• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu."

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

ST.LOUIS IX SEDAYU

Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek

competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek

conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.

(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION

OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU

Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.

This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.

The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.

(3)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI

DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE,

CONSCIENCE,

DAN

COMPASSION

SISWA KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX

SEDAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

ROBERTUS PRASTYA JATI 08 1334 038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatNya,

Bapak dan Ibu, yang selalu memeberikan doa dan kasih sayangnya

Kakakku, yang selalu memberikan support,

Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan yang indah selama ini.

(7)

v

MOTTO

JUST DO IT !

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

ST.LOUIS IX SEDAYU

Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek

competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek

conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.

(11)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION

OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU

Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.

This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.

The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7

3. Pengertian Competence, Conscience,dan Compassion ... 7

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR ... 8

B.Fungsi Konsumsi dan Tabungan ... 13

BAB III C.Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi ... 18

D.Penelitian Tindakan Kelas ... 19

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 20

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 22

D.Prosedur Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G.Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Deskripsi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 35

B.Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 37

(16)

C.Kurikulum SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 39

D.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 43

BAB V ... 46

... 71

2) Pengalaman ... 75

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 46

1. Pra Penelitian ... a. Observasi Terhadap Guru ... 47

b. Observasi Terhadap Siswa ... 49

c. Observasi Kelas ... 53

2. Siklus Pertama ... 54

a. Perencanaan ... 54

b. Tindakan ... 58

1) Konteks ... 59

2) Pengalaman ... 59

3) Refleksi ... 61

4) Aksi ... 62

5) Evaluasi ... 62

c. Observasi ... 63

d. Refleksi ... 67

3. Siklus Kedua ... 70

a. Perencanaan ... b. Tindakan ... 74

1) Konteks ... 74

(17)

3) Refleksi ... 76

4) Aksi ... 77

ah 87 BAB VI A. C. DAFT LAMPIRAN 5) Evaluasi ... 77

c. Observasi ... 77

d. Refleksi ... 81

B. Hasil Analisis Komparasi Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa, Sebelum dan Sesud Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 85

1. Aspek Competence ... 86

2. Aspek Conscience ... 3. Aspek Compassion ... 91

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan ... 95

B.Keterbatasan Penelitian ... 96

Saran ... 97

AR PUSTAKA ... 98

(18)

DAFTAR TABEL

: Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) ... 32

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 53 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 dan Model dengan Pembelajaran Paradigma Pedagogi : Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) ... 32

: Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience)... 33

: Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) .. 33

: Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 35

: Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 37

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 48

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 50

: Analisis conscience dan compassion Pra Penelitian ... : Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 63

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 66

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus I ... 67

: Wawancara Siswa pada Siklus Pertama ... 69

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 78

: Aktivitas siswa pada siklus kedua ... 80

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 81 : Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat

(19)

Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 83 : Analisis Komparasi Aspek Competence Siswa ... 86 Tabel 5.12

Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16

Tabel 5.17

Tabel 5.18

: Skor Rata-rata Sikap ... 87 : Skor Rata-rata Minat ... 88 : Skor Rata-rata Penilaian Hemat ... 89 : Perbandingan Skor Aspek Conscience antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 90 : Perbandingan Skor Aspek Compassion antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 91 : Perbandingan Skor Aspek Competence, Conscience, serta

Compassion antara Sebelum dan Sesudah Penerapan PPR ... 93

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99

Lam Lam Lam 121 : Kuesioner Penilaian Minat ... 123

ampiran 10 : Kuesioner Penilaian Sikap... 124

ampiran 11 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 125

ampiran 12 : Lembar Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 126

ampiran 13 : Lembar Observasi Siswa ... 127

ampiran 14 : Lembar Refleksi Siswa ... 128

Lampiran 15 : Lembar Aksi S ... 129

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 106

piran 3 : Handout ... 113

Lampiran 4 : Games Teka-teki Silang ... 116

piran 5 : Lembar Kerja SiswaSiklus I ... 117

Lampiran 6 : Artikel ... 119

piran 7 : Kuesioner Penilaian Hemat ... Lampiran 8 : Kuesioner Penilaian Kerja Sama ... 122

Lampiran 9 L L L L L iswa ... Lampiran 16 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus I ... 130

Lampiran 17 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus I ... 131

Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus I . 134 Lampiran 19 : Games Peta Konsep ... 135

Lampiran 20 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 137

Lampiran 21 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 139

(21)

Lampiran 22 : Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 140

Lampiran 23 : Soal Pre Test Siklus II ... 141

Lampiran 24 : Soal Post Test Siklus II ... 142

... 145

Lampiran 28 II.. 146

mpiran 2 153 Lampiran 34 ... 154

Lampiran 35 ... 157

Lampiran 37 ... 159

Lampiran 38 ... 165

Lampiran 42 Lampiran 25 : Lembar Refleksi Siswa ... 143

Lampiran 26 : Lembar Aksi Siswa ... 144

Lampiran 27 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus La 9 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus II 149

Lampiran 30 : Soal Pre Test Siklus I ... 150

Lampiran 31 : Soal Post Test Siklus I ... 151

Lampiran 32 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 152

Lampiran 33 : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus I ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus I ... 156

Lampiran 36 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus II ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Pra Penelitian ... 160

Lampiran 39 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Pra Penelitian ... 163

Lampiran 40 :Surat Ijin Penelitian ... 164

Lampiran 41 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... : Perhitungan Rumus Konversi ... 166

(22)

xx

... 167 Lampiran 44

Lampiran 43 : Hasil Refleksi dan Aksi Siswa pada Siklus I ...

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses belajar untuk menanamkan, dan mengembangkan siswa dalam mencapai proses pendewasaan diri. Pendidik harus berhadapan dengan siswa yang tumbuh dan berkembang serta memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Selain itu ada pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan karakteristik para siswa, misalnya perubahan struktur masyarakat, globalisasi, dan perkembangan teknologi-informasi. Di sisi lain fenomena pendidikan saat ini, sekolah terkesan mengejar target kelulusan agar tidak tertinggal dengan sekolah lain (Tim Redaksi Kanisius, 2008:8), sehingga hanya mengembangkan siswa dari segi kognitifnya saja, tidak menyangkut seluruh daya manusia yaitu pikiran, hati, dan kehendak. Dalam proses pendidikan sekarang yang cenderung mengejar target, menghasilkan produk pendidikan yang secara intelektual dan wawasan berkembang namun secara afektif, dan secara psikomotorik belum terbentuk. Para siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang didapat, tetapi juga harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial yang berguna bagi masyarakat (Tim Redaksi Kanisius, 2008:11)

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi

(24)

kristiani/kemanusiaan (Tim Redaksi Kanisius, 2008:39). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menyatakan bahwa siswa diperlakukan sebagai subjek, hal ini merupakan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia yang utuh. Siswa memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, moral, sosial. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan yang menyiapkan siswa untuk berhasil sebagai pribadi yang sukses dalam bidang kognitif, serta di lingkungan sosial dapat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (makhluk sosial).

Penerapan PPR menjadi salah satu pilihan untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki aspek competence, conscience, dan compassion

sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran ekonomi kelas X, ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut: masih ada siswa yang mendapat nilai ekonomi di bawah KKM, hal ini berkaitan dengan aspek

competence yang dimaknai sebagai kemampuan akademik. Dalam pembelajaran juga dilihat aspek conscience dan compassion siswa,

misalnya dalam kelas dijumpai ada beberapa siswa yang kurang jujur, kurang tanggung jawab, serta tidak bisa bekerja sama dengan baik atau kurang peduli dengan anggota yang lain dalam kelompok saat diskusi.

(25)

nilai-nilai kehidupan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan

Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”. 

B. Batasan Masalah

Penelitian tindakan dengan menerapkan PPR untuk meningkatkan

competence, compassion, dan conscience siswa ini dibatasi hanya pada materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan. Materi tersebut termasuk dalam standar kompetensi “memahami konsumsi dan investasi”, dan kompetensi dasar “mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

(26)

3. Bagaimana meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

2. Untuk meningkatkan conscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

(27)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan aspek competence, compassion, dan

conscience sehingga dapat memahami materi ekonomi dengan baik dan mengembangkan nilai kerja sama dan tanggung jawab bagi teman dan lingkungan di sekitar mereka.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan, bahan pertimbangan dan alternatif dalam pemilihan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan mutu pembelajaran di sekolah serta dapat menjadi inspirasi bagi sekolah untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh.

4. Bagi peneliti

(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Dari makna etimologisnya, kata pedagogi (paideia - Yunani)

mengandung makna metodologi atau cara mendampingi dan membantu pembelajar tumbuh dan berkembang dengan didasarkan pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia ideal. Dengan kata lain, pedagogi selalu mengandung cita-cita yang dituju sekaligus kriteria untuk memilih sarana yang digunakan dalam proses pendidikan(Supratiknya, 2007).

PPR merupakan pola pikir pendidikan yang bertolak dari keprihatinan akan masalah kemanusiaan yang mengintegrasikan aspek akademik dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam satu proses pembelajaran yang sama. Menurut Subagya (2010:22), Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir (paradigma=pola pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi relektif = pendidikan kemanusiaan). Mekanisme dalam pembelajaran PPR adalah mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dengan mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

(29)

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Tujuan pendidikan berpola PPR adalah membina laki-laki dan perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming man and women for others). Paradigma Pedagogi Reflektif menggerakkan seorang pribadi “agar lebih memuliakan Allah”, dan “lebih membantu sesama” (Tim Kanisius,2010). Melalui PPR para siswa diharapkan memiliki kemampuan, tanggung jawab dan perhatian terhadap sesama untuk menjadi manusiawi. Pendidikan berpola PPR dipandang sebagai usaha menemukan dan meneliti pola-pola, hubungan-hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan, pengertian-pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah-masalah, pemecahan-pemecahan, dan implikasi-implikasi.

3. Pengertian Competence, Conscience, dan Compassion

a. Competence

Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang memadukan unsur-unsur pengetahuan keterampilan, dan sikap. Unsur-unsur dasar competence: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Conscience

(30)

c. Compassion dimaknai sebagai kemauan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan (Man and women for and with others). Unsur-unsur compassion adalah : peduli, peka, rela, dan tanggap.

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR

Secara praktis, penerapan model pendidikan dengan pola Paradigma Pedagogi Reflektif sama dengan Pedagogi Ignasian biasanya dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur pokok: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dengan demikian, Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan langkah-langkah beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi, dan (kembali ke) konteks.

a. Konteks

(31)

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama belajar, bagi hidupnya sendiri dan orang lain. Menjadi tugas guru untuk memahami dan memilihkan pengalaman yang mengena dan selaras dengan pengalaman hidup siswa sebelumnya.

Dalam pola pikir PPR, pembelajaran harus diletakkan dalam konteks yang tepat. Konteks berarti keseluruhan iklim yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Konteks harus diperhatikan mengingat pedagogi reflektif selalu bertitik tolak dari pengalaman manusiawi. Sebagai pembimbing, guru perlu berusaha memahami dan mengenal baik konteks latar belakang siswa dan pengembangan pendidikan nilai yang diperlukan bagi siswanya. Konteks yang perlu diperhatikan (Subagya, 2005), sebagai berikut: 1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga

dengan minat dan bakat siswa)

2) Kurikulum/ silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan, supaya pemahaman siswa menjadi utuh.

(32)

b. Pengalaman

Berdasarkan konteks yang telah dikenali pada tahap sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dibahas. Siswa didorong untuk menyaring fakta, menimbang perasaannya, dan memilah nilai-nilai. Dengan demikian, siswa siap menyerap pengetahuan baru untuk menjalani pengalaman lebih lanjut. Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan melakukan perbandingan, kontras, evaluasi, analisis, dan sintesis atas semua kegiatan mental serta psikomotorik untuk memahami realitas secara lebih baik. Pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan (pengalaman tidak langsung) atau melalui pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagya, 2005a). Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa persaudaraan antar teman dan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya membimbing teman sebaya dalam kegiatan belajar kelompok mengembangkan sikap solidaritas dengan korban bencana alam.

c. Refleksi

(33)

pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan proses perubahan pribadi yang mampu mempengaruhi perubahan lingkungan. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi, pengalaman mahasiswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu mendorong untuk melakukan aksi atau tindakan.

(34)

d. Aksi.

Dalam pola pikir PPR, perkembangan dalam nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya sendiri (Subagya, 2005). Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan dan bertindak dengan semangat magis (the power to do more, unggul). Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan mandul, melainkan terarah ke kehidupan konkrit (P3MP USD 2010:37).

(35)

kemanusiaan yang diperjuangkan. Aksi yang dilakukan bisa memperlihatkan ada atau tidaknya perbuatan cara pandang seseorang akan suatu kenyataan berdasar pilihan nilai yang mendasarinya (Tim Redaksi Kanisius, 2008:44).

e. Evaluasi

Menurut Subagya (2005), evaluasi adalah suatu tinjauan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran, baik oleh siswa maupun oleh guru. Evaluasi yang diharapkan bagi para siswa yaitu dapat memperhatikan pertumbuhan pribadi siswa secara menyeluruh, yang mencakup pemahaman, sikap prioritas-prioritas, dan kegiatan yang selaras dengan “menjadi manusia demi orang lain”, sedang bagi guru, dapat mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan pola pikir, sikap, dan tindakan sosial.

B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan

1. Pengertian Konsumsi

(36)

Namun harus diakui, bahwa tambahan laju pengeluaran konsumsi tidak berarti tambahan pendapatan. Sebab, tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi. Sebagian lagi digunakan untuk tujuan investasi.

Pengeluaran konsumsi meliputi semua pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga- lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa-jasa yang yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru, seperti mobil, televisi, dan sebagainya selain bangunan rumah, tergolong sebagai variabel ekonomi pengeluaran konsumsi. Pembelian atas barang-barang yang telah dimiliki oleh konsumen tidak dianggap sebagai pengeluaran konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen pembeli, diimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga netto nya sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan sebagian pengeluaran investasi (Yuli, 2009:149).

2. Fungsi Konsumsi

Konsumsi pemerintah dibedakan menjadi dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam ekonomi pada umumnya diberi simbol C sebagai singkatan dari consumption expenditure, dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang

(37)

yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai persamaan:

C = a + bY

Dalam ekonomi makro a menunjukkan besarnya konsumsi

pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan b menunjukkan

besarnya MPC (Marginal Properity to Consumme) yaitu angka

perbandingan besarnya konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi.

Jika diubah dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut.

MPC = Δ ∆

Angka MPC lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa

tambahan pendapatan diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh mereka sisihkan sebagai saving (S).

Angka MPC lebih besar daripada setengah menunjukkan bahwa

(38)

a. Faktor internal, yaitu:

1) komposisi rumah tangga (jumlah dan usia)

2) selera,

3) kebiasaan, dan

4) besarnya pendapatan.

b. Faktor eksternal, yaitu:

1) lingkungan tempat tinggal,

2) kebijakan pemerintah,

3) harga barang,

4) budaya masyarakat, dan

5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Tabungan

Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup ekonomi makro, saving dapat didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.

4. Fungsi Tabungan

Saving apabila dituliskan dalam bentuk persamaan fungsional diperoleh:

(39)

jika persamaan di atas dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi maka kita akan menemukan persamaan umum dari fungsi saving, yaitu:

S = Y - C

C = a + bY

Maka

S = Y - (a + bY) = Y - a - bY = (1 - b) Y – a

Keterangan:

a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional 0 c = tingkat konsumsi

b = kecondongan konsumsi marginal Y = pendapatan nasional

Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya saving dengan

bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:

a. Pendapatan yang diterima

Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan untuk saving.

(40)

Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.

c. Tingkat suku bunga bank

Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak masyarakat untuk menabung (saving).

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Competence, conscience, dan compassion tampak jelas bahwa ketiganya dianggap sebagai sebuah keterpaduan, hal tersebut serupa dengan keterpaduan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (KPA) seperti yang dikemukakan oleh para ahli seperti Bloom, Andersen, dan Popham. Akan tetapi, apabila masing-masing dari ketiganya dicermati secara parsial, akan tampak perbedaan pada penekanan-penekanan meskipun tetap beririsan satu dengan yang lain. Competence sangat kental bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik. Namun demikian, di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan (akademik), misalnya sikap atau minat. Conscience dan compassion sangat jelas bermuatan ranah afektif. Dengan jelas, pemahaman nilai-nilai (kejujuran, integritas, keadilan, kebebasan) dan moral masuk dalam ranah conscience.

Penerapan PPR dalam pembelajaran ekonomi khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan dalam hal mengembangkan conscience dan

(41)

Indonesia yaitu konsumsi pada bulan Desember lebih tinggi dibanding bulan lainnya terutama dipicu oleh meningkatnya permintaan barang karena kepanikan masyarakat bertepatan dengan perayaan hari-hari besar seperti menyambut natal dan tahun baru. Dari kasus konsumsi tersebut nilai -nilai yang dapat dikembangkan melalui materi tersebut adalah mampu menemukan pilihan membuat skala prioritas, mengesampingkan ego dan gensi, tidak menjadi konsumerisme atau memiliki sikap hemat. Nilai lain yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah nilai bekerja sama yang dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Dalam literatur berbahasa Inggris, penelitian tindakan kelas (PTK) disebut classroom action research. PTK dibentuk dari tiga kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut (Kunandar, 2009:45):

a. Penelitian adalah suatu aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

(42)

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Prinsip –Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993:57-61) sebagaimana tersaji dalam buku yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Depdiknas, 2007:11), ada enam prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu:

a. Guru menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Jika dalam menerapkan tindakan/kegiatan pembelajaran kurang berhasil, maka guru dan dosen harus tetap berusaha memilih alternatif yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Prinsip ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis terjadinya peningkatan, perbaikan, atau “kesembuhan” sistem proses, hasil dan sebagainya. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak

menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil belajar (evaluation), dan refleksi dari proses pembelajaran (reflection).

c. Kegiatan meneliti harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan masalah dan penyebabnya.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merupakan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap perolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnostik masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

(43)
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat mandiri. Penelitian ini

merupakan satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Dalam penelitian ini, PTK dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi

khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan di kelas X SMA Pangudi

Luhur Saint Louis IX dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XB, SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu yang berlokasi di Jl. Wates Km 12 Sedayu Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012.

22

(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis

IX Sedayu.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan competence, conscience, dan

compassion pada diri siswa melalui penerapan PPR pada mata pelajaran

Ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi

dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus pertama dan siklus dua.

1. Pra Penelitian

a. Observasi terhadap guru

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan

guru dalam proses pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk

membandingkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dengan langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan PPR.

Instrumen digunakan pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Observasi terhadap siswa

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan siswa

(46)

kesiapan siswa, sikap siswa, aktivitas serta partisipasi dalam kelas.

Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti juga akan membagi

kuesioner. Kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui conscience dan

compassion sebelum penerapan PPR.

c. Observasi terhadap kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas meliputi tata

letak, lingkungan fisik, dan kondisi pembelajaran.

2. Siklus pertama

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran untuk

materi fungsi konsumsi. Langkah-langkah persiapan dan perencanaan

sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun sebagai gambaran pelaksanaan pembelajaran.

RPP ini disusun dengan mengacu pola PPR yaitu perumusan

indikator serta mencakup aspek competence, conscience, dan

compassion. Selain itu kegiatan pembelajaran mencakup tahap

konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

2) Materi

Pada siklus pertama ini materi hanya mencakup fungsi konsumsi

(47)

investasi, adapun kompetensi dasarnya : mendeskripsikan fungsi

konsumsi dan fungsi tabungan.

3) Handout

Handout yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra digunakan

dalam proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam

memahami materi ajar, sehingga dapat membantu siswa pada saat

mengerjakan teka-teki silang dengan materi konsumsi. Materi yang

tersaji dalam handout adalah pengertian konsumsi, fungsi

konsumsi, konsumsi sebagai fungsi dari disposable income,

average propensity to consume, marginal propensity to consume,

fungsi konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi.

4) Media Pembelajaran

Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan dalam siklus

pertama. Berikut adalah uraian media pembelajaran yang

digunakan:

a) Teka-teki silang

teki silang berisikan soal tentang fungsi konsumsi.

Teka-teki silang dibuat untuk memodifikasi kotak dari word square

agar lebih menarik dan mempermudah siswa dalam

(48)

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan siswa dalam

kelompok.

c) Video

Dalam penelitian penerapan paradigma pedagogi refektif ini

menggunakan dua video yang berisi tentang aksi stop belanja

sebagai bentuk keprihatinan atas budaya konsumtif setiap

menjelang lebaran, serta video yang berisi tentang seorang

pemuda yang mendapatkan undian berhadiah namun karena

pemuda itu berfoya-foya dan tidak mampu mengelola

keuangan sehingga mengakibatkan jatuh miskin. Video

digunakan untuk mengembangkan conscience para siswa.

d) Artikel

Artikel dengan judul “ tips agar lebih hemat di tahun 2012“

berisi tentang tips agar berhemat ini digunakan untuk

mengembangkan conscience siswa.

e) Media pembelajaran lainnya

Media pembelajaran lainnya meliputi laptop, viewer, dan

speaker.

5) Peneliti bersama guru mitra membagi para siswa ke dalam

(49)

6) Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi:

a) Kuesioner untuk mengukur sikap, minat, dan nilai hemat

(conscience) serta kerja sama (compassion).

b) Instrumen observasi terhadap kegiatan guru dalam

melaksanakan paradigma pedagogi reflektif.

c) Instrumen observasi, lembar refleksi, dan aksi siswa digunakan

untuk merefeleksikan pengalaman serta mengungkapkan aksi

para siswa yang diperoleh selama penerapan paradigma

pedagogi reflektif.

d) Paduan wawancara terhadap siswa mengenai penerapan PPR

setelah siklus pertama dilaksanakan.

b. Tindakan

Sebelum masuk tindakan siswa akan diberikan soal pre test untuk

mengetahui aspek competence siswa sebelum penerapan PPR.

Tindakan dalam penerapan paradigma pedagogi reflektif meliputi:

1) Konteks

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan

bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar

siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama

(50)

2) Pengalaman

Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan

memperoleh pengalaman dari membaca, melihat dan

mendengarkan (pengalaman tidak langsung). Siswa diharapkan

dapat menemukan makna dari pengalaman yang mereka dapatkan.

3) Refleksi

Pada tahap ini siswa diharapkan dengan menggunakan daya ingat,

pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu,

pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk

menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

4) Aksi

Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan

nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi

tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan

dan bertindak

5) Evaluasi

Tahap mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan

membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman

mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan

pola pikir, sikap, dan tindakan sosial. Pada tahap ini akan di

(51)

3. Siklus kedua

Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama

dengan siklus pertama. Perbedaannya terletak pada materi dan beberapa

media belajar yang digunakan.

E. Instrumen Penelitian

Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Instrumen pra penelitian

Instrumen yang digunakan pada saat pra penelitian adalah:

a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran

b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

c. Lembar observasi kelas

d. Kuesioner

2. Instrumen tindakan

a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

c. Kuesioner.

d. Lembar refleksi.

e. Lembar aksi.

f. Soal pre test.

(52)

3. Instrumen refleksi

a. Instrumen refleksi kesan guru mitra terhadap perangkat dan model

pembelajaran PPR.

b. Instrumen refleksi kesan siswa terhadap penerapan pembelajaran

menggunakan pola PPR.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk melihat aktivitas guru serta siswa

pada saat pembelajaran di kelas. Observasi dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus I dan siklus II.

Dalam setiap siklus terdapat dua aktivitas yang diamati, yaitu observasi

aktivitas guru, dan observasi aktivitas siswa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan

atau dokumen yang sudah ada. Melalui cara ini dimaksudkan peneliti

memperoleh data belajar siswa dan data tentang keadaan sekolah misalnya

jumlah siswa, dan fasilitas yang dimiliki sekolah guna menunjang

(53)

3. Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur competence siswa. Tes ini

disusun dalam bentuk soal pilihan ganda sesuai dengan indikator materi,

yang diberikan pada awal dan akhir siklus.

4. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan item-item pertanyaan

mengenai sesuatu masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk

mengukur conscience dan compassion siswa. Kuesioner diberikan pada pra

penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II.

Kuesioner yang digunakan secara keseluruhan berjumlah 40 buah

pernyataan untuk mengukur aspek conscience yang meliputi penilaian sikap,

minat, dan nilai hemat. Kuesioner juga digunakan untuk mengukur aspek

compassion yang meliputi penilaian nilai kerja sama. Kuesioner disusun

berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang diberi tanda (9)

pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban

adalah sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, ragu-ragu (R)

diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS)

(54)

a) Instrumen untuk Penilaian Sikap

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Sikap Pernyataan

Positif Negatif

1.Ada rasa senang dalam

pembelajaran

2.Tanggap terhadap situasi

pembelajaran

3.Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

1,5,7,8,9

3,4,5

2,10

11

14

b) Instrumen untuk Penilaian Minat

[image:54.612.103.536.176.603.2]

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Minat Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran dalam belajar

2. Keinginan untuk mencapai

tujuan

3. Dorongan dan kebutuhan

dalam belajar

4. Kedisiplinan dalam belajar

5. Ketertarikan terhadap

pelajaran

3,6 1,10

8,9

5

(55)

c) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai hemat/conscience)

[image:55.612.105.534.182.544.2]

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Hemat)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran untuk berhemat

2. Bertindak untuk berhemat 3. Manfaat bersikap hemat

1,5,9,10 2,3

6

4 7,8

d) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai kerjasama/compassion)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Kerjasama)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kepedulian terhadap teman

2. Berpartisipasi aktif dalam diskusi 3. Manfaat dalam kerjasama

4. Memiliki sikap kerjasama

2,10 1 7 2,8,9 6 5. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode untuk mengungkapkan data

responden yang bersifat historis yang diperoleh dari hasil mengajukan

pertanyaan langsung secara lisan. Metode wawancara digunakan peneliti

dengan melontarkan pertanyaan secara lisan kepada guru serta siswa guna

mendapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam mengenai

competence, conscience dan compassion sebelum penerapan PPR dan

(56)

G. Teknik Analisis Data

Analisi data dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui

peningkatan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Saint Louis IX setelah proses pembelajaran dengan menerapkan

PPR.

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang

diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan

tingkat keberhasilan dari penerapan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)

sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel. Analisis

data dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data

b. Pemberian skor

c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima

menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan

Patokan) (Sukardjo, 2005:53).

Berdasarkan perhitungan rumus konversi (lampiran 42) maka data

kuantitatif dijadikan data kualitatif dengan skala lima. Kriteria konversi data

(57)
[image:57.612.101.529.154.600.2]

Tabel 3.4

Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Interval Skor Kriteria

X > 4,21 Sangat baik

3,40 < X ≤ 4,21 Baik

2, 60 < X ≤ 3,40 Cukup baik

1,79 < X ≤ 2,60 Kurang baik

X ≤ 1,79 Sangat kurang baik

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan aspek

competence, conscience, dan compassion siswa dari waktu ke waktu

khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari

berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan

competence, conscience, dan compassion. Untuk mengukur peningkatan

competence, conscience, dan compassion siswa dalam penelitian tindakan

ini menggunakan pre test, post test, kuesioner didukung dengan lembar

(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Deskripsi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan SMA alih fungsi dari SPG Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989 bersama dengan SPG yang lain, sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 031/113/H/Kpts/1989 tanggal 25 Februari 1989. Oleh karena itu visi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu adalah sama dengan visi SPG Pangudi Luhur tetapi dengan penyesuaian dan beberapa perubahan, karena SMA tidak seperti SPG. Visi yang melandasi berdirinya sekolah adalah ingin mengentaskan kemiskinan masyarakat sekitar yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di kota Yogyakarta karena keadaan ekonomi yang kurang.

Melihat kenyataan bahwa banyak lulusan SMP yang tidak dapat melanjutkan sekolah, maka pada tahun 1967 Pastor Paroki Sedayu mendirikan SPG Santo Paulus yang mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur bersama SLTP Pangudi Luhur Sedayu dan SLTP Pangudi Luhur Moyudan. Sejak berdirinya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan salah satu SMA yang masih dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Terbukti bahwa sampai saat ini minat siswa masuk ke SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu masih tinggi.

Pada pembukaan tahun ajaran baru 2010-2011, SMA Pangudi Luhur Sedayu memutuskan untuk menjadikan St Louis IX sebagai Santo Pelindung

(59)

SMA Pangudi Luhur Sedayu. Oleh karena itu pada tangal 25 Agustus 2010, SMA Pangudi Luhur Sedayu melakukan launching nama baru bagi sekolahnya dengan menambahkan ST. Louis IX. Sejak saat itu, nama SMA Pangudi Luhur Sedayu dikenal dengan nama SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Pendidikan yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX juga berdasarkan teladan kerendahan hati dan kerja keras St. Louis IX. Pada Kamis, 25 Agustus 2011, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu mengadakan Perayaan Ekaristi dan pentas seni dalam rangka merayakan Ulang Tahun kedua atas pemilihan nama St. Louis IX sebagai Santo Pelindung SMA Pangudi Luhur Sedayu.

[image:59.595.102.511.273.613.2]

Daftar Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :

Tabel 4.1

Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas

No Nama Periode Tugas

1. 2. 3. 4.

Mukardi, B.A. Drs. Ag. Sadjad

Drs. Markoes Padmonegoro Br. Agustinus Mujiya, S.Pd., FIC.

1989 – 1999 1999 – 2003 2003 – 2010 2010 – sekarang

B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

1. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:

(60)

a. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan siswa agar mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan interakasi sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006). Dalam pelaksanaannya SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memperkaya dan menambah dengan:

1) Pendidikan nilai

Pendidikan nilai sangat penting ditanamkan kepada siswa agar para siswa dapat berkembang secara harmonis antara jasmani, rohani dan sosialnya. Spiritualitas hidup, nilai moral, nilai persatuan, persaudaraan dan humaniora merupakan nilai pembentuk pribadi manusia yang amat besar artinya. Kurangnya pemahaman suatu nilai bagi suatu generasi akan menimbulkan kesulitan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Pembentukan pribadi

Pribadi yang tangguh merupakan bekal hidup dalam alam yang serba majemuk seperti sekarang ini. Melalui perenungan, kedisiplinan dalam latihan-latihan memperhatikan lingkungan sosial diharapkan dapat melahirkan pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai gejolak sosial.

(61)

3) Pendidikan keterampilan

Untuk menghadapi hal-hal yang praktis dalam kehidupan ini, diperlukan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat dewasa ini.

2. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

a. Visi

Terbentuknya lulusan yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan memiliki ketrampilan dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan. Indikator pencapaian misi sekolah berupa lulusan yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam melanjutkan ke pendidikan tinggi maupun terserap ke dunia kerja dengan bekal santun yang tampak dari sikap dan perilaku teladan. b. Misi

Misi merupakan penjabaran dari visi seperti pada butir-butir berikut:

1) Melakukan pembelajaran yang efektif, berkualitas dan profesional 2) Mengembangkan keterampilan komputer, akuntansi dan Bahasa

Inggris

3) Menciptakan suasana kondusif untuk menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti luhur

4) Menyelenggarakan pelayanan prima, transparan dan akuntabel dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan

5) Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya

(62)

Dasar visi dan misi tersebut di atas memberi kesempatan kepada usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Dasar tersebut merupakan acuan yang jelas dan tegas karena keluwesannya, maka tidak menutup kemungkinan atas usaha-usaha perbaikan pelaksanaan pendidikan.

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

(63)

Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, yang secara keseluruhan mencakup :

1. Struktur dan muatan kurikulum. 2. Beban belajar peserta didik. 3. Kalender pendidikan. 4. Silabus.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Landasan kurikulum satuan pendidikan yang dipakai berdasarkan:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(64)

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007, tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

5. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.

6. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan.

7. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2006, tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Permendinas RI Nomor 23 Tahun 2006.

8. Permendiknas RI Nomor 6 Tahun 2007, tentang Perubahan Permendinas RI Nomor 24 Tahun 2006.

9. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

10. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

11. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

12. Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

(65)

13. Permendinas RI Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

14. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.

15. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang Standar Sarana Prasarana Pendidikan.

16. Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses.

17. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.33/MPN/SE/2007 tanggal 13 Februari 2007, perihal Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan

Tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu telah berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai supaya tercipta lingkungan yang kondusif sehingga tercipta tujuan pendidikan secara optimal. Adapun fasilitas untuk menunjang proses pendidikan tersebut antara lain:

1. Perpustakaan

Tujuan didirikannya perpustakaan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sumber informasi bagi semua warga sekolah untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula dengan perpustakaan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang selalu memperbanyak perbendaharaan buku-bukunya dan meningkatknya

(66)

kualitasnya agar senantiasa memperluas pengetahuan warga di sekolah di samping meningkatkan budaya membaca.

2. Laboratorium

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memiliki 3 unit laboratorium yaitu laboratorium komputer, fisika, kimia dan biologi. Laboratorium yang sangat memadai memungkinkan siswa untuk dapat menerapkan teori yang telah didapat dengan praktik yang sesungguhnya. Adapun laboran yang ditunjuk oleh pihak sekolah adalah Bapak P. Wawan Setiadi.

3. Ruang Media

Ruang media yang cukup luas dan memiliki berbagai fasilitas yang lengkap seperti: TV, VCD player, tape recorder, komputer, LCD dan

OHP. Berbagai fasilitas ini memudahkan guru dalam menyampaikan materi yang kontekstual. Siswa dapat melihat secara langsung contoh-contoh yang divisualisasikan lewat VCD ataupun televisi. Proses pembelajarannya pun bisa dibuat lebih bervariasi untuk menghindarkan siswa dari kebosanan.

4. Ruang Bimbingan dan Konseling

Salah satu tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah untuk menyalaraskan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga perkembangan siswa dapat sejalan, yang pada akhirnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif.

(67)

   

5. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

UKS dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan memberikan pertolongan pertama bagi seluruh warga sekolah. Siswa dapat berpartisipasi dalam usaha menjaga kesehatan sekolah melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR).

6. Ruang Doa

Ruang doa berbentuk seperti kapel kecil. Ruangan ini terletak diantara Ruang Multimedia dan Ruang Guru. Seluruh warga sekolah bisa menggunakan Ruang Doa ini untuk berdoa ataupun hanya ingin sekedar memperoleh ketenangan batin dan menenangkan diri dari hiruk pikuk keadaan sekolah.

7. Ruang Fotokopi

(68)

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini dilaksanakan pada kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Sebelum penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap guru dan observasi terhadap siswa pada tanggal 31 Maret 2012. Selain observasi, peneliti juga melakukan diskusi dengan guru mitra untuk mengetahui kondisi proses belajar di kelas serta membicarakan materi yang akan diberikan. Berikut adalah uraian hasil pra penelitian dan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif pada proses pembelajaran di kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :

1. Observasi Pra Penelitian

Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 08.30 – 10.00 WIB, dengan jumlah siswa yang hadir saat pembelajaran sebanyak 34 siswa. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu P. Weni Triana, S.E. Materi pelajaran pada saat observasi adalah inflasi. Berikut adalah uraian hasil observasi terhadap guru dan siswa:

(69)

a. Observasi Terhadap Guru

Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal kegiatan guru pra penelitian (lampiran 32), Pada awal proses pembelajaran, guru mengucapkan salam, dan memeriksa kesiapan para siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memperkenalkan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan mengingatkan kembali tentang tugas pada pertemuan minggu yang lalu serta mengulas tentang materi tersebut. Dalam proses pembelajaran ini, guru menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis serta tanya jawab. Dalam menyampaikan materi, guru tampak sudah menguasai materi, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Interaksi antara guru dengan siswa terbentuk terlihat dari tanggapan beberapa siswa terhadap pertanyaan pancingan yang dilontarkan oleh guru. Pada saat pembelajaran semua siswa yang duduk di depan memperhatikan guru, namun sebagian besar siswa yang duduk di belakang sibuk sendiri ketika guru sedang menjelaskan. Beberapa kali guru menegur beberapa siswa yang membuat kegaduhan dengan menyuruh siswa menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan soal di depan.

(70)

akhir pembelajaran yang dila

Gambar

Tabel 5.12
Operasionalisasi Variabel Minat (Tabel 3.2 Conscience) Pada Penerapan PPR
Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Tabel 3.4 Compassion) Pada
Tabel 3.4 Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

menampilkan menu area vendor Pengguna memilih menu registrasi karyawan Menampilkan form menu karyawan Sistem berhasil menampilkan form menu karyawan Pengguna menyimpan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Dalam pembuatan pelengkap busana ini limbah plastik sebagai bahan dasar dilapisi dengan kain perca yang memang banyak dimiliki oleh para penjahit.. Limbah kain perca

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

Bilangan swirl yaitu bilangan nondimensional yang digunakan untuk menunjukkan kekuatan putaran (swirl) pada aliran putar, dan didefinisikan sebagai perbandingan antara momentum

dapat menggunakan metode mengajar memiliki nilai (mean = 17.48, SD = 3.986), dan indikator memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat memiliki nilai

bahwa dalam rangka melaksanakan Instruksi Bupati Kotawaringin Barat Nomor 188.45/l/HUK/2011 tanggal 16 Maret 2011 tentang Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan