• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi Media Tanam Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi Media Tanam Chapter III V"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Februari sampai dengan April 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu gajah sebagai batang bawah, ubi karet sebagai batang atas yang diambil pada lokasi yang sama,

air kelapa, ekstrak bawang merah, IAA sebagai bahan perlakuan, plastik bening sebagai pembalut sambungan, polybag ukuran 20 cm x 40 cm sebagai wadah

media tanam, air steril sebagai campuran larutan perlakuan, top soil sebagai media tanam, sekam sebagai media tanam, pupuk kandang kambing sebagai media tanam, label sebagai penanda perlakuan pada media tanam serta bahan pendukung

lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau untuk memotong bahan tanam dan mengambil entres pada batang atas, cangkul sebagai pengolah

media tanam, timbangan untuk menimbang media tanam, penggaris untuk mengukur panjang bahan tanam dan mengukur panjang tunas, kalkulator

membantu dalam analisis data, hand sprayer alat untuk mengaplikasikan perlakuan ZPT, beaker glass untuk mengukur konsentrasi ZPT sesuai perlakuan, timbangan analitik untuk menimbang bobot basah dan kering akar, oven untuk

(2)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan 4 taraf perlakuan :

P0 : Tanpa ZPT ( Kontrol ) P1 : Air kelapa konsentrasi 50 %

P2 : Ekstrak bawang merah konsentrasi 100 % P3 : IAA 0,05 % (500 ppm)

Faktor kedua komposisi media tanam dengan 3 taraf perlakuan :

M 1 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 3:1:1 M 2 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 2:1:2

M 3 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 1:1:1 Sehingga didapat 12 kombinasi

P0M1 P1M1 P2M1 P3M1

P0M2 P1M2 P2M2 P3M2 P0M3 P1M3 P2M3 P3M3 Jumlah unit percobaan : 36 unit

Jumlah tanamn per unit perlakuan : 4 tanaman Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah Sampel : 4 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 144 Tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linear sebagai berikut

����= � +��+��+ ��+ (��)��+ ɛ���

(3)

Dimana

���� = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan ZPT pada taraf

ke-j, dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k � = Nilai tengah.

�� = Pengaruh blok taraf ke-i

�� = Pengaruh dari perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j.

�� = Pengaruh dari perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf

ke-k.

(��)�� = Pengaruh interkasi antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf ke-j dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k ɛ��� = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan zat pengatur tumbuh taraf ke-j

dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata maka

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar

serta bongkahan-bongkahan batu maupun kayu yang mengganggu. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m.

Persiapan Bibit

Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua

berumur 6-8 bulan . Bahan untuk bibit yang sudah dipersiapkan diletakkan di tempat teduh agar getahnya tidak mengering.

Pembuatan Ekstrak Bawang Merah

Disiapkan umbi bawang merah 250g yang dibeli di pasar sore padang bulan kemudian dihaluskan dengan juiser/blender dan disaring. Hasil dari

saringan ini merupakan ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 100% yang merupakan salah satu taraf perlakuan.

Persiapan Okulasi

Langkah-langkah dalam pelaksanan okulasi yaitu sebagai berikut : Menyiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti

yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong mata tunas dalam bentuk tameng yang diambil dari batang atas ubi karet. Irisan yang

telah diambil dikelupas kulit kayunya secara hati-hati mengikuti arah batang. Penyayatan yang benar akan meninggalkan bintil di kulit kayu, Menempelkan

(5)

tunas. Tahap ini harus dilakukan dengan hati-hati dan diusahakan tidak ada kotoran yang menempel dikambium, karena pokok keberhasilan dalam okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Pertautan mata tunas dan batang bawah

tadi diikat rapat-rapat dengan plastik lilin yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam mata tunas yang dapat menyebabkan

mata tunas busuk. Aplikasi Perlakuan

Setelah batang bawah dan mata tunas disatukan dengan menggunakan

plastik bening yang telah di bentuk menyerupai tali rafia, zat pengatur tumbuh disemprotkan pada bagian batang bawah dan bagaian mata tunas sesuai dengan

konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang diguanakan yaitu sesuai perlakuan pupuk kandang

kambing, topsoil dan sekam padi dengan 3 taraf perlakuan : 3:1:1 (M 1), 2:1:2 (M2), 1:1:3 (M3). Media yang telah disediakan diayak terlebih dahulu dan dilakuakn penghomogenan yaitu dengan cara mengaduk media tanam secara

merata dengan menggunakan cangkul. Polybag yang digunakan ialah polybag dengan ukuran 20 cm x 40 cm, setelah pencampuran selesai maka media tanam

dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan. Penanaman

Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam

pada media tanam yang telah disiapkan. Teknik penanaman yang dilakakan ialah dengan cara menancapkan batang bawah pada media tanam dengan kedalaman 5

(6)

mencegah proses transpirasi yang berlebihan. Proses penyungkupan dilakukan selama satu minggu setelah penanaman di media tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit.

Penyiraman

Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore sesuai kondisi dilapangan, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan

diharapkan tanah pada media tidak terlalu basah. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah, tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi persaingan antar tanaman dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk

mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu.

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Para meter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

Persentase Keberhasilan (%)

Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan 6 MST. Perhitungan persentase

bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100%

Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas

(7)

Kecepatan Bertunas (hari)

Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Perhitungan kecepatan bertunas

menggunakan formulsi sutopo (2012) sebagi berikut :

Rata-Rata Hari �1�1+�2�2+⋯+����

����� ℎ����� ���� ℎ���������� ℎ

Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu

T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan

interval tertentu suatu pengamatan Tinggi Tunas (cm)

Tinggi tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari

pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.

Diameter Tunas (mm)

Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital,

pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.

Jumlah Umbi (umbi)

Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi

(8)

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang

menggunakan timbangan analitic Bobot kering Akar (g)

Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu 60-800 C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.

Volume Akar (ml)

Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari

polybag dengan cara merobek polybag dan membersihkan perakaran tanaman dari sisa-sisa media tanam secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu memotong bagian akar tanaman kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur yang

berisi air. Volume akar merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan dengan volume air sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada dua sampel destruktif disetiap perlakuan.

Volume akar (ml) = Volume2 (ml) – Volume1 (ml) dengan :

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengamatan dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23)

menunjukkan bahwa respon perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas. Pemberian komposisi media tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas dan tinggi tunas . Interaksi antara perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

Persentase Keberhasilan (%)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada

(Lampiran 4.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata namun interaksi keduanya bepengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan.

Persentaase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

(10)

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa persentase okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT perlakuan air kelapa 50% (P1) dan IAA 0,05% (P3) yang terbaik den gan rataan 97% yang berbeda tidak nyata dengan

perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 83% dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 92%. Sedangkan pemberian komposisi media tanam

dengan perlakuan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 (M1) dan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 96% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan Kambing : Top Soil : Sekam 2:1:2 (M2)

rataan 85% . Namun interaksi dari keduanya berpengaruh nyata. Kecepatan Bertunas (hari)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 5.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas sedangkan interaksi keduanya

berbeda tidak nyata terhadap kecepatan bertunas.

Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata

(11)

Dari Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang tercepat dengan rataan 9,67 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa

pemberian ZPT (P0) dengan rataan 12,19 hari, ekstrak bawang merah (P2) rataan 11,42 hari dan IAA 0,05% (P3) dengan rataan 10,86 hari. Sedangkan pemberian

komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) yang tercepat dengan rataan 9,85 hari diikuti pemberian pukan kambing top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 11,17 hari dan pemberian pukan kambing : top

soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terlama dengan rataaan 12,08 hari. Namun interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata .

Tinggi Tunas (cm)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tunas pada 6 MST terlihat pada (Lampiran 10.) menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam

berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas namun pemberian ZPT serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas.

Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan

komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam

(12)

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian IAA 0,05% (P3) merupakan yang tertinggi dengan rataan 49,97 cm diikuti oleh pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan tinggi

tunas 48,58 cm, tanpa ZPT (P0) dengan rataan 43,50 cm dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 43,47 cm. Sedangkan pemberian komposisi media tanam

dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang tertinggi dengan rataan 51,23 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam

1:1:1 (M3) rataan 46,52 cm dan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 41,40 cm serta

interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Diameter Tunas (mm)

Data pengamatan dari hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat

dilihat pada (Lampiran 20.) Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter tunas

okulasi ubi kayu mukibat.

Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan

(13)

Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)

Rataan

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa diameter tunas okulasi ubi kayu

mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan ekstrak bawang merah 100% (P2) yang terbaik dengan rataan 8,86 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan

tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 7,85 mm, air kelapa 50% (P1) rataan 8,86 mm dan IAA 0,05% (P3) rataan 8,16 mm. Sedangkan pemberiankomposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1

(M1) yang terbaik dengan rataan 8,63 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam

2:1:2 (M2) rataan 8,14 mm dan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) dengan rataan 8,32 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.

Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat

(14)

interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat.

Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan

komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik

dengan rataan 12,03 helai yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) rataan 10,75 helai, ekstrak bawang merah 100% (P2)

rataan11,42 helai dan IAA 0,05% (P3) rataan 11,72 helai. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang terbaik dengan rataan 12,44 helai diikuti perlakuan

pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 11,19 helai dan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) rataan 10,81 helai. Serta

(15)

Jumlah Umbi (umbi)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu

mukibat.

Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam serta interaksinya yang berbeda dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Dari Tabel 6. di atas menunjukkan bahwa jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50%

(P1) yang terbaik dengan rataan 0,67 umbi yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 0,28 umbi, ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 0,28 umbi dan IAA 0,05% (P3) rataan 0,41

umbi. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi

(16)

0,38 umbi dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Bobot Basah Akar (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot basah akar pad 6 MST dapat dilihat pada (lampiran 21.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT

dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Dari Tabel 7.di atas menunjukkan bahwa bobot basah akar pada okulasi

ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan IAA 0,05% (P3) rataan 18,73 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0)

rataan 16,95 g, diikuti pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan 18,64 g ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 17,46 g. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1

(17)

perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,04 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 18,00 g, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Bobot Kering Akar (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST

dapat dilihat pada (Lampiran 22.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar

pada okulasi ubi kayu mukibat.

Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT

dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Dari Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa Bobot kering akar pada okulasi

ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik dengan rataan 2,70 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan

(18)

sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 2,84 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 2,07 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan 2,84 g, serta

interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Volume Akar (ml)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akardapat dilihat pada (Lampiran 23), yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar serta

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat.

Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST

Zat Pengatur Tumbuh

Dari Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang

terbaik dengan rataan 21,00 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 18,44 ml, ekstrak bawng merah

(19)

pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 20,92 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuanpemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan

16,58 ml dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 20,92 ml, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.

Pembahasan

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata

terhadap parameter kecepatan bertunas.

Perlakuan zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter

kecepatan bertunas. Dari analisis data yang diperoleh diketahui bahwa pemberian air kelapa 50% (P1) merupakan hari bertunas yang tercepat dengan rata-rata hari bertunas 9,67 hari diikuti pemberian IAA 0,05% (P3) dengan rata-rata 10,86 hari,

ekstrak bawang merah 100% (P2) rata-rata 11,42 hari dan yang terlama tanpa pemebrian ZPT atau kontrol (P0) hari bertunasnya rata-rata 12,19 hari . Hal ini dikarenakan pada air kelapa mengandung hormon sitokinin sebesar 5,8 mg/l lebih

tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l (Yong J,W,H et al., 2009 ). Sitokinin dapat berperan dalam hal diferensiasi sel sehingga dapat mempercepat waktu

munculnya tunas, hal ini didukung oleh pernyataan Maryani & Zamroni (2005) yang menyatakan bahwa hormon seperti sitokinin yang ada dalam air kelapa berperan dalam memacu tunas dan telah terbukti pada berbagai jenis tanaman,

(20)

Pada parameter persentase keberhasilan perlakuan air kelapa 50% (P1) merupakan yang terbaik dengan tingkat keberhasilan 97% dan yang terendah tanpa pemberian ZPT (P0) tingkat keberhasilannya 83%, sedangkan ekstrak

bawang merah 100% (P2) tingkat keberhasilannya 92% dan IAA 0,05 % (P3) tingkat keberhasilannya 91%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu

mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang

atas dan batang bawah. Hal ini didukung pernyataan Dewi (2008) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik

tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Dan juga pemberian zat pengatur

tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin maupun asam traumalin yang terkandung didalam ZPT yang

diberikan maupun yang terdapat pada tanaman itu sendiri, hal ini juga didukung pernyataan Pratama (2004) yang menjelaskan bahwa sitokinin adalah salah satu

zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman seperti pada air kelapa. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel, pembentukan organ dan mendorong pembelahan (sitokinesis).

Dari hasil analisi statistik pemberian zat pegatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas,

(21)

kering akar. Hal ini dikarenakan pada zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi air kelapa 50%, ekstrak bawang merah 100% dan IAA 0,05% berpengaruh tidak nyata, hal ini menunjukkan bahwa auksin tidak berpengaruh atau bahakan

menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartmann et al.,(1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh

memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa tidak berpengaruh bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan

okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara

mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi, hal ini didukung

hasil penelitian Rahmat dan Wahap (1993) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT antara lain adalah : Jenis ZPT, dosis/

konsentrasi yang digunakan, waktu pemberian, kondisi lingkungan, obyek sasaran ZPT, cara pemberian, jenis ZPT serta bahan tanaman.

Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan

(22)

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas. Dari hasil pengamatan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan pukan kambing : top soil :

sekam : 2:1:2 (M2) yaitu sebesar 9,85 hari dan yang terlama pada taraf perlakuan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 11,92 hari.

Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas, hal ini disebabkan karena komposisi media tanam yang porous (gembur) dan subur (kaya unsur hara) berperan dalam hal perkembangan akar, akar akan

cepat berkembang dan mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam komposisi media tanam sehingga membantu dalam kecepatan waktu bertunas

bibit ubi kayu mukibat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa at al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media

pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik, drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi media

tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada okulasi bibit ubi kayu mukibat. Pemberian media tanam pukan kambing : top soil : sekam : 3:1:1 (M1)

merupakan yang tertinggi dengan rata-rata 51,23 cm diikuti perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 46,52 cm dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam: 2:1:2 (M2) yang terendah yaitu 41,40 cm.

Pemberian komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) merupakan media tanam yang terbaik. Pada media tanam (M1) pukan

(23)

tanam pukan kambing dan sekam merupakan bahan organik, dimana bahan ini sering digunakan sebagai media pembibitan karena mempunyai kriteria sebagai media pembibitan. Pukan kambing dan sekam padi merupakan bahan organik

yang dapat digunakan sebagai media pembibitan, karena bahan-bahan tersebut mudah didapatkan dan murah. Seperti pendapat Prastowo dan Roshetko (2006)

yang menyatakan bahwa syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus (gembur), dan subur (kaya unsur hara).

Pukan kambing mengandung unsur hara N yang tinggi yaitu sebesar

2,43%, P 0,73% dan K 1,35% sehingga kandunagn unsur hara N, P dan K terdapat didalam pukan kambing mampu memacu pertumbuhan tanaman pada

masa vegetatif tanaman seperti tinggi tunas. Unsur hara N, P dan K merupakan sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan dapat diserap oleh tanaman dengan cepat serta unsur hara tersebut dapat digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Novizan (2002) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan integral dari klorofil, yang merupakan penyerap utama cahaya matahari untuk fotosintesis.

Suplai N yang cukup berhubungan dengan fotositesis yang tinggi, tanaman yang berwarna hijau gelap, pertumbuhan vegetatif yang aktif seperti pembentukan

tunas atau perkembangan batang dan daun. Dan juga pernyataan Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa pupuk NPK diperlukan pada masa vegetatif dimana tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman

yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak-banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang

(24)

pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen.

Dari hasil analisi statistik pemberian komposisi media tanam tidak

berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media dengan taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) merupakan yang terbaik dari semua parameter yang diamati, sedangkan taraf perlakuan pukan kambing : top soil :

sekam 3:1:1 (M1) merupakan yang terburuk. Buruknya taraf perlakuan (M1) 3:1:1 dikarenakan tingginya kandungan pupuk kandang yang dapat menyebabkan daya

menyerap airnya lebih tinggi dan media tanam kurang porous atau gembur sehingga peroses perkembangan akar bibit ubi kayu mukibat dapat terhambat dan terganggu hal ini akan mengakibatkan persentase keberhasilan, diameter tunas,

jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar juga akan terganggu. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa et al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara,

penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik,

drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.

Pada parameter jumlah umbi 6 MST taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi dan yang terendah

taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29 umbi. Hal ini diduga karena komposisi media tanam berperan dalam proses source

(25)

ke batang bawah, sehingga waktu keluarnya umbi lebih cepat. Hal ini didukung oleh pernyataan Taiz dan Zeiger (2003) yang menyatakan bahwa organ atau jaringan tanaman seperti daun menjadi tempat akumulasi sementara bahan kering

untuk kemudian melepaskannya kebagian yang memanfaatkan source. Bahan kering hasil fotosintesis kemudian ditranslokasikan melalui floem kebagian

tanaman yang membutuhkannya (sink), sink dapat berupa jaringan meristematis, jaringan yang sedang mengalami pemanjangan (respiratory sink) dan jaringan penyimpanan (storage sink) seperti umbi. Dengan komposisi media yang berperan

dalam hal penyedia unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat. Hal ini ditunjukkan pada parameter jumlah umbi yang

diamati selama 6 MST. Umbi sudah keluar pada umur 6 MST yang diduga waktu keluarnya umbi lebih cepat, hal ini didukung oleh pernyataan De Silvia (2007) yang menyatakan bahwa pada umur 2-4 bulan tanaman ubi kayu mulai melakukan

pembentukan umbi, sehingga memerlukan tekstur tanah yang gembur untuk perkembangan umbinya.

Pengaruh Interaksi Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi

pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan persentase keberhasilan tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P0M3, P1M1, P1M3, P2M1, P3M2 dan P3M3 dengan rataan persentase keberhasilan 100%. Hal ini

(26)

hal penutupan luka pada tanaman sehingga persentase keberhasilan pada okulasi bibit ubi kayu mukibat lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan komposisi media tanam pukan kambing : top soil :

sekam dapat meningkatkan diameter tunas dan jumlah daun yang dikarenakan pada komposisi media tanam pukan kambing telah terkandung unsur hara N, P

dan K yang dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Pukan kambing juga berperan dalam ketersediaan bahan organik pada media tanam sehingga tanah menjadi remah sedangkan sekam padi yang diberikan berperan dalam hal

porositas tanah pernyataaan ini didukung oleh penelitian Pujiharti (1998) yang menunjukkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan bibit lada adalah media

yang cukup porus sehingga akar mudah menembusnya dan berkembang dengan baik. Media tanam porus juga berperanan dalam pengaturan air yang berlebih (drainase) dan memungkinkan berlangsungnya pertukaran udara di dalam media.

Perkembangan akar yang baik akan dapat membantu dalam penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman dapat berkembang dengan baik pula.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan diameter

tunas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil :

sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan diameter batang 9,50 mm.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak

(27)

Pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam memeberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit okulasi ubi kayu mukibat. Zat pengatur tumbuh memiliki peran sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 μM) dapat mendorong,

menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan.

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis, seperti pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Sedangkan media tanam

merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan serta sebagai ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk

menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu

menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006).

Zat pengatur tumbuh dan Komposisi media tanam masing-masing perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya dimana

perlakuan saling melengkapi satu sama lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(28)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu

bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi (50%).

2. Komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti

tinggi tunas. Komposisi media tanam yang terbaik digunakan ialah pukan kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1.

3. Interaksi pemberian sumber zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

Saran

Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sumber zat pengatur tumbuh

air kelapa 50% dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1. Dan juga menyarankan perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan

Gambar

Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST  Komposisi Media Tanam
Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST Komposisi Media Tanam
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IV telah ada upaya penegakan syariat Islam di Keraton Surakarta, hal itu ditandai dengan berbagai upaya dari Sunan untuk

Tingkat kesukaan responden melalui uji tanggapan rasa, warna, aroma/bau dan bentuk serta kesukaan tiap formula dapat dilihat pada gambar 18-22, total skor yang didapat

Kesimpulan secara khusus dapat dipaparkan sebagai berikut : (1) Penanaman nilai kesopanan, kejujuran, dan tanggung jawab menggunakan model Tadzkirah di SD Islam

Akan tetapi mereka mempunyai harta untuk menunaikan haji; umrah dan bersedekah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sukakah kalian saya ajarkan sesuatu yang dapat mengejar

7 Hasil penelitian Utari pada juga menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan dari pemberian spora jamur Beauveria bassiana pada konsentrasi yang berbeda terhadap

Oleh sebab itu peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data

 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi melalui media lisan dan tulisan. 3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan

a) Peserta yang diperkenankan mengikuti Ujian Dinas Tahun 2016 adalah yang hadir tepat waktu atau paling lambat 15 menit setelah Ujian dimulai. b) Para peserta Ujian