik dapat melewati tahap

(35)

kehidupan nyata. Subagya (2010:57) menyatakan bahwa refleksi untuk

peserta didik dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan dari pendidik,

sehingga pendidik harus mampu merumuskan pertanyaan refleksi yang

dapat menggugah batin peserta didik.

d. Aksi

Aksi dalam PPR merupakan komitmen pada kebaikan yang akan

diwujudkan berdasar hasil refleksi. Subagya (2010:61) menyatakan

bahwa aksi merupakan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan

pengalaman yang telah direfleksikan. Aksi meliputi dua hal, yaitu:

(1) Pilihan batin

Pilihan ini didasari oleh keyakinan bahwa keputusan yang diambil

adalah benar dan dapat membawa pada pribadi yang lebih baik.

Aksi dalam pilihan batin berupa kemauan, perasaan, dan niat-niat

yang telah dimatangkan dalam pikiran.

(2) Pilihan lahir

Setelah niat-niat yang dirumuskan diolah dalam pikiran, peserta

didik akan terdorong untuk berbuat secara konsisten sesuai dengan

prioritas yang telah dibuatnya. Jika menemukan makna yang

positif, maka perbuatan akan menjadi kebiasaan yang

menguntungkan. “Misalnya sekarang ia insaf akan sebab-sebab

hasil belajarnya yang buruk, ia akan mengubah cara belajar untuk

(36)

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meninjau

kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dalam bentuk

penilaian.Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyatakan bahwa

fokus penilaian tidak hanya pada akademiknya, tetapi juga

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara

menyeluruh sebagai makhluk pribadi maupun sosial. Oleh karena itu,

penilaian dalam PPR tidak hanya berupa soal, tetapi juga meliputi skala

pengukuran untuk mengukur kepekaan hati nurani dan jiwa sosial

peserta didik.

Subagya (2010:63) menyatakan bahwa evaluasi akan menjadi

efektif dan dapat menilai seberapa jauh perkembangan peserta didik

jika dilakukan secara berkala. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan pada

setiap akhir proses pembelajaran.

5. Keunggulan Paradigma Pedagogi Reflektif

Subagya (2010:67) menyatakan bahwa PPR secara konsisten

menekankan penting dan tak terpisahkannya hubungan pendidik, peserta

didik, dan materi ajar dalam lingkungan yang nyata. Subagya (2010:39)

juga menyatakan bahwa PPR merupakan sebuah perangkat efektif untuk

meningkatkan cara pendidik mendidik dan peserta didik belajar. Pola

pengalaman, refleksi, dan aksi merupakan suatu rancangan untuk

(37)

berbelas kasih. Dengan refleksi, pendidik dan peserta didik dapat

merancang tindakan yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi diri sendiri

dan orang lain.

Subagya (2010:68) meyajikan hal-hal yang berhubungan dengan

PPR, yang merupakan kelebihan PPR, yaitu:

a. PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. PPR tidak menuntut

tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan

oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara mengajar.

b. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar. Jika PPR dilakukan

secara konsisten, maka dapat membantu peserta didik menemukan

hubungan dalam seluruh perjalanan proses pembelajaran.

c. PPR menjamin pendidik menjadi pendidik yang lebih baik. PPR

memungkinkan pendidik untuk memperkaya materi dan susunan proses

pembelajaran, sehingga dapat mendorong inisiatif peserta didik. PPR

juga membantu pendidik untuk memotivasi peserta didik dengan

menghubungkan materi ajar dengan pengalaman sehari-hari mereka.

d. PPR dapat mendorong peserta didik untuk merefleksikan makna materi

yang mereka pelajari. Dengan refleksi, peserta didik akan lebih dapat

mendalami pembelajaran, sehingga dapat menemukan maknanya. Oleh

karena itu proses pembelajaran dapat membuat pengalaman bersifat

pribadi.

e. PPR menekankan matra sosial belajar maupun mengajar. Proses

(38)

pengalaman serta dialog reflektif antar peserta didik. Mendorong untuk

terus bergerak ke arah perkembangan yang berdampak positif bagi

orang lain.

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

Pendidikan Nasional (dalam modul Pembelajaran Tematik, 2006:5),

“pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik”.

Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang menggunakan

tema atau pokok pikiran yang dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran

dalam satu hari.

Depdiknas dalam Trianto (2009:79) mengemukakan bahwa

pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran

tematik akan menjadikan proses pembelajaran lebih menarik jika dikemas

dengan mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata peserta didik.

“Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran

yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

(39)

pembelajaran tematik, pendidik dapat menyampaikan berbagai materi dari

berbagai mata pelajaran tanpa harus memalingkan konsentrasi peserta

didik dalam situasi yang berbeda. Depdiknas (2003:26) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan

kebutuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga peserta didik akan

merasa bahwa pelajaran di sekolah merupakan bagian dari kehidupannya

sehari-hari.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik

Depdiknas (2003:26) menyebutkan enam ciri pembelajaran

tematik, yaitu:

a. Berpusat pada anak

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

pembelajaran

e. Bersifat fleksibel

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak

Depdiknas dalam Trianto (2009:90) mengemukakan ciri khas

pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat

(40)

b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik bertolak dari kebutuhan peserta didik

c. Kegiatan akan lebih bermakna dan berkesan sehingga hasil belajar akan

bertahan lama

d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir

e. Menyajikan kegiatan yang pragmatis

f. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, kerjasama,

toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Trianto (2009:91) mengemukakan pembelajaran tematik memiliki

karakteristik berpusat pada peserta didik, memberi pengalaman langsung,

pemisahan mata pelajaran tidak jelas, menyajikan berbagai konsep dari

mata pelajaran, fleksibel, hasil sesuai minat peserta didik, dan disajikan

dalam prinsip belajar sambil bermain.Trianto (2010:41) mengemukakan

bahwa pembelajaran tematik digunakan dalam pembelajaran terpadu

model webbed. Pembelajaran ini dimulai dengan menentukan suatu tema.

Tema tersebut kemudian dikembangkan dengan menghubungkan dengan

mata pelajaran yang akan diajarkan pada satu hari. Secara sederhana,

(41)

3. Keuntungan Pembelajaran Tematik

Depdiknas (2003:27) menyebutkan keunggulan pembelajaran tematik

sebagai berikut:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak

b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik

c. Hasil belajar akan bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna

d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi, dan

e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain

Depdiknas (2003:27) menyebutkan peran positif pembelajaran

(42)

a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik

tertentu

b. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan

mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak

e. Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas

f. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bias berkomunikasi dalam

situasi yang nyata, missal bertanya, bercerita, menulis deskripsi,

menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan

berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan

secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dlam 2 atau 3

kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan

remedial, pemantapan, atau pengayaan

Panduan KTSP (Trianto, 2010:83) menyebutkan, pembelajaran

tematik yang merupakan bagian pembelajaran terpadu memiliki beberapa

keuntungan, yaitu :

(43)

b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antara isi mata pelajaran dalam tema yang

sama.

c. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman peserta didik.

e. Manfaat dan makna belajar lebih dirasakan karena materi disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

f. Peserta didik lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam

situasi yang nyata, unutk mengembangkan suatu kemampuan dalam

suatu mata pelajaran sekaligus mata pelajaran lain.

g. Pendidik dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran disajikan

sekaligus.

Selain itu, manfaat yang dapat diambil dari penggunaan

pembelajaran tematik menurut Trianto (2009:87) adalah:

a. Tumpang tindih dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan, karena

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mirip menjadi satu

kesatuan tema

b. Peserta didik mampu melihat hubungan yang bermakna karena materi

pembelajaran lebih ditekankan pada sarana bukan menjadi tujuan akhir

c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah

(44)

Pembelajaran tematik memberikan keuntungan waktu bagi proses

pembelajaran, karena materi yang sama dalam mata pelajaran yang

berbeda tidak akan diulang. Sehingga waktu yang ada dapat digunakan

untuk memberikan pengayaan materi. (Harsanto, 2007:150).

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik

PPR tidak menuntut perubahan format Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah ditentukan sebelumnya. PPR hanya

menambahkan nilai kemanusiaan, refleksi, aksi, dan kecakapan hidup. Selain

itu, rumusan indikator dan tujuan pembelajaran dalam RPP PPR dibagi

menjadi tiga point, yaitu competence, conscience, dan compassion.

Format RPP PPR adalah sebagai berikut:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian

Satuan Pendidikan :

Kelas :

Semester :

Hari, tanggal :

Mata Pelajaran Terkait :

Tema :

Alokasi Waktu :

I. Standar Kompetensi

II. Kompetensi Dasar

(45)

III. Indikator

A.Competence

Indikator ini mengharapkan hasil pembelajaran berupa nilai yang

berwujud angka. Biasanya diukur dengan tes tertulis.

B.Conscience

Indikator ini merupakan hasil pembelajaran yang berupa afektif

dengan menekankan pada ketajaman hati nurani.

C.Compassion

Indikator ini merupakan hasil pembelajaran yang berua psikomotor

dengan menekankan pada kepekaan sosial.

IV. Tujuan Pembelajaran

Rumusan tujuan pembelajaran merupakan rumusan hasil yang

diharapkan dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang akan

dilakukan.

V. Materi Pokok

Materi pokok memuat bahan ajar yang akan diajarkan dalam satu hari.

VI. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran memuat metode yang akan digunakan untuk

menyampaikan bahan ajar.

VII. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan memuat nilai yang akan dicapai setelah mempelajari

(46)

VIII. Langkah Pembelajaran

A.Kegiatan Awal

Kegiatan awal memuat apersepsi yang bertujuan mengantar peserta

didik pada kegiatan inti. Disinilah konteks dimunculkan.

B.Kegiatan Inti

Kegiatan inti memberikan pengalaman kepada peserta didik dengan

proses pembelajaran yang menghubungkan materi ajar dengan

kenyataan yang dialami peserta didik. Pada kegiatan ini,

disampaikan materi dari berbagai mata pelajaran tanpa adanya

perpindahan yang mencolok.

C.Kegiatan Akhir

Pada kegiatan penutup, peserta didik mengerjakan soal evaluasi dan

berefleksi secara umum mengenai perasaan selama proses

pembelajaran, yang kemudian ditindak lanjuti dengan PR atau tugas

yang lain untuk mengembangkan pengetahuan.

IX. Refleksi

Refleksi mengarah pada perasaan secara khusus terhadap materi yang

dipelajari selama kegiatan inti. Refleksi untuk kelas rendah dilakukan

secara lisan dengan pertanyaan untuk menuntun peserta didik.

X. Aksi

Aksi merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi. Aksi dapat berupa niat

(47)

XI. Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup merupakan kecakapan untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan nyata, baik dengan diri sendiri, lingkungan, ataupun

dengan orang lain.

XII. Penilaian

Penialaian memuat instrumen penilaian yang akan digunakan untuk

mengukur kemampuan peserta didik setelah mengalami proses

pembelajaran.

XIII. Alat dan Sumber

Alat merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan materi

ajar. Sumber merupakan buku acuan atau hal lain yang menjadi sumber

belajar bagi peserta didik dan sumber materi bagi pendidik.

Pembelajaran tematik merupakan satu proses pembelajaran, sehingga

dalam satu hari hanya ada satu RPP. Oleh karena itu, konteks hanya disajikan

pada awal pelajaran, evaluasi dan refleksi pada akhir pelajaran.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

“Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitien terpakai (applied

research), artinya penelitian yang dilakukan guru, dapat memberi nilai

tambah dan masukan untuk perbaikan” (Isjoni, 2006:106). Penelitian

tindakan kelas dalam hal ini dilakukan dengan menerapkan model

(48)

dan compassion secara optimal. Penelitian tindakan kelas dilakukan karena

adanya masalah di dalam kelas yang penting untuk diselesaikan demi

tercapainya tujuan pembelajaran. “Melalui penelitian tindakan kelas, kita

mengetahui kelemahan dan kekurangan berbagai dimensi pendidikan dan

pembelajaran” (Isjoni, 2006:107). Penelitian tindakan kelas

memungkinkan pendidik menganalisis kelemahan proses pembelajaran

yang telah dilakukan, sehingga mampu merancang proses pembelajaran

yang lebih baik untuk kondisi kelasnya. “Melalui hasil penelitian tindakan

kelas, guru dapat menemukan solusi dan alternatif atas kekurangan”

(Isjoni, 2006:107).

“Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh

guru kepada peserta didik agar melakukan sesuatu yang berbeda dari

biasanya” (Arikunto dalam Mulyana, 2010:124). Penelitian tindakan kelas

memberikan pengalaman yang berbeda pada peserta didik, sehingga

peserta didik akan termotivasi untuk lebih ingin mendalami materi ajar.

“Penelitian tindakan kelas pada umumnya sangat cocok untuk

meningkatkan kualitas subjek yang diteliti” (Isjoni, 2006:105). Subjek

penelitian ini adalah seluruh peserta didik dalam satu kelas, sehingga

motivasi dapat muncul pada diri setiap peserta didik. Maka dari itu,

kualitas hasil proses pembelajaran dapat meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian dengan

langkah spiral. Satu putaran spiral disebut satu siklus. Langkah spiral

(49)

yang lebih baik. Pengulangan dilakukan sampai pada siklus ke-n, sesuai

dengan yang sudah ditentukan pada tahap perencanaan. Siklus PTK adalah

sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, PTK dilakukan dalam dua siklus. Rencana

tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah mengkaji data dari pra

penelitian, kemudian merancang proses pembelajaran yang

memungkinkan peningkatan competence, conscience, dan compassion.

Setelah rancangan pembelajaran beserta alat yang dibutuhkan sudah siap,

maka peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan.

Untuk melihat keberhasilan siklus I, pada akhir pembelajaran dilakukan

evaluasi berupa tes tertulis dan non tes. Rangkaian tindakan yang telah

dilakukan pada proses pembelajaran siklus I kemudian direfleksi untuk

menentukan rancangan pembelajaran siklus II. Pada akhir siklus II, setelah

dilakukan refleksi, kemudian diambil kesimpulan untuk membuktikan

(50)

2. Tujuan Penelitian Tindakan kelas

Pada dasarnya tujuan utama PTK adalah perbaikan, yaitu

memperbaiki keadaan kelas yang bermasalah. PTK dilakukan untuk

memecahkan masalah yang ditemui di dalam kelas, demi tercapainya

tujuan pembelajaran. Tujuan PTK menurut Kartika Budi (dalam buku

kerja mahasiswa, 2008:12) dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan/atau memperbaiki proses pembelajaran di sekolah

b. Meningkatkan relevansi pendidikan. PTK bertujuan untuk

menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

c. Setelah memperbaiki proses pembelajaran dan menyesuaikannya

dengan karakteristik peserta didik, maka tujuan selanjutnya adalah

meningkatnya mutu pendidikan di kelas.

d. Disamping meningkatkan mutu pendidikan, PTK bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang ada di

dalamnya.

E. Kurikulum Kelas II SD Semester 2 Mata Pelajaran PKn dan

Matematika

Kurikulum merupakan seperangkat bahan yang akan diajarkan, atau

yang telah direncanakan sedemikian rupa demi tercapainya tujuan

pendidikan. “Di sekolah, guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara

(51)

(Chamisijatin, 2009:10). Dengan demikian, kurikulum merupakan pedoman

pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Kurikulum memuat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD). SK dan KD untuk Sekolah Dasar dibuat berdasar Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomo 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, nomor 23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah, serta nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan

Mendiknas nomor 22 dan 23.

SK dan KD mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

Matematika kelas II SD semester 2 adalah sebagai berikut:

Matematika

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka

3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan

dua angka

3.3 Melakukan operasi hitung campuran

Geometri dan Pengukuran 4. Mengenal unsur-unsur bangun

datar sederhana

4.1 Mengelompokkan bangun datar 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar 4.3 Mengenal sudut-sudut bangun

datar

Pendidikan Kewarganegaraan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Menampilkan sikap demokratis

3.1. Mengenal kegiatan bermusyawarah 3.2. Menghargai suara terbanyak

(52)

4. Menampilkan nilai-nilai pancasila

4.1. Mengenal nilai kejujuran,

kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. 4.2. Melaksanakan perilaku jujur,

disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari.

Proses pembelajaran untuk penelitian dilaksanakan dengan tema gejala

alam dan peristiwa. SK dan KD yang termasuk dalam tema gejala alam dan

peristiwa adalah SK 4, KD 4.1 untuk Pendidikan Kewarganegaraan, dan SK

4, KD 4.1 dan 4.2 untuk Matematika. Oleh karena itu, perangkat

pembelajaran yang dibuat dalam penelitian ini hanya mencakup SK dan KD

tersebut.

F. Karakteristik Peserta Didik Kelas II Sekolah Dasar

Poerwadarminta (1984:932) mengartikan peserta sebagai orang yang

ikut serta. Peserta didik berarti orang yang ikut serta dalam proses

pendidikan, atau orang yang dididik. Peserta didik dalam hal ini adalah

anak-anak yang menerima pelajaran dari pendidik. Peserta didik kelas II berarti

anak yang menerima pelajaran dari pendidik di tingkat II pada jenjang

Sekolah Dasar (SD).

Menurut Erik Erikson (Santrock, 1995:42), perkembangan manusia

dibagi dalam delapan tahap, yaitu:

1. Trust Vs Mistrust (0 – 18 bulan)

2. Outonomy Vs Shame and Doubt (18 bulan – 3 tahun)

(53)

4. Industry Vs Inferiority (6 – 10 tahun atau sampai masa pubertas)

5. Identity Vs Indentity Confusion (10 – 20 tahun atau masa remaja)

6. Intimacy Vs Isolation (20 – 30 tahun)

7. Generativity vs Stagnation (40 – 50 tahun)

8. Integrity vs depair (masa dewasa akhir atau sekitar 60an tahun)

Dalam penelitian ini, usia peserta didik yang menjadi subjek penelitian

termasuk dalam tahap Industry Vs Inferiority (6 – 10 tahun atau sampai masa

pubertas). Pada tahap Industry Vs Inferiority anak mulai mengembangkan

perasaan bangga terhadap keberhasilan mereka yang diraih sendiri.

Permasalahan yang biasanya timbul pada tahap ini adalah munculnya rasa

rendah diri dan tidak pandai. Perasaan bangga pada hasil yang dicapainya

dapat menjadi motivasi untuk berkembang, misalnya dengan belajar untuk

mendapat nilai yang tinggi. Namun, perasaan rendah diri dapat menjadikan

peserta didik tidak percaya diri ketika harus bekerjasama dengan teman lain.

Piaget (Santrock, 1995:46) membagi perkembangan anak menjadi

empat bagian, yaitu:

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

3. Periode operasional konkret (usia 7–11 tahun)

4. Periode operasional formal (usia 11 – 15 tahun)

Menurut pembagian di atas, maka peserta didik kelas II termasuk dalam

tahap operasional konkret. Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari tahapan

(54)

jika menghadapi keadaan secara konkret, misalnya, jika anak dihadapkan

pada beberapa benda, anak bisa mengurutkan benda dari yang terbesar sampai

yang terkecil. Dengan logikanya, anak mampu memahami bahwa ada

hubungan antara penjumlahan dan pengurangan, misalnya 4 + 5 = 9, maka

jika 9 – 5 =4. Dengan menggunakan logika, peserta didik hendaknya juga

bisa mengelompokkan bangun datar menurut namanya atau jumlah sisinya.

Jika peserta didik mampu menggunakan logikanya secara optimal, maka nilai

akhir yang diraih dalam mata pelajaran akan tinggi. Gunarsa (1981: 157)

mengemukakan bahwa pada tahap ini kemampuan berpikir anak dibatasi pada

egosentrisme. Egosentrisme yang dimaksud adalah memandang segala

sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Egosentrisme yang tidak terkendali

akan membawa peserta didik pada sikap mementingkan diri sendiri. Jika

peserta didik mementingkan diri sendiri, kedisiplinan akan sulit tertanam

dalam dirinya. Misalnya dalam antrian, anak ingin berada di barisan depan

tanpa memperdulikan temannya. Jika semua anak melakukan seperti itu,

maka akan terjadi keributan.

Kohlberg (Gunarsa, 1981:201) membagi perkembangan moral menjadi

tiga tingkat yang masing-masing mencakup dua tahapan, sebagai berikut:

1. Tingkat Penalaran Prakonvensional

a.Tahap 1, dimana anak masih mendasarkan tindakannya pada kepatuhan

aturan. Mereka melakukan tindakan agar tidak mendapat hukuman.

b.Tahap 2, dimana anak memandang kebenaran berdasar imbalan dan

(55)

2. Tingkat Penalaran Konvensional

a.Tahap 3, dimana anak senang menunjukkan perbuatan baik dihadapan

orang lain agar dilihat. Hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dan

diakui bahwa dia adalah seorang yang baik.

b.Tahap 4, dimana seseorang dapat menerima norma-norma dan aturan

yang berlaku di sekitarnya.

3. Tingkat Penalaran Pascakonvensional

a.Tahap 5, dimana seseorang merasa memiliki hak yang wajib dihormati

oleh orang lain, sehingga sesorang akan menghormati orang lain untuk

bisa dihormati.

b.Tahap 6, dimana seseorang mematuhi sungguh suara hatinya.

Berdasarkan uraian teori Kohlberg, pada umumnya peserta didik kelas

II termasuk dalam tingkat prakonvensional tahap 2. Peserta didik masih

melakukan sesuatu karena mencari kepuasan diri. Hal itu sesuai dengan teori

yang mengemukakan bahwa peserta didik pada usia kelas II memiliki sifat

egois yang cukup tinggi.

G. Kerangka Pikir

Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menuntut peserta

didik untuk dapat menyelami proses pembelajaran secara sadar, sehingga

mendapatkan pengalaman yang menjadikannya berkembang. Pengalaman

yang didapatkan direfleksikan untuk dapat menentukan tindak lanjut, baik

(56)

yang telah dilakukan. Rumusan dan tindak lanjut spontan dapat dievaluasi,

sehingga bisa merumuskan tindakan yang lebih baik dan lebih konkret untuk

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan menggunakan PPR dapat membantu peserta

didik menyadari kesalahannya dalam menerima penjelasan dan cara belajar

Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan, serta membantu pendidik

untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PPR dapat

membuat peserta didik berusaha lebih giat untuk dapat menerima pelajaran

Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan lebih baik. PPR juga dapat

membuat pendidik berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran di

kelas. Dengan demikian, interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran

dapat menjadi lebih baik, sehingga competence, conscience, dan compassion

dapat menjadi lebih tinggi dan lebih baik.

H. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran

tematik akan meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat

kualitatif. Sugiyono (2009:14) menyatakan penelitian kualitatif digunakan

untuk meneliti pada objek yang alamiah. Analisis data bersifat kualitatif, dan

hasil penelitian menekankan pada makna daripada generalisasi, sehingga hasil

penelitian hanya berlaku untuk saat itu saja. Oleh karena itu, penelitian ini

hanya berlaku untuk peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam semester 2

tahun pelajaran 2010/2011.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SD Kanisius Gayam.

2. Waktu Penelitian

Februari minggu terakhir dan Maret minggu pertama tahun 2011.

Berikut adalah jadwal penelitian yang dibuat oleh peneliti:

No Uraian Kegiatan

Waktu (minggu ke-)

Jan Feb Mar Apr

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Proses ijin ke Sekolah

(58)

3 Persiapan perangkat pembelajaran

4 Pelaksanaan Siklus I 5 Pelaksanaan Siklus II 6 Pengolahan data hasil

penelitian

7 Penyelesaian kelengkapan penelitian

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam.

2. Objek Penelitian

Peningkatan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik

kelas II semester 2 SD Kanisius Gayam tahun pelajaran 2010/2011.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian terdiri dari

dua siklus sebagai berikut :

1.Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian, yang pertama dilakukan peneliti adalah meminta

ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas untuk melakukan penelitian

kolaboratif di SD Kanisius Gayam, khususnya dengan pendidik kelas II.

Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan keadan kelas pada saat proses

(59)

peneliti melakukan wawancara kepada pendidik mengenai nilai kognitif

dan pengembangan 3C.

2.Rencana Tindakan Penelitian

a. Persiapan

Persiapan yang dilakukan mencakup mengkaji kompetensi dasar dan

materi pokok, menyusun silabus, menyusun RPP, pembuatan alat

peraga, membuat kisi-kisi dan soal evaluasi. Jaring-jaring tema dan

silabus dibatasi pada mata pelajaran matematika dan pendidikan

kewarganegaraan pada tema “gejala alam dan peristiwa”. Pembatasan

dilakukan karena peningkatan competence, conscience, dan compassion

(3C) yang akan diamati hanya pada pelajaran matematika dan

pendidikan kewarganegaran dalam dua siklus.

b. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam penelitian antara lain :

1) Rancangan Pembelajaran Siklus I

a)Tema : Gejala alam dan peristiwa

b)Sub Tema : Jajan di Kantin

c) Mata pelajaran terkait : Matematika dan

PendidikanKewarganegaraan

d) Sarana Pembelajaran : Model bangun datar

(60)

e) Kegiatan Pembelajaran :

(1) Peserta didik menyebutkan pengertian jujur

(2) Peserta didik menunjukkan sikap jujur di kantin (misalnya

membayar makanan sesuai dengan yang diambil)

(3) Peserta didik menunjukkan sikap disiplin membeli makanan

di kantin (misalnya mengantri saat membayar)

(4) Peserta didik menyebutkan bentuk makanan yang dibeli di

kantin

(5) Peserta didik menyebutkan macam-macam nama bangun

datar

(6) Peserta didik menunjukkan nama benda di kelas yang berupa

bangun datar

(7) Peserta didik berpasangan dengan teman sebangku

mengelompokkan benda-benda di kelas yang termasuk

bangun datar menurut namanya

2) Rancangan Pembelajaran Siklus II

a)Tema : Gejala alam dan peristiwa

b)Sub Tema : Melakukan Pekerjaan di Kelas

c) Mata pelajaran terkait : Matematika dan

PendidikanKewarganegaraan

d)Sarana Pembelajaran : Model bangun datar

(61)

e) Kegiatan Pembelajaran :

(1) Peserta didik menyebutkan contoh bekerja di rumah

(2) Peserta didik menyebutkan contoh bekerja di dalam kelas

(3) Peserta didik melakukan pekerjaan di kelas

(4) Peserta didik menyebutkan hubungan bekerja dengan nilai

kemanusiaan yang lain (misalnya jujur, tanggung jawab,

disiplin, teliti)

(5) Peserta didik menghitung garis tepi pada mejanya

(6) Peserta didik menjelaskan pengertian sisi

(7) Peserta didik menghitung jumlah sisi pada model bangun

datar

(8) Berpasangan merancang bentuk benda berdasar jumlah sisi

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II

sama. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah kompetensi dasar dan

indikator. Perbedaan indikator pencapaiannya dikarenakan siklus II

merupakan proses pembelajaran lanjutan dari siklus I.

c. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan, tindakan yang dilakukan sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pembelajaran matematika

dan pendidikan kewarganegaraan secara tematik sesuai dengan

rancangan pembelajaran yang telah dibuat peneliti.

2) Peneliti melakukan evaluasi (penilaian) yang mencakup

(62)

skor, kemudian diproses menjadi nilai pada setiap akhir

pembelajaran setiap siklus.

d. Refleksi

Dari hasil observasi dan data yang diperoleh maka dilakukan

refleksi untuk mengkaji, melihat dan mepertimbangkan atas hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan, sebagai upaya perbaikan,

peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam usaha ke arah

perbaikan, suatu perencanaan bersifat fleksibel. Bersifat fleksibel

maksudnya adalah siap dilakukan perubahan sesuai dengan keadaan.

E. Instrumen Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian, instrumen yang digunakan adalah lembar

pengamatan untuk mengamati nilai competence, lembar pengamatan

untuk mengamati pendidik dan peserta didik pada proses pembelajaran

Matematika dan PKn, dan daftar pertanyaan wawancara untuk mendalami

permasalahan yang terjadi pada pelajaran matematika dan pendidikan

kewarganegaraan.

2. Tahap Penelitian

Pada tahap penelitian, instrumen yang digunakan adalah perangkat

pembelajaran yang meliputi silabus, jaring-jaring tema, RPP, LKS,

lembar refleksi, tes evaluasi untuk mengukur competence, dan lembar

(63)

evaluasi yang berupa tes dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Tes essay, yaitu tes yang berupa pertanyaan dengan jawaban bebas.

b. Tes objektif, meliputi tes dengan pilihan ganda, dimana peserta didik

tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan, dan isian singkat.

Dalam penelitian ini, instrumen untuk mengukur competence

berupa tes tertulis dengan bentuk tes objektif isian singkat. Sedangkan

instrumen yang digunakan untuk mengukur conscience, dan compassion

berupa non tes dengan bentuk daftar cek. Untuk melihat keadaan

kelas, instrumen yang digunakan adalah catatan anekdotal.

Instrumen lain yang digunakan pada tahap peneliatian adalah lembar

pengamatan untuk pendidik dan peserta didik. Lembar pengamatan

tersebut digunakan untuk mengamati kondisi dan sikap pendidik dan

peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Validitas Instrumen

Furchan (2007:293) mengemukakan bahwa validitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Furchan (2007:294) juga menyebutkan bahwa validitas suatu instrumen

sangat bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaannya.

Sukardi (2003:122) mengemukakan bahwa validitas merupakan derajat

yang menunjukkan dimana suatu tes memang mengukur apa yang hendak

diukur. Sugiyono (2009:177) mengemukakan bahwa pengujian validitas

Gambar

Tabel 5.1 Hasil Wawancara dengan pendidik
Tabel 5.2
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Kondisi Awal Peserta Didik
Tabel 5.4 Kondisi Awal Nilai Kognitif Matematika dan PKn
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEKERJAAN : PENGADAAN PERALATAN DAN PEMBANGUNAN RUANG PRODUKSI WATER TREATMENT DAN ULTRAFILTRATION SYSTEM LOKASI : DESA

12 Jadi implikasi yang dimaksud disini ialah pembiasaan membaca asmaul husna dan surat yasin melibatkan diri dalam pembentukan.

menampilkan menu area vendor Pengguna memilih menu registrasi karyawan Menampilkan form menu karyawan Sistem berhasil menampilkan form menu karyawan Pengguna menyimpan

a) Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk berdiskusi sesuai dengan gambar yang diterima kelompoknya. a) Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok membuat produk berupa

memadai bahwa transaksi yang dicatat atau yang sudah terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat, dan dinilai dengan wajar. Sistem informasi yang baik akan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Pada Acara ini akan diusulkan kepada RUPS Tahunan untuk melimpahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik yang terdaftar

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..