• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada siswa kelas V SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan pembelajaran pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada siswa kelas V SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Marthinus Kismet Dwi Tomo Prabowo 101134108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus

 Kedua Orangtuaku :

Bapak PG.Suharyanto dan Ibu Theresia Titi Nurhidayati

 Kakakku :

Mas Agustinus Kismet Nugroho Jati.

 Antonia Noviati

 Teman-teman, motivator dalam menyelesaikan skripsiku :

Arif, Ridlo, Angga, Astri dll

 Dosen Pembimbingku :

Drs. Paulus Wahana M.Hum

(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh Harapannya pada TUHAN !!

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Martinus Kismet Dwi Tomo Prabowo

NIM : 101134108

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA

PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 18 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi/tugas akhir yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Agustus 2014

Peneliti,

(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI

ORGANISASI KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Martinus Kismet DTP (101134108)

2014

Pelajaran PKn di SD Kanisius Totogan menjadi sebuah mata pelajaran yang dianggap masih kurang menyenangkan oleh siswa. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat kesadaran siswa akan nilai organisasi masih rendah. Faktor penyebab rendahnya tingkat kesadaran siswa akan nilai organisasi bukan hanya berasal dari siswa tetapi terletak pada faktor guru sebagai pengajar. PPR dipilih karena dapat mengembangkan kepribadiannya secara utuh, mengasah kepekaan hati nurani dan penuh bela rasa bagi sesama.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SD Kanisius Totogan pada bulan April 2014. Kelas penelitian yang digunakan adalah kelas V. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran dengan setiap siklus satu kali pertemuan. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan memberi lembar skala sikap.

Hasil presentase siswa menunjukkan bahwa ada peningkatan kesadaran menggunakan penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas V SD Kanisius Totogan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kenaikan presentase jumlah siswa yang mencapai kesadaran akan nilai organisasi. Pada penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal hasil yang diperoleh adalah 60,87% , pada siklus 1 sebesar 50,82% dan pada siklus 2 menjadi 78,26%.

(9)

ix

ABSTRACT

THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY LEARNING IN CIVIC EDUCATION

TO IMPROVE STUDENTS AWARENESS OF ORGANIZATION VALUE IN THE FIFTH

GRADES OF KANISIUS TOTOGAN ELEMENTARY SCHOOL IN THE ACADEMIC YEAR OF 2013/2014

Martinus Kismet DTP (101134108) 2014

Civics learning in SD Kanisius Totogan becomes a lesson that students do not like. This condition that makes the students’ awareness of organization value is still low. The factors that affect the low percentage of students’ awareness of organization value are not only from students but also the teacher as the educator. Reflective pedagogy learning was chosen because it can fully develop the students’ personality, sharpen the sensitivity of the heart and inner and compassion.

This research belongs to an action research peformed in SD Kanisius Totogan in April 2014. The subject of the research was grade V students. This study was conducted in two clyes with eacle cyle consist of one meeting. The data colletion technique done by making a sheet of attitude scale.

The percentage result showed that there is improvement in students’ awareness after applying reflective pedagogy learning to grade V students of SD Kanisius Totogan. It can be shown from the improvement of the students’ percentage who are aware of the organization value. The result showed that the initial conditions obtained is 60,87%, then in first cycle was 50,52%, and finally in the second cycle became 78,26%.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

segala berkat-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN

PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI ORGANISASI PADA SISWA

KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN YOGYAKARTA” ini dengan baik. Penelitian skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya

dengan baik. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi Ph D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs.Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang sudah sangat banyak

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian dan penulisan skripsi

(11)

xi

5. Ibu Tri Utami, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Totogan, yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian bagi peneliti.

6. Ibu Katarina Sri Murwani, S.Pd selaku guru kelas V SD Kanisius Totogan, yang telah

memberikan waktu, bantuan, dan masukan bermanfaat bagi peneliti.

7. Kedua Orangtuaku Bapak PG. Suharyanto dan Ibu Theresia Titi Nurhidayati yang selalu

memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa tiada henti bagi peneliti.

8. Kakak peneliti Agustinus Kismet Nugroho Jati atas dorongan semangat dan motivasi yang

diberikan kepada peneliti.

9. Antonia Noviati, terimakasih atas segala bantuan, dukungan, nasehat, semangat dan

perhatian yang diberikan kepada peneliti.

10. Teman kelompok payung PPR, Astri, Arif, Ridlo, Angga, Windy, Henry, Endah, dll yang

(12)

xii

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu peneliti

menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna

bagi pembaca sekaligus menjadi sumber dalam belajar melakukan pemahaman serta

meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.

Peneliti,

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xivii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran ... 10

2.1.3 Indikator Kesadaran ... 11

2.1.4 Nilai ... 12

2.1.4.1 Pengertian Nilai ... 11

2.1.4.2 Jenis-jenis Nilai ... 13

2.1.5 Pendidikan Nilai ... 14

2.1.6 PKn sebagai pendidikan nilai ... 15

2.1.7 Organisasi ... 17

2.1.7.1 Pengertian Organisasi ... 17

2.1.8 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ... 18

(14)

xiv

2.4 Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Setting Penelitian ... 35

3.2.1 Tempat Penelitian ... 35

3.2.2 Subyek Penelitian ... 36

3.2.3 Obyek Penelitian ... 36

3.2.4 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Tindakan Penelitian ... 36

3.3.1 Persiapan ... 36

3.3.2 Tindakan tiap siklus ... 37

3.3.2.1 Siklus I ... 38

3.3.2.2 Siklus II ... 40

3.3.2.3Indikator Keberhasilan ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1Kondisi Awal ... 58

4.2Hasil Penelitian . ... 59

4.2.1 Siklus I ... 63

4.2.1.1 Perencanaan Siklus I ... 63

4.2.1.2Tindakan Siklus I... 64

4.2.1.3Pengamatan Siklus I ... 66

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 81

5.1Kesimpulan ... 81

5.2Keterbatasan... 82

5.3Saran ... 82

DAFTAR REFERENSI ... 83

(15)

xv

DAFTAR TABEL

3.1 Indikator Keberhasilan ... 43

3.2 Penjabaran Indikator ... 44

3.3 Kisi – kisi Skala Sikap ... 46

3.4 Skala Sikap sebelum Validasi ... 47

3.5 Skala Sikap sesudah validasi ... 48

3.6 Skala Likert ... 50

3.7 Skala Likert Modifikasi ... 51

3.8 Hasil Uji Validitas... 53

3.9 Hasil Reliabilitas Skala Sikap ... 55

3.10 Koefisien Reliabilitas ... 56

3.11 Acuan PAP Tipe I ... 57

3.112 Jadwal Peneliti ... 58

4.1 Hasil Skala Sikap pada Kondisi Awal ... 61

4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 64

4.3 Hasil Skala Sikap Siklus I ... 68

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Langkah – langkah PPR ... 20

2.2 Peta Konsep PPR ... 25

2.3 Penelitian yang relevan ... 29

2.4. Bagan Kerangka Berpikir ... 31

3.1 Siklus dalam PTK ... 34

4.1. Siswa sedang membuat poster ... 77

4.2. Siswa membuat poster ... 78

4.3. Kondisi pada saat pembelajaran ... 82

4.4. Media Video yang digunakan ... 82

4.5. Siswa pada saat kerja kelompok ... 83

4.6. Siswa presentasi didepan kelas ... 83

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 89

Lampiran 2 Lembar Refleksi ... 97

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 100

Lampiran 4 Revisi RPP ... 105

Lampiran 5 Hasil skala sikap siswa ... 113

Lampiran 6 Lembar Evaluasi ... 118

Lampiran 7 Surat Ijin Melakukan Penelitian dan Selesai Penelitian ... 124

Lampiran 8 Skala sikap sebelum validasi ... 127

Lampiran 9 Skala sikap sesudah validasi... 131

Lampiran 10 Foto Siklus I ... 134

Lampiran 11 Foto Siklus II ... 139

Lampiran 12 Rpp & Silabus Siklus I ... 143

Lampiran 13 Rpp & Silabus Siklus II ... 152

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa Pendidikan bertujuan untuk

memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi

manusia berkualitas serta bernilai, sehingga dapat menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi

kehidupan manusia. Pendidikan berpengaruh besar terhadap perkembangan

manusia dalam seluruh kehidupannya. Pendidikan adalah suatu usaha sadar

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan

bagi perannya sebagai manusia di masa yang akan datang.

Salah satu pendidikan yang sudah diterapkan di sekolah dasar adalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran penting untuk diajarkan diseluruh tingkat pendidikan. Hal ini

terbukti dari penerapan PKn di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Adanya PKn di sekolah ini, diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai dalam

kehidupan siswa. Pendidikan kewarganegaraan juga diharapkan dapat menjadi

bekal bagi siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Untuk menjadi masyarakat yang

(19)

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan mata pelajaran PKn

mulai dari SD. Cara ini diharapkan dapat melatih anak-anak untuk bertanggung

jawab dan memiliki sikap moral pancasila yang baik. Sehingga ketika dewasa,

mereka terbiasa untuk berperilaku sopan santun dan memiliki tanggung jawab

yang tinggi untuk kemajuan bangsa ini (Wahab, 2011).

Dalam Undang-Undang No 2/1989 tentang Pokok-Pokok Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 39, menggariskan adanya

Pendidikan Pancasila dan PKn sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur,

jenis, dan jenjang pendidikan, maka dari itu PKn termasuk salah satu mata

pelajaran yang penting, karena diajarkan di semua jenjang pendidikan. Pendidikan

harus mampu menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pelajaran

secara tuntas. Dalam mengelola pembelajarannya seharusnya pendidik tidak

begitu saja berpindah dari satu pembelajaran ke pelajaran berikutnya. Pendidik

harus memperhatikan siswa–siswi yang masih belum mampu menangkap materi

secara cepat (lamban), kurang memahami, atau bahkan belum mencapai tujuan

yang sudah direncanakan oleh guru. Pendidikan diharapkan untuk mampu

mengarah pada keutuhan pribadi manusia yaitu dengan proses penanaman

nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan. Dalam terwujudnya nilai-nilai-nilai-nilai tersebut akan

berdampak pada peningkatan kualitas hidup peserta didik yang secara nyata dapat

diwujudkan dalam kehidupan sehari–hari atau pun dalam kehidupan

bermasyarakat. Salah satu cara yang dapat membantu mengembangkan kesadaran

akan nilai–nilai yang terkait adalah dengan cara mendampingi siswa pada waktu

(20)

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, masalah yang

berkaitan dengan kesadaran siswa yaitu guru masih belum maksimal

menyampaikan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam materi yang

dipelajari. Materi yang disampaikan guru tentang menyebutkan suatu organisasi

masih sangat kurang kreatif, sehingga siswa masih belum bisa menyadari akan

nilai–nilai organisasi yang terkandung di dalam materi tersebut. Jadi guru lebih

menekankan konsep dibandingkan dengan pendidikan nilai, sehingga penanaman

nilai pada diri siswa masih kurang. Kurangnya penanaman pendidikan nilai di SD

Kanisius Totogan tersebut di buktikan dengan, masih rendahnya rasa saling

menghargai teman saat berbicara di depan kelas, kemudian masih banyak siswa

yang masih malas mengikuti kegiatan organisasi didalam sekolah misalnya,

pramuka. Hal ini didukung dari hasil wawancara kami kepada guru kelas selaku

pengampu mata pelajaran PKn yang mengatakan bahwa “saya biasanya hanya

menggunakan metode ceramah dan hanya menggunakan sumber dari buku paket

saja mas, soalnya menurut saya materi ini masih sulit untuk di PPRkan”. Sampai

saat ini pendidik hanya sebatas mentransfer pengetahuan saja, sehingga yang

terjadi ialah pendidik hanya sebatas mencetak angka-angka saja. Padahal banyak

sekali materi PKn yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diterapkan dan

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, untuk memperkuat bukti bahwa siswa kelas V SD Kanisius

Totogan masih kurang memiliki kesadaran akan nilai khususnya organisasi,

(21)

siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran PKn. Skala sikap tersebut

bertujuan untuk melihat kesadaran siswa akan nilai organisasi.

Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah model pembelajaran yang

inovatif. PPR yaitu suatu pendekatan/model pembelajaran yang menerapkan

refleksi dalam menentukan nilai-nilai, dan pembelajaran dengan cara menekankan

siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Pembelajaran Pedagogi Reflektif

merupakan pola pikir untuk mengembangkan manusia menjadi manusia yang

bernilai. Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) bisa menjadi salah satu alternatif

dalam pembelajaran PKn untuk menyampaikan pendidikan nilai pada siswa.

Keunggulan Pedagogi Reflektif yaitu siswa dan guru menjadi belajar untuk

mengembangkan kepribadiannya secara utuh, mengasah kepekaan hati nurani dan

penuh bela rasa bagi sesama. Untuk merealisasikan keunggulan tersebut, para ahli

biasa menyebutnya dengan 3C, yaitu Competence, Conscience dan Compassion.

Tujuan dari PPR adalah meningkatkan competence, conscience dan compassion.

Dengan meningkatkan tujuan tersebut, diharapkan peserta didik dapat unggul

dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki nilai kepedulian sosial.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Maka peneliti ingin menerapkan

pendidikan nilai dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model

pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai

organisasi. Dengan ini diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bukan

hanya mengembangkan kognitif siswa, tetapi juga dapat mengembangkan

(22)

organisasi dalam mata pelajaran PKn yang berbasis Pembelajaran Pedagogi

Reflektif (PPR).

Pembelajaran Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir untuk

mengembangkan manusia menjadi manusia yang bernilai. Pembelajaran Pedagogi

Reflektif bisa menjadi alternatif dalam pembelajaran PKn untuk menyampaikan

pendidikan nilai pada siswa. Keunggulan Pembelajaran Pedagogi Reflektif yaitu

siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan pribadinya secara utuh,

mengasah kepekaan hati nurani dan penuh bela rasa bagi sesama. Untuk

merealisasikan keunggulan tersebut para ahli biasa menyebutnya dengan 3C, yaitu

Competence, Conscience, Compassion (Subagya, 2010).

Kesadaran akan nilai organisasi sangatlah penting karena mampu

membantu peserta didik untuk lebih bersikap komunikatif terhadap sesama

anggota maupun orang yang ada disekitarnya, membantu peserta didik untuk

lebih bersikap terbuka terhadap orang lain dan juga mampu menghargai pendapat

orang lain.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata

pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi

kelas V SD K Totogan Tahun ajaran 2013/2014?

1.2.2 Apakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata

pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi

(23)

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan

nilai Organisasi kelas V SD K Totogan dengan Pembelajaran Pedagogi Reflektif

(PPR) dalam mata pelajaran PKN menggunakan Standar Kompetensi 3.

Mendeskripsikan pengertian organisasi.

1.4Definisi Operasional

1.4.1 Kesadaran akan nilai Organisasi sangatlah penting karena mampu

membantu peserta didik untuk lebih bersikap komunikatif terhadap sesama

anggota maupun orang yang ada disekitarnya, membantu peserta didik

untuk lebih bersikap terbuka terhadap orang lain dan juga mampu

menghargai pendapat orang lain.

1.4.2 Kesadaran adalah kemampuan memahami berbagai hal yang berkaitan

dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas,

sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai

yang menjadi tujuannya.

1.4.3 Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat

penting dan berharga dalam kehidupan manusia. Nilai dirasakan dalam diri

kita masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi

pedoman dalam hidup. Konsep nilai berkembang dari pola berfikir, pola

bertingkah laku dan sikap-sikap hidup dan dengan perkataan lain

(24)

1.4.4 Organisasi adalah Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih

yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian

suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau

beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang

yang disebut bawahan.

1.4.5 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang

mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan.

1.4.6 PKn adalah sebagai wahana pendidikan nilai organisasi yang termuat pada

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kelas

V semester II SD Kanisius Totogan.

1.5Tujuan Penelitian

1.5.1 Untuk mengetahui penerapan PPR pada mata pelajaran PKn dapat

meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran

PKn kelas V semester 2 SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014.

1.5.2 Untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi melalui

pelaksanaan Pembelajaran Pendagodi Reflektif pada mata pelajaran PKn

bagi siswa kelas V semester 2 SD Kanisius Totogan Tahun ajaran

(25)

1.6Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menerapkan PPR, sehingga dapat

menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

1.6.2 Bagi Peneliti

Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran Pedagogi Reflektif

(PPR) terhadap kesadaran akan nilai Organisasi yang terkandung dalam

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

1.6.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan Pembelajaran Pedagogi

(26)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 PKN

2.1.1.1 Hakikat PKN

Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

pelajaran penting untuk diajarkan diseluruh tingkat pendidikan. Hal ini terbukti

dari penerapan PKn di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Adanya

PKn di sekolah diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan

siswa. Pendidikan kewarganegaraan juga diharapkan dapat menjadi bekal bagi

siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat dengan

penuh kesadaran dan tanggung jawab (Wahab, 2011).

Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan dimasa sekarang ini memiliki

beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn

sebagai pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn

sebagai pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multikultural, (6) PKn

sebagai pendidikan resolusi konflik. PKn sebagai pendidikan politik disini berarti

bahwa program pendidikan PKn memberikan pengetahuan, sikap dan

keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang

(27)

2.1.2 Kesadaran

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003), kesadaran berasal

dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakni; merasa;

tahu; dan mengerti. Kesadaran berarti 1) keadaaan mengerti: akan harga dirinya

timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; 2) Hal yang dirasakan atau

dialami seseorang.

Kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan. Sadar artinya merasa,

atau ingat (kepada keadaan sebenarnya), tahu, dan mengerti. Refleksi merupakan

bentuk adanya seseorang memiliki kesadaran. Refleksi memberikan keadaan

dimana seseorang dapat memahami situasi dan kondisi dalam keadaan tertentu di

lingkungan. Kemudian menurut Semium (2006), kesadaran merupakan

satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah keadaan sadar akan

perbuatan yang dilakukan secara langsung, kesadaran merupakan sikap sadar dan

(28)

2.1.3 Indikator Kesadaran

Menurut Max Scheler (dalam Wahana 2004) kesadaran akan nilai berarti

kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai yaitu diantaranya :

a) Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.

b) Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk

mewujudkannya.

c) Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan

demi terwujudnya nilai yang akan dituju.

d) Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang

diterapkan.

e) Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang

menjadi tujuan.

2.1.4 Nilai

2.1.4.1 Pengertian Nilai

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting

dan berharga dalam kehidupan manusia. Nilai dirasakan dalam diri kita

masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam

hidup. Konsep nilai berkembang dari pola berfikir, pola bertingkah laku dan

sikap-sikap hidup dan dengan perkataan lain berkembang dari budaya lingkungan

(29)

Max scheler (dalam Wahana, 2004) berpendapat bahwa nilai merupakan

suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas

apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman inderawi

terlebih dahulu). Tidak tergantung kualitas tersebut tidak hanya pada objek yang

ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan sebagainya),

melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas tersebut. Nilai

merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan

perubahan barang. Sebagaimana warna biru tidak berubah menjadi merah ketika

suatu objek berwarna biru dicat menjadi merah, demikian pula nilai tetap tidak

berubah oleh perubahan yang terjadi pada objek yang memuat nilai bersangkutan.

Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang

keberadaan alaminya, baik secara historis, sosial, biologis ataupun individu murni.

Menurut Wahana (2004) nilai adalah kualitas yang membuat suatu hal

menjadi bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang

membawa kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat dipahami sebagai yang

berbeda dan tidak tergantung pada hal yang bernilai. Meskipun dapat terjuwud

dalam dunia indrawi yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya sendiri

yang keberadaannya tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan dunia

empiris. Teori nilai menyelidiki proses dan isi penilaian yaitu proses-proses yang

mendahului, mengiringkan, dan menentukan semua kelakuan manusia, oleh

karena itu teori nilai menghadapi manusia sebagai mahluk yang berkelakuan

(30)

Jadi dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat

(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau konsep abstrak

mengenai masalah dasar yang sangat penting dan berharga dalam kehidupan

manusia. Nilai juga merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada

pembawaannya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia

tanpa melalui pengalaman inderawi terlebih dahulu). Meskipun dapat terwujud

dalam dunia inderawi yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya

sendiri yang keberadaannya tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan

dunia empiris.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Nilai

Dalam kaitanya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan menjadi

tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.

a. Nilai dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak, yaitu tidak dapat diamati melalui

panca indera manusia, tetapi dalam kenyatannya nilai berhubungan dengan

tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap nilai memiliki

nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau makna yang dalam

dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut

kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya hakikat Tuhan, manusia.

Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai

dasar itu bersifat mutlak, karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab

(31)

b. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari

nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai

dasar tersebut belum memiliki formasi serta parameter atau ukuran yang

jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah

laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebutakan menjadi

norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu

organisasi atau Negara, maka nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu

arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga

dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu

eksplementasi dari nilai dasar.

c. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental

dalam kehidupan lebih nyata. Nilai praksis merupakan pelaksanaan secara

nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya

sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis

dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.

2.1.5 Pendidikan nilai

Pada dasarnya, pendidikan nilai dirumuskan dari dua kata pengertian dasar

pendidikan dan nilai. Kata nilai atau value berasal dari bahasa Latin valere atau

bahasa prancis kuno valoir yang berarti harga. Nilai bersifat absolut, tidak

dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alaminya, baik

(32)

Pendidikan nilai adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar

menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbagan

nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan nilai. Pendidikan

nilai menyatukan berbagai permasalahan yang menyangkut preferensi personal ke

dalam satu kategori yang disebut nilai–nilai, yang dibatasi sebagai petunjuk

umum untuk perilaku yang memberi batasan langsung pada kehidupan. Sementara

PKn membawa misi dan berbicara tentang nilai moral dan norma (aturan). Misi

dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini memiliki beberapa

misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn sebagai

pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn sebagai

pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai

pendidikan resolusi konflik.

Pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman dan pengembangan

nilai-nilai pada diri seseorang; (b) bantuan terhadap peserta didik, agar menyadari

dan mengalami nilai-nilai serta penempatannya secara integral dalam keseluruhan

hidupnya; (c) pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari

nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang

tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.

2.1.6 PKn sebagai Pendidikan Nilai

PKn sebagai pusat pendidikan nilai. Bukanlah sekedar mentransmisikan isi

nilai tertentu kepada peserta didik, akan tetapi dimaknai sebagai upaya

(33)

Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku

yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang

demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna

mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. PKn sebagai

pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan dapat

menyadarkan siswa akan nilai, moral dan norma yang dianggap baik oleh bangsa

dan negara pada siswa. Djahiri (1991) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu

yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah), estetika (bagus/buruk),

etika (adil/layak/tidak adil), agama (dosa dan haram/halal), dan hukum

(sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun

kehidupan.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan

siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang

cerdas, dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai warga negara untuk kemajuan

bagi dirinya dan lingkungannya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa

juga diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis, dan menjawab masalah

yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan

tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

PKn berbasis nilai, perlu memahami batang tubuh pengetahuan nilai,

“body of knowledge” berdasarkan paradigma ilmu yang membagi wilayah ilmu

kedalam tiga bagian, yakni Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Ontologi

adalah wilayah ilmu yang membahas hakikat dan struktur ilmu, epistemologi

(34)

pengetahuan dan cara mengukur kebenaran pengetahuan, sedangkan aksiologi

membicarakan tentang kegunaan ilmu dalam menyelesaikan masalah (Aryani ,

2010).

Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan menghasilkan

sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang tercermin dalam

diri siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

tersebut. PKn di Indonesia akan tercapai lewat the great ought-nya, yaitu dengan

menanamkan konsep dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik

tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Materi PKn yang ada di

Sekolah Dasar tentang Organisasi yang diperlukan siswa untuk menyadari nilai–

nilai dalam berorganisasi.

Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu untuk menghasilkan

siswa–siswa yang cerdas supaya bisa memanfaatkan kecerdasannya untuk

kemajuan dirinya sendiri dan bangsa Indonesia. Melalu Pendidikan

Kewarganegaran siswa–siswi juga diharapkan untuk mempu menjadi generasi

penerus bangsa yang cerdas, setia dan berwibawa guna memajukan bangsa

Indonesia.

2.1.7 Organisasi

2.1.7.1 Pengertian organisasi

Pengertian organisasi menjelaskan seperti berikut :

Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja

(35)

telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau beberapa orang yang

disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

Definisi di atas menunjukkan bahwa organisasi dapat ditinjau dari dua

segi pandangan, yaitu sebagai berikut :

1. Organisasi sebagai wadah di mana kegiatan–kegiatan administrasi dijalankan.

2. Organisasi sebagai rangkaian hierarki dan interaksi antara orang–orang dalam

suatu ikatan formal.

2.1.8 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) 2.1.8.1 Pengertian PPR

Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti suatu

kerangka berpikir / model dari teori ilmu pengetahuan / perubahan model. Dalam

hal ini, maksud dari paradigma itu sendiri adalah suatu pendekatan atau model

pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para

peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010).

Adapun reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, faktor tertentu, gagasan,

reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara

rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh

(Tim PPR SD Kanisius, 2010). Berdasarkan masing–masing penjelasan diatas

maka, Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan

model yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan nilai–nilai dalam

proses pendidikan dimana nilai–nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam

menentukan sikap atau tindakan. PPR memiliki kekhasan untuk meningkatkan

(36)

Kekhasan yang pertama adalah, Competence merupakan kemampuan

peguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif

(Subagya, 2010). Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah kemampuan peserta

didik dalam memecahkan soal yang diberikan oleh pendidik dengan nilai yang

baik. Kemudian kekhasan yang kedua adalah, Conscience merupakan kemampuan

afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani

(Subagya, 2010). Ketajaman hati nurani dapat berupa kesadaran untuk melakukan

tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan kekhasan yang terakhir

adalah, Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret

maupun batin disertai bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010). Hal ini bertujuan

untuk mengembangkan bakat serta kemampuan sepanjang hidup dan motivasi

untuk menggunakannya dalam kehidupan bersama.

Pembelajaran Pedagogi Reflektif memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menimbang dan memilih pengalaman-pengalamannya untuk

menemukan dirinya yang otentik, siswa dapat mengambil keputusan dan

bertindak sesuai dengan martabatnya yang luhur. Pola

pengalaman-reflektif-tindakan di atas harus diletakkan dalam konteks relasi yang baik antara pendidik

dan peserta didik karena keberhasilan proses pembelajaran mensyaratkan relasi

yang baik antara pendidik dan peserta didik yang didasari rasa saling percaya dan

(37)

2.1.8.2 Langkah – langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut (J.Subagya, 2010;65) berikut ini adalah langkah – langkah PPR

secara berkesinambungan :

Gambar 2.1 Langkah – langkah PPR (Subagya, 2010:65)

1. Konteks

Secara sederhana konteks dapat dikatakan sebagai kesiapan peserta didik

dalam mengikuti kegiatan belajar–mengajar. Konteks ini terdiri dari keadaan atau

situasi yang mempengaruhi baik atau buruknya peserta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran, misalnya faktor keluarga, teman sebaya, masyarakat. Faktor

– faktor yang mempengaruhi kesiapan peserta didik dapat berdampak positif dan

negatif. Sebagai contoh seorang peserta didik yang berasal dari keluarga orang

(38)

Dalam hal ini, pendidik harus selalu memperhatikan setiap konteks dari peserta

didiknya.

Selain itu situasi lingkungan sekolahpun harus mendukung. Dengan

mengenali satu per satu para peserta didik, pendidik dapat memberikan perhatian

yang lebih baik bagi perkembangan kepribadian peserta didik. Pengenalan

terhadap konteks akan membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian

pengalaman melalui pembelajaran agar peserta didik dapat menarik makna dari

pengalaman utuhnya selama belajar bagi hidupnya sendiri dan orang lain. Konteks

adalah diskripsi tentang ”dengan siapa ” berinteraksi, ”bagaimana” latar

belakang dan pengalaman hidupnya, ”di mana” dan ”seperti apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, ”apa” yang diharapkan muncul dari interaksi tersebut, serta ”mengapa” mengikuti pembelajaran ini. Dengan kata lain konteks adalah

segala kemungkinan yang dapat membantu atau menghalangi proses pembelajaran

dan perkembangan , bisa konteks pribadi, sekolah, kelas dan guru.

2. Pengalaman

Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran dimana siswa dapat

merasakan langsung atau diberi pengalaman terhadap apa yang sedang mereka

pelajari. Melalui pengalaman yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat

menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji melalui kelompok

kecil yang direkayasa oleh guru. Seringkali dalam kegiatan pembelajaran ada

beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang sangat sulit bagi guru untuk memberikan

pengalaman langsung bagi siswa. Apabila ini terjadi, guru bisa mensiasati dengan

(39)

dilakukan dengan cara bermain peran, melihat tayangan video atau gambar, dan

masih banyak lagi.

3. Refleksi

Refleksi merupakan ciri khas dari Pedagogi Ignasian, karena dengan refleksi

peserta didik menjadi lebih cepat memaknai apa yang telah diterimanya secara

penuh. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan

daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut materi, pengalaman,

ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

hakiki dari apa yang dipelajari. Refleksi dilakukan setelah siswa sudah

mendapatkan pengalaman belajar. Melalui kegiatan refleksi ini diharapkan siswa

mampu meyakini makna nilai yang terkandung di dalam pengalamannya dan

dapat membantu siswa untuk membentuk kepribadian mereka sesuai dengan nilai

yang terkandung dalam pengalaman siswa tersebut.

4. Aksi

Aksi adalah suatu perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil dari

pelaksanaan pembelajaran. Aksi mengacu pada kebutuhan batin manusia yang

pada dasarnya sudah direfleksikan. Kegiatan aksi dilakukan oleh siswa dengan

bantuan dari guru yang akan memfasilitasi siswa. Siswa membangun niatnya

sendiri dan sesuai dengan kemauan yang akan membentuk pribadi siswa.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian penting di dalam pembelajaran. Evaluasi dalam

pembelajaran adalah aktivitas untuk memonitoring perkembangan akademis setiap

(40)

sudah terjadi pada peserta didik maupun si pendidik selama proses pembelajaran.

Evaluasi juga merupakan suatu tinjauan untuk mengetahui apa yang akan dicapai

dalam proses pembelajaran baik oleh peserta didik maupun pendidik.

2.1.8.3 Tujuan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

Tujuan pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif

adalah untuk membangun manusia yang memiliki 3C (competence, conscience,

dan compassion). Competence adalah kemampuan kognitif, Conscience adalah

kemampuan afektif untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan Compassion kemampuan

psikomotorik dan kemauan utuk mengembangkan bakat dan kemampuan

sepanjang hidup disertai dengan motivasi untuk menggunakannya demi sesama.

Menurut Tim Ignatian Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki

tujuan yaitu :

1. Tujuan PPR bagi pendidik antara lain :

a) Semakin memahami peserta didik

b) Semakin bersedia mendampingi perkembagannya

c) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajar

d) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral

e) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan

f) Mengembangkan daya reflektif terkait, dengan pengalaman sebagai

(41)

2. Tujuan PPR bagi peserta didik :

a) Membantu peserta didik untuk menjadi manusia bagi sesama

b) Menjadi manusia yang utuh

c) Menjadi manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka

untuk perkembangan, dan religius

d) Menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai

e) Menjadi manusia yang berkomitmen unuk menegakkan keadilan

dalam pelayanan pada orang lain

Pada dasarnya tujuan utama PPR adalah untuk menyatukan antara

pengetahuan dan sikap Batin yang diperoleh peserta didik, sehingga peserta didik

mampu untuk melihat hubungan diantara keduanya. Setelah mengetahui hubungan

tersebut, peserta didik diharapkan dapat bertindak berdasarkan pengetahuan dan

sikap batin yang diperolehnya dalam aksi yang nyata.

2.1.8.4 Ciri – ciri Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR memiliki ciri -ciri esensial sebagai berikut (Subagya, 2010: 68-70) :

a. PPR dapat diterapkan dalam semua kurikulum.

b. PPR fundamental untuk proses belajar mengajar.

c. PPR menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik.

d. PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan

(42)

2.1.8.5 Peta Konsep Pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif menurut Subagya (2008) :

Konteks

(43)

2.1.8.6 Kekuatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) menurut (Subagya, 2010:68-70):

a. Berorientasi pada nilai.

b. Peserta didik memperoleh pengalaman setelah proses pembelajaran baik

pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.

c. Peserta didik dapat memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran, hati,

untuk dilaksanakan di dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.

e. Peserta didik dapat aktif terlibat dalam proses belajar, penemuan, dan

kreativitas.

2.2 Penelitian – Penelitian yang Relevan

Arifi (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan

compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIC SD Kanisius Kenteng

tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data menggunakan metode

wawancara, observasi, dan tes, dengan instrumen berupa lembar pengamatan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa competence, conscience,

compassion kelas III C mengalami peningkatan. Nilai competence siswa yaitu

66,5 : 86,6 : 89,0. Untuk Conscience yaitu 76,2 menjadi 83,7. Sedangkan untuk

(44)

Theresia (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan

compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi

Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIC SD Kanisius

Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan

merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data

menggunakan metode wawancara, observasi, dan tes,dengan instrumen berupa

lembar pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA

mengalami peningkatan. Nilai Competence siswa yaitu 69,45 : 73,66 : 78,28,

untuk nilai Conscience siswa yaitu 78 menjadi 86, sedangkan untuk nilai

Compassion yaitu 78 menjadi 85.

Dewi (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan

compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi

Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas III SD Kanisius

Kembaran tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan

jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Tehnik pengumpulan data menggunakan

metode wawancara, observasi, dan tes,dengan instrumen berupa lembar

pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA

mengalami peningkatan. Nilai Competence siswa yaitu 66,56 : 68,78 : 80, untuk

nilai Conscience siswa yaitu 77,45 menjadi 88,9, sedangkan untuk nilai

(45)

Gambar 2.3 Skema Penelitian yang Relevan

Penelitian menggunakan Model PPR

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk mata pelajaran IPS dan Matematika untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion (3C) peserta didik siswa

kelas IIIC SD Kanisius Kenteng tahun ajaran 2010/2011. Arifi (2011)

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik

untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion (3C) peserta

didik siswa kelas IIIC SD Kanisius Demangan Baru 1 tahun ajaran

2010/2011.Theresia (2011)

Yang Perlu diteliti :

Penerapan Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi.

Kesadaran siswa akan

(46)

Dari penelitian sebelumnya menurut Arifin (2011) meneliti tentang

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan competence,

conscience, compassion dalam pembelajaran tematik untuk mata pelajaran IPS

dan Matematika. Kemudian menurut Theresia (2011) meneliti tentang Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan

competence, conscience dan compassion. Maka peneliti ingin mencoba

menerapkan Pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran

siswa akan nilai organisasi.

2.3Kerangka Berfikir

Pembelajaran dengan menggunakan model PPR akan meningkatkan

kesadaran siswa akan nilai organisasi. Pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai

diharapkan meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi di lingkungan

masyarakat maupun sekolah. Maka PPR merupakan model yang cocok untuk

meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi, sehingga melalui PPR akan

lebih membantu siswa untuk meningkatkan sikap dalam berorganisasi. Hal ini

sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipilih oleh peneliti

yaitu dengan standar Kompetensi: 3. Memahami Kebebasan berorganisasi.

Kompetensi Dasar: 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi. Jika metode PPR

diterapkan pada pembelajaran PKn kelas V SD Kanisius Totogan, maka akan

berpengaruh terhadap nilai organisasi berupa sikap kemanusiaan, hati nurani dan

(47)

Kesadaran siswa akan nilai yang terkandung dalam Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat meningkat setelah guru menyampaikan

pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).

Kesadaran akan nilai bagi siswa sangat penting diberikan sedini mungkin. PPR

membantu siswa dalam menyadari akan nilai yang ingin diajarkan melalui

pengalaman yang dilanjutkan lewat refleksi dan kemudian diaplikasikan melalui

aksi.

(48)

2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata

pelajaran PKn mater Organisasi dengan langkah – langkah PPR.

Konteks adalah segala kemungkinan yang dapat membantu atau

menghalangi proses pembelajaran dan perkembangan , bisa konteks

pribadi, sekolah, kelas dan guru. Pengalaman yang diberikan oleh

guru diharapkan siswa dapat menumbuhkan persaudaraan, solidaritas

dan saling memuji melalui kelompok kecil yang direkayasa oleh guru.

Refleksi dilakukan setelah siswa sudah mendapatkan pengalaman

belajar. Melalui kegiatan refleksi ini diharapkan siswa mampu

meyakini makna nilai yang terkandung di dalam pengalamannya dan

dapat membantu siswa untuk membentuk kepribadian mereka sesuai

dengan nilai yang terkandung dalam pengalaman siswa tersebut. Aksi

adalah suatu perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil dari

pelaksanaan pembelajaran.. Evaluasi adalah bagian penting di dalam

pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran adalah aktivitas untuk

memonitoring perkembangan akademis setiap peserta didik.

2.4.2 Semua langkah-langkah pembelajaran PPR sudah diterapkan oleh

guru dan ternyata hasilnya penggunaan Pembelajaran Pedagogi

Reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai Organisasi

kelas V mata pelajaran PKn semester genap SD Kanisius Totogan

(49)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas

merupakan suatu bentuk kajian yang dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di dalam kelas. Dalam hal ini masalah yang dihadapi adalah masih

kurangnya kesadaran siswa akan nilai organisasi. Untuk itu, guru dan peneliti

bermaksud meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran

PKn kelas V SD Kanisius totogan dengan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif

(PPR)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc.

Taggart, dalam Wiraatmadja (2005). Model penelitian ini terdiri dari atas adanya

perencanaan akan mengandalkan penelitian, dan disertai dengan tindakan dan

pengamatan saat penelitian, kemudian adanya refleksi dari semua kegiatan yang telah

dilakukan dan merancang kembali apa yang akan direncanakan untuk tindakan

(50)

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1 Siklus Dalam PTK

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam dua siklus. Tahapan- tahapan dalam

Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan

umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk

menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK antara

lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk

tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan, perencanaan khusus dimaksudkan

untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus.

Perencanaan (planning) adalah tahap awal dalam melakukan penelitian

tindakan kelas. Dalam tahap ini dijelaskan mengenai apa, di mana, mengapa,

kapan, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tindakan kelas diadakan. Tahap

perencanaan ini mengharuskan guru untuk mengetahui masalah yang akan Perencanaan Pelaksanaan

Refleksi Pengamatan

Perencanaan Pelaksanaan

(51)

diteliti melalui identifikasi masalah, kemudian dari identifikasi masalah tersebut

guru melakukan analisa masalah dan menyusun hipotesis tindakan. Tahap

perencanaan juga perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam

penelitian seperti lembar kerja siswa, lembar penilaian, lembar evaluasi bagi

kegiatan pembelajaran dan lain-lain.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada

perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk

memecahkan masalah yang terjadi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan

tindakan yang akan dilakukan, maka langkah berikutnya adalah menerapkan

tindakan tersebut dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana

pembelajaran yang sudah dibuat

Pelaksanaan adalah implementasi yang berasal dari perencanaan tindakan

sudah dibuat. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan segala yang sudah

dipersiapkan oleh peneliti dalam perencanaan. Guru dalam pelaksanaan

penelitian membuat suasana yang sedemikian rupa agar terlihat alami namun

peneliti juga masih bisa melakukan pengamatan. Kaitan antara perencanaan dan

pelaksanaan harus diperhatikan dan dilaksanakan agar ada sinkronisasi dan

kesesuaian.

3. Pengamatan (Observating)

Pengamatan adalah aktivitas melihat dan mengamati yang sudah

(52)

mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif. Data dapat berupa tulisan

maupun rekaman video hasil pembelajaran. Hal yang diamati adalah cara guru

dalam melakukan tindakan yang sudah disusun pada perencanaan. Pengamatan

dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap tentang proses

pembelajaran mengenai organisasi. Pengamatan atau monitoring dapat dilakukan

sendiri. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau

hal yang terjadi di dalam kelas penelitian yaitu kelas V SD Kanisius Totogan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memikirkan

dan merenungkan tentang proses pembelajaran yang dilakukan sebagai evaluasi

guru serta tim pengamat yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas.

Refleksi ini dilakukan dengan cara mendiskusikan berbagai masalah yang timbul

di dalam kelas dan untuk mengukur apakah tindakan dalam siklus pertama sudah

mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan refleksi ini peneliti dapat menentukan

apakah tetap melanjutkan ke siklus berikutnya atau berhenti di siklus pertama

karena masalah sudah terpecahkan.

3.2SettingPenelitian

Settingpenelitian meliputi tempat penelitian, subyek penelitian, objek penelitian,

waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Kanisius Totogan, yang beralamat di

(53)

3.2.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas V. Yang berjumlah 23 orang.

3.2.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata

pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi kelas

V SD Kanisius Totogan Tahun ajaran 2013/2014.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dari bulan Januari 2014 sampai Juni

tahun 2014.

3.3 Tindakan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilakukan

1 kali pertemuan dan setiap satu kali pertemuan yaitu 3 jam pelajaran (3JP). Alokasi

setiap JP adalah 40 menit. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum

penelitian ini, diantaranya :

3.3.1 Persiapan

Persiapan Penelitian Tindakan Kelas ini disusun sebagai berikut. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan di antaranya:

a) Permintaan Ijin Kepada Kepala SD Kanisius Totogan.

Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat

berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data

(54)

b) Wawancara

Wawancara kepada guru kelas V mengenai kondisi siswa saat proses

belajar mengajar di dalam kelas, mencari informasi tentang kondisi awal

kesadaran siswa akan nilai terkait (organisasi) serta model pembelajaran yang di

gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi belajar di dalam kelas.

Informasi-informasi diperoleh dengan hasil wawancara dari guru mata pelajaran

PKn kelas V.

c) Mengidentifikasi Masalah

Menentukan cara memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya peneliti

mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya. Hal tersebut dilakukan dengan

merumuskan isi dan materi dari KD yang bermasalah sehingga diperoleh

indikator yang bermasalah. Peneliti menyusun rencana siklus. Rencana

selanjutnya adalah dengan menentukan rencana tindakan penelitian yang akan

dilakukan seperti membuat sumber bahan pengajaran. Menyusun Silabus, RPP,

LKS, skala sikap dan membuat soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan

siklus II.

3.3.2 Tindakan tiap siklus

Penilitian ini menggunakan jenis Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat

tahap dalam setiap siklusnya. Kegiatan yang dilakukan dalam setiap siklusnya bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada mata pelajaran PKn

dengan menggunakan pembelajaran pedagogi reflektif. Penjelasan setiap siklusnya

(55)

3.3.2.1 Siklus 1

Proses pembelajaran siklus 1 terdiri dari satu pertemuan atau 3jp. Hasil dari

siklus 1 sebagai dasar menentukan tindakan berikutnya. Langkah- langkah pelaksanaan

siklus 1 tersebut meliputi:

a. Rencana Tindakan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen perangkat pembelajaran;

Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Media Pembelajaran berupa

gambar, Lembar Kerja Siswa (LKS), Soal Evaluasi. Peneliti mendalami silabus,

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, bahan ajar dan

mempersiapkan pembagian kelompok. Perangkat pembelajaran yang telah

disusun oleh peneliti sebelumnya divalidasi oleh 3 orang ahli yaitu dosen, kepala

sekolah dan pendidik. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan instrumen

penelitian kesadaran siswa akan nilai organisasi dengan membuat skala sikap.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru mata pelajaran

PKn kelas V dengan dibantu oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan Siklus I

dilaksanakan selama 3 jam pertemuaan (3JP) dengan alokasi waktu 3 x 40

menit.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pertemuan pertama diawali dengan

pertanyaan “siapa ketua kelas V?”, “siapa bendahara kelas V?”. Setelah kegiatan

apersepsi selesai pendidik menyampaikan materi pembelajaran dan

(56)

Pendidik membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4 peserta didik. Kemudian pendidik memberikan Lembar Kerja Siswa

(LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok. Lalu pendidik menjelaskan cara

mengerjakan LKS yang sudah dibagikan kepada peserta didik. Kemudian hasil

diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan kelas. Kemudian setelah itu

pendidik membagikan soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda,

kemudian peserta didik melanjutkan mengisi refleksi dan sebagai aksi. Lalu

peserta didik mengisi lembar skala sikap yang terdiri dari 17 item pertanyaan.

Kemudian pendidik menutup pembelajaran dengan doa.

c. Pengamatan

Selama proses siklus 1, peneliti mencatat hasil pengamatan pada lembar

observasi. Saat proses pengamatan, pengamat melakukan kegiatan yaitu

mengamati aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa untuk aspek kognitif

dapat dilihat pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tes.

d. Refleksi

Hal yang dapat dilakukan pada tahap refleksi ini, yaitu peneliti

mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus

1. Kegiatan lain yang dilakukan peneliti dalam refleksi yaitu mengolah data hasil

evaluasi, skala sikap untuk dibandingkan dengan data awal sebelum pemberian

tindakan. Peneliti tidak hanya mengidentifikasi hal– hal postif dalam penelitian

namun juga hal-hal negatif yang terjadi selama penelitian. Hasil refleksi siklus I

(57)

Siklus II dilakukan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus

sebelumnya agar target dapat tercapai.

3.3.2.2 Siklus 2

a. Rencana Tindakan

Pada tahap ini juga, pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru mata

pelajaran PKn kelas V dengan dibantu oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan siklus

2 dilaksanakan dalam 3 Jam Pertemuan (3JP) dengan alokasi waktu 3 × 40

menit.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pertemuan kedua, pendidik

mengawali pembelajaran dengan berdoa, kemudian pendidik membuat

pertanyaan seputar contoh-contoh organisasi yang ada di sekolah, untuk

mengingat kembali materi yang sebelumnya sudah diajarkan pendidik. Setelah

kegiatan apersepsi selesai pendidik menyampaikan materi pembelajaran dan

menunjukkanvideo mengenai organisasi yang ada di dalam sekolah maupun di

luar sekolah. Pendidik membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4 peserta didik. Kemudian pendidik memberikan Lembar

Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok. Lalu pendidik

menjelaskan cara mengerjakan LKS yang sudah dibagikan kepada peserta didik.

Kemudian hasil diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan kelas.

Kemudian setelah itu pendidik membagikan soal evaluasi yang terdiri dari 15

(58)

Lalu peserta didik mengisi lembar skala sikap yang terdiri dari 17 item

pertanyaan. Kemudian pendidik menutup pembelajaran dengan doa.

c. Pengamatan

Selama proses siklus II, peneliti mencatat hasil pengamatan pada lembar

observasi. Saat proses pengamatan, pengamat melakukan kegiatan yaitu

mengamati aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa untuk aspek kognitif

dapat dilihat pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tes.

d. Refleksi

Peneliti mengidentifikasi hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran

siklus II. Refleksi yang dilakukan pada siklus II dilakukan dengan mengolah

data hasil evaluasi, skala sikap untuk dibandingkan dengan data awal dan hasil

capaian siklus I. Hasil refleksi siklus II digunakan sebagai hasil akhir penelitian

Gambar

Gambar 2.1  Langkah – langkah PPR (Subagya, 2010:65)
Gambar 2.2  Peta Konsep PPR (Subagya, 2008)
Gambar 2.3 Skema Penelitian yang Relevan
Gambar 2.4  Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa sensitive sensor warna sebagai sensor kekeruhan air.Berdasarkan dari permasalahan yang ada, untuk pendeteksi

[r]

Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspurs terdapat hubungan yang signifikan.. Artinya semakin baik peringkat yang diperoleh mendorong

[r]

Hasil analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dengan lahan olah tanah maksimal (OTM) di Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan

Penelitian ini diharapakan dapat membantu pengelola wisata yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membuat pedoman dan

Sistem infomasi akuntansi yang terkait dengan siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus penggajian merupakan aktivitas bisnis utama perusahaan untuk dapat

Manajer proyek bekerja dengan sponsor proyek, tim poryek, dan lain orang yang terkait dalam proyek untuk mencapai tujuan.  Setiap proyek menghadapi hambatan dalam