i
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Marthinus Kismet Dwi Tomo Prabowo 101134108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua Orangtuaku :
Bapak PG.Suharyanto dan Ibu Theresia Titi Nurhidayati
Kakakku :
Mas Agustinus Kismet Nugroho Jati.
Antonia Noviati
Teman-teman, motivator dalam menyelesaikan skripsiku :
Arif, Ridlo, Angga, Astri dll
Dosen Pembimbingku :
Drs. Paulus Wahana M.Hum
v
HALAMAN MOTTO
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh Harapannya pada TUHAN !!
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Martinus Kismet Dwi Tomo Prabowo
NIM : 101134108
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA
PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Agustus 2014
Yang menyatakan,
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi/tugas akhir yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2014
Peneliti,
viii
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI
ORGANISASI KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Martinus Kismet DTP (101134108)
2014
Pelajaran PKn di SD Kanisius Totogan menjadi sebuah mata pelajaran yang dianggap masih kurang menyenangkan oleh siswa. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat kesadaran siswa akan nilai organisasi masih rendah. Faktor penyebab rendahnya tingkat kesadaran siswa akan nilai organisasi bukan hanya berasal dari siswa tetapi terletak pada faktor guru sebagai pengajar. PPR dipilih karena dapat mengembangkan kepribadiannya secara utuh, mengasah kepekaan hati nurani dan penuh bela rasa bagi sesama.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SD Kanisius Totogan pada bulan April 2014. Kelas penelitian yang digunakan adalah kelas V. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran dengan setiap siklus satu kali pertemuan. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan memberi lembar skala sikap.
Hasil presentase siswa menunjukkan bahwa ada peningkatan kesadaran menggunakan penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas V SD Kanisius Totogan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kenaikan presentase jumlah siswa yang mencapai kesadaran akan nilai organisasi. Pada penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal hasil yang diperoleh adalah 60,87% , pada siklus 1 sebesar 50,82% dan pada siklus 2 menjadi 78,26%.
ix
ABSTRACT
THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY LEARNING IN CIVIC EDUCATION
TO IMPROVE STUDENTS’ AWARENESS OF ORGANIZATION VALUE IN THE FIFTH
GRADES OF KANISIUS TOTOGAN ELEMENTARY SCHOOL IN THE ACADEMIC YEAR OF 2013/2014
Martinus Kismet DTP (101134108) 2014
Civics learning in SD Kanisius Totogan becomes a lesson that students do not like. This condition that makes the students’ awareness of organization value is still low. The factors that affect the low percentage of students’ awareness of organization value are not only from students but also the teacher as the educator. Reflective pedagogy learning was chosen because it can fully develop the students’ personality, sharpen the sensitivity of the heart and inner and compassion.
This research belongs to an action research peformed in SD Kanisius Totogan in April 2014. The subject of the research was grade V students. This study was conducted in two clyes with eacle cyle consist of one meeting. The data colletion technique done by making a sheet of attitude scale.
The percentage result showed that there is improvement in students’ awareness after applying reflective pedagogy learning to grade V students of SD Kanisius Totogan. It can be shown from the improvement of the students’ percentage who are aware of the organization value. The result showed that the initial conditions obtained is 60,87%, then in first cycle was 50,52%, and finally in the second cycle became 78,26%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala berkat-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN
PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA
KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN YOGYAKARTA” ini dengan baik. Penelitian skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya
dengan baik. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi Ph D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Drs.Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang sudah sangat banyak
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian dan penulisan skripsi
xi
5. Ibu Tri Utami, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Totogan, yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian bagi peneliti.
6. Ibu Katarina Sri Murwani, S.Pd selaku guru kelas V SD Kanisius Totogan, yang telah
memberikan waktu, bantuan, dan masukan bermanfaat bagi peneliti.
7. Kedua Orangtuaku Bapak PG. Suharyanto dan Ibu Theresia Titi Nurhidayati yang selalu
memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa tiada henti bagi peneliti.
8. Kakak peneliti Agustinus Kismet Nugroho Jati atas dorongan semangat dan motivasi yang
diberikan kepada peneliti.
9. Antonia Noviati, terimakasih atas segala bantuan, dukungan, nasehat, semangat dan
perhatian yang diberikan kepada peneliti.
10. Teman kelompok payung PPR, Astri, Arif, Ridlo, Angga, Windy, Henry, Endah, dll yang
xii
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu peneliti
menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna
bagi pembaca sekaligus menjadi sumber dalam belajar melakukan pemahaman serta
meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.
Peneliti,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xivii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
2.1.2.1 Pengertian Kesadaran ... 10
2.1.3 Indikator Kesadaran ... 11
2.1.4 Nilai ... 12
2.1.4.1 Pengertian Nilai ... 11
2.1.4.2 Jenis-jenis Nilai ... 13
2.1.5 Pendidikan Nilai ... 14
2.1.6 PKn sebagai pendidikan nilai ... 15
2.1.7 Organisasi ... 17
2.1.7.1 Pengertian Organisasi ... 17
2.1.8 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ... 18
xiv
2.4 Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Setting Penelitian ... 35
3.2.1 Tempat Penelitian ... 35
3.2.2 Subyek Penelitian ... 36
3.2.3 Obyek Penelitian ... 36
3.2.4 Waktu Penelitian ... 36
3.3 Tindakan Penelitian ... 36
3.3.1 Persiapan ... 36
3.3.2 Tindakan tiap siklus ... 37
3.3.2.1 Siklus I ... 38
3.3.2.2 Siklus II ... 40
3.3.2.3Indikator Keberhasilan ... 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1Kondisi Awal ... 58
4.2Hasil Penelitian . ... 59
4.2.1 Siklus I ... 63
4.2.1.1 Perencanaan Siklus I ... 63
4.2.1.2Tindakan Siklus I... 64
4.2.1.3Pengamatan Siklus I ... 66
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 81
5.1Kesimpulan ... 81
5.2Keterbatasan... 82
5.3Saran ... 82
DAFTAR REFERENSI ... 83
xv
DAFTAR TABEL
3.1 Indikator Keberhasilan ... 43
3.2 Penjabaran Indikator ... 44
3.3 Kisi – kisi Skala Sikap ... 46
3.4 Skala Sikap sebelum Validasi ... 47
3.5 Skala Sikap sesudah validasi ... 48
3.6 Skala Likert ... 50
3.7 Skala Likert Modifikasi ... 51
3.8 Hasil Uji Validitas... 53
3.9 Hasil Reliabilitas Skala Sikap ... 55
3.10 Koefisien Reliabilitas ... 56
3.11 Acuan PAP Tipe I ... 57
3.112 Jadwal Peneliti ... 58
4.1 Hasil Skala Sikap pada Kondisi Awal ... 61
4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 64
4.3 Hasil Skala Sikap Siklus I ... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Langkah – langkah PPR ... 20
2.2 Peta Konsep PPR ... 25
2.3 Penelitian yang relevan ... 29
2.4. Bagan Kerangka Berpikir ... 31
3.1 Siklus dalam PTK ... 34
4.1. Siswa sedang membuat poster ... 77
4.2. Siswa membuat poster ... 78
4.3. Kondisi pada saat pembelajaran ... 82
4.4. Media Video yang digunakan ... 82
4.5. Siswa pada saat kerja kelompok ... 83
4.6. Siswa presentasi didepan kelas ... 83
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 89
Lampiran 2 Lembar Refleksi ... 97
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 100
Lampiran 4 Revisi RPP ... 105
Lampiran 5 Hasil skala sikap siswa ... 113
Lampiran 6 Lembar Evaluasi ... 118
Lampiran 7 Surat Ijin Melakukan Penelitian dan Selesai Penelitian ... 124
Lampiran 8 Skala sikap sebelum validasi ... 127
Lampiran 9 Skala sikap sesudah validasi... 131
Lampiran 10 Foto Siklus I ... 134
Lampiran 11 Foto Siklus II ... 139
Lampiran 12 Rpp & Silabus Siklus I ... 143
Lampiran 13 Rpp & Silabus Siklus II ... 152
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa Pendidikan bertujuan untuk
memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi
manusia berkualitas serta bernilai, sehingga dapat menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi
kehidupan manusia. Pendidikan berpengaruh besar terhadap perkembangan
manusia dalam seluruh kehidupannya. Pendidikan adalah suatu usaha sadar
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan
bagi perannya sebagai manusia di masa yang akan datang.
Salah satu pendidikan yang sudah diterapkan di sekolah dasar adalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran penting untuk diajarkan diseluruh tingkat pendidikan. Hal ini
terbukti dari penerapan PKn di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Adanya PKn di sekolah ini, diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai dalam
kehidupan siswa. Pendidikan kewarganegaraan juga diharapkan dapat menjadi
bekal bagi siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Untuk menjadi masyarakat yang
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan mata pelajaran PKn
mulai dari SD. Cara ini diharapkan dapat melatih anak-anak untuk bertanggung
jawab dan memiliki sikap moral pancasila yang baik. Sehingga ketika dewasa,
mereka terbiasa untuk berperilaku sopan santun dan memiliki tanggung jawab
yang tinggi untuk kemajuan bangsa ini (Wahab, 2011).
Dalam Undang-Undang No 2/1989 tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 39, menggariskan adanya
Pendidikan Pancasila dan PKn sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan, maka dari itu PKn termasuk salah satu mata
pelajaran yang penting, karena diajarkan di semua jenjang pendidikan. Pendidikan
harus mampu menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pelajaran
secara tuntas. Dalam mengelola pembelajarannya seharusnya pendidik tidak
begitu saja berpindah dari satu pembelajaran ke pelajaran berikutnya. Pendidik
harus memperhatikan siswa–siswi yang masih belum mampu menangkap materi
secara cepat (lamban), kurang memahami, atau bahkan belum mencapai tujuan
yang sudah direncanakan oleh guru. Pendidikan diharapkan untuk mampu
mengarah pada keutuhan pribadi manusia yaitu dengan proses penanaman
nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan. Dalam terwujudnya nilai-nilai-nilai-nilai tersebut akan
berdampak pada peningkatan kualitas hidup peserta didik yang secara nyata dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari–hari atau pun dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu cara yang dapat membantu mengembangkan kesadaran
akan nilai–nilai yang terkait adalah dengan cara mendampingi siswa pada waktu
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, masalah yang
berkaitan dengan kesadaran siswa yaitu guru masih belum maksimal
menyampaikan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam materi yang
dipelajari. Materi yang disampaikan guru tentang menyebutkan suatu organisasi
masih sangat kurang kreatif, sehingga siswa masih belum bisa menyadari akan
nilai–nilai organisasi yang terkandung di dalam materi tersebut. Jadi guru lebih
menekankan konsep dibandingkan dengan pendidikan nilai, sehingga penanaman
nilai pada diri siswa masih kurang. Kurangnya penanaman pendidikan nilai di SD
Kanisius Totogan tersebut di buktikan dengan, masih rendahnya rasa saling
menghargai teman saat berbicara di depan kelas, kemudian masih banyak siswa
yang masih malas mengikuti kegiatan organisasi didalam sekolah misalnya,
pramuka. Hal ini didukung dari hasil wawancara kami kepada guru kelas selaku
pengampu mata pelajaran PKn yang mengatakan bahwa “saya biasanya hanya
menggunakan metode ceramah dan hanya menggunakan sumber dari buku paket
saja mas, soalnya menurut saya materi ini masih sulit untuk di PPRkan”. Sampai
saat ini pendidik hanya sebatas mentransfer pengetahuan saja, sehingga yang
terjadi ialah pendidik hanya sebatas mencetak angka-angka saja. Padahal banyak
sekali materi PKn yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diterapkan dan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, untuk memperkuat bukti bahwa siswa kelas V SD Kanisius
Totogan masih kurang memiliki kesadaran akan nilai khususnya organisasi,
siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran PKn. Skala sikap tersebut
bertujuan untuk melihat kesadaran siswa akan nilai organisasi.
Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah model pembelajaran yang
inovatif. PPR yaitu suatu pendekatan/model pembelajaran yang menerapkan
refleksi dalam menentukan nilai-nilai, dan pembelajaran dengan cara menekankan
siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Pembelajaran Pedagogi Reflektif
merupakan pola pikir untuk mengembangkan manusia menjadi manusia yang
bernilai. Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) bisa menjadi salah satu alternatif
dalam pembelajaran PKn untuk menyampaikan pendidikan nilai pada siswa.
Keunggulan Pedagogi Reflektif yaitu siswa dan guru menjadi belajar untuk
mengembangkan kepribadiannya secara utuh, mengasah kepekaan hati nurani dan
penuh bela rasa bagi sesama. Untuk merealisasikan keunggulan tersebut, para ahli
biasa menyebutnya dengan 3C, yaitu Competence, Conscience dan Compassion.
Tujuan dari PPR adalah meningkatkan competence, conscience dan compassion.
Dengan meningkatkan tujuan tersebut, diharapkan peserta didik dapat unggul
dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki nilai kepedulian sosial.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Maka peneliti ingin menerapkan
pendidikan nilai dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai
organisasi. Dengan ini diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bukan
hanya mengembangkan kognitif siswa, tetapi juga dapat mengembangkan
organisasi dalam mata pelajaran PKn yang berbasis Pembelajaran Pedagogi
Reflektif (PPR).
Pembelajaran Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir untuk
mengembangkan manusia menjadi manusia yang bernilai. Pembelajaran Pedagogi
Reflektif bisa menjadi alternatif dalam pembelajaran PKn untuk menyampaikan
pendidikan nilai pada siswa. Keunggulan Pembelajaran Pedagogi Reflektif yaitu
siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan pribadinya secara utuh,
mengasah kepekaan hati nurani dan penuh bela rasa bagi sesama. Untuk
merealisasikan keunggulan tersebut para ahli biasa menyebutnya dengan 3C, yaitu
Competence, Conscience, Compassion (Subagya, 2010).
Kesadaran akan nilai organisasi sangatlah penting karena mampu
membantu peserta didik untuk lebih bersikap komunikatif terhadap sesama
anggota maupun orang yang ada disekitarnya, membantu peserta didik untuk
lebih bersikap terbuka terhadap orang lain dan juga mampu menghargai pendapat
orang lain.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata
pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi
kelas V SD K Totogan Tahun ajaran 2013/2014?
1.2.2 Apakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata
pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi
1.3Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan
nilai Organisasi kelas V SD K Totogan dengan Pembelajaran Pedagogi Reflektif
(PPR) dalam mata pelajaran PKN menggunakan Standar Kompetensi 3.
Mendeskripsikan pengertian organisasi.
1.4Definisi Operasional
1.4.1 Kesadaran akan nilai Organisasi sangatlah penting karena mampu
membantu peserta didik untuk lebih bersikap komunikatif terhadap sesama
anggota maupun orang yang ada disekitarnya, membantu peserta didik
untuk lebih bersikap terbuka terhadap orang lain dan juga mampu
menghargai pendapat orang lain.
1.4.2 Kesadaran adalah kemampuan memahami berbagai hal yang berkaitan
dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas,
sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai
yang menjadi tujuannya.
1.4.3 Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat
penting dan berharga dalam kehidupan manusia. Nilai dirasakan dalam diri
kita masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi
pedoman dalam hidup. Konsep nilai berkembang dari pola berfikir, pola
bertingkah laku dan sikap-sikap hidup dan dengan perkataan lain
1.4.4 Organisasi adalah Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih
yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian
suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang
yang disebut bawahan.
1.4.5 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan.
1.4.6 PKn adalah sebagai wahana pendidikan nilai organisasi yang termuat pada
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kelas
V semester II SD Kanisius Totogan.
1.5Tujuan Penelitian
1.5.1 Untuk mengetahui penerapan PPR pada mata pelajaran PKn dapat
meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran
PKn kelas V semester 2 SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014.
1.5.2 Untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi melalui
pelaksanaan Pembelajaran Pendagodi Reflektif pada mata pelajaran PKn
bagi siswa kelas V semester 2 SD Kanisius Totogan Tahun ajaran
1.6Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menerapkan PPR, sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
1.6.2 Bagi Peneliti
Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran Pedagogi Reflektif
(PPR) terhadap kesadaran akan nilai Organisasi yang terkandung dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
1.6.3 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan Pembelajaran Pedagogi
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 PKN
2.1.1.1 Hakikat PKN
Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata
pelajaran penting untuk diajarkan diseluruh tingkat pendidikan. Hal ini terbukti
dari penerapan PKn di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Adanya
PKn di sekolah diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan
siswa. Pendidikan kewarganegaraan juga diharapkan dapat menjadi bekal bagi
siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab (Wahab, 2011).
Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan dimasa sekarang ini memiliki
beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn
sebagai pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn
sebagai pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multikultural, (6) PKn
sebagai pendidikan resolusi konflik. PKn sebagai pendidikan politik disini berarti
bahwa program pendidikan PKn memberikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang
2.1.2 Kesadaran
2.1.2.1 Pengertian Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003), kesadaran berasal
dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakni; merasa;
tahu; dan mengerti. Kesadaran berarti 1) keadaaan mengerti: akan harga dirinya
timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; 2) Hal yang dirasakan atau
dialami seseorang.
Kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan. Sadar artinya merasa,
atau ingat (kepada keadaan sebenarnya), tahu, dan mengerti. Refleksi merupakan
bentuk adanya seseorang memiliki kesadaran. Refleksi memberikan keadaan
dimana seseorang dapat memahami situasi dan kondisi dalam keadaan tertentu di
lingkungan. Kemudian menurut Semium (2006), kesadaran merupakan
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah keadaan sadar akan
perbuatan yang dilakukan secara langsung, kesadaran merupakan sikap sadar dan
2.1.3 Indikator Kesadaran
Menurut Max Scheler (dalam Wahana 2004) kesadaran akan nilai berarti
kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai yaitu diantaranya :
a) Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
b) Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk
mewujudkannya.
c) Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan
demi terwujudnya nilai yang akan dituju.
d) Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang
diterapkan.
e) Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang
menjadi tujuan.
2.1.4 Nilai
2.1.4.1 Pengertian Nilai
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting
dan berharga dalam kehidupan manusia. Nilai dirasakan dalam diri kita
masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam
hidup. Konsep nilai berkembang dari pola berfikir, pola bertingkah laku dan
sikap-sikap hidup dan dengan perkataan lain berkembang dari budaya lingkungan
Max scheler (dalam Wahana, 2004) berpendapat bahwa nilai merupakan
suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas
apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman inderawi
terlebih dahulu). Tidak tergantung kualitas tersebut tidak hanya pada objek yang
ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan sebagainya),
melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas tersebut. Nilai
merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan
perubahan barang. Sebagaimana warna biru tidak berubah menjadi merah ketika
suatu objek berwarna biru dicat menjadi merah, demikian pula nilai tetap tidak
berubah oleh perubahan yang terjadi pada objek yang memuat nilai bersangkutan.
Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang
keberadaan alaminya, baik secara historis, sosial, biologis ataupun individu murni.
Menurut Wahana (2004) nilai adalah kualitas yang membuat suatu hal
menjadi bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang
membawa kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat dipahami sebagai yang
berbeda dan tidak tergantung pada hal yang bernilai. Meskipun dapat terjuwud
dalam dunia indrawi yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya sendiri
yang keberadaannya tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan dunia
empiris. Teori nilai menyelidiki proses dan isi penilaian yaitu proses-proses yang
mendahului, mengiringkan, dan menentukan semua kelakuan manusia, oleh
karena itu teori nilai menghadapi manusia sebagai mahluk yang berkelakuan
Jadi dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau konsep abstrak
mengenai masalah dasar yang sangat penting dan berharga dalam kehidupan
manusia. Nilai juga merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada
pembawaannya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia
tanpa melalui pengalaman inderawi terlebih dahulu). Meskipun dapat terwujud
dalam dunia inderawi yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya
sendiri yang keberadaannya tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan
dunia empiris.
2.1.4.2 Jenis-Jenis Nilai
Dalam kaitanya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
a. Nilai dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak, yaitu tidak dapat diamati melalui
panca indera manusia, tetapi dalam kenyatannya nilai berhubungan dengan
tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap nilai memiliki
nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau makna yang dalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut
kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya hakikat Tuhan, manusia.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai
dasar itu bersifat mutlak, karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari
nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai
dasar tersebut belum memiliki formasi serta parameter atau ukuran yang
jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebutakan menjadi
norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu
organisasi atau Negara, maka nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga
dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplementasi dari nilai dasar.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam kehidupan lebih nyata. Nilai praksis merupakan pelaksanaan secara
nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya
sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis
dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.
2.1.5 Pendidikan nilai
Pada dasarnya, pendidikan nilai dirumuskan dari dua kata pengertian dasar
pendidikan dan nilai. Kata nilai atau value berasal dari bahasa Latin valere atau
bahasa prancis kuno valoir yang berarti harga. Nilai bersifat absolut, tidak
dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alaminya, baik
Pendidikan nilai adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar
menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbagan
nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan nilai. Pendidikan
nilai menyatukan berbagai permasalahan yang menyangkut preferensi personal ke
dalam satu kategori yang disebut nilai–nilai, yang dibatasi sebagai petunjuk
umum untuk perilaku yang memberi batasan langsung pada kehidupan. Sementara
PKn membawa misi dan berbicara tentang nilai moral dan norma (aturan). Misi
dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini memiliki beberapa
misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn sebagai
pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn sebagai
pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai
pendidikan resolusi konflik.
Pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman dan pengembangan
nilai-nilai pada diri seseorang; (b) bantuan terhadap peserta didik, agar menyadari
dan mengalami nilai-nilai serta penempatannya secara integral dalam keseluruhan
hidupnya; (c) pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari
nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.
2.1.6 PKn sebagai Pendidikan Nilai
PKn sebagai pusat pendidikan nilai. Bukanlah sekedar mentransmisikan isi
nilai tertentu kepada peserta didik, akan tetapi dimaknai sebagai upaya
Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku
yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang
demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna
mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. PKn sebagai
pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan dapat
menyadarkan siswa akan nilai, moral dan norma yang dianggap baik oleh bangsa
dan negara pada siswa. Djahiri (1991) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu
yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah), estetika (bagus/buruk),
etika (adil/layak/tidak adil), agama (dosa dan haram/halal), dan hukum
(sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun
kehidupan.
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan
siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang
cerdas, dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai warga negara untuk kemajuan
bagi dirinya dan lingkungannya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa
juga diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis, dan menjawab masalah
yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan
tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
PKn berbasis nilai, perlu memahami batang tubuh pengetahuan nilai,
“body of knowledge” berdasarkan paradigma ilmu yang membagi wilayah ilmu
kedalam tiga bagian, yakni Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Ontologi
adalah wilayah ilmu yang membahas hakikat dan struktur ilmu, epistemologi
pengetahuan dan cara mengukur kebenaran pengetahuan, sedangkan aksiologi
membicarakan tentang kegunaan ilmu dalam menyelesaikan masalah (Aryani ,
2010).
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan menghasilkan
sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang tercermin dalam
diri siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
tersebut. PKn di Indonesia akan tercapai lewat the great ought-nya, yaitu dengan
menanamkan konsep dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik
tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Materi PKn yang ada di
Sekolah Dasar tentang Organisasi yang diperlukan siswa untuk menyadari nilai–
nilai dalam berorganisasi.
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu untuk menghasilkan
siswa–siswa yang cerdas supaya bisa memanfaatkan kecerdasannya untuk
kemajuan dirinya sendiri dan bangsa Indonesia. Melalu Pendidikan
Kewarganegaran siswa–siswi juga diharapkan untuk mempu menjadi generasi
penerus bangsa yang cerdas, setia dan berwibawa guna memajukan bangsa
Indonesia.
2.1.7 Organisasi
2.1.7.1 Pengertian organisasi
Pengertian organisasi menjelaskan seperti berikut :
Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau beberapa orang yang
disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Definisi di atas menunjukkan bahwa organisasi dapat ditinjau dari dua
segi pandangan, yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi sebagai wadah di mana kegiatan–kegiatan administrasi dijalankan.
2. Organisasi sebagai rangkaian hierarki dan interaksi antara orang–orang dalam
suatu ikatan formal.
2.1.8 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) 2.1.8.1 Pengertian PPR
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti suatu
kerangka berpikir / model dari teori ilmu pengetahuan / perubahan model. Dalam
hal ini, maksud dari paradigma itu sendiri adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para
peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010).
Adapun reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, faktor tertentu, gagasan,
reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara
rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh
(Tim PPR SD Kanisius, 2010). Berdasarkan masing–masing penjelasan diatas
maka, Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan
model yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan nilai–nilai dalam
proses pendidikan dimana nilai–nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam
menentukan sikap atau tindakan. PPR memiliki kekhasan untuk meningkatkan
Kekhasan yang pertama adalah, Competence merupakan kemampuan
peguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif
(Subagya, 2010). Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah kemampuan peserta
didik dalam memecahkan soal yang diberikan oleh pendidik dengan nilai yang
baik. Kemudian kekhasan yang kedua adalah, Conscience merupakan kemampuan
afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani
(Subagya, 2010). Ketajaman hati nurani dapat berupa kesadaran untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan kekhasan yang terakhir
adalah, Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret
maupun batin disertai bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010). Hal ini bertujuan
untuk mengembangkan bakat serta kemampuan sepanjang hidup dan motivasi
untuk menggunakannya dalam kehidupan bersama.
Pembelajaran Pedagogi Reflektif memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menimbang dan memilih pengalaman-pengalamannya untuk
menemukan dirinya yang otentik, siswa dapat mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan martabatnya yang luhur. Pola
pengalaman-reflektif-tindakan di atas harus diletakkan dalam konteks relasi yang baik antara pendidik
dan peserta didik karena keberhasilan proses pembelajaran mensyaratkan relasi
yang baik antara pendidik dan peserta didik yang didasari rasa saling percaya dan
2.1.8.2 Langkah – langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut (J.Subagya, 2010;65) berikut ini adalah langkah – langkah PPR
secara berkesinambungan :
Gambar 2.1 Langkah – langkah PPR (Subagya, 2010:65)
1. Konteks
Secara sederhana konteks dapat dikatakan sebagai kesiapan peserta didik
dalam mengikuti kegiatan belajar–mengajar. Konteks ini terdiri dari keadaan atau
situasi yang mempengaruhi baik atau buruknya peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran, misalnya faktor keluarga, teman sebaya, masyarakat. Faktor
– faktor yang mempengaruhi kesiapan peserta didik dapat berdampak positif dan
negatif. Sebagai contoh seorang peserta didik yang berasal dari keluarga orang
Dalam hal ini, pendidik harus selalu memperhatikan setiap konteks dari peserta
didiknya.
Selain itu situasi lingkungan sekolahpun harus mendukung. Dengan
mengenali satu per satu para peserta didik, pendidik dapat memberikan perhatian
yang lebih baik bagi perkembangan kepribadian peserta didik. Pengenalan
terhadap konteks akan membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian
pengalaman melalui pembelajaran agar peserta didik dapat menarik makna dari
pengalaman utuhnya selama belajar bagi hidupnya sendiri dan orang lain. Konteks
adalah diskripsi tentang ”dengan siapa ” berinteraksi, ”bagaimana” latar
belakang dan pengalaman hidupnya, ”di mana” dan ”seperti apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, ”apa” yang diharapkan muncul dari interaksi tersebut, serta ”mengapa” mengikuti pembelajaran ini. Dengan kata lain konteks adalah
segala kemungkinan yang dapat membantu atau menghalangi proses pembelajaran
dan perkembangan , bisa konteks pribadi, sekolah, kelas dan guru.
2. Pengalaman
Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran dimana siswa dapat
merasakan langsung atau diberi pengalaman terhadap apa yang sedang mereka
pelajari. Melalui pengalaman yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat
menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji melalui kelompok
kecil yang direkayasa oleh guru. Seringkali dalam kegiatan pembelajaran ada
beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang sangat sulit bagi guru untuk memberikan
pengalaman langsung bagi siswa. Apabila ini terjadi, guru bisa mensiasati dengan
dilakukan dengan cara bermain peran, melihat tayangan video atau gambar, dan
masih banyak lagi.
3. Refleksi
Refleksi merupakan ciri khas dari Pedagogi Ignasian, karena dengan refleksi
peserta didik menjadi lebih cepat memaknai apa yang telah diterimanya secara
penuh. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan
daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut materi, pengalaman,
ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai
hakiki dari apa yang dipelajari. Refleksi dilakukan setelah siswa sudah
mendapatkan pengalaman belajar. Melalui kegiatan refleksi ini diharapkan siswa
mampu meyakini makna nilai yang terkandung di dalam pengalamannya dan
dapat membantu siswa untuk membentuk kepribadian mereka sesuai dengan nilai
yang terkandung dalam pengalaman siswa tersebut.
4. Aksi
Aksi adalah suatu perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil dari
pelaksanaan pembelajaran. Aksi mengacu pada kebutuhan batin manusia yang
pada dasarnya sudah direfleksikan. Kegiatan aksi dilakukan oleh siswa dengan
bantuan dari guru yang akan memfasilitasi siswa. Siswa membangun niatnya
sendiri dan sesuai dengan kemauan yang akan membentuk pribadi siswa.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian penting di dalam pembelajaran. Evaluasi dalam
pembelajaran adalah aktivitas untuk memonitoring perkembangan akademis setiap
sudah terjadi pada peserta didik maupun si pendidik selama proses pembelajaran.
Evaluasi juga merupakan suatu tinjauan untuk mengetahui apa yang akan dicapai
dalam proses pembelajaran baik oleh peserta didik maupun pendidik.
2.1.8.3 Tujuan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)
Tujuan pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif
adalah untuk membangun manusia yang memiliki 3C (competence, conscience,
dan compassion). Competence adalah kemampuan kognitif, Conscience adalah
kemampuan afektif untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan Compassion kemampuan
psikomotorik dan kemauan utuk mengembangkan bakat dan kemampuan
sepanjang hidup disertai dengan motivasi untuk menggunakannya demi sesama.
Menurut Tim Ignatian Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki
tujuan yaitu :
1. Tujuan PPR bagi pendidik antara lain :
a) Semakin memahami peserta didik
b) Semakin bersedia mendampingi perkembagannya
c) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajar
d) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral
e) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan
f) Mengembangkan daya reflektif terkait, dengan pengalaman sebagai
2. Tujuan PPR bagi peserta didik :
a) Membantu peserta didik untuk menjadi manusia bagi sesama
b) Menjadi manusia yang utuh
c) Menjadi manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka
untuk perkembangan, dan religius
d) Menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai
e) Menjadi manusia yang berkomitmen unuk menegakkan keadilan
dalam pelayanan pada orang lain
Pada dasarnya tujuan utama PPR adalah untuk menyatukan antara
pengetahuan dan sikap Batin yang diperoleh peserta didik, sehingga peserta didik
mampu untuk melihat hubungan diantara keduanya. Setelah mengetahui hubungan
tersebut, peserta didik diharapkan dapat bertindak berdasarkan pengetahuan dan
sikap batin yang diperolehnya dalam aksi yang nyata.
2.1.8.4 Ciri – ciri Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)
PPR memiliki ciri -ciri esensial sebagai berikut (Subagya, 2010: 68-70) :
a. PPR dapat diterapkan dalam semua kurikulum.
b. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar.
c. PPR menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik.
d. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan
2.1.8.5 Peta Konsep Pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif menurut Subagya (2008) :
Konteks
2.1.8.6 Kekuatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) menurut (Subagya, 2010:68-70):
a. Berorientasi pada nilai.
b. Peserta didik memperoleh pengalaman setelah proses pembelajaran baik
pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
c. Peserta didik dapat memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran, hati,
untuk dilaksanakan di dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.
e. Peserta didik dapat aktif terlibat dalam proses belajar, penemuan, dan
kreativitas.
2.2 Penelitian – Penelitian yang Relevan
Arifi (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan
compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIC SD Kanisius Kenteng
tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data menggunakan metode
wawancara, observasi, dan tes, dengan instrumen berupa lembar pengamatan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa competence, conscience,
compassion kelas III C mengalami peningkatan. Nilai competence siswa yaitu
66,5 : 86,6 : 89,0. Untuk Conscience yaitu 76,2 menjadi 83,7. Sedangkan untuk
Theresia (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan
compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIC SD Kanisius
Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan
merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan tes,dengan instrumen berupa
lembar pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA
mengalami peningkatan. Nilai Competence siswa yaitu 69,45 : 73,66 : 78,28,
untuk nilai Conscience siswa yaitu 78 menjadi 86, sedangkan untuk nilai
Compassion yaitu 78 menjadi 85.
Dewi (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan
compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas III SD Kanisius
Kembaran tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan
jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data menggunakan
metode wawancara, observasi, dan tes,dengan instrumen berupa lembar
pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA
mengalami peningkatan. Nilai Competence siswa yaitu 66,56 : 68,78 : 80, untuk
nilai Conscience siswa yaitu 77,45 menjadi 88,9, sedangkan untuk nilai
Gambar 2.3 Skema Penelitian yang Relevan
Penelitian menggunakan Model PPR
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk mata pelajaran IPS dan Matematika untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion (3C) peserta didik siswa
kelas IIIC SD Kanisius Kenteng tahun ajaran 2010/2011. Arifi (2011)
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik
untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion (3C) peserta
didik siswa kelas IIIC SD Kanisius Demangan Baru 1 tahun ajaran
2010/2011.Theresia (2011)
Yang Perlu diteliti :
Penerapan Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi.
Kesadaran siswa akan
Dari penelitian sebelumnya menurut Arifin (2011) meneliti tentang
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan competence,
conscience, compassion dalam pembelajaran tematik untuk mata pelajaran IPS
dan Matematika. Kemudian menurut Theresia (2011) meneliti tentang Penerapan
Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan
competence, conscience dan compassion. Maka peneliti ingin mencoba
menerapkan Pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran
siswa akan nilai organisasi.
2.3Kerangka Berfikir
Pembelajaran dengan menggunakan model PPR akan meningkatkan
kesadaran siswa akan nilai organisasi. Pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai
diharapkan meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi di lingkungan
masyarakat maupun sekolah. Maka PPR merupakan model yang cocok untuk
meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi, sehingga melalui PPR akan
lebih membantu siswa untuk meningkatkan sikap dalam berorganisasi. Hal ini
sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipilih oleh peneliti
yaitu dengan standar Kompetensi: 3. Memahami Kebebasan berorganisasi.
Kompetensi Dasar: 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi. Jika metode PPR
diterapkan pada pembelajaran PKn kelas V SD Kanisius Totogan, maka akan
berpengaruh terhadap nilai organisasi berupa sikap kemanusiaan, hati nurani dan
Kesadaran siswa akan nilai yang terkandung dalam Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat meningkat setelah guru menyampaikan
pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).
Kesadaran akan nilai bagi siswa sangat penting diberikan sedini mungkin. PPR
membantu siswa dalam menyadari akan nilai yang ingin diajarkan melalui
pengalaman yang dilanjutkan lewat refleksi dan kemudian diaplikasikan melalui
aksi.
2.4 Hipotesis Tindakan
2.4.1 Penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata
pelajaran PKn mater Organisasi dengan langkah – langkah PPR.
Konteks adalah segala kemungkinan yang dapat membantu atau
menghalangi proses pembelajaran dan perkembangan , bisa konteks
pribadi, sekolah, kelas dan guru. Pengalaman yang diberikan oleh
guru diharapkan siswa dapat menumbuhkan persaudaraan, solidaritas
dan saling memuji melalui kelompok kecil yang direkayasa oleh guru.
Refleksi dilakukan setelah siswa sudah mendapatkan pengalaman
belajar. Melalui kegiatan refleksi ini diharapkan siswa mampu
meyakini makna nilai yang terkandung di dalam pengalamannya dan
dapat membantu siswa untuk membentuk kepribadian mereka sesuai
dengan nilai yang terkandung dalam pengalaman siswa tersebut. Aksi
adalah suatu perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil dari
pelaksanaan pembelajaran.. Evaluasi adalah bagian penting di dalam
pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran adalah aktivitas untuk
memonitoring perkembangan akademis setiap peserta didik.
2.4.2 Semua langkah-langkah pembelajaran PPR sudah diterapkan oleh
guru dan ternyata hasilnya penggunaan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai Organisasi
kelas V mata pelajaran PKn semester genap SD Kanisius Totogan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk kajian yang dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di dalam kelas. Dalam hal ini masalah yang dihadapi adalah masih
kurangnya kesadaran siswa akan nilai organisasi. Untuk itu, guru dan peneliti
bermaksud meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran
PKn kelas V SD Kanisius totogan dengan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif
(PPR)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc.
Taggart, dalam Wiraatmadja (2005). Model penelitian ini terdiri dari atas adanya
perencanaan akan mengandalkan penelitian, dan disertai dengan tindakan dan
pengamatan saat penelitian, kemudian adanya refleksi dari semua kegiatan yang telah
dilakukan dan merancang kembali apa yang akan direncanakan untuk tindakan
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.1 Siklus Dalam PTK
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam dua siklus. Tahapan- tahapan dalam
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk
menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK antara
lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk
tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan, perencanaan khusus dimaksudkan
untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus.
Perencanaan (planning) adalah tahap awal dalam melakukan penelitian
tindakan kelas. Dalam tahap ini dijelaskan mengenai apa, di mana, mengapa,
kapan, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tindakan kelas diadakan. Tahap
perencanaan ini mengharuskan guru untuk mengetahui masalah yang akan Perencanaan Pelaksanaan
Refleksi Pengamatan
Perencanaan Pelaksanaan
diteliti melalui identifikasi masalah, kemudian dari identifikasi masalah tersebut
guru melakukan analisa masalah dan menyusun hipotesis tindakan. Tahap
perencanaan juga perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam
penelitian seperti lembar kerja siswa, lembar penilaian, lembar evaluasi bagi
kegiatan pembelajaran dan lain-lain.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk
memecahkan masalah yang terjadi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan
tindakan yang akan dilakukan, maka langkah berikutnya adalah menerapkan
tindakan tersebut dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana
pembelajaran yang sudah dibuat
Pelaksanaan adalah implementasi yang berasal dari perencanaan tindakan
sudah dibuat. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan segala yang sudah
dipersiapkan oleh peneliti dalam perencanaan. Guru dalam pelaksanaan
penelitian membuat suasana yang sedemikian rupa agar terlihat alami namun
peneliti juga masih bisa melakukan pengamatan. Kaitan antara perencanaan dan
pelaksanaan harus diperhatikan dan dilaksanakan agar ada sinkronisasi dan
kesesuaian.
3. Pengamatan (Observating)
Pengamatan adalah aktivitas melihat dan mengamati yang sudah
mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif. Data dapat berupa tulisan
maupun rekaman video hasil pembelajaran. Hal yang diamati adalah cara guru
dalam melakukan tindakan yang sudah disusun pada perencanaan. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap tentang proses
pembelajaran mengenai organisasi. Pengamatan atau monitoring dapat dilakukan
sendiri. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau
hal yang terjadi di dalam kelas penelitian yaitu kelas V SD Kanisius Totogan.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memikirkan
dan merenungkan tentang proses pembelajaran yang dilakukan sebagai evaluasi
guru serta tim pengamat yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas.
Refleksi ini dilakukan dengan cara mendiskusikan berbagai masalah yang timbul
di dalam kelas dan untuk mengukur apakah tindakan dalam siklus pertama sudah
mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan refleksi ini peneliti dapat menentukan
apakah tetap melanjutkan ke siklus berikutnya atau berhenti di siklus pertama
karena masalah sudah terpecahkan.
3.2SettingPenelitian
Settingpenelitian meliputi tempat penelitian, subyek penelitian, objek penelitian,
waktu penelitian.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Kanisius Totogan, yang beralamat di
3.2.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas V. Yang berjumlah 23 orang.
3.2.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata
pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi kelas
V SD Kanisius Totogan Tahun ajaran 2013/2014.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dari bulan Januari 2014 sampai Juni
tahun 2014.
3.3 Tindakan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilakukan
1 kali pertemuan dan setiap satu kali pertemuan yaitu 3 jam pelajaran (3JP). Alokasi
setiap JP adalah 40 menit. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
penelitian ini, diantaranya :
3.3.1 Persiapan
Persiapan Penelitian Tindakan Kelas ini disusun sebagai berikut. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan di antaranya:
a) Permintaan Ijin Kepada Kepala SD Kanisius Totogan.
Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat
berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data
b) Wawancara
Wawancara kepada guru kelas V mengenai kondisi siswa saat proses
belajar mengajar di dalam kelas, mencari informasi tentang kondisi awal
kesadaran siswa akan nilai terkait (organisasi) serta model pembelajaran yang di
gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi belajar di dalam kelas.
Informasi-informasi diperoleh dengan hasil wawancara dari guru mata pelajaran
PKn kelas V.
c) Mengidentifikasi Masalah
Menentukan cara memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya peneliti
mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya. Hal tersebut dilakukan dengan
merumuskan isi dan materi dari KD yang bermasalah sehingga diperoleh
indikator yang bermasalah. Peneliti menyusun rencana siklus. Rencana
selanjutnya adalah dengan menentukan rencana tindakan penelitian yang akan
dilakukan seperti membuat sumber bahan pengajaran. Menyusun Silabus, RPP,
LKS, skala sikap dan membuat soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan
siklus II.
3.3.2 Tindakan tiap siklus
Penilitian ini menggunakan jenis Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat
tahap dalam setiap siklusnya. Kegiatan yang dilakukan dalam setiap siklusnya bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran PKn
dengan menggunakan pembelajaran pedagogi reflektif. Penjelasan setiap siklusnya
3.3.2.1 Siklus 1
Proses pembelajaran siklus 1 terdiri dari satu pertemuan atau 3jp. Hasil dari
siklus 1 sebagai dasar menentukan tindakan berikutnya. Langkah- langkah pelaksanaan
siklus 1 tersebut meliputi:
a. Rencana Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen perangkat pembelajaran;
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Media Pembelajaran berupa
gambar, Lembar Kerja Siswa (LKS), Soal Evaluasi. Peneliti mendalami silabus,
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, bahan ajar dan
mempersiapkan pembagian kelompok. Perangkat pembelajaran yang telah
disusun oleh peneliti sebelumnya divalidasi oleh 3 orang ahli yaitu dosen, kepala
sekolah dan pendidik. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan instrumen
penelitian kesadaran siswa akan nilai organisasi dengan membuat skala sikap.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru mata pelajaran
PKn kelas V dengan dibantu oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan Siklus I
dilaksanakan selama 3 jam pertemuaan (3JP) dengan alokasi waktu 3 x 40
menit.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pertemuan pertama diawali dengan
pertanyaan “siapa ketua kelas V?”, “siapa bendahara kelas V?”. Setelah kegiatan
apersepsi selesai pendidik menyampaikan materi pembelajaran dan
Pendidik membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4 peserta didik. Kemudian pendidik memberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok. Lalu pendidik menjelaskan cara
mengerjakan LKS yang sudah dibagikan kepada peserta didik. Kemudian hasil
diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan kelas. Kemudian setelah itu
pendidik membagikan soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda,
kemudian peserta didik melanjutkan mengisi refleksi dan sebagai aksi. Lalu
peserta didik mengisi lembar skala sikap yang terdiri dari 17 item pertanyaan.
Kemudian pendidik menutup pembelajaran dengan doa.
c. Pengamatan
Selama proses siklus 1, peneliti mencatat hasil pengamatan pada lembar
observasi. Saat proses pengamatan, pengamat melakukan kegiatan yaitu
mengamati aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa untuk aspek kognitif
dapat dilihat pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tes.
d. Refleksi
Hal yang dapat dilakukan pada tahap refleksi ini, yaitu peneliti
mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus
1. Kegiatan lain yang dilakukan peneliti dalam refleksi yaitu mengolah data hasil
evaluasi, skala sikap untuk dibandingkan dengan data awal sebelum pemberian
tindakan. Peneliti tidak hanya mengidentifikasi hal– hal postif dalam penelitian
namun juga hal-hal negatif yang terjadi selama penelitian. Hasil refleksi siklus I
Siklus II dilakukan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus
sebelumnya agar target dapat tercapai.
3.3.2.2 Siklus 2
a. Rencana Tindakan
Pada tahap ini juga, pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru mata
pelajaran PKn kelas V dengan dibantu oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan siklus
2 dilaksanakan dalam 3 Jam Pertemuan (3JP) dengan alokasi waktu 3 × 40
menit.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pertemuan kedua, pendidik
mengawali pembelajaran dengan berdoa, kemudian pendidik membuat
pertanyaan seputar contoh-contoh organisasi yang ada di sekolah, untuk
mengingat kembali materi yang sebelumnya sudah diajarkan pendidik. Setelah
kegiatan apersepsi selesai pendidik menyampaikan materi pembelajaran dan
menunjukkanvideo mengenai organisasi yang ada di dalam sekolah maupun di
luar sekolah. Pendidik membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 peserta didik. Kemudian pendidik memberikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok. Lalu pendidik
menjelaskan cara mengerjakan LKS yang sudah dibagikan kepada peserta didik.
Kemudian hasil diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan kelas.
Kemudian setelah itu pendidik membagikan soal evaluasi yang terdiri dari 15
Lalu peserta didik mengisi lembar skala sikap yang terdiri dari 17 item
pertanyaan. Kemudian pendidik menutup pembelajaran dengan doa.
c. Pengamatan
Selama proses siklus II, peneliti mencatat hasil pengamatan pada lembar
observasi. Saat proses pengamatan, pengamat melakukan kegiatan yaitu
mengamati aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa untuk aspek kognitif
dapat dilihat pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tes.
d. Refleksi
Peneliti mengidentifikasi hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran
siklus II. Refleksi yang dilakukan pada siklus II dilakukan dengan mengolah
data hasil evaluasi, skala sikap untuk dibandingkan dengan data awal dan hasil
capaian siklus I. Hasil refleksi siklus II digunakan sebagai hasil akhir penelitian