Spirulina untuk pakan koi
Ikan koi merupakan ikan peliharaan yang banyak digemari karena warna tubuhnya yang indah dan bagus. Warna merah pada ikan koi disebabkan oleh senyawa xantofil atau karotenoid (oksi karotena atau hasil oksidasi karotena). Ikan hias tidak dapat memproduksi karotenoid sendiri, melainkan memperoleh karotenoid dari pakan yang dikonsumsinya. Untuk mendapatkan warna ikan koi yang bagus, diperlukan pakan koi yang berkualitas bagus juga salah satunya kandungan karotenoid pada pakan ikan harus tinggi. Kandungan karotenoid dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya mikroalga Spirulina platensis, atau sering disebut Spirulina. Mikroalga hijau-biru ini memiliki kandungan karotenoid yang cukup tinggi. Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) telah meneliti Spirulina sejak tahun 1994 dan masih terus dikembangkan hingga saat ini karena potensi yang dimilikinya. Produktivitas kultur spirulina di PPBBI mencapai 700 g/m3.
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dimana dua per tiga wilayahnya merupakan laut. Hal tersebut tentu berimbas pada kekayaan alam Indonesia yang melimpah dibandingkan negara-negara lain. Laut Indonesia yang kaya dengan biota laut yang beragam dihuni beberapa spesies ikan, terumbu karang, dan makhluk hidup lainnya. Ikan hias merupakan ikan yang digemari karena warna, bentuk, dan coraknya. Namun, ikan hias yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah ikan hias air tawar, karena lebih mudah dalam pemeliharaannya. Ikan hias bermacam-macam jenisnya. Salah satu ikan hias air tawar yang banyak digemari di Indonesia adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan koi dianggap sebagai ikan pembawa keberuntungan, terutama bagi masyarakat Tionghoa. Beberapa kriteria penting dalam menentukan kualitas ikan koi antara lain warna, bentuk tubuh, bentuk sirip, dan ukuran tubuh [1].
Munculnya warna yang bermacam-macam pada tubuh ikan koi disebabkan faktor pigmen yang ada pada tubuh ikan tersebut. Ada empat kelompok pigmen utama yang memberi warna pada kulit dan jaringan hewan maupun tumbuhan, yaitu: melanin, purin, pteridium dan
karotenoid [2]. Karotenoid memunculkan warna merah, orange, dan warna kuning pada ikan
dan crustasea [2]. Karotenoid seperti astaxanthin dan canthaxanthin umumnya digunakan dalam budidaya ikan hias sebagai sumber pigmentasi [3].
Ikan menggunakan karotenoid sebagai pigmentasi pada tubuhnya. Karotenoid merupakan salah satu kelompok paling penting dari pigmen alam berfungsi untuk pigmentasi kulit (sisik) dan daging pada tubuh ikan. Karotenoid terdapat pada beberapa sumber pakan alami ikan air tawar termasuk β-karoten, lutein, taraxanthin, astaxanthin, tunaxanthin, α-, β-doradexanthins, dan zeaxanthin [4,5]. Berbagai pigmen sintetis (β-karoten, canthaxanthin, zeaxanthin, dan astaxanthin) dan pigmen alami yang berasal dari ragi, bakteri, ganggang, dan tumbuhan tingkat tinggi telah digunakan sebagai suplemen pakan ikan untuk meningkatkan pigmentasi ikan dan krustasea [6,7].
Karotenoid tidak dapat disintesis di dalam tubuh hewan sehingga harus ditambahkan ke dalam pakan [8]. Seperti hewan lain, ikan koi tidak dapat mensintesis karotenoid dari dalam tubuhnya. Oleh karena itu, ikan koi sepenuhnya bergantung pada suplemen makanan untuk memunculkan pigmentasi alaminya [9]. Warna kulit pada ikan tergantung pada kehadiran kromatofora, pigmen yang mengandung sel-sel yang terletak di kulit. Ikan memiliki beberapa kromatofora: melanophores, xanthophores, erythrophores, iridophores, leucophores, dan
cyanophores. Warna kuning kemerah-merahan berasal dari senyawa xanthophores dan
erythrophores [10]. Ikan koi memiliki berbagai macam jenis corak dan warnanya. Beberapa warna ikan koi dan coraknya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Jenis-jenis ikan koi
Salah satu pewarna alami untuk memunculkan warna ikan koi adalah Spirulina platensis.
Spirulina platensis tidak memiliki selulosa pada dinding sel. Sel-sel yang dimiliki spirulina
mengandung murein mucopolymer yang mudah dicerna oleh enzim pencernaan dan
disekresikan oleh ikan [11]. Mikroalga hijau-biru Spirulina platensis mampu berfotosintesis, berbentuk filamen, dan memiliki kandungan kaya vitamin, asam amino esensial, mineral, asam lemak esensial (asam γ-linolenat), dan pigmen antioksidan seperti karotenoid serta fikosianin [12].
Tabel 1. Pemanfaatan spirulina strain lokal untuk pakan
Jenis Hewan Uji Manfaat
Larva udang windu Meningkatkan growth rate (GR), survival rate (SR), dan warna
Ayam petelur Warna kuning telur menjadi pekat grade 11-12
Ayam pedaging Karkas sun flower, daging empuk dan gurih, organ dalam hati dan ampela berwarna merah darah sapi
Ikan hias Discus (Marlborored) Mencerahkan warna Platy Mencerahkan warna Ikan koi Mencerahkan warna Oscar Mencerahkan warna
Lou Han Meningkatkan GR, SR anakan, memekatkan rajah, mencerahkan warna, menstimulasi
nongnong, mempercepat pematangan gonad
Ikan Mujair, Nila Meningkatkan GR, SR anakan Bandeng Membuat daging lebih gurih
Dahnia, Moina Meningkatkan GR, SR anakan dan menaikkan nafsu makan
Gambar 2. Budidaya Spirulinaplatensis di PPBBI
Percobaan pakan ikan yang ditambah dengan spirulina pernah dilakukan di sentra koi Blitar dengan hasil yang memuaskan. Ikan koi yang diberi pakan spirulina menghasilkan warna merah yang lebih cerah dan menarik dibandingkan kontrol tanpa pakan spirulina. Spirulina platensis memiliki banyak manfaat, selain untuk food suplement yang merupakan produk utama bisa juga dimanfaatkan untuk pakan ikan hias. Sejauh ini, penggunaan bahan aditif sintetis memakan biaya yang tinggi untuk pakan ikan hias. Oleh sebab itu, penambahan mikroalga ini pada pakan bisa menjadi salah satu solusi untuk mendapatkan ikan hias yang berwarna cerah.
Referensi
1. Yuangsoi, B., Jintasataporn, O., Tabthipwon, P., & Kamel, C. 2010. Utilization of
Carotenoids in Fancy Carp (Cyprinus carpio) : Astaxanthin, Lutein and- Carotene. World Applied Science Journal, 11(5): 590-598.
2. Kop, A., Durmaz, Y. 2008. The effect of synthetic and natural pigments on colour of
cichlid (Cichlasomaseverum sp., Heckel 1840). Aquaculture International 16, 117–122. 3. Mora, G.I., Arredondo-Figueroa, J., Ponce-Palafox, J., Barriga-Soca, I.A., Vernon-Carter,
J.,2006. Comparison of red chilli (Capsicum annuum) oleoresin and astaxanthin on
rainbow trout (Oncorhyncus mykiss) fillet pigmentation. Aquaculture 258, 487.
4. NRC (National Research Council). 1983. Nutrient Requirements of Warm Water Fishes
and Shellfishes, Revised Ed. National Academy Press, Washington, DC, USA.
5. NRC (National Research Council). 1993. Nutrient Requirements of Fish. National
Academy Press, Washington, DC, USA.
6. Kalinowski, C.T., Robaina, L.E., Fernandez-Palacios, H., Schuchardt, D., Izquierdo, M.S. 2005. Effect of different carotenoid sources and their dietary levels on red porgy (Pagrus pagrus) growth and skin colour. Aquaculture 244, 223–231.
7. Shahidi, F., Metusalach, Brown, J.A. 1998. Carotenoid pigments in seafoods and
aquaculture. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 38, 1–67.
8. Sukarman, Hirnawati, R., Subandiyah, S., Meilisza, N., Subamia, I.W. 2014.
Penggunaan tepung bunga Marigold dan tepung Haematococcus pluvialis sebagai sumber
karotenoid pengganti astaxantin untuk meningkatkan kualitas warna ikan koi. Jurnal Riset Akuakultur 9(2): 237-249.
9. Barbosa, M., Morais, R., Choubert, G. 1999. Effect of carotenoid source and dietary lipid
content on blood astaxanthin concentration in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss).
Aquaculture 176, 331–341.
10. Colihueque, N., 2010. Genetics of salmonid skin pigmentation: clues and prospects for
improving the external appearance of farmed salmonids. Reviews in Fish Biology and
Fisheries 20, 71–86.
11. Beresto, V., 2001. Our experience in spirulina feeding to minks in the reproduction
period. Scientifur 25, 11–15.
12. Jaime-Ceballos, B.J., Hernández-Llamas, A., Garcia-Galano, T., Villarreal, H., 2006.
13. Vasudhevan, I., James, R., 2011. Effect of optimum Spirulina along with different levels of vitamin C incorporated diets on growth, reproduction and coloration in goldfish
Carassius auratus. Indian Journal of Fisheries 58, 101–106.
14. Lu, J., Takeuchi, T., 2002. Taste of tilapia, Oreochromis niloticus, fed solely on raw Spirulina. Fisheries Science 68, 987–988 (Suppl.).
15. Tongsiri, S., Mang-Amphan, K., Peerapornpisal, Y., 2010. Effect of replacing fishmeal with spirulina on growth, carcass composition and pigment of the mekong giant catfish.
Asian Journal of Agricultural Science 2, 106–110.
16. Liao, W.L., Nur-E-Borhan, S.A., Okada, S., Matsui, T., Yamaguchi, K., 1993.
Pigmentation of cultured black tiger prawn by feeding with a Spirulina supplemented diet. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries 59, 165–169.
17. Kabinawa, I.N. 2006. Spirulina ganggang penggempur aneka penyakit. Jakarta: