• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI

DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE,

CONSCIENCE,

DAN

COMPASSION

SISWA KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX

SEDAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

ROBERTUS PRASTYA JATI 08 1334 038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatNya,

Bapak dan Ibu, yang selalu memeberikan doa dan kasih sayangnya

Kakakku, yang selalu memberikan support,

Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan yang indah selama ini.

(5)

v

MOTTO

JUST DO IT !

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

ST.LOUIS IX SEDAYU

Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek

competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek

conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.

(9)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION

OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU

Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.

This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.

The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan

Tabungan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa

Kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7

3. Pengertian Competence, Conscience,dan Compassion ... 7

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR ... 8

B.Fungsi Konsumsi dan Tabungan ... 13

BAB III C.Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi ... 18

D.Penelitian Tindakan Kelas ... 19

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 20

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 22

D.Prosedur Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G.Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Deskripsi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 35

B.Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 37

(14)

C.Kurikulum SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 39

D.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 43

BAB V ... 46

... 71

2) Pengalaman ... 75

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 46

1. Pra Penelitian ... a. Observasi Terhadap Guru ... 47

b. Observasi Terhadap Siswa ... 49

c. Observasi Kelas ... 53

2. Siklus Pertama ... 54

a. Perencanaan ... 54

b. Tindakan ... 58

1) Konteks ... 59

2) Pengalaman ... 59

3) Refleksi ... 61

4) Aksi ... 62

5) Evaluasi ... 62

c. Observasi ... 63

d. Refleksi ... 67

3. Siklus Kedua ... 70

a. Perencanaan ... b. Tindakan ... 74

1) Konteks ... 74

(15)

3) Refleksi ... 76

4) Aksi ... 77

ah 87 BAB VI A. C. DAFT LAMPIRAN 5) Evaluasi ... 77

c. Observasi ... 77

d. Refleksi ... 81

B. Hasil Analisis Komparasi Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa, Sebelum dan Sesud Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 85

1. Aspek Competence ... 86

2. Aspek Conscience ... 3. Aspek Compassion ... 91

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan ... 95

B.Keterbatasan Penelitian ... 96

Saran ... 97

AR PUSTAKA ... 98

(16)

DAFTAR TABEL

: Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) ... 32

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 53 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 dan Model dengan Pembelajaran Paradigma Pedagogi : Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) ... 32

: Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience)... 33

: Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) .. 33

: Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 35

: Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 37

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 48

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 50

: Analisis conscience dan compassion Pra Penelitian ... : Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 63

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 66

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus I ... 67

: Wawancara Siswa pada Siklus Pertama ... 69

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 78

: Aktivitas siswa pada siklus kedua ... 80

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 81

: Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat

(17)

Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 83

: Analisis Komparasi Aspek Competence Siswa ... 86 Tabel 5.12

Tabel 5.13

Tabel 5.14

Tabel 5.15

Tabel 5.16

Tabel 5.17

Tabel 5.18

: Skor Rata-rata Sikap ... 87

: Skor Rata-rata Minat ... 88

: Skor Rata-rata Penilaian Hemat ... 89

: Perbandingan Skor Aspek Conscience antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 90

: Perbandingan Skor Aspek Compassion antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 91

: Perbandingan Skor Aspek Competence, Conscience, serta

Compassion antara Sebelum dan Sesudah Penerapan PPR ... 93

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99

Lam Lam Lam 121 : Kuesioner Penilaian Minat ... 123

ampiran 10 : Kuesioner Penilaian Sikap... 124

ampiran 11 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 125

ampiran 12 : Lembar Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 126

ampiran 13 : Lembar Observasi Siswa ... 127

ampiran 14 : Lembar Refleksi Siswa ... 128

Lampiran 15 : Lembar Aksi S ... 129

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 106

piran 3 : Handout ... 113

Lampiran 4 : Games Teka-teki Silang ... 116

piran 5 : Lembar Kerja SiswaSiklus I ... 117

Lampiran 6 : Artikel ... 119

piran 7 : Kuesioner Penilaian Hemat ... Lampiran 8 : Kuesioner Penilaian Kerja Sama ... 122

Lampiran 9 L L L L L iswa ... Lampiran 16 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus I ... 130

Lampiran 17 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus I ... 131

Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus I . 134 Lampiran 19 : Games Peta Konsep ... 135

Lampiran 20 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 137

Lampiran 21 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 139

(19)

Lampiran 22 : Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 140

Lampiran 23 : Soal Pre Test Siklus II ... 141

Lampiran 24 : Soal Post Test Siklus II ... 142

... 145

Lampiran 28 II.. 146

mpiran 2 153 Lampiran 34 ... 154

Lampiran 35 ... 157

Lampiran 37 ... 159

Lampiran 38 ... 165

Lampiran 42 Lampiran 25 : Lembar Refleksi Siswa ... 143

Lampiran 26 : Lembar Aksi Siswa ... 144

Lampiran 27 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus La 9 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus II 149

Lampiran 30 : Soal Pre Test Siklus I ... 150

Lampiran 31 : Soal Post Test Siklus I ... 151

Lampiran 32 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 152

Lampiran 33 : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus I ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus I ... 156

Lampiran 36 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus II ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Pra Penelitian ... 160

Lampiran 39 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Pra Penelitian ... 163

Lampiran 40 :Surat Ijin Penelitian ... 164

Lampiran 41 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... : Perhitungan Rumus Konversi ... 166

(20)

xx

... 167

Lampiran 44

Lampiran 43 : Hasil Refleksi dan Aksi Siswa pada Siklus I ...

(21)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses belajar untuk menanamkan, dan

mengembangkan siswa dalam mencapai proses pendewasaan diri. Pendidik

harus berhadapan dengan siswa yang tumbuh dan berkembang serta

memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Selain itu ada pula

faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan karakteristik para

siswa, misalnya perubahan struktur masyarakat, globalisasi, dan

perkembangan teknologi-informasi. Di sisi lain fenomena pendidikan saat

ini, sekolah terkesan mengejar target kelulusan agar tidak tertinggal dengan

sekolah lain (Tim Redaksi Kanisius, 2008:8), sehingga hanya

mengembangkan siswa dari segi kognitifnya saja, tidak menyangkut seluruh

daya manusia yaitu pikiran, hati, dan kehendak. Dalam proses pendidikan

sekarang yang cenderung mengejar target, menghasilkan produk

pendidikan yang secara intelektual dan wawasan berkembang namun secara

afektif, dan secara psikomotorik belum terbentuk. Para siswa diharapkan

tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang didapat, tetapi juga

harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu menjadi pelaku

perubahan sosial yang berguna bagi masyarakat (Tim Redaksi Kanisius,

2008:11)

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam

menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi

1

(22)

kristiani/kemanusiaan (Tim Redaksi Kanisius, 2008:39). Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) menyatakan bahwa siswa diperlakukan sebagai

subjek, hal ini merupakan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia

yang utuh. Siswa memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara

optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, moral, sosial. Paradigma ini

merupakan fondasi dari pendidikan yang menyiapkan siswa untuk berhasil

sebagai pribadi yang sukses dalam bidang kognitif, serta di lingkungan

sosial dapat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (makhluk

sosial).

Penerapan PPR menjadi salah satu pilihan untuk melahirkan

pribadi-pribadi yang memiliki aspek competence, conscience, dan compassion

sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek

kecerdasan intelektual, spiritual, sosial.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran ekonomi kelas X,

ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut: masih ada siswa yang

mendapat nilai ekonomi di bawah KKM, hal ini berkaitan dengan aspek

competence yang dimaknai sebagai kemampuan akademik. Dalam

pembelajaran juga dilihat aspek conscience dan compassion siswa,

misalnya dalam kelas dijumpai ada beberapa siswa yang kurang jujur,

kurang tanggung jawab, serta tidak bisa bekerja sama dengan baik atau

kurang peduli dengan anggota yang lain dalam kelompok saat diskusi.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan proses

(23)

nilai-nilai kehidupan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada

Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan

Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu”. 

B. Batasan Masalah

Penelitian tindakan dengan menerapkan PPR untuk meningkatkan

competence, compassion, dan conscience siswa ini dibatasi hanya pada

materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan. Materi tersebut termasuk dalam

standar kompetensi “memahami konsumsi dan investasi”, dan kompetensi

dasar “mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

2. Bagaimana meningkatkan coscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

(24)

3. Bagaimana meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran

materi Konsumsi dan Tabungan dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St.

Louis IX Sedayu?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

2. Untuk meningkatkan conscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

3. Untuk meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi

(25)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan aspek competence, compassion, dan

conscience sehingga dapat memahami materi ekonomi dengan baik

dan mengembangkan nilai kerja sama dan tanggung jawab bagi

teman dan lingkungan di sekitar mereka.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan,

bahan pertimbangan dan alternatif dalam pemilihan model

pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan

mutu pembelajaran di sekolah serta dapat menjadi inspirasi bagi

sekolah untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat

mengembangkan pribadi siswa secara utuh.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang

berguna, dan berharga serta dapat menjadi bekal bagi peneliti

untuk terjun ke dunia pendidikan dan memperoleh wawasan dalam

menganalisa suatu masalah kemudian mengambil suatu tindakan

(26)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Dari makna etimologisnya, kata pedagogi (paideia - Yunani)

mengandung makna metodologi atau cara mendampingi dan

membantu pembelajar tumbuh dan berkembang dengan didasarkan

pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia ideal. Dengan

kata lain, pedagogi selalu mengandung cita-cita yang dituju sekaligus

kriteria untuk memilih sarana yang digunakan dalam proses

pendidikan(Supratiknya, 2007).

PPR merupakan pola pikir pendidikan yang bertolak dari

keprihatinan akan masalah kemanusiaan yang mengintegrasikan aspek

akademik dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam satu

proses pembelajaran yang sama. Menurut Subagya (2010:22),

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir (paradigma=pola

pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi

kemanusiaan (pedagogi relektif = pendidikan kemanusiaan).

Mekanisme dalam pembelajaran PPR adalah mengembangkan

nilai-nilai kemanusiaan dengan mekanisme pemberian pengalaman, refleksi,

aksi, dan evaluasi.

6

(27)

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Tujuan pendidikan berpola PPR adalah membina laki-laki dan

perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama

manusia (forming man and women for others). Paradigma Pedagogi

Reflektif menggerakkan seorang pribadi “agar lebih memuliakan

Allah”, dan “lebih membantu sesama” (Tim Kanisius,2010). Melalui

PPR para siswa diharapkan memiliki kemampuan, tanggung jawab dan

perhatian terhadap sesama untuk menjadi manusiawi. Pendidikan

berpola PPR dipandang sebagai usaha menemukan dan meneliti

pola-pola, hubungan-hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan,

pengertian-pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah-masalah,

pemecahan-pemecahan, dan implikasi-implikasi.

3. Pengertian Competence, Conscience, dan Compassion

a. Competence

Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang

memadukan unsur-unsur pengetahuan keterampilan, dan sikap.

Unsur-unsur dasar competence: pengetahuan, keterampilan, dan

sikap.

b. Conscience

Conscience dimaknai sebagai kemampuan memahami alternatif

(28)

c. Compassion dimaknai sebagai kemauan untuk berbela rasa pada

sesama dan lingkungan (Man and women for and with others).

Unsur-unsur compassion adalah : peduli, peka, rela, dan tanggap.

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR

Secara praktis, penerapan model pendidikan dengan pola

Paradigma Pedagogi Reflektif sama dengan Pedagogi Ignasian

biasanya dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur

pokok: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dengan

demikian, Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan langkah-langkah

beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi,

evaluasi, dan (kembali ke) konteks.

a. Konteks

Secara singkat konteks dapat diartikan sebagai proses

penggalian pengalaman atau pengetahuan pada siswa untuk

mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami bahan ajar yang

akan dipelajari. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

mendukung kegiatan konteks. Salah satunya adalah tanya jawab

dengan siswa. Melalui metode tanya jawab, siswa diajak untuk

melihat kembali pengalaman belajar yang pernah mereka dapatkan

sebelumnya. Selain itu konteks juga dapat mengajak siswa untuk

mengetahui realita yang ada dalam kehidupan bermasyarakat

(29)

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru

menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui

pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pengalaman

utuhnya selama belajar, bagi hidupnya sendiri dan orang lain.

Menjadi tugas guru untuk memahami dan memilihkan pengalaman

yang mengena dan selaras dengan pengalaman hidup siswa

sebelumnya.

Dalam pola pikir PPR, pembelajaran harus diletakkan dalam

konteks yang tepat. Konteks berarti keseluruhan iklim yang

mempengaruhi siswa dalam belajar. Konteks harus diperhatikan

mengingat pedagogi reflektif selalu bertitik tolak dari pengalaman

manusiawi. Sebagai pembimbing, guru perlu berusaha memahami

dan mengenal baik konteks latar belakang siswa dan

pengembangan pendidikan nilai yang diperlukan bagi siswanya.

Konteks yang perlu diperhatikan (Subagya, 2005), sebagai berikut:

1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga

dengan minat dan bakat siswa)

2) Kurikulum/ silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan,

supaya pemahaman siswa menjadi utuh.

3) Nilai kemanusiaan yang diperjuangkan perlu juga disesuaikan

dengan konteks siswa, misalnya apakah sesuai dengan taraf

perkembangan pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi/misi

(30)

b. Pengalaman

Berdasarkan konteks yang telah dikenali pada tahap

sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang

memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan

dengan bidang ilmu yang dibahas. Siswa didorong untuk

menyaring fakta, menimbang perasaannya, dan memilah nilai-nilai.

Dengan demikian, siswa siap menyerap pengetahuan baru untuk

menjalani pengalaman lebih lanjut. Pada tahap ini siswa diajak

mencari pemahaman baru dengan melakukan perbandingan,

kontras, evaluasi, analisis, dan sintesis atas semua kegiatan mental

serta psikomotorik untuk memahami realitas secara lebih baik.

Pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan

(pengalaman tidak langsung) atau melalui pengembangan nilai

kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu

siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagya,

2005a). Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu

mengalami rasa persaudaraan antar teman dan dengan guru dalam

kegiatan belajar mengajar, misalnya membimbing teman sebaya

dalam kegiatan belajar kelompok mengembangkan sikap

solidaritas dengan korban bencana alam.

c. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali

(31)

pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan proses

perubahan pribadi yang mampu mempengaruhi perubahan

lingkungan. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama

dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan

perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang

diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi, pengalaman

mahasiswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu

mendorong untuk melakukan aksi atau tindakan.

Menurut Subagya (2005a), refleksi merupakan tahapan

dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan,

manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah

agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan

kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai

yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk

membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di

dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai cara,

antara lain dengan mengajukan pertanyaan terbuka/divergen

(Subagya, 2005a), memberi tugas kepada siswa untuk

mengkomunikasikan pendapat, perasaan mereka dalam bentuk

(32)

d. Aksi.

Dalam pola pikir PPR, perkembangan dalam nilai

kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi

harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya

sendiri (Subagya, 2005). Pengolahan pengalaman melalui refleksi

membentuk sikap dan nilai. Pemaknaan pengalaman yang

diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu

mengambil keputusan dan bertindak dengan semangat magis (the

power to do more, unggul). Dalam proses pembelajaran, yang

dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran

dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam

praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini

sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat

untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.

Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan

mandul, melainkan terarah ke kehidupan konkrit (P3MP USD

2010:37).

Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan

adalah aksi lahir. Tanpa perbuatan dan hanya membentuk sikap

serta niat saja, maka perkembangan yang terjadi menjadi tidak

berarti (P. Wiryono, 2008:28). Agar siswa berkembang dengan

sikap dan perbuatan, ia perlu dibantu dengan

(33)

kemanusiaan yang diperjuangkan. Aksi yang dilakukan bisa

memperlihatkan ada atau tidaknya perbuatan cara pandang

seseorang akan suatu kenyataan berdasar pilihan nilai yang

mendasarinya (Tim Redaksi Kanisius, 2008:44).

e. Evaluasi

Menurut Subagya (2005), evaluasi adalah suatu tinjauan

untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses

pembelajaran, baik oleh siswa maupun oleh guru. Evaluasi yang

diharapkan bagi para siswa yaitu dapat memperhatikan

pertumbuhan pribadi siswa secara menyeluruh, yang mencakup

pemahaman, sikap prioritas-prioritas, dan kegiatan yang selaras

dengan “menjadi manusia demi orang lain”, sedang bagi guru,

dapat mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan

membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman

mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan

pola pikir, sikap, dan tindakan sosial.

B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan

1. Pengertian Konsumsi

Konsumsi merupakan tindakan manusia untuk menghabiskan atau

mengurangi kegunaan suatu benda. Konsumsi dalam cakupan makro

ekonomi adalah konsumsi nasional yang mempunyai fungsi

(34)

Namun harus diakui, bahwa tambahan laju pengeluaran konsumsi

tidak berarti tambahan pendapatan. Sebab, tidak semua pendapatan

digunakan untuk konsumsi. Sebagian lagi digunakan untuk tujuan investasi.

Pengeluaran konsumsi meliputi semua pengeluaran rumah-rumah

tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga- lembaga swasta

bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa-jasa yang yang

langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Pembelian barang-barang tahan lama yang baru, seperti mobil, televisi,

dan sebagainya selain bangunan rumah, tergolong sebagai variabel

ekonomi pengeluaran konsumsi. Pembelian atas barang-barang yang

telah dimiliki oleh konsumen tidak dianggap sebagai pengeluaran

konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen

pembeli, diimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga netto nya sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan sebagian pengeluaran investasi (Yuli, 2009:149).

2. Fungsi Konsumsi

Konsumsi pemerintah dibedakan menjadi dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam ekonomi pada umumnya diberi simbol C sebagai singkatan dari consumption expenditure, dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang

(35)

yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai persamaan:

C = a + bY

Dalam ekonomi makro a menunjukkan besarnya konsumsi

pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan b menunjukkan

besarnya MPC (Marginal Properity to Consumme) yaitu angka

perbandingan besarnya konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi.

Jika diubah dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut.

MPC = Δ ∆

Angka MPC lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa

tambahan pendapatan diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh mereka sisihkan sebagai saving (S).

Angka MPC lebih besar daripada setengah menunjukkan bahwa

(36)

a. Faktor internal, yaitu:

1) komposisi rumah tangga (jumlah dan usia)

2) selera,

3) kebiasaan, dan

4) besarnya pendapatan.

b. Faktor eksternal, yaitu:

1) lingkungan tempat tinggal,

2) kebijakan pemerintah,

3) harga barang,

4) budaya masyarakat, dan

5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Tabungan

Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup ekonomi makro, saving dapat didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.

4. Fungsi Tabungan

Saving apabila dituliskan dalam bentuk persamaan fungsional diperoleh:

(37)

jika persamaan di atas dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi maka kita akan menemukan persamaan umum dari fungsi saving, yaitu:

S = Y - C

C = a + bY

Maka

S = Y - (a + bY) = Y - a - bY = (1 - b) Y – a

Keterangan:

a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional 0 c = tingkat konsumsi

b = kecondongan konsumsi marginal Y = pendapatan nasional

Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya saving dengan

bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:

a. Pendapatan yang diterima

Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan untuk saving.

(38)

Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.

c. Tingkat suku bunga bank

Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak masyarakat untuk menabung (saving).

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Competence, conscience, dan compassion tampak jelas bahwa

ketiganya dianggap sebagai sebuah keterpaduan, hal tersebut serupa dengan

keterpaduan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (KPA) seperti yang

dikemukakan oleh para ahli seperti Bloom, Andersen, dan Popham. Akan

tetapi, apabila masing-masing dari ketiganya dicermati secara parsial, akan

tampak perbedaan pada penekanan-penekanan meskipun tetap beririsan satu

dengan yang lain. Competence sangat kental bermuatan ranah kognitif dan

psikomotorik. Namun demikian, di sana termuat juga sebagian afektif

meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan (akademik), misalnya

sikap atau minat. Conscience dan compassion sangat jelas bermuatan ranah

afektif. Dengan jelas, pemahaman nilai-nilai (kejujuran, integritas, keadilan,

kebebasan) dan moral masuk dalam ranah conscience.

Penerapan PPR dalam pembelajaran ekonomi khususnya pada materi

fungsi konsumsi dan tabungan dalam hal mengembangkan conscience dan

(39)

Indonesia yaitu konsumsi pada bulan Desember lebih tinggi dibanding bulan

lainnya terutama dipicu oleh meningkatnya permintaan barang karena

kepanikan masyarakat bertepatan dengan perayaan hari-hari besar seperti

menyambut natal dan tahun baru. Dari kasus konsumsi tersebut nilai -nilai

yang dapat dikembangkan melalui materi tersebut adalah mampu

menemukan pilihan membuat skala prioritas, mengesampingkan ego dan

gensi, tidak menjadi konsumerisme atau memiliki sikap hemat. Nilai lain

yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah nilai bekerja

sama yang dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Dalam literatur berbahasa Inggris, penelitian tindakan kelas (PTK)

disebut classroom action research. PTK dibentuk dari tiga kata, yang

memiliki pengertian sebagai berikut (Kunandar, 2009:45):

a. Penelitian adalah suatu aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dari ketiga kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap proses belajar mengajar berupa

suatu tindakan berbentuk siklus kegiatan yang sengaja dilakukan dan

(40)

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan

secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Prinsip –Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993:57-61) sebagaimana tersaji dalam buku

yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Depdiknas,

2007:11), ada enam prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu:

a. Guru menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Jika dalam menerapkan tindakan/kegiatan pembelajaran kurang berhasil, maka guru dan dosen harus tetap berusaha memilih alternatif yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Prinsip ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis terjadinya peningkatan, perbaikan, atau “kesembuhan” sistem proses, hasil dan sebagainya. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak

menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil belajar (evaluation), dan refleksi dari proses pembelajaran (reflection).

c. Kegiatan meneliti harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan masalah dan penyebabnya.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merupakan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap perolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnostik masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat mandiri. Penelitian ini

merupakan satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Dalam penelitian ini, PTK dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi

khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan di kelas X SMA Pangudi

Luhur Saint Louis IX dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XB, SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu yang berlokasi di Jl. Wates Km 12 Sedayu Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012.

(43)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan competence, conscience, dan

compassion pada diri siswa melalui penerapan PPR pada mata pelajaran

Ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi

dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus pertama dan siklus dua.

1. Pra Penelitian

a. Observasi terhadap guru

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan

guru dalam proses pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk

membandingkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dengan langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan PPR.

Instrumen digunakan pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Observasi terhadap siswa

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan siswa

(44)

kesiapan siswa, sikap siswa, aktivitas serta partisipasi dalam kelas.

Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti juga akan membagi

kuesioner. Kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui conscience dan

compassion sebelum penerapan PPR.

c. Observasi terhadap kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas meliputi tata

letak, lingkungan fisik, dan kondisi pembelajaran.

2. Siklus pertama

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran untuk

materi fungsi konsumsi. Langkah-langkah persiapan dan perencanaan

sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun sebagai gambaran pelaksanaan pembelajaran.

RPP ini disusun dengan mengacu pola PPR yaitu perumusan

indikator serta mencakup aspek competence, conscience, dan

compassion. Selain itu kegiatan pembelajaran mencakup tahap

konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

2) Materi

Pada siklus pertama ini materi hanya mencakup fungsi konsumsi

(45)

investasi, adapun kompetensi dasarnya : mendeskripsikan fungsi

konsumsi dan fungsi tabungan.

3) Handout

Handout yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra digunakan

dalam proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam

memahami materi ajar, sehingga dapat membantu siswa pada saat

mengerjakan teka-teki silang dengan materi konsumsi. Materi yang

tersaji dalam handout adalah pengertian konsumsi, fungsi

konsumsi, konsumsi sebagai fungsi dari disposable income,

average propensity to consume, marginal propensity to consume,

fungsi konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi.

4) Media Pembelajaran

Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan dalam siklus

pertama. Berikut adalah uraian media pembelajaran yang

digunakan:

a) Teka-teki silang

teki silang berisikan soal tentang fungsi konsumsi.

Teka-teki silang dibuat untuk memodifikasi kotak dari word square

agar lebih menarik dan mempermudah siswa dalam

(46)

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan siswa dalam

kelompok.

c) Video

Dalam penelitian penerapan paradigma pedagogi refektif ini

menggunakan dua video yang berisi tentang aksi stop belanja

sebagai bentuk keprihatinan atas budaya konsumtif setiap

menjelang lebaran, serta video yang berisi tentang seorang

pemuda yang mendapatkan undian berhadiah namun karena

pemuda itu berfoya-foya dan tidak mampu mengelola

keuangan sehingga mengakibatkan jatuh miskin. Video

digunakan untuk mengembangkan conscience para siswa.

d) Artikel

Artikel dengan judul “ tips agar lebih hemat di tahun 2012“

berisi tentang tips agar berhemat ini digunakan untuk

mengembangkan conscience siswa.

e) Media pembelajaran lainnya

Media pembelajaran lainnya meliputi laptop, viewer, dan

speaker.

5) Peneliti bersama guru mitra membagi para siswa ke dalam

(47)

6) Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi:

a) Kuesioner untuk mengukur sikap, minat, dan nilai hemat

(conscience) serta kerja sama (compassion).

b) Instrumen observasi terhadap kegiatan guru dalam

melaksanakan paradigma pedagogi reflektif.

c) Instrumen observasi, lembar refleksi, dan aksi siswa digunakan

untuk merefeleksikan pengalaman serta mengungkapkan aksi

para siswa yang diperoleh selama penerapan paradigma

pedagogi reflektif.

d) Paduan wawancara terhadap siswa mengenai penerapan PPR

setelah siklus pertama dilaksanakan.

b. Tindakan

Sebelum masuk tindakan siswa akan diberikan soal pre test untuk

mengetahui aspek competence siswa sebelum penerapan PPR.

Tindakan dalam penerapan paradigma pedagogi reflektif meliputi:

1) Konteks

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan

bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar

siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama

(48)

2) Pengalaman

Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan

memperoleh pengalaman dari membaca, melihat dan

mendengarkan (pengalaman tidak langsung). Siswa diharapkan

dapat menemukan makna dari pengalaman yang mereka dapatkan.

3) Refleksi

Pada tahap ini siswa diharapkan dengan menggunakan daya ingat,

pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu,

pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk

menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

4) Aksi

Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan

nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi

tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan

dan bertindak

5) Evaluasi

Tahap mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan

membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman

mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan

pola pikir, sikap, dan tindakan sosial. Pada tahap ini akan di

(49)

3. Siklus kedua

Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama

dengan siklus pertama. Perbedaannya terletak pada materi dan beberapa

media belajar yang digunakan.

E. Instrumen Penelitian

Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Instrumen pra penelitian

Instrumen yang digunakan pada saat pra penelitian adalah:

a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran

b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

c. Lembar observasi kelas

d. Kuesioner

2. Instrumen tindakan

a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

c. Kuesioner.

d. Lembar refleksi.

e. Lembar aksi.

f. Soal pre test.

(50)

3. Instrumen refleksi

a. Instrumen refleksi kesan guru mitra terhadap perangkat dan model

pembelajaran PPR.

b. Instrumen refleksi kesan siswa terhadap penerapan pembelajaran

menggunakan pola PPR.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk melihat aktivitas guru serta siswa

pada saat pembelajaran di kelas. Observasi dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus I dan siklus II.

Dalam setiap siklus terdapat dua aktivitas yang diamati, yaitu observasi

aktivitas guru, dan observasi aktivitas siswa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan

atau dokumen yang sudah ada. Melalui cara ini dimaksudkan peneliti

memperoleh data belajar siswa dan data tentang keadaan sekolah misalnya

jumlah siswa, dan fasilitas yang dimiliki sekolah guna menunjang

(51)

3. Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur competence siswa. Tes ini

disusun dalam bentuk soal pilihan ganda sesuai dengan indikator materi,

yang diberikan pada awal dan akhir siklus.

4. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan item-item pertanyaan

mengenai sesuatu masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk

mengukur conscience dan compassion siswa. Kuesioner diberikan pada pra

penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II.

Kuesioner yang digunakan secara keseluruhan berjumlah 40 buah

pernyataan untuk mengukur aspek conscience yang meliputi penilaian sikap,

minat, dan nilai hemat. Kuesioner juga digunakan untuk mengukur aspek

compassion yang meliputi penilaian nilai kerja sama. Kuesioner disusun

berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang diberi tanda (9)

pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban

adalah sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, ragu-ragu (R)

diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS)

(52)

a) Instrumen untuk Penilaian Sikap

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Sikap Pernyataan

Positif Negatif

1.Ada rasa senang dalam

pembelajaran

2.Tanggap terhadap situasi

pembelajaran

3.Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

1,5,7,8,9

3,4,5

2,10

11

14

b) Instrumen untuk Penilaian Minat

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Minat Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran dalam belajar

2. Keinginan untuk mencapai

tujuan

3. Dorongan dan kebutuhan

dalam belajar

4. Kedisiplinan dalam belajar

5. Ketertarikan terhadap

pelajaran

3,6 1,10

8,9

5

(53)

c) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai hemat/conscience)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Hemat)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran untuk berhemat

2. Bertindak untuk berhemat 3. Manfaat bersikap hemat

1,5,9,10 2,3

6

4 7,8

d) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai kerjasama/compassion)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Kerjasama)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kepedulian terhadap teman

2. Berpartisipasi aktif dalam diskusi 3. Manfaat dalam kerjasama

4. Memiliki sikap kerjasama

2,10 1 7 2,8,9 6 5. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode untuk mengungkapkan data

responden yang bersifat historis yang diperoleh dari hasil mengajukan

pertanyaan langsung secara lisan. Metode wawancara digunakan peneliti

dengan melontarkan pertanyaan secara lisan kepada guru serta siswa guna

mendapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam mengenai

competence, conscience dan compassion sebelum penerapan PPR dan

(54)

G. Teknik Analisis Data

Analisi data dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui

peningkatan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Saint Louis IX setelah proses pembelajaran dengan menerapkan

PPR.

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang

diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan

tingkat keberhasilan dari penerapan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)

sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel. Analisis

data dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data

b. Pemberian skor

c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima

menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan

Patokan) (Sukardjo, 2005:53).

Berdasarkan perhitungan rumus konversi (lampiran 42) maka data

kuantitatif dijadikan data kualitatif dengan skala lima. Kriteria konversi data

(55)

Tabel 3.4

Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Interval Skor Kriteria

X > 4,21 Sangat baik

3,40 < X ≤ 4,21 Baik

2, 60 < X ≤ 3,40 Cukup baik

1,79 < X ≤ 2,60 Kurang baik

X ≤ 1,79 Sangat kurang baik

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan aspek

competence, conscience, dan compassion siswa dari waktu ke waktu

khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari

berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan

competence, conscience, dan compassion. Untuk mengukur peningkatan

competence, conscience, dan compassion siswa dalam penelitian tindakan

ini menggunakan pre test, post test, kuesioner didukung dengan lembar

(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Deskripsi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan SMA alih

fungsi dari SPG Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989 bersama dengan

SPG yang lain, sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 031/113/H/Kpts/1989

tanggal 25 Februari 1989. Oleh karena itu visi SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu adalah sama dengan visi SPG Pangudi Luhur tetapi dengan

penyesuaian dan beberapa perubahan, karena SMA tidak seperti SPG. Visi

yang melandasi berdirinya sekolah adalah ingin mengentaskan kemiskinan

masyarakat sekitar yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi di kota Yogyakarta karena keadaan ekonomi yang kurang.

Melihat kenyataan bahwa banyak lulusan SMP yang tidak dapat

melanjutkan sekolah, maka pada tahun 1967 Pastor Paroki Sedayu

mendirikan SPG Santo Paulus yang mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan

Pangudi Luhur bersama SLTP Pangudi Luhur Sedayu dan SLTP Pangudi

Luhur Moyudan. Sejak berdirinya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

merupakan salah satu SMA yang masih dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.

Terbukti bahwa sampai saat ini minat siswa masuk ke SMA Pangudi Luhur

St. Louis IX Sedayu masih tinggi.

Pada pembukaan tahun ajaran baru 2010-2011, SMA Pangudi Luhur

Sedayu memutuskan untuk menjadikan St Louis IX sebagai Santo Pelindung

36

(57)

SMA Pangudi Luhur Sedayu. Oleh karena itu pada tangal 25 Agustus 2010,

SMA Pangudi Luhur Sedayu melakukan launching nama baru bagi

sekolahnya dengan menambahkan ST. Louis IX. Sejak saat itu, nama SMA

Pangudi Luhur Sedayu dikenal dengan nama SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu. Pendidikan yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX juga berdasarkan teladan kerendahan hati dan kerja keras St. Louis IX.

Pada Kamis, 25 Agustus 2011, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

mengadakan Perayaan Ekaristi dan pentas seni dalam rangka merayakan

Ulang Tahun kedua atas pemilihan nama St. Louis IX sebagai Santo

Pelindung SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Daftar Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Pangudi Luhur

St. Louis IX Sedayu :

Tabel 4.1

Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas

No Nama Periode Tugas

1. 2. 3. 4.

Mukardi, B.A. Drs. Ag. Sadjad

Drs. Markoes Padmonegoro Br. Agustinus Mujiya, S.Pd., FIC.

1989 – 1999 1999 – 2003 2003 – 2010 2010 – sekarang

B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

1. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu secara umum dapat

diuraikan sebagai berikut:

(58)

a. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan siswa agar mampu

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan interakasi sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006). Dalam

pelaksanaannya SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

memperkaya dan menambah dengan:

1) Pendidikan nilai

Pendidikan nilai sangat penting ditanamkan kepada siswa agar

para siswa dapat berkembang secara harmonis antara jasmani,

rohani dan sosialnya. Spiritualitas hidup, nilai moral, nilai

persatuan, persaudaraan dan humaniora merupakan nilai

pembentuk pribadi manusia yang amat besar artinya. Kurangnya

pemahaman suatu nilai bagi suatu generasi akan menimbulkan

kesulitan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Pembentukan pribadi

Pribadi yang tangguh merupakan bekal hidup dalam alam yang

serba majemuk seperti sekarang ini. Melalui perenungan,

kedisiplinan dalam latihan-latihan memperhatikan lingkungan

sosial diharapkan dapat melahirkan pribadi yang kuat dalam

menghadapi berbagai gejolak sosial.

(59)

3) Pendidikan keterampilan

Untuk menghadapi hal-hal yang praktis dalam kehidupan ini,

diperlukan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat dewasa ini.

2. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

a. Visi

Terbentuknya lulusan yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan

memiliki ketrampilan dengan semangat melayani yang miskin dan

berkekurangan. Indikator pencapaian misi sekolah berupa lulusan

yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam

melanjutkan ke pendidikan tinggi maupun terserap ke dunia kerja

dengan bekal santun yang tampak dari sikap dan perilaku teladan.

b. Misi

Misi merupakan penjabaran dari visi seperti pada butir-butir

berikut:

1) Melakukan pembelajaran yang efektif, berkualitas dan profesional

2) Mengembangkan keterampilan komputer, akuntansi dan Bahasa

Inggris

3) Menciptakan suasana kondusif untuk menciptakan peserta didik

yang berbudi pekerti luhur

4) Menyelenggarakan pelayanan prima, transparan dan akuntabel

dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan

5) Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya

(60)

Dasar visi dan misi tersebut di atas memberi kesempatan kepada

usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Dasar tersebut merupakan

acuan yang jelas dan tegas karena keluwesannya, maka tidak

menutup kemungkinan atas usaha-usaha perbaikan pelaksanaan

pendidikan.

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan

bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan

dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada

Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman

pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri

atas : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik

dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan

standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

(61)

Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan

dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut di atas dan guna

mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan

sekolah pada khususnya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu sebagai

lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk

mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui

KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan

karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam

pengembangannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi

kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam

dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu, yang secara keseluruhan mencakup :

1. Struktur dan muatan kurikulum.

2. Beban belajar peserta didik.

3. Kalender pendidikan.

4. Silabus.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Landasan kurikulum satuan pendidikan yang dipakai berdasarkan:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

(62)

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,

tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007, tentang Pembagian

Kewenangan Pusat dan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama

dan Keagamaan.

5. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.

6. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi

Lulusan.

7. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2006, tentang Pelaksanaan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Permendinas RI Nomor 23

Tahun 2006.

8. Permendiknas RI Nomor 6 Tahun 2007, tentang Perubahan Permendinas

RI Nomor 24 Tahun 2006.

9. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah.

10. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah.

11. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru.

12. Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi Guru Dalam

Jabatan.

(63)

13. Permendinas RI Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan.

14. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian

Pendidikan.

15. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang Standar Sarana

Prasarana Pendidikan.

16. Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses.

17. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.33/MPN/SE/2007 tanggal

13 Februari 2007, perihal Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan

Tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan sangat

besar pengaruhnya terhadap tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu telah berupaya meningkatkan sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai supaya tercipta lingkungan yang

kondusif sehingga tercipta tujuan pendidikan secara optimal. Adapun fasilitas

untuk menunjang proses pendidikan tersebut antara lain:

1. Perpustakaan

Tujuan didirikannya perpustakaan pada hakekatnya adalah untuk

menyediakan sumber informasi bagi semua warga sekolah untuk

menunjang kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula dengan

perpustakaan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang selalu

memperbanyak perbendaharaan buku-bukunya dan meningkatknya

(64)

kualitasnya agar senantiasa memperluas pengetahuan warga di sekolah di

samping meningkatkan budaya membaca.

2. Laboratorium

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memiliki 3 unit laboratorium

yaitu laboratorium komputer, fisika, kimia dan biologi. Laboratorium

yang sangat memadai memungkinkan siswa untuk dapat menerapkan

teori yang telah didapat dengan praktik yang sesungguhnya. Adapun

laboran yang ditunjuk oleh pihak sekolah adalah Bapak P. Wawan

Setiadi.

3. Ruang Media

Ruang media yang cukup luas dan memiliki berbagai fasilitas yang

lengkap seperti: TV, VCD player, tape recorder, komputer, LCD dan

OHP. Berbagai fasilitas ini memudahkan guru dalam menyampaikan

materi yang kontekstual. Siswa dapat melihat secara langsung

contoh-contoh yang divisualisasikan lewat VCD ataupun televisi. Proses

pembelajarannya pun bisa dibuat lebih bervariasi untuk menghindarkan

siswa dari kebosanan.

4. Ruang Bimbingan dan Konseling

Salah satu tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah

untuk menyalaraskan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga

perkembangan siswa dapat sejalan, yang pada akhirnya proses belajar

mengajar dapat berjalan dengan efektif.

(65)

   

5. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

UKS dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan memberikan

pertolongan pertama bagi seluruh warga sekolah. Siswa dapat

berpartisipasi dalam usaha menjaga kesehatan sekolah melalui kegiatan

Palang Merah Remaja (PMR).

6. Ruang Doa

Ruang doa berbentuk seperti kapel kecil. Ruangan ini terletak diantara

Ruang Multimedia dan Ruang Guru. Seluruh warga sekolah bisa

menggunakan Ruang Doa ini untuk berdoa ataupun hanya ingin sekedar

memperoleh ketenangan batin dan menenangkan diri dari hiruk pikuk

keadaan sekolah.

7. Ruang Fotokopi

Ruang fotokopi terletak di sebelah laboratorium Kimia. Ruangan ini

berukuran 3x8m. Penjaga ruang fotokopi adalah Bapak Wawan Setiadi.

Dengan adanya ruang fotokopi ini mempermudah bagi seluruh anggota

(66)

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) ini dilaksanakan pada kelas XB SMA Pangudi Luhur St.

Louis IX Sedayu. Sebelum penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap

guru dan observasi terhadap siswa pada tanggal 31 Maret 2012. Selain

observasi, peneliti juga melakukan diskusi dengan guru mitra untuk

mengetahui kondisi proses belajar di kelas serta membicarakan materi yang

akan diberikan. Berikut adalah uraian hasil pra penelitian dan penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif pada proses pembelajaran di kelas XB SMA

Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :

1. Observasi Pra Penelitian

Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 08.30 –

10.00 WIB, dengan jumlah siswa yang hadir saat pembelajaran sebanyak

34 siswa. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu P. Weni Triana, S.E.

Materi pelajaran pada saat observasi adalah inflasi. Berikut adalah uraian

hasil observasi terhadap guru dan siswa:

(67)

a. Observasi Terhadap Guru

Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam

Gambar

Tabel 5.12
Operasionalisasi Variabel Minat (Tabel 3.2 Conscience) Pada Penerapan PPR
Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Tabel 3.4 Compassion) Pada
Tabel 3.4 Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

Bilangan swirl yaitu bilangan nondimensional yang digunakan untuk menunjukkan kekuatan putaran (swirl) pada aliran putar, dan didefinisikan sebagai perbandingan antara momentum

dapat menggunakan metode mengajar memiliki nilai (mean = 17.48, SD = 3.986), dan indikator memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat memiliki nilai

Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Bakso Lapangan Tembak Payakumbuh).”. 1.2

[r]