• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM ORGANIK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM ORGANIK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan akibat pembayaran ganti kerugian yang tanpa batas.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Ketentuan pelabelan produk pangan belum memenuhi asas-asas perlindungan konsumen antara lain asas manfaat, asas kepastian hukum serta asas keamanan dan keselamatan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari pengertian mengenai label itu sendiri yang masih menimbulkan persoalan. Selain bisa dipalsukan, label yang hanya berupa tempelan/stiker dapat dengan mudah dicabut,diganti kemudian dilabeli kembali oleh pelaku usaha yang curang. Disamping itu masih dimungkinkannya pengecualian terhadap penggunaan bahasa Indonesia juga menyebabkan asas-asas perlindungan konsumen menjadi terabaikan

2. Akibat hukum bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap label pada produk pangan adalah dapat dikenakan sanksi perdata, pidana dan administrative. Sanksi perdata berupa pemberian ganti rugi. Kemudian sanksi pidana terdapat dua tingkatan yaitu pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Sedangkan sanksi adminitratif berupa peringatan secara tertulis, perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran, pemusnahan pangan, penghentian produksi untuk sementara waktu, pembayaran denda serta pencabutan ijin produksi atau ijin usaha.

Saran

1. Sebaiknya dilakukan peninjauan kembali terhadap PP No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang memuat panduan yang lebih konkrit dan jelas mengenai label pangan sehingga lebih memberikan perlindungan hukum bagi konsumen.

2. Agar pemerintah melalui instansi terkait melakukan upaya yang terus menerus memberdayakan masyarakat dengan memberikan pemahaman serta perlindungan kepada konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

A.Z. Nasution, 1995, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Kristiyanti, Celine Tri Siwi, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta

Nurmandjito, 2000, Kesiapan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Tentang Perlindungan

Konsumen di Indonesia, Mandar Maju, Bandung

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Simatupang, Taufik, 2004, Aspek Hukum Periklanan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Shidarta, Bernard Arief, 2000, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Sebuah Peneltian Tentang

Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar

Maju, Bandung.

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Wajib Label Jangan Setengah Hati, diakses 2 September 2010, available from: http://bataviase.co.id

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM ORGANIK DAN

KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.)

WAYAN LANA

I GEDE MADE RUSDIANTA I DEWA GEDE SURATHA

PS. Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Tabanan ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui Pengaruh Komposisi Media Tanam Organik dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik serta Interaksinya terhadapPertumbuhan bibit Kopi Arabika, dilaksanakan di kantor BPP Br. Meliling Kawan, Desa Meliling Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan dengan ketinggian tempat 190 m dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan selama 90 hari dihitung dari mulai penanaman benih sampai panen yaitu pada tanggal 18 April sampai dengan 16 Juli 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Perlakuan yang diberikan adalah komposisi media tanam organik dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik, setiap perlakuan diulang tiga kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A) berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat kering oven bibit di bawah tanah dan berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata. Berat kering oven bibit di bawah tanah yang tertinggi diperoleh pada interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (McA3) yaitu sebesar 0,400 g, sedangkan yang terendah

dicapai pada interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 1 cc liter-1 air (McA

2) yaitu sebesar 0,177 g atau meningkat sebesar 125,98

%.

Perlakuan komposisi media tanam organic berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap sebagian besar parameter yang diamati. Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada komposisi media tanam tanah:pasir:kompos (2:1:1) (Md) yaitu sebesar 1,308 g dan terendah pada komposisi media tanam tanah:pasir:kompos (1:1:2) (Mb) yaitu sebesar 0,838 g meningkat sebesar 56,08 %. Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A) berpengaruh nyata terhadap parameter total berat basah bibit dan rasio pertumbuhan bibit diatas dan di bawah tanah.

Kata kunci : Komposisi media tanam organik, konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik, kopi arabika (Coffea Arabica L.).

PENDAHULUAN

Sampai saat ini kopi arabika (Coffea arabika L.) masih tetap menjadi komoditi penting dalam perdagangan dunia (Marwadi, 1998 dalam Baktiyasa, 2011). Sekitar 70 % ekspor kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan hanya 25 % jenis kopi robusta, akan tetapi produksi kopi di Indonesia masih didominasi oleh jenis kopi robusta yang mempunyai peranan lebih dari 85 %.

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi kopi arabika masih terus dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. Peningkatan produksi kopi arabika diharapkan mencapai 30 % dari produksi nasional. Sampai saat ini produksi kopi arabika hanya sekitar 8,5 % dari produksi kopi nasional (Nur,dkk., 2003).

Di Indonesia lebih dari 90 % tanaman kopi diusahakan oleh rakyat (smallholder). Sedangkan selebihnya oleh

(2)

perusahaan-perusahaan perkebunan (estates), yang sebagian besar berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah (Yahmadi, 2007).

Perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara generatif dan vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah, karena perbanyakan melalui biji lebih sederhana, pelaksanaannya mudah, biaya murah dan tidak memerlukan tenaga terlatih (Syamsulbahari, 1996).

Masalah yang sering dihadapi dalam perbanyakan secara generatif adalah lambatnya perkecambahan benih kopi. Lambatnya perkecambahan benih kopi ini, disebabkan oleh kandungan kafein yang terdapat dalam biji kopi, karena kafein dapat menghambat aktifitas enzim @-amilase. Kopi arabika mengandung kafein sebesar 1 – 1,1 % sedangkan kopi robusta mengandung kafein 1,9 – 2,2 % (Thio Guan Loo, 1983 dalam Wahyuni, 1988). Hambatan yang terjadi pada setiap fase perkecambahan akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Semakin lama waktu perkecambahan, semakin banyak peluang hambatan pada perkecambahan. Untuk menghasilkan bibit dengan pertumbuhan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan adalah Atonik.

Kondisi fisik tanah sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih berusaha keras untuk dapat menembus kepermukaan tanah (Sutopo, 2002).

Jenis tanah yang dibutuhkan agar perkecambahan dapat tumbuh dengan baik adalah tanah dengan struktur gembur dan berpori yang mampu ditembus oleh akar dan cukup tersedia udara dan air. Pertumbuhan akar dipercepat oleh adanya kelembaban, unsur hara dan aerasi yang baik disekitar titik tumbuh akar (Leiwakabessy, 1988). Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Sarief (1984) yang menyatakan bahwa, tanah yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor

pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Jenis media tanam organik yang berbeda akan mendapatkan struktur tanah, kesuburan tanah yang berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis media tanam organik.

Larutan Atonik adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang proses biokimia dan fisiologi cadangan makanan dalam tanaman. Zat ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan serta menghasilkan produksi dan mutu hasil yang lebih tinggi (Kusumo, 1990). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jalil (2005), menunjukkan bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah pertumbuhan yang diamati pada tanaman Kakao. Pertumbuhan bibit kakao yang terbaik dijumpai pada konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air.

Penelitian tentang pengaruh komposisi media tanam organik dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik belum banyak dilakukan dalam pembibitan tanaman kopi arabika, baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pembibitan tanaman kopi arabika di lapangan umumnya menggunakan media campuran antara tanah dan pasir tanpa diberikan zat pengatur tumbuh. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi media organik kompos dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik yang optimal untuk pembibitan tanaman kopi arabika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan kantong plastik/polybag yang merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor yaitu : komposisi media tanam organik (M) yang terdiri dari empat jenis dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (A) dengan tiga tingkatan.

Faktor I : Perlakuan komposisi media tanam organik (M) yang terdiri dari 4 jenis yaitu : Ma :Media tanah + pasir + pupuk kompos

(1:1:1), Mb : Media tanah + pasir + pupuk

kompos (1:1:2), Mc : Media tanah + pasir +

pupuk kompos(1:2:1) dan Md: Media tanah +

pasir + pupuk kompos (2:1:1). Sedangkan faktor II : Perlakuan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) yang terdiri dari 3 tingkat perlakuan, yaitu : A1 : Konsentrasi 0 cc Atonik

liter-1 air, A2: Konsentrasi 1 cc Atonik liter-1air,

dan A3: Konsentrasi 2 cc Atonik liter-1

air.Kedua faktor dikombinasikan sehingga didapat 12 perlakuan kombinasi dengan jumlah ulangan tiga kali. Setiap perlakuan terdiri atas 1 (satu) polybag, sehingga seluruh polybag yang diperlukan sebanyak 12 x 3 = 36 buah polybag.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor BPP Br. Meliling Kawan, Desa Meliling, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan dengan ketinggian tempat sekitar 190 meter dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan selama 90 hari dihitung dari mulai penanaman benih sampai panen yaitu mulai tanggal 18 April sampai dengan 16 Juli 2015.Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tanah, pasir, pupuk kompos , Zat Pengatur Tumbuh Atonik, air, kantong plastik/polybag dengan ukuran 24 X 12 cm dan ketebalan 0,08 mm, bambu, atap daun kelapa yang dianyam dan lain-lain. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, parang, sekop, ayakan pasir, ember, timbangan, oven dan lain-lain yang dianggap perlu.

Pelaksanaan Penelitian meliputi persiapan bedengan yaitu Pada lokasi penelitian dibuat bedengan dengan ukuran 150 cm x 300 cm dan sekeliling bedengan dibuat saluran draenase agar tidak tergenang air hujan jika ada hujan. Bedengan dibuat rata dan dibersihkan dari rumput – rumputan liar atau tanaman pengganggu lainnya/gulma. Untuk menghindari bibit dari teriknya matahari dan pukulan air hujan maka perlu dibuatkan naungan setinggi 1,5 m di bagian timur dan 1,2 m di bagian barat. Bahan dari naungan berasal dari bambu dan atapnya terbuat dari anyaman daun kelapa.

Persiapan media : Tanah yang diambil langsung dikering-anginkan kemudian diayak,

dengan tujuan untuk mendapatkan butiran-butiran tanah yang agak halus. Pasir yang digunakan adalah pasir yang halus yang diambil dari kali atau sungai terdekat dengan cara dikering-anginkan dan diayak . Zat Pengatur Tumbuh Atonik dibeli di Toko Saprodi yang ada di kota Tabanan . Sebelum dicampur, tanah dan pasir terlebih dahulu dikeringanginkan selama 5 hari tergantung dari keadaan cuaca. Pencampuran tanah, pasir dan pupuk kandang dilakukan setelah tanah ditumbuk kemudian diayak begitu pula dengan pasirnya dengan ayakan yang lubangnya berukuran 2 mm.

Selanjutnya polybag atau kantong plastik diisi dengan campuran tersebut sampai hampir penuh (2 cm dari batas bibir atas polybag), kemudian media tanam dalam polybag ditimbang untuk mendapatkan berat media tanam yang seragam yaitu dengan berat media 1,3 kg (dalam keadaan kering) polybag-1.

Setelah dilakukan penimbangan selanjutnya media dalam polybag diatur letaknya sesuai dengan pengacakan dengan jarak polybag 15 cm x 20 cm kemudian media disiram dengan air (dengan volume yang sama tiap polybag) sampai tanah dalam polybag dalam kondisi basah (kapasitas lapang) seluruhnya.

Penyapihan bibit : Penyapihan merupakan proses pemindahan bibit kopi arabika dari bak kecambah ke polibag. Penyapihan dilakukan saat kecambah sudah memiliki 1 pasang daun, akarnya tidak patah dan bebas luka. Bibit kopi arabika ditanam ke dalam kantong plastik (polibag) yang telah diisi media tumbuh terlebih dahulu. Masing-masing polibag ditanam 1 bibit. Selain dari 36 polibag yang ditanami bibit kopi arabika tersebut kita juga mempersiapkan bibit cadangan / pengganti dengan perlakuan yang sama untuk mengantisipasi jika ada diantara bibit dalam percobaan tersebut mati.

Pemberian zat pengatur tumbuh Atonik : Interval penyemprotan bibit dengan zat pengatur tumbuh Atonik pada umur 14 hari setelah tanam, kemudian dilanjutkan setiap 14 hari sekali pada pagi hari sampai akhir penelitian dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Volume yang diberikan dalam penyemprotan adalah 10 cc larutan per tanaman.

(3)

perusahaan perkebunan (estates), yang sebagian besar berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah (Yahmadi, 2007).

Perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara generatif dan vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah, karena perbanyakan melalui biji lebih sederhana, pelaksanaannya mudah, biaya murah dan tidak memerlukan tenaga terlatih (Syamsulbahari, 1996).

Masalah yang sering dihadapi dalam perbanyakan secara generatif adalah lambatnya perkecambahan benih kopi. Lambatnya perkecambahan benih kopi ini, disebabkan oleh kandungan kafein yang terdapat dalam biji kopi, karena kafein dapat menghambat aktifitas enzim @-amilase. Kopi arabika mengandung kafein sebesar 1 – 1,1 % sedangkan kopi robusta mengandung kafein 1,9 – 2,2 % (Thio Guan Loo, 1983 dalam Wahyuni, 1988). Hambatan yang terjadi pada setiap fase perkecambahan akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Semakin lama waktu perkecambahan, semakin banyak peluang hambatan pada perkecambahan. Untuk menghasilkan bibit dengan pertumbuhan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan adalah Atonik.

Kondisi fisik tanah sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih berusaha keras untuk dapat menembus kepermukaan tanah (Sutopo, 2002).

Jenis tanah yang dibutuhkan agar perkecambahan dapat tumbuh dengan baik adalah tanah dengan struktur gembur dan berpori yang mampu ditembus oleh akar dan cukup tersedia udara dan air. Pertumbuhan akar dipercepat oleh adanya kelembaban, unsur hara dan aerasi yang baik disekitar titik tumbuh akar (Leiwakabessy, 1988). Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Sarief (1984) yang menyatakan bahwa, tanah yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor

pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Jenis media tanam organik yang berbeda akan mendapatkan struktur tanah, kesuburan tanah yang berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis media tanam organik.

Larutan Atonik adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang proses biokimia dan fisiologi cadangan makanan dalam tanaman. Zat ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan serta menghasilkan produksi dan mutu hasil yang lebih tinggi (Kusumo, 1990). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jalil (2005), menunjukkan bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah pertumbuhan yang diamati pada tanaman Kakao. Pertumbuhan bibit kakao yang terbaik dijumpai pada konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air.

Penelitian tentang pengaruh komposisi media tanam organik dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik belum banyak dilakukan dalam pembibitan tanaman kopi arabika, baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pembibitan tanaman kopi arabika di lapangan umumnya menggunakan media campuran antara tanah dan pasir tanpa diberikan zat pengatur tumbuh. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi media organik kompos dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik yang optimal untuk pembibitan tanaman kopi arabika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan kantong plastik/polybag yang merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor yaitu : komposisi media tanam organik (M) yang terdiri dari empat jenis dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (A) dengan tiga tingkatan.

Faktor I : Perlakuan komposisi media tanam organik (M) yang terdiri dari 4 jenis yaitu : Ma :Media tanah + pasir + pupuk kompos

(1:1:1), Mb : Media tanah + pasir + pupuk

kompos (1:1:2), Mc : Media tanah + pasir +

pupuk kompos(1:2:1) dan Md: Media tanah +

pasir + pupuk kompos (2:1:1). Sedangkan faktor II : Perlakuan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) yang terdiri dari 3 tingkat perlakuan, yaitu : A1 : Konsentrasi 0 cc Atonik

liter-1 air, A2: Konsentrasi 1 cc Atonik liter-1air,

dan A3: Konsentrasi 2 cc Atonik liter-1

air.Kedua faktor dikombinasikan sehingga didapat 12 perlakuan kombinasi dengan jumlah ulangan tiga kali. Setiap perlakuan terdiri atas 1 (satu) polybag, sehingga seluruh polybag yang diperlukan sebanyak 12 x 3 = 36 buah polybag.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor BPP Br. Meliling Kawan, Desa Meliling, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan dengan ketinggian tempat sekitar 190 meter dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan selama 90 hari dihitung dari mulai penanaman benih sampai panen yaitu mulai tanggal 18 April sampai dengan 16 Juli 2015.Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tanah, pasir, pupuk kompos , Zat Pengatur Tumbuh Atonik, air, kantong plastik/polybag dengan ukuran 24 X 12 cm dan ketebalan 0,08 mm, bambu, atap daun kelapa yang dianyam dan lain-lain. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, parang, sekop, ayakan pasir, ember, timbangan, oven dan lain-lain yang dianggap perlu.

Pelaksanaan Penelitian meliputi persiapan bedengan yaitu Pada lokasi penelitian dibuat bedengan dengan ukuran 150 cm x 300 cm dan sekeliling bedengan dibuat saluran draenase agar tidak tergenang air hujan jika ada hujan. Bedengan dibuat rata dan dibersihkan dari rumput – rumputan liar atau tanaman pengganggu lainnya/gulma. Untuk menghindari bibit dari teriknya matahari dan pukulan air hujan maka perlu dibuatkan naungan setinggi 1,5 m di bagian timur dan 1,2 m di bagian barat. Bahan dari naungan berasal dari bambu dan atapnya terbuat dari anyaman daun kelapa.

Persiapan media : Tanah yang diambil langsung dikering-anginkan kemudian diayak,

dengan tujuan untuk mendapatkan butiran-butiran tanah yang agak halus. Pasir yang digunakan adalah pasir yang halus yang diambil dari kali atau sungai terdekat dengan cara dikering-anginkan dan diayak . Zat Pengatur Tumbuh Atonik dibeli di Toko Saprodi yang ada di kota Tabanan . Sebelum dicampur, tanah dan pasir terlebih dahulu dikeringanginkan selama 5 hari tergantung dari keadaan cuaca. Pencampuran tanah, pasir dan pupuk kandang dilakukan setelah tanah ditumbuk kemudian diayak begitu pula dengan pasirnya dengan ayakan yang lubangnya berukuran 2 mm.

Selanjutnya polybag atau kantong plastik diisi dengan campuran tersebut sampai hampir penuh (2 cm dari batas bibir atas polybag), kemudian media tanam dalam polybag ditimbang untuk mendapatkan berat media tanam yang seragam yaitu dengan berat media 1,3 kg (dalam keadaan kering) polybag-1.

Setelah dilakukan penimbangan selanjutnya media dalam polybag diatur letaknya sesuai dengan pengacakan dengan jarak polybag 15 cm x 20 cm kemudian media disiram dengan air (dengan volume yang sama tiap polybag) sampai tanah dalam polybag dalam kondisi basah (kapasitas lapang) seluruhnya.

Penyapihan bibit : Penyapihan merupakan proses pemindahan bibit kopi arabika dari bak kecambah ke polibag. Penyapihan dilakukan saat kecambah sudah memiliki 1 pasang daun, akarnya tidak patah dan bebas luka. Bibit kopi arabika ditanam ke dalam kantong plastik (polibag) yang telah diisi media tumbuh terlebih dahulu. Masing-masing polibag ditanam 1 bibit. Selain dari 36 polibag yang ditanami bibit kopi arabika tersebut kita juga mempersiapkan bibit cadangan / pengganti dengan perlakuan yang sama untuk mengantisipasi jika ada diantara bibit dalam percobaan tersebut mati.

Pemberian zat pengatur tumbuh Atonik : Interval penyemprotan bibit dengan zat pengatur tumbuh Atonik pada umur 14 hari setelah tanam, kemudian dilanjutkan setiap 14 hari sekali pada pagi hari sampai akhir penelitian dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Volume yang diberikan dalam penyemprotan adalah 10 cc larutan per tanaman.

(4)

Pemeliharaan bibit : Pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang menentukan dihasilkannya bibit yang baik. Pemeliharaan bibit meliputi : penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan volume yang sama. Penyiangan gulma dilakukan secara teratur setiap saat tergantung dari pertumbuhan gulma. Gulma yang tumbuh segra dicabut dan dibuang keluar dari bedengan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Lannate 25 WP dengan dosis 1 g liter-1 air dan

fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 1 g liter-1 air. Aplikasi ini dilakukan satu kali pada

saat bibit berumur 30 hari setelah tanam. Pengamatan dan Parameter ;Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian terhadap parameter-parameter yang meliputi bagian tanaman di atas tanah dan di bawah tanah. Adapun parameter – parameter yang diamati adalah sebagai berikut :1. Jumlah daun (helai).2. Diameter batang (cm), 3. Total luas daun (cm2).4. Jumlah akar (buah).5. Berat

basah bibit di atas tanah (g).6. Berat basah bibit di bawah tanah (g).7. Total berat basah bibit (g).8. Berat kering oven bibit di atas tanah (g).9. Berat kering oven bibit di bawah tanah (g),10. Total berat kering oven bibit (g),11. Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah (%).

Data – data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, dianalisis secara statistik dengan metode analisis varian. Apabila perlakuan dalam penelitian tersebut berpengaruh nyata atau sangat nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %, untuk membandingkan

perlakuan kombinasi dipakai uji Duncan taraf 5 %, sehingga bisa diperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian (Steel dan Torrie, 1991; Gaspersz, 1991 dalam Karnata, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam organik dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (MxA) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter berat kering oven bibit di bawah tanah dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai pada interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (Mc A3)

yaitu sebesar 0,400 g, sedangkan yang terendah dicapai pada interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 1 cc liter-1 air (Mc A2) yaitu sebesar 0,177 g atau

meningkat sebesar 125,98 %(Tabel 1).

Tingginya hasil berat kering oven bibit di bawah tanah pada Mc A3 dibandingkan dengan Mc A2 karena pada Mc A3 konsentrasi Atonik lebih tinggi dibandingkan pada Mc A2. Komposisi media tanam di atas bersama-sama dengan pemberian Atonik 2 cc liter-1 yang

disemprotkan pada organ daun dapat menghasilkan berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi.

Tabel 1.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap berat kering oven bibit di bawah tanah

Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 0,277 bc 0,340 ab 0,200 c

Mb 0,223 bc 0,190 c 0,190 c

Mc 0,273 bc 0,177 c 0,400 a

Md 0,323 ab 0,323 ab 0,340 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Hal tersebutdisebabkan oleh konsentrasi Atonik 2 cc liter-1air dapat

membantu meningkatkan daya serap unsure hara dari dalam tanah oleh akar. Zat pengatur tumbuh berperan dalam proses fisiologi dan biokimia tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa yang terdiri dari senyawa aromatic yang bersifat asam. Dalam pemberiannya harus diperhatikan konsentrasi yang digunakan, jika konsentrasi Atonik terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman. Konsentrasi Atonik yang dianjurkan adalah 2 cc Atonik dalam satu liter air (Anon., 2011). Selanjutnya Abidin (1982) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh Atonik mengandung bahan aktif triakontanol yang pada umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman akan dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman.

Pernyataan tersebut diatas sangat mendukung hasil penelitian ini dimana pada komposisi media yang didominasi oleh pasir serta dipadukan dengan penyemprotan Atonik pada konsentrasi 2 cc liter-1 dapat

menghasilkan pertumbuhan bibit di bawah tanah yang paling baik. Meningkatnya berat kering oven bibit di bawah tanah tentunya sangat didukung oleh pertumbuhan bibit di bawah tanah dalam hal ini ditunjukkan oleh parameter berat basah bibit di bawah tanah. Berat basah bibit di bawah tanah tertinggi dicapai pada interaksi Md A2 yaitu sebesar

1,613 g akan tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan interaksi Mc A3 yaitu sebesar

1,443 g. Berat basah bibit di bawah tanah yang dicapai pada interaksi Md A2 tersebut

mengalami peningkatan sebesar 122 % dibandingkan dengan interaksi Mb A3 yang

memberikan hasil hanya sebesar 0,650 g (Tabel 2).

Tabel 2.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap berat basah bibit di bawah tanah

Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 1,343 abc 1,410 ab 1,113bcd

Mb 0,987 cde 0,787 de 0,650 e

Mc 1,337 abc 0,800 de 1,443 ab

Md 1,447 ab 1,613 a 1,470 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi yang ditunjukkan oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1 : 2 : 1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (Mc A3) mempengaruhi

parameter rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan Mc A3 yaitu 176,659 % (Tabel 3).

Meningkatnya pertumbuhan bibit di bawah tanah pada interaksi Mc A3 disebabkan oleh media tanamnya bersifat lebih porus

dengan kandungan pasir yang lebih banyak sehingga pertumbuhan bibit di bawah tanah menjadi lebih baik dalam hal ini ditunjukkan oleh bagian akar bibit. Selain penambahan pasir, pemberian pupuk organic kompos juga sangat diperlukan untuk memperbaiki tekstur tanah yang bersifat liat. Menurut Hakim dkk. (1986), penambahan pasir sebagai campuran media tanam bertujuan untuk meningkatkan porositas tanah dan menghindari terjadinya keterbatasan udara dalam tanah sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar menjadi lebih baik.

(5)

Pemeliharaan bibit : Pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang menentukan dihasilkannya bibit yang baik. Pemeliharaan bibit meliputi : penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan volume yang sama. Penyiangan gulma dilakukan secara teratur setiap saat tergantung dari pertumbuhan gulma. Gulma yang tumbuh segra dicabut dan dibuang keluar dari bedengan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Lannate 25 WP dengan dosis 1 g liter-1 air dan

fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 1 g liter-1 air. Aplikasi ini dilakukan satu kali pada

saat bibit berumur 30 hari setelah tanam. Pengamatan dan Parameter ;Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian terhadap parameter-parameter yang meliputi bagian tanaman di atas tanah dan di bawah tanah. Adapun parameter – parameter yang diamati adalah sebagai berikut :1. Jumlah daun (helai).2. Diameter batang (cm), 3. Total luas daun (cm2).4. Jumlah akar (buah).5. Berat

basah bibit di atas tanah (g).6. Berat basah bibit di bawah tanah (g).7. Total berat basah bibit (g).8. Berat kering oven bibit di atas tanah (g).9. Berat kering oven bibit di bawah tanah (g),10. Total berat kering oven bibit (g),11. Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah (%).

Data – data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, dianalisis secara statistik dengan metode analisis varian. Apabila perlakuan dalam penelitian tersebut berpengaruh nyata atau sangat nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %, untuk membandingkan

perlakuan kombinasi dipakai uji Duncan taraf 5 %, sehingga bisa diperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian (Steel dan Torrie, 1991; Gaspersz, 1991 dalam Karnata, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam organik dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (MxA) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter berat kering oven bibit di bawah tanah dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai pada interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (Mc A3)

yaitu sebesar 0,400 g, sedangkan yang terendah dicapai pada interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1:2:1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 1 cc liter-1 air (Mc A2) yaitu sebesar 0,177 g atau

meningkat sebesar 125,98 %(Tabel 1).

Tingginya hasil berat kering oven bibit di bawah tanah pada Mc A3 dibandingkan dengan Mc A2 karena pada Mc A3 konsentrasi Atonik lebih tinggi dibandingkan pada Mc A2. Komposisi media tanam di atas bersama-sama dengan pemberian Atonik 2 cc liter-1 yang

disemprotkan pada organ daun dapat menghasilkan berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi.

Tabel 1.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap berat kering oven bibit di bawah tanah

Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 0,277 bc 0,340 ab 0,200 c

Mb 0,223 bc 0,190 c 0,190 c

Mc 0,273 bc 0,177 c 0,400 a

Md 0,323 ab 0,323 ab 0,340 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Hal tersebutdisebabkan oleh konsentrasi Atonik 2 cc liter-1air dapat

membantu meningkatkan daya serap unsure hara dari dalam tanah oleh akar. Zat pengatur tumbuh berperan dalam proses fisiologi dan biokimia tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa yang terdiri dari senyawa aromatic yang bersifat asam. Dalam pemberiannya harus diperhatikan konsentrasi yang digunakan, jika konsentrasi Atonik terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman. Konsentrasi Atonik yang dianjurkan adalah 2 cc Atonik dalam satu liter air (Anon., 2011). Selanjutnya Abidin (1982) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh Atonik mengandung bahan aktif triakontanol yang pada umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman akan dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman.

Pernyataan tersebut diatas sangat mendukung hasil penelitian ini dimana pada komposisi media yang didominasi oleh pasir serta dipadukan dengan penyemprotan Atonik pada konsentrasi 2 cc liter-1 dapat

menghasilkan pertumbuhan bibit di bawah tanah yang paling baik. Meningkatnya berat kering oven bibit di bawah tanah tentunya sangat didukung oleh pertumbuhan bibit di bawah tanah dalam hal ini ditunjukkan oleh parameter berat basah bibit di bawah tanah. Berat basah bibit di bawah tanah tertinggi dicapai pada interaksi Md A2 yaitu sebesar

1,613 g akan tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan interaksi Mc A3 yaitu sebesar

1,443 g. Berat basah bibit di bawah tanah yang dicapai pada interaksi Md A2 tersebut

mengalami peningkatan sebesar 122 % dibandingkan dengan interaksi Mb A3 yang

memberikan hasil hanya sebesar 0,650 g (Tabel 2).

Tabel 2.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap berat basah bibit di bawah tanah

Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 1,343 abc 1,410 ab 1,113bcd

Mb 0,987 cde 0,787 de 0,650 e

Mc 1,337 abc 0,800 de 1,443 ab

Md 1,447 ab 1,613 a 1,470 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi yang ditunjukkan oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir : kompos (1 : 2 : 1) dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (Mc A3) mempengaruhi

parameter rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan Mc A3 yaitu 176,659 % (Tabel 3).

Meningkatnya pertumbuhan bibit di bawah tanah pada interaksi Mc A3 disebabkan oleh media tanamnya bersifat lebih porus

dengan kandungan pasir yang lebih banyak sehingga pertumbuhan bibit di bawah tanah menjadi lebih baik dalam hal ini ditunjukkan oleh bagian akar bibit. Selain penambahan pasir, pemberian pupuk organic kompos juga sangat diperlukan untuk memperbaiki tekstur tanah yang bersifat liat. Menurut Hakim dkk. (1986), penambahan pasir sebagai campuran media tanam bertujuan untuk meningkatkan porositas tanah dan menghindari terjadinya keterbatasan udara dalam tanah sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar menjadi lebih baik.

(6)

Tabel 3.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah.

Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah (%) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 309,327 ab 235,080 bc 327,777 a

Mb 347,315 a 350,601 a 270,068 ab

Mc 287,001 ab 315,990 ab 176,659 c

Md 311,186 ab 300,080 ab 288,750 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada ujiDuncan taraf 5%.

Perlakuan komposisi media tanam organic (M) memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati. Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) yaitu sebesar 1,308 g sedangkan yang terendah dicapai oleh komposisi media tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) yaitu sebesar 0,838 g dengan peningkatan sebesar 56,08 %. Pada penelitian ini penambahan pupuk organic kompos yang lebih banyak justru menghasilkan total berat kering oven bibit terendah. Hal ini mungkin disebabkan pupuk kompos belum dirombak dengan baik atau perlu waktu yang lebih lama untuk menyediakan unsur hara di dalam tanah bagi tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Anon. (2011) yang menyatakan bahwa karakteristik umum yang dimiliki pupuk organic kompos ialah kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat, menyediakan hara dalam jumlah sedikit sehingga perlu pemberian pupuk dilakukan beberapa waktu sebelum tanaman ditanam.

Tingginya total berat kering oven bibit yang diperoleh pada perlakuan Md didukung oleh parameter berat basah bibit. Total berat basah bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi media tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) yaitu 5,591 g mengalami peningkatan 70,92 % dari total berat basah bibit terendah yang dicapai oleh perlakuan komposisi media

tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) yaitu 3,271 g. Tingginya total berat kering oven bibit akibat perlakuan Md juga didukung oleh parameter berat kering oven bagian bibit di atas dan di bawah tanah yang tertinggi juga dicapai pada perlakuan Md yaitu sebesar 0,979 g dan 0,329 g. Semakin tinggi berat kering oven bagian bibit di atas dan di bawah tanah maka akan semakin tinggi pula total berat kering oven bibit yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap sebagian besar parameter yang diamati, kecuali pada parameter total berat basah bibit dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah yang berpengaruh nyata (P<0,05).

Total berat basah bibit tertinggi dicapai oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 0 cc liter-1 air (A1) yaitu 4,802 g atau

meningkat 20,90 % dari total berat basah terendah yang dicapai oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (A3)

yaitu 3,965 g. Tingginya total berat basah bibit pada perlakuan tersebut di atas berpengaruh terhadap rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah, dimana pertumbuhan bibit di atas tanah lebih dominan daripada pertumbuhan bibit di bawah tanah yang terlihat pada rasio pertumbuhan bibit yang tinggi yang dicapai oleh perlakuan A1 yaitu 313,707 %.

Tabel 4.

Pengaruh komposisi media tanam organic (M) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A) terhadap total berat basah bibit, berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven

bibit.

Perlakuan Total berat Berat kering oven Total berat Basah bibit bibit di atas tanah kering oven

(g) (g) bibit (g) Komposisi media tanam organik (M)

Tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 1) (Ma) 4,470 b 0,759 b 1,031 b Tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) 3,271 c 0,637 b 0,838 b Tanah : pasir : kompos (1 : 2 : 1) (Mc) 3,913 bc 0,674 b 0,987 b Tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) 5,591 a 0,979 a 1,308 a BNT 5 % 0,71 0,16 0,21

Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Atonik 0 cc liter-1 air (A1) 4,802 a 0,836 a 1,110 a

Atonik 1 cc liter-1 air (A2) 4,168 b 0,742 a 1,021 a

Atonik 2 cc liter-1 air (A

3) 3,965 b 0,709 a 0,992 a

BNT 5 % 0,62 NS NS

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5 %.

Perlakuan A1 atau tanpa Atonik

(control) pada penelitian ini justru menghasilkan pertumbuhan yang paling baik bila dibandingkan dengan perlakuan A2 dan A3

mungkin disebabkan cara pemberian Atonik pada bibit kopi arabika yang kurang efektif dimana pemberian Atonik akan berdampak lebih baik bila dilakukan dengan cara perendaman benih. Menurut Danoesastro (1976) pemberian dengan cara perendaman akan memberikan pengaruh baik, sebab dapat diabsorpsi dengan baik dan tepat, mudah dilakukan dan tidak hilang terfiksasi maupun leaching. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sifat hormon auksin pada Atonik sangat peka terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar matahari (Anon., 2011). Selain itu auksin secara alami sudah terkandung pada bibit dalam jumlah yang cukup sehingga penambahan Atonik tidak terlalu besar pengaruhnya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Interaksi antara komposisi media tanam organik dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap parameter berat kering oven bagian bibit di bawah tanah dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah yang tertinggi dicapai pada interaksi McA3yaitu sebesar

0,400 g sedangkan yang terendah dicapai pada interaksi McA2 yaitu sebesar 0,177 g

atau meningkat sebesar 125,98 %. 2. Perlakuan tunggal komposis media tanam

organic (M) berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada perlakuan Md yaitu sebesar 1,308 g, sedangkan yang terendah

(7)

Tabel 3.

Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam organik (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah.

Rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah (%) Perlakuan Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Komposisi media tanam organik(M) A1 A2 A3

Ma 309,327 ab 235,080 bc 327,777 a

Mb 347,315 a 350,601 a 270,068 ab

Mc 287,001 ab 315,990 ab 176,659 c

Md 311,186 ab 300,080 ab 288,750 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada ujiDuncan taraf 5%.

Perlakuan komposisi media tanam organic (M) memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati. Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) yaitu sebesar 1,308 g sedangkan yang terendah dicapai oleh komposisi media tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) yaitu sebesar 0,838 g dengan peningkatan sebesar 56,08 %. Pada penelitian ini penambahan pupuk organic kompos yang lebih banyak justru menghasilkan total berat kering oven bibit terendah. Hal ini mungkin disebabkan pupuk kompos belum dirombak dengan baik atau perlu waktu yang lebih lama untuk menyediakan unsur hara di dalam tanah bagi tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Anon. (2011) yang menyatakan bahwa karakteristik umum yang dimiliki pupuk organic kompos ialah kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat, menyediakan hara dalam jumlah sedikit sehingga perlu pemberian pupuk dilakukan beberapa waktu sebelum tanaman ditanam.

Tingginya total berat kering oven bibit yang diperoleh pada perlakuan Md didukung oleh parameter berat basah bibit. Total berat basah bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi media tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) yaitu 5,591 g mengalami peningkatan 70,92 % dari total berat basah bibit terendah yang dicapai oleh perlakuan komposisi media

tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) yaitu 3,271 g. Tingginya total berat kering oven bibit akibat perlakuan Md juga didukung oleh parameter berat kering oven bagian bibit di atas dan di bawah tanah yang tertinggi juga dicapai pada perlakuan Md yaitu sebesar 0,979 g dan 0,329 g. Semakin tinggi berat kering oven bagian bibit di atas dan di bawah tanah maka akan semakin tinggi pula total berat kering oven bibit yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap sebagian besar parameter yang diamati, kecuali pada parameter total berat basah bibit dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah yang berpengaruh nyata (P<0,05).

Total berat basah bibit tertinggi dicapai oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 0 cc liter-1 air (A1) yaitu 4,802 g atau

meningkat 20,90 % dari total berat basah terendah yang dicapai oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik 2 cc liter-1 air (A3)

yaitu 3,965 g. Tingginya total berat basah bibit pada perlakuan tersebut di atas berpengaruh terhadap rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah, dimana pertumbuhan bibit di atas tanah lebih dominan daripada pertumbuhan bibit di bawah tanah yang terlihat pada rasio pertumbuhan bibit yang tinggi yang dicapai oleh perlakuan A1 yaitu 313,707 %.

Tabel 4.

Pengaruh komposisi media tanam organic (M) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A) terhadap total berat basah bibit, berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven

bibit.

Perlakuan Total berat Berat kering oven Total berat Basah bibit bibit di atas tanah kering oven

(g) (g) bibit (g) Komposisi media tanam organik (M)

Tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 1) (Ma) 4,470 b 0,759 b 1,031 b Tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 2) (Mb) 3,271 c 0,637 b 0,838 b Tanah : pasir : kompos (1 : 2 : 1) (Mc) 3,913 bc 0,674 b 0,987 b Tanah : pasir : kompos (2 : 1 : 1) (Md) 5,591 a 0,979 a 1,308 a BNT 5 % 0,71 0,16 0,21

Konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik (A)

Atonik 0 cc liter-1 air (A1) 4,802 a 0,836 a 1,110 a

Atonik 1 cc liter-1 air (A2) 4,168 b 0,742 a 1,021 a

Atonik 2 cc liter-1 air (A

3) 3,965 b 0,709 a 0,992 a

BNT 5 % 0,62 NS NS

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5 %.

Perlakuan A1 atau tanpa Atonik

(control) pada penelitian ini justru menghasilkan pertumbuhan yang paling baik bila dibandingkan dengan perlakuan A2 dan A3

mungkin disebabkan cara pemberian Atonik pada bibit kopi arabika yang kurang efektif dimana pemberian Atonik akan berdampak lebih baik bila dilakukan dengan cara perendaman benih. Menurut Danoesastro (1976) pemberian dengan cara perendaman akan memberikan pengaruh baik, sebab dapat diabsorpsi dengan baik dan tepat, mudah dilakukan dan tidak hilang terfiksasi maupun leaching. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sifat hormon auksin pada Atonik sangat peka terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar matahari (Anon., 2011). Selain itu auksin secara alami sudah terkandung pada bibit dalam jumlah yang cukup sehingga penambahan Atonik tidak terlalu besar pengaruhnya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Interaksi antara komposisi media tanam organik dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap parameter berat kering oven bagian bibit di bawah tanah dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah yang tertinggi dicapai pada interaksi McA3yaitu sebesar

0,400 g sedangkan yang terendah dicapai pada interaksi McA2 yaitu sebesar 0,177 g

atau meningkat sebesar 125,98 %. 2. Perlakuan tunggal komposis media tanam

organic (M) berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada perlakuan Md yaitu sebesar 1,308 g, sedangkan yang terendah

(8)

dicapai pada perlakuan Mb yaitu sebesar 0,838 g atau meningkat sebesar 56,08 %. 3. Perlakuan tunggal konsentrasi Zat

Pengatur Tumbuh Atonik (A) berpengaruh nyata terhadap parameter total berat basah bibit dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah. Sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata. Rata-rata total berat kering oven bibit pada ketiga tingkat konsentrasi adalah sebesar 1,041 g.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Agar pembibitan tanaman kopi arabika pertumbuhannya baik disarankan untuk menggunakan komposisi media tanam organic tanah : pasir : kompos (1 : 2 : 1) serta pemberian zat pengatur tumbuh Atonik dengan konsentrasi 2 cc liter-1 air.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan zat pengatur tumbuh Atonik dengan cara perendaman atau variasi konsentrasi Atonik diperbanyak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Atonik. http://www. Majalahpendidikan.com/2011/10/peranan-zat-pengatur-tumbuh-atonik.html

Abidin, Z., 1982. Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bandung : CV. Angkasa.

Baktiyasa, K., 2011. Pengaruh jenis media tanam organic dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan bibit kopi arabika S,795 (Coffea Arabica L.). (Skripsi). Tabanan : Universitas Tabanan.

Danoesastro, H., 1976. Zat Pengatur Tumbuh Dalam Pertanian. Yogyakarta : Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM.

Hakim, N., Nyakpa, N.Y., Lubis M., Nugroho, S.G., Rusdi. M, Diha, M.H. Go Beng Hong, Bailey, H.H. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.

Jalil, A., 2005. Pengaruh dosis pupuk urea dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) (Skripsi). Meulaboh : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian.

Karnata, I N. 2004. Pengaruh Waktu Tanam dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Lahan Kering Beriklim Basah. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana.

Kusumo, S., 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jakarta : Penerbit CV. Yasaguna.

Leiwakabessy, F. M. 1988. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nur, A.M., Suprijadji, G., Sulistiowati, Wardani, S. 2003. Teknik Sambung Cabang untuk Konversi dan Rehabilitasi Kopi dan Kakao.Jember : Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Eds Rev. PT Raja Grafindo Persada.

Syamsulbahari, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wahyuni, S.A., 1988. Pengaruh konsentrasi Gibberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan bibit beberapa Spesies Kopi (Coffea sp.) di pesemaian (Skripsi). Denpasar : Universitas Udayana.

Yahmadi, M. 2007. Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Surabaya : Eds Rev. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI).

ANALISIS LIKUIDITAS KOPERASI SIMPAN PINJAM MEGA DI

KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN

NI LUH PUTU BUDIARI I WAYAN SUARBAWA I MADE HARY KUSMAWAN Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

ABSTRAK

Koperasi yang merupakan gerakan ekonomi rakyat dan wadah perekonomian rakyat tentu akan menghadapi berbagai masalah khususnya masalah persaingan usaha, oleh karena itu agar dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik, maka pengendalian yang baik terhadap kegiatan operasinya terutama yang berkaitan dengan masalah keuangan sangatlah diperlukan. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Mega dijadikan obyek dalam penelitian karena pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir ini perkembangan KSP Mega mengalami peningkatan SHU yang cukup signifikan, yaitu dari Rp. 29.403.573,00,- tahun 2014 menjadi Rp. 91. 819.408,00 tahun 2015. Hal inilah yang menarik peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang kondisi keuangan dan tingkat kesehatan keuangan KSP Mega, dengan menganalisis Kondisi keuangan dalam 8 tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas pada Koperasi Simpan pinjam Mega di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dengan menggunakan analisis Current Ratio, berdasarkan laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis analisis ratio yaitu Current Ratio untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) penulis membatasi pada Current Ratio atau Rasio Lancar yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan data keuangan.

Berdasarkan analisis Current Ratio diperoleh nilai Current Ratio dari tahun 2008 sampai tahun 2015 sebagai berikut: Tahun 2008 nilai Current Ratio adalah 136,51 %, tahun 2009 adalah sebesar 131,74 % turun dari tahun 2008 sebesar3,49 %, tahun 2010 adalah 151,21 % (naik 14,78 %), tahun 2011 turun 6,43 % dengan nialai current ratio tahun 2012 adalah 107,95 % (turun 23,70 %) tahun 2013 turun kembali 0,93 % atau dengan nilai 106,95 %. Selanjutnya tahu 2014 sampai tahun 2015 terus mengalami kenaikan dengan nilai Current Ratio masing- masing 108,71% dan 113,23 % atau berturut-turut naik 1,65 % dan 4,16 %

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa Rasio likuiditas KSP Mega di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 besarnya berpluktuasi, walaupun aktiva lancar dan hutang lancar terus mengalami peningkatan, namun persentase peningkatannya yang berbeda sehingga menyebabkan Current Ratio mengalami perubahan yaitu naik dan turun dengan persentase yang berbeda. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2015, tahun-tahun yang mengalami penurunan nilai Current Ratio dari tahun sebelumnya adalah tahun 2009, tahun 2011, tahun 2012 dan tahun 2013, walaupun demikian nilai Current Ratio pada semua tahun besarnya diatas 100 % artinya aktiva lancar mampu membayar kewajiban lancarnya tanpa mengganggu operasi koperasi serta modal tidak terlalu banyak menganggur karena nilai tidak terlalu tinggi.

Saran dalam penelitian ini adalah: 1) Koperasi Simpan Pinjam Mega dapat tetap mepertahankan nilai Current Ratio jangan samapai berada dibawah 100 % dan hendaknya lebih produktif, mengalokasikan dana-dananya dengan lebih baik agar terus dapat meningkatkan SHU yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada RAT tahun sebelumnya. 2) Koperasi Simpan Pinjam Mega diharapkan lebih selektif dalam memberikan kredit serta tegas terhadap anggota

Referensi

Dokumen terkait

The present research was an attempt to systematically investigate the improvement of teaching collaborative strategic reading (CSR) technique on students’ reading

Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IV telah ada upaya penegakan syariat Islam di Keraton Surakarta, hal itu ditandai dengan berbagai upaya dari Sunan untuk

Tingkat kesukaan responden melalui uji tanggapan rasa, warna, aroma/bau dan bentuk serta kesukaan tiap formula dapat dilihat pada gambar 18-22, total skor yang didapat

Hampir sama dengan Sayyid Qutb, Muhammad Qutb menekankan bahwa jahiliah adalah menolak untuk menjadikan syariat Allah sebagai pedoman hidup, dan membuat suatu aturan, adat,

flyback converter ini menggunakan rangkaian PCB yang sudah kecil, tetapi transformator yang digunakan masih cukup besar karena frekuensi kerja converter masih

Total Berbasis Masyarakat dalam kepemilikan jamban di Desa Bungin Kecamatan Tiangkung Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012 tidak berhasil dengan

bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga, hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian- bagian yang akibatnya jika salah satu

Manfaat pertumbuhan ini bisa dihitung dengan menggunakan metode PEGR yang merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur manfaat pertumbuhan ekonomi bagi