• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model problem based learning bagi kelas V A di SD Negeri Nanggulan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model problem based learning bagi kelas V A di SD Negeri Nanggulan."

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI KELAS V

A DI SD NEGERI NANGGULAN

Oleh:

Yoseph Bravian Aderika Sinaba 12113417

Keterbatasan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan nilai diduga menyebabkan rendahnya sikap nasionalisme. Siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme yakni sebesar 56,25% atau 18 dari 32 siswa. Peneliti menggunakan model Problem Based Learning sebagai solusi permasalahan. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas V SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016, 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan modelProblem Based Learningbagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan Tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Teknik pengumpulan data menggunakan cara penyebaran kuesioner, serta observasi dan wawancara sebagai pendukung.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan 43,75% sikap nasionalisme siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Peningkatan dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sikap, mulai dari kondisi awal sebesar 56,25%, siklus I yakni 93,75%, dan siklus II yaitu 100%. Peningkatan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Kondisi awal yaitu sebesar 74,87, siklus I 87,62, dan siklus II 87,66

(2)

ABSTRACT

THE INCREASING NATIONALISM BEHAVIOUR IN CIVICS SUBJECT USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR STUDENTS OF

GRADE V A NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL

By:

Yoseph Bravian Aderika Sinaba 121134117

In applying the teaching model which is suitable with value education is supposed to caused the low of nationalism behaviour. The students who have the criteria nationalism behaviuor are 56,25% or 18 of 32 students. Observer used Problem Based Learning model as solution for the problem. The goal of this research are 1) to know the carrying out of Problem Based Learning model in Civics subject to increase the nationalism behaviour for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016, 2) to increase the nationalism behaviour in Civics subject using Problem Based Learning model for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016.

This research is a classroom action research which consist of two cycles. The subject of this research is the students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016. The technique for the collecting of the data by using distribut the quesioner and observation, and interview as a support.

Based on the result of the research, it can be concluded that the implementation of Problem Based Learning model can increase nationalism behaviour for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016. The increase can be seen from the percentage of the sum of students who have criteria nationalism behaviour, from the first condition is 56,25%, cycles I 93,75%, and cycles II 100%. The increasement can be seen too from the students average score. The first condition is 74,87, cycles I is 87,62, and cycles II 87,66.

(3)

i

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM

PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED

LEARNING BAGI KELAS V A DI SD NEGERI NANGGULAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Yoseph Bravian Aderika Sinaba 121134117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

SKRIPSI

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI KELAS

V A DI SD NEGERI NANGGULAN

Oleh:

Yoseph Bravian Aderika Sinaba

NIM : 121134117

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Paulus Wahana, M. Hum. Tanggal : 7 Januari 2016

Pembimbing II

(5)

iii

SKRIPSI

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI KELAS

V A DI SD NEGERI NANGGULAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Yoseph Bravian Aderika Sinaba

121134117

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 25 Januari 2016

dan dinyatakan telah memenuhisyarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. ... Sekretaris : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ... Anggota I : Drs. Paulus Wahana, M. Hum. ... Anggota II : Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M. A. ... Anggota III : Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. ...

Yogyakarta, 25 Januari 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto:

“Hidup merupakan perjalanan menuju kematian. Pahami, hayati, jalani!”

(Penulis)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus yang selalu memberkatiku

 Orangtuaku:

Yacobus Basuki & Yustina Simpen

 Adikku:

Yulius Brilian Abdikrisfani Sinaba

Yohanes Glorify Bryan Madya Paska Sinaba Teofilus Vierza Mercyzano Sinaba

 Penyemangatku: Luciana Puput Indriati

 Dosen Pembimbingku:

Drs. Paulus Wahana, M. Hum.

Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M. A.

 Saudara-saudaraku yang membantu membiayai kuliah.

 Teman-teman sepayung dan seperjuangan:

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: nama : Yoseph Bravian Aderika Sinaba

nomor mahasiswa : 121134117

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI KELAS V

A DI SD NEGERI NANGGULAN

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Januari 2016 Yang menyatakan,

(9)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI KELAS V

A DI SD NEGERI NANGGULAN

Oleh:

Yoseph Bravian Aderika Sinaba 12113417

Keterbatasan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan nilai diduga menyebabkan rendahnya sikap nasionalisme. Siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme yakni sebesar 56,25% atau 18 dari 32 siswa. Peneliti menggunakan model Problem Based Learning sebagai solusi permasalahan. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas V SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016, 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan Tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Teknik pengumpulan data menggunakan cara penyebaran kuesioner, serta observasi dan wawancara sebagai pendukung.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan 43,75% sikap nasionalisme siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Peningkatan dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sikap, mulai dari kondisi awal sebesar 56,25%, siklus I yakni 93,75%, dan siklus II yaitu 100%. Peningkatan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Kondisi awal yaitu sebesar 74,87, siklus I 87,62, dan siklus II 87,66

(10)

viii ABSTRACT

THE INCREASING NATIONALISM BEHAVIOUR IN CIVICS SUBJECT USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR STUDENTS OF

GRADE V A NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL

By:

Yoseph Bravian Aderika Sinaba 121134117

In applying the teaching model which is suitable with value education is supposed to caused the low of nationalism behaviour. The students who have the criteria nationalism behaviuor are 56,25% or 18 of 32 students. Observer used Problem Based Learning model as solution for the problem. The goal of this research are 1) to know the carrying out of Problem Based Learning model in Civics subject to increase the nationalism behaviour for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016, 2) to increase the nationalism behaviour in Civics subject using Problem Based Learning model for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016.

This research is a classroom action research which consist of two cycles. The subject of this research is the students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016. The technique for the collecting of the data by using distribut the quesioner and observation, and interview as a support.

Based on the result of the research, it can be concluded that the implementation of Problem Based Learning model can increase nationalism behaviour for students of grade V A Nanggulan Elementary School academic year 2015/2016. The increase can be seen from the percentage of the sum of students who have criteria nationalism behaviour, from the first condition is 56,25%, cycles I 93,75%, and cycles II 100%. The increasement can be seen too from the students average score. The first condition is 74,87, cycles I is 87,62, and cycles II 87,66.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Sikap

Nasionalisme dalam Pembelajaran PKn dengan Model Problem Based Learning bagi Kelas V A di SD Negeri Nanggulan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian tidak lepas dari kesalahan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S. J., S.S., BST., M. A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M. Pd. selaku wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

(12)

x

6. Sri Rahayu, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Nanggulan yang telah memberikan izin penelitian di kelas V A SD Negeri Nanggulan.

7. Kanthi Lestari, S. Pd. selaku guru kelas V A yang telah bersedia berkolaborasi, membagikan pengalaman, memotivasi, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan izin penelitian.

8. Siswa kelas V A yang telah bersedia bekerjasama menjadi subjek penelitian.

9. Kedua orangtuaku, Yacobus Basuki dan Yustina Simpen yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan, kasih sayangnya, demi keberhasilan anaknya.

10.Adikku sebagai motivasiku.

11.Luciana Puput Indriati yang menyemangatiku. 12.Saudara-saudaraku.

13.Teman-teman sepayungku (Johan, Purnomo, Nugroho, Oka, Sita, Hilda, Yosi, Astrid, dan Ika) yang telah bekerjasama dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

14.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu per satu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis ,

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Batasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 7

1.6Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

(14)

xii

2.1.1 Sikap ... 9

2.1.1.1 Aspek Kognitif ... 10

2.1.1.2 Aspek Afektif ... 12

2.1.1.3 Aspek Konatif ... 13

2.1.2 Nasionalisme ... 14

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

2.1.4. Model Problem Based Learning ... 17

2.1.4.1 Model Pembelajaran ... 17

2.1.4.2 Pengertian Problem Based Learning ... 18

2.1.4.3 Manfaat Problem Based Learning ... 20

2.1.4.4 Langkah-langkah PBL ... 20

2.2. Penelitian yang Relevan ... 22

2.2.1 Penelitian tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

2.2.2 Penelitian tentang metode Problem Based Learning ... 23

2.2.3 Penelitian tentang sikap nasionalisme ... 25

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Setting Tindakan ... 32

3.2.1 Waktu dan Tempat penelitian ... 32

3.2.2 Subjek Penelitian ... 32

(15)

xiii

3.3 Desain Penelitian ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Instrumen Penelitian... 42

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 50

3.7 Teknik Analisa Data ... 58

3.8 Indikator Keberhasilan ... 62

3.9 Jadwal Penelitian ... 64

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Kondisi awal ... 65

4.1.2 Siklus I ... 76

4.1.3 Siklus II ... 92

4.2 Pembahasan ... 107

4.2.1 Kondisi awal ... 107

4.2.2 Siklus I ... 108

4.2.3 Siklus II ... 109

BAB 5 PENUTUP ... 120

5.1 Kesimpulan ... 120

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 121

5.3 Saran ... 121

DAFTAR REFERENSI ... 116

LAMPIRAN ... 118

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pertanyaan wawancara ... 42

Tabel 3.2 Format observasi pembelajaran di kelas ... 43

Tabel 3.3 Penjabaran indikator ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen skala sikap ... 49

Tabel 3.5 Tabel kriteria instrumen skala sikap ... 49

Tabel 3.6 Tabel skala Likert ... 50

Tabel 3.7 Tabel hasil uji validasi ... 54

Tabel 3.8 Tabel uji validitas instrumen skala sikap ... 56

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 57

Tabel 3.10 Hasil perhitungan reliabilitas ... 57

Tabel 3.11 Tabel Acuan PAP tipe 1 ... 58

Tabel 3.12 Tabel perhitungan batas nilai aspek kognitif ... 59

Tabel 3.13 Tabel perhitungan batas nilai aspek afektif ... 59

Tabel 3.14 Tabel perhitungan batas nilai aspek konatif ... 60

Tabel 3.15 Tabel perhitungan batas nilai rata-rata siswa ... 60

Tabel 3.16 Tabel indikator keberhasilan aspek sikap nasionalisme ... 62

Tabel 3.17 Tabel indikator keberhasilan sikap nasionalisme ... 63

Tabel 4.1 Hasil skala sikap nasionalisme kondisi awal untuk aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) ... 66

(17)

xv untuk aspek konatif

(pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme) ... 70

Tabel 4.4 Rangkuman perhitungan aspek sikap nasionalisme ... 72

kondisi awal Tabel 4.5 Hasil skala sikap nasionalisme seluruh aspek kondisi awal ... 74

Tabel 4.6 Hasil observasi pertemuan 1 siklus I ... 78

Tabel 4.7 Hasil observasi pertemuan 2 siklus I ... 80

Tabel 4.8 Hasil skala sikap nasionalisme siklus I ... 82

untuk aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) Tabel 4.9 Hasil skala sikap nasionalisme siklus I ... 84

untuk aspek afektif (penghayatan terhadap sikap nasionalisme) Tabel 4.10 Hasil skala sikap nasionalisme siklus I ... 86

untuk aspek konatif (pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme) Tabel 4.11 Rangkuman perhitungan aspek sikap nasionalisme siklus I ... 88

Tabel 4.12 Hasil skala sikap nasionalisme seluruh aspek siklus I ... 90

Tabel 4.13 Hasil observasi pertemuan 1 siklus II ... 93

Tabel 4.14 Hasil observasi pertemuan 2 siklus II ... 94

Tabel 4.15 Hasil skala sikap nasionalisme siklus II ... 97

untuk aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) Tabel 4.16 Hasil skala sikap nasionalisme siklus II ... 99

untuk aspek afektif (penghayatan terhadap sikap nasionalisme) Tabel 4.17 Hasil skala sikap nasionalisme siklus II ... 101

untuk aspek konatif

(18)

xvi

Tabel 4.18 Rangkuman perhitungan aspek ... 103

sikap nasionalisme siklus II Tabel 4.19 Hasil skala sikap nasionalisme seluruh aspek siklus II ... 105

Tabel 4.20 Aspek pencapaian dan rata-rata kelas ... 110

Tabel 4.21 Rangkuman hasil persentase aspek kognitif (pemahaman) ... 112

Tabel 4.22 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek kognitif ... 113

Tabel 4.23 Rangkuman hasil presentase aspek afektif (penghayatan) ... 114

Tabel 4.24 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek afektif ... 115

Tabel 4.25 Rangkuman hasil presentase aspek konatif (pelaksanaan) ... 116

Tabel 4.26 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek konatif ... 117

Tabel 4.27 Rangkuman sikap nasionalisme ... 118

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Literatur map dari penelitian terdahulu ... 26

Gambar 2 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart ... 30

Gambar 3 Rumus Product Moment ... 53

Gambar 4 Rumus persentase siswa yang memiliki kriteria minimal cukup ... 61

Gambar 5 Rumus perhitungan skor rata-rata kelas ... 61

Gambar 6 Rumus perhitungan nilai rata-rata sikap ... 61

Gambar 7 Diagram rangkuman hasil aspek kognitif ... 112

Gambar 8 Diagram rangkuman aspek afektif ... 114

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Pembelajaran ... 119

Lampiran 2 Instrumen skala sikap sebelum dan sesudah validasi ... 161

Lampiran 3 Hasil skala sikap nasionalisme ... 175

Lampiran 4 Hasil pekerjaan siswa ... 196

Lampiran 5 Hasil observasi ... 210

Lampiran 6 Hasil penilaian instrumen pembelajaran ... 219

Lampiran 7 Hasil penilaian instrumen skala sikap ... 226

Lampiran 8 Surat izin penelitian ... 230

Lampiran 9 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 232

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan demi masa depan. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan perlu memiliki keterampilan yang kompeten dalam mengajar demi terlaksananya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(22)

Trianto (2012: 62) mengatakan bahwa pembelajaran akan lebih baik jika siswa terlibat aktif dalam belajar. Aktif di sini menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar (Trianto, 2012: 63). Apalagi, anak usia sekolah dasar, menurut Piaget memasuki tahap perkembangan Operasional Konkret. Pada tahap ini siswa akan lebih mudah memahami dari hal-hal yang bersifat nyata karena akan memiliki pengalaman belajar secara langsung. Pemilihan metode pembelajaran pun seharusnya disesuaikan dengan kondisi siswa. Metode pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengaktifkan siswa, sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Pembelajaran yang sesungguhnya tidak hanya mengedepankan aspek kognitif, akan tetapi diharapkan mengarah pada pendidikan nilai dan sikap.

(23)

penghayatan, dan pelaksanaan. Ketiga aspek ini mutlak dimiliki siswa terutama dalam sikap nasionalisme.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan tentu tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa tetapi juga dengan penghayatan maupun dalam pelaksanaan (Azwar, 2011: 4). Penghayatan dan pelaksananaan yang dilakukan oleh manusia adalah pada nilai-nilai, terutama dalam pembelajaran PKn. Ketiga aspek perlu diseimbangkan karena saling berkaitan, agar proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Idealnya, pembelajaran PKn menjadi landasan pembentukan sikap dan penanaman nilai-nilai agar tercipta nasionalisme yang kuat, dengan menghadirkan permasalahan pada siswa.

Namun, permasalahannya kondisi yang diharapkan belum terlihat di SD Negeri Nanggulan. Paduan suara SD Negeri Nanggulan salah syair ketika menyanyikan lagu “Mengheningkan Cipta” saat upacara bendera. Terlebih lagi, saat upacara berlangsung, 80% atau sekitar 292 siswa SD Negeri Nanggulan terlihat tidak khidmat. Rosita (2013) mengatakan bahwa ciri-ciri nasionalisme dibagi atas (1) memiliki rasa cinta tanah air; (2) bangga menjadi bagian dari Indonesia; (3) menempatkan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu; dan (4) mengakui dan menghargai keanekaragaman. Dalam hal ini Pancasila dan lagu diuraikan dalam ciri-ciri nasionalisme.

(24)

siswa atau 68,75% dari keseluruhan siswa mempunyai pemahaman akan sikap nasionalisme, 18 siswa atau 56,32% siswa mempunyai penghayatan akan sikap nasionalisme, 17 siswa atau 53,125% dari keseluruhan siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Selain itu, siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, yang terlihat dari tidak adanya siswa yang bertanya maupun mengajukan pendapat. Siswa cenderung pasif dalam menerima materi yang diberikan guru. Bahkan, untuk memberikan pendapat ataupun bertanya saja masih terlihat malu-malu. Karakter lain yang muncul adalah siswa masih sangat pilih-pilih dalam pembentukan kelompok karena ketidakcocokan dalam berteman, sehingga guru perlu membagi ke dalam kelompok yang lebih kecil. Permasalahan di atas tidak lepas dari cara mengajar guru yang masih menggunakan metode ceramah pada pelajaran PKn. Guru kurang menanamkan sikap yang terkandung dalam materi pembelajaran.

(25)

itu, berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, siswa telah menerima materi mengenai nasionalisme tetapi belum dapat menghayati dan melaksanakan nilai nasionalisme.

(26)

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan Tahun ajaran 2015/2016. Standar Kompetensi yang digunakan yaitu SK 4. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kompetensi Dasar yang digunakan adalah seluruh KD yang terdapat pada SK 4.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016?

1.3.2 Apakah pelaksanaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.4.1 Mengetahui pelaksanaan model Problem Based Learning dalam

(27)

1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan Tahun ajaran 2015/2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Bagi siswa:

Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan modelProblem Based Learning.

1.5.2 Bagi guru:

Memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai penerapan model Problem Based Learning.

1.5.3 Bagi sekolah:

Menambah referensi pengetahuan baru tentang bagaimana meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V pada mata pelajaran Pkn dengan menggunakan modelProblem Based Learning.

1.5.4 Bagi peneliti:

Memberikan pengalaman dalam menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran PKn menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun tugas akhir skripsi untuk menyelesaikan studi.

1.6 Definisi Operasional

(28)

1.6.2 Nasionalisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa kesetian tertinggi atas setiap pribadi warga negara harus diserahkan kepada negara

kebangsaan ataunation state.

1.6.3 Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada penanaman nilai dan pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini yaitu tentang sikap (pemahaman, penghayatan, pelaksanaan), nasionalisme, mata pelajaran PKn, metode pembelajaran berbasis masalah, dan karakteristik siswa SD.

2.1.1 Sikap

(30)

kemungkinan untuk bertindak. Seseorang yang memiliki sikap jelas, mampu untuk memilih secara tegas dalam menghadapi kemungkinan.

Azwar (2011: 4) mengatakan bahwa dalam sikap terdapat aspek yang saling berhubungan, yaitu: aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif berupa apa yang dipercayai atau kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Kemudian aspek afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut masalah emosi, sedangkan aspek konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Penelitian ini, aspek kognitif yang diukur adalah pemahaman. Kemudian untuk aspek afektif yaitu penghayatan, sedangkan aspek konatif yang diukur adalah pelaksanaan. Adapun penjelasan mengenai aspek yang akan diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1.1 Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah suatu proses yang memiliki sifat menambah wawasan atau pengetahuan guna menambah hasil belajar (Harjanto, 2006: 91). Sementara itu, (Kuswana & Sunaryo, 2012: 11) mengungkapkan pendapatnya tentang ranah kognitif yaitu berhubungan dengan daya ingat mengenai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual yang terpusat melalui penilaian tes. Aspek kognitif yang diukur dalam penelitian ini yaitu pemahaman, yang mana pemahaman juga terdapat dalam taksonomi Bloom.

(31)

pembelajaran yang disampaikan guru. Peserta didik dapat dikatakan memahami suatu konsep materi pembelajaran apabila mereka mampu menjelaskan kembali dan memberikan contoh tentang konsep tersebut menggunakan kata-kata mereka sendiri. Purwanto (1997: 44) menambahkan bahwa dalam pemahaman tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

Pemahaman menurut Taksonomi Bloom (dalam Daryanto, 2008: 106) adalah kemampuan yang mendapat tekanan dalam proses belajar mengajar. Peserta didik dituntut untuk memahami atau mengerti materi yang diajarkan, mengetahui materi yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya serta menghubungkan dengan aspek-aspek kehidupan.

(32)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan adalah kemampuan peserta didik untuk memahami dan mengetahui suatu konsep materi yang diajarkan melalui ingatan dan menghubungkannya dengan berbagai aspek kehidupan serta dapat mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri.

2.1.1.2 Aspek Afektif

Ranah afektif merupakan sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan nilai (Sudijono, 2006: 54). Hasil belajar ranah afektif akan terlihat pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti motivasi mengikuti pelajaran, perhatiannya terhadap mata pelajaran, menghormati guru, disiplin dalam mengikuti pelajaran. Sementara itu, aspek afektif menurut Haryati & Saiful (2007: 38) yaitu siswa memiliki karakter atau sikap (terkait dengan emosi yang mendukung) terhadap mata pelajaran yang membantu mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Aspek afektif yang diukur dalam penelitian ini yaitu penghayatan, yang mana penghayatan juga merupakan karakter atau sikap.

(33)

2.1.1.3 Aspek Konatif/Psikomotor

Ranah psikomotorik adalah proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Pengembangannya dalam pendidikan mencakup proses yang menggerakkan otot, juga berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan hidup (Sukardi, 2008: 76). Senada dengan pengertian di atas, Hamzah (2006: 38) menjelaskan aspek psikomotorik merupakan sesuatu hal yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik. Dari pengertian di atas, keterampilan juga merupakan suatu pelaksanaan atau tindakan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga mengukur pelaksanaan.

Pelaksanaan berasal dari kata dasar laksana yang artinya tanda yang baik, sifat, laku atau perbuatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2012). Sedangkan melaksanakan adalah melakukan, menjalankan, mengerjakan (rancangan, keputusan, dsb) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2012). Lalu pelaksanaan artinya proses, cara perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).

(34)

2.1.2 Nasionalisme

Nasionalisme sebenarnya merupakan hasil dari Revolusi Prancis. Istilah nasionalisme telah ada sejak lama dan merupakan suatu istilah kuno. Nasionalisme berasal dari kata Latin nation yang berarti kelahiran, suku, dan berubah menjadi nation (bahasa Inggris) yang berarti bangsa (Djaja, 2009: 13). Namun, ada satu hal yang dilupakan saat membahas tentang bangsa. Sebuah bangsa tidak hanya meliputi orang, tetapi faktor tempat juga sangat penting. Tempat orang berkumpul dan mengaitkan diri sebagai sebuah bangsa itulah yang disebut tanah air. Kesadaran mengaitkan diri untuk menjadi satu inilah yang melatarbelakangi munculnya nasionalisme.

(35)

yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional, berdasarkan asas kebersamaan dan timbul semangat kebangsaan. Rosita (2013: 54) menyebutkan bahwa nasionalisme memiliki beberapa aspek, yaitu 1) persatuan bangsa; 2) cinta tanah air; 3) sikap yang mencerminkan nasionalisme; dan 4) menghargai simbol-simbol nasionalisme.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap nasionalisme adalah suatu bentuk perasaan terhadap objek tentang gagasan-gagasan, pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana terdapat perasaan cinta terhadap tanah air yang disatukan oleh rasa senasib sepenanggungan, adanya kesamaan sejarah di masa lampau yang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan keinginan untuk menjadikan negara lebih baik dalam mewujudkan keinginan bersama.

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan

(36)

menyiapkan siswa agar masa datang menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa ialah pemimpin yang mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta keberanian untuk membela bangsa dan negara melalui profesinya masing-masing. Hadirnya mata pelajaran PKn sebagai pelajaran pokok di sekolah pada dasarnya ingin membentuk peserta didik (khususnya siswa SD) untuk menjadi warga negara yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

Tujuan PKn dilihat dari materi pembelajaran PKn, menurut Aryani dan Markum (2010: 18) materi-materi yang diajarkan bertujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik dalam hal berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasar pada karakter-karakter masyarakat Indonesia. Berdasarkan tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, mata pelajaran PKn mempunyai peran penting di dalam pendidikan untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang bermatabat luhur. Terlebih lagi, salah satu misi Pendidikan Kewarganegaraan saai ini yaitu PKn sebagai pendidikan nasionalisme.

(37)

mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga peserta didik dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya. PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, moral, dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa. Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pula diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk tanah airnya. Oleh karena itu, pendidikan nilai memiliki tujuan yang hampir sama dengan PKn yaitu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter.

2.1.4 Model Problem Based Learning 2.1.4.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai, Joice (dalam Trianto, 2009: 22).

(38)

bagi para perancang, pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar. Secara lebih ringkas bahwa aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Khabibah (dalam Trianto, 2009: 25) mengatakan bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Untuk melihat efektivitas model pembelajaran dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu, perlu dikembangkan instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian model pembelajaran adalah suatu perencanaan terhadap proses pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, sehingga siswa mampu memahami apa yang mereka pelajari.

2.1.4.2 Pengertian Problem Based Learning

(39)

Kemudian Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah menurut Ridwan (2014: 127) adalah pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Sementara itu, Visser (dalam Rusmono, 2012: 75) mengatakan bahwa Problem Based Learning adalah sebuah strategi pembelajaran yang berusaha membentuk suatu proses pemahaman isi suatu pelajaran pada suatu kurikulum. Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas mengenai Problem Based Learning, bahwa Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran dengan menghadirkan sebuah permasalahan terkait topik pembelajaran yang diselesaikan secara kelompok maupun individu untuk membantu siswa memahami dan menghayati isi pokok materi pembelajaran.

(40)

kondisi kehidupan nyata. Hal ini memberikan makna bahwa sebagian konsep dapat diperkenalkan secara efektif melalui pemberian masalah.

2.1.4.3 Manfaat Problem Based Learning

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning tidak dirancang untuk memberikan sejumlah informasi yang banyak kepada siswa. Pemberian informasi yang banyak cocok dengan metode ceramah. Sementara PBL dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektual.

Uden dan Beaumont (dalam Suprihatiningrum, 2013: 222) menyatakan beberapa manfaat yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakanProblem Based Learning, yaitu:

1) Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya. 2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan

keterampilan komunikasi.

3) Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi. 4) Menikmati belajar.

5) Meningkatkan motivasi. 2.1.4.4 Langkah-Langkah PBL

(41)

dan membuat pelaporan, (5) siswa melakukan presentasi dan refleksi, dan (6) siswa melakukan kaji ulang dan evaluasi. Jordan (dalam Ridwan 2014: 146) menyatakan tahapan PBL adalah (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) guru melibatkan siswa dalam permasalahan, mendefinisikan hal yang harus dipelajari, (3) siswa mencari informasi untuk memperoleh fakta yang relevan, dan (4) siswa mengajukan solusi. Ibrahim (dalam Suprihatiningrum, 2013: 220) mengatakan bahwa di dalam kelas PBL, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru dalam kelas PBL antara lain: (1) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari, (2) memfasilitasi atau membimbing penyelidikan, (3) memfasilitasi dialog siswa, (4) mendukung belajar siswa.

Sementara itu, David (dalam Ridwan 2014: 148) mengurutkan tahapan PBL, seperti: (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) siswa mengklarifikasi istilah, (3) siswa merumuskan pertanyaan, (4) curah pendapat tentang hipotesis dan penjelasan, (5) siswa menata hipotesis, (6) siswa menetapkan tujuan pembelajaran, (7) siswa mengumpulkan informasi dan belajar mandiri, (8) siswa berbagi informasi dan diskusi hasil belajar.

(42)

melakukan penelusuran informasi, (7) siswa kembali melakukan diskusi kelompok, (8) kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman-teman sekelas, (9) teman sekelas bertanya atau memberi masukan, (10) anggota kelompok melakukan pengkajian ulang berdasarkan masukan dari teman sekelas atau guru. Pada dasarnya, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam pembelajaran.

2.2 Penelitian yang Relevan

Peneliti ini memiliki hubungan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah:

2.2.1 Penelitian tentang Pendidikan Kewarganegaraan

Penelitian yang dilakukan oleh Septiningsih (2012) judulnya adalah peningkatan prestasi belajar menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV Pangudi Luhur Yogyakarta. Hasil penelitian adalah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning dapat meningkatkan prestasi belajar, ditunjukan dengan naiknya nilai rata-rata kelas. Nilai pada kondisi awal adalah 65 setelah melaksanakan Siklus 1 menjadi 67.09 setelah Siklus 2 menjadi 77.17%. dengan presentase ketuntasan Siklus 1 adalah 25.71% dan siklus 2 adalah 77.14%.

Masurkhi (2010) melakukan penelitian tentang “Revitalisasi pembelajaran

(43)

character biulding yang fit di Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan pada 89 di Semarang, dengan responden sebanyak 200 orang guru pengampu mata pelajaran PKn. Metode penelitian ini adalahexpost facto, dengan pendekatan kuantitatif non eksperimen. Hasil penelitian ini yaitu: (1) model konfigurasi terbangun oleh variabel laten eksogen berupa apresiasi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan rancangan pembelajaran, (2) pembangunan karakter lebih banyak terbangun oleh kultur sekolah dan kepaa sekolah. Simpulan penelitian ini adalah bahwa kultur sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah memberi kontribusi yang signifikan terhadap terbentuknya proses pembelajaran Pkn yang bermuatan pembangunan karakter dan nilai.

2.2.2 Penelitian tentang metode Problem Based Learning

(44)

Cendika (2013) Melakukan penelitian tentang “Penerapan pembelajaran

Problem Based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Al-Maarif 01 Singosari”. untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode PBL adalah (1) tahap kooperatif dimana siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, (2) orientasi siswa kepada masalah, yaitu pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (3) pengorganisasian siswa untuk belajar mandiri dalam kelompok, (4) membimbing penyelidikan secara kelompok dengan menggunakan LKS untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, dan (5) mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi melalui kegiatan presentasi di depan kelas. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dari hasil nilai tes pra tindakan 63,73 dan meningkat pada siklus I menjadi 74,85, pada siklus II meningkat sebesar 86.51.

(45)

mengunkanan metode yang sama dengan peneliti, hanya saja mata pelajaran yang diteliti berbeda.

2.2.3 Penelitian tentang sikap nasionalisme

Hafidh Maksum (2011) melakukan penelitian dengan judul “Model Project Citizen untuk Meningkatkan Kecakapan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Sikap Nasionalisme.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pretest dan postest antara siswa yang proses belajar mengunakanproject citizendengan siswa yang belajar secara konvensional dalam meningkatkan kecakapan pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangan sikap nasionalisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah eksprimen kuasi dengan desain ”nonequivalent control group pre-test dan posttest design.” Dalam desain ini kedua kelompok tidak dipilih secara radom. Pengumpulan data dilakukan dengan pre-test dan post-test dengan mengunakan test angket. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kecakapan intelektual, dan peningkatan kategori sedang pada kecakapan kewarganegaraan dan kecakapan partisipatoris antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Analisis data dapat menunjukkan bahwa siswa merespon positif pembelajaran PKn dengan menggunakan modelproject citizen.

(46)

Bagan 1. Literatur map dari penelitian terdahulu Nilai-nilai dalam PKn dan

pembelajaran PKn

(47)

Penelitian terdahulu dengan penelitian ini memiliki satu perbedaan jika dilihat dari jenis penelitiannya. Penelitian yang dilakukan Masurkhi merupakan penelitian bukan PTK. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Cendekia memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam penggunaan model Problem Based Learning. Penelitian yang dilakukan Septiningsih memiliki persamaan dalam hal pembelajaran PKn. Kemudian, penelitian yang dilakukan Hafidh Maksum memiliki persamaan dalam sikap nasionalisme.

2.3 Kerangka Berpikir

(48)

menemukan masalah dalam pembelajaran sekaligus bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang mampu membantu siswa mencari arti masalahnya dalam pembelajaran adalahProblem Based Learning. ModelProblem Based Learning menggunakan masalah-masalah yang nyata dan dekat dengan keseharian siswa. Permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran tidak boleh melenceng dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kurikuum. PBL memiliki tahapan seperti; (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) guru melibatkan siswa dalam permasalahan, mendefinisikan hal yang harus dipelajari, (3) siswa mencari informasi untuk memperoleh fakta yang relevan, dan (4) siswa mengajukan solusi.

(49)

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti memandang perlu adanya penggunaan metode belajar yang berbeda dari pembelajaran pada umumnya (ceramah), yaitu metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Penggunaan metode ini bertujuan untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran PKn. Jika metode pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada pembelajaran, metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan aspek kognitif (pemahaman), afektif (penghayatan) dan konatif (pelaksanaan) nilai-nilai nasionalisme siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn dilakukan melalui tahap pemberian masalah, diskusi, identifikasi, analisis, pencarian informasi, dan presentasi.

(50)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karakteristik khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Arikunto (2006 : 3) memberikan definisi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Langkah dalam PTK disebut dengan siklus, setiap siklus terdapat empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdapat dua siklus, untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Siklus I Siklus II

Gambar 1: Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart (Arikunto: 2006) Siklus

Refleksi

Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan dan

Observasi

Refleksi

Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan dan

(51)

Dalam penelitian ini, Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam dua siklus. Tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut (Wiratmaja, 2005):

1. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum digunakan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk tindakan yang akan dilakukan. Sementara itu, perencanaan khusus ditujukan untuk menyusun rancangan dari setiap siklus.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, kemudian langkah berikutnya yaitu menerapkan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.

3. Pengamatan

(52)

pengamatan. 4. Refleksi

Refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memikirkan tentang proses pembelajaran yang dilakukan sebagai evaluasi guru serta tim pengamat yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi ini dilakukan dengan cara mendiskusikan berbagai masalah yang timbul di dalam kelas dan untuk mengukur sejauh mana efektivitas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama. Berdasarkan refleksi tersebut, peneliti tetap melanjutkan ke siklus berikutnya atau berhenti karena masalah sudah terpecahkan.

3.2 Setting Tindakan

3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 di SD Negeri Nanggulan yang beralamat di Nanggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Sekolah tersebut berada di sebelah timur Ring Road. Alasan pemilihan SD Negeri Nanggulan sebagai tempat penelitian adalah karena lokasinya tidak jauh dengan kampus. Selain itu karena siswa-siswi SD Negeri Nanggulan memiliki karakteristik sikap yang beragam dan cocok untuk dijadikan subjek penelitian. 3.2.2 Subjek Penelitian

(53)

perempuan. Siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan memiliki sikap nasionalisme yang rendah.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model problem based learning bagi kelas V A SD Negeri Nanggulan.

3.3 Desain Penelitian 3.3.1 Persiapan

Persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas bagi siswa kelas V SD Negeri Nanggulan adalah sebagai berikut:

1. Meminta izin kepada Kepala SD Negeri Nanggulan untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.

2. Melakukan observasi kelas V untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta karakteristik siswanya.

3. Melakukan kegiatan wawancara dengan guru kelas dan sebagian siswa kelas V SD Negeri Nanggulan.

4. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas.

5. Menganalisis masalah belajar siswa mengenai materi nasionalisme pada mata pelajaran PKn.

(54)

8. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus

9. Membuat gambaran awal mengenai pemahaman, penghayatan, pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme siswa kelas V SD Negeri Nanggulan. 10.Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya. 11.Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa,

dan instrumen penelitian.

12.Menyiapkan metode Problem Based Learning beserta masalah yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus 3.3.2.1 SIKLUS I

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan meliputi: penyusunan RPP, LKS dan membuat masalah yang digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bagian dari metode PBL.

2. Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Doa dan salam pembuka

2) Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4) Guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik b. Kegiatan Inti

(55)

2) Siswa diberi penjelasan mengenai Keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) oleh guru.

3) Siswa diberi suatu permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. (langkah 1)

4) Siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil. (langkah 2) 5) Siswa curah pendapat berdasar pengetahuan awal. (langkah 3) 6) Guru memonitor kegiatan setiap kelompok dalam mendiskusikan

setiap permasalahan.

7) Siswa mengidentifikasi masalah. (langkah 4) 8) Siswa membuat perencanaan solusi. (langkah 5) 9) Siswa mencari informasi terkait masalah. (langkah 6) 10)Siswa kembali diskusi kelompok. (langkah 7)

11)Perwakilan kelompok mengajukan solusi masalah. (langkah 8) 12)Siswa melakukan presentasi. (langkah 9)

13)Anggota kelompok melakukan evaluasi dari hasil yang diperoleh. (langkah 10)

14)Siswa mengisi kuesioner tentang keutuhan NKRI, pentingnya menjaga keutuhan NKRI, dan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan NKRI.

15)Guru memberikan penguatan terhadap pengetahuan yang telah diperoleh siswa.

c. Penutup

(56)

saja dipelajari. Guru memberi evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran.

3. Observasi

Peneliti akan dibantu oleh seorang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat setiap kejadian-kejadian yang berlangsung selama pembelajaran. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh siswa setelah berdiskusi mengenai keutuhan NKRI.

4. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas. Refleksi ini akan jadi acuan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh kompetensi yang diinginkannya nanti.

3.3.2.2 SIKLUS II 1. Perncanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi mengenai nasionalisme.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS). c. Menyiapkan kuesioner

(57)

2. Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Doa dan salam pembuka

2) Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa mengenai materi Kutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu memahami,

menghayati dan melaksanakan sikap-sikap menjaga kutuhan NKRI.

4) Guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik. b. Kegiatan Inti

1) Siswa masuk kembali dalam kelompok yang telah dibentuk pada siklus I

2) Siswa diberi penjelalasan mengenai Keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) oleh guru.

3) Siswa diberi suatu permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. (langkah 1)

4) Siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil. (langkah 2) 5) Siswa curah pendapat berdasar pengetahuan awal. (langkah 3) 6) Guru memonitor kegiatan setiap kelompok dalam mendiskusikan

setiap permasalahan.

(58)

10)Siswa kembali diskusi kelompok. (langkah 7)

11)Perwakilan kelompok mengajukan solusi masalah. (langkah 8) 12)Siswa melakukan presentasi. (langkah 9)

13)Anggota kelompok melakukan evaluasi dari hasil yang diperoleh. (langkah 10)

14)Siswa mengisi kuesioner tentang keutuhan NKRI, pentingnya menjaga keutuhan NKRI, dan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan NKRI.

15)Guru memberikan penguatan terhadap pengetahuan yang telah diperoleh siswa.

d. Penutup

Guru merangkum dan memberikan ringkasan atas materi yang baru saja dipelajari. Guru memberi evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran.

5. Observasi

Peneliti akan dibantu oleh seorang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat setiap kejadian-kejadian yang berlangsung selama pembelajaran. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh siswa setelah berdiskusi mengenai keutuhan NKRI.

6. Refleksi

(59)

kendala dan kejadian khusus yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas.

b. Membandingkan analisis siklus I dan II serta mengambil kesimpulan tentang pemahaman, penghayatan dan pengamalan pada materi “Ketuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia” menggunakan metode

Problem Based Learning.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik non tes. Teknik non tes yang digunakan yaitu skala sikap untuk mengetahui peningkatan sikap nasionalisme pada mata pelajaran PKn. Kuesioner skala sikap terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan-pernyataan yang disusun memiliki empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Kuesioner yang disusun oleh peneliti sudah mencakup indikator sikap nasionalisme. Dari kuesioner tersebut peneliti menganalisis seberapa besar dan banyaknya siswa yang mampu memahami, menghayati, dan dan melaksanakan nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, untuk mengetahui kondisi awal kelas adalah dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.4.1 Wawancara

(60)

disebut pedoman wawancara. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata, 2011:216).

Persiapan wawancara yang dilakukan selain menyusun pedoman, hal yang penting adalah membina hubungan baik dengan narasumber atau responden (Sukmadinata, 2011:217). Hubungan yang baik antara pewawancara dengan responden akan mempermudah untuk responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan dalam pelaksanaan wawancara tidak terkesan sangat formal. Pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung pada guru mengenai permasalahan dalam kaitannya dengan sikap nasionalisme.

3.4.2 Observasi

(61)

butir-butir pokok kegiatan yang akan diamati, dalam pelaksanaan pengamat membuat deskripsi singkat mengenai perilaku yang diamati. Kedua, berisi butir-butir kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Setelah menemukan masalah kemudian peneliti merefleksikan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Sehingga akhirnya peneliti dapat melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru untuk mengobservasi kegiatan belajar di kelas. Observasi juga dilakukan untuk data kondisi awal. 3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, dsb (Sukmadinata, 2011: 221). Dokumen-dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa gambar proses pembelajaran. Selain gambar, peneliti juga mengumpulkan file-file penilaian sikap siswa yang terdapat pada raport atau format yang lainnya yang dimiliki oleh guru kelas. Dokumen-dokumen yang terkumpul menjadi bahan analisis untuk menemukan hasil yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Jadi, dokumen yang diperoleh akan memperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus.

3.4.4 Kuesioner atau Angket

(62)

yang dapat dijawab oleh responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup atau terstruktur dimana pilihan jawaban mengunakan skala likert.

3.5 Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner skala sikap, lembar observasi proses pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan pedoman wawancara kepada guru kelas. Peneliti menyusun instrumen yang digunakan dengan format sebagai berikut:

3.5.1 Intrumen Wawancara

Instrumen wawancara digunakan untuk mengambil data pelengkap terkait dengan penelitian. Peneliti telah mempersiapkan format atau contoh pertanyaan yang dapat digunakan pada saat penelitian berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan aspek sikap nasionalisme yang diajukan pada saat melakukan wawancara yaitu:

Tabel 3.1 Pertanyaan wawancara

Aspek Pertanyaan

Kognitif (pemahaman)

1. Bagaimanakah pemahaman siswa mengenai materi nasionalisme?

2. Seberapa dalamkah pengetahuan siswa mengenai Indonesia?

Afektif

(penghayatan)

1. Bagaiamanakah hasil penilaian afektif siswa terkait dengan kehidupan nasionalisme di sekolah?

2. Sejauh mana kemauan warga sekolah, terutama siswa dalam mewujudkan nasionalisme?

Konatif (pelaksanaan)

1. Bagaimanakah keseharian antar siswa kelas V? Apakah setiap siswa mau berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakannya?

(63)

3.5.2 Observasi

Peneliti juga telah menyusun format observasi kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas siswa, yang akan digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun format tersebut adalah:

Tabel 3.2 Format observasi pembelajaran di kelas

No Aspek yang Diamati

1 Proses Pembelajaran 2 Membuka pelajaran 3 Penyajian materi 4 Metode pembelajaran

5 Penggunaan bahasa dan waktu 6 Aktivitas belajar siswa

7 Pengelolaan Kelas 8 Penggunaan Media 9 Cara menutup pelajaran 10 Evaluasi

Catatan pengamat:

3.5.3 Instrumen Kuesioner Skala Sikap

Penyusunan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan indikator skala sikap nasionalisme. Skala sikap merupakan kecenderungan penolakan atau penerimaan individu terhadap suatu objek atau stimulus tertentu (Ali, 2014: 267). Berikut adalah kisi-kisi sikap nasionalisme yang akan digunakan untuk membuat instrumen penelitian.

a. Indikator, Rosita (2013: 54) 1) Persatuan bangsa 2) Cinta tanah air

(64)

4) Menghargai simbol-simbol nasionalisme b. Penjabaran Indikator

Tabel 3.3 Penjabaran indikator

No Indikator Aspek Favorable Unfavorable

1 Persatuan bangsa

Kognitif

Indonesia mempunyai banyak tantangan dari berbagai negara. dengan teman dari daerah lain itu baik.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang hanya memeiliki 1 wilayah karena negara yang memiliki beraneka bahasa.

Indinesia hanya memiliki 1 provinsi karena Indonesia hanya terdiri dari 1 wilayah.

Saya memiliki pandangan bahwa Negara Kesatuan Rebublik Indonesia adalah Negara yang memiliki wilayah tertentu.

Indonesia dapat dipisahkan dengan sangat mudah karena Indonesia tidak mempunyai rasa persatuan. Saya mengetahui di

Indonesia mempunyai 33 Provinsi.

Saya meyakini bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan.

Afektif Sebagai anggota keluarga kita harus saling menghormati

teman yang sedang beribadah, meskipun

(65)

teman itu berbeda agama dengan saya.

yang berasal dari daerah saya sendiri. Konatif Saya bersedia

berteman dengan siapa saja.

Membantu teman kelas yang tawuran itu baik.

Saya bersedia membantu, apabila teman saya berkelahi. Saya perlu memilih teman bergaul yang menguntungkan di bahwa saya bagian dari Indonesia/ NKRI.

Saya mengetahui bahwa NKRI hanya menyangkut wilayah saja.

Saya mengetahui bahwa pada awal kemerdekaan, NKRI hanya terdiri dari 8 provinsi.

Menurut saya NKRI terbentuk hanya karena jasa pahlawan.

Saya menyadari adalah bukan negaraku karena Negara

Indonesia mempunyai banyak wilayah.

Afektif

Saya merasa perlu menghargai jasa para pahlawan.

Saya tertarik dengan produk luar negeri yang kualitasnya lebih bagus dari produk lokal.

Saya mengendalikan diri sedapat mungkin memakai produk

Saya tidak mencintai bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia tidak patut dibanggakan.

Saya merasa memiliki fasilitas umum.

(66)

keadaan negara yang tidak layak dilagukan. Saya mencintai

bangsa Indonesia.

Saya tidak suka melihat setiap daerah melestarikan budaya Indonesia karena budaya daerah bayak budaya yang rendah. Saya merasa bangga

ketika menyanyikan lagu nasional. Saya tertarik untuk belajar budaya Indonesia.

Saya merasa bangga melihat setiap daerah melestarikan budaya Indonesia.

Konatif

Saya ikut belajar tentang budaya daerah lain di Indonesia.

Saya berusaha hanya memakai produk dalam negeri.

Sejarah mengarahkan pikiran kita untuk tidak melakukan kerjasama dengan negara yang pernah menjajah.

(67)

persatuan. Konatif Saya berkewajiban

menghargai pendapat dengan baik agar tidak terjadi perdebatan yang membuat kekacauan di kelas.

Menurut saya apabila ada teman yang berkelahi maka saya harus ikut membantu.

Saya ikut

mewujudkan keutuhan NKRI dengan

bergotong-royong.

Saya lebih baik membiasakan

menggunakan bahasa daerah saya sendiri. Saya rela memberikan

sumbangan untuk PMI (Palang Merah Indonesia)

Saya tidak mau menyubangkan darah saya untuk PMI karena kalau saya menyumbangkan darah saya, saya akan mati.

Saya lebih suka menggunakan produk-produk dalam negeri.

Saya tidak pernah menggunakan produk Indonesia karena produknya luar negeri lebih bagus.

Saya menghargai agama lain.

Saya tidak menghargai agama lain karena agama saya yang paling benar.

Saya tidak serius saat menyanyikan lagu daerah karena lagu daerah tidak saya sukai

4

Kognitif

Saya mengetahui bahwa yang menjahit bendera merah putih di awal kemerdekaan adalah Ibu Fatmawati.

Bangsa Indonesia hanya memiliki satu suku bangsa karena Indonesia adalah negara kesatuan. Saya meyakini bangsa

Indonesia memiliki beraneka suku bangsa

Saya tidak pernah menghargai Pancasila sebagi dasar Negara Indonesia karena Pancasila

(68)

Menghargai

Saya tidak tahu makna Bhineka Tunggal Ika karena tidak perlu diketahui

Saya mengetahui arti warna pada bendera Indonesia.

Afektif

Saya memahami isi lagu“Dari Sabang Sampai Merauke”.

Saya senang

menggunakan bahasa Indonesia.

Saya memahami arti semboyan “Bhineka

Saya ingin belajar lagu-lagu daerah di Indonesia.

Konatif

Saya melakukan upacara bendera dengan khidmad.

Saya melaksanakan merah putih, karena itu hanya buatan manusia. Saya membiasakan

diri menyanyikan lagu-lagu daerah.

Saya tidak suka belajar lagu-lagu daerah di Indonesia karena sangat sulit dan banyak.

Gambar

Gambar 1: Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart (Arikunto: 2006)
Tabel 3.1  Pertanyaan wawancara
Tabel 3.2 Format observasi pembelajaran di kelas
Tabel 3.3 Penjabaran indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan sikap nasionalisme siswa, yang belajar menggunakan model Role Playing dengan menggunakan model Story Telling. Metode Penelitian

Dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa, peneliti menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus berisi 2 kali

Lingkungan Belajar Dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning Lingkungan belajar yang sesuai untuk menerapkan model pembelajaran ini yaitu lingkungan yang memiliki

Adapun tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap sikap mandiri siswa kelas V SD

Sikap ilmiah siswa antara kelas eksperimen dengan kontrol terdapat perbedaan, karena pada kelas eksperimen guru menggunakan model PBL, sedangkan pada kelas kontrol

Kurangnya keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik dengan data awal yang diperoleh maka peneliti melakukan riset dengan menggunakan Model pembelajaran PBL

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana keterampilan guru mengelola pembelajaran dalam penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Guwo 01 dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media ular