• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi SD Kanisius Sengkan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi SD Kanisius Sengkan - USD Repository"

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA

AKAN NILAI DEMOKRASI SD KANISIUS SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Yustina Tyas Windyarti

101134016

PROGARAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

(5)

v

MOTO

“Tuhan tak akan terlambat,

Juga tak akan lebih cepat,

Semua Dia jadikan indah pada waktuNya”

(1 korintus 10 :13 & Pengkhotbah 3 : 11a)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakkan, dan bertekunlah

dalam doa.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Windyarti, Yustina Tyas. 2014. Pengaruh Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Mata Pelajaran PKn Terhadap Kesadaran Siswa Akan Nilai Demokrasi SD Kanisius Sengkan. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Sanata Dharma Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi menghargai keputusan bersama siswa kelas V SD Kanisius Sengkan pada tahun ajaran 2013-2014.

Penelitian ini didorong dari mata pelajaran PKn sebagai pendidikan nilai yang harus sadari oleh seluruh masyarakat sebagai warga Negara.Nilai yang akan di tanamkan adalah nilai demokrasi, sehingga melalui penelitian ini diharapkan adanya kesadaran siswa akan nilai demokrasi. Penelitian ini merupakan penelitian

quasi-eksperimental tipe nonequivalent control group design.Subjek penelitian ini adalah adalah siswa kelas VA sabagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner sebagai pretest dan posttest lalu diolah menggunakan SPSS 16 For Windows

dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu uji normalitas data, uji homogenitas skor

pretest, uji kenaikan skor pretest ke posttest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil penelitian menunjukan bahwa PPR memiliki pengaruh akan kesadaran siswa terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan. Hal ini ditunjukan pada harga sig (2-tailed) <0,05, yaitu 0,000 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol harga sig (2-tailed) >0,05, yaitu 0,691.Jadi, Paradigma Pedagogi Reflektif berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi.

(9)

ix

ABSTRACT

Windyarti, Yustina Tyas. 2014. The Effect of the Reflective Pedagogy

Implementation in Civic Education toward Students’ Awareness of

Democracy Value in Sengkan Kanisius Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aimed at finding out the effect of reflective pedagogy paradigm toward the democracy value involved in Civic Education subject, particularly, in the material of appreciating decision for the fifth grade of Sengkan Kanisius Elementary School batch 2013-2014.

The consideration of this research was supported by Civic Education as a value education that must be noticed by the whole citizens. Learning democracy

value was chosen to build students’ awareness toward the importance of democracy value.This research conducted a nonequivalent control group design as the type of quasi-experimental. The research target was the students of grade VA, as the experimental group, and the students of grade VB, as the control group. Data gathering technique of this research was conducted by distributing questionnaire as the form of pretest and post test. The data was then analyzed by utilizing SPSS 16 For Windows application through three steps, namely the test of normality data, the test of pretest score homogenity, and the test of pretest-to-post increasing score of both experimental and control group.

In conclusion, the result of this research indication that reflective pedagogy

paradigm influenced students’ awareness toward democracy value involved in

Civic Education subject for the fifth grade students in Sengkan Kanisius Elementary School. It was shown by the result of sig (2-tailed) < 0.05, that is 0.000 for experimental group and control group result of sig (2-tailed) >0.05, that is 0,691. Thus, reflective pedagogy paradigm significantly influenced students’ awareness of democracy value.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Pengasih atas segala kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program Studi S1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rohandi, PhD, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum dan ibu E. Desiana Mayasari, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah berkenan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Para dosen PGSD yang telah membagikan ilmu kepada penulis dan seluruh karyawan PGSD untuk segala pelayanan dalam membantu peneliti selama kuliah di PGSD

6. Ibu M.Sri Wartini selaku kepala SD Kanisius Sengkan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut

7. Bapak Gilang selaku wali kelas V SD Kanisius Sengkan yang telah banyak membantu selama penulis melakukan penelitian

8. Siswa-siswai kelas V SD Kanisius Sengkan atas kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik

(11)

xi

selesai (Hendri, Nisa, Endah, Vera, Rido, Arif, Angga, Astri, Winda, Yuni, Mila, dkk)

10.Teristimewa untuk bapak A.Suryadi dan ibu N.Eko Susanti selaku orang tua penulis yang tiada hentinya memberikan dukungan dan perjuangan luar biasa serta adikku Valleria Wenni Endani.

11.Keluarga besar eyang (alm) Matius Tukir Hadi Suprapto yang selalu mendukung penulis baik materi ataupun moril, terutama om Al.Suryanto. 12.Seseorang jauh di sana(Bali) yang selalu memberi dukungan, doa dan

cintanya serta motivasiuntuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman kost Widowati (Yunda, Maria, Dian, Diana, Windy, Rohni, Seti, Ulfah, Aan) atas motivasi dan kebersamaan yang luar biasa.

14.Sahabat-sahabat yang selalu bersama dalam menyelesaikan study di kota ini (Della, Gista, Sari, Mei, Bibin, Khiara)

15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu memberikan dukungan, semangat, doa dan inspirasi hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini berguna bagi siapa saja.

Yogyakarta,7 Juli 2014 Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .. Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 8

2.1.1.1 Pendidikan Kewarganegaraan... 8

2.1.1.2 Nilai ... 15

2.1.1.3 Kesadaran... 17

2.1.1.4 Demokrasi ... 18

2.1.1.4.1 Kesadaran akan Nilai Demokrasi ... 20

2.1.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 20

2.2 .Penelitian Relevan ... 25

(13)

xiii

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BABIIIMETODOLOGIPENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Seting Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.5 Instrumen Penelitian ... 33

3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 39

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.8 Teknik Analisis Data ... 52

3.9 Jadwal Kegiatan ... 53

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.2 Pembahasan ... 64

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengaruh perlakuan………... 31

Tabel 2 Indikator kuesioner………... 33

Tabel 3 Kisi-kisi pernyataan kuesioner... 34

Tabel 4 Susunan item kuesioner ... 38

Tabel 5 Kriteria Koefisien reliabilitas... 41

Tabel 6 Validitas item………... 42

Tabel 7 Hasil item valid ………... 46

Tabel 8 Kualifikasi koefisien korelasi………... 49

Tabel 9 Hasil uji reliabilitas………... 49

Tabel 10 Tekhnik analisis data………... 50

Tabel 11 Jadwal Kegiatan………... 53

Tabel 12 Data hasil uji normalitas data... 57

Tabel 13 Skor pretest……….………... 59

Tabel 14 Skor perbandingan kelas kontrol dan eksperimen……….. 59

Tabel 15 Rata-rata hasil pretest dan posttest…………... 61

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Paradigma Pedagogi Reflektif... ... 3

Gambar 2 Bagan penelitian relevan... 27

Gambar 3 Bagan variabel penelitian... 33

Gambar 4 Diagram garis perbandingan hasil... 63

Gambar 5 Siswa kelas eksperimen mengerjakan pretest... 66

Gambar 6 Siswa kelas kontrol mengerjakan pretest... 66

Gambar 7 Guru memberikan pertanyaan pada siswa... 67

Gambar 8 Siswa sedang berdiskusi... 68

Gambar 9 Siswa kelas kontrol sedang merangkum materi... 68

Gambar 10 Ketika guru melakukan tanya jawab di kelas eksperimen... 69

Gambar 11 Saat siswa mengerjakan peta konsep... 70

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen... 77

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen... 85

Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen... 108

Lampiran 4 RPP Kelas Kontrol... 117

Lampiran 5 Kuesioner Validitas... 124

Lampiran 6 Hasil Validitas Kuesioner... 129

Lampiran 7 Hasil Kuesioner pretest dan posttest... 137

Lampiran 8 Rekap Hasil Kuesioner Kelas Kontrol... 162

Lampiran 9 Rekap Hasil Kuesioner Kelas Eksperimen... 171

Lampiran 10 Penomoran baru item valid... 180

Lampiran 11 Hasil data SPSS uji normalitas data... 185

Lampiran 12 Hasil data SPSS uji homogenitas... 188

Lampiran 13 Surat data SPSS uji kenaikan skor... 190

Lampiran 14 Hasil Refleksi siswa kelas eksperimen... 192

Lampiran 15 Hasil Pekerjaan Siswa LKS Kelas Eksperimen... 199

Lampiran 16 Hasil Instrumen Validasi... 213

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian... 215

Lampiran 18 Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian... 217

Lampiran 19 Gambar Pengamatan Kelas Kontrol... 219

Lampiran 20 Gambar Pengamatan Kelas Eksperimen... 222

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas latar belakang,rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Dengan rincian sebagai berikut :

1.1 Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia sampai saat ini tentu tak lepas dari perjuangan para pahlawan yang berkorban untuk melawan penjajah.Mempertahankan kemerdekaan Indonesia tentulah tugas yang paling utama di zaman kemerdekaan saat itu, sehingga menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan perkembangan zamannya.Sumarsono (2001) menyatakan kondisi dan tuntutan yang berbeda ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nila-nilai ini ditandai oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan, sehingga dari nilai-nilai tesebut tumbuhlah kekuatan yang mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap patriotismeyang seharusnya memang tumbuh dalam hati rakyat Indonesia.Nilai perjuanganmasih relevan untuk memecahkan setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, salah satunya adalah nilai demokrasi. Supaya terwujudnya Negara Kesatuan Rakyat Indonesia yang benar-benar sesuai dengan harapan bangsa,diperlukan peran pendidikan sebagai alat untuk mewujudkan nilai – nilai yang menjadi cita-cita bangsa.

(18)

pendidikan sangatlah diperlukan sebagai dasar seseorang didalam kehidupan. Pendidikan dan pembelajaran di sekolah tidak dapat mencapai tujuan apabila tidak ada timbal balik antara guru dan siswa.Salah satu tantangan yang dialami oleh guru yaitu bagaimana untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendidikan yang dijelaskan di atas.Mencapai tujuan dari pendidikan sendiri, perlu adanya upaya-upaya dalam kegiatan pembelajaran.Dalam pendidikan di Indonesia khusunya pada pendidikan sekolah dasar ada berbagai mata pelajaran yang diajarkan salah satunya mata pelajaran pendidikan Kewargegaraan atau yang sering dikenal adalah PKn.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah diharapkan mampu menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik berdasarkan nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Sumarsono,2001). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat menyadarkan siswa akan pentingnya nilai yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya menyadari akan nilai tersebut, tetapi siswa juga dapat mewujudkan atau mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewarganegaraan merupakan nilai yang selalu ada dalam kehidupan.Sehingga terwujudnya kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan harapan bangsa yang terkandung dalam butir-butir Pancasila sebagai dasar negara.

(19)

dikenal dengan pembelajaran transfer ilmu dari guru pada siswa. Pembelajaran konvensional hampir tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapat pengalaman langsung.

Situasi yang terlihat ketika peneliti melakukan observasi di SD Kanisius Sengkan siswa kelas V pada Oktober 2013 adalah kurangnya kesadaran siswa untuk menghargai orang lain. Seperti siswa yang tidak bisa menghargai pendapat teman, bentuk tidak menghargai dengan cara ribut sendiri dengan teman sebangkunya. Merasa iri ketika ada teman yang menang dalam pertandingan futsal. Secara kebetulan dalam kelas tersebut sedang ada pemilihan ketua group untuk camping. Pemilihan ketua dengan cara mengambil suara terbanyak atau voting, kondisi yang ada di dalam kelas justru gaduh karena ada beberapa siswa yang tidak setuju dengan pendata siswa lain. Akibatnya siswa emosi dan ada yang mengamuk, hal ini terlihat bahwa kesadaran siswa akan nilai demokrasi yang terkandung dalam PKn tidak terlihat, atau bahkan sama sekali tidak ada. Sebab pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya pelajaran hafalan saja, melainkan untuk diamalkan dengan penuh pengahayatan,keyakinan serta dengan kesadaran penuh.

Dari observasi yang telah dilakukan terlihat kurangnya kesadaran siswa akan nilai demokrasi dan perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Perbaikan proses pembelajaran tersebut melalui model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran dalam pendidikan nilai perlu mencakup aspek kehidupan siswa, supaya siswa dapat mengaplikasikan nilai dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu model yang dapat digunakan adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

(20)

sesama(Compassion). Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat dikatakan menuju pada tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming men and women for others).Paradigma pedagogi reflektif menawarkan sebuah pembelajaran dimana pembelajaran tersebut terdapat konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.Pedagogi reflektif sangat memperhatikan bagaimana konteks siswa dalam pelaksanaannya.

Pengalaman bagi siswa selama pembelajaran juga ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung.Pengalaman ini diberikan dengan maksud supaya siswa dapat menemukan sendiri nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak.Setelah itu, guru melakukan refleksi atas kegiatan yang telah berlangsung supaya siswa semkain meresapi nilai-nilai melalui pembelajaran.

(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki pengaruh terhadap kesadaran nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pkn pada siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan?

1.2.2 Apakah kesadaran nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi menghargai keputusan bersama siswa kelas V SD Kanisius Sengkan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014

1.3.2 Mengetahui kesadaran nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

1.4 Manfaat Penelitian

(22)

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengetahuan baru dalam pedagogi reflektif serta penerapannya dalam mata pelajaran PKn. Melatih kemampuan penulis dalam membuat suatu rancangan dalam mengajar dan kemampuan mengajar serta kemampuan mengkondisikan kelas.Selain itu, peneliti dapat membuktikan kelebihan atau keunggulan.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan inspirasi dalam penerapan Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn siswa SD kelas V dalam membangun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar yaitu menyadari nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam mata pelajaran PKn serta manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari serta merefleksikan pengalamannya melalui pedagogi reflektif.

1.4.4 Bagi Sekolah

Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi warga sekolah terutama guru untuk menambah wawasan yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.

1.5 Definisi Operasional

(23)

1.5.2 Kesadaran adalah kondisi seseorang yang tahu betul keadaan yang sedang berlangsung terkait dengan dirinya dalam hal dengan lingkungannya.

1.5.3 Nilai demokrasi memuat nilai-nilai sebagai berikut, damai dan sukarela, adil, menghargai perbedaan pendapat, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, serta memajukan ilmu.

1.5.4 Siswa SD adalah anak kelas V yang sekolah di SD Kanisius Sengkan.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan dipakai sebagai pedoman melakukan penelitian ini, antara lain adalah kajian pustaka yang berisikan teori-teori yang mendukung, penelitian-penelitian yang relevan, serta kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Pada kali ini, teori-teori yang mendukung akan dibahas mengenai mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, teori nilai, teori kesadaran, teori nilai demokrasi, Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Seluruhnya akan dibahas secara runtut sebagai berikut:

2.1.1.1 Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan dalam bahasa Inggris disebut juga Civic,

sementara ilmu kewarganegaraan disebut Civic Education.Menurut Undang-Undang Nomor 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai dasar fungsi dan tujuan pendidikan pasal 2 dikatakan (Darmadi, 2010) :

“Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945”. Selanjutnya pasal 3 dikatakan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

(25)

negara, antara warganegara dengan sesama warga negara, supaya mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta akan tanah air berdasarkan Pancasila.

Rakyat Indonesia, melalui Majelis Perwakilan Rakyat (MPR),

menyatakan (Sumarno, 2001) bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotisme, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap

menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa depan”. Dari

pernyataan di atas dapat disimpukan bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan pembelajaran yang mengenai pelajaran kewarganegaraan yang membantu masyarakat memahami akan kecintaannya dengan tanah air dan sikap-sikap yang harus ditanamkan. Adanya mata pelajaran PKn, warga negara diharapkan mampu menciptakan dan menjalankan hak kewajiban supaya tujuan Negara dapat terwujud.

2.1.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

(26)

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di samping pada tingkat serta mutu penguasaannya atas suatu ilmu. Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara, akan terwujud bila dapat merasakan nilai-nilai bangsa dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan untuk mengembangkan beberapa kemampuan-kemampuan, yaitu (Depdiknas, 2003) kemampuan berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan sehingga masyarakat diharapkan mampu berfikir cerdas demi kehidupan bersama. Berpatisipasi secara bermutu dalam berbagai organisasi dan bertanggungjawab akan apa yang dilakukannya serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat. Maka, perlu adanya pembekalan sejak dini akan bela rasa terhadap bangsa serta penanaman akan nilai kebangsaan dalam diri seseorang. Pembekalan tersebut melalui pembelajaran PKn di sekolah terutama sekolah dasar (SD).Sehingga mata pelajaran PKn salah satu mata pelajaran utama yang dapat membentuk karakter siswa dan dapat mewujudkan rasa nasionalisme serta semangat demokrasi dalam hidup bernegara.

2.1.1.1.2 Tujuan Materi Pembelajaran PKn

Salah satu sarana yang mampu menjembatani seseorang dalam berkehidupan bernegara adalah sekolah. Melalui pendidikan di sekolah seseorang dibina untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui mata pelajaran yang ada di sekolah terutama SD. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah PKn. Dengan adanya pelajaran PKn di sekolah diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik untuk memiliki komitmen kuat dalam hidup bernegara (Aryani.2010:8).

(27)

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter bangsa Indonesia supaya dapat hidup berdampingan dengan negara lain. 4) berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dengan memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada.

Sedangkan dari kurikulum 2006, materi PKn memiliki tujuan seperti yang ada pada Depdiknas (2003) dalam Aryani (2010:18) yaitu : 1) mengembangkan pengetahuan dasar osiologis, geografis, ekonomi dan sejarah serta kewarganegaraan, 2) mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan sosial, 3) membangun komitmen dan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, 4) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk baik dalam skala nasional maupun internasional.

Dari tujuan diatas yang tercantum dalam Depdiknas (2003) menunjukan bahwa melalui pelajaran PKn mengarahkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik, supaya mampu bersaing dengan bangsa lain. Selain itu menanamkan sikap nasionalisme untuk mempertahankan nilai-nilai kebangsaan, sehingga terciptalah masyatakat yang memiliki karakter.

2.1.1.1.3 Pembelajaran PKn Berbasis Nilai

(28)

teknologi yang diperlukan oleh seluruh manusia dan dapat dipelajari oleh siswa dalam mata pelajaran apapun terutama dalam mata pelajaran PKn. Nilai pendidikan dalam masyarakat yang memiliki nilai budaya diarahkan melalui pembelajaran PKn ini.

Nilai politik yang erat kaitannya dengan nilai kebangsaan yang secara sosial manusia dapat berubah tetapi tetap dilandasi jiwa persatuan dan kesatuan.Menurut Kusuma (2010) Nilai-nilai kebangsaan tersebut, antara lain: a.) Pengembangan nilai-nilai demokratis, diantaranya meliputi keadilan, taat pada hukum, kebebasan berpendapat dan berorganisasi, kesetaraan gender. b.) Pengembngan nilai-nilai kewarganegaraan dan nilai-nilai komunitas, diantaranya meliputi penghargaan atas hak-hak individual. c.) Pengembangan pemerintah yang bersih, diantaranya meliputi partisipasi, hak untuk mendapatakan pelayanan secara adil. d.) Pembentukan identitas nasional berupa kebanggaan nasional. e.) Pengembangan ikatan sosial, meliputi toleransi, keadilan sosial. f.) Pengembangan kehidupan pribadi, meliputi cenderung pada kebenaran, jujur, kesopanan, dan tolong menolong, g.)Pengembangan kehidupan ekonomi. h.) Pengembangan nilai-nilai keluarga. Selanjutnya adalah nilai musyawarah demokrasi yaitu pemahaman tentang dasar pembentukan sistem pemerintah dan kemasyarakatan yang di dalamnya ada kekuasaan yang mengatur.Musyawarah dapat terlaksana bila dijalankan dengan norma-norma kehidupan masyarakat, dan norma-norma keagaman sehingga dapat membangun demokrasi.Dalam sistem pemerintahan di Indonesia konsep musyarawah dilakukan oleh rakyat melalui perwakilan yang diatur oleh negara. Ada pula nilai ekonomi yang dipandang sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan seseorang baik dalam hal tenaga, jasa, pikiran, ataupun benda.

(29)

terganggu maka aktifitas tidak berjalan dengan baik.Mensana in corpore sano yang artinya dalam diri yang kuat terdapat jiwa yang kuat.Kalimat tersebut menunjukan bahwa aspek kesehatan sangatlah penting dalam sebuah negara.Nilai seni merupakan nilai estetika, imajinasi, dan kreatifitas, menyebabkan seseorang lebih cerdas dibidangnya.Nilai seni berkaitan erat dengan kepribadian seseorang yang secara mendalam sebagai refleksi atas dirinya.Warga negara hendaknya memiliki nilai seni sebagai upaya imajinasi, inovasi.

Nilai-nilai tersebut harus dilandasi oleh kesadaran akan nilai agama dan budaya dalam kehidupan bernegara. Nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran paling kuat karena bersumber pada kebenaran tertinggi yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya menjalin persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjaga hubungan terhadap sesama, memelihara hak dan kewajiban sesama , bersikap adil serta menjunjung nilai kehormatan manusia.

Nilai agama di sini bukan sebatas mengajarkan pengetahuan mengenai agama pada siswa, melainkan mengarahkan siswa untuk memiliki sikap dan kepribadian yang beriman pada Tuhan Yang Maha Esa.Maka, Pendidikan Kewarganegaraan erat kaitannya dengan nilai

religius atau nilai agama sebab PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mengembangkan isi dari Pancasila.Salah satu isi Pancasila adalah kebebasan rakyat dalam memeluk agama.Sedangkan, nilai budaya berkaitan pada aktivitas dalam hidup sehari-hari.Artinya setiap kegiatan atau kebiasaan dalam hidup bermasyarakat merupakan budaya atau pencitraan diri.

(30)

2.1.1.1.4 Kompetensi yang Diharapkan dari Pelajaran PKn

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang (Sumarno, 2001) : (1.) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. (2.) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. (3.) Rasionalis, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. (4.) Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. (5.) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan Negara. Dari kelima hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pendidikan kewarganegaraan sesungguhnya membentuk pribadi masyarakat lebih baik seperti yang tertuang dalam Pancasila sebagai ideologi negara kita. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu (Sumarsono,2001) :

“memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat,bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan

dalam pembukaan UUD 1945”. Maka dari itu hendaknya seseorang terdidik sejak dini dalam kesadaran akan bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang menunjukan cinta tanah air, serta menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Salah satunya dengan memberikan pendidikan kewarganegaraan pada Sekolah Dasar (SD).

(31)

Pembelajaran kewarganegaraan yang ditanam sejak dini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme serta mampu mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila untuk kehidupan bernegara.

2.1.1.2 Nilai

Menurut Wahana (2004 :84) nilai adalah kualitas yang memiliki daya tarik sendiri bagi seluruh perilaku manusia untuk mewujudkannya, karena nilai itu sendiri memiliki kesusaian dengan kodrat manusia. Sehingga apa yang akan dilakukan manusia harus seturut dengan akal dan kehendak manusia.

Sedangkan menurut Djahiri (dalam Aryani, 2010: 32) menyatakan bahwa nilai adalah hal yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah), estetika (bagus/buruk), etika (adil/layak/tidak adil), agama (dosa dan haram/halal), dan hukum (sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun kehidupan.

Nilai juga dapat dartikan acuan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, maka dari itu nilai tidak hanya dipikirkan atau sekedar dipahami juga tetapi harus dilakukan dengan penghayatan supaya dapat menemukan makna nilai dalam kehidupan sehari-hari.

Seturut yang diungkapkan Wahana (2004:70) peranan nilai dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting untuk pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindakannya.Manusia memahami nilai itu sendiri dengan beberapa hal seperti yang ditulis dalam Nila (2009:28) nilai selalu berada pada objek yang bernilai.Menemukan dan mehami nilai itu sendiri harus dipisahkan antara pemahaman terhadap objek nyata dengan nilai yang termuat didalamnya.Sebagai contoh ketika kita melihat emas pada perhiasan kalung dan cincin, kita dapat melihat kedua benda itu dengan mata.Tetapi kesamaan benda itu tidak bisa hanya dilihat dengan mata saja tetapi dengan pikiran kita.

(32)

dengan rencana yang akan dilakukan. Nilai harus dicintai terlebih dahulu kemudian dapat diwujudkan dalam kehidupan dengan memprioritaskan kepentingan.

Sehingga pengertian nilai sendiri merupakan hal yang tidak dapat diukur secara kuantitatif tetapi memiliki peranan penting sebagai landasan hidup dan penentu langkah seseorang dalam bertindak.

2.1.1.2.1 Pendidikan Nilai

Mulyana (2004:119) berpendapat bahawa pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempakannya secara integral dan menyeluruh dalam aspek kehidupan.Selain pendapat tersebut adapula yang menyebutkan bahwa pendidikan nilai adalah pengembangan nilai yang ada dalam diri seseorang (Kaswardi, 1993).Madiatmadja dalam Mulyana (2004) mengutarakan bahwa pendidikan nilai sebagai wahana untuk peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai yang ada dalam kehidupan. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan nilai adalah proses penanaman dalam diri peserta didik mengenai nilai-nilai yang ada dalam kehidupan.

Dalam mata pelajaran PKn memiliki kaitan erat denagn pendidikan nilai. Menurut Aryani dan Susatim (2010:43) pendidikan nilai dapat menyatukan berbagai masalah yang menyangkut hal bersifat personal sedangkan PKn membawa misi dan berbicara tentang nilai moral dan norma sebagai acuan atau patokan hidup bermasyarakat. Sebagaimana pendapat Djahiri dalam Aryani (2004:3) yang mengatakan bahwa orang yang tidak mengenal perangkat tatanan nilai norma maka sulit untuk diminta menjadi manusia bermoral. Visi pendidikan nilai sendiri adalah selain membina dan mengembangkan nilai norma mral juga dalam pencerahan diri dan kehidupan manusia yang berakal budi.

(33)

didik, tetapi lebih dimaknai sebagai upaya menegmbangkan proses penilaian dalam diri peserta didik . Seturut dengan pendapat Djahiri dalam Aryani (2010:43) sebagaimana kualifikasi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, dituliskan bahwa :

Pendidikan nilai membawa misi, yaitu memelihara dan melestarikan pendidikan nilai dalam kahidupan, memanusiakan (humanizing),

membudayakan (civilizing), dan memperdayakan (empowring), manusia dalam kehidupannya secara utuh. Selain itu membina dan menegakkan tatanan kehidupan manusiawi , demokratis supaya tetap pada identitas diri bangsa.

Melalui pendidikan nilai, PKn menekankan pemahaman hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan lingkungannya serta kajian mengenai manusia dan segala aspeknya dalam sistem hidup bermasyarakat.Hal ini dilakukan untuk menyiapkan para peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik berdasarkan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

2.1.1.3 Kesadaran

Widjaja (1984) menemukakan bahwa kesadaran adalah sikap atau perilaku mengetahui atau mengerti taat serta patuh pada peraturan dan ketentuan yang ada pada peraturan adat istiadat atau kebiasaan hidup dalam masyarakat.

Nila (2009:32) berpendapat bahwa kesadaran adalah kondisi dimana individumengetahui dan ingat pada keadaan yang sebenarnya yang secara langsung tersedia bagi kita.Semium (2006: 59) kesadaran adalah satu-satunya tingkatan kehidupan mental atau sikap sadar dan ingat pada keadaan yang berlangsung.

(34)

2.1.1.4 Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti

„rakyat‟ dan kratos atau kratien yang berarti „kekuasaan‟ atau „pemerintahan‟. Jadi berdasarkan asalnya demokrasi berarti „rakyat yang berkuasa‟.Supriatnoko (2008: 99) mengatakan bahwa demokrasi sebagai

dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa negara demokrasi adalah negara demokrasi merupakan negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.Jika ditinjau dari sudut organisasi, demokrasi memiliki arti sebagai sesuatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat.

Demokrasi memberikan pegangan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dalam menyampaikan gagasan, dan berperan serta dalam mengambil keputusan dan setiap individu memiliki kewajiban yang sama dalam melaksanakan keputusan serta bertanggung jawab terhadap terselenggaranya keputusan, sehingga ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilannya.

Dalam bukunya, Supriatnoko (2008:104) mengungkapkan ada lima ciri yang menunjukan bahwa suatu negara berpaham demokrasi atau berkedaulatan, yaitu bilamana sistem politik secara berkala memungkinkan penggantian pemerintahan, maka harus ada kesepakatan bersama dengan DPR, sejumlah parpol, angkatan besenjata, pers dan peradilan. Bila tidak memiliki kesepakatan tersebut maka negara mudah menimbulkan anarki.Negara juga harus memiliki sejumlah anggota masyarakat yang menempati kedudukan dalam pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti presiden, menteri, dan gurbenur.

(35)

dilakukan secara berkala untuk memilih jabatan-jabatan di pemerintahan tertentu yang diharapkan dapat mewakilkan rakyat dalam menyumbangkan ide-ide rakyat.

Dalam negara yang demokrasi tentunya menganut prinsip umum demokrasi yaitu kebebasan, pluralisme, paham individualisme, kesetaraan dan keadailan.Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasaan untuk berbuta atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sendiri.Sedangkan pluralisme adalah salah satu paham yang mendasari pelaksanaan negara demokrasi.Dalam paham pluralisme mengakui adanya perbedaan individu, sehingga pada negara yang menganut paham pluralisme warga negaranya dituntut bersikap toleran agar dapat tercipta kesepakatan karenan tanpa adanya toleransi yang terjadi hanya pertentangan.Serta dalam negara demokrasi dperlukan keadailan pada warga negara.Konsep adil menurut Supriatnoko ini adalah memandang kedudukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, khusunya dalam memberikan kebebasan dan kesetaraan yang dipandang adil.

(36)

2.1.1.4.1 Kesadaran akan Nilai Demokrasi

Wahana (2013) berpendapat bahwa kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, yaitu menyadari akan sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju, menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan, menyadari sikap yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, menyadari akan adanya nilai sekaligus sebagai kualitas yang perlu dusahaka, serta menyadari akan peranana nilai yang menjadi daya tarik badi kualitas untuk mewujudkannya.

Menyadari sepenuhnya sebagai warga negara nilai demokrasi untuk mewujudkan kehidupan bernegara secara lebih mendalam. Mengutip dari Henry B.Mayo dalam buku Winarno (2006), nilai-nilai demokrasi meliputi : damai dan sukarela, adil, menghargai perbedaan, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang minimal, dan memajukan ilmu.

2.1.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(37)

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh (Competence), mengasah kepekaan dan mempertajam hati nurani (Consience) dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama(Compassion). Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat dikatakan menuju pada tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming men and women for others).

Menurut Subagya (2010), pedagogi merupakan sebuah cara guru mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan.Maka, haruslah diberi pengalaman dan memfasilitasinya dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman tersebut. Selain itu siswa diberi pertanyaan atas aksi yang akan dilakukan sesuai dengan nilai tersebut.

Unsur–unsur pokok dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini dirumuskan dalam konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi yang dikemukakan oleh Subagya (2010). Konteks lebih ditekankan pada objek pembelajaran di mana materi dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat memberikan nilai-nilai kemanusiaan pada siswa yang berguna dalam kehidupan mereka.Banyak konteks yang dipelajari siswa dalam pembelajaran untuk menumbuhkembangkan pendidikan, yaitu wacana tentang nilai yang ingin dikembangkan, penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan dan yang terakhir hubungan antar siswa dengan guru.

(38)

sebaiknya guru memberikan contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan.Melalui itu, siswa bisa melihat, bersikap dan akhirnya berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan. Hubungan baik antar siswa dan guru akan membantu siswa untuk mempelajari dan kemudian mengaplikasikan nilai-nilai yang hendak dicapai.

Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran di mana siswa dapat merasakan langsung atau diberi pengalaman terhadap apa yang sedang mereka pelajari. Melalui pengalaman yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji melalui kelas kecil yang direkayasa oleh guru.Dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang dapat dikatakan sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman langsung bagi siswa.Apabila ini terjadi, guru bisa mensiasati dengan memberikan pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak langsung ini bisa dilakukan dengan cara bermain peran, melihat tayangan video atau gambar, dan masih banyak lagi.

(39)

Gambar 1 : Siklus Paradigma Pedagogi Reflektif (Subagya, 2010)

2.1.1.5.1 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Tujuan dari pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflrktif (Tim PPR SD Kelas Kanisius. 2010:3) bagi pendidik adalah : 1) untuk semakin memahami peserta didik, 2) selalu bersedia mendampingi perkembangan eserta didik, 3) semakin lebih baik dalam menyajikan materi untuk belajar, 4) untuk semakin memperhatikan kaitan perkembangan intelektual siswa dengan nilai-nilai moral,5) mampu mengadaptasi materi dan metode pembelajaran untuk tujuan pendidikan dan 6) mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar dan pendamping.

Selain tujuan bagi para pendidik, adapun tujuan PPR bagi peserta ddik yaitu: 1) membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama, 2) menjadi manusia yang utuh, 3) menjadi manusia berkompeten secara intelektual, serta terbuka untuk perkembangan religiusitas, 4) menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai, 5)

Pengalaman

Refleksi

(40)

menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanan bagi sesama.

Hal yang utama pada pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif ini adalah keseimbangan dalam aspek kehidupan baik secara religius, intelektual dan akhlak atau perilaku dalam hidup sehari-hari.

2.1.1.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Keunggulan dari pembelajaran PPR adalah : 1) pembelajaran berorientasi pada nilai, 2) peserta didik memperoleh pengalaman setelah proses belajar, baik pengalam langsung maupun tidak langsung, 3) peserta didik dapat memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran, hati untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, 4) dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif maupun psikomotorik, 5) peserta didik dapat belajar secara aktif dalam pengalaman belajar, penemuan dan kreativitas.

Dari kelima keunggulan PPR yang dapat membantu proses belajar kearah lebih baik, ternyata ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu : 1) membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan pembelajaran, 2) kesulitan dalam memunculkan nilai-nilai kemanusian karena sifatnya abstrak, sehingga untuk peserta didik tingkat SD masih sulit menerima, 3) sulit dalam menilai aksi yang telah dilakukan oleh peserta didik, dan 4) refleksi terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

(41)

2.2 .Penelitian Relevan

Adapun penelitian-penelitian yang terdahulu dan dirasa relevan dengan penelitian kali ini, berikut pembahasannya :

2.2.1 Irsanti (2011) dengan judul penelitian “Penerapan Paradigma Pedagogi Refflekif (PPR) Dalam Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas III A SD Kanisius Demangan Baru Semester II

Tahun Pelajaran 2010/2011”. Jenis penelitian adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Teknik analisis data dilakukan dengan mendiskripsikan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari siklus 1 sebelum diberi tindakan, skor Competence siswa pada mata pelajaran matematika 78,97 sedangkan setelah diberi tindakan skor bertambah menjadi 79,35. Pada siklus II menjadi 90,9. Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebelum diberi tindakan sebesar 76,03, sesudah diberi tindakan siklus 1 yaitu 81,3 dan pada siklus II sebesar 98. Conscience dan compassion pun mengalami peningkatan pada siklus 1 skor untuk conscience sebesar 78,7 dan pada siklus II menjadi 90, sedangkan skor Compassion

pada siklus 1 sebesar 75,7 dan pada siklus II menjadi 90.

(42)

65,8 dan pada siklus 1 menjadi 78, sedangkan pada siklus 2 mencapai 82,83.

2.2.3 Nila (2013) dengan jenis penelitian eksperimental tipe non-

equivalent control design yang berjudul Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajan Koopetif Untuk meningkakan Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air Kelas III SDN Adisuipto 1. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas III Adisucipto 1. Tekhnik pengumpulan data menggunakan kuesioner atau skala sikap sebagai

(43)

Gambar 2. Bagan penelitian relevan

Dari penelitian diatas diketahui bahwa PPR dapat meningkatkan sikap, minat prestasi belajar. Maka dalam penilitian kali ini peneliti ingin membuktikan apakah PPR berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

Irsanti (2011)

PPR untuk tematik dalam meningkatkan

3C

Natalia (2013)

Peningkatan motivasi menggunakan PPR

Nila (2009)

Pengaruh PPR terhadap kesadaran

akan nilai cinta tanah air

Dari penelitian diatas membuktikan bahwa PPR dapat

meningkatkan 3C, motivasi serta kesadaran akan nilai cinta

tanah air

(44)

2.3 Kerangka berpikir

Mata pelajaran PKn merupakan pembelajaran yang mengedepankan pendidikan nilai. Pendidikan nilai ini akan terwujud dalam kehidupan siswa bila ada sikap sadar. Menanamkan sikap sadar akan nilai pada siswa akan berdampak dalam kehidupan bernegara. Penelitian ini memilih siswa kelas V sebagai subyek penelitian.permasalahan yang diangkat adalah kurangnya kesadaran akan nilai demokrasi. Salah satu contoh konkret kurangnya kesadaran nilai akan demokrasi adalah ketika bermusyawarah atau diskusi, ada siswa yang tidak bisa menghargai teman yang sedang berbicara, asyik main sendiri. Selain itu siswa juga tidak bisa menerima pendapat orang lain dan tidak dapat menerima kekalahan secara sportif yang ada justru menanggapi kekalahan itu secara emosional. Maka dari itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai demokrasi melalui kegiatan belajar di kelas.

(45)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

2.4.1 Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki pengaruh terhadap kesadaran nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pkn pada siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab III ini, berisikan pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini. pembahasan lebih rinci mengenai jenis penelitian yang digunakan serta menetapkan populasi ddan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan penelitian Quasi experimental design dengan tipe nonequivalent control group design

(Sugiyono,2010:116). Dalam bukunya Sugiyono (2010:114) menjelaskan bahwa penelitian eksperimental adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dengan kondisi yang dikendalikan.

Jenis penelitian ini termasuk quasi-eksperimental tipe nonequivalent control group design (Sugiyono,2010:116)karena pemilihan tiap responden bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dilakukan secara random. Perbedaan perlakuan yaitu dimana kelas eksperimen menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan pembelajaran dalam kelas kontrol menggunakan cara tradisional. Masing-masing kelas akan mendapatkan

(47)

Pengaruh perlakuan dapat dilihat seperti pada kolom di bawah ini : Tabel 1. Pengaruh perlakuan

Keterangan : = hasil observasi pretest kelas eksperimen = hasil observasi posttest kelas eksperimen = hasil observasi pretest kelas kontrol = hasil observasi posttest kelas kontrol = model pembelajaran PPR

= model pembelajaran tradisional

3.2 Seting Penelitian

Dalam seting penelitian ini berisikan tempat penelitian dan waktu penelitian dengan penjelasan sebagai berikut :

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7, Condongcatur Sleman, Yogyakarta.Pemilihan tempat ini berdasarkan tempat Program Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti di sekolah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

(48)

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti merumuskan karakteristik yang sesuai dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Karakteristik tersebut meliputi: (1) siswa kelas V SD, (2) berada di lingkup daerah yang sama (satu provinsi), (3) siswa yang berumur 10-13 tahun, (4) dan menggunakan kurikulum yang sama. Sehingga populasi penelitian ini adalah siswa SD kelas V.

Berdasarkan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah sebagian jumlah dari karakteristik populasi yang dipilih untuk diamati dan dapat mewakili populasi.

Sampel pada penelitian ini ada dua kelas, yang pertama kelas eksperimen yaitu siswa kelas V A SD Kanisius Sengkan. Sedangkan kelas kontrol yaitu siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu: 2.4.3 Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas menurut Sugiyono (2010) merupakan variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).

2.4.4 Variabel Terikat (Variabel Dependen)

(49)

Variabel independen Variabel dependen Gambar 3. Bagan variabel peneitian

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian, jadi instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati (Sugiyono,2010 : 148). Pada penelitian kali ini menggunakan skala sikap untuk melihat adanya pengaruh penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap mata pelajaran PKn siswa kelas V. Skala sikap tersebut berbentuk angket atau kuisioner.

Angket adalah tekhnik pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono.2010:192). Kuisioner yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kuisioner tipe pernyataan tertutup. Kuisioner tertutup adalah jawaban yang dihasilkan dari responden lebih cepat dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data (Sugiyono.2010: 194).

Berikut ini adalah indikator kuisioner dan penjabaran indikator yang terbagi menjadi pernyataan favorable dan unfavorable.Indikator kesadaran akan nilai ini diambil dari Wahana (2004) sebagai bahan acuan.

Tabel 2. Indikator kuesioner dari rangkuman Max Sceller (Wahana. 2004)

No Indikator kesadaran akan nilai

1. Menyadariakanadanyanilaisebagaikualitas yang perludiusahakan

2. Menyadariakanperanannilai yang

menjadidayatarikmanusiauntukmewujudkannya

3. Menyadariakansarana-saranasertacara-cara yang perludiusahakan demi Pembelajaran

Pedagogi Reflektif

(50)

terwujudnyanilai yang diharapkan

4. Menyadarisikap yang diperlukan demi terwjudnyanilai yang diharapkan 5. Menyadaritindakan yang perludilakukan demi terwujudnyanilai yang

menjaditujuan.

Dibawah ini merupakan kisi-kisi kuisioner sebagai bentuk deskriptor atau pernyataan dari penjabaran masing-masing indikator yang terdiri dari pernyataan negatif dan positif.Deskriptor tersebut diambil dari materi pada kelas V yaitu kebebasan berpendapat.

Tabel 3. Kisi-kisi pernyataan keusioner

1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan No Pernyataanfavorable Pernyataanunfavorabel

1. Sayamenyadaribahwasetiap orang bolehmengutarakanpendapatnya 5. Sayamendengarkanteman yang

sedangberpendapat

Sayatidakperdulidenganpendapat yang disampaikan orang lain 6. Sayapercayaketuakelasdapatmenga

turkelasdenganbaik

Menurutsayaketuakelaskurangmam pumengaturkelasdenganbaik. 7. Kerjasamaitupenting Sayalebihsukamengerjakantugastan

pabantuan orang lain

(51)

No Pernyataanfavorable Pernyataanunfavorable

2. Sayamembuatkelas yang sesuaidenganhobi

Sayamembuatkelas hanya teman-teman yang saya senangi saja 3. Sayamengikuti diskusi kelas

dengan penuh antusias

Saya malas mengikuti kerja kelas karena pendapat teman tidak berguna sendirian daripada mengajak teman

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan

No Pernyataanfavorable Pernyataanunfavorable

1. Sayamencatatmateripelajaran Sayakurangbersemangatmencatatm ateripelajaran

2. Memilihketuakelasmerupakancara berpendapat

Ketuakelasharusdipiliholeh guru 3. Sayamenerimakekalahan Sayatidakmenerimakekalahan 4. Sayamenerimapendapatoranglain Sayamenolakpendapat orang lain 5. Mengikutikerjabakti di

lingkungansekitar

Sayamalasmengikutikerjabakti di lingkungansekitar

6. Sayasenangberpendapat Sayakurangtertarikuntukberpendap at

(52)

No Pernyataanfavorable Pernyataanunfavorable 4. Sayamenerimapendapat orang lain Selalumenginginkanpendapat saya

yang diterima oranglain

8. Kelasbelajarsayapilihsendiri Kelasbelajarditentukanolehoranglai n.

5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.

No Pernyataanfavorable Pernyataanunfavorable 1. Berbicaradengansopansantunketik

4. Menghormatipendapat orang lain Mencelapendapat orang lain 5. Memberikanpujianpadateman

(53)

kelas orang tentang fenomena sosial (Sugiyono.2010:136). Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Terdapat empat alternatif jawaban yaitu

“Sangat Sadar (SS)”, Sadar (S)”, “Netral (N), “Tidak sadar (TS)”, Sangat Tidak sadar (STS)”. Tetapi alternatif jawaban netral atau N tidak

dicantumkan dalam kuesioner karena kecenderunegan siswa untuk menjawab netral akan lebih banyak.

Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable: Pernyataan favorable, dengan pilihan jawaban dan skor :

a. Sangat Sadar (SS) : skor 5

b. Sadar (S) : skor 4

c. Tidak Sadar (STS) : skor 2 d. Sangat Tidak Sadar (STS) : skor 1

Pernyataan unfavorable, dengan pilihan jawaban dan skor : a. Sangat Sadar (SS) : skor 1

b. Sadar (S) : skor 2

c. Tidak Sadar (STS) : skor 4 d. Sangat Tidak Sadar (STS) : skor 5

Berdasarkan kisi-kisi penyusunan kuesioner kesadaran akan nilai demokrasi di atas, maka disusun sebaran item kuesioner sebagai berikut :

(54)
(55)

3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dan reliabilitas intrumen dilakukan untuk menguji kevalidan dan kereliabilitasan suatu instrumen penelitian.Berikut ini penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas pada penelitian ini.

3.6.1 Validitas

Validitas merupakan pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah dari pengukuran tersebut.validitas terbagi menjadi dua yaitu logis dan empiris. Validitas logis penekanan terhadap penalaran sedangkan validitas empiris lebih menekan pada dua cara yang dilakukan dalam menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Validitas menunjukan kemampuan alat aukur atau instrumen penelirian dalam mengukur suatu hal yang akan didapatkan dari penggunaan instrumen tersebut (Nugroho,2011).

Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur . Validitas yang sering digunakan dalam penelitian menurut (Masidjo.2010:243) yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct or concept validity). Validitas isi

(content validity) merupakan validitas yang menunuukan sampai dimana isi tes atau alat ukur yang akan diukur atau diteskan. Sedangkan validitas konstruk (construct or concept validity) adalah validitas yang menunjukan samapai dimana isi suatu tes atau alat ukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat ukur tes, yang mendasari disusunnya tes atau alat ukur tersebut.

(56)

instrumen pada penelitian ini menggunakan perhitungan program SPSS 16, dengan tujuan mempermudah peneliti dalam menghitung validitas.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran yang dapat dipercaya apabila dalam beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama akan didapatkan hasil yang relatif sama (Azwar, 2008). Bila perbedaan yang ada besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran tidak akan dipercaya atau tidak reliabel.

Reliabilitas instrumen menunjukan seberapa besar suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan digunakan sebagai alat pengumpul data.Reliabilitas instrumen yang semakin tinggi, menunjukan hasil ukur yang didapatkan semakin terpercaya / reliabel. Semakin reliabel suatu instrumen membuat intrumen tersebut akan mendapatkan hasil yang sama, bila digunakan beberapa kali mengukur objek yang sama (Nugroho, 2011).

Metode pengukuran reliabilitas yang sering digunakan adalah metode

Alpha Cronbach.Koefisien Alpha Crobach menunjukan sejauh mana kekonsistenan responden dalam menjawab instrumen yang dinilai. Rumusnya adalah (Azwar, 2006)

[ ][ ]

(57)

Tabel 5. Kriteria koefisien reliabilitas

Interval Koefisien Reliabilitas Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

Negatif – 0,20 Sangat rendah

Tabel diatas menunjukkan interval koefisien reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas soal evaluasi pada penelitian ini. Pada interval 0,91-1,00 menunjukkan kualifikasinya sangat tinggi. Pada interval 0,71-0,90 menunjukkan kualifikasinya tinggi. Pada interval 0,41-0,70 menunjukkan kualifikasinya cukup. Pada interval 0,21-0,40 menunjukkan kualifikasinya rendah. Selanjutnya yang terakhir pada interval kurang dari 0,20 menunjukkan kualifikasinya sangat rendah.

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah kuisioner atau skala sikap kesadaran akan nilai demokrasi. Peneliti melakukan face validity kepada dosen ahli berupa instrumen yang akan digunakan untuk menilai tingkat kesadaran siswa akan nilai dmeokrasi.

(58)

Pada uji validitas kedua, kami berdiskusi untuk membahas pernyataan atau deskriptor yang telah diperbaharui.Hasil kesepakatan dosen dan peneliti bahwa kuisioner atau skala sikap dapat digunakan untuk penelitian dan tentunya peneliti selalu mengikuti saran yang diutarakan oleh dosen ahli dapat dilihat pada tabel 2.

Peneiti melakukan validitas empiris kepada siswa kelas VI SD Kanisius Sengkan. Validtas ini dilakukan pada siswa kelas VI dengan alasan mereka yang sudah pernah mendapatkan materi kebebasan berpendapat di kelas V, dengan harapan instrumen tersebut mudah dipahamai dan sesuai materi yang diajarkan di SD. setelah mendapatkan data, peneliti menggunakan program SPSS 16 untuk mempermudah penghitungan, dengan hasil dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Berdasarkan susunan sebaran item uji coba kuesioner kesadaran akan nilai demokrasi yang telah di sebarkan, maka didapatkan hasil item valid sebagai berikut :

Tebel 6. Validitas item

No Pernyataan Pearson

Correlation

6. Musyawarah/berdiskusi seharusnya tidak diadakan

(59)

7. Saya mendengarkan teman yang sedang berpendapat

0,172 0,365 Tidak Valid 8. Saya percaya ketua kelas

dapat mengatur kelas dengan baik kurang mampu mengatur kelas dengan baik memberikan usulan saat musyawarah 18. Saya membuat kelas hanya

teman-teman yang saya senangi saja

0,073 0,000 Tidak Valid

19. Saya malas mengikuti kerja kelas karena pendapat teman tidak berguna

0,782** 0,000 Valid

20. Saya kurang setuju apabila guru membebaskan membentuk kelas

0,009 0,081 Tidak Valid

(60)

(piket) (piket) sendirian daripada mengajak teman

hasil pendapat teman-teman kelas

kerjabakti di lingkungan sekitar

0,775** 0,000 Valid

(61)

keputusan bersama demi

bersama karena tidak sesuai dengan keinginan saya

0,795** 0,000 Valid

44. Selalu menginginkan pendapat saya yang jika saya mengerjakannya sendirian

0,809** 0,000 Valid

49. Saya senang bila kelas belajar saya pilih sendiri

0,659** 0,000 Valid 50. Saya senang bila kelas

belajar ditentukan oleh oranglain atau guru

0,165 0,440 Tidak Valid

51. Berbicara dengan sopan santun ketika mengajukan pendapat

0,908** 0,000 Valid

52. Berbicara keras-keras ketika mengajukan musyawarah dengan tidak ikhlas

0,632** 0,000 Valid

(62)

orang lain

58. Mencela pendapat orang lain

0,638** 0,000 Valid 59. Memberikan pujian pada

teman yang memenangkan pertandingan pernyataan.Berikut, tabel hasil item valid yang berisi 46 pernyataan.Hasil item valid dibawah ini sudah tersebar pada masing-masing indikator kesadaran nilai.

Tebel 7. Hasil item valid No orang boleh mengutarakan pendapatnya

pendapat yang disampaikan orang lain

0,757** 0,000 Valid

13. Saya sangat bersemangat untuk memberikan pendapat saat musyawarah/berdiskusi

0,908** 0,000 Valid

(63)

dengan penuh antusias

19. Saya malas mengikuti kerja kelas karena pendapat teman tidak berguna

0,782** 0,000 Valid

22. Saya bekerjasama dengan teman untuk membersihkan kelas (piket)

0,867** 0,000 Valid

25. Saya mencatat materi pelajaran 0,680** 0,000 Valid 26. Ketua kelas dipilih dari hasil

kerjabakti di lingkungan sekitar

0,774** 0,000 Valid

35. Saya senang berpendapat 0,759** 0,000 Valid 36. Saya kurang tertarik untuk

berpendapat

0,767** 0,000 Valid 37. Saya mau mendengar pendapat

orang lain

0,866** 0,000 Valid 38. Saya menerima hasil

musyawarah dengan senang hati 41. Saya menghargai keputusan

(64)

bersama karena tidak sesuai dengan keinginan saya

44. Selalu menginginkan pendapat saya yang diterima orang lain

0,684** 0,000 Valid 51. Berbicara dengan sopan santun

ketika mengajukan pendapat

0,879** 0,000 Valid 52. Berbicara keras-keras ketika

mengajukan pendapat

0,806** 0,000 Valid 53. Menerima hasil musyawarah

dengan ikhlas

0,862** 0,000 Valid 54. Menolak hasil musyawarah

dengan tidak ikhlas

0,603** 0,000 Valid 55. Mendengarkan saat

musyawarah berlangsung

0,877** 0,000 Valid 56. Berbicara sendiri saat

musyawarah berlangsung

0,862** 0,00 Valid 57. Menghormati pendapat orang

lain

0,858** 0,000 Valid 58. Mencela pendapat orang lain 0,617** 0,000 Valid 59. Memberikan pujian pada

teman yang memenangkan pertandingan

0,853** 0,000 Valid

60. Memprotes teman yang menang dalam pertandingan

0,652** 0,000 Valid 61. Memberi semangat pada teman

yang kalah dalam pertandingan

0,674** 0,000 Valid

64. Kebersihan kelas

tanggungjawab ketua kelas

Gambar

Gambar 1 : Siklus Paradigma Pedagogi Reflektif (Subagya, 2010)
Gambar 2. Bagan penelitian relevan
Tabel 1.  Pengaruh perlakuan
Tabel 2. Indikator kuesioner  dari rangkuman Max Sceller (Wahana. 2004)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya konsentrasi zat pengawet, waktu penyimpanan, suhu

memadai bahwa transaksi yang dicatat atau yang sudah terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat, dan dinilai dengan wajar. Sistem informasi yang baik akan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Dalam pembuatan pelengkap busana ini limbah plastik sebagai bahan dasar dilapisi dengan kain perca yang memang banyak dimiliki oleh para penjahit.. Limbah kain perca

Pada Acara ini akan diusulkan kepada RUPS Tahunan untuk melimpahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik yang terdaftar

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspurs terdapat hubungan yang signifikan.. Artinya semakin baik peringkat yang diperoleh mendorong

[r]