• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw untuk siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw untuk siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIUS KINTELAN Hilda Novia Christy

Universitas Sanata Dharma 2016

Semangat bergotong royong seharusnya diterapkan sejak dini. Semangat bergotong royong dapat diajarkan melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Metode pembelajaran yang kurang memberikan semangat bergotong-royong pada siswa, memiliki dampak. Dampak dari kurangnya gotong royong diantaranya kurangnya rasa peduli terhadap sesama atau acuh tak acuh, tawuran antara pelajar, egois, dan lain sebagainya. Penelitian ini memiliki tujuan: 1) mengetahui pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan, melalui pembelajaran PKn, 2) mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw di SD Kanisius Kintelan semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

Dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa, peneliti menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus berisi 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Kintelan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner pada siswa, observasi keadaan kelas, dan wawancara guru kelas. Data yang telah didapat, dianalisis dengan cara mendeskripsikan setiap aspek mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan meningkatkan sikap gotong royong pada siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan sikap gotong royong siswa dapat diketahui melalui hasil penelitian, yaitu kondisi awal nilai rata-rata sikap gotong royong siswa 56,7 (Rendah), setelah siklus 1 menjadi 71,1 (Cukup), pada siklus 2 menjadi 80,05 (Tinggi). Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong minimal cukup juga meningkat bermula dari kondisi awal sebesar 44% setelah siklus 1 menjadi 84% dilanjutkan siklus 2 menjadi 96%.

(2)

THE IMPROVEMENT OF COOPERATION ATTITUDE THROUGH

THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW ON CIVICS FOR SECOND

GRADE STUDENTS OF SD KANISIUS KINTELAN

Hilda Novia Christy Universitas Sanata Dharma

2016

The spirit of cooperation should be applied early on. The spirit of mutual cooperation could be taught through learning methods given by the teacher. Learning methods that were less encouraging cooperation to students, had an impact to students. The impact of the lack of cooperation were the lack of a sense of caring for others or indifferent, brawling between students, selfish, and so on. This research purposes were 1) determining the increasing of cooperation attitude through the implementation of jigsaw on civics for second grade students of SD Kanisius Kintelan. 2) Improving the cooperation attitude through the implementation of jigsaw on civics for second grade students of SD Kanisius Kintelan.

Working to improve the students’ cooperation attitude, researcher applied Class Action Research, which was performed in 2 cycles and each cycle had 2 meetings. Each cycle consisted of planning, action, observation, and reflection. The subjects were second grader students of SD Kanisius Kintelan. Data collection techniques used were distributing questionnaires to students, observing of the condition of the class, and interviewing the teacher. The Data were analyzed by describing every aspect starting from the initial conditions, cycle 1 and cycle 2.

Based on the results of this study, it could be concluded that research that has been

conducted, could improve the second grader students’ cooperation attitude in SD Canisius

Kintelan through the implementation of jigsaw on civics. Improved students’ cooperation

attitudes could be seen through the results of research, i.e. the initial students’ cooperation

scores were 56,7( low). The score became 71.1 (enough) after the first cycle and 80.05 after the second cycle. The percentage of the number of students who had minimal cooperative attitude also increased from 44% at the initial condition then became 84% after the first cycle and became 96% after the second cycle.

(3)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI

SD KANISIUS KINTELAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Hilda Novia Christy NIM : 121134013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI

SD KANISIUS KINTELAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Hilda Novia Christy NIM : 121134013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku ini kupersembahkan pada: 1. Tuhan Yesus, yang selalu menyertaiku

2. Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Joko Sutoro dan Ibu Anastasya Titiek Maryani, yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang, doa,

dan membiayai saya

3. Kakak saya, Nicolas Christian Girindra Jati Wijaya, yang selalu menyemangati saya

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen Pembimbing 1, yang memberikan masukan dan bimbingan

(8)

v

MOTTO

When you feel like quitting, think about why you started.

Kita tidak akan pernah tahu, jika kita tidak pernah mencobanya.

Dance like nobody watching, Love like you’re never been hurt.

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Januari 2016 Penulis,

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI HASIL KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Hilda Novia Christy

Nomor Mahasiswa : 121134013

Demi pembangunan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma Karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIUS KINTELAN

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Januari 2016 Yang menyatakan,

(11)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIUS KINTELAN

Hilda Novia Christy Universitas Sanata Dharma

2016

Semangat bergotong royong seharusnya diterapkan sejak dini. Semangat bergotong royong dapat diajarkan melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Metode pembelajaran yang kurang memberikan semangat bergotong-royong pada siswa, memiliki dampak. Dampak dari kurangnya gotong bergotong-royong diantaranya kurangnya rasa peduli terhadap sesama atau acuh tak acuh, tawuran antara pelajar, egois, dan lain sebagainya. Penelitian ini memiliki tujuan: 1) mengetahui pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan, melalui pembelajaran PKn, 2) mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw di SD Kanisius Kintelan semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

Dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa, peneliti menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus berisi 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Kintelan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner pada siswa, observasi keadaan kelas, dan wawancara guru kelas. Data yang telah didapat, dianalisis dengan cara mendeskripsikan setiap aspek mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan meningkatkan sikap gotong royong pada siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan sikap gotong royong siswa dapat diketahui melalui hasil penelitian, yaitu kondisi awal nilai rata-rata sikap gotong royong siswa 56,7 (Rendah), setelah siklus 1 menjadi 71,1 (Cukup), pada siklus 2 menjadi 80,05 (Tinggi). Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong minimal cukup juga meningkat bermula dari kondisi awal sebesar 44% setelah siklus 1 menjadi 84% dilanjutkan siklus 2 menjadi 96%.

(12)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF COOPERATION ATTITUDE

THROUGH THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW ON

CIVICS FOR SECOND GRADE STUDENTS OF SD KANISIUS

KINTELAN

Hilda Novia Christy Universitas Sanata Dharma

2016

The spirit of cooperation should be applied early on. The spirit of mutual cooperation could be taught through learning methods given by the teacher. Learning methods that were less encouraging cooperation to students, had an impact to students. The impact of the lack of cooperation were the lack of a sense of caring for others or indifferent, brawling between students, selfish, and so on. This research purposes were 1) determining the increasing of cooperation attitude through the implementation of jigsaw on civics for second grade students of SD Kanisius Kintelan. 2) Improving the cooperation attitude through the implementation of jigsaw on civics for second grade students of SD Kanisius Kintelan.

Working to improve the students’ cooperation attitude, researcher applied Class Action Research, which was performed in 2 cycles and each cycle had 2 meetings. Each cycle consisted of planning, action, observation, and reflection. The subjects were second grader students of SD Kanisius Kintelan. Data collection techniques used were distributing questionnaires to students, observing of the condition of the class, and interviewing the teacher. The Data were analyzed by describing every aspect starting from the initial conditions, cycle 1 and cycle 2.

Based on the results of this study, it could be concluded that research that

has been conducted, could improve the second grader students’ cooperation

attitude in SD Canisius Kintelan through the implementation of jigsaw on civics.

Improved students’ cooperation attitudes could be seen through the results of

research, i.e. the initial students’ cooperation scores were 56,7( low). The score

became 71.1 (enough) after the first cycle and 80.05 after the second cycle. The percentage of the number of students who had minimal cooperative attitude also increased from 44% at the initial condition then became 84% after the first cycle and became 96% after the second cycle.

(13)

x

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat penyertaannya, saya berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Sikap Gotong Royong Melalui Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dengan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Siswa Kelas II di SD Kanisius Kintelan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd), Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama proses penelitian, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam penelitian yang saya buat. Penulis juga menyadari bahwa selama penelitian, penulis banyak melakukan kesalahan. Maka, ijinkan penulis berterimakasih kepada:

1. Rohadi, Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., M.A., selalu Ketua Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selalu Wakil Ketua Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum, Selaku dosen Pembimbing I, yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan kepada penulis.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A, Selaku dosen Pembimbing II, yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan kepada penulis. 6. Marciana Sarwi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kintelan I,

yang berkenan memberikan ijin melakukan penelitian pada siswa kelas II SD Kanisius Kintelan I.

7. Suti Rahaju Pudji Herjanti, selaku wali kelas kelas II yang berkenan memberikan ijin penelitian, memberikan waktu, memberikan bimbingan dan mau bekerjasama dengan penulis untuk melakukan penelitian pada siswa kelas II SD Kanisius Kintelan I.

(14)

xi

Titiek Maryani, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

10.Kakak saya, Nicolas Christian Girindra Jati Wijaya, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

11.Michael Yohan Rizky Setiawan, yang banyak memberikan nasihat, dukungan, doa dan semangat.

12.Teman satu kelompok kecil saya, Oka Deby S dan Nugroho Ragil S, yang selalu memberikan dukungan dan menyemangati saya agar cepat menyelesaikan skripsi, menyadarkan saya agar tetap fokus pada hal yang sedang saya kerjakan.

13.Teman satu kelompok besar saya, Brigitta Yosi, Purnomo, Bernardus Johan, Valentina Ika, Bravi, Astrid Rosarina, dan Resita Kurnia, yang membantu dalam memberikan informasi, dukungan dan semangat.

14.Keluarga besar Cagur Family 2012, yang memberikan semangat dan dukungan.

15.Thomas Wahyu Prabowo Mukti, Agnes Rina W, Sisilia Beti, Dhany Oktavia, Yohanes Purnomo Edi, Duta, Marcel, Lilis, Felic, Feli, Arko, yang ada saat dibutuhkan, selalu memberikan dukungan dan semangat, serta menghibur disaat saya mulai menyerah.

16.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis yang dibuat masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semga karya tulis yang penulis buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Januari 2016 Penulis,

(15)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Batasan Masalah... 5

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 6

1.6Definisi Operasional... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Model Cooperative Learning ... 9

2.1.1.1DefinisiCooperative Learning ... 9

2.1.1.2Unsur Cooperative Learning ... 10

(16)

xiii

2.1.1.5Manfaat Cooperative Learning ... 14

2.1.2Jigsaw……… 16

2.1.2.1Definisi Jigsaw ... 16

2.1.2.2Langkah-langkah Jigsaw ... 16

2.1.3Sikap ... 18

2.1.3.1Definisi Sikap ... 18

2.1.3.2Komponen Sikap ... 19

2.1.4Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

2.1.4.1Definisi PKn ... 20

2.1.4.2Tujuan PKn ... 21

2.1.4.3Fungsi PKn ... 22

2.1.4.4Gotong-royong ... 22

2.2Penelitian yang relevan ... 22

2.3Kerangka Berfikir ... 25

2.4Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting Penelitian ... 30

3.2.1 Tempat Penelitian ... 30

3.2.2 Subjek Penelitian ... 31

3.2.3 Objek Penelitian ... 31

3.2.4 Waktu Penelitian ... 31

3.3. Rancangan Tindakan ... 32

3.3.1 Persiapan ... 32

3.3.2 Rencana Setiap Siklus ... 33

3.3.2.1 Siklus I ... 33

3.3.2.2 Siklus II ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.1Wawancara ... 42

3.4.2 Observasi ... 42

(17)

xiv

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 44

3.5.2 Lembar Kuesioner ... 45

3.5.3 Lembar Observasi ... 47

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 48

3.6.1 Validitas ... 48

3.6.2 Reliabilitas ... 52

3.7 Teknik Analisis Data ... 53

3.8 Indikator Keberhasilan ... 60

3.9 Jadwal Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Siklus 1 ... 62

4.1.1.1 Perencanaan ... 62

4.1.1.2 Tindakan ... 64

4.1.1.3 Pengamatan ... 65

4.1.1.4 Refleksi ... 72

4.1.2 Siklus 2 ... 73

4.1.2.1 Perencanaan ... 73

4.1.2.2 Tindakan ... 73

4.1.2.3 Pengamatan ... 74

4.1.2.4 Refleksi ... 80

4.2 Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Keterbatasan Masalah ... 89

5.3 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(18)

xv

Halaman

Tabel 3.1 Skala Likert ... 43

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru ... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner ... 45

Tabel 3.4 Item Pernyataan Kognitif ... 46

Tabel 3.5 Item Pernyataan Afektif ... 46

Tabel 3.6 Itemtem pertanyaan konatif ... 47

Tabel 3.7 Lembar Observasi ... 48

Tabel 3.8 Hasil uji kuesioner ... 50

Tabel 3.9 Hasil Skala Sikap yang dipilih ... 52

Tabel 3.10 Koefisien Reliabilitas ... 53

Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Item ... 53

Tabel 3.12 Kriteria PAP tipe 1 (Masidjo, 1995) ... 55

Tabel 3.13 Batas Skor Aspek Kognitif ... 56

Tabel 3.14 Batas Skor Aspek Afektif ... 57

Tabel 3.15Batas Skor aspek Konatif ... 58

Tabel 3.16 Kriteria skor secara keseluruhan ... 58

Tabel 3.17Tabel perhitungan batas nilai rata-rata siswa ... 59

Tabel 3.18 Indikator keberhasilan ... 60

Tabel 3.19 Jadwal Penelitian... 61

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Siklus 1 Aspek Kognitif ... 67

Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Siklus 1 Aspek Afektif ... 68

(19)

xvi

Tabel 4.5 Rangkuman hasil siklus 1 secara keseluruhan ... 71

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Kognitif ... 75

Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Afektif ... 76

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Konatif ... 77

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus 2 ... 78

Tabel 4.10 Rangkuman hasil siklus 2 secara keseluruhan ... 79

Tabel 4.11 Presentase sikap gotong royong siswa secara keseluruhan ... 82

Tabel 4.12 Hasil Presentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong per aspek ... 83

(20)

xvii

Halaman

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan ... 24 Gambar 3.1 Bagan siklus PTK (Arikunto, 2014) ... 28 Gambar 4.1 Grafik persentase sikap gotong royong siswa secara

keseluruhan ... 82 Gambar 4.2 Grafik hasil persentase jumlah siswa yang memiliki sikap

(21)

xviii

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 93

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 99

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa dan Soal Evaluasi ... 129

Lampiran 4 Contoh Kuesioner sebelum disebar ... 137

Lampiran 5 Validasi Kuesioner ... 142

Lampiran 6 Contoh Kuesioner Kondisi Awal ... 149

Lampiran 7 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 153

Lampiran 8 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 157

Lampiran 9 Hasil Wawancara ... 161

Lampiran 10 Hasil Observasi ... 162

Lampiran 11 Foto Siklus 1 dan Siklus 2 ... 165

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 169

Lampiran 13 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ... 170

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung pada setiap lingkungan dan seumur hidup (Mudyahardjo dalam Rulam, 2014: 36). Belle (dalam Rulam, 2014 : 34) menuturkan, pendidikan dipandang sebagai difusi sikap, informasi, dan keterampilan belajar yang didapat dari pertisipasi sederhana dalam program-program yang berbasis masyarakat, merupakan unsur dasar dalam usaha-usaha perubahan sosial mikro. Syam (dalam Rulam, 2014: 37) menjabarkan pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan cara membina potensi yang dimiliki. Dari tiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan pendidikan merupakan usaha peningkatan kepribadian dengan cara belajar yang berlangsung sepanjang hidup.

(23)

2

peserta didik atau warga negara yang bersangkutan. Pada mata pelajaran PKn, siswa diajarkan cara pembentukan karakter yang baik untuk kehidupannya, salah satunya adalah peningkatan sikap gotong royong. Tujuan sikap gotong royong adalah untuk membentuk pribadi yang berkarakter tolong menolong, mampu hidup rukun dan saling berbagi dengan sesama. Gotong royong sangat diperlukan, karena manusia adalah makhluk sosial, yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Bergotong royong adalah salah satu cara manusia untuk saling menolong orang lain yang sedang kesusahan. Soekarno (dalam Purna, 1996: 52) mendiskripsikan gotong royong sebagai usaha , amal, pekerjaan, yang dikerjakan dengan kerja keras secara bersama-sama.

(24)

3

agustus 2015 hingga 6 Agustus 2015, pada kelas II SD Kanisius Kintelan. Dari hasil observasi kondisi awal,terlihat siswa sibuk dengan kegiatan individu mereka. Saat jam istirahat, siswa cenderung memilih teman dalam bermain, dan ketika berbaris saat akan memasuki ruangan, siswa saling ejek satu sama lain dan saling dorong. Saat akan berdoa, siswa saling berebut giliran dan tidak mau menerima pendapat temannya. Selain dari hasil observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas I, yaitu ibu Her. Ibu Her menuturkan bahwa siswa senang dengan hal-hal yang baru dan menarik. Siswa cenderung tidak ingin merasa tersaingi dengan temannya, sehingga saat teman kesusahan dalam pelajaran, mereka hanya berdiam diri dan tidak mau menolong temannya. Siswa akan melakukan gotong royong bila terpaksa dan bila hanya ada wali kelas. Bila wali kelas sedang ada keperluan, dan kelas digantikan oleh guru lain (Guru Seni), siswa kembali tidak menunjukkan sikap gotong royong. Siswa masih suka saling mengejek satu sama lain, tidak mau membantu temannya untuk piket, dan tidak meminjamkan buku paket saat teman sebangkunya tidak membawa buku paket. Peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan kondisi awal gotong royong siswa kelas II.

(25)

4

tadinya berat menjadi lebih ringan. Gotong royong bertujuan menciptakan kondisi yang rukun dan damai. Gotong royong seharusnya dilakukan sejak dini, agar peserta didik terbiasa untuk melakukan kebiasaan bergotong royong, sehingga tercipta kondisi yang rukun.

Peneliti memutuskan untuk memberikan tindakan dengan melakukan penelitian tindakan kelas untuk kelas II SD Kanisius Kintelan, agar dapat tercipta gotong royong sehingga tercipta rasa gotong royong pada kelas II SD Kanisius Kintelan, melalui pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn dipilih karena melalui pembelajaran PKn, siswa diajarkan mengenai bergotong royong. Pada pembelajaran PKn semester pertama di kelas II, juga terdapat materi yang mengajarkan tentang materi gotong-royong. Agar kegiatan belajar mengajar yang diberikan tidak monoton, dan dapat melatih siswa berdinamika bersama, perlu dilakukan perubahan cara pembelajaran. Peneliti memilih untuk menerapkan model cooperative learning, pada pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya. Pembelajaran kooperatif dipilih karena pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan didalam kelompok, sehingga pembelajaran ini diangap dapat melatih sikap gotong royong pada siswa kelas II.

(26)

5

mencapai tujuan bersama. Slavin (dalam isjoni, 2013: 15) memaparkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajara dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong sisiwa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal (Isjoni, 2013: 77). Yuzar (dalam Isjoni, 2013: 78) menyatakan dalam pembelajaran kooperatif learning jenis jigsaw, siswa belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab sevara mandiri. Melalui cooperative learning, siswa diharapkan mampu membuka diri dengan individu lain, sehingga siswa dapat mewujudkan gotong royong di kelas bahkan di sekolah.

1.2Batasan Masalah

Pembatasan Masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Peneliti hanya meneliti siswa kelas II SD Kanisius Kintelan I Semester I Tahun pelajaran 2015/2016 pada materi Gotong royong 1.2.2 Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan nilai Gotong

(27)

6

1.2.3 Penelitian yang dilakukan menggunakan metode cooperative

learning tipe jigsaw.

1.3Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model

cooperative learning tipe dalam upaya meningkatkan sikap

gotong-royong pada bagi siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta?

1.3.2 Apakah pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model Cooperative

Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan sikap gotong-royong

siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan I semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?

1.4Tujuan Penelitian

1.4.1 Mengetahui pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan sikap gotong royong siswa kelas II di SD Kanisius Kintelan, melalui pembelajaran PKn.

1.4.2 Mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw di SD Kanisius Kintelan semester

ganjil tahun ajaran 2015/2016.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Siswa

(28)

7

1.5.1.2Siswa mampu peduli terhadap sesama yang membutuhkan bantuan

1.5.1.3Siswa mampu menerapkan sikap gotong royong dalam kehidupan sehari-hari

1.5.2 Bagi Sekolah

1.5.2.1Mampu meningkatkan mutu pendidikan sekolah, dengan menerapkan pembelajaran yang lebih menarik

1.5.2.2Sekolah mampu menanamkan pentingnya bergotong royong sejak dini.

1.5.3 Bagi Guru

1.5.3.1Menambah pengalaman dalam berdinamika dengan siswa-siswi saat kegiatan belajar mengajar.

1.5.4 Bagi peneliti

1.5.4.1 memperoleh pengalaman melakukan peneltian tindakan kelas.

1.6Definisi Operasional

1.6.1 Gotong royong adalah kerjasama individu didalam kelompok untuk menyelesaikan pekerjaan dan dapat menikmati hasil yang adil.

(29)

8

1.6.3 Pembelajaran PKn adalah pelajaran yang ditujukan agar siswa mampu melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

1.6.4 Cooperative learning (pembelajararan kooperatif) tipe

(30)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II akan dijelaskan mengenai kajian teori, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Cooperative Learning

2.1.1.1 Definisi Cooperative Learning

Lie (dalam Huda, 2014: 23) memaparkan cooperative learning sebagai sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Roger (dalam Huda, 2014: 29) menyebutkan cooperative

learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertangung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Sedangkan Djahiri (dalam Huda 2014: 26) memaparkan

cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang

(31)

10

cooperative learning adalah strategi pengajaran yang sukses pada tim kecil, dengan beragam tingkat kemampuan dari setiap siswa dalam kelompok, untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu subjek.

Dari penjelasan tokoh-tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa

cooperative learning adalah pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja

di dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi. Kelompok-kelompok yang dimaksud adalah kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 anggota pada setiap kelompok. Cooperative learning mengandalkan kerjasama dan keterlibatan siswa didalam kelompok. Setiap angota dari masing-masing kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan dari kelompoknya.

2.1.1.2 Unsur cooperative learning

Tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai

cooperative learning (Roger dan Davidson, dalam Hosnan, 2014: 235).

Terdapat 6 unsur yang perlu diterapkan dalam pembelajaran, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan menjalin hubungan pribadi, komunikasi antar anggota,evaluasi proses kelompok. Berikut adalah penjabaran dari 6 unsur tersebut:

1. Saling ketergantungan positif

(32)

11

menciptakan suasana yang menarik dan memotivasi agar siswa merasa saling ketergantungan/ membutuhkan satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (1) saling ketergantungan untuk pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam penyelesaian pekerjaan, (3) ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan yang diterima, (4) saling ketergantungan peran.

2. Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini bertujuan membuat siswa membentuk sinergi yang menguntungkan kepada seluruh anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

(33)

12

3. Akuntabilitas individual

Cooperative learning diwujudkan dalam kerja kelompok, namun penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Nilai kelompok diperoleh berdasarkan rata-rata hasil belajar seluruh anggota, oleh karena itu tiap anggota harus memberikan kontribusi yang maksimal untuk keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individu inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi

Melalui cooperative learning dapat menimbulkan keterampilan menjalin antarpribadi. Hal ini dikarenakan dalam

cooperative learning menekankan aspek tenggang rasa, sikap

sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lainya. 5. Komunikasi antaranggota

(34)

13

dipengaruhi kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka.

6. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

2.1.1.3 Karakteristik Cooperative Learning

Hosnan(2014: 242) menyebutkan karakteristik cooperative

learning, diantaranya adalah

1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif yang bertujuan memahami dan menguasai materi akademis.

2. Setiap anggota didalam sebuah kelompok, memiliki pengetahuan yang beragam.

3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kalompok kooperatif berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.

(35)

14

2.1.1.4 Tujuan Cooperative Learning

Strategi pembelajaran cooperative learning dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setidaknya tiga tujuan pembelajaran (Ibrahim, dkk., dalam Hosnan, 2014: 239).

1. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Cooperative learning membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Pembelajaran cooperative learning mengajarkan siswa menerima perbedaan, baik dalam hal ras, kelas sosial, budaya, kemampuan dan ketidakmampuan. Siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda dan kondisi, siswa diberikan peluang untuk bekerja saling bergantung satu sama lain mengenai tugas-tugas bersama.

3. Mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Kedua keterampilan ini penting karena anak muda dan orang dewasa saat ini masih kurang dalam menerapkan keterampilan sosial. Kerjasama dan kolaborasi menimbulkan interaksi yang positif.

2.1.1.5 Manfaat Cooperative learning

(36)

15

memotivasi intrinsik(kesadaran individu), meningkatkan hubungan sosial antar manusia, meningkatkan sikap positif anak terhadap sekolah, meningkatkan sikap positif terhadap guru, meningkatkan harga diri anak, meningkatkan perilaku positif terhadap penyesuaian sosial, dan meingkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Jarolimek dan parker (dalam Isjoni, 2013: 36) memaparkan, keunggulan-keunggulan yang diperoleh dalam cooperative

learning yaitu memiliki ketergantungan positif satu sama lain,

terdapat pengakuan dalam respon perbedaan individu, siswa diikutsertakan dalan perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas menjadi rileks dan menyenangkan, terjalin hubungan hangat dan bersahabat antar seluruh anggota kelas, dan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan teknik pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pengelompokan siswa secara heterogen, dimana setiap individu memiliki tanggung jawab pada penguasaan materi nbelajar dan mampu memberikan pengajaran pada kelompok asal.

(37)

16

menerima dan menyampaikan informasi di dalam kelompok, dan berdinamika bersama kelompok, sehingga dapat melatih siswa untuk meningkatkan rasa gotong royong.

2.1.2 Jigsaw

2.1.2.1 Definisi jigsaw

Hosnan (2014: 247) menjelaskan tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa aktif dan saling membantu untuk menguasai materi pembelajaran. Johnson (dalam Hosnan, 2014) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan

bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

2.1.2.2 Langkah-langkah jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut (Rusman, 2013: 218) :

1. Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih empat orang;

2. Setiap anggota kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda; 3. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang

(38)

17

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok asal tentang materi yang telah mereka pelajari;

5. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 6. Guru memberikan evaluasi

Slavin (dalam Hosnan, 2014: 249) mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw, meliputi :

1. Membaca

Siswa mendapatkan topik-topik permasalahan untuk dibaca sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan yang dihadapi.

2. Diskusi kelompok ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut didalam kelompok. 3. Laporan kelompok

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi tim ahli yang didapat.

4. Kuis

Seluruh siswa mendapat kuis individu yang mencakup semua topik permasalahan.

(39)

18

Langkah-langkah yang dialkukan peneliti sesuai dengan langkah-langkah jigsaw pada umumnya, yaitu, peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, yang disebut kelompok awal. Kemudian peneliti memberikan masalah pada setiap anggota masing-masing kelompok awal. Setelah itu, setiap kelompok mengirimkan perwakilan dengan tugas yang sama, untuk masuk ke dalam kelompok ahli. Kemudian kelompok ahli berdiskusi mengenai tugas yang diberikan. Pada tahap berdiskusi, kelompok ahli diperbolehkan mencari sumber dari buku yang berkaitan dengan tugas yang diberikan. Wakil dari setiap kelompok, kembali pada kelompok awal, kemudian membahas hasil diskusi di kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

2.1.3 Sikap

2.1.3.2 Definisi Sikap

(40)

19

2.1.3.2 Komponen Sikap

Kothandapani (dalam Azwar, 2015: 24) merumuskan komponen sikap menjadi 3, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif. Mann (dalam Azwar, 2015: 24) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau ntuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, dalam Azwar, 1995).

Dapat diambil kesimpulan dari penjabaran penjelasan diatas, bahwa sikap merupakan respons terhadap rangsangan sosial afeksi (perasaan), kognisi (pemikiran), dan konatif (tindakan).

1. Kognitif

(41)

20

2. Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang (Azwar, 1995).

3. Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang sedang dihadapinya (Azwar, 1995).

2.1.4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Definisi PKn

(42)

21

kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural kewarganegaraan dan kajian ilmiah kewaganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diterapkan pada sekolah dasar, karena pendidikan kewarganegaraan dapat melatih terbentuknya karakter siswa yang dapat dipelajari melalui materi nilai pada mata pelajaran PKn.

2.1.4.2 Tujuan PKn

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan menurut buku kurikulum KTSP (dalam Aryani, 210: 116) adalah sebagai berikut :

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu mengenai PKn.

2. Mampu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Mampu berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.

(43)

22

2.1.4.3 Fungsi Pendidikan Pkn

Aryani (2010) menuturkan fungi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana atau sarana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter, yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

2.1.4.4 Gotong royong

Prof. Dr. Notonegoro (dalam Purna, 1996: 53) mengartikan gotong royong sebagai tindakan bekerja sama antara banyak orang yang rukun berkumpul untuk mengerjakan suatu keperluan yang besar yang biasanya tidak dapat dilakukam oleh satu orang. Purna Made (1996: 53) mendefinisikan gotong royong sebagai bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan azaz timbal balik yang mewujudkan adanya ketentuan sosial dalam masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah kegiatan bekerjasama antara individu, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama..

2.2 Penelitian-penelitian yang relevan

2.2.1 Yulaikah (2012), melakukan penelitian berjudul “Penerapan Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”.

(44)

23

91%. Hasil belajar siswa kelas VI SDN Kalirungkut II/514, mengalami peningkatan dari rata-rata kelas pada siklus I yang hanya mencapai 65 dengan prosentase ketuntasan hasil belajar 70%, meningkat menjadi 84 dengan prosentase ketuntasan hasil belajar 90% pada siklus II. Hasil perolehan data tersebut membuktikan bahwa, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2.2 Mulyanto (2007), melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan

Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan Di SDN Paseh I Kabupaten

Sumedang”. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya

(45)

24

2.2.3 Indriani R. Bonenehu, Bonifasius Saneba, Dan Hasdin (2014)

“Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Pkn Di Kelas 2 SDN Inpres

Bolonan” Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,

maka dapat disimpulkan bahwa metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn di Kelas 2 SDN Inpres Bolonan Kecamatan Totikum Kabupaten Banggai Kepulauan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pencapaian KKM yang diperoleh siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu pada siklus I mencapai 25% dan pada siklus II mencapai 87,5%.

Gambar 2.1 Penelitian yang relevan Indriani R. Bonenehu,

Bonifasius Saneba, Dan Hasdin (2014)

“Meningkatkan PrestasiBelajar Peserta Didik MelaluiMetode ResitasiPada Mata Pelajaran PknDi Kelas

2 SDN InpresBolonan”

Yulaikah (2012)

“Penerapan JigsawUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah

Dasar”

Mulyanto (2007)

“Pendekatan Cooperative

Learning Teknik JigsawUntuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan

di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang”

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG

[image:45.595.102.517.232.764.2]
(46)

25

Dari penelitian-penelitian yang relevan di atas, peneliti melakukan

penelitian yang dengan judul berjudul “Peningkatan Sikap Gotong Royong

Melalui Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Model Coopertive

Learning tipe Jigsaw untuk Siswa Kelas II di SD Kanisius Kintelan”.

Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena penelitian ini mempunyai kekhususan untuk meningkatkan sikap gotong royong peserta didik. Dalam penelitian ini, bertujuan meningkatkan sikap gotong royong yang positif dari siswa. Usaha meningkatan sikap gotong royong dilakukan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam melakukan pembelajaran PKn. Sehingga dengan model Cooperative

Learning tipe Jigsaw yang membutuhkan dan menekankan kerjasama

antar anggota kelompok yang dapat membuat siswa mampu meningkatkan sikap bergotong royong yang positif.

2.3 Kerangka Berpikir

(47)

26

diharapkan mengalami kegiatan-kegiatan gotong royong, sehingga mampu merasakan makna atau manfaat kegiatan gotong royong, dengan demikian terdorong membiasakan hidup bergotong royong dengan yang lain.

Cooperative Learning adalah salah satu model pembelajaran yang

mendukung pembelajaran kontekstual. Cooperative learning dirancang untuk bekerja di dalam kelompok, secara teratur dan terstruktur. Pada

cooperative learning, siswa berdinamika bersama kelompok, sehingga

terjadi interaksi antar siswa, membangun kerjasama antar siswa, dan memiliki tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok. Model pembelajaran cooperative learning yang dipilih adalah model cooperative

learning tipe jigsaw.

Model cooperative learning tipe jigsaw mampu melatih siswa menerapkan sikap gotong royong pada kelompok, dengan cara berdiskusi, saling memberi informasi, saling menolong untuk menerangkan materi, dan melatih bertanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok.

2.4 Hipotesis tindakan

2.4.1 Penerapan pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model

cooperative learning tipe jigsaw di SD Kanisius Kintelan I

(48)

27

(49)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

[image:49.595.99.514.315.715.2]

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional Suyanto (1997). Arikunto (2006: 3) menjelaskan, penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. . Mulyasa (2009: 34) mengartikan PTK sebagai upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Gambar 3.1siklus PTK Arikunto (2010: 17)

Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Observasi

Siklus I

(50)

PTK memiliki empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (Observing), Refleksi (Reflecting).

1. Perencanaan tindakan

Arikunto (2010: 17) Perencanaan adalah susunan langkah-langkah penelitian yang direncanakan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Perencan tindakan memuat langkah-langkah yang harus dilakukan seluruh siswa, memperkirakan waktu, tempat, sarana dan prasarana penelitian, dan memperkirakan tindakan selanjutnya. Peneliti juga mengantisipasi segala kendala yang akan terjadi saat penelitian berjalan.

2. Pelaksanaan tindakan

Implementasi dari perencanaan yang telah disusun oleh peneliti (Arikunto, 2010: 18). Peneliti melaksanakan penelitian pada sebuah kelas. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru mengacu pada kurikulum yang berlaku. Peneliti mengamati kesesuaian proses pelaksanaan dengan perencanaan, kelancaran tindakan yang dilakukan siswa, situai proses tindakan, dan hasil tindakan yang dilakukan.

3. Pengamatan tindakan

(51)

pelaksanaan tindakan yang sebelumnya telah direncanakan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data penelitian. Dalam melakukan pengamatan, guru bekerjasama dengan pengamat dari luar.

4. Refleksi terhadap tindakan

Refleksi adalah kegiatan mengingat kembali proses yang telah dilakukan selama penelitian (Arikunto, 2010: 19). Pada tahap refleksi peneliti juga melakukan pengolahan atau pengkajian seluruh data-data yang sudah diperoleh. Tahap refleksi ini bertujuan untuk menguji hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

(52)

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah sekelompok siswa kelas II SD yang berjumlah 25 anak, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas II terdiri dari berbagai macam latar belakang keluarga, sehingga karakter siswa menjadi beragam. Penelitian pada kelas II dimaksudkan agar siswa dapat menanamkan sikap gotong royong sejak dini.

3.2.3 Objek Penelitian

Obyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan sikap gotong royong yang didalamnya memuat 3 Aspek, yaitu peningkatan sikap Kognitif, aektif dan konatif bagi siswa Kelas II di SD Kanisius Kintelan I tahun pelajaran 2015/2016, melalui pembelajaran PKn dengan model

cooperative learning tipe jigsaw.

3.2.4 Waktu Penelitian

(53)

3.3 Rancangan Tindakan

3.3.1 Persiapan

Persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas bagi siswa kelas II SD Kanisius Kintelan I adalah sebagai berikut:

1. Peneliti meminta izin kepada Kepala SD Kanisius Kintelan I untuk melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas pada kelas II SD Kanisius Kintelan I.

2. Peneliti melakukan observasi keadaan pembelajaran PKn pada kelas II dan pada siswa kelas II untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran PKn serta karakteristik siswanya.

3. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas I untuk mendapatkan gambaran mengenai sika gotong royong yang dimiliki siswa.

4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul pada pembelajaran di kelas II.

5. Peneliti menganalisis masalah belajar siswa yang telah di identifikasi, mengenai materi gotong royong

6. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis

7. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus

(54)

9. Peneliti dibantu oleh guru mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok, yang menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

10. Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Lembar Kerja Siswa(LKS), dan instrumen penelitian untuk penelitian, setra memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan.

3.3.2 Rancangan Tiap Siklus

3.3.2.1 SIKLUS I

Siklus pertama dilakukan dengan dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan menggunakan 2 JP, dengan durasi 35 menit disetiap JP.

3.3.2.1.1 Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan meliputi: menentukan SK dan KD, menyusunan RPP menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw, menyusun strategi berdiskusi untuk siswa, dan instrumen penelitian.

3.3.2.1.2 Pelaksanaan

1. Pertemuan I

1. Guru memberikan 3 contoh kegiatan gotong royong

(55)

3. Guru menjelaskan pengertian tolong menolong, hidup rukun, dan saling berbagi.

4. Guru mengajak siswa mendalami materi tersebut lewat teks bacaan.

5. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompokasal), setiapkelompokterdiridari 6 siswa yang heterogen.

6. Setiap 2 siswadalam 1 kelompokdiberikanmateri yang sama. - Siswa 1 dan 2 mendapatkanmateri pengertian hiduprukun dan

contoh hidup rukun

- Siswa 3 dan 4 mendapatkanmateri pengertian salingberbagi dan contoh saling berbagi

- Siswa 5 mendapatkanmateri pengertian tolongmenolong dan contoh tolong menolong

- Setiap siswa memakai name tag sesuai dengan kelompoknya. 7. Setiap siswa yang memperolehmaterisamapadasetiap kelompok

awal, berkumpuldalamkelompok baru (kelompokahli) yang

sesuaidenganbidang/materi yang

didapatuntukmendiskusikansubbabmereka. 8. Setiapkelompokahlimendapatkansoaldari guru.

9. Soal yang diberikan guru berupa pengalamansiswa melakukan kegiatan gotong rotong (tolong menolong, hidup rukun, saling berbagi.

10.Siswa secara berkelompok mengerjakan soal yang diberikan guru. 11.Setelahselesaiberdiskusidengankelompokahli,

setiapanggotakembalikekelompokasaluntukbergantianmengajarte mansatukelompokmerekatentangsubbabyang

merekakuasaidantiapanggotalainnyamendengarkandengansunggu h-sungguh.

(56)

13.Guru memberikan evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

14.Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

15.Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

16.Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 17.Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.

2. Pertemuan II

1. Guru bertanya kepada siswa mengenai pengalaman bergotong royong yang pernah mereka lakukan

2. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan berbagai jawaban yang berbeda-beda

3. Guru mengajak siswa mengingat kembali materi pembelajaran mengenai pengertian dan contoh gotong royong

4. Guru bertanya kepada siswa mengenai kegiatan yang mencerminkan hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan.

5. Guru mengajak siswa mendalami materi tersebut lewat teks bacaan ataupun PPT.

6. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompo asal), setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen.

7. Setiap 2 siswa dalam 1 kelompok diberikan materi yang sama. - Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi peran penting gotong

royong di rumah

- Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi peran penting gotong royong di kelas

(57)

- Setiap siswa memakai name tag sesuai dengan kelompoknya. 8. Setiap siswa yang memperolehmaterisamapadasetiap kelompok

awal, berkumpuldalamkelompok baru (kelompokahli) yang

sesuaidenganbidang/materi yang

didapatuntukmendiskusikansubbabmereka.

9. Siswa diijinkan membaca buku sumber yang berkaitan dengan materi.

10.Siswa berdiskusi di dalam kelompok ahli

11.Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asal untuk bergantian mengajari teman dari kelompok asal tentang subbab yang sudah mereka kuasai.

12.Setiap anggota kelompok asal mendengarkan dengan sungguh-sungguh materi dari subbab yang diajarkan oleh temannya.

13.Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 14.Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok

asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 15.Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

16.Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

17.Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

18.Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 19.Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.

3.3.2.1.3 Observasi

(58)

masing-masing memiliki tugas yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran, dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat kejadian–kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung.

3.3.2.1.4 Refleksi

Setelah melakukan observasi, peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kembali kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Refleksi dari observasi ini akan dijadikan pedoman untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II, agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh kompetensi yang harus dicapai.

3.3.2.2 SIKLUS II

Setelah memiliki gambaran dari siklus I, peneliti menerapkan siklus II. Sama dengan siklus I, siklus II dilakukan dengan dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan menggunakan 2 JP, dengan durasi 35 menit disetiap JP.

3.3.2.2.1 Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan sama dengan siklus I, yang meliputi: menentukan SK dan KD, menyusunan RPP menggunakan model

cooperative learning tipe jigsaw, menyusun strategi berdiskusi untuk

(59)

3.3.2.2.2 Pelaksanaan

1. Pertemuan I

1. Guru bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya mengenai pengertian gotong royong

2. Guru bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya mengenai pengertian, contoh, dan peran penting gotong royong

3. Guru bertanya kepada siswa apa yang mereka mengenai pengalam bergotong royong.

4. Guru memberikan contoh kegiatan hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan lewat gambar gotong royong dalam kehidupan.

5. Guru mengajak siswa mendalami materi gotong royong melalui teks bacaan.

6. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompok asal), setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen.

7. Setiap 2 siswa dalam 1 kelompok diberikan materi yang sama. - Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi mengenai ciri-ciri

bergotong royong.

- Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi materi mengenai pengalaman bergotong royong.

- Siswa 5 mendapatkan materi materi mengenai contoh positif bergotong royong.

- Setiap siswa memakai name tag sesuai dengan kelompoknya. 8. Setiap siswa yang memperolehmaterisamapadasetiap kelompok

awal, berkumpuldalamkelompok baru (kelompokahli) yang sesuaidenganbidang/materi yang

didapatuntukmendiskusikansubbabmereka.

(60)

10.Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asal untuk bergantian mengajari teman dari kelompok asal tentang subbab yang sudah mereka kuasai.

11.Setiap anggota kelompok asal mendengarkan dengan sungguh-sungguh materi dari subbab yang diajarkan oleh temannya. 12.Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok

asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 13.Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

14.Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

15.Guru menyebutkan 3 contoh manfaat hidup rukun, tolong menolong, dan saling berbagi.

16.Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

17.Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 18.Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.

2. Pertemuan II

1. Guru bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya mengenai ciri-ciri gotong royong

2. Guru bertanya kepada siswa mengenai kegiatan gotong royong yang telah dilakukan pada pagi hari

3. Guru memberikan contoh dampak tidak adanya kegiatan bergotong royong dalam kehidupan lewat gambar gotong royong dalam kehidupan.

4. Guru mengajak siswa mendalami materi lewat teks bacaan.

5. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompok asal), setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen.

(61)

- Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi mengenai tidak adanya gotong royong sekolah.

- Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi mengenai tidak adanya gotong royong masyarakat.

- Siswa 5 mendapatkan materi mengenai tidak adanya gotong royong sekolah rumah.

- Setiap siswa memakai name tag sesuai dengan kelompoknya. 7. Setiap siswa yang memperoleh materi sama pada setiap kelompok

awal, berkumpul dalam kelompok baru (kelompok ahli) yang sesuai dengan bidang/materi yang didapat untuk mendiskusikan sub bab mereka.

8. Dalam setiap kelompok ahli, guru membagikan 6 buah gambar contoh tidak adanya gotong royong sesuaisub bab yang didapatkan :

- 3 gambar ontoh tidak adanya gotong royong di sekolah - 3 gambar contoh tidak adanya gotong royong di rumah - 3 gambar contoh tidak adanya gotong royong di masyarakat 9. Siswa dalam kelompok ahli berdiskusi bersama mengenai materi

yang didapat

10.Siswa diperbolehkan membaca buku sumber.

11.Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asal untuk bergantian mengajari teman dari kelompok asal tentang subbab yang sudah mereka kuasai.

12.Setiap anggota kelompok asal mendengarkan dengan sungguh-sungguh materi dari subbab yang diajarkan oleh temannya.

13.Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 14.Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

(62)

15.Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

16.Guru menyebutkan 3 contoh dampak tidak ada gotong royong. 17.Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

18.Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 19.Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi.

3.3.2.2.3 Observasi

Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas, akan dibantu oleh satu orang guru dan rekan peneliti yang masing-masing diberikan tugas untuk bertindak sebagai pengamat pembelajaran, dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat kejadian–kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Setelah observasi berlangsung, peneliti dan guru kelas melakukan evaluasi siklus II

3.3.2.2.4 Refleksi

1. Peneliti bersama guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung di kelas II. Kemudian peneliti membandingkan analisis siklus I dan siklus II serta mengambil kesimpulan tentang kemampuan kerja sama antar anggota kelompok dan memberikan tes pada setiap individu.

(63)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi dan kuesioner.

3.4.1 Wawancara

Cara yang digunakan oleh peneliti untuk meneliti tingkat pemahaman siswa terhadap nilai gotong royong adalah wawancara. Siswa diberikan pertanyaan seputar pemahaman mereka mengenai nilai nilai gotong royong. Wawan cara ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Masidjo (1995: 72) mengungkapkan, wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee. Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai guru kelas II dan guru kelas I, wali kelas dari siswa/i kelas II SD Kanisius Kintelan I, dengan memperbolehkan narasumber untuk menjawab pertanyaan tanpa pilihan jawaban atau memberikan kebebasan narasumber untuk memberikan jawaban.

3.4.2 Observasi

(64)

sebagai pedoman observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kelas dan teman mahasiswa. Peneliti melakukan observasi

3.4.3 Kuesioner

Kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui sikap gotong royong siswa. Masidjo (1995: 70) mendefinisikan kuesioner adalah suatu daftar pernyataan atau pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap, yang harus dijawab oleh responden mengenai pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

[image:64.595.99.513.265.756.2]

Pemberian kuesioner berpedoman pada skala Likert. Skala Likert meminta responden untuk memberikan jawaban atau tanggapan dalam skala ukur yang6r telah disediakan, misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner yang diberikan kepada siswa terdiri dari 16 aitem pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 16 aitem pertanyaan yang diberikan kepada siswa didapat dari aitem soal valid yang dipersiapkan oleh peneliti.

Tabel. 3.1 Skala Likert Alternatif Jawaban

Skor

Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Cukup Setuju (CS) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

(65)

Jawaban yang disediakan memiliki rentangan skor 1-5. Pada aitem pernyataan favourable, jawaban siswa yang memilih sangat setuju mendapatkan skor 5 dan sangat tidak setuju mendapatkan skor 1. Sebaliknya, pada aitem pernyataan unfavourable, jawaban siswa yang memilih sangat setuju akan mendapat nilai 1 dan tidak setuju mendapatkan skor 5. Dalam kesioner yang diberikan, tidak disediakan alternatif jawaban cukup setuju (CS), dengan skor 3, karena hasil skala sikap menjadi kurang variatif, saat responden cenderung memilih cukup setuju (CS).

3.5 Instrumen penelitian

3.5.1 Pedoman Wawancara

[image:65.595.96.525.234.665.2]

Instrumen lain yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui keadaan siswa terhadap nilai gotong royong adalah melakukan wawancara dengan guru. Berikut pedoman wawancara guru:

Tabel. 3.2 Pedoman wawancara guru

Indikator Pernyataan Jawaban

Sikap gotong royong pada Hidup Rukun

Apakah siswa lebih suka berkelahi di dalam kelas?

Saling berbagi Apakah siswa terpaksa berbagi atau meminjamkan barang yang

dimilikinya pada temannya? Tolong menolong Apakah siswa senang membantu

(66)

3.5.2 Lembar Kuesioner

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap gotong royong yang dimiliki siswa. Lembar Kuesioner yang diberikan merupakan lembar pernyataan-pernyataan sikap, yang harus diisi oleh siswa secara individu dengan menjawab pernyataan yang dberikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Indikator yang digunakan untuk membuat lembar kuesioner adalah kontak sos

Gambar

Gambar 2.1 Penelitian yang relevan
Gambar 3.1siklus PTK Arikunto (2010: 17)
Tabel. 3.1 Skala Likert Skor
Tabel. 3.2 Pedoman wawancara guru Pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dilaksanakan dua kali siklus dan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Subjek penelitian tindakan kelas

Jenis peneitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dilaksanakan dua kali siklus dan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Subjek penelitian tindakan kelas

Terkait permasalahan tersebut dalam pembelajaran IPS, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Model Elliot dengan empat siklus sebagai

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam tahapan 2 siklus, dan dari hasil tindakan yang sudah dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing- masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

Hasil dari pelaksanaan tahap siklus I persentase jumlah siswa yang memiliki sikap tolong menolong mengalami peningkatan berada pada angka 96,77% (ada 14 siswa

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan pada setiap siklus meliputi