PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)
PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Maria Margareta Lega Primasari
NIM. 071134012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)
PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Maria Margareta Lega Primasari NIM. 071134012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa, Universitas Sanata
Dharma, Bapak FA Kastono, S.Pd dan Ibu FA Sri Dasih, S.Pd. SD serta teman-teman
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas dorongan
vii MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka
kamu akan mendapatkan, ketoklah, maka pintu akan
dibukakan.
”(Matius, 7:7)
“Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku”
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma
Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Competence,
Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas II SD Kanisius Gayam” dapat
selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses pembuatan skripsi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Drs. T Sarkim. M.Ed, Ph.D, Dekan FKIP yang telah mensyahkan skripsi ini
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, Kaprodi PGSD.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum dan B Indah Nugraheni, S.Pd, S.I.P, M.Pd,
dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan sejak awal penulisan
hingga skripsi ini selesai.
4. Drs. J Sumedi, dosen penguji yang dengan teliti memberi masukan untuk
ix
5. Theresia Laksmi Widyarini, S.Pd, M.Hum yang telah membimbing untuk
penyelesaian abstrack.
6. Ch. Isminarti, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kanisius Gayam
7. Ant. Iswindarti, Ama.Pd, wali kelas II SD Kanisius Gayam.
8. FA Kastono, S.Pd dan FA Sri Dasih, S.Pd.SD, orang tua yang telah memberi
semangat, dukungan, doa, materi, dan menjadi tempat berkeluh kesah.
9. Teman-teman satu kelompok bimbingan skripsi, terimakasih atas diskusi-diskusi
kita yang panjang.
10. Teman-teman dekat penulis, Budbud, Albertha Vera, Margaret Mahisa dan Sri
Hartini Hadiah, serta kakak Dwi Nugraha Putra Susila dan Yulita Dwi Puspasari
yang telah membantu dan memberi inspirasi dalam proses penulisan hingga skripsi
selesai.
11. Semua teman PGSD angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaan yang indah
selama ini.
12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu perssatu, yang telah
memberikan dukungan, semangat, fasilitas, baik spiritual maupun materi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan
penelitian ini. Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
x
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….……… i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi
MOTTO ……….. vii
KATA PENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ……… x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACK ……… xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Batasan Masalah ……… 4
C. Rumusan Masalah ………. 4
D. Batasan Pengertian ……… 5
E. Pemecahan Masalah ……….. 6
F. Tujuan ……… 6
G. Manfaat ………. 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Paradigma Pedagogi Reflektif ………. 9
1. Pengertian PPR ……… 9
2. Roh dalam PPR ……….. 11
xi
5. Keunggulan PPR ………. 18
B. Pembelajaran Tematik ……….. 20
1. Pengertian Pembelajaran Tematik ……….. 20
2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik ………. 21
3. Keuntungan Pembelajaran Tematik ……… 23
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik ……….. 26
D. Penelitian Tindakan Kelas ………. 29
1. Pengertian PTK ………. 29
2. Tujuan PTK ……… 32
E. Kurikulum Kelas II Semester 2 ……… 32
F. Karaktristik Peserta Didik Kelas II SD ……… 34
G. Kerangka Pikir ………. 37
H. Hipotesis Tindakan ………... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ……… 40
D. Rancangan Penelitian ……….. 40
E. Instrumen Penelitian ……… 44
F. Metode Pengumpulan Data ………. 49
G. Teknik Analisis Data ……… 51
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Deskripsi Sekolah ... 53
B. Kurikulum Matematika dan PKn Kelas II Semester Genap ... 55
C. Kondisi Kelas II SD Kanisius Gayam ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59
xii
A. Kesimpulan ... 113
B. Keterbatasan Penelitian ... 114
C. Saran ... 114
DAFTAR SUMBER ……….. 115
xiii
Halaman
1. Jadwal Penelitian ………. 39
2. Kisi-kisi Soal ……… 46
3. Target Pencapaian Rata-rata Nilai Tiap Akhir Siklus ………. 52
4. Daftar Pendidik SD Kanisius Gayam ……….. 55
5.
SK dan KD mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas II SD semester 2 ……… 566.
Daftar Peserta Didik Kelas II SD Kanisius Gayam ………. 577.
Jadwal Pelajaran Kelas II SD Kanisius Gayam ……… 588. Tabel 5.1 Hasil Wawancara dengan Pendidik ………. 60
9. Tabel 5.2 Hasil Observasi Pendidik Pra Penelitian ………. 62
10. Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Kondisi Awal Peserta Didik ……… 63
11. Tabel 5.4 Kondisi Awal Nilai Kognitif Matematika dan PKn……… 65
12. Tabel 5.5 Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I ………. 74
13. Tabel 5.6 Hasil Pengamatan terhadap Pendidik Siklus I ……….. 75
14. Tabel 5.7 Daftar Nilai Competence PKn dan Matematika Siklus I ……... 77
15. Tabel 5.8 Daftar Nilai Conscience Penilaian Non Tes Siklus I ………… 78
16. Tabel 5.9 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator Conscience Siklus I ……….. 80
17. Tabel 5.10 Daftar Nilai Compassion Penilaian Non Tes Siklus I ………. 80
18. Tabes 5.11 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator Compassion Siklus I ………..…….. 82
19. Tabel 5.12 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran PKn Siklus I ……….. 83
20. Tabel 5.13 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran Matematika Siklus I ……… 85
21. Tabel 5.14 Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II ………. 93
xiv
24. Tabel 5.17 Daftar Nilai Conscience Penilaian Non Tes Siklus II ……… 99 25. Tabel 5.18 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator
Conscience Siklus II ……….. 100
26. Tabel 5.19 Daftar Nilai Compassion Penilaian Non Tes Siklus II ..……. 100 27. Tabes 5.20 Banyaknya Respon pada Masing-masing Indikator
Compassion Siklus II ………..…….. 102
28. Tabel 5.21 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran
PKn Siklus II……….. 103 29. Tabel 5.22 Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik Mata Pelajaran
Matematika Siklus II ……… 104 30. Tabel 5.23 Perkembangan Nilai Rata-rata Competence Kelas Mata
Pelajaran PKn dan Matematika pada Penilaian Tertulis ……….. 107 31. Tabel 5.24 Perkembangan Nilai Rata-rata pada Penilaian Non Tes ……. 108 32. Tabel 5.25 Perbandingan Rata-rata Nilai Akhir Peserta Didik Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ……… 110
33. Tabel 5.26 Perbanndingan Nilai Akhir Masing-masing Peserta Didik
xv
Halaman
1. Lampiran 1 Catatan Anekdotal Pra penelitian ……….. 118
2. Lampiran 2 Catatan Anekdotal Siklus I ……… 119
3. Lampiran 3 Catatan Anekdotal Siklus II ……….. 120
4. Lampiran 4 Silabus Tema “Gejala Alam dan Peristiwa” ……….. 121
5. Lampiran 5 Jaring-jaring Tema “Gejala Alam dan Peristiwa” ………… 125
6. Lampiran 6 Kisi-kisi Matematika ……….. 127
7. Lampiran 7 Kisi-kisi PKn ……… 129
8. Lampiran 8 RPPH Siklus I ……… 131
9. Lampiran 9 Soal Evaluasi PKn Siklus I ……… 137
10. Lampiran 10 Soal Evaluasi Matematika Siklus I ………. 139
11. Lampiran 11 Evaluasi Non Tes Siklus I ……… 142
12. Lampiran 12 RPPH Siklus II ……… 143
13. Lampiran 13 Soal Evaluasi PKn Siklus II ………. 149
14. Lampiran 14 Soal Evaluasi Matematika Siklus II ……… 151
15. Lampiran 15 Evaluasi Non Tes Siklus II ……….. 153
xvi
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN
COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)
PESERTA DIDIK KELAS II SD KANISIUS GAYAM
Maria Margareta Lega Primasari Universitas Sanata Dharma
2011
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan competence,
conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam melalui
penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik mata pelajaran Matematika dan PKn.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah panduan pertanyaan wawancara, lembar observasi, catatan anekdotal, dan soal tes tertulis. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah (1) mendeskripsikan kondisi awal, (2) mendeskripsikan proses siklus I, (3) mendeskripsikan proses siklus II, (4) membandingkan competence, conscience,
dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam sebelum dan sesudah
penerapan PPR.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence,
conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam. Pada akhir
xvii
THEMATIC LEARNING TO INCREASE
COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C)
OF THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM
Maria Margareta Lega Primasari Sanata Dharma University
2011
ABSTRACT
This research was aimed to find out the increase in competence,
conscience, and compassion of the second grade elementary school students of SD
Kanisius Gayam by the application of reflective pedagogy paradigm in thematic learning of Matematika and PKn courses.
This research applied a qualitative Classroom Action Research (CAR) design. Data collection was done by triangulation method which consisted of observation, interview, and documentation. The instruments used in this research were guided interview, observation, anecdotal notes, and written test. Procedures in analyzing the data were (1) describing the preliminary condition, (2) describing the process of cycle I, (3) describing the process of cycle II, (4) comparing the competence, conscience, and compassion of the second grade students of SD Kanisius Gayam before and after the application of reflective pedagogy paradigm.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang membantu peserta
didik untuk memahami pengetahuan yang disampaikan pendidik. Model
pembelajaran inovatif merupakan bentuk pembelajaran yang membantu
pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang
dialami peserta didik. Proses pembelajaran seperti itulah yang dapat
memberikan pelayanan mengarah pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). “Kemampuan menerapkan
pembelajaran PAIKEM tersebut diperlukan penguasaan model pembelajaran
yang memadai” (Sugiyanto,2010:2). Salah satu contoh pembelajaran inovatif
adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandaskan pada nilai-
nilai kristiani. Subagya (2010:42) menyatakan bahwa proses pembelajaran
dengan pendekatan PPR membawa peserta didik untuk menyelesaikan satu
siklus yang berkesinambungan, yaitu konteks pengalaman refleksi
aksi evaluasi. Setiap aspek selalu berkaitan dan tidak boleh
dipisah-pisahkan. Proses pembelajaran menggunakan PPR bertujuan untuk membentuk
pribadi peserta didik yang utuh, yang berprestasi dalam nilai kognitif
(competence), mempunyai hati nurani yang tajam (conscience), dan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses
Program Pengalaman Lapangan (PPL), prestasi belajar peserta didik kelas II
SD Kanisius Gayam yang berupa nilai kognitif (competence) pada mata
pelajaran Matematika dan PKn masih tergolong rendah. Hal itu dibuktikan
dengan nilai sebagian peserta didik kelas II pada ujian akhir sekolah masih
dibawah standar ketuntasan minimal mata pelajaran, yaitu 70. Selain itu,
berdasarkan wawancara dengan pendidik, mata pelajaran PKn termasuk mata
pelajaran yang sulit diajarkan. Hal itu disebabkan melalui mata pelajaran ini
pendidik merasa mempunyai tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai
moral pada peserta didik, namun di sisi lain pendidik mempunyai tanggung
jawab untuk menyelesaikan materi ajar. Kesulitan yang dialami pendidik untuk
menanamkan nilai-nilai moral tercermin pada rendahnya keisiplinan peserta
didik dan kurangnya kerja sama antar peserta didik pada saat proses
pembelajaran. Rendahnya kedisiplinan pada saat proses pembelajaran
dibuktikan dengan keinginan untuk maju ke depan yang tidak terkendali.
Mereka saling berebut untuk bisa maju ke depan. Selain itu, mereka tidak mau
membuang sampah yang bukan miliknya. Rendahnya kerja sama terbukti
dengan peserta didik tidak mau diminta untuk kerja sama, mereka memilih
mengerjakan tugas sendiri, atau memilih-milih teman dalam bekerjasama.
Sebagai calon pendidik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai kognitif, disiplin, dan kerja sama pada
peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam. Penelitian yang dilakukan
(2006:107) PTK memungkinkan pendidik mengenali karakteristik kelas dan
untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi di kelas. PTK yang
dilakukan diterapkan pada proses pembelajaran berbasis PPR, karena sebagai
sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Kanisius, SD Kanisius Gayam
menerapkan proses pembelajaran bebasis PPR.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas II SD Kanisius Gayam
merupakan pembelajaran tematik. Oleh karena itu, PPR di kelas II SD Kanisius
Gayam diterapkan dalam proses pembelajaran tematik. Depdiknas dalam
Trianto (2009:79) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta
didik. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan tematik karena peserta
didik kelas II belum mampu berpikir secara terpisah, segala sesuatu masih
harus berhubungan satu sama lain. Depdiknas (2003:28) menyatakan bahwa
penggunaan pembelajaran tematik bertujuan agar pelaksanaan proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh. Depdiknas (2003:26) juga
menyatakan bahwa peserta didik pada usia kelas I dan II pada umumnya masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak
pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas
dengan Judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran
II SD Kanisius Gayam” melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dan Matematika.
B.Batasan Masalah
Proses penelitian penerapan Paradima Pedagogi Reflektif tidak mungkin
dilakukan secara keseluruhan dari kelas I sampai kelas III dan pada seluruh
mata pelajaran, karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, penelitian dibatasi
pada proses pembelajaran tematik di kelas II pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan Matematika dalam tema “gejala alam dan peristiwa”.
C.RumusanMasalah
1. Apakah penerapan PPR dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan
competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD
Kanisius Gayam?
2. Bagaimana meningkatkan competence peserta didik kelas II SD Kanisius
Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan
Matematika?
3. Bagaimana meningkatkan conscience peserta didik kelas II SD Kanisius
Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan
Matematika?
4. Bagaimana meningkatkan compassion peserta didik kelas II SD KAnisius
Gayam melalui PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn dan
D.Batasan Pengertian
1. Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan
yang digunakan dalam proses pembelajaran yang membawa peserta didik
terjun langsung dalam pengalamannya, tidak sekedar menerima informasi
dari pendidik. Proses pembelajaran dengan pendekatan PPR merupakan
siklus konteks pengalaman refleksi aksi evaluasi. Paradigma
Pedagogi Reflektif dalam penelitian ini merupakan bentuk pembelajaran
yang digunakan di kelas II SD Kanisius Gayam.
2. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan salah satu bentuk pembelajaran
terpadu yang mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran berdasar suatu tema yang telah ditentukan. Pembelajaran
tematik dalam penelitian merupakan pembelajaran tematik mata pelajaran
PKn dan Matematika di kelas II SD kanisius Gayam.
3. Competence, Conscience, Compassion
Competence, conscience, dan compassion merupakan tujuan yang
akan dicapai dalam proses pembelajaran berbasis PPR. Competence
merupakan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut
juga dengan kemampuan kognitif. Conscience merupakan kemampuan
afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani.
Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret
compassion dalam penelitian ini merupakan tujuan yang akan dicapai
dalam proses pembelajaran di kelas II SD Kanisius Gayam.
4. Peserta Didik Kelas II SD
Peserta didik adalah anak-anak yang menerima pelajaran dari
pendidik. Peserta didik kelas II berarti anak yang menerima pelajaran dari
pendidik di tingkat II pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam penelitian
ini, peserta didik berarti anak yang melakukan proses pembelajaran
bersama pendidik di tingkat dua (2) Sekolah Dasar Kanisius Gayam.
E.Pemecahan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya competence, conscience, dan
compassion peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam pada mata pelajaran
PKn dan matematika. Rendahnya competence, conscience, dan compassion
akan diatasi dengan melakukan proses pembelajaran tematik berbasis PPR..
F. Tujuan
1. Untuk meningkatkan competence peserta didik kelas II SD Kanisius
Gayam dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran
PKn dan Matematika.
2. Untuk meningkatkan conscience peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam
dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn
3. Untuk meningkatkan compassion peserta didik kelas II SD Kanisius
Gayam dengan penerapan PPR dalam pembelajaran tematik mata pelajaran
PKn dan Matematika.
G. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dimanfaatkan untuk
menambah wawasan mengenai salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan competence, conscience, dan compassion.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Manfaat yang dapat diambil peneliti dari penelitian ini adalah
pengalaman melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya dalam
pembelajaran tematik berbasis PPR pada mata pelajaran PKn dan
Matematika.
b. Bagi Pendidik
Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam penerapan Paradigma
Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik mata pelajaran PKn
dan Matematika.
c. Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran yang dapat
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan banyaknya pendidik yang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Paradigma Pedagogi Reflektif
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma dalam PPR merupakan pola pikir untuk berubah
menjadi individu yang tumbuh dan berkembang dengan menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan. Pedagogi merupakan cara mendampingi untuk tumbuh
berkembang secara utuh sesuai dengan kepribadian. Dalam hal ini, Tim
Ignatius (dalam modul seminar PPR) menekankan bahwa pedagogi
memiliki arti bukan sekedar cara atau metode, namun memiliki visi dan
misi menuju pembentukan peserta didik yang ideal. Reflektif berarti
menengok ke belakang. Dalam PPR, reflektif mengajak peserta didik
untuk melihat kembali tindakan yang telah dilakukan untuk menata
rencana tindakan, dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku.
“Padagogi merupakan seni dan ilmu mengajar” (Subagya,
2010:22). Dalam PPR, pedagogi bukan sekedar metode, namun meliputi
visi sebagai individu yang terpelajar. PPR merupakan pendekatan untuk
meningkatkan cara pendidik mendidik dan peserta didik belajar, tumbuh
dan berkembang.
Menurut pandangan gereja (Nota Pastoral tentang Pendidikan),
PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang tidak sekedar mentransfer
pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, tetapi merupakan proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi tersebut
memungkinkan terjadinya penanaman nilai-nilai kemanusiaan kepada
peserta didik.
Melalui refleksi yang dilakukan dalam PPR, peserta didik diajak
untuk menyadari dampak positif terhadap masyarakat yang timbul dari
proses pembelajaran, mengasah hati nurani dan meningkatkan kepedulian
sosial (Suparno, 2001:43). PPR merupakan suatu model pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk berefleksi agar dapat menemukan
nilai-nilai kehidupan dalam suatu proses pembelajaran, sehingga bisa
merencanakan tindakan yang berguna untuk menjadi lebih baik. Tindakan
yang kemudian dilakukan, bukan karena kepatuhan dan tradisi, namun
lebih pada karena kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan. Tentu saja
tindakan yang dilakukan tidak bisa meninggalkan aspek kognitif sebagai
tuntutan utama hasil belajar di jenjang sekolah.
Selain memberikan refleksi untuk melihat kembali hal-hal yang
sudah dilakukan, ciri khas PPR adalah bertujuan untuk meningkatkan tiga
aspek competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan
kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan
kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah
mendapatkan nilai yang tinggi. Conscience merupakan kemampuan afektif
yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani.
Ketajaman hati nurani dapat berupa kesadaran diri untuk bertindak sesuai
dengan tauran yang berlaku, missal berbuat disiplin, teliti, atau jujur.
Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret
maupun batin disertai bela rasa bagi sesama. Tindakan yang berupa bela
rasa bagi sesama memuat rasa kepedulian, yang membuat peservta didik
menyadari bahwa hubungan dengan sesama merupakan suatu hal yang
penting. Oleh karena itu, aspek ini dapat diwujudkan dalam proses
kerjasama antar peserta didik. Competence, conscience, dan compassion
dalam penelitian ini merupakan tujuan yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran di kelas II SD Kanisius Gayam.
2. Roh Dalam Paradigma Pedagogi Reflektif
Poerwadarminta (1984:830) mengartikan roh adalah sesuatu yang
hidup. Roh dalam PPR merupakan semangat yang menghidupkan PPR.
Roh berfungsi untuk memberi kekuatan dan arah dalam mencapai tujuan,
serta memberi dorongan batin untuk bertindak.
Roh yang hidup dalam PPR adalah semangat magis. Magis berasal
dari bahasa Latin yang berarti lebih (Tim Ignatius dalam modul seminar
PPR). “Semangat magis mengandung dua unsur yang harus ada dan tidak
bisa dipisahkan satu sama lain, yakni peningkatan diri dan cinta kepada
Dalam pandangan Ignasian, semangat magis tidak mengarah pada
kuantitas, tetapi pada kualitas. Kualitas yang diinginkan lebih pada
kualitas hubungan personal dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta kepada
Tuhan dapat diwujudkan dengan meningkatkan segala aspek kehidupan
secara optimal.
Triyono (dalam majalah EDUCARE edisi Juni 2010 no 3 : 44)
mengatakan, “butir refleksi semangat magis adalah: menghidupkan rasa
syukur atas bakat yang dimiliki, mengembangkan bakat seoptimal
mungkin, mempersembahkan diri demi besarnya kemuliaan Tuhan”. Bakat
yang dimiliki seseorang merupakan anugerah dari Tuhan, oleh karena itu
harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik. Wujud syukur atas bakat
dilakukan dengan mengembangkannya secara optimal yang didasari oleh
hasrat untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, demi kemuliaan Tuhan.
3. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
a. Bagi Peserta Didik
Subagya (2010:24) menyatakan bahwa pada dasarnya PPR
menuntut pembentukan pribadi manusia secara utuh melalui proses
yang unggul, sehingga bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek
kehidupan dapat berkembang optimal. Aspek kehidupan yang dapat
dikembangkan melalui proses pembelajaran adalah prestasi belajar yang
berupa competence (kognitif) yaitu kemampuan penguasaan kompetensi
mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani, dan compassion yaitu
aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai
bela rasa bagi sesama.
Pengetahuan kognitif yang baik, diimbangi dengan hati nurani
yang tajam, dan kepekaan sosial yang tinggi dapat menjadikan peserta
didik memiliki pengetahuan dan sikap batin untuk menyadari hubungan
antara ilmu pengetahuan dengan sesama dan lingkungannya. Dengan
demikian, peserta didik akan memiliki motivasi untuk bertindak
berdasar ilmu dan pengetahuannya, yang diwujudkan dalam aksi yang
bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Tim Ignatius
(dalam modul seminar PPR) mengemukakan bahwa PPR membantu
peserta didik untuk menjadi manusia yang utuh, berprestasi, mau
berkembang, mempunyai hati nurani yang tajam, berjiwa sosial, dan
religius. PPR juga membentuk peserta didik yang berkomitmen
menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain dan
membentuk pemimpin yang melayani seperti sikap Yesus Kristus.
b. Bagi Pendidik
Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) mengemukakan
bahwa PPR membantu pendidik untuk mengenal karakter
masing-masing peserta didiknya, sehingga dapat menentukan teknik-teknik
yang tepat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan menyajikan
karakter masing-masing peserta didiknya akan dapat mendampingi
peserta didiknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain
membantu peserta didiknya menjadi manusia yang utuh, PPR dapat
membantu pendidik untuk mengembangkan daya reflektif, agar dapat
menjdi pendidik yang berkualitas dan berkembang.
4. Dinamika Dalam Paradigma Pedagogi Reflektif
P3MP dan LPM USD (2009:8) merumuskan siklus PPR yang
menekankan langkah-langkah berurutan, sebagai berikut:
Subagya (2010:42) mengemukakan dinamika pelaksanaan PPR
meliputi lima langkah yang berkesinambungan dimulai dari konteks
pengalaman refleksi aksi evaluasi. Hasil evaluasi dijadikan titik
tolak untuk melanjutkan proses pembelajaran yang berikutnya.
a. Konteks
Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyebutkan bahwa
konteks merupakan segala kemungkinan yang dapat membantu atau
menghalangi proses pembelajaran. Konteks merupakan keadaan awal
Konteks meliputi keadaan keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan
(sekolah), keadaan sosial, ekonomi, budaya, pengetahuan awal, dan
peristiwa nyata yang dialami yang terangkum dalam kehidupan pribadi
peserta didik. Konteks berpengaruh terhadap sikap, tanggapan,
penilaian, dan pilihan peserta didik.
Subagya (2010:43) menyatakan bahwa kehidupan pribadi
peserta didik sehari-hari dijadikan sebagai titik tolak proses
pembelajaran yang akan dilakukan. Oleh karena itu, konteks dalam PPR
dimulai dari pengalaman hidup peserta didik. Memulai proses
pembelajaran dengan pengalaman nyata menunjukkan adanya perhatian
dan kepedulian terhadap peserta didik.
b. Pengalaman
Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyebutkan
pengalaman dalam PPR memuat pemahaman competence, conscience,
dan compassion yang diperoleh secara seimbang. Subagya (2010:51)
membedakan pengalaman menjadi dua, yaitu:
(1) Pengalaman langsung
Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang benar-benar
dialami oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran pengalaman
langsung berupa diskusi, olahraga, penelitian di laboratorium,
kegiatan alam, dan proyek pelayanan. Keadaan tersebut membuat
(2) Pengalaman tidak langsung
Pengalaman tidak langsung dalam proses pembelajaran berarti
proses yang menuntut peserta didik untuk berimajinasi untuk bisa
mengerti dan menyelami materi pembelajaran. Pengalaman tidak
langsung berupa kegiatan melihat, membaca atau mendengarkan.
Dalam PPR, pendidik berperan sebagai fasilitator untuk
memberikan pengalaman pada peserta didik. Pengalaman yang
diberikan melibatkan seluruh pikiran, hati, perasaan, dan pribadi peserta
didik. Pengalaman memungkinkan peserta didik dapat menemukan
hal-hal baru yang sesuai maupun yang bertentangan dengan pengetahuan
awal mereka. Subagya (2010:51) menyatakan, dengan pengalaman,
peserta didik dapat terdorong untuk mencari pemahaman lebih lanjut
dengan menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi sehingga
membentuk peserta didik yang berpengetahuan secara utuh.
c. Refleksi
Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) mengartikan refleksi
sebagai kegiatan meninjau kembali pengalaman, topik tertentu,
gagasan, reaksi spontan, maupun yang direncanakan dari berbagai sudut
pandang secara rasional. Subagya (2010:54) menyatakan bahwa refleksi
berarti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan belajar,
pengalaman, ide, usul, atau reaksi spontan agar mendapat makna secara
mendalam. Dengan refleksi, peserta didik dapat melewati tahap
kehidupan nyata. Subagya (2010:57) menyatakan bahwa refleksi untuk
peserta didik dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan dari pendidik,
sehingga pendidik harus mampu merumuskan pertanyaan refleksi yang
dapat menggugah batin peserta didik.
d. Aksi
Aksi dalam PPR merupakan komitmen pada kebaikan yang akan
diwujudkan berdasar hasil refleksi. Subagya (2010:61) menyatakan
bahwa aksi merupakan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan
pengalaman yang telah direfleksikan. Aksi meliputi dua hal, yaitu:
(1) Pilihan batin
Pilihan ini didasari oleh keyakinan bahwa keputusan yang diambil
adalah benar dan dapat membawa pada pribadi yang lebih baik.
Aksi dalam pilihan batin berupa kemauan, perasaan, dan niat-niat
yang telah dimatangkan dalam pikiran.
(2) Pilihan lahir
Setelah niat-niat yang dirumuskan diolah dalam pikiran, peserta
didik akan terdorong untuk berbuat secara konsisten sesuai dengan
prioritas yang telah dibuatnya. Jika menemukan makna yang
positif, maka perbuatan akan menjadi kebiasaan yang
menguntungkan. “Misalnya sekarang ia insaf akan sebab-sebab
hasil belajarnya yang buruk, ia akan mengubah cara belajar untuk
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meninjau
kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran dalam bentuk
penilaian.Tim Ignatius (dalam modul seminar PPR) menyatakan bahwa
fokus penilaian tidak hanya pada akademiknya, tetapi juga
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
menyeluruh sebagai makhluk pribadi maupun sosial. Oleh karena itu,
penilaian dalam PPR tidak hanya berupa soal, tetapi juga meliputi skala
pengukuran untuk mengukur kepekaan hati nurani dan jiwa sosial
peserta didik.
Subagya (2010:63) menyatakan bahwa evaluasi akan menjadi
efektif dan dapat menilai seberapa jauh perkembangan peserta didik
jika dilakukan secara berkala. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan pada
setiap akhir proses pembelajaran.
5. Keunggulan Paradigma Pedagogi Reflektif
Subagya (2010:67) menyatakan bahwa PPR secara konsisten
menekankan penting dan tak terpisahkannya hubungan pendidik, peserta
didik, dan materi ajar dalam lingkungan yang nyata. Subagya (2010:39)
juga menyatakan bahwa PPR merupakan sebuah perangkat efektif untuk
meningkatkan cara pendidik mendidik dan peserta didik belajar. Pola
pengalaman, refleksi, dan aksi merupakan suatu rancangan untuk
berbelas kasih. Dengan refleksi, pendidik dan peserta didik dapat
merancang tindakan yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Subagya (2010:68) meyajikan hal-hal yang berhubungan dengan
PPR, yang merupakan kelebihan PPR, yaitu:
a. PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. PPR tidak menuntut
tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan
oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara mengajar.
b. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar. Jika PPR dilakukan
secara konsisten, maka dapat membantu peserta didik menemukan
hubungan dalam seluruh perjalanan proses pembelajaran.
c. PPR menjamin pendidik menjadi pendidik yang lebih baik. PPR
memungkinkan pendidik untuk memperkaya materi dan susunan proses
pembelajaran, sehingga dapat mendorong inisiatif peserta didik. PPR
juga membantu pendidik untuk memotivasi peserta didik dengan
menghubungkan materi ajar dengan pengalaman sehari-hari mereka.
d. PPR dapat mendorong peserta didik untuk merefleksikan makna materi
yang mereka pelajari. Dengan refleksi, peserta didik akan lebih dapat
mendalami pembelajaran, sehingga dapat menemukan maknanya. Oleh
karena itu proses pembelajaran dapat membuat pengalaman bersifat
pribadi.
e. PPR menekankan matra sosial belajar maupun mengajar. Proses
pengalaman serta dialog reflektif antar peserta didik. Mendorong untuk
terus bergerak ke arah perkembangan yang berdampak positif bagi
orang lain.
B. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional (dalam modul Pembelajaran Tematik, 2006:5),
“pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik”.
Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang menggunakan
tema atau pokok pikiran yang dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran
dalam satu hari.
Depdiknas dalam Trianto (2009:79) mengemukakan bahwa
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran
tematik akan menjadikan proses pembelajaran lebih menarik jika dikemas
dengan mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata peserta didik.
“Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
pembelajaran tematik, pendidik dapat menyampaikan berbagai materi dari
berbagai mata pelajaran tanpa harus memalingkan konsentrasi peserta
didik dalam situasi yang berbeda. Depdiknas (2003:26) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga peserta didik akan
merasa bahwa pelajaran di sekolah merupakan bagian dari kehidupannya
sehari-hari.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik
Depdiknas (2003:26) menyebutkan enam ciri pembelajaran
tematik, yaitu:
a. Berpusat pada anak
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran
e. Bersifat fleksibel
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak
Depdiknas dalam Trianto (2009:90) mengemukakan ciri khas
pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari kebutuhan peserta didik
c. Kegiatan akan lebih bermakna dan berkesan sehingga hasil belajar akan
bertahan lama
d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir
e. Menyajikan kegiatan yang pragmatis
f. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Trianto (2009:91) mengemukakan pembelajaran tematik memiliki
karakteristik berpusat pada peserta didik, memberi pengalaman langsung,
pemisahan mata pelajaran tidak jelas, menyajikan berbagai konsep dari
mata pelajaran, fleksibel, hasil sesuai minat peserta didik, dan disajikan
dalam prinsip belajar sambil bermain.Trianto (2010:41) mengemukakan
bahwa pembelajaran tematik digunakan dalam pembelajaran terpadu
model webbed. Pembelajaran ini dimulai dengan menentukan suatu tema.
Tema tersebut kemudian dikembangkan dengan menghubungkan dengan
mata pelajaran yang akan diajarkan pada satu hari. Secara sederhana,
3. Keuntungan Pembelajaran Tematik
Depdiknas (2003:27) menyebutkan keunggulan pembelajaran tematik
sebagai berikut:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak
b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik
c. Hasil belajar akan bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi, dan
e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain
Depdiknas (2003:27) menyebutkan peran positif pembelajaran
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu
b. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak
e. Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas
f. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bias berkomunikasi dalam
situasi yang nyata, missal bertanya, bercerita, menulis deskripsi,
menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dlam 2 atau 3
kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan
Panduan KTSP (Trianto, 2010:83) menyebutkan, pembelajaran
tematik yang merupakan bagian pembelajaran terpadu memiliki beberapa
keuntungan, yaitu :
b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antara isi mata pelajaran dalam tema yang
sama.
c. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman peserta didik.
e. Manfaat dan makna belajar lebih dirasakan karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
f. Peserta didik lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi yang nyata, unutk mengembangkan suatu kemampuan dalam
suatu mata pelajaran sekaligus mata pelajaran lain.
g. Pendidik dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran disajikan
sekaligus.
Selain itu, manfaat yang dapat diambil dari penggunaan
pembelajaran tematik menurut Trianto (2009:87) adalah:
a. Tumpang tindih dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan, karena
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mirip menjadi satu
kesatuan tema
b. Peserta didik mampu melihat hubungan yang bermakna karena materi
pembelajaran lebih ditekankan pada sarana bukan menjadi tujuan akhir
c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah
Pembelajaran tematik memberikan keuntungan waktu bagi proses
pembelajaran, karena materi yang sama dalam mata pelajaran yang
berbeda tidak akan diulang. Sehingga waktu yang ada dapat digunakan
untuk memberikan pengayaan materi. (Harsanto, 2007:150).
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik
PPR tidak menuntut perubahan format Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah ditentukan sebelumnya. PPR hanya
menambahkan nilai kemanusiaan, refleksi, aksi, dan kecakapan hidup. Selain
itu, rumusan indikator dan tujuan pembelajaran dalam RPP PPR dibagi
menjadi tiga point, yaitu competence, conscience, dan compassion.
Format RPP PPR adalah sebagai berikut:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian
Satuan Pendidikan :
Kelas :
Semester :
Hari, tanggal :
Mata Pelajaran Terkait :
Tema :
Alokasi Waktu :
I. Standar Kompetensi
II. Kompetensi Dasar
III. Indikator
A.Competence
Indikator ini mengharapkan hasil pembelajaran berupa nilai yang
berwujud angka. Biasanya diukur dengan tes tertulis.
B.Conscience
Indikator ini merupakan hasil pembelajaran yang berupa afektif
dengan menekankan pada ketajaman hati nurani.
C.Compassion
Indikator ini merupakan hasil pembelajaran yang berua psikomotor
dengan menekankan pada kepekaan sosial.
IV. Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan pembelajaran merupakan rumusan hasil yang
diharapkan dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang akan
dilakukan.
V. Materi Pokok
Materi pokok memuat bahan ajar yang akan diajarkan dalam satu hari.
VI. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran memuat metode yang akan digunakan untuk
menyampaikan bahan ajar.
VII. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan memuat nilai yang akan dicapai setelah mempelajari
VIII. Langkah Pembelajaran
A.Kegiatan Awal
Kegiatan awal memuat apersepsi yang bertujuan mengantar peserta
didik pada kegiatan inti. Disinilah konteks dimunculkan.
B.Kegiatan Inti
Kegiatan inti memberikan pengalaman kepada peserta didik dengan
proses pembelajaran yang menghubungkan materi ajar dengan
kenyataan yang dialami peserta didik. Pada kegiatan ini,
disampaikan materi dari berbagai mata pelajaran tanpa adanya
perpindahan yang mencolok.
C.Kegiatan Akhir
Pada kegiatan penutup, peserta didik mengerjakan soal evaluasi dan
berefleksi secara umum mengenai perasaan selama proses
pembelajaran, yang kemudian ditindak lanjuti dengan PR atau tugas
yang lain untuk mengembangkan pengetahuan.
IX. Refleksi
Refleksi mengarah pada perasaan secara khusus terhadap materi yang
dipelajari selama kegiatan inti. Refleksi untuk kelas rendah dilakukan
secara lisan dengan pertanyaan untuk menuntun peserta didik.
X. Aksi
Aksi merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi. Aksi dapat berupa niat
XI. Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup merupakan kecakapan untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata, baik dengan diri sendiri, lingkungan, ataupun
dengan orang lain.
XII. Penilaian
Penialaian memuat instrumen penilaian yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik setelah mengalami proses
pembelajaran.
XIII. Alat dan Sumber
Alat merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan materi
ajar. Sumber merupakan buku acuan atau hal lain yang menjadi sumber
belajar bagi peserta didik dan sumber materi bagi pendidik.
Pembelajaran tematik merupakan satu proses pembelajaran, sehingga
dalam satu hari hanya ada satu RPP. Oleh karena itu, konteks hanya disajikan
pada awal pelajaran, evaluasi dan refleksi pada akhir pelajaran.
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
“Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitien terpakai (applied
research), artinya penelitian yang dilakukan guru, dapat memberi nilai
tambah dan masukan untuk perbaikan” (Isjoni, 2006:106). Penelitian
tindakan kelas dalam hal ini dilakukan dengan menerapkan model
dan compassion secara optimal. Penelitian tindakan kelas dilakukan karena
adanya masalah di dalam kelas yang penting untuk diselesaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. “Melalui penelitian tindakan kelas, kita
mengetahui kelemahan dan kekurangan berbagai dimensi pendidikan dan
pembelajaran” (Isjoni, 2006:107). Penelitian tindakan kelas
memungkinkan pendidik menganalisis kelemahan proses pembelajaran
yang telah dilakukan, sehingga mampu merancang proses pembelajaran
yang lebih baik untuk kondisi kelasnya. “Melalui hasil penelitian tindakan
kelas, guru dapat menemukan solusi dan alternatif atas kekurangan”
(Isjoni, 2006:107).
“Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh
guru kepada peserta didik agar melakukan sesuatu yang berbeda dari
biasanya” (Arikunto dalam Mulyana, 2010:124). Penelitian tindakan kelas
memberikan pengalaman yang berbeda pada peserta didik, sehingga
peserta didik akan termotivasi untuk lebih ingin mendalami materi ajar.
“Penelitian tindakan kelas pada umumnya sangat cocok untuk
meningkatkan kualitas subjek yang diteliti” (Isjoni, 2006:105). Subjek
penelitian ini adalah seluruh peserta didik dalam satu kelas, sehingga
motivasi dapat muncul pada diri setiap peserta didik. Maka dari itu,
kualitas hasil proses pembelajaran dapat meningkat.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian dengan
langkah spiral. Satu putaran spiral disebut satu siklus. Langkah spiral
yang lebih baik. Pengulangan dilakukan sampai pada siklus ke-n, sesuai
dengan yang sudah ditentukan pada tahap perencanaan. Siklus PTK adalah
sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, PTK dilakukan dalam dua siklus. Rencana
tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah mengkaji data dari pra
penelitian, kemudian merancang proses pembelajaran yang
memungkinkan peningkatan competence, conscience, dan compassion.
Setelah rancangan pembelajaran beserta alat yang dibutuhkan sudah siap,
maka peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan.
Untuk melihat keberhasilan siklus I, pada akhir pembelajaran dilakukan
evaluasi berupa tes tertulis dan non tes. Rangkaian tindakan yang telah
dilakukan pada proses pembelajaran siklus I kemudian direfleksi untuk
menentukan rancangan pembelajaran siklus II. Pada akhir siklus II, setelah
dilakukan refleksi, kemudian diambil kesimpulan untuk membuktikan
2. Tujuan Penelitian Tindakan kelas
Pada dasarnya tujuan utama PTK adalah perbaikan, yaitu
memperbaiki keadaan kelas yang bermasalah. PTK dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ditemui di dalam kelas, demi tercapainya
tujuan pembelajaran. Tujuan PTK menurut Kartika Budi (dalam buku
kerja mahasiswa, 2008:12) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan/atau memperbaiki proses pembelajaran di sekolah
b. Meningkatkan relevansi pendidikan. PTK bertujuan untuk
menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.
c. Setelah memperbaiki proses pembelajaran dan menyesuaikannya
dengan karakteristik peserta didik, maka tujuan selanjutnya adalah
meningkatnya mutu pendidikan di kelas.
d. Disamping meningkatkan mutu pendidikan, PTK bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang ada di
dalamnya.
E. Kurikulum Kelas II SD Semester 2 Mata Pelajaran PKn dan
Matematika
Kurikulum merupakan seperangkat bahan yang akan diajarkan, atau
yang telah direncanakan sedemikian rupa demi tercapainya tujuan
pendidikan. “Di sekolah, guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara
(Chamisijatin, 2009:10). Dengan demikian, kurikulum merupakan pedoman
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kurikulum memuat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD). SK dan KD untuk Sekolah Dasar dibuat berdasar Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomo 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, serta nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan
Mendiknas nomor 22 dan 23.
SK dan KD mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Matematika kelas II SD semester 2 adalah sebagai berikut:
Matematika
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan
dua angka
3.3 Melakukan operasi hitung campuran
Geometri dan Pengukuran 4. Mengenal unsur-unsur bangun
datar sederhana
4.1 Mengelompokkan bangun datar 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar 4.3 Mengenal sudut-sudut bangun
datar
Pendidikan Kewarganegaraan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menampilkan sikap demokratis
3.1. Mengenal kegiatan bermusyawarah 3.2. Menghargai suara terbanyak
4. Menampilkan nilai-nilai pancasila
4.1. Mengenal nilai kejujuran,
kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. 4.2. Melaksanakan perilaku jujur,
disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari.
Proses pembelajaran untuk penelitian dilaksanakan dengan tema gejala
alam dan peristiwa. SK dan KD yang termasuk dalam tema gejala alam dan
peristiwa adalah SK 4, KD 4.1 untuk Pendidikan Kewarganegaraan, dan SK
4, KD 4.1 dan 4.2 untuk Matematika. Oleh karena itu, perangkat
pembelajaran yang dibuat dalam penelitian ini hanya mencakup SK dan KD
tersebut.
F. Karakteristik Peserta Didik Kelas II Sekolah Dasar
Poerwadarminta (1984:932) mengartikan peserta sebagai orang yang
ikut serta. Peserta didik berarti orang yang ikut serta dalam proses
pendidikan, atau orang yang dididik. Peserta didik dalam hal ini adalah
anak-anak yang menerima pelajaran dari pendidik. Peserta didik kelas II berarti
anak yang menerima pelajaran dari pendidik di tingkat II pada jenjang
Sekolah Dasar (SD).
Menurut Erik Erikson (Santrock, 1995:42), perkembangan manusia
dibagi dalam delapan tahap, yaitu:
1. Trust Vs Mistrust (0 – 18 bulan)
2. Outonomy Vs Shame and Doubt (18 bulan – 3 tahun)
4. Industry Vs Inferiority (6 – 10 tahun atau sampai masa pubertas)
5. Identity Vs Indentity Confusion (10 – 20 tahun atau masa remaja)
6. Intimacy Vs Isolation (20 – 30 tahun)
7. Generativity vs Stagnation (40 – 50 tahun)
8. Integrity vs depair (masa dewasa akhir atau sekitar 60an tahun)
Dalam penelitian ini, usia peserta didik yang menjadi subjek penelitian
termasuk dalam tahap Industry Vs Inferiority (6 – 10 tahun atau sampai masa
pubertas). Pada tahap Industry Vs Inferiority anak mulai mengembangkan
perasaan bangga terhadap keberhasilan mereka yang diraih sendiri.
Permasalahan yang biasanya timbul pada tahap ini adalah munculnya rasa
rendah diri dan tidak pandai. Perasaan bangga pada hasil yang dicapainya
dapat menjadi motivasi untuk berkembang, misalnya dengan belajar untuk
mendapat nilai yang tinggi. Namun, perasaan rendah diri dapat menjadikan
peserta didik tidak percaya diri ketika harus bekerjasama dengan teman lain.
Piaget (Santrock, 1995:46) membagi perkembangan anak menjadi
empat bagian, yaitu:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkret (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 – 15 tahun)
Menurut pembagian di atas, maka peserta didik kelas II termasuk dalam
tahap operasional konkret. Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari tahapan
jika menghadapi keadaan secara konkret, misalnya, jika anak dihadapkan
pada beberapa benda, anak bisa mengurutkan benda dari yang terbesar sampai
yang terkecil. Dengan logikanya, anak mampu memahami bahwa ada
hubungan antara penjumlahan dan pengurangan, misalnya 4 + 5 = 9, maka
jika 9 – 5 =4. Dengan menggunakan logika, peserta didik hendaknya juga
bisa mengelompokkan bangun datar menurut namanya atau jumlah sisinya.
Jika peserta didik mampu menggunakan logikanya secara optimal, maka nilai
akhir yang diraih dalam mata pelajaran akan tinggi. Gunarsa (1981: 157)
mengemukakan bahwa pada tahap ini kemampuan berpikir anak dibatasi pada
egosentrisme. Egosentrisme yang dimaksud adalah memandang segala
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Egosentrisme yang tidak terkendali
akan membawa peserta didik pada sikap mementingkan diri sendiri. Jika
peserta didik mementingkan diri sendiri, kedisiplinan akan sulit tertanam
dalam dirinya. Misalnya dalam antrian, anak ingin berada di barisan depan
tanpa memperdulikan temannya. Jika semua anak melakukan seperti itu,
maka akan terjadi keributan.
Kohlberg (Gunarsa, 1981:201) membagi perkembangan moral menjadi
tiga tingkat yang masing-masing mencakup dua tahapan, sebagai berikut:
1. Tingkat Penalaran Prakonvensional
a.Tahap 1, dimana anak masih mendasarkan tindakannya pada kepatuhan
aturan. Mereka melakukan tindakan agar tidak mendapat hukuman.
b.Tahap 2, dimana anak memandang kebenaran berdasar imbalan dan
2. Tingkat Penalaran Konvensional
a.Tahap 3, dimana anak senang menunjukkan perbuatan baik dihadapan
orang lain agar dilihat. Hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dan
diakui bahwa dia adalah seorang yang baik.
b.Tahap 4, dimana seseorang dapat menerima norma-norma dan aturan
yang berlaku di sekitarnya.
3. Tingkat Penalaran Pascakonvensional
a.Tahap 5, dimana seseorang merasa memiliki hak yang wajib dihormati
oleh orang lain, sehingga sesorang akan menghormati orang lain untuk
bisa dihormati.
b.Tahap 6, dimana seseorang mematuhi sungguh suara hatinya.
Berdasarkan uraian teori Kohlberg, pada umumnya peserta didik kelas
II termasuk dalam tingkat prakonvensional tahap 2. Peserta didik masih
melakukan sesuatu karena mencari kepuasan diri. Hal itu sesuai dengan teori
yang mengemukakan bahwa peserta didik pada usia kelas II memiliki sifat
egois yang cukup tinggi.
G. Kerangka Pikir
Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menuntut peserta
didik untuk dapat menyelami proses pembelajaran secara sadar, sehingga
mendapatkan pengalaman yang menjadikannya berkembang. Pengalaman
yang didapatkan direfleksikan untuk dapat menentukan tindak lanjut, baik
yang telah dilakukan. Rumusan dan tindak lanjut spontan dapat dievaluasi,
sehingga bisa merumuskan tindakan yang lebih baik dan lebih konkret untuk
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan menggunakan PPR dapat membantu peserta
didik menyadari kesalahannya dalam menerima penjelasan dan cara belajar
Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan, serta membantu pendidik
untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PPR dapat
membuat peserta didik berusaha lebih giat untuk dapat menerima pelajaran
Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan lebih baik. PPR juga dapat
membuat pendidik berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
kelas. Dengan demikian, interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran
dapat menjadi lebih baik, sehingga competence, conscience, dan compassion
dapat menjadi lebih tinggi dan lebih baik.
H. Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran
tematik akan meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat
kualitatif. Sugiyono (2009:14) menyatakan penelitian kualitatif digunakan
untuk meneliti pada objek yang alamiah. Analisis data bersifat kualitatif, dan
hasil penelitian menekankan pada makna daripada generalisasi, sehingga hasil
penelitian hanya berlaku untuk saat itu saja. Oleh karena itu, penelitian ini
hanya berlaku untuk peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam semester 2
tahun pelajaran 2010/2011.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SD Kanisius Gayam.
2. Waktu Penelitian
Februari minggu terakhir dan Maret minggu pertama tahun 2011.
Berikut adalah jadwal penelitian yang dibuat oleh peneliti:
No Uraian Kegiatan
Waktu (minggu ke-)
Jan Feb Mar Apr
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Proses ijin ke Sekolah
3 Persiapan perangkat pembelajaran
4 Pelaksanaan Siklus I 5 Pelaksanaan Siklus II 6 Pengolahan data hasil
penelitian
7 Penyelesaian kelengkapan penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Peserta didik kelas II SD Kanisius Gayam.
2. Objek Penelitian
Peningkatan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik
kelas II semester 2 SD Kanisius Gayam tahun pelajaran 2010/2011.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian terdiri dari
dua siklus sebagai berikut :
1.Pra Penelitian
Pada tahap pra penelitian, yang pertama dilakukan peneliti adalah meminta
ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas untuk melakukan penelitian
kolaboratif di SD Kanisius Gayam, khususnya dengan pendidik kelas II.
Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan keadan kelas pada saat proses
peneliti melakukan wawancara kepada pendidik mengenai nilai kognitif
dan pengembangan 3C.
2.Rencana Tindakan Penelitian
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan mencakup mengkaji kompetensi dasar dan
materi pokok, menyusun silabus, menyusun RPP, pembuatan alat
peraga, membuat kisi-kisi dan soal evaluasi. Jaring-jaring tema dan
silabus dibatasi pada mata pelajaran matematika dan pendidikan
kewarganegaraan pada tema “gejala alam dan peristiwa”. Pembatasan
dilakukan karena peningkatan competence, conscience, dan compassion
(3C) yang akan diamati hanya pada pelajaran matematika dan
pendidikan kewarganegaran dalam dua siklus.
b. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam penelitian antara lain :
1) Rancangan Pembelajaran Siklus I
a)Tema : Gejala alam dan peristiwa
b)Sub Tema : Jajan di Kantin
c) Mata pelajaran terkait : Matematika dan
PendidikanKewarganegaraan
d) Sarana Pembelajaran : Model bangun datar
e) Kegiatan Pembelajaran :
(1) Peserta didik menyebutkan pengertian jujur
(2) Peserta didik menunjukkan sikap jujur di kantin (misalnya
membayar makanan sesuai dengan yang diambil)
(3) Peserta didik menunjukkan sikap disiplin membeli makanan
di kantin (misalnya mengantri saat membayar)
(4) Peserta didik menyebutkan bentuk makanan yang dibeli di
kantin
(5) Peserta didik menyebutkan macam-macam nama bangun
datar
(6) Peserta didik menunjukkan nama benda di kelas yang berupa
bangun datar
(7) Peserta didik berpasangan dengan teman sebangku
mengelompokkan benda-benda di kelas yang termasuk
bangun datar menurut namanya
2) Rancangan Pembelajaran Siklus II
a)Tema : Gejala alam dan peristiwa
b)Sub Tema : Melakukan Pekerjaan di Kelas
c) Mata pelajaran terkait : Matematika dan
PendidikanKewarganegaraan
d)Sarana Pembelajaran : Model bangun datar
e) Kegiatan Pembelajaran :
(1) Peserta didik menyebutkan contoh bekerja di rumah
(2) Peserta didik menyebutkan contoh bekerja di dalam kelas
(3) Peserta didik melakukan pekerjaan di kelas
(4) Peserta didik menyebutkan hubungan bekerja dengan nilai
kemanusiaan yang lain (misalnya jujur, tanggung jawab,
disiplin, teliti)
(5) Peserta didik menghitung garis tepi pada mejanya
(6) Peserta didik menjelaskan pengertian sisi
(7) Peserta didik menghitung jumlah sisi pada model bangun
datar
(8) Berpasangan merancang bentuk benda berdasar jumlah sisi
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II
sama. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah kompetensi dasar dan
indikator. Perbedaan indikator pencapaiannya dikarenakan siklus II
merupakan proses pembelajaran lanjutan dari siklus I.
c. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pembelajaran matematika
dan pendidikan kewarganegaraan secara tematik sesuai dengan
rancangan pembelajaran yang telah dibuat peneliti.
2) Peneliti melakukan evaluasi (penilaian) yang mencakup
skor, kemudian diproses menjadi nilai pada setiap akhir
pembelajaran setiap siklus.
d. Refleksi
Dari hasil observasi dan data yang diperoleh maka dilakukan
refleksi untuk mengkaji, melihat dan mepertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan yang telah dilakukan, sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam usaha ke arah
perbaikan, suatu perencanaan bersifat fleksibel. Bersifat fleksibel
maksudnya adalah siap dilakukan perubahan sesuai dengan keadaan.
E. Instrumen Penelitian
1. Tahap Pra Penelitian
Pada tahap pra penelitian, instrumen yang digunakan adalah lembar
pengamatan untuk mengamati nilai competence, lembar pengamatan
untuk mengamati pendidik dan peserta didik pada proses pembelajaran
Matematika dan PKn, dan daftar pertanyaan wawancara untuk mendalami
permasalahan yang terjadi pada pelajaran matematika dan pendidikan
kewarganegaraan.
2. Tahap Penelitian
Pada tahap penelitian, instrumen yang digunakan adalah perangkat
pembelajaran yang meliputi silabus, jaring-jaring tema, RPP, LKS,
lembar refleksi, tes evaluasi untuk mengukur competence, dan lembar
evaluasi yang berupa tes dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tes essay, yaitu tes yang berupa pertanyaan dengan jawaban bebas.
b. Tes objektif, meliputi tes dengan pilihan ganda, dimana peserta didik
tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan, dan isian singkat.
Dalam penelitian ini, instrumen untuk mengukur competence
berupa tes tertulis dengan bentuk tes objektif isian singkat. Sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur conscience, dan compassion
berupa non tes dengan bentuk daftar cek. Untuk melihat keadaan
kelas, instrumen yang digunakan adalah catatan anekdotal.
Instrumen lain yang digunakan pada tahap peneliatian adalah lembar
pengamatan untuk pendidik dan peserta didik. Lembar pengamatan
tersebut digunakan untuk mengamati kondisi dan sikap pendidik dan
peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Validitas Instrumen
Furchan (2007:293) mengemukakan bahwa validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Furchan (2007:294) juga menyebutkan bahwa validitas suatu instrumen
sangat bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaannya.
Sukardi (2003:122) mengemukakan bahwa validitas merupakan derajat
yang menunjukkan dimana suatu tes memang mengukur apa yang hendak
diukur. Sugiyono (2009:177) mengemukakan bahwa pengujian validitas