• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I67

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING

(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA

KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO

Yosefina Uge Lawe

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Citra Bakti

yosefinagelawe@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian mengikuti model Mc Taggart dan Kemmis yang dilaksanakan dalam empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDI Olaewa yang berjumlah 24 orang. Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi aktivitas belajar dan metode tes hasil belajar IPA. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar dan tes pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

1) Untuk

variabel aktivitas belajar IPA, siklus I nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 60,33 dan persentasenya sebesar 60,33% berada pada kategori tidak aktif dan pada siklus II nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 82,16 dan persentasenya sebesar 82,16% berada pada kategori aktif. Peningkatan persentase rata-rata nilai aktivitas belajar dari siklus I ke Siklus II sebesar 21,83% 2) Untuk variabel hasil belajar IPA pada siklus I nilai rata-ratanya sebesar 64,16 dengan persentase rata-ratanya sebesar 64, 16% berada pada kategori tidak baik dan pada siklus II nilai rata-ratanya sebesar 80,83 dengan persentase rata-ratanya sebesar 80,83% berada pada kategori cukup baik. peningkatan persentase hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa.

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I68

Abstract

This research aims to find out the improvement of Natural Science activity and learning outcome by using contextual teaching and learning Model for Class IV Students of Olaewa State Primary School Boawae District Nagekeo Regency. This research was Classroom Action Research by research design of Mc Taggart and Kemmis model which done in four stages that were: planning stage, action, observation, and reflection. The subject of this research was class IV students of Olaewa State Primary School totaled 24 students. The objects of this research were Natural Science learning activity and learning achievement. Method of data collected in this research was learning activity observation method and Natural science learning achievement test method. The instrument that used was learning activity observation sheet and multiple choice tests. Data analyzed by using analysis statistic descriptive quantitative. The result of research shows that 1) Natural Science learning activity the average score of Natural Science learning activity on first cycle in amount of 60,33 with the percentage 60,33% being in category enough active. While in second cycles the average score in amount of 82,16 with the percentage 82,16% being in category active. This case show that contextual teaching and learning model proved can improve Natural Science learning activity in amount of 21,83%, 2) Natural science learning achievement the average score acquired on the first cycle in amount of 64,16 with the percentage 64,16% being in category medium, while the average score in second cycles in amount of 80,83 with the percentage 80,83% being in category very high. This case shows that CTL model can improve Natural Science learning achievement in amount of 16,67%. Based on these result then can be concluded that by applying CTL model can improve Natural Science learning activity and learning achievement for Class IV Students of Olaewa State Primary School Boawae District Nagekeo Regency.

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I69

PENDAHULUAN

Manusia memerlukan

pendidikan sebagai bekal untuk menghadapi persaingan global yang semakin maju. Karena pendidikan merupakan wadah pembentukan kepribadian seseorang dan hakikatnya memanusiakan manusia yang berakal budi. Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan secara rasional dengan pengembangan diri demi mewujudkan potensi yang memadai dalam bidang pendidikan. Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut, maka belajar adalah lebih dari sekedar mengingat atau mengafal. Bagi siswa untuk dapat sunggu-sunggu mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus mencoba untuk memecahkan masalah dan berusaha menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Taufiq dkk, (2011:1.7) menyatakan bahwa makna pendidikan tersebut mengandung beberapa hal yaitu: pendidikan itu merupakan usaha sadar, artinya tindakan mendidik bukan merupakan tindakan yang bersifat refleks atau spontan tanpa tujuan dan rencana yang jelas, melainkan merupakan tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu; mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif menjadi fokus utama proses pendidikan; anak harus aktif, artinya bukan hanya mendengarkan saja, melainkan harus lebih banyak bertanya, melakukan kegiatan tertentu, mencari sumber belajar, mencoba dan menemukan sendiri. pendidikan juga merupakan proses membantu peserta didik agar berkembang secara optimal yaitu berkembang setinggi mungkin sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianutnya dalam masyarakat. Oleh

karena itu, pendidikan bukanlah proses memaksa kehendak orang dewasa (guru) kepada peserta didik, melainkan upaya menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak, yaitu kondisi yang memberi kemudahan kepada anak untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

Trianto, (2014: 5) menyatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu diimbangi dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Agar sumber daya manusia dapat meningkat maka setiap pelajaran di SD harus diberikan secara terarah sehingga menunjang keberhasilan pendidikan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pembelajaran IPA di beberapa SD masih belum mencapai hasil yang maksimal. Salah satu contoh nyata sekolah yang masih mengalami masalah dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA adalah SDI Olaewa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dengan guru kelas IV SDI Olaewa dijelaskan bahwa hasil belajar masih tergolong rendah khususnya pada mata pelajaran IPA.

Dalam observasi yang ditemukan pada saat guru memberikan materi tentang berbagai bentuk energi dan kegunaanya yang berfokus pada soal uraian ditemukan fakta bahwa; (1) proses pembelajaran berpusat pada guru, karena guru belum bisa mmbuat siswa agar mau berperan aktif dalam proses pembelajaran. (2) guru sering menggunakan soal-soal yang terdapat pada buku, karena guru merasa soal yng ada di buku sudah sesuai dengan materi jadi tidak perlu membuat soal lagi. (3) guru kurang memberikan motivasi belajar kepada siswa karena siswa dalam kelashanya sebagai pendengar sehingga siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. (4) keterampilan menguraikan jawaban siswa rendah yang berujung pada ketidakmampuan mengerjakan soal dan berkorelasi dengan rendahnya nilai IPA.

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I70

materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Maka dari itu yang harus dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar adalah diperlukan adanya penyempurnaan model pembelajaran IPA yang mampu memberikan peluang kepada siswa untuk berpikir secara optimal, mengurangi model ceramah dan menempatkan guru sebagai fasilitator dan menjadi mediator serta motivator belajar siswa. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran siswa dapat mengetahui apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana cara mencapainya

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah model pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa, dengan menerapkan model pembelajaran CTL siswa dapat memahami materi sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut Wina Sanjaya (Rosalin 2008: 27) Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Untuk memperbaiki keadaan tersebut maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini sebagai model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di SDI Olaewa Kecamatan Boawae.

Dilihat dari hasil observsi pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung di SDI Olaewa kelas IV lebih ditekankan pada kemampuan menghafal dari pada memahami tujuan materi pembelajaran sehingga hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik banyak yang tidak memenuhi KKM yang sudah ditentukan. Memperhatikan tujuan dari pembelajaran IPA di SDI Olaewa kecamatan Boawae, kualitas dan keberhasilan pembelajaran baik dalam hal aktivitas dan hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model

pembelajaran sebagai bingkai dari pembelajaran dikelas.

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik dan mental dalam proses belajar kedua kegiatan saling berkaitan. Nanang Hanafia dan Cucu Suhana (2010: 24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar memberikan nilai tambah bagi peserta didik berupa hal-hal sebagai berikut. 1) Peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar. 2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri,yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang internal. Aktivitas belajar merupakan proses belajar yang dialami secara langsung oleh siswa pada saat proses pembelajaran dikelas maupun diluar kelas (Hamalik, 2001:170). Dalam proses pembelajaran yaitu tingka laku siswa atau perbuatan siswa dapat dialami oleh siswa secara langsung baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar (Mudjiono dan Dimiyati 2009: 236).

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hasil belajar memegang peranan penting. Menurut Susanto (2013), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan cara berpikir yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran kegiatan belajar yang telah dilakukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan sampai sejauh mana siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang diberikan guru setelah proses pembelajaran. Dengan kata lain, seorang siswa dapat dikatakan telah mencapai hasil belajar jika pada dirinya telah terjadi perubahan cara berpikir serta peningkatan kompetensi melalui proses belajar yang dilakukan.

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I71

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Sudjana (1991: 22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dan dapat dinilai dan diukur melalui tes.

Sedangkan Bloom (Hudoyo, 1990:28) hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diterapkan.

Dari uraian tentang pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dipreoleh siswa setelah mengalami interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam suasana pembelajaran yang utuh. Hasil belajar juga merupakan perubahan tingkah laku dan peningkatan kemampuan siswa setelah mengalami proses belajar baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diuraikan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah penerapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo?. 2) Apakah penerapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah. 1) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Contextual teaching and learning pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah. 1) Dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA dikelas IV pada siswa SDI Olaewa kecamatan Boawae. 2) Dengan menggunakan model pembelajaran

contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA dikelas IV pada siswa SDI Olaewa Kabupaten Nagekeo

.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research. PTK (penelitian tindakan kelas) diarahkan pada tindakan nyata siswa yang terjadi dalam konteks pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Untuk meningkatkan mutu pelajaran melalui suatu tindakan bermakna dengan menggunakan sebuah model atau suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memecahkan masalah, situasi nyata siswa dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya, untuk mengukur tingkat keberhasilannya dilakukan 4 tahap yang terdiri dari (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Model Kemis dan Taggart.

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada semester genap bulan Mei-Juni tahun 2016. Tempat pelaksanaan penelitian adalah SDI Olaewa kelas IV Kecamatan Boawae Kabupaten. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo yang berjumlah 24 orang terdiri dari 10 perempuan dan laki-laki 14 orang. Objek dari penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar IPA dalam penerapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning

(CTL).

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I72

siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Melalui lembaran pengamatan peneliti dapat mengetahui sikap dan tingah laku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan atau aktivitas yang dilakukannya. Metode ini digunakan untuk aktivitas belajar siswa. Pemberian tes dilakukan secara indifidu dengan menggunakan instrument pengumpulan data meggunakan soal-soal pilihan ganda. Dengan kata lain tes ini digunakan unntuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan Model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning

(CTL). Metode tes digunakan untuk hasil belajar siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lembar observasi di laksanakan di setiap pertemuan. Instrumen pengumpulan data hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes hasil belajar. Tes dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tes hasil belajar IPA kelas IV dengan menggunakan tes formatif.

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode pembelajara Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pertemuan. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut.

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode

observasi dengan rumus sebagai berikut.

Analisis Data Aktivitas Belajar

1) Menentukan distribusi frekuensi Untuk menentukan distribusi frekuensi dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menghitung rentangan (R) R = Xt- Xr

(2) Menghitung banyaknya kelas (K) K =1 + (3,3) Log n

(3) Menghitung panjang kelas (P) P =

2) Menghitung mean, median, dan modus

Setela menghitung rentangan, menghitung banyak kelas, dan menghitung panjang kelas, langkah selanjutnya adalah menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi. Setelah menganalisis data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi maka dilanjutkan dengan menganalisis data menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.

(1) Menghitung Mean

Untuk menghitung rata-rata (mean) hasil belajar IPA menggunakan rumus sebagai berikut. (2) Menghitung Median

(7)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I73

(3) Menghitung modus

Untuk mencari modus menggunakan rumus sebagai berikut.

(Koyan 2012: 16) Keterangan: Mo = modus

b = batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak (batas bawah)

P = panjang kelas (i = interval) dengan frekuensi terbanyak

b1 =frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelasinterval berikut 3) Menghitung rata-rata persentase

Rumus yang digunakan untuk mencari persentase hasil belajar IPA adalah sebagai berikut.

M(%)= rata –rata persen. M=mean / rata-rata skor kelas

SMI= Skor maksimal ideal, artinya skor yang dicapai jika semua soal dapat dijawab dengan benar

Selanjutnya data aktivitas belajar IPA di satukan dengan Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima untuk skor aktivitas belajar IPA seperti pada tabel 01.

Tabel 01 Penilaian Acuan Patokan Aktivitas Belajar IPA

Rata-rata Kategori

Analisis Tes Hasil Belajar

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka- angka dan presentase sehingga diproleh kesimpulan umum mengenai hasil belajar siswa. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya hasil belajar siswa yang dikonverensikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil belajar IPA antara lain sebagai berikut.

1) Menentukan distribusi frekuensi Untuk menentukan distribusi frekuensi dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menghitung rentangan (R) R = Xt- Xr

(2) Menghitung banyaknya kelas (K)

K =1 + (3,3) Log n

(3) Menghitung panjang kelas (P)

P =

Koyan (2012:11)

2) Menghitung mean, median, dan modus

Setelah menghitung rentangan, menghitung banyak kelas, dan menghitung panjang kelas, langkah selanjutnya adalah menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi. Setelah menganalisis data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi maka dilanjutkan dengan menganalisis data menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.

(1) Menghitung Mean

(8)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I74

(Koyan 2012: 17) Keterangan :

Md = median

b= batas bawah,dari daerah median p=panjang kelas / interval

n=banyak data atau jumlah sampel F =f kumulatif sebelum kelas median (jumlah semua frekuensi sebelum kelas median)

f= frekuensi kelas / daerah median (3) Menghitung modus

Untuk mencari modus menggunakan rumus sebagai berikut.

(Koyan 2012: 16). Keterangan:

Mo = modus

b= batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak (batas bawah)

P= panjang kelas (i = interval) dengan frekuensi terbanyak

b1 =frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelasinterval berikut

3) Menghitung rata-rata persentase Rumus yang digunakan untuk mencari persentase hasil belajar IPA adalah sebagai berikut.

Purnitawati (Agung : 2005) M(%)= rata –rata persen.

M=mean / rata-rata skor kelas

SMI= Skor maksimal ideal, artinya skor yang dicapai jika semua soal dapat dijawab dengan benar

4) Menyajikan data dalam bentuk grafik histogram

5) Menghitung KKM dengan standar PAP

Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima untuk skor hasil belajar IPA adalah seperti pada tabel 02. Tabel 02. Penilaian Acuan Patokan

Persentase Kategori

90- 100% Sangat Baik

79- 90% Baik

65- 79% Cukup Baik

50- 65% Kurang Baik

0-50% Tidak Baik

Sumber: Agung, 2005 Untuk menentukan ketuntasan

belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut, secara individu siswa di katakan tuntas apabila memeroleh nilai minimal 65, dan secara klasikal di katakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa di kelas memperoleh nilai 65. Apabila ini tercapai maka peneliti di katakan berhasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siklus I telah menunjukan bahwa

tingkat keberhasilan belajar IPA masih pada kategori kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 60,45 dan persentasenya sebesar 60,45% berada pada kategori tidak aktif. Sedangkan untuk hasil belajar IPA, nilai rata-ratanya sebesar 64,16 dengan persentase rata-ratanya sebesar 64, 16% berada pada kategori tidak baik. Data rata-rata dan persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA pada siklus I dapat dilihat pada tabel 03.

Tabel 03. Data rata-rata dan Persentase Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus I

Variabel Rata-rata Persentase Kategori

Aktivitas belajar 60,33 60,33% Tidak aktif

Hasil belajar IPA 64,16 64, 16% Tidak baik

Berdasarkan data tersebut dan berdasarkan pedoman penilaian yang menyatakan bahwa secara individu dan

(9)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I75

pada siklus berikutnya dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I.

Berdasarkan hasil pengolahan data aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siklus II telah menunjukan bahwa tingkat keberhasilan belajar IPA sudah pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pada

akivitas belajar siswa yakni sebesar 82,16 dan persentasenya sebesar 82,16% berada pada kategori aktif. Sedangkan untuk hasil belajar IPA, nilai rata-ratanya sebesar 80,83 dengan persentase rata-ratanya sebesar 80,83% berada pada kategori cukup baik. Data rata dan persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA pada siklus II dapat dilihat pada tabel 04. Tabel 04. Data rata-rata dan Persentase Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus II

Variabel Rata-rata Persentase Kategori

Aktivitas belajar 82,16 82,16 % aktif

Hasil belajar IPA 80,83 80, 83 % baik

Berdasarkan data tersebut dan berdasarkan pedoman penilaian yang menyatakan bahwa secara individu dan secara klasikal siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai minimal 65, maka penelitian ini dinyatakan telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) untuk variabel aktivitas belajar IPA, siklus I nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 60,33 dan persentasenya sebesar

60,33% berada pada kategori tidak aktif dan pada siklus II nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 82,16 dan persentasenya sebesar 82,16% berada pada kategori aktif. 2) untuk variabel hasil belajar IPA pada siklus I nilai rata-ratanya sebesar 64,16 dengan persentase rata-ratanya sebesar 64, 16% berada pada kategori tidak baik dan pada siklus II nilai rata-ratanya sebesar 80,83 dengan persentase rata-ratanya sebesar 80,83% berada pada kategori baik. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siklus I ke Siklus II dapat dilihat pada tabel 05.

Tabel 05. Peningkatan Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus I dan Siklus II Siklus Variabel Rata-rata Persentase Kategori

I Aktivitas

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan nilai baik pada variabel aktivitas belajar maupun variabel hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 21,83 (21,83%) dan terjadi peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67 (16,67%)

(10)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I76

yang dikaji dalam penelitian yang relevan. Hasil penelitian yang diuraikan membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut. 1) Aktivitas belajar IPA meningkat melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IV SDI Olaewa tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 60,33 dan persentasenya sebesar 60,33% berada pada kategori tidak aktif dan pada siklus II nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni sebesar 82,16 dan persentasenya sebesar 82,16% berada pada kategori aktif. Peningkatan aktivitas belajar IPA pada siklus I kesiklus II adalah 21,83 (21,83%). 2) Hasil belajar IPA pada siswa kelas IV meningkat melalui penerapan model pembelajaran CTL hal ini dapat di lihat dari pada siklus I nilai rata-ratanya sebesar 64,16 dengan persentase rata-ratanya sebesar 64, 16% berada pada kategori tidak baik dan pada siklus II nilai rata-ratanya sebesar 80,83 dengan persentase rata-ratanya sebesar 80,83% berada pada kategori cukup baik peningkatan hasil belajar IPA pada siklus I dan II 16,67 (16,67%).

Berdasarkan simpulan di atas maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Guru perlu melatih kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar agar siswa termotivasi dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi kegunaan sumber energi. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru harus mampu memilih pembelajaran sesuai dengan menerapkan

pembelajaran CTL sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Siswa disarankan untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran seperti menyampaikan pendapat,aktif berkomunikasi agar dapat mengikuti proses pembelajarn dengan baik. Bagi calon peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model CTL, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi proses dan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2005. Metodologi penelitian.

Singaraja: Fakultas Ilmu IKIP Negeri Singaraja.

Hamalik, oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Bumi Aksara.

Suhana C. dan Hanafiah 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refilan Aditama.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar IPA. Malang: IKIP.

Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Pers.

Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Takari, Enjah. 2008. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual.

(11)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I77

Taufiq dkk. 2011. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

tabel distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, wakaf benda bergerak atau tidak bergerak hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki harta lebih.. Hal inilah yang menyebabkan kekayaan wakaf di Indonesia

Kemauan Belajar Menerima, mengelola, Dapat menerima, Cukup mampu Sedikit lambat dalam Sedikit lambat dalam Lambat menerima dan Tidak dapat Kemampuan dan menyampaikan

Perasaan rendah diri berlaku apabila (a) individu mempunyai tanggapan yang salah ten tang diri dan persekitaran, Ian taran mempunyai matlamat dan gaya hidup yang salah; (b)

Spirulina platensis telah ditambahkan pada beberapa ikan, diantaranya : pada pakan ikan nila untuk meningkatkan warna merah [14], pada ikan lele untuk mempercepat pertambahan bobot

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

The Freundlich parameter for adsorption of MB onto Ca-bentonite and bentonite titanium dioxide composite without UV irradiations at various temperature.. The Langmuir parameter

Tidak menahan buang air besar: Pencernaan juga akan lancar jika tidak menahan buang air besar karena dengan menahan buang air besar feses akan kering sehingga penyakit wasir

Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model terbaik untuk klasifikasi kondisi air tambak didapatkan oleh model yang dibentuk dengan algoritma