• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi di SD Kanisius Wirobrajan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi di SD Kanisius Wirobrajan"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI DI SD KANISIUS

WIROBRAJAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Henricus Dwi Atmaja 101134102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena selalu memberikan rahmat dan kasih yang melimpah didalam kehidupan ini.

2. Ibu dan Bapak yang telah setia mendampingi dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan kepada saya sampai saat ini.

(5)

v MOTTO

Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh keperayaan, kamu akan

menerimanya.

(Matius:21.22)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Titipkan cita-cita pada imajinasi tanpa batas, biarkan ia terbang tinggi.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 7 Juli 2014 Penulis,

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Henricus Dwi Atmaja

Nomor Mahasiswa : 101134102

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI DI SD KANISIUS

WIROBRAJAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 7 Juli 2014

Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI DI SD KANISIUS

WIROBRAJAN Oleh:

Henricus Dwi Atmaja NIM: 101134102

Penelitian ini dilatarbelakangi mata pelajaran PKn sebagai pendidikan nilai yang harus sadari oleh seluruh masyarakat sebagai warga negara. Kesadaran akan nilai mampu mengarahkan masyarakat untuk hidup lebih baik dalam bernegara. Maka dari itu perlu adanya kesadaran nilai sejak dini melalui proses belajar di sekolah terutama tingkat SD. Nilai yang akan di tanamkan adalah nilai demokrasi, sehingga melalui penelitian ini diharapkan adanya kesadaran siswa akan nilai demokrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi menghargai keputusan bersama siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan pada tahun ajaran 2013-2014.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperimental tipe nonequivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah adalah siswa kelas VA sabagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner sebagai pretest dan posttest lalu diolah menggunakan program komputer yaitu SPSS 20 For Windows dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu uji normalitas data, uji homogenitas skor pretest, uji kenaikan skor pretest ke posttest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil penelitian menunjukan bahwa PPR memiliki pengaruh akan kesadaran siswa terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan. Hal ini ditunjukan dari hasil analisis statistik data prestest ke posttest pada masing-masing kelas. Kelas kontrol mendapat peningkatan 2,45 % dengan signifikansi 0,084 yang berarti tidak ada peningkatan yang signifikan. Pada kelas eksperimen mendapat peningkatan sebesar 3,53 % dengan signifikansi 0,005 yang artinya ada peningkatan yang signifikan. Jadi, Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi.

(9)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE REFLECTIVE PEDAGOGY IMPLEMENTATION IN CIVIC EDUCATION TOWARD STUDENTS’ AWARENESS OF DEMOCRACY VALUE IN WIROBRAJAN KANISIUS ELEMENTARY

SCHOOL By:

Henricus Dwi Atmaja Student Number: 101134102

The consideration of this research was supported by Civic Education as a value education that must be noticed by the whole citizens. The awareness of value enabled the society to live a better life in a good citizenship. Therefore, it was needed to earlier build the value awareness through the learning process in elementary school. Learning democracy value was chosen to build students‟ awareness toward the importance of democracy value.

This research aimed at finding out the effect of reflective pedagogy paradigm toward the democracy value involved in Civic Education subject, particularly, in the material of appreciating decision for the fifth grade of Wirobrajan Kanisius Elementary School batch 2013-2014.

This research conducted a nonequivalent control group design as the type of quasi-experimental. The research target was the students of grade VA, as the experimental group, and the students of grade VB, as the control group. Data gathering technique of this research was conducted by distributing questionnaire as the form of pretest ang post test. The data was then analyzed by utilizing SPSS 20 For Windows application thorgh three steps, namely the test of normality data, the best of pretest score homogenity, and the test of pretest-to-post increasing score of both experimental an control group.

In conclusion, the result of this research indicated that reflective pedagogy paradigm influenced student‟ awareness toward democracy value involved in Civic Education subject for the fifth grade student in Wirobrajan Kanisius Elementary School. The result showed by the result score in the pretest an posttest of the experiment an control groups. In control group obtain 2,24% with price of sig in amount 0,084 that have not significant rising. In eksperimental group obtain 3,53% with price of sig in amount 0,005 that have significant rising. Thus, reflective pedagogy paradigm significantly influenced students‟ awareness of democracy value.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM MATA PELAJARAN PKn TERHADAP KESADARAN SISWA AKAN NILAI DEMOKRASI DI SD KANISIUS WIROBRAJAN, tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. 5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A selaku pembimbing II yang telah

membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. 6. Bapak Hr. Klidiatmoko kepala sekolah SD K Wirobrajan yang telah

memberi ijin untuk melakukan penelitian di SD K Wirobrajan.

7. Ibu Lia Pratiwi, S.Pd, selaku guru mitra SD penelitian yang sudah banyak membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. 8. Siswa kelas VA dan VB SD K Wirobrajan yang telah bekerjasama dalam

penelitian ini sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

9. Segenap dosen PGSD S-1, terima kasih atas bantuannya selama ini. 10.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian hingga

(11)

xi

11.Kedua orangtua, Bapak Mulyadi dan Ibu Wiji Kusmini yang telah mendukung dalam segala bentuk motivasi dalam pengerjaan karya ilmiah ini.

12.Kakekku Noto Parman dan Kakakku Ag. Setyawan yang telah mendukung dan memberikan motivasi.

13.Teman spesialku, terima kasih atas segala perhatian, kesabaranmu dan motivasimu untuk membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan semua motivasi, saran, tenaga dan pikiranmu yang selalu setia menemani perjuanganku.

14.Teman-teman satu kelompok payung PKn (Mila, Nisa, Windy, Vera, Astri dan Ridho) yang banyak memberikan masukan dan bantuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian dan memberikan dukungan dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

15.Sahabat-sahabat ku (Fendi, Andreas, Huda, Hananta, Muhtar, Eka, Bowo, Yudhi, Tri, Lia, Priyanti dan Rangga) yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis secara spiritual maupun material dari awal hingga tugas akhir ini selesai. Penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis sadar penuh bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan. Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juni 2014

Peneliti,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DARTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 7

2.1.2 Kesadaran ... 9

2.1.3 Nilai ... 11

2.1.4 Demokrasi ... 14

2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif... 18

2.2 Penelitian-Penelitian yang Relevan ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Variabel Penelitian ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 31

3.6 Teknik Pengujian Instrumen... 36

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.8 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Peningkatan kesadaran akan nilai demokrasi dengan PPR ... 47

4.2 Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

(14)

xiv

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 67

5.3 Saran ... 67

DAFTAR REFERENSI ... 68

LAMPIRAN ... 71

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 29

Tabel 3.2 Indikator Kuesioner... 32

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner ... 33

Tabel 3.4 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Kesadaran Nilai Demokrasi ... 35

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 37

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas ... 39

Tabel 3.7 Hasil Item Valid ... 41

Tabel 3.8 Kualifikasi Koefisien Korelasi ... 43

Tabel 3.9 Hasil Reliabilitas ... 43

Tabel 3.10 Tabel Pengumpulan Data ... 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 4.2 Uji Homogenitas Skor Pretest ... 50

Tabel 4.3 Perbandingan skor Kelompok Kontrol dan Kelompok Eskperimen ... 51

Tabel 4.4 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest ... 54

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27

Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian... 31

Gambar 4.1 Perbandingan antara Skor Pretest dan Posttest ... 54

Gambar 4.2 Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Pretest ... 56

Gambar 4.3 Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Pretest ... 57

Gambar 4.4 Guru Menerangkan Materi Di Kelas Eksperimen ... 58

Gambar 4.5 Siswa Kelas Eksperimen Antusias Menjawab Pertanyaan ... 58

Gambar 4.6 Siswa Di Kelas Eksperimen Memperhatikan Video ... 58

Gambar 4.7 Siswa Di Kelas Kontrol Kurang Memperhatikan Guru ... 59

Gambar 4.8 Siswa Kelas Eksperimen Membuat Peta Konsep ... 59

Gambar 4.9 Siswa Kelas Kontrol Merangkum Materi... 59

Gambar 4.10 Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Posttest ... 60

Gambar 4.11 Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Posttest ... 60

Gambar 4.12 Guru Menerangkan Materi Menggunakan Gambar ... 63

Gambar 4.13 Siswa Antusias Menyimak Video ... 63

Gambar 4.14 Siswa Menulis Refleksi ... 64

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 72

Lampiran 2. RPP Kelompok Eksperimen ... 82

Lampiran 3. RPP Kelompok Kontrol ... 113

Lampiran 4. LKS Kelompok Eksperimen ... 123

Lampiran 5. Validitas Kuesioner ... 133

Lampiran 6. Hasil Validitas Kuesioner ... 143

Lampiran 7. Hasil Kuesioner Pretest dan Posttest... 153

Lampiran 8. Rekap Hasil Kuesioner Kelompok Kontrol ... 173

Lampiran 9. Rekap Hasil Kuesioner Kelompok Eksperimen ... 176

Lampiran 10. Hasil Analisis Data ... 179

Lampiran 11. Gambar Pengamatan Kelas Kontrol ... 184

Lampiran 12. Gambar Penelitian Kelas Eksperimen ... 188

Lampiran 13. Hasil Pekerjaan Siswa ... 194

Lampiran 14. Refleksi Pembelajaran Siswa... 209

Lampiran 15. Instrumen Validasi ... 216

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian ... 218

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Kewarganegaraan termasuk salah satu mata pelajaran yang penting, karena Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di seluruh tingkat pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan Tinggi. Hakikat atau intisari dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan nilai dan moral. Menurut Djahiri (1991:6) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila pancasila. Sebagai pendidikan nilai, Pendidikan Kewarganegaraan akan membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang termuat dalam hal yang menjadi objek pembahasannya. Tujuannya untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang masyarakat dan warga negara yang baik.

(19)

berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dam berperilaku sebagai materi yang dipelajari. Pendidikan nilai tidak terpisah oleh adanya kesadaran dalam diri seseorang tersebut. Jika pendidikan nilai diterapkan dalam mata pelajaran tertentu, namun tidak didukung oleh kesadaran, maka nilai tersebut tidak terealisasikan secara maksimal.

Penanaman nilai dan moral yang terkandung di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat dilakukan secara instan. Perlu proses mendalam untuk mampu menerapkan nilai yang terkandung dalam pembelajaran PKn di kehidupan nyata. Pendekatan konvensional yang selama ini dipakai untuk mengajar PKn kurang memberikan dampak yang memuaskan untuk keberhasilan penanaman nilai dan moral. Belajar nilai dan moral tidak cukup dengan pola pembelajaran dengan memberi ringkasan materi, guru menerangkan siswa mencatat lalu siswa mengerjakan soal-soal latihan. Kesadaran mereka akan nilai-nilai kehidupan akan sulit terbentuk apabila menggunakan pendekatan konvensional secara terus-menerus. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik untuk memberikan pemahaman kesadaran pada diri peserta didik akan perlunya nilai-nilai kehidupan. Akan tetapi kesadaran akan nilai-nilai kehidupan tidak dapat diajarkan secara indoktrinasi namun melalui proses penemuan oleh peserta didik sendiri, melalui pemahaman, pengalaman, kesadaran, internalisasi nilai, membentuk keyakinan, komitmen dan mewujudkan nilai (dalam Yustina, 2010: 27).

(20)

diinternalisasikan menjadi keyakinan nilai. Dengan keyakinan nilai-nilai yang ditemukan dalam refleksi tersebut terbangun komitmen dalam diri peserta didik untuk selanjutnya komitmen tersebut diwujudkan dalam tindakan nyata.

Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menggerakan seorang pribadi supaya lebih memuliakan Allah dan lebih membantu sesama. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh (Competence), mengasah kepekaan dan mempertajam hati nurani (Consience) dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama (Compassion). Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat dikatakan menuju pada tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming men and women for others) (Subagyo, 2010:21).

Menurut Subagyo (2010:43), pedagogi merupakan sebuah cara guru mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi siswa. Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan. Menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa supaya mempunyai nilai kemanusiaan, haruslah diberi pengalaman dan memfasilitasinya dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman tersebut. Selain itu siswa diberi perntanyaan atas aksi yang akan dilakukan sesuai dengan nilai tersebut.

(21)

siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak.

Dari paparan di atas solusi yang dapat digunakan peneliti yaitu Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang diduga dapat membangkitkan kemampuan siswa. PPR akan membantu siswa untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif membantu siswa menemukan sendiri melalui pengalaman yang dibantu refleksi bersama guru dan melakukan aksinya dalam kehidupan sehari-hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa menemukan dan mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam PKn.

Penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran akan nilai demokrasi dan mengetahui perbandingan penggunaan PPR dengan metode konvensional untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran PKn Standar Kompetensi 4. Menghargai keputusan bersama pada siswa kelas V SD K Wirobrajan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran akan nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi memahami keputusan bersama siswa kelas V SD K Wirobrajan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014?

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran akan nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi memahami keputusan bersama siswa kelas V SD K Wirobrajan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014.

1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh kesadaran akan nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui pembelajaran Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) lebih signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti:

1.4.1.1 Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap nilai demokrasi yang terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1.4.1.2 Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam merancang pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menggunakan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1.4.1.3 Menjadi inspirasi bagi peneliti dalam melakukan pembelajaran di kelas

1.4.2 Bagi Guru:

1.4.2.1 Guru mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn menggunakan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut untuk pembelajaran lainnya.

1.4.2.2 Guru mendapatkan tambahan wawasan mengenai metode pembelajaran di kelas

1.4.3 Bagi Siswa:

(23)

1.4.3.2 Siswa memperoleh kegiatan belajar yang menyenangkan.

1.4.4 Bagi sekolah:

Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan yang meningkatkan wawasan para warga sekolah

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Pembelajaran pedagogi reflektif merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan (hati nurani serta bela rasa terhadap sesama).

1.5.2 Kesadaran adalah kondisi seseorang yang tahu betul keadaan yang sedang berlangsung tanpa dipengaruhi oleh apapun.

1.5.3 Nilai demokrasi mengandung nilai sukarela, adil, menghargai perbedaan pendapat, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, serta memajukan ilmu.

1.5.4 Siswa SD adalah anak kelas V yang sekolah di SD Kanisius Wirobrajan. 1.5.5 Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan sebuah mata pelajaran

(24)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab II landasan teori ini, berisi kajian pustaka serta teori-teori yang relevan dari hasil penelitian sebelumnya dan dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berikut ini adalah penjabaran dari pengertian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD, tujuan mata pelajaran penidikan Kewarganegaaan SD. 2.1.1.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Wahab (2011:11) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Azra (dalam Susanto 2013:226) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demontrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga Negara serta proses demokrasi.

Sementara menurut Chamim (2004:42), Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.

(25)

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki banyak tujuan, seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (dalam Susanto, 2013:231-232) yaitu untuk menjadikan siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi persoalan yang ada dalam hidup maupun isu-isu kewarganegaraan di negaranya, mampu ikut berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggungjawab sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi serta mampu memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Tujuan pendidikan tersebut serupa dengan lampiran Permendiknas nomor 22/2006 (dalam Aziz, Supriya, 2011:315) dimana tujuan Pkn untuk jenjang SD, SMP, dan SMA tidak berbeda yaitu berorientasi pada pengembangan kemampuan siswa yang disesuaikan dengan tingkat perkembangaan kejiwaan dan intelektual, emosi dan sosial. Secara rinci, mata pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bagsa-bangsa lain, serta mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi.

(26)

2.1.2 Kesadaran

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:2003:570), kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakin; merasa; tahu dan menegrti. Kesadaran berarti 1) Keadaan mengerti: akan harga dirinya timbul karena ia diperlukan secara tidak adil; 2) Hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Widjaja (1994:14) mengatakan bahwa kesadaran merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh pada peraturan dan ketentuan perundangan yang ada pula merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti, taat dan patuh pada adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Suhatman (2009:27), kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan. Sadar artinya merasa, atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), tahu dan mengerti. Refleksi merupakan bentuk dari pengungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Beliau juga berpendapat bahwa kesadaran kritis sangat diperlukan dalam pengembangan pribadi dan intelektual siswa dalam kehidupan sekarang maupun kemudian hari. Kesadaran kritis dan berfikir kritis dapat dibangun melalui pendidikan di sekolah dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan pembelajaran.

Tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kritis serta berpikir kritis, menurut Suhatman (2009:67) dengan menempatkan siswa sebagai subjek. Hal-hal berikut perlu diperhatikan guru :

1. Pembelajaran di kelas harus berubah dari berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada siswa.

(27)

memperdalam pengetahuannya agar selektif dalam memfasilitasi siswa dalam belajar.

3. Mengajar dengan mengembangkan metode dialogis dalam diskusi, memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir dan mengendapkan pengetahuannya, memberi kesempatan untuk bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menemukan suatu pemahaman yang baru.

4. Dalam membelajarkan siswa maka pembelajaran dibuat semenarik mungkin untuk memotivasi siswa sehingga senang belajar, dengan demikian merangsang otak untuk dapat menerima pengetahuan/pemahaman baru lebih cepat.

5. Membuat perencanaan, persiapkan dengan media yang dapat membantu siswa dalam mengalami belajar, menemukan dan merumuskan sendiri pengetahuannya.

6. Guru berperan sebagai agen perubahan dengan berani mengubah paradigma berpikirnya yaitu menjauhkan diri dari ketakutan dan keengganan mengubah cara mengajarnya yang tidak selektif terhadap sikap terbuka.

7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berfikir, berpendapat dan menekspresikan diri dalam suasana belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu, multinilai, multikebenaran, diperbolehkan salah, menerapkan metode ilmiah. Guru tidak menggurui karena guru dan siswa setara.

8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam, memiliki cara berfikir kritis menghadapi masalah-masalah sehari-hari dalam kehidupan. Pembelajaran dengan membangun kesadaran kritis akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

(28)

melakukan perubahan dalam mengefektifkan perannya untuk membangun kesadaran kritis siswa sehingga dapat menampilkan pembelajaran menjadi lebih bermutu.

2.1.3 Nilai

2.1.3.1 Pengertian Nilai

Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Sebagaimana warna biru tidak akan berubah menjadi merah ketika suatu objek berwarna biru dicat menjadi merah, demikian pula nilai tetap tidak berubah oleh perubahan yang terjadi pada objek yang memuat nilai yang bersangkutan, seperti pendapat Max Scheler bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawaannya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu). Tidak tergantung kualitas tersebut, tidak hanya pada objek yang ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia dan sebagainya), melainkan juga tidak tergantung pada reaksi terhadap kualitas tersebut. (Wahana 2004:51)

Menurut Wahana (2004:84) nilai adalah kualitas yang memiliki daya tarik sendiri bagi seluruh perilaku manusia untuk mewujudkannya, karena nilai itu sendiri memiliki kesusaian dengan kodrat manusia. Sehingga apa yang akan dilakukan manusia harus seturut dengan akal dan kehendak manusia.

(29)

Sedangkan menurut Djahiri (dalam Aryani, 2010:32) menyatakan bahwa nilai adalah hal yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah), estetika (bagus/buruk), etika (adil/layak/tidak adil), agama (dosa dan haram/halal), dan hukum (sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun kehidupan.

Nilai juga dapat diartikan acuan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, maka dari itu nilai tidak hanya dipikirkan atau sekedar dipahami juga tetapi harus dilakukan dengan penghayatan supaya dapat menemukan makna nilai dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa nilai adalah suatu kualitas dalam diri manusia untuk melakukan hal-hal yang baik, dan tidak menyimpang dari aturan-aturan atau norma yang berlaku untuk mencapai tujuan atau nilai yang diharapkan.

2.1.3.2Pendidikan Nilai

Sjarkawi (2006:52) Pendidikan nilai, pada dasarnya ada tiga jenis nilai yang harus diajarkan kepada anak melalui pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai estetis, nilai-nilai synnonoetis, dan nilai-nilai etis. Pendidikan tentang nilai-nilai etis, akan membuat anak peka terhadap norma-norma tentang kebaikan. Melalui pendidikan estetis anak-anak diajarkan mengenal perbedaan antara apa yang indah dan apa yang jelek atau buruk. Pendidikan tentang nilai-nilai synnoetis akan membuat anak peka tentang suasan hati yang terdapat pada diri orang lain. Pendidikan tentang nilai-nilai synnoetis ini akan menanamkan benih-benih empati pada diri anak. Dan pendidikan tentang nilai-nilai etis akan membuat anak peka terhadap norma-norma tentang kebenaran moral.

(30)

Wahab (1995:35) memaparkan bahwa pendidikan nilai paling tidak meliputi empat dimensi utama. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah: menemukan nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat, inkuiri filosofis dan rasional terhadap nilai-nilai inti tersebut, respon positif atau emotif terhadap nilai-nilai inti tersebut, pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar berdasarkan inkuiri dan respon.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai akan membuat anak peka terhadap norma yang berkaitan dengan kaindahan. Nilai-nilai estetis dapat mengenal perbedaan antara apa yang baik dan buruk dan nilai synnoestis dapat menanamkan benih-benih empati pada diri anak.

Dalam mata pelajaran PKn memiliki kaitan erat dengan pendidikan nilai. Menurut Aryani dan Susatim (2010:43) pendidikan nilai dapat menyatukan berbagai masalah yang menyangkut hal bersifat personal sedangkan PKn membawa misi dan berbicara tentang nilai moral dan norma sebagai acuan atau patokan hidup bermasyarakat. Sebagaimana pendapat Djahiri dalam Aryani (2004:3) yang mengatakan bahwa orang yang tidak mengenal perangkat tatanan nilai norma maka sulit untuk diminta menjadi manusia bermoral. Visi pendidikan nilai sendiri adalah selain membina dan mengembangkan nilai norma moral juga dalam pencerahan diri dan kehidupan manusia yang berakal budi.

Mata pelajaran Pkn sebagai pusat pendidikan nilai (Aryani & Susatim, 2010:43) bukanlah sekedar memindahkan isi nilai kepada peserta didik, tetapi lebih dimaknai sebagai upaya menegmbangkan proses penilaian dalam diri peserta didik. Seturut dengan pendapat Djahiri dalam Aryani (2010:43) sebagaimana kualifikasi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, dituliskan bahwa :

(31)

secara utuh. Selain itu membina dan menegakkan tatanan kehidupan manusiawi , demokratis supaya tetap pada identitas diri bangsa.

Melalui pendidikan nilai, PKn menekankan pemahaman hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan lingkungannya serta kajian mengenai manusia dan segala aspeknya dalam sistem hidup bermasyarakat. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan para peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik berdasarkan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

2.1.4 Demokrasi

2.1.4.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti „rakyat‟ dan kratos atau kratien yang berarti „kekuasaan‟ atau „pemerintahan‟. Jadi berdasarkan asal kata nya demokrasi berarti „rakyat yang berkuasa‟. Supriatnoko (2008:99) mengatakan bahwa negara demokrasi merupakan negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Jika ditinjau dari sudut organisasi, demokrasi memiliki arti sebagai sesuatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat.

Dalam bukunya, Supriatnoko (2008:104) mengungkapkan ada lima ciri yang menunjukan bahwa suatu negara berpaham demokrasi atau berkedaulatan, yaitu bilamana sistem politik secara berkala memungkinkan penggantian pemerintahan, maka harus ada kesepakatan bersama dengan DPR, sejumlah parpol, angkatan besenjata, pers dan peradilan. Bila tidak memiliki kesepakatan tersebut maka negara mudah menimbulkan anarki. Negara juga harus memiliki sejumlah anggota masyarakat yang menempati kedudukan dalam pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti presiden, menteri, dan gurbenur.

(32)

jabatan-jabatan di pemerintahan tertentu yang diharapkan dapat mewakilkan rakyat dalam menyumbangkan ide-ide rakyat.

Dalam negara yang demokrasi tentunya menganut prinsip umum demokrasi yaitu kebebasan, pluralisme, paham individualisme, kesetaraan dan keadailan. Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasaan untuk berbuta atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sendiri. Sedangkan pluralisme adalah salah satu paham yang mendasari pelaksanaan negara demokrasi. Dalam paham pluralisme mengakui adanya perbedaan individu, sehingga pada negara yang menganut paham pluralisme warga negaranya dituntut bersikap toleran agar dapat tercipta kesepakatan karenan tanpa adanya toleransi yang terjadi hanya pertentangan. Serta dalam negara demokrasi dperlukan keadailan pada warga negara. Konsep adil menurut Supriatnoko ini adalah memandang kedudukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, khusunya dalam memberikan kebebasan dan kesetaraan yang dipandang adil.

Dari gambaran pemahaman tersebut dapat ditarik pengertian umum dari demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat yang mana kekuasaan tertinggi berada tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih melalui proses pemilihan demokrasi di bawah sistem pemerintahan bebas.

2.1.4.2Nilai-Nilai Demokrasi

Cipto menjelaskan bahwa terdapat 6 nilai yang ada dalam demokrasi dalam Tim Nasional dosen Pendidikan Kewarganegaraan (2010:126-130), yaitu kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antarwarga, rasa percaya, dan kerjasama. Berikut ini merupakan penjabaran nilai-nilai yang ada dalam demokrasi :

1. Kebasan menyatakan pendapat

(33)

kebutuhan dari warganegara yang ingin selalu menyatakan pendapatnya. Dalam masa transisi menuju demokrasi perubahan-perubahan lingkungan politik sosial, ekonomi, budaya, agama, dan tehnologi seringkali menimbulkan banyak persoalan bagi warganegara ataupun masyarakat pada umumnya. Apabila persoalan-persoalan tersebut merugikan hak-hak dari warganegara ataupun kepentingan yang diharapkan dipenuhi oleh Negara, dengan sendirinya warganegara berhak untuk menyampaikan keluan tersebut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah.

2. Kebebasan berkelompok

Nilai dasar dari demokrasi yang diperlukan bagi setiap warganegara adalah berkelompok dalam suatu organisasi. Kebutuhan berkelompok yang dilaksanakan secara bebas diperlukan untuk membentuk organisasi mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan, dan kelompok-kelompok lain. Kebutuhan berkelompok-kelompok merupakan kebutuhan yang secara naluriah ada dalam diri warganegara.

Berbagai persoalan yang ada pada masyarakat era ini terkadang membutuhkan jalan keluar yang dapat ditemukan dalam organisasi. Demokrasi sangat menjamin kebebasan warganegara dalam kebebasan berkelompok. Demokrasi memberikan alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat bagi warganegara karena demokrasi menjamin adanya kebebasan dalam berkelompok.

3. Kebebasan berpartisipasi

Kebebasan dalam berpartisipasi sesungguhnaya merupakan gabungan dari kebebasan berkelompok dan berpendapat. Kebebasan berpartisipasi sendiri dibedakan atas 4 jenis. Pertama, adalah pemberian suara dalam pemilihan umum. Dinegara-negara demokrasi yang tengah berkembang seperti Indonesia pemberian suara sering dipersepsikan sebagai wujud kebebasan berpartisipasi politik yang paling utama.

(34)

Ketiga, adalah bentuk partisipasi dengan cara melakukan protes terhadap lembaga-lembaga masyarakat atau pemerintah. Hal ini sangat diperlukan oleh Negara demokrasi agar system politik bekerja lebih baik. Pernyataan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah ini sejatinya adalah bagian dari proses demokrasi sejauh diarahkan untuk memperbaiki kebijakan pemerintah atau swasta dan tidak menciptakan gangguan bagi kehidupan politik

Keempat, adalah bentuk partisipasi dengan cara amencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik.

4. Kesetaraan antar warga

Kesetaraan atau egalitarianism merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Kesetaraan di sini diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara. Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang merupakan masyarakat multietnis, multibahasa, multidaerah, dan multiagama, kesetaraan ini sangat penting karena kesetaraan memberikan ruang bagi setiap warga negara tanpa membedakan etnis, bahasa agama, ras untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat dan diperlakukan sama didepan hukum tanpa kecuali kesaulatan rakyat.

5. Rasa percaya

Rasa percaya antara politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Sebuah pemerintahan demokrasi akan sulit berkembang bila rasa percaya satu sama lain tidak tumbuh. Bila yang ada hanyalah ketakutan, kecurigaan, kekhawatiran, dan permusuhan maka hubungan antara politisi akan terganggu secara permanen. Agar pemerintah dipercaya maka iapun harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat luas terhadap pemerintah.

6. Kerjasama

(35)

2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.5.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Pedagogi merupakan salah satu cara guru untuk mendampingi siswa dalam tumbuh kembangnya (Subagyo,2010:22). Sedangkan reflektif menurut TIM PPR SD Kanisius (2010:7) adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, ataupun reaksi secara rasional dengan tujuan mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya. Paradigma Pedagogi Reflektif atau sebutan lainnya Pedagogi Ignasian pada awalnya digunakan atau diaplikasikan dalam sekolah-sekolah Jesuit yang ada di Roma. Awal mulanya para pengajar menginginkan pembelajaran yang ada tidak hanya sekedar pengenalan kognitif atau pengetahuan saja. Mereka menginginkan supaya siswa terlibat dan mampu merefleksikan pengalaman dengan menggunakan Pedagogi Ignasian ini sehingga mereka mampu mempergunakannya secara efektif dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh (Competence), mengasah kepekaan dan mempertajam hati nurani (Consience) dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama(Compassion). Pembelajaran Pedagogi Reflektif ini dapat dikatakan menuju pada tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming men and women for others).

Menurut Subagyo (2010), pedagogi merupakan sebuah cara guru mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan. Maka, haruslah diberi pengalaman dan memfasilitasinya dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman tersebut. Selain itu siswa diberi pertanyaan atas aksi yang akan dilakukan sesuai dengan nilai tersebut.

(36)

pembelajaran di mana materi dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat memberikan nilai-nilai kemanusiaan pada siswa yang berguna dalam kehidupan mereka. Banyak konteks yang dipelajari siswa dalam pembelajaran untuk menumbuhkembangkan pendidikan, yaitu wacana tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan, penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan dan yang terakhir hubungan antar siswa dengan guru.

Selama proses pembelajaran berlangsung, hendaknya guru menjadi fasilitator guna menyemangati siswa agar memiliki nilai-nilai yang hendak tercapai, misalnya nilai solidaritas, tanggung jawab, penghargaan terhadap sesama dan masih banyak lagi. Sebagai guru yang ditiru oleh siswa, sebaiknya guru memberikan contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan. Melalui itu, siswa bisa melihat, bersikap dan akhirnya berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan. Hubungan baik antar siswa dan guru akan membantu siswa untuk mempelajari dan kemudian mengaplikasikan nilai-nilai yang hendak dicapai.

Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran di mana siswa dapat merasakan langsung atau diberi pengalaman terhadap apa yang sedang mereka pelajari. Melalui pengalaman yang diberikan oleh guru diharapkan siswa dapat menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji melalui kelas kecil yang direkayasa oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang dapat dikatakan sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman langsung bagi siswa. Apabila ini terjadi, guru bisa mensiasati dengan memberikan pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak langsung ini bisa dilakukan dengan cara bermain peran, melihat tayangan video atau gambar, dan masih banyak lagi.

(37)

pengalamannya itu. Kegiatan aksi dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru yang memfasilitasi siswa melalui pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Di bawah ini merupakan siklus dari Paradigma Pedagogi Reflefktif yang menggambarkan bahwa empat hal tersebut sangatlah berkesinambungan untuk membantu peserta didik membangun nilai dalam hidup mereka.

Gambar 2.1. Siklus Paradigma Pedagogi Reflektif (Subagyo, 2010)

2.1.5.2 Tujuan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

Tujuan pembelajaran pedagogi reflektif adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan menghasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya . (Subagyo, 2010:22-25).

Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketika unsur tersebut adalah competence, Conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah memampuan afektif dalam menentukkan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah

Pengalaman

Refleksi

(38)

kemmapuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama. (Subagyo, 2010:23-24)

2.1.5.3Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif

Penerapan pembelajaran pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsure-unsur pokok tersebut yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), tindakan (action), dan evaluasi (evalution) P3MP (2008:8). Berikut ini merupakan penjabaran tentang unsure-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.

1. Konteks

Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilaukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa diaak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada diri siswa. Guru berperan sebagai penggali konteks kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana pencapaian siswa akan perkembanagn pribadi yang utuh pada materi yang akan dipelajarinya atau diajarkan. (Subagyo, 2010:43).

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psiomotorik. Pengalaman dalam pembelajaran sendiri dibedakan atas pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung ialah pengalaman atas peristiwa yang dialami oleh siswa sendiri yang dikaitkan dengan mata pelajaran seperti, diskusi, dan pengamatan. Pengalaman tidak langsung ialah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan berasal dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan membaca. (Subagyo 2010:52).

3. Refleksi

(39)

pembelajaran PPR. Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalami perubahan pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.

4. Tindakan

Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang telah dilakukan siswa. Tindakan merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Pilihan batin merupakan momentum bagi siswa untuk memilik nilai-nilai kebenaran sebagai miliknya. Sedangkan pilihan perwujudan tindakan nyata merupakan tindakan yang konsisten berdasar atas permaknaan akan hidup, sikap, dan nilai-nilai yang telah dipiih siswa menjadi bagian dari dirinya. (Subagyo, 2010:61-62) 5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang mana berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki keribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, besedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah. Pencapaan tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, penentan prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan prinsip “menjadi orang demi orang lain” “ man for others”. (Subagyo, 2010:63-64)

2.2 Penelitian- Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti berpegangan pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dengan maksud untuk memperkuat argument peneliti dalam penelitian ini.

(40)

menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Meneliti tentang peningkatan Competence, Conscience dan Compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas (PTK). Nilai Competence siswa pada kodisi awal = 78,97 , Conscience pada kondisi awal = 78,7 , Compassion pada kondisi awal = 75,7

Peneliti memberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajarn pedagogi reflektif (PPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA mengalami peningkatan yang terlihat pada saat pembelajaran dalam siklus I dan II siswa melakukan percobaan dengan bimbingan guru. Setelah menggunakan model PPR nilai Competence meningkat menjadi 90,9, untuk Conscience meningkat menjadi 90. Sedangkan untuk Compassion menjadi 90.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Theresia (2011), dengan judul Penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion kelas IIIC SD Kanisius Demangan Baru I. Meneliti tentang penerapan pembelajaran pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion kelas IIIC SD Kanisius Demangan Baru I. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas III C. Mata pelajaran tematik yang terkait dalam penelitian ini yaitu IPA dan Bahasa Indonesia. Kondisi awal siswa untuk mata pelajaran IPA, Competence yaitu 69,45 Conscience yaitu 78 dan Compassion yaitu 78 Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia peningkatan untuk Competence yaitu 68,91.

(41)

Pada pembelajaran tematik di kelas III C SD Kanisius Demangan Baru I setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) mengalami peningkatan Competence yaitu 69,45 : 73,66 : 78,28, Conscience yaitu 78 : 86 dan Compassion yaitu 78 : 85. Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia peningkatan untuk Competence yaitu 68,91 : 72,83 : 77.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Nicodemus (2012), dengan judul Peningkatan Sikap, Minat dan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pedagogi Reflektif pada Mata Pelajaran IPS Bagi Siswa Kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta Tahun P elajaran 2010/2011. Meneliti tentang peningkatan sikap, minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011. Kondisi awal sikap memiliki rata-rata 61,38 , prestasi belajar memiliki rata-rata 67,50 dan rata-rata minat prestasi belajar 58,25.

Dari beberapa data di atas dapat disimpulkan bahwa perlunya langkah tepat untuk membuat pembelajaran lebih kondusif. Peneliti memutuskan untuk menggunakan model pendekatan Pedagogi Reflektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap belajar siswa kondisi awal : siklus I : siklus II mengalami peningkatan secara signifikan, demikian juga pada nilai rata-rata minat belajar siswa dan pada nilai rata-rata-rata-rata prestasi belajar siswa. Indikator nilai rata-rata sikap belajar 61,38 : 68,33 : 80,93, nilai rata-rata prestasi belajar 67,50 : 69,31 : 78,75 dan rata-rata minat belajar siswa 58,25 : 71,25 : 81,47.

(42)

2.3 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran PKn di SD Kanisius Wirobrajan yang didominasi oleh guru dan siswa kurang berperan mengakibatkan kesadaran akan nilai demokrasi siswa menjadi rendah. Rendahnya kesadaran akan nilai demokrasi siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan dilihat dengan kurangnya kerjasama dan menghargai pendapat teman saat mengikuti pembelajaran. Hal tersebut membuat materi yang disampaikan guru menjadi terhambat dan kurang dapat dipahami siswa. Pada materi pembelajaran PKn yaitu menghargai keputusan bersama masih membuat siswa bingung. Hal ini terbukti dari dokumentasi nilai siswa saat ulangan harian. Banyak siswa yang masih mempunyai nilai di bawah KKM.

Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran PKn yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan akan menjadi siswa yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan menghargai keputusan bersama.

Hal tersebut dapat terwujud dengan 3 unsur dalam PPR. Ketiga unsur

tersebut adalah Competence, Conscience, dan Compassion. Competence

merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, Conscience ialah

kemampuan afektif dalam menentukkan pilihan-pilihan yang dapat

dipertanggung-jawabkan secara moral, sedangkan Compassion adalah

kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama.

Penggunaan model pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) dengan

langkah-langkah yaitukonteks (centext)merupakan proses dalam siklus PPR yang

dilaukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Pengalaman (experience) merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif,

afektif, dan psiomotorik. Refleksi (reflection) merupakan proses

(43)

imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Tindakan (action) merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan -pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan kemudian diwujudkan dalam

tindakan nyata. Evaluasi (evalution) proses yang mana berdasar atas tujuan dari

pendidikan (PPR), yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki keribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, besedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah.

Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat berpengaruh terhadap nilai demokrasi berupa sikap kemusiaan, hati nurani dan bela rasa terhadap sesama siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu :

2.4.1 Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran akan nilai demokrasi yang terkandung dalam PKn siswa kelas V SDK Wirobrajan semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan

langkah-langkah yang terdapat dalam model pembelajaran Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) yang akan menarik rasa senang siswa karena

kegiatan yang ada adalah kegiatan yang menarik. Sehingga diharapkan

mampu menumbuhkan nilai demokrasi berupa sikap kemanusiaan, hati nurani dan bela rasa terhadap sesama.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian , instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental tipe nonequivalent control design. Sugiyono (2010:114-116). Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental karena penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan dua kelompok, pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak secara random. Kedua kelompok tersebut kemudian diberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok serta untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain pretest digunakan untuk mengetahui titik tolak atau titik pijak dari kedua kelompok tersebut sama atau berbeda. Kemudian kelompok pertama (kelas eksperimen/kelas VA) diberi perlakuan atau treatment yaitu dengan menerapkan pembelajaran menggunakan PPR. Kelompok kedua (Kelas kontrol/kelas VB) tidak diberi perlakuan dengan menggunakan PPR. Setelah diberikan perlakuan dilakukan posttest pada masing-masing kelompok. Posttest untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau treatment yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Pengaruh perlakuan yang diperoleh dihitung dengan cara : (O2-O1)-(O4-O3)

Desain penelitian jenis ini digambarkan seperti berikut:

Gambar 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2010)

O1 X O2

- - -

(45)

Keterangan:

O1 = Rerata skor pretest kelompok eksperimen O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen X = Perlakuan (treatment) penggunaan PPR O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol

3.2 Setting Penelitian

Dalam seting penelitian ini berisikan tempat penelitian dan waktu penelitian dengan penjelasan sebagai berikut :

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun ajaran 2013/2014. SD Kanisius Wirobrajan I beralamat di jalan JL. HOS Cokroaminoto 8, mempunyai kondisi fisik sekolah yang baik, meski tempat pembelajaran sedikit luas, namun sarana yang ada mampu memberikan peranan yang banyak dalam menunjang pembelajaran. SD Kanisius Wirobrajan memiliki kurang lebih 21 ruangan, 12 diantaranya ruang kelas I sampai kelas VI (parallel A dan B) yang digunakan untuk kegiatan belajar mengaja. Meskipun di depan sekolah banyak kendaraan yang berlalu lalang, namun suasana di kompleks sekolah ini nyaman dan banyak pepohonan. Proses belajar mengajar berlangsung dengan lancar karena didukung fasilitas sekolah yang cukup memadai. Fasilitas di SD K Wirobrajan cukup lengkap seperti: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, ruang komputer, ruang kesenian, kamar mandi, ruang pertemuan, UKS, koperasi sekolah, dapur, ruang tata usaha, ruang fotokopi, kantin, pos satpam, ruang tunggu bagi orangtua murid, tempat parkir, dan wifi.

(46)

guru mengunakan model pembelajaran yang sama untuk beberapa materi pembelajaran, padahal model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran akan nilai demokrasi. Selain hal itu, sekolah ini mempunyai kelas V dengan parallel (kelas A dan B) sehingga dapat digunakan untuk penelitian jenis eksperimen, karena dalam penelitian eksperimen membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Maret - April 2014, ketika materi demokrasi diajarkan di kelas V. Berikut adalah jadwal pengambilan data pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tabel 1.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Hari / tanggal Kelompok Kegiatan Alokasi Waktu

Kamis / 3 April 2014 Eksperimen (VA) Melaksanakan pretest 09.35 - 10.10

Jumat / 4 April 2014 Eksperimen (VA) Pertemuan pertama

Materi: Menghargai keputusan bersama dan bentuk-bentuk keputusan bersama

11.15- 12.35

Sabtu / 5 April 2014 Eksperimen (VA) Pertemuan kedua

Materi: Menghargai keputusan bersama dan bentuk-bentu keputusan bersama

09.15-10.35

Senin / 7 April 2014 Eksperimen (VA) Pertemuan ketiga

Materi: Menghargai keputusan bersama dan mematuhi keputusan bersama

08.15 - 9.25

Selasa / 8 April 2014 Eksperimen (VA) Melakukan posttest 09.35 - 10.10

Senin / 7 April 2014 Kontrol (VB) Melaksanakan pretest 07.00 - 07.35

Selasa / 8 April 2014 Kontrol (VB) Pertemuan pertama

Materi: Menghargai keputusan bersama dan bentuk-bentuk keputusan bersama

(47)

Hari / tanggal Kelompok Kegiatan Alokasi Waktu Kamis/ 10 April 2014 Kontrol (VB) Pertemuan kedua

Materi: Menghargai keputusan bersama dan bentuk-bentu keputusan bersama

09.00 - 10.10

Jumat / 11 April 2014 Kontrol (VB) Pertemuan ketiga

Materi: Menghargai keputusan bersama dan mematuhi keputusan bersama

10.10 – 11.20

Senin/ 14 April 2014 Kontrol (VB) Melaksanakan posttest 07.00 - 08.10

3.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2010:297) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sugiyono (2010:297) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi tertentu. Sampel penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini mengambil subyek penelitian siswa di SD K Wirobrajan dengan populasi siswa kelas V SD K Wirobrajan. Sampel yang digunakan yaitu VA sebagai kelompok eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 31 siswa. Pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol tersebut, dipilih dengan cara diundi dan disaksikan oleh guru mitra. Guru mitra merupakan seorang guru yang mengampu mata pelajaran PKn untuk kelas VA dan VB. Guru mitra ini jugalah yang memberikan pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal-hal tersebut dilakukan untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian. Kegiatan pengamatan dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:61) “variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(48)

1. Variabel independent (bebas)

Sugiyono (2010:61) mengatakan, variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).

2. Variabel dependent (terikat)

Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesadaran akan nilai demokrasi.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.2. Pemetaan Variabel Penelitian

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:148), intrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian. Alat ukur digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kesadaran akan nilai demokrasi. Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Sugiyono, 2010:199)

Begitu pula Sukardi (2003:76), kuesioner atau yang disebut dengan angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Kuesioner ini terdiri atas lima indikator yang kemudian dijabarkan ke dalam beberapa pernyataan. Indikator diambil dari Wahana (2013) yang merupakan indikator kesadaran akan nilai.

Berikut indikator yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman kuesioner Penggunaan

PPR

(49)

Tabel 3.2. Indikator Kuesioner (Wahana, 2004)

No Indikator kesadaran akan nilai

1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan 2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk

mewujudkannya

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan

4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwjudnya nilai yang diharapkan 5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi

tujuan.

Dari kelima indikator tersebut, kemudian dirinci ke dalam beberapa pernyataan atau deskriptor yang disusun oleh peneliti bersama dengan peneliti lain yang melakukan penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil dari buku-buku PKn SD Kelas V dengan materi Menghargai Kebebasan Berpendapat. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan ke dalam 64 deskriptor. Deskriptor-deskriptor ini terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Kuesioner ini disusun berdasarkan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono (2010:134). Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Terdapat empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Sadar (SS)”, Sadar

(S)”, “Cukup Sadar (CS)”, Tidak Sadar (TS), Sangat Tidak Sadar (STS)”. Berikut

ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable:

1) Pernyataan favorable, dengan pilihan jawaban dan skor : a. Sangat Sadar (SS) : skor 5

b. Sadar (S) : skor 4 c. Cukup Sadar (CS) : skor 3 d. Tidak Sadar (TS) : skor 2 e. Sangat Tidak Sadar (STS) : skor 1

2) Pernyataan unfavorable, dengan pilihan jawaban dan skor : a. Sangat Sadar (SS) : skor 1

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Paradigma Pedagogi Reflektif (Subagyo, 2010)
Gambar 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2010)
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Gambar 3.2. Pemetaan Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Beberapa teknik

Loyalitas dapat tercipta jika perusahaan mampu memuaskan pelanggan, sedangkan bauran pemasaran adalah strategi yang terdiri dari kombinasi beberapa elemen, yang digunakan

Hasil penelitian menunjukan bahwa Peran yang dilakukan BMT Baskara Asri Sejati dalam pemberdayaan usaha pertanian di Tanjung Bintang, adalah dengan memberikan pembiayaan

ditu elfuh rios

Bustami Ibrahim 2012 Analisis Peningkatan Produktivitas Panel Engine Hood Outer Berkaitan Dengan Modifikasi Dies Pada Mesin 5A-.. LINE

Hasil analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dengan lahan olah tanah maksimal (OTM) di Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan

Sistem infomasi akuntansi yang terkait dengan siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus penggajian merupakan aktivitas bisnis utama perusahaan untuk dapat

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di