i
PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 MATA PELAJARAN IPS
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh : Ristya Nur Adisti
101134125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Saya persembahkan karya ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga. Untuk sahabatku terima kasih atas bantuan, doa, nasehat,
v MOTTO
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil,, kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukanya dengan baik.
~ Evelyn Underhill ~
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
~ Thomas Alva Edison ~
Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014 Penulis
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ristya Nur Adisti
NIM : 101134125
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas VA SD Negeri Adisucipto 1 Mata Pelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II “
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 19 Desember 2014 Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 MATA PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW II Oleh : Ristya Nur Adisti
101134125
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kedisiplinan dan prestasi belajar IPS siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 pada tahun terakhir ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar IPS siswa kelas tersebut dan mengetahui peningkatannya melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang memuat empat langkah menurut desain Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan subyek siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes tertulis dan kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal pilihan ganda dan kuesioner kedisiplinan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Upaya peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar IPS siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II telah dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) pemberian materi secara keseluruhan, b) pembentukan kelompok asal, c) pemberian tugas terhadap tiap-tiap ahli, d) diskusi dalam kelompok ahli, e) laporan ahli dalam kelompok asal, f) presentasi pleno kelompok asal, g) evaluasi individual, dan h) pemberian penghargaan. 2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kedisiplinan dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas VA SDN Adisucipto 1. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan kedisiplinan siswa dari kondisi awal 43,75% (disiplin) menjadi 75% (cukup disiplin) pada siklus I dan menjadi 100% (sangat disiplin) pada siklus II. 3) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VA SDN Adisucipto 1. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata siswa dari kondisi awal 48,5 menjadi 58,25 pada siklus I dan menjadi 82 pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (60) meningkat dari kondisi awal 32,25% menurun menjadi 28% pada siklus I dan meningkat menjadi 96,42% pada siklus II.
ix ABSTRACT
IMPROVING THE DISCIPLINE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SD N ADISUCIPTO 1 OF THE SOCIAL SCIENCE SUBJECT USING THE COOPERATIVE MATERIAL
LEARNING TYPE JIGSAW II By :
Ristya Nur Adisti 101134125
This study in the background by low discipline and achievement grade social studies students VA SDN Adisucipto 1 in recent years. The purpose of this research is to improve the discipline and achievement of the social studies classroom students and knowing improved through the use of Jigsaw cooperative learning model II.
This research is a class action (PTK), which contains four steps according to the design Kemmis and Mc Taggart. This study was conducted in two cycles with the subject grade students VA SDN Adisucipto 1, amounting to 28 people. This research data collection techniques are written tests and questionnaires. The research instrument used is multiple choice questions and questionnaires discipline. Analysis of the data in this study using quantitative descriptive technique.
The results of this study indicate that: (1) Efforts to improve discipline and achievement grade social studies students VA SDN Adisucipto 1 through the use of Jigsaw cooperative learning model II can be reached by the following steps: a) the provision of material as a whole, b) formation origin groups, c) giving the task to each expert, d) discussion in expert groups, e) reports a group of experts in the origin, f) plenary presentations original group, g) the individual evaluation, and h) award. (2) The use of Jigsaw cooperative learning model II can improve discipline in social studies in grade VA SDN Adisucipto 1. This is indicated by an increase in student discipline of initial conditions 43.75% (discipline) to 75% in the first cycle and become 100% in the second cycle. (3) The use of Jigsaw cooperative learning model II can improve learning achievement at grade students VA IPS SDN Adisucipto 1. This is shown by the increase in the average value of 48.5 students from the initial conditions be 58.25 in the first cycle and to 82 in the cycle II. Percentage of the number of students who reach the KKM (60) increased from baseline 32.25% decreased to 28% in the first cycle and increased to 96.42%
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas VA SD Negeri Adisucipto 1 Mata Pelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dengan lancar.
Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Selain hal tersebut, penulis juga berharap bahwa skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan terutama pendidikan Sekolah Dasar.
Dalam penelitian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,BST.,MA., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, M.Pd Selaku Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Y.B Adimassana, M.A Selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan dukungan, semangat, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Laurensia Aptik, E. M.A Selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bantuan selama peneliti menempuh kuliah.
6. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti.
7. Drs. Daryono, Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Adisucipto 1 yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan bantuan kepada penulis.
xi
9. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Adisucipto 1 Tahun Ajaran 2013/2014. 10. Kepada kedua orang tuaku yang tercinta Mohamad Zaenudin dan Indrawati
yang selalu memberikan doa, pengorbanan, kasih sayang, serta dukungannya selama ini dan kepada kakakku Dewi Tika Praharani, Mohamad Rifan Ardiansyah, dan adikku Mohamad Fahmi Ikh Wanda terima kasih atas kasih sayang dan dukungannya.
11. Melania Endah Kumalasari kakakku yang selalu menemaniku dan memberiku semangat.
12. Sahabat-sahabatku Fitria Jati Nurjanah, Nike Wiji Hartatik, Lia Yogi Artika, dan Agustiyana Olympia Vitessa yang menemaniku selalu sampai peneliti selesai menyelesaikan skripsi.
13. Semua teman-teman PGSD angkatan 2010/2011 kelas A yang sudah menjadi rekanku selama studi melewati canda tawa dan tangisan bersama-sama dan juga menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Pemecahan Masalah ... 5
E. Batasan Pengertian ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Kedisiplinan ... 9
2. Prestasi Belajar ... 11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 14
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
5. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 23
6. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 25
B. Kerangka Pikir ... 26
C. Hipotesis Tindakan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Setting Penelitian ... 32
C. Rencana Tindakan ... 33
1. Persiapan ... 33
2. Perencanaan Tindakan Per siklus ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Wawancara ... 45
2. Observasi ... 46
3. Kuesioner ... 47
4. Dokumentasi ... 47
xiv
1. Tes ... 48
2. Non Tes ... 49
3. Tabel Instrumen Pengumpulan Data ... 52
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 53
1. Validitas Instrumen Pembelajaran ... 53
2. Validitas Perangkat Pembelajaran ... 57
3. Uji Reliabilitas ... 59
G. Teknik Analisis Data ... 61
1. Analisis Kedisiplinan Siswa ... 61
2. Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 63
3. Kriteria Keberhasilan ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Hasil Penelitian ... 66
1. Prasiklus ... 66
2. Siklus I ... 68
3. Siklus II ... 82
B. Pembahasan ... 97
BAB V PENUTUP... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan ... 104
C. Saran ... 104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis... 22
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 23
Tabel 3.1 Kisi-kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan ... 50
Tabel 3.3 Pedoman Penyekoran Kuesioner Siswa ... 51
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor PAP ... 51
Tabel 3.5 Variabel Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data... 52
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Kedisiplinan ... 54
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Prestasi Belajar Siklus I... 56
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Belajar Siklus II ... 57
Tabel 3.9 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58
Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 59
Tabel 3.11 Koefisien Reliabilitas ... 60
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas ... 61
Tabel 3.13 Kriteria Skor PAP ... 62
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 108
Lampiran 2. Silabus ... 110
Lampiran 3. RPP (LKS, Evaluasi, Materi) ... 115
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Kedisiplinan ... 187
Lampiran 5. Daftar Kondisi Awal... 189
Lampiran 6. Hasil Validitas Instrumen Penelitian ... 190
Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi I dan II ... 203
Lampiran 8. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa (LKS) ... 207
Lampiran 9. Contoh Hasil Pekerjaan Soal Evaluasi I dan II ... 213
Lampiran 10. Contoh Hasil Kuesioner ... 225
Lampiran 11. Daftar Hasil Kuesioner Kedisiplinan Akhir Siklus I dan II .... 233
Lampiran 12. Daftar Nilai Evaluasi Siklus I dan II ... 235
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I dibahas tentang hal yang melatar belakangi diadakannya
penelitian ini serta rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha mendewasakan siswa dan bukan
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Pendidikan merupakan suatu
proses dalam rangka melibatkan siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik
mungkin terhadap lingkungan, sehingga menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
bermasyarakat (Nana Sudjana, 2002: 41). Pendidikan memiliki tujuan yaitu
merancang siswa yang mempunyai pengetahuan dan berbudi luhur sehingga
menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.
Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan suatu
bangsa. Untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan secara keseluruhan
maka dibutuhkan pula kualitas kegiatan belajar mengajarnya. Pada
peningkatan mutu pendidikan perkembangan suatu bangsa akan
menghasilkan peningkatan kualitas manusia. Peningkatan kualitas manusia
yang dimaksud adalah peningkatan pada aspek kepribadian, kemampuan dan
juga tanggung jawab. Maka dapat di simpulkan bahwa secara keseluruhan
pendidikan yaitu siswa yang belajar.
IPS merupakan mata pelajaran tentang manusia dan dunia yang ada
sekelilingnya. Dengan adanya mata pelajaran IPS maka siswa dapat
memperoleh banyak pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan terhadap
hidup beserta tantangan-tantangan yang ada. Demikian juga dengan mata
pelajaran IPS, peran aktif anak didik lebih dimaksimalkan karena pada
dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan kuat. Hal ini
ditunjukkan oleh kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan
menantang. Selain itu mata pelajaran IPS juga sudah diajarkan di kelas bawah
(1,2,3) sehingga mereka dapat mengolah tahun pelajaran selanjutnya dan juga
materi IPS penuh dengan pesan, nasehat yang abstrak seperti arti perjuangan,
jasa dan peranan dari pahlawan yang telah gugur demi membela bangsa,
memperjuangkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Pembelajaran tipe Jigsaw II adalah pembelajaran model kooperatif
dimana semua siswa belajar keseluruhan materi sebelum siswa belajar yang
akan menjadi keahliannya, dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
II ini tiap anggota memiliki keterlibatan dan tanggung jawabnya untuk
membantu anggota kelompok lain dalam memahami materi. Pada setiap
anggota kelompok memiliki peran untuk meningkatkan kemampuannya agar
kelompok tersebut mendapatkan pengahargaan.
Proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan antara guru,
siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk
memilih model dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
yang diinginkan tentu yang optimal. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar agar pemahaman
konsep siswa dalam belajar lebih baik, salah satu diantaranya yang menurut
peneliti penting adalah pendekatan pembelajaran. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk dapat membuat siswa aktif dalam suasana menyenangkan
salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II.
Pendekatan model pembelajaran ini mampu membuat siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran.
Peneliti melakukan pengamatan, peneliti mencatat bahwa dari hasil
rata-rata nilai ulangan harian SDN Adisucipto 1 kelas V tahun 2012/2013
sebagai kondisi awal adalah 48,5%. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah
10 siswa dari 32 siswa (32,25 %), sedang KKM nilai IPS yang ditetapkan
adalah 60. Dari hasil rata-rata ulangan harian siswa kelas V SDN Adisucipto
1 masih perlu ditingkatkan lagi agar semua nilai yang diperoleh siswa
mencapai KKM yang sudah ditetapkan.
Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pemahaman
siswa terhadap materi IPS yang ada. Hal ini diakibatkan oleh siswa sendiri
yang sering bermalas-malasan , ribut sendiri ketika guru sedang menerangkan
dan siswa kurang tertarik terhadap pelajaran yang diberikan guru. Selain itu
dalam menyampaikan suatu konsep guru belum sepenuhnya menggunakan
strategi pembelajaran yang tepat. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan juga
lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa didukung metode
kurang melibatkan siswa secara aktif. Dalam mengajar guru juga terlalu cepat
menyampaikan materi, sehingga banyak siswa yang kurang paham.
Untuk mengatasi akar permasalahan di atas, dipilih penggunaan
pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Guru belum pernah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam
pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran berikutnya diharapkan peneliti akan
melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II, karena dengan pembelajaran yang lebih bervariasi
dapat meningkatkan peran serta siswa dan kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran IPS di kelas. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk memilih
judul :
“Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar kelas VA SD Negeri
Adisucipto 1 mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II”
B. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini upaya peningkatan kedisiplinan dan prestasi
belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada
mata pelajaran IPS kelas V materi perjuangan tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan. Prestasi belajar siswa dibatasi hanya pada aspek kognitif saja,
karena prestasi belajar siswa belum mencapai target minimum atau masih
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dalam penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam
materi perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan pada siswa
kelas VA SDN Adisucipto 1?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan kedisiplinan dalam materi perjuangan tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 ?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi perjuangan tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas VA SD Negeri
Adisucipto 1?
D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memutuskan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat meningkatkan
minat dan prestasi belajar siswa kelas VA Masalah rendahnya kedisiplinan
E. Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan pertanyaan tentang istilah dalam penelitian
ini, maka perlu adanya batas pengertian. Berikut ini merupakan batasan
pengertian yang saya ambil, diantaranya :
1. Kedisiplinan
Suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
2. Prestasi belajar
Hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Model pembelajaran kooperatif
Suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
Salah satu metode pembelajaran dimana dalam model ini suatu
bidang ilmu dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, dibahas lalu
5. IPS
Merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran ilmu-ilmu
sosial yang terorganisir secara rapi dan disajikan secara ilmiah untuk
mencapai tujuan tertentu.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi
belajar siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 dalam materi perjuangan tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan materi perjuangan tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas VA SDN
Adisucipto 1.
3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar materi perjuangan tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas VA SDN
Adisucipto.
G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru SD Negeri
kooperatif Jigsaw II dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar.
2. Bagi siswa
Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa SD akan manfaat penggunaan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dalam mata pelajaran IPS.
3. Bagi guru
a. Mendapatkan pengalaman menerapkan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw II yang sesuai dengan target pembelajaran IPS.
b. Informasi bagi guru akan pentingnya model pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dalam menyampaikan pembelajaran IPS kepada siswa.
c. Motivasi bagi guru untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw II sebagai wujud
profesionalisme yang dimiliki.
4. Bagi sekolah
Secara mudahnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi pembenahan proses kegiatan belajar mengajar pada mata
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Kedisiplinan
a. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena
bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar
berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat
bagi setiap siswa
Menurut Prijodarminto (2004:3) disisplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
keterkaitan.
Menurut Maman Rachman (2004;32 menyatakan disiplin sebagi
upaya mengendalikan diri dan sikap memtal individu atau msyarakat
dan mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan yang
muncul dari dalam hatinya.
Dari uraian pengertian disiplin diatas dapat disimpulkan bahwa
tata tertib atau aturan yang berkaku baik yang muncul dari kesadaran
dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.
b. Indikator Kedisiplinan
Menurut Mulyasa (2011: 27-28) ada tiga indikator kedisiplinan
yaitu:
1) Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik guru maupun siswa,
karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan
yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses
pendidikan.
2) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku.
3) Menguasai diri dan instropeksi. Menguasai diri berarti guru
maupun peserta didik memliki rasa tanggung jawab (sense of responbility) yang tinggi terhadap keberlangsungan belajar mengajar.
Menurut Lewis, (2004: 22) ada berbagai factor yang
diasosiasikan dengan sikap dalam kelas, yang pertama berhubungan
dengan sikap guru yang dapat merangsang siswa untuk bersikap tidak
disiplin. Yang kedua sikap menyerah guru, dan yang ketika efek media
terhadap sikap siswa dan guru. Oleh karena itu, guru harus memikirkan
cara menangani sikap siswa kurang disiplin.
Disamping itu fungsi kedisiplinan ada dua yaitu yang pertama
kedisiplinan sebagai penciptaan dan pelestarian keadaan yang penting
dari kedisiplinan adalah persiapan siswa terhadap keikutsertaan aktif
dalam lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, dimana kebebasan
diseimbangkan dengan tanggung jawab yang berhubungan dengannya
(Lewis, 2004: 198).
2. Prestasi Belajar a. Pengertian belajar
Di dunia pendidikan kata “belajar” sangatlah tidak asing
didengar karena belajar merupakan bagian dari jenjang pendidikan.
Akan tetapi, sebenarnya belajar tidak hanya dapat dilakukan di
lingkungan sekolah, namun dapat pula dilakukan di berbagai
lingkungan. Diberbagai lingkungan yaotu seperti di lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Dengan seiringnya
perkembangan jaman, belajar dapat dilakukan dengan cara
menggunakan internet sehingga dapat mendapatkan berbagai informasi.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interkasi
dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Dari pengertian diatas dapat dimengerti bahwa belajar dapat
menimbulkan adanya interaksi antar sesama manusia sehingga dapat
terjadi suatu perubahan tingkah laku yang baru untuk hasil
b. Prinsip-prinsip Belajar
Burton dalam Oemar (2001: 32) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip belajar yaitu:
1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui
(under going).
2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
murid.
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan
lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi
oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid.
7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan fungisional dari berbagai
prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sam a lain, tetapi
11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
ketrampilan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila member kepuasan
pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian
pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan
pertimbangan yang baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi
kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan
dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.
c. Pengertan Prestasi Belajar
Pada proses kegiatan belajar mengajar, prestasi atau hasil belajar
sangat dipentingkan karena melalui prestasi atau hasil belajar guru
dapat mengetahui berhasil atau tidaknya siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yaitu dengan
memberikan evaluasi kepada siswa agar dapat diketahui tercapai atau
tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Maka dari hasil evaluasi tersebut
terlihat siswa yang tampak menguasai materi mendapatkan skor yang
Arikunto (2001: 276) berpendapat bahwa nilai prestasi haruslah
mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang
digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka
hendaknya merupakan tentang prestasi siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
pencapaian suatu hasil belajar setelah melalui proses kegiatan belajar
mengajar. Prestasi belajar dan proses kegiatan belajar tidak dapat
dipisahkan. Karena untuk mengetahui adanya prestasi belajar pada
siswa harus melalui proses kegaiatan belajar terlebih dahulu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor internal dan eksternal adalah dua hal yang
sangat menunjang keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Jadi untuk menghasilkan siswa berprestasi, seorang pendidik harus mampu
mensinergikan kedua factor, yakni faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa
menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
1) Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,
1972; Reber, 1998)
2) Kecerdasan yaitu potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
3) Minat yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang
cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa
senang.
4) Motivasi yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu
bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.
b. Faktor eksternal
Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak
mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam meningkatkan
prestasi belajar. Faktor ini pengaruhnya tidaklah sebesar faktor internal.
Faktor eksetrnal yaitu :
1) Kualitas guru dalam menguasai meteri.
2) Metode yang digunakan guru dalam mengajar.
3) Fasilitas dalam mengajar seperti media dalam mengajar.
4) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya.
Pendapat di atas yang dijelaskan disimpulkan prestasi belajar
merupakan nilai dari hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk angka, symbol, huruf dan yang meliputi ranah kognitif, afektif
menentukan prestasi belajar sedangkan ranah afektif dan ranah
psikomotor untuk menentukan kedispilinan siswa.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperarif merupakan suatu model pengaajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Pengajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Salah satu
teori Vygotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural pembelajaran.
Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu teresap ke dalam individu
tersebut. Penerapan ini berimplikasi dikehendakinya susunan kelas
berbentuk pembelajaran kooperarif. Di dalam pembelajaran kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling
membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Yang dimaksud
heterogen yaitu dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan
bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Suyatno (2009: 51), model pembelajaran kooperatif adalah
saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan
atau inkuiri.
Lie (2002: 30) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Maka dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran
kooperatif yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dengan
membentuk kelompok yang berisikan siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda sehingga dapat saling melengkapi untuk mecapai suatu
keberhasilan kelompok.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Suyatno (2009: 50) menyatakan bahwa langkah pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar.
2) Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mereka mengerjakan tugas.
5) Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
belajarnya.
6) Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai naik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Trianto (2010: 75), menyatakan teknik Jigsaw tipe II
dikembangkan oleh Slavin. Pada tipe II ini siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep
yang akan dibicarakan. Jigsaw II adalah strategi pembelajaran
dimana individu belajar menjadi pakar dalam satu sub materi tertentu
dan Kauchak, 2012: 137) setiap siswa berkompetensi untuk
mendapatkan suatu penghargaan kelompok. Setiap anggota
kelompok berperan sangat penting dan menunjukkan
kemampuannya. Poin tambahan akan diberikan jika masing-masing
tiap anggota mampu meningkatkan kemampuannya (dari
kemampuan sebelumnya) saat ditugaskan untuk mengerjakan kuis
(Huda, 2012:118)
Rusman (2011: 218) menjelaskan bahwa pembelajaran
Jigsaw yaitu dimana siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan
dapat meningkatkan keterampilan dan komunikasi. Setiap anggota
kelompok dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari sehingga
mampu menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.
Jadi, pembelajaran tipe Jigsaw II adalah pembelajaran model
kooperatif dimana semua siswa belajar keseluruhan materi sebelum
siswa belajar yang akan menjadi keahliannya, dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini tiap anggota memiliki
keterlibatan dan tanggung jawabnya untuk membantu anggota
kelompok lain dalam memahami materi. Pada setiap anggota
kelompok memiliki peran untuk meningkatkan kemampuannya agar
kelompok tersebut mendapatkan penghargaan.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawan. Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II
menurut Slavin (2005: 237), yaitu:
a) Para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Kelompok
mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Contoh, dalam suatu
kelompok terdapat tingkat prestasi siswa yang berbeda, jenis
kelamin, dan warna kulit. Pembagian yang rata dan adil sangat
diperlukan dan siswa tidak diperbolehkan memilih anggota
kelompok sendiri.
b) Para siswa mendapatkan tugas untuk membaca seluruh konsep
sebelum ia belajar menjadi “ahli” pada sub bagian. Kelompok ahli
dari tim yang berbeda dan mempunyai fokus materi yang sama
bertemu dan membahas fokus topik selama 30 menit.
c) Setelah terjadi diskusi dalam kelompok ahli, para ahli kembali
kepada kelompok asal kemudian secara bergiliran menjelaskan
materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli dan memantau
teman anggota kelompok asal dalam memahami materi.
d) Guru berperan untuk memberikan penilaian yang mencakup
seluruh topik. Peraturan penilaian adalah skor kuis menjadi skor
tim sedangkan skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada
timnya adalah skor pengembangan individual. Bentuk
pengahargaan terhadap tim yang meraih skor tertinggi menerima
adalah sertifikat atau berupa penghargaan lainnya. Bentuk
siswa untuk bekerja keras dan berusaha menjadikan kelompoknya
menjadi kelompok yang terbaik.
3) Perbedaan Jigsaw II dan Jigsaw I
Ada perbedaan mendasar anatara pembelajaran Jigsaw I dan
Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep
tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep
yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrubnya. Pada
tipe Jigsaw II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya
untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran
menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis
pelaksanaan Jigsaw II hampir sama dengan Jigsaw I, tetapi dalam
Jigsaw II siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari
keseluruhan materi. Selain itu yang membedakan dalam Jigsaw I dan
Jigsaw II yang dijelaskan Knight dan Bohlomoyer (dalam Huda,
2012: 121) yaitu dalam Jigsaw I tidak ada reward khusus yang
diberikan atas individu maupun kelompok yang mampu
menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan mengerjakan
kuis. Jigsaw II lebih terlihat persaingan yang jelas sebab
penghargaan (reward) akan diberikan berdasarkan performa individu
Penghargaan tersebut maka setiap kelompok akan terdorong
untuk bekerja sama dan berusaha untuk meningkatkan skor
kelompok (Sharan, 2012: 58).
a) Penghargaan (reward) Kelompok
Slavin (2005: 159) menjelaskan bahwa setelah melakukan kuis,
guru harus menghitung skor kemajuan individual kemudian
memeberikan penghargaan berbentuk sertifikat atau penghargaan
lainnya untuk tim yang mendapatkan skor tertinggi.
b) Poin kemajuan
Sebelum menghitung skor kemajuan penilaian pertama kepada
siswa. Pertama melakukan penilaian dengan memberikan soal
untuk mendapatkan skor awal. Kemudian guru memberikan soal
evaluasi dan dihitung poin kemajuannya. Berikut poin kemajuan
melakukan kuis memberikan poin berdasarkan keberhasilan kuis
yang didapatkan siswa :
Tabel 2.1
Poin Berdasarkan Tingkat Kuis
No. Skor Kuis Poin
Kemajuan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
2. 10-1 poin di bawah skor awal 10
3. Sampai 10 poin di atas skor awal 20
c) Skor Kelompok
Rusman (2011: 216) skor kelompok dihitung dengan membuat
rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan
menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota
kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut.
Tabel 2.2
Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
No Rata-rata Skor Kualifikasi
1. 0 ≤ N ≤ 5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team) 3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang sangat baik (Great Team) 4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang sangat istimewa (Super Team)
d) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Kelompok
Rusman (2011:216) setelah masing-masing kelompok
memperoleh predikat, guru memberikan penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Hakikat IPS
Pendidikan IPS yaitu ilmu yang mempelajari tentang hubungan
manusia satu dengan yang lainnya. Dalam Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2007: 18) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
social, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local,
nasional dan global. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi
aspek-aspek: manusia, tempat, lingkungan waktu, berkelanjutan, dan
perubahan system social dan budaya dan perilaku ekonomi dan
kesejateraan. Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi
penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam
berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan
pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan
kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insane
social dan warganegara yang baik.
b. Pembelajaran IPS di SD
Pengajaran IPS lebih bersifat perkenalan mengenai “Seni
Kehidupan”. Pendidikan IPS di sekolah dasar meliputi materi geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi. Materi pengajaran IPS lebih banyak dititik
beratkan kepada dunia siswa dan lingkungannya.
Metode yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi
IPS hanya menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan siswa
pasif dan membuat prinsip bahwa pelajaran IPS itu pelajaran hafalan
yang membosankan. Karena guru hanya menggunakan metode
ceramah, anak bahkan cenderung mengantuk dan tidak mencatat hal-hal
6. Penelitian-penelitian yang Relevan
Peneliti akan memamparkan beberapa hasil penelitian yang
relevan, yaitu:
a. Susanto (2010) dalam penelitian tindakan kelas menggunakan
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw sebagai model pembelajaran
IPS kelas V si SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.
Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw diketahui
bahwa ada kenaikan indeks prestasi 60% pada siklus 1 dan 70% pada
siklus ke 2. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
jigsaw dapat meningkstkan prestasi siswa.
b. Pertiwi, Rine. Dkk dengan judl jurnal “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”. Rata-rata aktivitas belajar siswa
pada siklus 1 yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu 86,09% (sangat baik).
c. Shodiq (2010) meneliti tentang prestasi belajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penguasaan materi IPS
pada kompetensi dasar menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan di kelas V SD Negeri Tidar 7
Magelang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah penggunaan model kooperatif teknik Jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar
siswa dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal 58,89
Gambar 1 : Literature Map penelitian
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran harus melibatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS banyak ditemukan konsep dan teori. “Penelitian tindakan kelas
menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar model
pembelajaran IPS kelas V si SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun
ajaran 2009/2010”
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 97
Pekanbaru”
“Peningkatan Prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw materi IPS pada kompetensi dasar menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan di kelas V SD Negeri Tidar 7
Magelang”
“Peningkatan Kedisiplinan dan
Prestasi Belajar kelas VA SD Negeri Adisucipto 1 Mata Pelajaran OPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satunya adalah konsep dan teori tentang peranan tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pemberian materi tersebut dengan
metode ceramah anak membuat siswa bosan. Dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, semua siswa dapat terlibat langsung
dengan pembelajaran melalui kegiatan diskusi kelompok dan siswa dapat pula
merefleksikan pengalamannya tentang segala fenomena yang berlaku atau
ada di masyarakat tempat mereka tinggal. Dengan demikian, pembelajaran
akan lebih bermakna bagi siswa. Keterlibatan ini juga mampu meningkatkan
patrisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar dan diharapkan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka peneliti mengemukakan
hipotesis bahwa:
1. Upaya peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas
VA SD Negeri Adisucipto 1 materi perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut : a) pemberian materi secara keseluruhan, b) pembentukan
kelompok asal yang terdiri dari 4 ahli, c) pemberian tugas kepada tiap-tiap
ahli, d) diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli, e) ahli melaporkan
dalam pleno, g) evaluasi individual, dan h) pemberian reward (penghargaan).
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan kedisiplinan dalam mata pelajaran IPS untuk materi
perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa
kelas VA SD Negeri Adisucipto 1.
3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
mningkatkan prestasi belajar IPS untuk materi perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri
29 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini, peneliti menuliskan tentang Jenis Penelitian, Setting
Penelitian, Pendekatan Rencana Rencana Tindakan, Indikator Keberhasilan,
Instrumen Penelitian, Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian
ini.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Kunandar (2008: 45) berpendapat penelitian
tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau
bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran
di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus. Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan
adanya kerja sama antara guru bidang studi dengan pihak peneliti. Guru
berperan melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat
yakni melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat
hasil temuan. Peneliti juga memberikan bantuan ketika guru mengajar. Selain
terhadap hasil temuan yang diperoleh dan melakukan revisi untuk pertemuan
siklus berikutnya.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc.
Taggart. Model penelitian ini terdiri dari adanya perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu siklus. Setelah
suatu siklus diimplementasikan, akan diadakan refleksi dari semua kegiatan
yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan perencanaan ulang untuk
dilaksanakan padasiklus tersendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
di bawah ini:
Gambar 2 : Tahapan Penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart
Keempat langkah penting dalam PTK dapat diuraikan secara singkat
seperti berikut ini (Sukardi 2003: 213-215):
1. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi
kedepan. Perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko.
Perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi
pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi.
Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada
sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam
perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan
merupakan kegiatan yang praktis terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan
tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur.
3. Pengamatan
Pengamatan pada penelitian tindakanmempunyai fungsi
dokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subyek. Observasi
yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat
mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak
diharapkan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran
yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang
muncul dalam tindakan strategik. Hasil refleksi penting untuk melakukan
tiga kemungkinan terhadap suatu subyek penelitian, yaitu diberhentikan,
Peneliti menggunakan model ini karena sebagai sarana apabila
dalam pelaksanaanya rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti
mengalami kegagalan. Dengan model ini, maka kesalahan-kesalahan
dalam rencana tindakan pertama dapat diperbaiki kemudian dapat
dilakukan perencanaan tindakan kedua dan seterusnya hingga tercapai
tujuan dari penelitian yaitu mengetahui keefektifan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam meningkatkan kerjasama dan
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Semester II di SDN
Adisucipto 1.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Negeri Adisucipto 1yang
terletak di komplek Lanud Adisucipto 1, Jalan Janti Maguwoharjo Depok,
Sleman, Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Siswa SD Negeri Adisutcipto 1
Tahun 2013/2014 siswa kelas V yang berjumlah 32 orang peserta didik.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kesiplinan dan prestasi belajara peserta
didik di SDN Adisucipto 1 pada Ilmu Pengetahuan Sosial mengidentifikasi
perjuangan tokoh pejuang dalammempertahankan kemerdekaan
4. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan mei semester II Tahun
Pelajaran 2013/2014.
C. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini menurut gambar 3.1 menurut Kemmis dan Mc.
Taggart, terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, peksanaan, pengamatan dan
refleksi.
1. Persiapan
Hal pertama yang dilakukan peneliti sebelum penelitian yaitu
meminta izin pada Kepala Sekolah SDN Adisucipto 1. Setelah
mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, maka peneliti akan meminta izin
pada guru kelas VA, yang mana dalam kelas ini akan dilakukan penelitian.
Kemudian melakukan observasi pada kelas VA untuk memperoleh
gambaran mengenai kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Apabila
mendapatkan izin, maka peneliti akan meminta jadwal pelajaran kelas VA
agar peneliti dapat menyesuaikan waktu penelitian yang tepat, sesuai
dengan tujuan penelitian.
Perencanaan selanjutnya yaitu melakukan observasi dan
wawancara guna untuk mengetahui gambaran kegiatan pembelajaran dan
karakteristik tiap siswa. Setelah mengetahui permasalahan yang ada di
kelas VA, kemudian peneliti mengkaji standar kompetensi, kompetensi
Setelah menemukan permasalahan maka peneliti akan menyiapkan
instrumen pembelajaran seperti RPP dan LKS. Selain itu instrumen yang
juga diperlukan yaitu media pembelajaran sebagai pendukung
pembelajaran tersebut.Setelah peneliti menyusun instrumen pembelajaran,
peneliti akan menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang
digunakan untuk meneliti tingkat kerjasama siswa yaitu berupa lembar
observasi dan lembar kuesioner. Sedangkan instrumen penelitian yang
digunakan untuk menilai prestasi siswa yaitu dengan lembar evaluasi dan
lembar penilaian siswa dalam aspek-aspek tertentu.
2. Perencanaan Tindakan Per siklus a) Siklus I
1) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan silabus dan menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, LKS, Lembar observasi, lembar kuisioner, dan soal
evaluasi.
2) Pelaksanaan siklus 1
Pertemuan 1 Kegiatan awal :
1. Salam pembuka
2. Doa pembuka
3. Motivasi
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Eksplorasi
1. Melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas.
Elaborasi
1. Membagi siswa dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 7 anggota.
2. Membentuk kelompok asal.
Kelompok asal A Kelompok asal B Kelompok asal
C
Kelompok asal D Kelompok E Kelompok F
3. Siswa mempelajari mengenai materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia untuk dipelajari. Materi dalam pertemuan
ini yaitu menjelaskan mengenai latar belakang dan tokoh-tokoh
yang berperan dalam peristiwa: Pertempuran di Surabaya,
Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Bandung
Lautan Api, dan Pertempuran 5 hari di Semarang.
4. Siswa diberikan lembar kerja untuk dikerjakan. Dalam LKS
tersebut siswa diminta menjawab soal-soal tersebut.
5. Dalam kelompok setiap siswa mendapat bagian satu soal yang
berbeda untuk dikerjakan. Siswa yang mendapat bagian soal yang
sama berkumpul menjadi satu menjadi kelompok ahli. Kelompok
ini membahas materi yang sama dan menjawab soal pada LKS. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
6. Siswa dibentuk dalam kelompok yang akan mempelajari materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan dibina oleh guru.
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3
Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5
7.
7. Siswa yang menjadi ahli kembali ke kelompok semula kemudian
menjelaskan jawaban yang telah diperoleh kepada anggotanya
secara bergiliran.
Konfirmasi
1. Setelah siswa selesai berdiskusi, perwakilan siswa dalam setiap
kelompok melakukan presentasikan hasil diskusi yang telah
mereka dapatkan. Guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
Kegiatan Penutup
1. Siswa dan guru menyimpulkan materi.
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
3. Siswa diberikan pekerjaan rumah
4. Siswa melakukan refleksi
5. Doa penutup
Pertemuan 2 Kegiatan awal
2A 2B 2C 2D 2E 2F
1A 1 B 1 C 1D 1E 1F 6A 3A 3B 3C 3D 3E 3F
1. Salam pembuka
2. Doa
3. Menyanyikan lagu sebagai motivasi.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Siswa dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 7 anggota.
2. Membentuk kelompok asal
Kelompok asal A Kelompok asal B Kelompok asal C
i.
Kelompok asal D Kelompok asal E Kelompok asal F
3. Siswa mempelajari mengenai materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia untuk dipelajari. Materi dalam pertemuan
ini yaitu menjelaskan mengenai latar belakang dan tokoh-tokoh
yang berperan dalam peristiwa: Pertempuran di Surabaya,
Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Bandung
Lautan Api, dan Pertempuran 5 hari di Semarang.
4. Siswa diberikan lembar kerja untuk dikerjakan. Dalam LKS
tersebut siswa diminta menjawab soal-soal tersebut.
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5. Dalam kelompok setiap siswa mendapat bagian satu soal yang
berbeda untuk dikerjakan. Siswa yang mendapat bagian soal yang
sama berkumpul menjadi satu menjadi kelompok ahli. Kelompok
ini membahas materi yang sama dan menjawab soal pada LKS.
6. Siswa dibentuk dalam kelompok yang akan mempelajari materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan dibina oleh guru.
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3
Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5
7. Siswa yang menjadi ahli kembali ke kelompok semula kemudian
menjelaskan jawaban yang telah diperoleh kepada anggotanya
secara bergiliran.
Konfirmasi
1. Perwakilan siswa dalam setiap kelompok melakukan
presentasikan hasil diskusi yang telah mereka dapatkan.
2. Kelompok lain dapat memyampaikan tanggapan.
3. Guru menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
4. Guru memberikan penguatan mengenai pembelajaran hari ini.
5. Siswa mengerjakan lembar evaluasi mengenai materi pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua ini dikerjakan secara
individu
1A 1 B 1 C 1D 1E 1F 6A 2A 2B 2C 2D 2E 2F 3A 3B 3C 3D 3E 3F
Kegiatan penutup
1. Siswa dan guru menyimpulkan materi.
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
3. Siswa melakukan refleksi.
4. Doa penutup.
3) Observasi
Melakukan observasi untuk mengamati dan mengumpulkan
data mengenai minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Pengamatan tersebut menggunakan rubrik pengamatan minta yang
siisi oleh peneliti dan kuisioner diisi oleh siswa pada siklus I.
4) Refleksi
a. Mengevaluasi pelaksanaan siklus I yang telah dilakukan
mengenai kendala, hambatan dan berhasil atau tidaknya
pembelajaran tersebut.
b. Membandingkan hasil tes dan observasi yang telah dicapai
dengan indikator keberhasilan.
c. Memutuskan untuk mau dilanjutkan ke siklus II atau tidak.
d. Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil tes dan observasi
untuk dilakukan pada siklus ke II.
b) Siklus II
1) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan silabus dan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, LKS, Lembar observasi, lembar
2) Pelaksanaan siklus II
Pertemuan 1
Kegiatan awal
1. Salam pembuka
2. Doa
3. Motivasi
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan
dibahas.
Elaborasi
1. Siswa dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 7 anggota.
2. Membentuk kelompok asal
Kelompok asal A Kelompok asal B Kelompok asal C
Kelompok asal D Kelompok E Kelompok F
3.
3. Siswa diberikan lembar kerja (LKS) untuk dikerjakan. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4. Siswa mempelajari mengenai materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia untuk dipelajari. Materi dalam pertemuan
ini yaitu menjelaskan waktu kapan terjadinya dan tokoh yang
terlibat pada peristiwa : Pertempuran di Surabaya, Pertempuran
Ambarawa, Pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, dan
Pertempuran 5 hari di Semarang.
5. Dalam kelompok setiap siswa mendapat bagian satu soal yang
berbeda untuk dikerjakan. Siswa yang mendapat bagian soal yang
sama berkumpul menjadi satu menjadi kelompok ahli. Kelompok
ini membahas materi yang sama dan menjawab soal pada LKS.
6. Siswa dibentuk dalam kelompok yang akan mempelajari materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan dibina oleh guru.
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3
Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5
7. Siswa yang menjadi ahli kembali ke kelompok semula kemudian menjelaskan jawaban yang telah diperoleh kepada anggotanya
secara bergiliran.
Konfirmasi
1. Perwakilan siswa dalam setiap kelompok melakukan
presentasikan hasil diskusi yang telah mereka dapatkan. Guru 1A 1 B 1 C 1D 1E 1F 6A 2A 2B 2C 2D 2E 2F 3A 3B 3C 3D 3E 3F
dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
2. Siswa dapat memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi yang
dipresentasikan oleh temannya.
3. Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa
mengenai materi pada hari ini.
4. Guru memberikan penguatan mengenai pembelajaran hari ini.
Kegiatan penutup
1. Siswa dan guru menyimpulkan materi.
2. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
4. Siswa melakukan refleksi.
Pertemuan 3 Kegiatan awal
1. Salam pembuka
2. Doa
3. Menyanyikan lagu sebagai motivasi.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan melakukan tanya
jawab mengenai materi yang akan dibahas.
Elaborasi
1. Siswa kembali berkelompok yang anggotanya seperti pada