PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI
DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN
COMPETENCE,
CONSCIENCE,
DAN
COMPASSION
SISWA KELAS X
SMA PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX
SEDAYU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
ROBERTUS PRASTYA JATI 08 1334 038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatNya,
Bapak dan Ibu, yang selalu memeberikan doa dan kasih sayangnya
Kakakku, yang selalu memberikan support,
Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan yang indah selama ini.
v
MOTTO
JUST DO IT !
ABSTRAK
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR
ST.LOUIS IX SEDAYU
Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan
compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,
conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek
competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek
conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION
OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU
Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.
This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.
The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan
Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan
Tabungan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa
Kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah... 3
D.Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6
2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7
3. Pengertian Competence, Conscience,dan Compassion ... 7
4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR ... 8
B.Fungsi Konsumsi dan Tabungan ... 13
BAB III C.Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi ... 18
D.Penelitian Tindakan Kelas ... 19
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 20
2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 20
METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 21
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 22
D.Prosedur Penelitian ... 22
E. Instrumen Penelitian ... 28
F. Metode Pengumpulan Data ... 29
G.Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Deskripsi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 35
B.Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 37
C.Kurikulum SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 39
D.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 43
BAB V ... 46
... 71
2) Pengalaman ... 75
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 46
1. Pra Penelitian ... a. Observasi Terhadap Guru ... 47
b. Observasi Terhadap Siswa ... 49
c. Observasi Kelas ... 53
2. Siklus Pertama ... 54
a. Perencanaan ... 54
b. Tindakan ... 58
1) Konteks ... 59
2) Pengalaman ... 59
3) Refleksi ... 61
4) Aksi ... 62
5) Evaluasi ... 62
c. Observasi ... 63
d. Refleksi ... 67
3. Siklus Kedua ... 70
a. Perencanaan ... b. Tindakan ... 74
1) Konteks ... 74
3) Refleksi ... 76
4) Aksi ... 77
ah 87 BAB VI A. C. DAFT LAMPIRAN 5) Evaluasi ... 77
c. Observasi ... 77
d. Refleksi ... 81
B. Hasil Analisis Komparasi Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa, Sebelum dan Sesud Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 85
1. Aspek Competence ... 86
2. Aspek Conscience ... 3. Aspek Compassion ... 91
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan ... 95
B.Keterbatasan Penelitian ... 96
Saran ... 97
AR PUSTAKA ... 98
DAFTAR TABEL
: Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) ... 32
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 53 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 dan Model dengan Pembelajaran Paradigma Pedagogi : Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) ... 32
: Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience)... 33
: Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) .. 33
: Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 35
: Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 37
: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 48
: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 50
: Analisis conscience dan compassion Pra Penelitian ... : Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 63
: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 66
: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus I ... 67
: Wawancara Siswa pada Siklus Pertama ... 69
: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 78
: Aktivitas siswa pada siklus kedua ... 80
: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 81
: Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat
Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 83
: Analisis Komparasi Aspek Competence Siswa ... 86 Tabel 5.12
Tabel 5.13
Tabel 5.14
Tabel 5.15
Tabel 5.16
Tabel 5.17
Tabel 5.18
: Skor Rata-rata Sikap ... 87
: Skor Rata-rata Minat ... 88
: Skor Rata-rata Penilaian Hemat ... 89
: Perbandingan Skor Aspek Conscience antara Sebelum
dan Sesudah Penerapan PPR ... 90
: Perbandingan Skor Aspek Compassion antara Sebelum
dan Sesudah Penerapan PPR ... 91
: Perbandingan Skor Aspek Competence, Conscience, serta
Compassion antara Sebelum dan Sesudah Penerapan PPR ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99
Lam Lam Lam 121 : Kuesioner Penilaian Minat ... 123
ampiran 10 : Kuesioner Penilaian Sikap... 124
ampiran 11 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 125
ampiran 12 : Lembar Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 126
ampiran 13 : Lembar Observasi Siswa ... 127
ampiran 14 : Lembar Refleksi Siswa ... 128
Lampiran 15 : Lembar Aksi S ... 129
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 106
piran 3 : Handout ... 113
Lampiran 4 : Games Teka-teki Silang ... 116
piran 5 : Lembar Kerja SiswaSiklus I ... 117
Lampiran 6 : Artikel ... 119
piran 7 : Kuesioner Penilaian Hemat ... Lampiran 8 : Kuesioner Penilaian Kerja Sama ... 122
Lampiran 9 L L L L L iswa ... Lampiran 16 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus I ... 130
Lampiran 17 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus I ... 131
Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus I . 134 Lampiran 19 : Games Peta Konsep ... 135
Lampiran 20 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 137
Lampiran 21 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 139
Lampiran 22 : Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 140
Lampiran 23 : Soal Pre Test Siklus II ... 141
Lampiran 24 : Soal Post Test Siklus II ... 142
... 145
Lampiran 28 II.. 146
mpiran 2 153 Lampiran 34 ... 154
Lampiran 35 ... 157
Lampiran 37 ... 159
Lampiran 38 ... 165
Lampiran 42 Lampiran 25 : Lembar Refleksi Siswa ... 143
Lampiran 26 : Lembar Aksi Siswa ... 144
Lampiran 27 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus La 9 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus II 149
Lampiran 30 : Soal Pre Test Siklus I ... 150
Lampiran 31 : Soal Post Test Siklus I ... 151
Lampiran 32 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 152
Lampiran 33 : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus I ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus I ... 156
Lampiran 36 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus II ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Pra Penelitian ... 160
Lampiran 39 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Pra Penelitian ... 163
Lampiran 40 :Surat Ijin Penelitian ... 164
Lampiran 41 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... : Perhitungan Rumus Konversi ... 166
xx
... 167
Lampiran 44
Lampiran 43 : Hasil Refleksi dan Aksi Siswa pada Siklus I ...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses belajar untuk menanamkan, dan
mengembangkan siswa dalam mencapai proses pendewasaan diri. Pendidik
harus berhadapan dengan siswa yang tumbuh dan berkembang serta
memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Selain itu ada pula
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan karakteristik para
siswa, misalnya perubahan struktur masyarakat, globalisasi, dan
perkembangan teknologi-informasi. Di sisi lain fenomena pendidikan saat
ini, sekolah terkesan mengejar target kelulusan agar tidak tertinggal dengan
sekolah lain (Tim Redaksi Kanisius, 2008:8), sehingga hanya
mengembangkan siswa dari segi kognitifnya saja, tidak menyangkut seluruh
daya manusia yaitu pikiran, hati, dan kehendak. Dalam proses pendidikan
sekarang yang cenderung mengejar target, menghasilkan produk
pendidikan yang secara intelektual dan wawasan berkembang namun secara
afektif, dan secara psikomotorik belum terbentuk. Para siswa diharapkan
tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang didapat, tetapi juga
harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu menjadi pelaku
perubahan sosial yang berguna bagi masyarakat (Tim Redaksi Kanisius,
2008:11)
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi
1
kristiani/kemanusiaan (Tim Redaksi Kanisius, 2008:39). Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) menyatakan bahwa siswa diperlakukan sebagai
subjek, hal ini merupakan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia
yang utuh. Siswa memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara
optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, moral, sosial. Paradigma ini
merupakan fondasi dari pendidikan yang menyiapkan siswa untuk berhasil
sebagai pribadi yang sukses dalam bidang kognitif, serta di lingkungan
sosial dapat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (makhluk
sosial).
Penerapan PPR menjadi salah satu pilihan untuk melahirkan
pribadi-pribadi yang memiliki aspek competence, conscience, dan compassion
sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek
kecerdasan intelektual, spiritual, sosial.
Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran ekonomi kelas X,
ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut: masih ada siswa yang
mendapat nilai ekonomi di bawah KKM, hal ini berkaitan dengan aspek
competence yang dimaknai sebagai kemampuan akademik. Dalam
pembelajaran juga dilihat aspek conscience dan compassion siswa,
misalnya dalam kelas dijumpai ada beberapa siswa yang kurang jujur,
kurang tanggung jawab, serta tidak bisa bekerja sama dengan baik atau
kurang peduli dengan anggota yang lain dalam kelompok saat diskusi.
Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan proses
nilai-nilai kehidupan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada
Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan
Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu”.
B. Batasan Masalah
Penelitian tindakan dengan menerapkan PPR untuk meningkatkan
competence, compassion, dan conscience siswa ini dibatasi hanya pada
materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan. Materi tersebut termasuk dalam
standar kompetensi “memahami konsumsi dan investasi”, dan kompetensi
dasar “mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?
2. Bagaimana meningkatkan coscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
3. Bagaimana meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?
4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran
materi Konsumsi dan Tabungan dapat meningkatkan competence,
conscience, dan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St.
Louis IX Sedayu?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?
2. Untuk meningkatkan conscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?
3. Untuk meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Siswa dapat mengembangkan aspek competence, compassion, dan
conscience sehingga dapat memahami materi ekonomi dengan baik
dan mengembangkan nilai kerja sama dan tanggung jawab bagi
teman dan lingkungan di sekitar mereka.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan,
bahan pertimbangan dan alternatif dalam pemilihan model
pembelajaran.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah serta dapat menjadi inspirasi bagi
sekolah untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan pribadi siswa secara utuh.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang
berguna, dan berharga serta dapat menjadi bekal bagi peneliti
untuk terjun ke dunia pendidikan dan memperoleh wawasan dalam
menganalisa suatu masalah kemudian mengambil suatu tindakan
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Dari makna etimologisnya, kata pedagogi (paideia - Yunani)
mengandung makna metodologi atau cara mendampingi dan
membantu pembelajar tumbuh dan berkembang dengan didasarkan
pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia ideal. Dengan
kata lain, pedagogi selalu mengandung cita-cita yang dituju sekaligus
kriteria untuk memilih sarana yang digunakan dalam proses
pendidikan(Supratiknya, 2007).
PPR merupakan pola pikir pendidikan yang bertolak dari
keprihatinan akan masalah kemanusiaan yang mengintegrasikan aspek
akademik dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam satu
proses pembelajaran yang sama. Menurut Subagya (2010:22),
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir (paradigma=pola
pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi
kemanusiaan (pedagogi relektif = pendidikan kemanusiaan).
Mekanisme dalam pembelajaran PPR adalah mengembangkan
nilai-nilai kemanusiaan dengan mekanisme pemberian pengalaman, refleksi,
aksi, dan evaluasi.
6
2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan pendidikan berpola PPR adalah membina laki-laki dan
perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama
manusia (forming man and women for others). Paradigma Pedagogi
Reflektif menggerakkan seorang pribadi “agar lebih memuliakan
Allah”, dan “lebih membantu sesama” (Tim Kanisius,2010). Melalui
PPR para siswa diharapkan memiliki kemampuan, tanggung jawab dan
perhatian terhadap sesama untuk menjadi manusiawi. Pendidikan
berpola PPR dipandang sebagai usaha menemukan dan meneliti
pola-pola, hubungan-hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan,
pengertian-pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah-masalah,
pemecahan-pemecahan, dan implikasi-implikasi.
3. Pengertian Competence, Conscience, dan Compassion
a. Competence
Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang
memadukan unsur-unsur pengetahuan keterampilan, dan sikap.
Unsur-unsur dasar competence: pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
b. Conscience
Conscience dimaknai sebagai kemampuan memahami alternatif
c. Compassion dimaknai sebagai kemauan untuk berbela rasa pada
sesama dan lingkungan (Man and women for and with others).
Unsur-unsur compassion adalah : peduli, peka, rela, dan tanggap.
4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR
Secara praktis, penerapan model pendidikan dengan pola
Paradigma Pedagogi Reflektif sama dengan Pedagogi Ignasian
biasanya dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur
pokok: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dengan
demikian, Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan langkah-langkah
beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi,
evaluasi, dan (kembali ke) konteks.
a. Konteks
Secara singkat konteks dapat diartikan sebagai proses
penggalian pengalaman atau pengetahuan pada siswa untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami bahan ajar yang
akan dipelajari. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mendukung kegiatan konteks. Salah satunya adalah tanya jawab
dengan siswa. Melalui metode tanya jawab, siswa diajak untuk
melihat kembali pengalaman belajar yang pernah mereka dapatkan
sebelumnya. Selain itu konteks juga dapat mengajak siswa untuk
mengetahui realita yang ada dalam kehidupan bermasyarakat
Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru
menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui
pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pengalaman
utuhnya selama belajar, bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
Menjadi tugas guru untuk memahami dan memilihkan pengalaman
yang mengena dan selaras dengan pengalaman hidup siswa
sebelumnya.
Dalam pola pikir PPR, pembelajaran harus diletakkan dalam
konteks yang tepat. Konteks berarti keseluruhan iklim yang
mempengaruhi siswa dalam belajar. Konteks harus diperhatikan
mengingat pedagogi reflektif selalu bertitik tolak dari pengalaman
manusiawi. Sebagai pembimbing, guru perlu berusaha memahami
dan mengenal baik konteks latar belakang siswa dan
pengembangan pendidikan nilai yang diperlukan bagi siswanya.
Konteks yang perlu diperhatikan (Subagya, 2005), sebagai berikut:
1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga
dengan minat dan bakat siswa)
2) Kurikulum/ silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan,
supaya pemahaman siswa menjadi utuh.
3) Nilai kemanusiaan yang diperjuangkan perlu juga disesuaikan
dengan konteks siswa, misalnya apakah sesuai dengan taraf
perkembangan pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi/misi
b. Pengalaman
Berdasarkan konteks yang telah dikenali pada tahap
sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang
memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan
dengan bidang ilmu yang dibahas. Siswa didorong untuk
menyaring fakta, menimbang perasaannya, dan memilah nilai-nilai.
Dengan demikian, siswa siap menyerap pengetahuan baru untuk
menjalani pengalaman lebih lanjut. Pada tahap ini siswa diajak
mencari pemahaman baru dengan melakukan perbandingan,
kontras, evaluasi, analisis, dan sintesis atas semua kegiatan mental
serta psikomotorik untuk memahami realitas secara lebih baik.
Pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan
(pengalaman tidak langsung) atau melalui pengembangan nilai
kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu
siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagya,
2005a). Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu
mengalami rasa persaudaraan antar teman dan dengan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, misalnya membimbing teman sebaya
dalam kegiatan belajar kelompok mengembangkan sikap
solidaritas dengan korban bencana alam.
c. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali
pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan proses
perubahan pribadi yang mampu mempengaruhi perubahan
lingkungan. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama
dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan
perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang
diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai
hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi, pengalaman
mahasiswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu
mendorong untuk melakukan aksi atau tindakan.
Menurut Subagya (2005a), refleksi merupakan tahapan
dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan,
manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah
agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan
kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai
yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk
membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai cara,
antara lain dengan mengajukan pertanyaan terbuka/divergen
(Subagya, 2005a), memberi tugas kepada siswa untuk
mengkomunikasikan pendapat, perasaan mereka dalam bentuk
d. Aksi.
Dalam pola pikir PPR, perkembangan dalam nilai
kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi
harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya
sendiri (Subagya, 2005). Pengolahan pengalaman melalui refleksi
membentuk sikap dan nilai. Pemaknaan pengalaman yang
diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu
mengambil keputusan dan bertindak dengan semangat magis (the
power to do more, unggul). Dalam proses pembelajaran, yang
dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran
dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam
praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini
sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat
untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.
Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan
mandul, melainkan terarah ke kehidupan konkrit (P3MP USD
2010:37).
Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan
adalah aksi lahir. Tanpa perbuatan dan hanya membentuk sikap
serta niat saja, maka perkembangan yang terjadi menjadi tidak
berarti (P. Wiryono, 2008:28). Agar siswa berkembang dengan
sikap dan perbuatan, ia perlu dibantu dengan
kemanusiaan yang diperjuangkan. Aksi yang dilakukan bisa
memperlihatkan ada atau tidaknya perbuatan cara pandang
seseorang akan suatu kenyataan berdasar pilihan nilai yang
mendasarinya (Tim Redaksi Kanisius, 2008:44).
e. Evaluasi
Menurut Subagya (2005), evaluasi adalah suatu tinjauan
untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses
pembelajaran, baik oleh siswa maupun oleh guru. Evaluasi yang
diharapkan bagi para siswa yaitu dapat memperhatikan
pertumbuhan pribadi siswa secara menyeluruh, yang mencakup
pemahaman, sikap prioritas-prioritas, dan kegiatan yang selaras
dengan “menjadi manusia demi orang lain”, sedang bagi guru,
dapat mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan
membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman
mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan
pola pikir, sikap, dan tindakan sosial.
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
1. Pengertian Konsumsi
Konsumsi merupakan tindakan manusia untuk menghabiskan atau
mengurangi kegunaan suatu benda. Konsumsi dalam cakupan makro
ekonomi adalah konsumsi nasional yang mempunyai fungsi
Namun harus diakui, bahwa tambahan laju pengeluaran konsumsi
tidak berarti tambahan pendapatan. Sebab, tidak semua pendapatan
digunakan untuk konsumsi. Sebagian lagi digunakan untuk tujuan investasi.
Pengeluaran konsumsi meliputi semua pengeluaran rumah-rumah
tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga- lembaga swasta
bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa-jasa yang yang
langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pembelian barang-barang tahan lama yang baru, seperti mobil, televisi,
dan sebagainya selain bangunan rumah, tergolong sebagai variabel
ekonomi pengeluaran konsumsi. Pembelian atas barang-barang yang
telah dimiliki oleh konsumen tidak dianggap sebagai pengeluaran
konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen
pembeli, diimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga netto nya sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan sebagian pengeluaran investasi (Yuli, 2009:149).
2. Fungsi Konsumsi
Konsumsi pemerintah dibedakan menjadi dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam ekonomi pada umumnya diberi simbol C sebagai singkatan dari consumption expenditure, dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang
yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai persamaan:
C = a + bY
Dalam ekonomi makro a menunjukkan besarnya konsumsi
pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan b menunjukkan
besarnya MPC (Marginal Properity to Consumme) yaitu angka
perbandingan besarnya konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi.
Jika diubah dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut.
MPC = Δ ∆
Angka MPC lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa
tambahan pendapatan diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh mereka sisihkan sebagai saving (S).
Angka MPC lebih besar daripada setengah menunjukkan bahwa
a. Faktor internal, yaitu:
1) komposisi rumah tangga (jumlah dan usia)
2) selera,
3) kebiasaan, dan
4) besarnya pendapatan.
b. Faktor eksternal, yaitu:
1) lingkungan tempat tinggal,
2) kebijakan pemerintah,
3) harga barang,
4) budaya masyarakat, dan
5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Tabungan
Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup ekonomi makro, saving dapat didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.
4. Fungsi Tabungan
Saving apabila dituliskan dalam bentuk persamaan fungsional diperoleh:
jika persamaan di atas dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi maka kita akan menemukan persamaan umum dari fungsi saving, yaitu:
S = Y - C
C = a + bY
Maka
S = Y - (a + bY) = Y - a - bY = (1 - b) Y – a
Keterangan:
a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional 0 c = tingkat konsumsi
b = kecondongan konsumsi marginal Y = pendapatan nasional
Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya saving dengan
bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:
a. Pendapatan yang diterima
Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan untuk saving.
Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.
c. Tingkat suku bunga bank
Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak masyarakat untuk menabung (saving).
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
Competence, conscience, dan compassion tampak jelas bahwa
ketiganya dianggap sebagai sebuah keterpaduan, hal tersebut serupa dengan
keterpaduan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (KPA) seperti yang
dikemukakan oleh para ahli seperti Bloom, Andersen, dan Popham. Akan
tetapi, apabila masing-masing dari ketiganya dicermati secara parsial, akan
tampak perbedaan pada penekanan-penekanan meskipun tetap beririsan satu
dengan yang lain. Competence sangat kental bermuatan ranah kognitif dan
psikomotorik. Namun demikian, di sana termuat juga sebagian afektif
meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan (akademik), misalnya
sikap atau minat. Conscience dan compassion sangat jelas bermuatan ranah
afektif. Dengan jelas, pemahaman nilai-nilai (kejujuran, integritas, keadilan,
kebebasan) dan moral masuk dalam ranah conscience.
Penerapan PPR dalam pembelajaran ekonomi khususnya pada materi
fungsi konsumsi dan tabungan dalam hal mengembangkan conscience dan
Indonesia yaitu konsumsi pada bulan Desember lebih tinggi dibanding bulan
lainnya terutama dipicu oleh meningkatnya permintaan barang karena
kepanikan masyarakat bertepatan dengan perayaan hari-hari besar seperti
menyambut natal dan tahun baru. Dari kasus konsumsi tersebut nilai -nilai
yang dapat dikembangkan melalui materi tersebut adalah mampu
menemukan pilihan membuat skala prioritas, mengesampingkan ego dan
gensi, tidak menjadi konsumerisme atau memiliki sikap hemat. Nilai lain
yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah nilai bekerja
sama yang dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok.
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Dalam literatur berbahasa Inggris, penelitian tindakan kelas (PTK)
disebut classroom action research. PTK dibentuk dari tiga kata, yang
memiliki pengertian sebagai berikut (Kunandar, 2009:45):
a. Penelitian adalah suatu aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Dari ketiga kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap proses belajar mengajar berupa
suatu tindakan berbentuk siklus kegiatan yang sengaja dilakukan dan
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Prinsip –Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993:57-61) sebagaimana tersaji dalam buku
yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Depdiknas,
2007:11), ada enam prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu:
a. Guru menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Jika dalam menerapkan tindakan/kegiatan pembelajaran kurang berhasil, maka guru dan dosen harus tetap berusaha memilih alternatif yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Prinsip ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis terjadinya peningkatan, perbaikan, atau “kesembuhan” sistem proses, hasil dan sebagainya. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil belajar (evaluation), dan refleksi dari proses pembelajaran (reflection).
c. Kegiatan meneliti harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan masalah dan penyebabnya.
d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merupakan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap perolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnostik masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat mandiri. Penelitian ini
merupakan satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata
dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Dalam penelitian ini, PTK dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi
khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan di kelas X SMA Pangudi
Luhur Saint Louis IX dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XB, SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX Sedayu yang berlokasi di Jl. Wates Km 12 Sedayu Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX Sedayu.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan competence, conscience, dan
compassion pada diri siswa melalui penerapan PPR pada mata pelajaran
Ekonomi.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi
dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus pertama dan siklus dua.
1. Pra Penelitian
a. Observasi terhadap guru
Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan
guru dalam proses pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk
membandingkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan PPR.
Instrumen digunakan pada saat pembelajaran berlangsung.
b. Observasi terhadap siswa
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan siswa
kesiapan siswa, sikap siswa, aktivitas serta partisipasi dalam kelas.
Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti juga akan membagi
kuesioner. Kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui conscience dan
compassion sebelum penerapan PPR.
c. Observasi terhadap kelas
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas meliputi tata
letak, lingkungan fisik, dan kondisi pembelajaran.
2. Siklus pertama
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran untuk
materi fungsi konsumsi. Langkah-langkah persiapan dan perencanaan
sebagai berikut:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun sebagai gambaran pelaksanaan pembelajaran.
RPP ini disusun dengan mengacu pola PPR yaitu perumusan
indikator serta mencakup aspek competence, conscience, dan
compassion. Selain itu kegiatan pembelajaran mencakup tahap
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
2) Materi
Pada siklus pertama ini materi hanya mencakup fungsi konsumsi
investasi, adapun kompetensi dasarnya : mendeskripsikan fungsi
konsumsi dan fungsi tabungan.
3) Handout
Handout yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra digunakan
dalam proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam
memahami materi ajar, sehingga dapat membantu siswa pada saat
mengerjakan teka-teki silang dengan materi konsumsi. Materi yang
tersaji dalam handout adalah pengertian konsumsi, fungsi
konsumsi, konsumsi sebagai fungsi dari disposable income,
average propensity to consume, marginal propensity to consume,
fungsi konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi.
4) Media Pembelajaran
Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan dalam siklus
pertama. Berikut adalah uraian media pembelajaran yang
digunakan:
a) Teka-teki silang
teki silang berisikan soal tentang fungsi konsumsi.
Teka-teki silang dibuat untuk memodifikasi kotak dari word square
agar lebih menarik dan mempermudah siswa dalam
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan siswa dalam
kelompok.
c) Video
Dalam penelitian penerapan paradigma pedagogi refektif ini
menggunakan dua video yang berisi tentang aksi stop belanja
sebagai bentuk keprihatinan atas budaya konsumtif setiap
menjelang lebaran, serta video yang berisi tentang seorang
pemuda yang mendapatkan undian berhadiah namun karena
pemuda itu berfoya-foya dan tidak mampu mengelola
keuangan sehingga mengakibatkan jatuh miskin. Video
digunakan untuk mengembangkan conscience para siswa.
d) Artikel
Artikel dengan judul “ tips agar lebih hemat di tahun 2012“
berisi tentang tips agar berhemat ini digunakan untuk
mengembangkan conscience siswa.
e) Media pembelajaran lainnya
Media pembelajaran lainnya meliputi laptop, viewer, dan
speaker.
5) Peneliti bersama guru mitra membagi para siswa ke dalam
6) Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi:
a) Kuesioner untuk mengukur sikap, minat, dan nilai hemat
(conscience) serta kerja sama (compassion).
b) Instrumen observasi terhadap kegiatan guru dalam
melaksanakan paradigma pedagogi reflektif.
c) Instrumen observasi, lembar refleksi, dan aksi siswa digunakan
untuk merefeleksikan pengalaman serta mengungkapkan aksi
para siswa yang diperoleh selama penerapan paradigma
pedagogi reflektif.
d) Paduan wawancara terhadap siswa mengenai penerapan PPR
setelah siklus pertama dilaksanakan.
b. Tindakan
Sebelum masuk tindakan siswa akan diberikan soal pre test untuk
mengetahui aspek competence siswa sebelum penerapan PPR.
Tindakan dalam penerapan paradigma pedagogi reflektif meliputi:
1) Konteks
Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan
bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar
siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama
2) Pengalaman
Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan
memperoleh pengalaman dari membaca, melihat dan
mendengarkan (pengalaman tidak langsung). Siswa diharapkan
dapat menemukan makna dari pengalaman yang mereka dapatkan.
3) Refleksi
Pada tahap ini siswa diharapkan dengan menggunakan daya ingat,
pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu,
pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk
menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.
4) Aksi
Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan
nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi
tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan
dan bertindak
5) Evaluasi
Tahap mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan
membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman
mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan
pola pikir, sikap, dan tindakan sosial. Pada tahap ini akan di
3. Siklus kedua
Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama
dengan siklus pertama. Perbedaannya terletak pada materi dan beberapa
media belajar yang digunakan.
E. Instrumen Penelitian
Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Instrumen pra penelitian
Instrumen yang digunakan pada saat pra penelitian adalah:
a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran
b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
c. Lembar observasi kelas
d. Kuesioner
2. Instrumen tindakan
a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Kuesioner.
d. Lembar refleksi.
e. Lembar aksi.
f. Soal pre test.
3. Instrumen refleksi
a. Instrumen refleksi kesan guru mitra terhadap perangkat dan model
pembelajaran PPR.
b. Instrumen refleksi kesan siswa terhadap penerapan pembelajaran
menggunakan pola PPR.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan peneliti untuk melihat aktivitas guru serta siswa
pada saat pembelajaran di kelas. Observasi dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus I dan siklus II.
Dalam setiap siklus terdapat dua aktivitas yang diamati, yaitu observasi
aktivitas guru, dan observasi aktivitas siswa.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan
atau dokumen yang sudah ada. Melalui cara ini dimaksudkan peneliti
memperoleh data belajar siswa dan data tentang keadaan sekolah misalnya
jumlah siswa, dan fasilitas yang dimiliki sekolah guna menunjang
3. Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur competence siswa. Tes ini
disusun dalam bentuk soal pilihan ganda sesuai dengan indikator materi,
yang diberikan pada awal dan akhir siklus.
4. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan item-item pertanyaan
mengenai sesuatu masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk
mengukur conscience dan compassion siswa. Kuesioner diberikan pada pra
penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II.
Kuesioner yang digunakan secara keseluruhan berjumlah 40 buah
pernyataan untuk mengukur aspek conscience yang meliputi penilaian sikap,
minat, dan nilai hemat. Kuesioner juga digunakan untuk mengukur aspek
compassion yang meliputi penilaian nilai kerja sama. Kuesioner disusun
berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang diberi tanda (9)
pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban
adalah sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, ragu-ragu (R)
diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS)
a) Instrumen untuk Penilaian Sikap
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
Indikator Penilaian Sikap Pernyataan
Positif Negatif
1.Ada rasa senang dalam
pembelajaran
2.Tanggap terhadap situasi
pembelajaran
3.Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
1,5,7,8,9
3,4,5
2,10
11
14
b) Instrumen untuk Penilaian Minat
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
Indikator Penilaian Minat Pernyataan
Positif Negatif 1. Kesadaran dalam belajar
2. Keinginan untuk mencapai
tujuan
3. Dorongan dan kebutuhan
dalam belajar
4. Kedisiplinan dalam belajar
5. Ketertarikan terhadap
pelajaran
3,6 1,10
8,9
5
c) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai hemat/conscience)
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
Indikator Penilaian Moral (Nilai Hemat)
Pernyataan
Positif Negatif 1. Kesadaran untuk berhemat
2. Bertindak untuk berhemat 3. Manfaat bersikap hemat
1,5,9,10 2,3
6
4 7,8
d) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai kerjasama/compassion)
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
Indikator Penilaian Moral (Nilai Kerjasama)
Pernyataan
Positif Negatif 1. Kepedulian terhadap teman
2. Berpartisipasi aktif dalam diskusi 3. Manfaat dalam kerjasama
4. Memiliki sikap kerjasama
2,10 1 7 2,8,9 6 5. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode untuk mengungkapkan data
responden yang bersifat historis yang diperoleh dari hasil mengajukan
pertanyaan langsung secara lisan. Metode wawancara digunakan peneliti
dengan melontarkan pertanyaan secara lisan kepada guru serta siswa guna
mendapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam mengenai
competence, conscience dan compassion sebelum penerapan PPR dan
G. Teknik Analisis Data
Analisi data dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui
peningkatan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA
Pangudi Luhur Saint Louis IX setelah proses pembelajaran dengan menerapkan
PPR.
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang
diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
tingkat keberhasilan dari penerapan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)
sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel. Analisis
data dilakukan dengan cara:
a. Pengumpulan data
b. Pemberian skor
c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima
menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan
Patokan) (Sukardjo, 2005:53).
Berdasarkan perhitungan rumus konversi (lampiran 42) maka data
kuantitatif dijadikan data kualitatif dengan skala lima. Kriteria konversi data
Tabel 3.4
Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
Interval Skor Kriteria
X > 4,21 Sangat baik
3,40 < X ≤ 4,21 Baik
2, 60 < X ≤ 3,40 Cukup baik
1,79 < X ≤ 2,60 Kurang baik
X ≤ 1,79 Sangat kurang baik
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan aspek
competence, conscience, dan compassion siswa dari waktu ke waktu
khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari
berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan
competence, conscience, dan compassion. Untuk mengukur peningkatan
competence, conscience, dan compassion siswa dalam penelitian tindakan
ini menggunakan pre test, post test, kuesioner didukung dengan lembar
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Deskripsi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan SMA alih
fungsi dari SPG Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989 bersama dengan
SPG yang lain, sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 031/113/H/Kpts/1989
tanggal 25 Februari 1989. Oleh karena itu visi SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX Sedayu adalah sama dengan visi SPG Pangudi Luhur tetapi dengan
penyesuaian dan beberapa perubahan, karena SMA tidak seperti SPG. Visi
yang melandasi berdirinya sekolah adalah ingin mengentaskan kemiskinan
masyarakat sekitar yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi di kota Yogyakarta karena keadaan ekonomi yang kurang.
Melihat kenyataan bahwa banyak lulusan SMP yang tidak dapat
melanjutkan sekolah, maka pada tahun 1967 Pastor Paroki Sedayu
mendirikan SPG Santo Paulus yang mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan
Pangudi Luhur bersama SLTP Pangudi Luhur Sedayu dan SLTP Pangudi
Luhur Moyudan. Sejak berdirinya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
merupakan salah satu SMA yang masih dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.
Terbukti bahwa sampai saat ini minat siswa masuk ke SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu masih tinggi.
Pada pembukaan tahun ajaran baru 2010-2011, SMA Pangudi Luhur
Sedayu memutuskan untuk menjadikan St Louis IX sebagai Santo Pelindung
36
SMA Pangudi Luhur Sedayu. Oleh karena itu pada tangal 25 Agustus 2010,
SMA Pangudi Luhur Sedayu melakukan launching nama baru bagi
sekolahnya dengan menambahkan ST. Louis IX. Sejak saat itu, nama SMA
Pangudi Luhur Sedayu dikenal dengan nama SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX Sedayu. Pendidikan yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX juga berdasarkan teladan kerendahan hati dan kerja keras St. Louis IX.
Pada Kamis, 25 Agustus 2011, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
mengadakan Perayaan Ekaristi dan pentas seni dalam rangka merayakan
Ulang Tahun kedua atas pemilihan nama St. Louis IX sebagai Santo
Pelindung SMA Pangudi Luhur Sedayu.
Daftar Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu :
Tabel 4.1
Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas
No Nama Periode Tugas
1. 2. 3. 4.
Mukardi, B.A. Drs. Ag. Sadjad
Drs. Markoes Padmonegoro Br. Agustinus Mujiya, S.Pd., FIC.
1989 – 1999 1999 – 2003 2003 – 2010 2010 – sekarang
B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
1. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan siswa agar mampu
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan interakasi sosial, budaya dan alam sekitarnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006). Dalam
pelaksanaannya SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
memperkaya dan menambah dengan:
1) Pendidikan nilai
Pendidikan nilai sangat penting ditanamkan kepada siswa agar
para siswa dapat berkembang secara harmonis antara jasmani,
rohani dan sosialnya. Spiritualitas hidup, nilai moral, nilai
persatuan, persaudaraan dan humaniora merupakan nilai
pembentuk pribadi manusia yang amat besar artinya. Kurangnya
pemahaman suatu nilai bagi suatu generasi akan menimbulkan
kesulitan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Pembentukan pribadi
Pribadi yang tangguh merupakan bekal hidup dalam alam yang
serba majemuk seperti sekarang ini. Melalui perenungan,
kedisiplinan dalam latihan-latihan memperhatikan lingkungan
sosial diharapkan dapat melahirkan pribadi yang kuat dalam
menghadapi berbagai gejolak sosial.
3) Pendidikan keterampilan
Untuk menghadapi hal-hal yang praktis dalam kehidupan ini,
diperlukan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat dewasa ini.
2. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
a. Visi
Terbentuknya lulusan yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan
memiliki ketrampilan dengan semangat melayani yang miskin dan
berkekurangan. Indikator pencapaian misi sekolah berupa lulusan
yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam
melanjutkan ke pendidikan tinggi maupun terserap ke dunia kerja
dengan bekal santun yang tampak dari sikap dan perilaku teladan.
b. Misi
Misi merupakan penjabaran dari visi seperti pada butir-butir
berikut:
1) Melakukan pembelajaran yang efektif, berkualitas dan profesional
2) Mengembangkan keterampilan komputer, akuntansi dan Bahasa
Inggris
3) Menciptakan suasana kondusif untuk menciptakan peserta didik
yang berbudi pekerti luhur
4) Menyelenggarakan pelayanan prima, transparan dan akuntabel
dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan
5) Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya
Dasar visi dan misi tersebut di atas memberi kesempatan kepada
usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Dasar tersebut merupakan
acuan yang jelas dan tegas karena keluwesannya, maka tidak
menutup kemungkinan atas usaha-usaha perbaikan pelaksanaan
pendidikan.
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan
dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri
atas : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum.
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan
sekolah pada khususnya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu sebagai
lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui
KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam
pengembangannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi
kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam
dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis
IX Sedayu, yang secara keseluruhan mencakup :
1. Struktur dan muatan kurikulum.
2. Beban belajar peserta didik.
3. Kalender pendidikan.
4. Silabus.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Landasan kurikulum satuan pendidikan yang dipakai berdasarkan:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007, tentang Pembagian
Kewenangan Pusat dan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama
dan Keagamaan.
5. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.
6. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
7. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2006, tentang Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Permendinas RI Nomor 23
Tahun 2006.
8. Permendiknas RI Nomor 6 Tahun 2007, tentang Perubahan Permendinas
RI Nomor 24 Tahun 2006.
9. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah.
10. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
11. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
12. Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan.
13. Permendinas RI Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan.
14. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
15. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang Standar Sarana
Prasarana Pendidikan.
16. Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses.
17. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.33/MPN/SE/2007 tanggal
13 Februari 2007, perihal Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan
Tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu telah berupaya meningkatkan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai supaya tercipta lingkungan yang
kondusif sehingga tercipta tujuan pendidikan secara optimal. Adapun fasilitas
untuk menunjang proses pendidikan tersebut antara lain:
1. Perpustakaan
Tujuan didirikannya perpustakaan pada hakekatnya adalah untuk
menyediakan sumber informasi bagi semua warga sekolah untuk
menunjang kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula dengan
perpustakaan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang selalu
memperbanyak perbendaharaan buku-bukunya dan meningkatknya
kualitasnya agar senantiasa memperluas pengetahuan warga di sekolah di
samping meningkatkan budaya membaca.
2. Laboratorium
SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memiliki 3 unit laboratorium
yaitu laboratorium komputer, fisika, kimia dan biologi. Laboratorium
yang sangat memadai memungkinkan siswa untuk dapat menerapkan
teori yang telah didapat dengan praktik yang sesungguhnya. Adapun
laboran yang ditunjuk oleh pihak sekolah adalah Bapak P. Wawan
Setiadi.
3. Ruang Media
Ruang media yang cukup luas dan memiliki berbagai fasilitas yang
lengkap seperti: TV, VCD player, tape recorder, komputer, LCD dan
OHP. Berbagai fasilitas ini memudahkan guru dalam menyampaikan
materi yang kontekstual. Siswa dapat melihat secara langsung
contoh-contoh yang divisualisasikan lewat VCD ataupun televisi. Proses
pembelajarannya pun bisa dibuat lebih bervariasi untuk menghindarkan
siswa dari kebosanan.
4. Ruang Bimbingan dan Konseling
Salah satu tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah
untuk menyalaraskan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga
perkembangan siswa dapat sejalan, yang pada akhirnya proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan efektif.
5. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
UKS dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan memberikan
pertolongan pertama bagi seluruh warga sekolah. Siswa dapat
berpartisipasi dalam usaha menjaga kesehatan sekolah melalui kegiatan
Palang Merah Remaja (PMR).
6. Ruang Doa
Ruang doa berbentuk seperti kapel kecil. Ruangan ini terletak diantara
Ruang Multimedia dan Ruang Guru. Seluruh warga sekolah bisa
menggunakan Ruang Doa ini untuk berdoa ataupun hanya ingin sekedar
memperoleh ketenangan batin dan menenangkan diri dari hiruk pikuk
keadaan sekolah.
7. Ruang Fotokopi
Ruang fotokopi terletak di sebelah laboratorium Kimia. Ruangan ini
berukuran 3x8m. Penjaga ruang fotokopi adalah Bapak Wawan Setiadi.
Dengan adanya ruang fotokopi ini mempermudah bagi seluruh anggota
BAB V
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) ini dilaksanakan pada kelas XB SMA Pangudi Luhur St.
Louis IX Sedayu. Sebelum penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap
guru dan observasi terhadap siswa pada tanggal 31 Maret 2012. Selain
observasi, peneliti juga melakukan diskusi dengan guru mitra untuk
mengetahui kondisi proses belajar di kelas serta membicarakan materi yang
akan diberikan. Berikut adalah uraian hasil pra penelitian dan penerapan
Paradigma Pedagogi Reflektif pada proses pembelajaran di kelas XB SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :
1. Observasi Pra Penelitian
Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 08.30 –
10.00 WIB, dengan jumlah siswa yang hadir saat pembelajaran sebanyak
34 siswa. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu P. Weni Triana, S.E.
Materi pelajaran pada saat observasi adalah inflasi. Berikut adalah uraian
hasil observasi terhadap guru dan siswa:
a. Observasi Terhadap Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam