• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi Media Tanam"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

X X

X X

Lampiran 2 : Bagan Penelitian

P0M2

P0M3 P0M1

P1M1 P3M2 P0M3

P0M2 P3M2

P1M1

P3M1 P1M1 P1M2

P1M2 P0M1 P2M2

P1M3

P2M2 P0M2

P0M1 P3M3 P2M3

P3M3 P2M1

P3M3

P2M2 P3M1 P3M1

P2M3 P2M1 P2M1

P0M3 P1M2 P1M3

P1M3 P2M3 P3M2

50 cm

30 cm

Blok I Blok II Blok III

50 cm

50 cm

30 cm 10 cm

30 cm

(2)

Lampiran 3. Waktu penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Persiapan Lahan x

2. Persiapan Bibit x 3. Pembuatan Ekstrak

Bawang Merah

x 4. Persiapan Peyambungan x

5. Aplikasi Perlakuan x

Penanaman X 6. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan Pengendalian Hama dan

Penyakit

Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan 7. Pengamatan Parameter

Persentase Bertunas (%) x x X x x x

Kecepatan Bertunas (hari) x x X x x x

Panjang Tunas(cm) x x X x x x

Diameter Tunas (mm) x x X x x x

Jumlah Daun (helai) x x X x x x

Panjang Akar(cm) x

Jumlah Umbi (umbi) x

Bobot basah akar (gr) x

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari ,S.2006. Hortikultura Aspek Budidaya.UI Press. Jakarta.

Alves, A,A,C. 2002. Cassava Botany and Fisiology. Crus das Almas, Bahia, Brazil.

Asnawi, R dan Arief, R.,W. 2008. Teknologi Budidaya Ubi Kayu.Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknoogi Pertanian. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Pangan. Sumatera Utara

Bangun, M.K. 1991.Rancangan Percoban Bagian I.Bagian Biometri, Fakultas Pertanian , Universitas Sumatera Utara. Medan.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2010. Bertanam Ubi Kayu Sistem Sambung (MUKIBAT) Antara Batang Atas Ketela Karet dan Ubi Kayu. Malang.

Barus, T. 2003. Peranan Batang Bawah Terhadap Batang Atas Pada Penyambungan Tanaman Buah-Muahan.Makalah Pribadi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

Dewi,A,I,R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.

E-book Pangan. 2006. Khasiat dan Pengolahan Bawang (Teori Dan Praktek). Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2016.

Hartmann, H,T dan Kester D,E. 1983. Plant Propagation Principle and Practice. Fourth edition. New Jersey. Pentice Hall. Inc. Englewood.

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL. 1997. Plant Propagation

Principle and Practice. Sixth edition. New Jersey. Pentice Hall. Inc.

Englewood.

Hendrayono, D.P.S. dan A. Wijayani.1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Lakitan, B. 1995. Holtikultura : Teori, Budidaya dan Pasca Panenl. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(4)

Marpaung, A,E dan Hutabarat, R,C. 2015.Respons Jenis Perangsang Tumbuh Berbahan Alami dan AsalSetek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Tin (Ficus carica L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. J. Hort 25 (1) : 37-43

Ningsih, E.M.N, Nugroho, Y.A dan Trianitasari. 2010, Pertumbuhan setek nilam (Pogostemon cablin Benth.) Pada Berbagai Komposisi Media Tumbuh dan Dosis Penyiraman limbah Air Kelapa. Agrika, vol. 4 (1). 37-47. Nugroho, W. H. Utomo and B. Guritno.1985. Comparison Between Yield Of

Mukibat And Ordinary Cassava At Five Densities. Agrivita. Desember,

No.2 (6): 1-11.

Nyakpa, M. Y., A.M. Lubis., M.A. Pulung, A.G. Amraha, A.Munawar, G.B. Hong, dan N. Hakim. 1986. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung . 258 hlm.

Prastowo N. dan J. M. Roshetko. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah World Agroforestry Centre./www.worldagroforestrycentre.org/SEA/Publications/Files/book/

BK0094-06/BK 0094-06-1.PDF. Diakses 11 Januari 2016.

Prihmantoro, H, 1997. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Pujiharti, Y. 1998. Respon Pertumbuhan Setek Cabang Buah Tanaman Lada

(Piper ningrum L.) yang Berasal Dari Berbagai Ketinggian Pada Tanaman Induk Terhadap Berbagai Media Tanam. Jurnal Agrotropika

Vol 3(2) : 29—33

Purwanto,E. 2008. Kajian Macam Media Tanam dan Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (jatropha curcas L.).Program Pasca Sarjana Agronomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Radjid, S.B., Prasetiawati.,dan M. Ginting. 2010. Potensi Peningkatan Hasil Ubi kayu melalui Stek Sambung (Mukibat). Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Radjid,S.B., Prasetiawati,N. 2011. Potensi Hasil Umbi Dan Kadar Pati Pada BeberapaVarietas UbikayuDengan Sistim Sambung (Mukibat). Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Buana Sains

Vol 11 (1). 35-44

Roja, A. 2009. Ubi kayu Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Padang.

(5)

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, B,B. 2010 . Auxin. Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat.

Siskawati,E., linda,R., Mukarlina.2013. Pertumbuhan Stek Batang Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Perendaman Larutan Bawang dan IBA (Indol Butyric Acid). Program Studi Biologi Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Pontianak jurnal protobiont Vol 2 (3 ): 167-170.

Siswanto, Usma. 2010. Penggunaan Auksin dan Sitokinin Alami Pada Pertumbuhan Bibit Lada Panjang (Piper retrofractum vah L.). Jurnal

Tumbuhan Obat Indonesia V o l ( 3) (2 ).

Sugiatno dan Hamim,H. 2009. Pengaruh Komposisi Media Pembibitan dan Dosis Pupuk Npk Pada Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Dengan Penyambungan. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.Jurnal Agrotropika 14 (2):48

Sundari,T. 2010. Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu (Materi Pelatihan Agribisnis Bagi Kmph). Balai Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian. Malang.

Suwandi. 2000. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanama Hutan .Yogyakarta.

Taiz and Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc., Publisher. Sunderland. Massachusett.

Ulfa, F. 2013. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang (Solanum tuberosum L.) pada System Budidaya Aeroponik. Disertasi. Program Studi Ilmu Pertanian. Universitas Hasanuddin.

Wudianto, R.. 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. P.T. Penebar Swadaya .Jakarta.

(6)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Februari sampai dengan April 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu gajah sebagai batang bawah, ubi karet sebagai batang atas yang diambil pada lokasi yang sama, air kelapa, ekstrak bawang merah, IAA sebagai bahan perlakuan, plastik bening sebagai pembalut sambungan, polybag ukuran 20 cm x 40 cm sebagai wadah media tanam, air steril sebagai campuran larutan perlakuan, top soil sebagai media tanam, sekam sebagai media tanam, pupuk kandang kambing sebagai media tanam, label sebagai penanda perlakuan pada media tanam serta bahan pendukung lainnya.

(7)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan 4 taraf perlakuan :

P0 : Tanpa ZPT ( Kontrol ) P1 : Air kelapa konsentrasi 50 %

P2 : Ekstrak bawang merah konsentrasi 100 % P3 : IAA 0,05 % (500 ppm)

Faktor kedua komposisi media tanam dengan 3 taraf perlakuan : M 1 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 3:1:1

M 2 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 2:1:2 M 3 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 1:1:1 Sehingga didapat 12 kombinasi

P0M1 P1M1 P2M1 P3M1

P0M2 P1M2 P2M2 P3M2

P0M3 P1M3 P2M3 P3M3

Jumlah unit percobaan : 36 unit Jumlah tanamn per unit perlakuan : 4 tanaman

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah Sampel : 4 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 144 Tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut

����= � +��+��+ ��+ (��)��+ ɛ���

(8)

Dimana

���� = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan ZPT pada taraf

ke-j, dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k � = Nilai tengah.

�� = Pengaruh blok taraf ke-i

�� = Pengaruh dari perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j.

�� = Pengaruh dari perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf ke-k.

(��)�� = Pengaruh interkasi antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

pada taraf ke-j dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k ɛ��� = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan zat pengatur tumbuh taraf ke-j

dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata maka

(9)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar serta bongkahan-bongkahan batu maupun kayu yang mengganggu. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m.

Persiapan Bibit

Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua berumur 6-8 bulan . Bahan untuk bibit yang sudah dipersiapkan diletakkan di tempat teduh agar getahnya tidak mengering.

Pembuatan Ekstrak Bawang Merah

Disiapkan umbi bawang merah 250g yang dibeli di pasar sore padang bulan kemudian dihaluskan dengan juiser/blender dan disaring. Hasil dari saringan ini merupakan ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 100% yang merupakan salah satu taraf perlakuan.

Persiapan Okulasi

(10)

tunas. Tahap ini harus dilakukan dengan hati-hati dan diusahakan tidak ada kotoran yang menempel dikambium, karena pokok keberhasilan dalam okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Pertautan mata tunas dan batang bawah tadi diikat rapat-rapat dengan plastik lilin yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam mata tunas yang dapat menyebabkan mata tunas busuk.

Aplikasi Perlakuan

Setelah batang bawah dan mata tunas disatukan dengan menggunakan plastik bening yang telah di bentuk menyerupai tali rafia, zat pengatur tumbuh disemprotkan pada bagian batang bawah dan bagaian mata tunas sesuai dengan konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang diguanakan yaitu sesuai perlakuan pupuk kandang kambing, topsoil dan sekam padi dengan 3 taraf perlakuan : 3:1:1 (M 1), 2:1:2 (M2), 1:1:3 (M3). Media yang telah disediakan diayak terlebih dahulu dan dilakuakn penghomogenan yaitu dengan cara mengaduk media tanam secara merata dengan menggunakan cangkul. Polybag yang digunakan ialah polybag dengan ukuran 20 cm x 40 cm, setelah pencampuran selesai maka media tanam dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan.

Penanaman

(11)

mencegah proses transpirasi yang berlebihan. Proses penyungkupan dilakukan selama satu minggu setelah penanaman di media tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit.

Penyiraman

Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore sesuai kondisi dilapangan, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diharapkan tanah pada media tidak terlalu basah.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah, tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi persaingan antar tanaman dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu.

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Para meter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

Persentase Keberhasilan (%)

Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan 6 MST. Perhitungan persentase bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100%

Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas

(12)

Kecepatan Bertunas (hari)

Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan formulsi sutopo (2012) sebagi berikut :

Rata-Rata Hari �1�1+�2�2+⋯+���� ����� ℎ����� ���� ℎ���������� ℎ

Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu

T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan

Tinggi Tunas (cm)

Tinggi tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.

Diameter Tunas (mm)

Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Umbi (umbi)

(13)

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitic

Bobot kering Akar (g)

Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu 60-800 C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.

Volume Akar (ml)

Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari polybag dengan cara merobek polybag dan membersihkan perakaran tanaman dari sisa-sisa media tanam secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu memotong bagian akar tanaman kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi air. Volume akar merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan dengan volume air sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada dua sampel destruktif disetiap perlakuan.

Volume akar (ml) = Volume2 (ml) – Volume1 (ml) dengan :

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengamatan dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23) menunjukkan bahwa respon perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas. Pemberian komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas dan tinggi tunas . Interaksi antara perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun. Persentase Keberhasilan (%)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 4.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata namun interaksi keduanya bepengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan.

Persentaase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(%)...

Kontrol (P0) 92 ab 58 b 100 a 83

Air Kelapa 50% (P1) 100 a 92 ab 100 a 97

Bawang Merah 100% (P2) 100 a 92 ab 83 ab 92

IAA 0,05% (P3) 92 ab 100 a 100 a 97

Rataan 96 85 96 92

(15)

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa persentase okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT perlakuan air kelapa 50% (P1) dan IAA 0,05% (P3) yang terbaik den gan rataan 97% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 83% dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 92%. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 (M1) dan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 96% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan Kambing : Top Soil : Sekam 2:1:2 (M2) rataan 85% . Namun interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.

Kecepatan Bertunas (hari)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 5.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas sedangkan interaksi keduanya berbeda tidak nyata terhadap kecepatan bertunas.

Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(hari)...

Kontrol (P0) 12,83 9,25 14,50 12,19 a

Air Kelapa 50% (P1) 9,17 8,75 11,08 9,67 b

Bawang Merah 100% (P2) 12,92 10,50 10,83 11,42 ab

IAA 0,05% (P3) 9,75 10,92 11,92 10,86 ab

Rataan 11,17 ab 9,85 b 12,08 a 11,03

(16)

Dari Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang tercepat dengan rataan 9,67 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 12,19 hari, ekstrak bawang merah (P2) rataan 11,42 hari dan IAA 0,05% (P3) dengan rataan 10,86 hari. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) yang tercepat dengan rataan 9,85 hari diikuti pemberian pukan kambing top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 11,17 hari dan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terlama dengan rataaan 12,08 hari. Namun interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata .

Tinggi Tunas (cm)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tunas pada 6 MST terlihat pada (Lampiran 10.) menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas namun pemberian ZPT serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas.

Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam

(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(cm)...

Kontrol (P0) 51,25 30,92 48,33 43,50

Air Kelapa 50% (P1) 51,42 46,08 48,25 48,58

Bawang Merah 100% (P2) 54,17 37,17 39,08 43,47

IAA 0,05% (P3) 48,08 51,42 50,42 49,97

(17)

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian IAA 0,05% (P3) merupakan yang tertinggi dengan rataan 49,97 cm diikuti oleh pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan tinggi tunas 48,58 cm, tanpa ZPT (P0) dengan rataan 43,50 cm dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 43,47 cm. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang tertinggi dengan rataan 51,23 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) rataan 46,52 cm dan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 41,40 cm serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Diameter Tunas (mm)

Data pengamatan dari hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 20.) Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat.

(18)

Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(mm)...

Kontrol (P0) 8,95 a 5,87 b 8,74 a 7,85

Air Kelapa 50% (P1) 8,66 a 8,32 a 8,72 a 8,56 Bawang Merah 100% (P2) 9,50 a 9,48 a 7,61 ab 8,86

IAA 0,05% (P3) 7,40 ab 8,90 a 8,19 a 8,16

Rataan 8,63 8,14 8,32 8,36

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan ekstrak bawang merah 100% (P2) yang terbaik dengan rataan 8,86 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 7,85 mm, air kelapa 50% (P1) rataan 8,86 mm dan IAA 0,05% (P3) rataan 8,16 mm. Sedangkan pemberiankomposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang terbaik dengan rataan 8,63 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 8,14 mm dan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) dengan rataan 8,32 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.

Jumlah Daun (helai)

(19)

interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat.

Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(helai)...

Kontrol (P0) 12,83 a 7,75 b 11,67 a 10,75

Air Kelapa 50% (P1) 13,00 a 11,58 a 11,50 a 12,03 Bawang Merah 100% (P2) 13,33 a 10,83 ab 10,08 ab 11,42 IAA 0,05% (P3) 10,58 ab 13,08 a 11,50 a 11,72

Rataan 12,44 10,81 11,19 11,48

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(20)

Jumlah Umbi (umbi)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam serta interaksinya yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(umbi)...

Kontrol (P0) 0,00 0,50 0,33 0,28

Air Kelapa 50% (P1) 0,67 0,67 0,67 0,67

Bawang Merah 100% (P2) 0,33 0,00 0,50 0,28

IAA 0,05% (P3) 0,17 0,33 0,17 0,41

Rataan 0,29 0,38 0,42 0,36

(21)

0,38 umbi dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Bobot Basah Akar (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot basah akar pad 6 MST dapat dilihat pada (lampiran 21.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(g)...

Kontrol (P0) 15,81 16,56 18,48 16,95

Air Kelapa 50% (P1) 14,25 16,64 25,03 18,64 Bawang Merah 100% (P2) 15,14 17,24 20,01 17,46

IAA 0,05% (P3) 18,97 21,58 15,63 18,73

Rataan 16,04 18,00 19,79 17,94

(22)

perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,04 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 18,00 g, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Bobot Kering Akar (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 22.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(g)...

Kontrol (P0) 2,10 2,14 2,63 2,29

Air Kelapa 50% (P1) 1,78 2,21 4,10 2,70

Bawang Merah 100% (P2) 2,24 2,39 2,56 2,40

IAA 0,05% (P3) 2,15 2,19 2,06 2,14

Rataan 2,07 2,23 2,84 2,38

(23)

sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 2,84 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 2,07 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan 2,84 g, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Volume Akar (ml)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akardapat dilihat pada (Lampiran 23), yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan 3:1:1

(M1)

2:1:2 (M2)

1:1:1 (M3)

...(ml)...

Kontrol (P0) 17,33 18,67 19,33 18,44

Air Kelapa 50% (P1) 16,33 19,67 27,00 21,00 Bawang Merah 100% (P2) 14,33 23,00 20,67 19,33

IAA 0,05% (P3) 18,33 20,33 16,67 18,44

Rataan 16,58 20,42 20,92 19,31

(24)

pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 20,92 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuanpemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,58 ml dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 20,92 ml, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Pembahasan

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas.

(25)

Pada parameter persentase keberhasilan perlakuan air kelapa 50% (P1) merupakan yang terbaik dengan tingkat keberhasilan 97% dan yang terendah tanpa pemberian ZPT (P0) tingkat keberhasilannya 83%, sedangkan ekstrak bawang merah 100% (P2) tingkat keberhasilannya 92% dan IAA 0,05 % (P3) tingkat keberhasilannya 91%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang atas dan batang bawah. Hal ini didukung pernyataan Dewi (2008) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin maupun asam traumalin yang terkandung didalam ZPT yang diberikan maupun yang terdapat pada tanaman itu sendiri, hal ini juga didukung pernyataan Pratama (2004) yang menjelaskan bahwa sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman seperti pada air kelapa. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel, pembentukan organ dan mendorong pembelahan (sitokinesis).

(26)

kering akar. Hal ini dikarenakan pada zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi air kelapa 50%, ekstrak bawang merah 100% dan IAA 0,05% berpengaruh tidak nyata, hal ini menunjukkan bahwa auksin tidak berpengaruh atau bahakan

menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartmann et al.,(1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh

memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa tidak berpengaruh bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi, hal ini didukung hasil penelitian Rahmat dan Wahap (1993) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT antara lain adalah : Jenis ZPT, dosis/ konsentrasi yang digunakan, waktu pemberian, kondisi lingkungan, obyek sasaran ZPT, cara pemberian, jenis ZPT serta bahan tanaman.

Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

(27)

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas. Dari hasil pengamatan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 2:1:2 (M2) yaitu sebesar 9,85 hari dan yang terlama pada taraf perlakuan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 11,92 hari.

Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas, hal ini disebabkan karena komposisi media tanam yang porous (gembur) dan subur (kaya unsur hara) berperan dalam hal perkembangan akar, akar akan cepat berkembang dan mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam komposisi media tanam sehingga membantu dalam kecepatan waktu bertunas bibit ubi kayu mukibat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa at al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik, drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada okulasi bibit ubi kayu mukibat. Pemberian media tanam pukan kambing : top soil : sekam : 3:1:1 (M1) merupakan yang tertinggi dengan rata-rata 51,23 cm diikuti perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 46,52 cm dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam: 2:1:2 (M2) yang terendah yaitu 41,40 cm.

(28)

tanam pukan kambing dan sekam merupakan bahan organik, dimana bahan ini sering digunakan sebagai media pembibitan karena mempunyai kriteria sebagai media pembibitan. Pukan kambing dan sekam padi merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai media pembibitan, karena bahan-bahan tersebut mudah didapatkan dan murah. Seperti pendapat Prastowo dan Roshetko (2006) yang menyatakan bahwa syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus (gembur), dan subur (kaya unsur hara).

(29)

pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen.

Dari hasil analisi statistik pemberian komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media dengan taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) merupakan yang terbaik dari semua parameter yang diamati, sedangkan taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) merupakan yang terburuk. Buruknya taraf perlakuan (M1) 3:1:1 dikarenakan tingginya kandungan pupuk kandang yang dapat menyebabkan daya menyerap airnya lebih tinggi dan media tanam kurang porous atau gembur sehingga peroses perkembangan akar bibit ubi kayu mukibat dapat terhambat dan terganggu hal ini akan mengakibatkan persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar juga akan terganggu. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa et al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik, drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.

(30)

ke batang bawah, sehingga waktu keluarnya umbi lebih cepat. Hal ini didukung oleh pernyataan Taiz dan Zeiger (2003) yang menyatakan bahwa organ atau jaringan tanaman seperti daun menjadi tempat akumulasi sementara bahan kering untuk kemudian melepaskannya kebagian yang memanfaatkan source. Bahan kering hasil fotosintesis kemudian ditranslokasikan melalui floem kebagian tanaman yang membutuhkannya (sink), sink dapat berupa jaringan meristematis, jaringan yang sedang mengalami pemanjangan (respiratory sink) dan jaringan penyimpanan (storage sink) seperti umbi. Dengan komposisi media yang berperan dalam hal penyedia unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat. Hal ini ditunjukkan pada parameter jumlah umbi yang diamati selama 6 MST. Umbi sudah keluar pada umur 6 MST yang diduga waktu keluarnya umbi lebih cepat, hal ini didukung oleh pernyataan De Silvia (2007) yang menyatakan bahwa pada umur 2-4 bulan tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan umbi, sehingga memerlukan tekstur tanah yang gembur untuk perkembangan umbinya.

Pengaruh Interaksi Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

(31)

hal penutupan luka pada tanaman sehingga persentase keberhasilan pada okulasi bibit ubi kayu mukibat lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam dapat meningkatkan diameter tunas dan jumlah daun yang dikarenakan pada komposisi media tanam pukan kambing telah terkandung unsur hara N, P dan K yang dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Pukan kambing juga berperan dalam ketersediaan bahan organik pada media tanam sehingga tanah menjadi remah sedangkan sekam padi yang diberikan berperan dalam hal porositas tanah pernyataaan ini didukung oleh penelitian Pujiharti (1998) yang menunjukkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan bibit lada adalah media yang cukup porus sehingga akar mudah menembusnya dan berkembang dengan baik. Media tanam porus juga berperanan dalam pengaturan air yang berlebih (drainase) dan memungkinkan berlangsungnya pertukaran udara di dalam media. Perkembangan akar yang baik akan dapat membantu dalam penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman dapat berkembang dengan baik pula.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan diameter tunas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan diameter batang 9,50 mm.

(32)

Pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam memeberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit okulasi ubi kayu mukibat. Zat pengatur tumbuh memiliki peran sebagai senyawa

organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 μM) dapat mendorong,

menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis, seperti pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Sedangkan media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan serta sebagai ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006).

Zat pengatur tumbuh dan Komposisi media tanam masing-masing perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya dimana perlakuan saling melengkapi satu sama lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi (50%).

2. Komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tunas. Komposisi media tanam yang terbaik digunakan ialah pukan kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1.

3. Interaksi pemberian sumber zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

Saran

(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz sin.)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili :

Euphorbiaceae, Genus : Manihot, Species : Manihot esculenta Crantz sin.,

Manihot utilisima Pohl. (Rukmana, 1997).

Bagian tubuh tanaman ubi kayu terdiri atas batang, daun, bunga, dan Umbi. Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setela tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empelur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus (Alves, 2002).

Susunan daun ubi kayu berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun ubi kayu, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir (Rukmana, 1997).

Tanaman yang diperbanyak dengan biji sistem perakaran akar tunggang yang jelas, sedangkan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akar serabut tumbuh dari dasar turus (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(35)

meruncing, beberapa diantaranya bercabang. Panjang umbi berkisar dari 15 hingga 100 cm dan diameter 3 hingga 15 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Syarat Tumbuh

Iklim

Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 30° LU dan 30° LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim tertentu. Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18°-35°C. Pada suhu di bawah 10°C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65%. Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25-27° (Rukmana, 1997).

Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760-1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik (Rukmana, 1997).

Tanah

(36)

Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5,

sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya ubi kayu ( Sundari, 2010).

Botani Tanaman Ubi Karet (Manihot glaziovii M.A)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi karet diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom :Plantae,Spermatophyta, Subdivisio :

Angiospermae, Kelas:Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili :

Euphorbiaceae,Genus : Manihot,Spesies : Manihot glaziovii M.A

Sebagai tanaman semak belukar tahunan, ubi racun tubuh setinggi 1-4m dengan daun besar yang menjari (palmate) dan memiliki 5 hingga 9 helai daun. Daunnya bertangkai panjang bersifat cepat gugur (deciduous) dan berumur paling lama hanya beberapa bulan ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, dengan keragamannya bergantung pada kultivar. Bagian batang tua memilki duduk daun yang terlihat jelas. Ruas-ruas batang yang panjang menunjukkan laju pertumbuhan tanaman cepat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(37)

berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) mengandung sianida dengan kadar berbeda (Alives, 2002).

Pembungaan pada tanaman sebagian besar terjadi pada beberapa kultivar dan beberapa kultivar juga terdapat tidak mengalami pembungaan.Ukuran bunga berdiamter 1 cm dan tumbuh dalam kelompok yang terdapat dekat ujung cabang. Warna bunga bermacam-macam dimulai dari ungu kehijauan hingga kuning agak kehijauan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kapsul biji pada tanaman berukuran kecil dan bersudut dengan sayap pendek, kapsul akan pecah dan menebarkan biji. Tiap kapsul biasanya berisi tiga biji keras berbentuk pipih (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh Iklim

Pertumbuhan yang terbaik terjadi pada wilayah antara lintang 15o di utara dan selatan katulistiwa, yaitu daerah yang suhunya rata-rata 25 – 27 oC, namun pada kisaran suhu 16 – 30 oC dan lintang hingga 30o pertumbuhan tanaman pun

cukup baik. Pertumbuhan sangat terhambat pada suhu lebih tinggi dari 35 oC ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(38)

Tanah

Tanaman ini menyukai tanah berpasir atau liat bepasir. Tanah yang dalam dan gembur memungkinkan umbi yang sedang berkembang dapat menembus tanah dengan tanah yang lebih baik. Tanah dangkal dan padat mempengaruhi bentuk dan ukuran umbi. Tanah yang beraerasi buruk atau tergenang dapat

menghambat pertumbuhan dan menyebabkan umbi menjadi busuk ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman toleran terhadap pH 4 – 8, salinitas tinggi dapat membatasi pertumbuhan tanaman. Tanaman juga toleran terhadap kadar kalsium rendah

dan ketersediaan aluminium dan mangan yang tinggi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Ubi Kayu Mukibat

Ubi kayu mukibat pada dasarnya adalah ubi kayu hasil sambungan dari

batang bawah ubi kayu (Manihot esculenta) dengan ubi kayu karet

(Manihot glaziovii). Nama mukibat diambil dari penemu teknologi tersebut bapak

Mukibat, seorang petani yang hidup dan tinggal di daerah Ngadiloyo, kabupaten Kediri pada periode 1903-1966. Menurut penduduk setempat bapak Mukibat mendapatkan ide menyambung ubi karet ke ubi kayu biasa setelah mengikuti kursus yang diberikan Petugas Penyuluh Pertanian dimana kepada setiap

partisipan ditugasi secara individual menyambung tanaman (Balitkabi, 2010).

(39)

baik dan mulai dikembangkan oleh beberapa pemerintah daerah dan petani, dengan harapan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Hasil survei kelayakan usaha tani menunjukkan belum ada teknologi baku untuk ubi kayu stek sambung ditingkat petani. Meskipun demikian, penanaman ubi kayu stek sambung mempunyai potensi hasil yang baik di Kabupaten Banyuwangi, Gunung Kidul, dan Lampung Tengah, masing-masing dapat mencapai 59,0 t, 72,0 t dan 59,8 t/ha dengan keuntungan Rp 23.450.000 (B/C ratio 2,6), Rp 8.027.000 (B/C ratio 1,3), dan Rp 22.315.000 (B/C ratio 2,1) (Radjid et al., 2010 ).

Di Indonesia, penanaman ubi kayu mukibat baru terdapat di beberapa daerah dengan cara yang beragam sehingga memberikan hasil yang beragam pula. Hasil survei Prasetiaswati et al., (2008) menunjukkan penggunaan bibit stek sambung ubi kayu di tingkat petani di Jawa Timur memberikan hasil 33-59 t/ha, lebih tinggi dibanding stek biasa (10,05 t/ha). Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa B/C ratio ubi kayu yang diusahakan dengan sistem stek sambung berkisar antara 2,6-5,97, jauh lebih tinggi dibanding stek biasa (B/C ratio 1,4). Meskipun ubi kayu sistem stek sambung memberikan hasil yang tinggi, tetapi pengembangannya sangat lambat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) petani belum terampil membuat bibit, (2) tanaman ubi kayu karet sebagai batang atas tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) lubang tanam lebih dalam dan besar, (4) pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan penyangga agar tidak patah, dan (5) kesulitan panen karena umbi lebih besar dan panjang (Nugroho et al., 1985).

(40)

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan organ reproduktif setelah tejadi penyerbukan (cara seksual) atau dengan menggunakan organ vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif atau aseksual merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk tanaman yang sulit dibiakkan dengan biji. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakuakan dengan beberapa cara yakni : dengan menggunakan tunas, stek, cangkok, perundukan, penyambungan, okulasi dan kulur jaringan (Lakitan, 1995).

Perbanyakan vegetatif tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai dengan yang sederhana sampai yang rumit. Tingkat keberhasilannya juga bervariasi dari tinggi sampai rendah. Keberhasilan perbanyakan tanaman tergantung pada beberapa faktor antara lain: cara perbanyakan yang digunakan, jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja dan sebagainya ( Suwandi, 2000 )

Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk penyambungan. Dari sekian banyak penyambungan ini digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu : Bud-grafting atau budding yang kita kenal dengan istilah okulasi, Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja yaitu sambung pucuk atau enten, Grafting by

approach atau inarching yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas

dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.

(41)

under stock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau

disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas (entres) (Purnomo, 2009).

Hartmann dan Kester (1983) mengemukakan lima hal penting yang menentukan keberhasilan sambungan, yaitu : Kompatibilitas (kesesuaian) antara batang bawah dan bahan sambungan dan kemampuan menyatukan diri, Daerah kambium dari batang bawah dan bahan sambungan harus saling menempel sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung, Pelaksanaan sambungan harus dilaksanakan pada saat batang dan bahan sambungan berada dalam kondisi fisiologis yang layak. Umumnya ini diartikan bahwa tunas-tunas pada bahan sambungan berada dalam keadaan dorman (istirahat), Segera setelah pelaksanaan sambungan selesai semua permukaan luka/potongan harus dilindungi dari kekeringan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi penutup kain, menutup dengan lilin atau meletakkan tanaman di tempat lembab, Diperlukan pemeliharaan selama periode waktu tertentu, guna mencegah kerusakan sambungan.

Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan sambung mata tunas / okulasi (Budding) menurut Ashari (2006) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman. (Hartmann et al., 1997).

Zat Pengatur Tumbuh

(42)

konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama mengenai pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008).

Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin, sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin adalah indol asam butirat (IBA). Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin adalah kinetin, zeatin, ribosil dan bensil aminopurin (BAP). Sedangkan golongan giberelin adalah GA1, GA2, GA3, GA4, dan

golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l. (Yong J,W,H et al.,2009 ). Senyawa lain yang terdapat dalam air kelapa adalah protein, lemak, mineral, karbohidrat, bahkan lengkap dengan vitamin C dan B kompleks . Protein dan karbohidrat dibutuhkan tanaman sebagai cadangan makanan, lemak dibutuhkan tanaman sebagai cadangan energi, mineral sebagai bahan penyusun tubuh tanaman, dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam proses metabolisme. Dengan demikian, air kelapa dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman (Ningsih et al., 2010).

(43)

kegiatannya, konsentrasinya dan stadia perkembangan tumbuhan (Santoso, 2010).

Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Salah satu jenisnya adalah BAP ( 6 benzylaminopurine) (Pranata,2004). Sitokinin merupakan phyitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis), membantu dalam aktivitas meristem akar, membantu dalam proses fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi, pertumbuhan akar dan membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres. Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah (Yong J,W,H et al.,2009 ).

Dari hasil penelitian Marpaung dan Hutabarat (2015) menyatakan bahwa jenis bahan alami air kelapa 50% menghasilkan waktu bertunas lebih cepat, panjang tunas, jumlah daun, panjang, dan bobot basah akar yang tinggi. Bahan alami air kelapa 50% dapat menggantikan perangsang akar sintetis sebagai zat pengatur tumbuh pada setek batangtin. Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat dalam meningkatkan persentase jadi perbanyakan bibit tin melalui setek batang dengan menggunakan bahan alami sebagai perangsang tumbuh.

(44)

Salah satu tumbuhan yang dianggap dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh alami adalah bawang merah. Karena bawang merah memiliki kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan gibberellin, sehingga dapat memacu pertumbuhan benih (Marfirani, 2014).

Giberelin yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.

Dari hasil penelitian Siskawati et al., (2013) menyatakan bahwa pemberian ekstrak bawang merah 100% berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Ekstrak bawang merah 100% menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 10,46 helai, sedangkan ekstrak bawang merah 0% (kontrol) menghasilkan jumlah daun terendah yaitu 7,33 helai dan Pemberian ekstrak bawang merah 100% berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Ekstrak bawang merah 100% menghasilkan berat basah dan berat kering tajuk tertinggi yaitu 44,91 g dan 6,72 g, sedangkan ekstrak bawang merah 0% (kontrol) menghasilkan berat basah dan berat kering tajuk terendah yaitu 27,67 g dan 3,94 g pada stek batang jarak pagar (Jatropha curcas L.).

(45)

Media Tanam

Faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan diantaranya media tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006).

Media perbanyakan tanaman yang sering digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut : cukup kompak, mempunyai kapasitas pegang air (water

holdig capacity), mempunyai aerasi yang baik, bebas dari benih gulma, nematoda,

jamur, dan bakteri patogenik, dan musuh alami tanaman yang lain atau dapat dipasteurisasi dengan uap air panas (steam) atau dengan agrokimia, menyediakan unsur hara esensial bagi tanaman (Lakitan, 1995).

Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai media terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan-bahan organik yang umum dan mungkin digunakan sebagai media perbnyakan tanaman antara lain kompos, gambut, serbuk gergaji, sekam padi, lumut sphagnum kering, kulit kayu yang dihancurkan. Bahan anorganik yang dapat digunakanantara lain pasir, perlite, pumice, vermiculite, dan steroform (Lakitan, 1995).

(46)
(47)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Permintaan ubi kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Pemerintah telah merancang program pemanfaatan sumber energi alternatif yang tertuang dalam Peraturan Presiden (PERPRES) No. 5 tahun 2006 tentang konsumsi energi biofuel lebih dari 5% pada tahun 2025, dan INPRES No. 1 tahun 2006 kepada Menteri Pertanian tentang percepatan penyediaan bahan baku biofuel. Salah satu alternatif yaitu: (1) biodiesel untuk mensubstitusi solar yang berasal dari minyak kelapa sawit dan minyak jarak pagar; dan (2) bioethanol untuk mensubsitusi premium yang berasal dari ubi kayu, sorgum, dan tebu (Kementrian Pertanian, 2013).

Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2014 produksi ubi kayu tahun 2014 sebesar 23,44 juta ton umbi basah, menurun sebanyak 500,54 ribu ton (2,09%) dibandingkan pada tahun 2013. Penurunan produksi ubi kayu tahun 2014 terjadi di provinsi Lampung, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, DIY, dan Jawa Tengah.

(48)

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan ubi kayu adalah memaksimalkan produktivitas melalui pengembangan bibit ubi kayu mukibat, yaitu penyambungan bibit stek ubi kayu dengan batang atas ubi kayu karet (Manihot glasiovii) dan batang bawah ubi kayu varietas unggul. Penggunaan stek sambung ubi kayu telah dimulai sejak tahun 2005 di beberapa tempat di Jawa Timur dan Lampung dalam upaya peningkatan produktivitas mendukung upaya penyediaan bahan baku untuk pabrik ethanol namun dalam hal penyambungan bibit ubi kayu mukibat sering mengalami kegagalan atau tingkat keberhasilan yang cukup rendah (Roja, 2009).

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang Proses-proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman (Dewi, 2008).

Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan saat ini adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang harganya relatif mahal dan kadang langka ketersediaannya. Untuk mengatasi hal ini perlu difikirkan zat pengatur tumbuh yang dapat diperoleh dengan mudah, murah namun memiliki kemampuan yang sama atau lebih dari zat pengatur tumbuh sintetik dalam memacu pertumbuhan tanaman yang dapat diekstrak dari senyawa bioaktif tanaman. Pemanfaatan senyawa bioaktif tanaman sebagai zat pengatur tumbuh tentunya sangat bermanfaat dalam mendukung pertanian ramah lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan percepatan swasembada benih (Ulfa, 2013).

(49)

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain hubungan spesies antara batang atas dan batang bawah, teknik penyambungan, faktor lingkungan, serta serangan hama dan penyakit (Barus, 2003).

Faktor lingkungan yang berpengaruh pada okulasi diantaranya media tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat keberhasilan dan pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam.

Hipotesis Penelitian

(50)

Kegunaan Penelitian

(51)

ABSTRACT

SUTAN TARMIZI LUBIS: "The level of success and the growth of cassava seeds mukibat for plant growth regulator and medium on the growth composition" supervised by NINI RAHMAWATI and T.IRMANSYAH.

This study aims to know about the level success andthe growth of cassava

seeds mukibat for plant growth regulator and medium on the growth composition. This study was conducted in the screen house of Agriculture Faculty USU (± 25 m asl) from February-April 2016 using factorial group randomized design (RAK) with 3 times repitition. The first factor was source of growth regulators with four levels ie: without not giving the source of ZPT (P0), coconut water 50% (P1), shallot extract 100% (P2) and IAA (0.05%) and the second factor was medium on the growth composition goat manure : top soil: rice husk with three levels of treatment are: 3: 1: 1 (M1), 2: 1: 2 (M2) and 1: 1: 1 (M3). The observed parameters was the percentage of success, speed of bud, the bud length, diameter of bud, number of leaves, number of roots,

root wet weight, dry weight of roots and root volume.

The results of this study showed that the sources of growth regulators

(52)

ABSRTAK

SUTAN TARMIZI LUBIS: “Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam” dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan T.IRMANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada bulan Februari-April 2016 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan empat taraf yaitu: tanpa pemberian sumber ZPT (P0), air kelapa 50 % (P1), ekstrak bawang merah 100 % (P2) dan IAA (0,05 %) serta faktor kedua komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam padi dengan tiga taraf perlakuan yaitu: 3:1:1 (M1), 2:1:2 (M2) dan 1:1:1 (M3). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan, kecepatan bertunas, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, bobot basah akar, bobot kering akar dan volume akar.

(53)

TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT UBI KAYU MUKIBAT TERHADAP PEMBERIAN ZAT PENGATUR

TUMBUH DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM

SKRIPSI

SUTAN TARMIZI LUBIS 120301059

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(54)

TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT UBI KAYU MUKIBAT TERHADAP PEMBERIAN ZAT PENGATUR

TUMBUH DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM

SKRIPSI

SUTAN TARMIZI LUBIS 120301059

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(55)

Judul Penelitian : Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi

Media Tanam Nama : Sutan Tarmizi Lubis

NIM : 120301059

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing Pembimbing

(Dr. Nini Rahmawati,S.P, M.Si) (

Ketua Anggota

Ir. T. Irmansyah, M.P)

Mengetahui,

(Prof.Dr.Ir.T. Sabrina, M.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(56)

ABSTRACT

SUTAN TARMIZI LUBIS: "The level of success and the growth of cassava seeds mukibat for plant growth regulator and medium on the growth composition" supervised by NINI RAHMAWATI and T.IRMANSYAH.

This study aims to know about the level success andthe growth of cassava

seeds mukibat for plant growth regulator and medium on the growth composition. This study was conducted in the screen house of Agriculture Faculty USU (± 25 m asl) from February-April 2016 using factorial group randomized design (RAK) with 3 times repitition. The first factor was source of growth regulators with four levels ie: without not giving the source of ZPT (P0), coconut water 50% (P1), shallot extract 100% (P2) and IAA (0.05%) and the second factor was medium on the growth composition goat manure : top soil: rice husk with three levels of treatment are: 3: 1: 1 (M1), 2: 1: 2 (M2) and 1: 1: 1 (M3). The observed parameters was the percentage of success, speed of bud, the bud length, diameter of bud, number of leaves, number of roots,

root wet weight, dry weight of roots and root volume.

The results of this study showed that the sources of growth regulators

(57)

ABSRTAK

SUTAN TARMIZI LUBIS: “Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam” dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan T.IRMANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada bulan Februari-April 2016 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan empat taraf yaitu: tanpa pemberian sumber ZPT (P0), air kelapa 50 % (P1), ekstrak bawang merah 100 % (P2) dan IAA (0,05 %) serta faktor kedua komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam padi dengan tiga taraf perlakuan yaitu: 3:1:1 (M1), 2:1:2 (M2) dan 1:1:1 (M3). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan, kecepatan bertunas, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, bobot basah akar, bobot kering akar dan volume akar.

(58)

RIWAYAT HIDUP

Sutan Tarmizi Lubis lahir pada tanggal 25 Nopember 1994 di Kota Tanjungbalai. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Darwin Lubis, BA dan Ibu Saridah, SPd.I.

Pendidikan Formol :

- Tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri 136541 Tanjungbalai - Tahun 2009 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Tanjungbalai - Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanjungbalai

- Tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)

Pendidikan Informal :

Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi di kampus maupun di luar kampus Universitas Sumatera Utara, diantaranya :

- Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) FP USU periode 2015-2016.

- Ketua Departemen Dana dan Usaha BKM Al-Muhklisin FP USU periode 2014-2015.

- Ketua umum Perhimpunan Mahasiswa Muslim Tanjungbalai (PERMATA) Koordinator Pusat Universitas Sumatera Utara periode 2014-2015.

(59)

- Unit kegiatan mahasiswa TAEKWONDO Universitas Sumatera Utara. Penulis pernah menjadi asisten dosen di Fakultas Pertanian USU pada berbagai laboratoratorium, diantaranya :

- Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Karet (2015-2016). - Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan (2015-2016).

Penulis juga merupakan penerima berbagai beasiswa yang diantaranya : - Beasiswa Prestasi Dompet Dhuafa Waspada angkatan XXII.

- Beasiswa Prestasi Dompet Dhuafa Waspada angkatan XXIII. - Beasiswa Prestasi (CSR) PT.Inalum Asahan tahun 2014.

(60)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua abi dan umi yang telah memotivasi dan mendoakan ananda selama ini, serta kepada kakanda Nailatul Husniah Lubis dan Rizki Adilah Lubis. Dan kepada adinda Rahmi Afriani Lubis yang selalu mendorong dan mendoakan saya. Terima kasih juga kepada bapak purba, buk wanti serta tim yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nini Rahmawati, S.P, M.Si selaku ketua komisi pembimbing Ir.T. Irmansyah, M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini serta kepada teman-teman seperjuangan adik, kakak, abang yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2016

(61)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

Gambar

Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan Pecah Tunas Kecepatan pecah tunas yang mengalami dormansi merupakan indikasi keefektifan zat pengatur tumbuh dalam memecah masa dormansi, namun hasil penelitian

Hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan tidak terjadi interaksi antara media tanam dengan zat pengatur tumbuh terhadap tinggi tunas setek batang jarak pagar

Data pengamatan dan sidik ragam Bobot Basah tanaman sirsak dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5 yang menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan pemberian zat pengatur

Bobot Berangkasan Kering Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh tidak nyata terhadap bobot berangkasan

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak adanya pengaruh interaksi antara berbagai macam zat pengatur tumbuh dengan konsentrasinya pada berbagai umur pengamatan terhadap panjang

Tumbuh Alami Bawang Merah (Allium cepa L ). sebagai berikut: 1) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh cair (kimiawi) tidak

Lampiran 5: Data sidik ragam persentase keberhasilan okulasi pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai 6 MST.. KK

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam organik dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik