PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI
DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas diKelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan
UPIBandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Nurul Maulidya Putri
1101830
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan
UPI Bandung)
Oleh
Nurul Maulidya Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Nurul Maulidya Putri
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
NURUL MAULIDYA PUTRI 1101830
PENINGKATKAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI
DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed. NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum. NIP. 19600529 198703 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku gotong royong siswa. Indikator permasalahan yang ditemukan adalah hubungan sosial siswa yang kurang baik menyebabkan rendahnya kerjasama, keaktifan, tanggungjawab, kekompakan dan spontanitas siswa mengerjakan tugas kelompok. Terkait permasalahan tersebut dalam pembelajaran IPS, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Model Elliot dengan empat siklus sebagai pemecahan masalah untuk meningkatkan perilaku gotong royong melalui tayangan video dokumenter berbasis etnografi. Pengembangan perilaku gotong royong diamati dari lima aspek pengamatan yaitu, siswa mampu bekerjasama, aktif dan kompak mengerjakan tugas bersama teman-temannya, bertanggungjawab terhadap tugasnya dan spontan mengerjakan tugas bersama teman-temannya setelah mendengarkan instruksi guru. Video dokumenter berbasis etnografi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari lima suku bangsa yaitu suku Bima, suku Sunda, suku Melayu Sambas, suku Dayak dan suku Kedang dan Labala yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perilaku gotong royong siswa mengalami perkembangan dengan baik dari siklus pertama hingga siklus terakhir. Perolehan siklus pertama mencapai 24 % dengan kualitas rendah, siklus kedua mencapai 52 % dengan kualitas sedang, siklus ketiga mencapai 84% dengan kualitas tinggi dan siklus keempat mencapai 76% kualitas tinggi dengan catatan kehadiran siswa berjumlah 19 orang lebih sedikit dari siklus sebelumnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tayangan video dokumenter berbasis etnografi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan perilaku gotong royong siswa kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung.
Kata kunci: Perilaku Gotong Royong, Etnografi dalam Tradisi Gotong Royong,
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
This research started from the writer’s anxiety to the issues raised in class
VIII A of SMP Laboratorium Percontohan UPI in Bandung related to students
mutual cooperative behavior. Problem indicator which found is students’ social
relations is low caused low cooperation, activeness, responsibility, cohesiveness and spontaneity in work on group assignment. Relate to this problem with the social learning studies, the writer chose Classroom Action Research (CAR) with Elliot Model research design with four cycles as solution to improve mutual cooperative behavior through ethnographic based documentary video. The development of mutual cooperative behavior observed from five aspects; students were able to work together, actively and cohesively worked with their friends, responsible to their duty and spontaneously did the task with their friends after getting instruction from teacher. Ethnographic based documentary video that used in this research consisted of five ethnics; Bima, Sunda, Melayu Sambas, Dayak,
Kedang and Labala who scattered in Indonesia. Students’ mutual cooperative
behavior has well progress of the first cycle to the last cycle. First cycle reached 24% with low quality, second cycle reached 52% with medium quality, third cycle reached 84% with high quality and the fourth cycle reached 76% with high quality with record attendant only 19 people, which is less than the previous cycle that
did not mean the students’ mutual cooperative behavior decreased. Thus, it can be
concluded that ethnographic based documentary video in social learning studies
can improve students’ mutual cooperative behavior in class VIII A of SMP
Laboratorium Percontohan UPI in Bandung.
Keywords: Mutual Cooperative Behavior, Ethnographic in Mutual Cooperative
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GRAFIK... x
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1
B.Identifikasi Masalah ... 8
C.Rumusan Masalah ... 9
D.Tujuan Penelitian... 10
E. Manfaat Penelitian... 11
F. Struktur Organisasi Skripsi... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Ilmu Pengetahuan Sosial... 13
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial... 13
2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial... 14
3. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial... 15
B.Tinjauan Perilaku Gotong Royong... 18
1. Perilaku... 18
2. Gotong Royong... 20
3. Pengertian Perilaku Gotong Royong... 23
4. Nilai Gotong Royong... 24
5. Jenis-jenis Gotong Rotong... 26
6. Perilaku Gotong Royong dalam Pembelajaran IPS... 28
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tayangan Video Dokumenter Berbasis Etnografi
dalam Pembelajaran IPS... 38
3. Prosedur Penggunaan Tayangan Video Dokumenter Berbasis Etnografi dalam Pembelajaran IPS... 44
4. Kelebihan dan Kekurangan Tayangan Video Dokumenter Berbasis Etnografi dalam Pembelajaran IPS... 45
D.Penelitian Terdahulu ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A.Latar Penelitian... 49
1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 49
2. Deskripsi Objek Penelitian... 49
B.Desain Penelitian... 50
1. Metode... 50
2. Model Penelitian... 50
C.Fokus Penelitian... 60
1. Perilaku Gotong Royong... 61
2. Video Dokumenter Berbasis Etnografi... 63
D.Instrumen Penelitian... 63
1. Lembar Observasi... 63
2. Catatan Lapangan... 64
3. Pedoman Wawancara... 65
4. Tes... 65
E. Teknik Pengumpulan Data... 66
1. Observasi... 66
2. Wawancara... 66
3. Dokumentasi... 67
F. Analisis Data... 67
1. Analisis Data Kuantitatif... 68
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas... 72
1. Kondisi Awal Pembelajaran IPS... 72
a. Hasil Observasi ... 73
b. Hasil Wawancara dengan Guru... 74
c. Hasil Wawancara dengan Siswa... 75
2. Deskripsi PTK Siklus 1... 76
a. Perencanaan PTK Siklus 1... 76
b. Deskripsi Pelaksanaan PTK Siklus 1... 77
c. Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus 1... 83
d. Refleksi PTK Siklus 1... 85
3. Deskripsi PTK Siklus 2... 86
a. Perencanaan PTK Siklus 2... 86
b. Deskripsi Pelaksanaan PTK Siklus 2... 88
c. Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus 2... 97
d. Refleksi PTK Siklus 2... 100
4. Deskripsi PTK Siklus 3... 101
a. Perencanaan PTK Siklus 3... 101
b. Deskripsi Pelaksanaan PTK Siklus 3... 103
c. Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus 3... 115
d. Refleksi PTK Siklus 3... 117
5. Deskripsi PTK Siklus 4... 119
a. Perencanaan PTK Siklus 4... 119
b. Deskripsi Pelaksanaan PTK Siklus 4... 120
c. Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus 4... 129
d. Refleksi PTK Siklus 4... 131
6. Hasil Wawancara Setelah Pelaksanaan Penelitian... 132
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.Pembahasan dan Analisis Data... 134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan... 154
B.Saran... 156
DAFTAR PUSTAKA... 159
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IPS melalui Tayangan Video Dokumenter Berbasis Etnografi 62
Tabel 3.2. Daftar Cek Aspek Pengamatan Perilaku Gotong Royong Siswa
dalam Pembelajaran IPS 64
Tabel 4.1. Hasil Penilaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 1 83
Tabel 4.2. Hasil Penilaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 2 97
Tabel 4.3. Hasil Penilaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 3 115
Tabel 4.4. Hasil Penilaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 4 129
Tabel 4.5. Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa dalam Pembelajaran
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Grafik 4.1. Presentase Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 1 84
Grafik 4.2. Presentase Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 2 98
Grafik 4.3. Presentase Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 3 116
Grafik 4.4. Presentase Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa Siklus 4 130
Grafik 4.5. Pencapaian Perilaku Gotong Royong Siswa dalam Pembelajaran
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.2. Contoh Produk Properti 96
Gambar 4.3 Kegiatan Gotong Royong Siswa 96
Gambar 4.4 Hasil Gotong Royong Siswa membuat Produk Properti 96
Gambar 4.5 Contoh Produk Tong Sampah Komposter 111
Gambar 4.6 Kegiatan Gotong Royong Siswa 111
Gambar 4.7 Penyerahan Hasil Produk Tong Sampah Komposter
kepada Wakasek Sarana dan Prasarana 112
Gambar 4.8 Contoh Tong Sampah dari Tutup Botol Plastik Bekas 126
Gambar 4.9 Kegiatan Gotong Royong Siswa 126
Gambar 4.10 Hasil Gotong Royong Siswa membuat Produk Tong
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah melakukan pra penelitian pada tanggal 3 - 18 Februari 2015 di kelas
VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
di Bandung, selama proses pembelajaran berlangsung dapat disimpulkan bahwa
sebagian siswa sudah aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa ini terlihat ketika
guru memotivasi siswa dengan diberikan nilai saat bertanya, menjawab, maupun
mengemukakan pendapat. Begitu pula saat guru sedang menjelaskan materi
dimana sebagian siswa memperhatikan dengan baik bahkan sambil bertanya
mengenai hal-hal yang belum dipahami. Namun terdapat pula sebagian siswa
lainnya yang masih menunjukkan minat yang rendah dalam proses kegiatan
pembelajaran. Hal itu terlihat ketika siswa menyimak materi yang dijelaskan guru,
bertanya, menjawab, maupun berpendapat. Tetapi kondisi ini berubah ketika guru
menayangkan video saat menjelaskan materi pelajaran. Hampir seluruh siswa
menunjukkan respon positif dimana minat siswa lebih tinggi dalam menyimak
materi pelajaran dengan aktif bertanya, menjawab, maupun mengemukakan
pendapat dibandingkan sebelum menggunakan video.
Namun peneliti menemukan satu permasalahan lain yang terjadi di kelas ini.
Permasalahan tersebut diantaranya yang pertama adalah ketika siswa diarahkan
untuk membuat kelompok, siswa cenderung memilih sendiri anggota
kelompoknya sehingga anggota kelompok tersebut tetap sama untuk setiap
pembelajaran. Dalam hal ini siswa tidak mau diatur oleh guru dalam memilih
anggota kelompoknya masing-masing. Dengan alasan bahwa siswa tersebut sudah
“nyaman” dengan anggota kelompoknya dan kerjasama tidak akan berjalan dengan baik dan benar jika berbaur dengan teman yang lain di luar anggota
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kedua, ketika guru memberikan tugas dimana seluruh siswa harus terlibat
dalam bekerja secara bersama-sama untuk mengerjakan salah satu produk
pembelajaran tetapi hanya beberapa siswa saja yang mau mengerjakan. Siswa
yang lain hanya mengumpulkan bagian tugasnya. Tidak ada sharing tugas antar
siswa bahkan ketika 2-3 siswa yang ditugaskan guru untuk membimbing siswa
lainnya mengerjakan produk pembelajaran tersebut, siswa lainnya bersikap acuh
tak acuh, tidak mau ikut membantu menyelesaikan tugas tersebut.
Ketiga, hhubungan sosial yang kurang baik antar siswa di kelas tersebut..
Terdapat beberapa siswa yang saling sindir hanya karena beberapa permasalahan
kecil dan peraturan makan di dalam kelas seperti tidak boleh memakan makanan
tertentu saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga saling mengejek, bersikap
sinis antar satu sama lain dan kadang mengucilkan temannya. Selain itu, saat salah
satu temannya berada dalam suatu permasalahan, siswa yang lain tidak peduli.
Mereka bahkan semakin menyudutkan temannya tersebut. Hal ini terlihat ketika
guru mengabsen dimana siswa tersebut tidak hadir selama beberapa pertemuan
dan secara spontan sebagian siswa dengan nada menghakimi mengatakan bahwa
siswa itu sudah dikeluarkan. Keadaan ini menggambarkan bahwa siswa itu secara
tidak langsung “diasingkan” dari lingkungan kelas.
Keempat, siswa tidak menghargai pendapat temannya saat sedang berbicara.
Hal ini terlihat dari siswa yang tidak peduli saat temannya berbicara baik di depan
kelas maupun menjawab pertanyaan atau sedang bertanya kepada guru. Siswa
yang lain bahkan berbicara dengan keras dengan temannya sehingga guru harus
menegur siswa tersebut. Keadaan ini semakin menunjukkan rendahnya kerukunan
antar siswa dalam kelas tersebut.
Kelima, ketika melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS kelas
VIII di SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung, kelas VIII A sulit untuk
bekerjasama dengan baik terutama yang melibatkan seluruh anggota kelas. Begitu
pula ketika guru mewawancarai siswa mengenai kondisi kelas tersebut selama
kegiatan pembelajaran sehari-hari baik dalam mata pelajaran IPS atau mata
pelajaran lainnya, siswa menjawab bahwa kelas VIII A memang tidak bisa rukun.
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memilih berteman dengan kelas lain. Oleh karena itu mereka tidak akan bisa
saling bekerja sama maupun tolong-menolong. Menurut istilah siswa yaitu mereka
tidak bisa “disatukan”. Begitu pula jika ada permasalahan yang terjadi dengan teman mereka di luar anggota kelas VIII A. Beberapa siswa malah membantu
temannya itu, misalnya ketika dua siswa dari kelas VIII A memiliki teman yang
berbeda dari kelas lain seperti kelas VIII B dan VIII C. Teman mereka yang
berada di luar anggota kelas VIII A ini sedang bertengkar. Keadaan ini membuat
siswa dari kelas VIII A ikut-ikutan bertengkar dan saling sindir karena membela
teman-teman mereka yang berada di luar kelas. Hal ini menunjukkan solidaritas
siswa yang rendah di kelas VIII A. Begitu pula jika guru yang mengatur
pengelompokan siswa dan ketika pembelajaran harus melibatkan seluruh siswa
untuk bekerja sama. Menurut siswa, hampir di setiap pembelajaran baik mata
pelajaran IPS maupun mata pelajaran lain, siswa di kelas VIII A sulit untuk
bekerja sama dengan baik.
Berdasarkan paparan dari permasalahan yang ditemukan oleh peneliti di atas,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa adanya suatu permasalahan di dalam
kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI yaitu tidak ada kerukunan antar
siswa yang berakibat kepada sulitnya siswa bekerjasama terutama dalam kegiatan
pembelajaran yang melibatkan seluruh anggota kelas seperti gotong royong.
Beberapa permasalahan ini akibat adanya hubungan yang tidak baik antar siswa
dalam kelas tersebut. Saling sindir dan mengejek satu sama lain, tidak menghargai
teman yang sedang berbicara di forum pembelajaran, tidak akur karena membela
kepentingan teman dari kelas lain, membuat kelompok inklusif tersendiri, hingga
tidak mau berkolaborasi dengan dengan teman lainnya saat berkelompok dan
tidak mau bekerjasama saat mengerjakan produk pembelajaran yang melibatkan
seluruh anggota kelas. Permasalahan ini menimbulkan minimnya kebersamaan
siswa, tidak ada rasa saling memiliki dan saling berbagi serta melindungi, hingga
terhambatnya kerjasama siswa baik dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Permasalahan yang terdapat di kelas VIII A bertolak belakang dengan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menekankan aktivitas siswa, yang dapat dilihat dari bagaimana cara siswa
bekerjasama, menggali informasi, memecahkan masalah secara bersama-sama,
dan mengasosiasikan hasil temuannya kepada orang lain. Sehingga dalam
kegiatan pembelajaran guru hanya berperan sebagai pembimbing. Kegiatan
pembelajaran IPS juga perlu mengembangkan karakteristik siswa. Selain
beraktifitas dalam menggali suatu informasi dengan bertanya, mengeluarkan
pendapat, maupun mengkritisi sebagai wujud dari rasa ingin tahu siswa, aktifitas
siswa juga dilihat dari bagaimana sikap mereka dalam bekerjasama secara
kelompok-kelompok kecil maupun kelompok-kelompok besar. Begitu pula
dengan interaksi sosial siswa baik antar individu, antar kelompok, dan antar
individu dengan kelompok yang akan mengarah kepada munculnya kerukunan
antar siswa. Berdasarkan hal itu, dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan
memiliki kerjasama yang tidak hanya terbatas kepada kepentingan individual
yaitu bekejasama hanya untuk memperoleh nilai yang baik namun juga untuk
memperbaiki hubungan sosial dan dilakukan secara berkesinambungan. Oleh
karena itu dalam mengembangkan karakteristik siswa, salah satunya dapat
dilakukan dengan mengarahkan untuk berperilaku gotong royong untuk
memperbaiki kerukunan dan hubungan sosial antar siswa dalam pembelajaran
IPS.
Rendahnya kerukunan antarsiswa di dalam kelas tentu akan menghambat
siswa dalam kerjasama. Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu kegiatan yang sering dilakukan. Dalam kerjasama guru dapat melihat proses
siswa dalam berbagai aspek penilaian dan karakter yang akan dikembangkan
seperti tanggungjawab, kepemimpinan, saling menghargai dan menghormati,
saling membantu memecahkan masalah, serta kekompakan kelompok yang
bertujuan untuk mecapai tujuan yang sama. Menurut Gillin (dalam Syam, 2012,
hlm. 96), “kerjasama adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.” Sedangkan Soekanto (1990, 79)
mengemukakan bahwa, “kerjasama sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam kerjasama terdapat satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
rangka memenuhi kebutuhan dari seseorang atau sekelompok manusia yang
dikerjakan lebih dari satu orang dan dilakukan secara bersama-sama.
Salah satu dari bentuk kerjasama yang mengandung unsur-unsur kerukunan
adalah gotong royong. Gotong royong itu sendiri merupakan salah satu dari lima
jenis kerjasama selain kooptasi, bargaining, joint venture, dan koalisi.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin yang dikembangkan oleh
Sokanto (dalam Bungin, 2013, hlm. 59-60) mengenai bentuk-bentuk kerjasama
meliputi:
1. Gotong royong dan kerja bakti
Gotong royong adalah sebuah proses cooperation yang terjadi di masyarakat pedesaan, dimana proses ini menghasilkan aktivitas tolong-menolong dan pertukaran tenaga serta barang maupun pertukaran emosional dalam bentuk timbal balik diantara mereka. Baik yang terjadi di sektor keluarga maupun sektor produktif. Sedangkan kerja bakti adalah proses cooperation yang mirip dengan gotong royong, namun kerja bakti terjadi pada proyek-proyek publik atau program-program pemerintah.
2. Bargaining
Bargaining adalah proses cooperation dalam bentuk perjanjian
pertukaran kepentingan, kekuasaan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjadi di bidang politik, budaya, ekonomi, hukum, maupun militer.
3. Cooptation
Cooptation adalah proses cooperation yang terjadi di antara individu dan
kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi atau negara dimana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas.
4. Coalition
Coalition yaitu dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan
yang sama kemudian melakukan kerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Joint venture
Yaitu, kerjasama antara dua atau lebih organisasi perusahaan di bidang bisnis untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa salah satu bentuk kerjasama adalah
gotong royong. Gotong royong hingga saat ini sering kita temukan di daerah
pedesaan karena dalam masyarakat pedesaan menjunjung tinggi nilai
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernikahan, khitanan, dan beberapa kegiatan lainnya seperti bersih desa dan
perbaikan jalan, dalam pedesaan dikerjakan secara bersama-sama dan saling
tolong menolong. Inilah yang disebut dengan gotong royong. Sebagaimana hasil
penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2008, hlm. 34-36) bahwa:
Di kampung Batu Reog, Lembang, rutin melaksanakan kegiatan gotong
royong seperti kegiatan Jumsih (Jum’at Bersih) seperti membersihkan
selokan, sampah, dan juga membersihkan tempat umum seperti masjid, membersihkan makam, dan juga melaksanakan gotong royong dalam kegiatan hajatan dan syukuran yang biasanya ditandai dengan para ibu-ibu ikut serta membantu di dapur untuk mempersiapkan hidangan dan warg alainnya mempersipakan tempat dan menyebarkan undangan pada acara pernikahan.
Gotong royong tetap bertahan dan dilestarikan dalam masyarakat pedesaan
karena mereka menjaga kerukunan antar sesama anggota masyarakat. Sikap
kekeluargaan membuat kebersamaan mereka semakin erat. Sehingga solidaritas di
dalam masyarakat tersebut tetap terjaga. Sejalan uraian tersebut, dari
permasalahan yang ditemukan oleh peneliti bahwa dalam kelas VIII A terdapat
kerenggangan hubungan sosial yang berakibat kepada kurangnya kerukunan
sehingga siswa sulit melakukan kerjasama dalam mengerjakan tugas yang
melibatkan seluruh anggota kelas.
Beberapa permasalahan lain juga menunjukkan siswa kadang bermusuhan
karena membela temannya yang berada di luar kelas. Keadaaan ini
menggambarkan tidak ada solidaritas sebagai teman dan anggota kelas dalam
kelas VIII A. Oleh karena itu sulit sekali melihat perilaku gotong royong dalam
proses pembelajaran sehari-hari. Padahal dalam sebuah masyarakat desa yang
dikenal memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan, kesolidan antar anggota
masyarakat serta tingginya rasa kekeluargaan dan kebersamaan timbul dari
perilaku gotong royong. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprihatin (2014,
hlm. 63-77) bahwa “perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong royong
menunjukkan bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat tersebut.” Oleh
karena itu perilaku siswa dalam gotong royong dinilai masih rendah dilihat dari
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun gotong royong sudah merupakan ciri khas budaya Indonesia yang
tidak dimiliki bangsa lain. Dalam gotong royong tertanam nilai-nilai
tolong-menolong, saling menghormati dan menghargai satu sama lain, adanya jiwa
sama-rata-sama-rasa, rasa kekeluargaan yang menimbulkan kebersamaan, kekompakan,
dan solidaritas antar anggota kelompok. Hakikat gotong royong adalah kerjasama
yang dilakukan karena adanya rasa kekeluargaan sehingga saling membantu
secara sukarela dan saling tolong menolong ketika orang lain sedang memerlukan
bantuan maupun ketika mengerjakan suatu kepentingan bersama.
Tujuan dari gotong royong tidak hanya untuk bekerja sama dan saling tolong
menolong untuk mencapai kepentingan bersama. Namun tujuan gotong royong
adalah untuk menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang menciptakan
kerukunan dalam suatu masyarakat. Sehingga dalam permasalahan yang terjadi di
kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung yaitu minimnya
kerjasama dibangun melalui upaya meningkatkan perilaku gotong royong siswa.
Untuk meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS di
kelas VIII A ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Tayangan video
merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat populer dan sering
digunakan di era modernisasi. Tayangan video yang bersifat entertain dan
menarik dipilih oleh peneliti dengan alasan bahwa siswa kelas VIII A di SMP
Laboratorium Percontohan UPI di Bandung lebih menarik minat siswa dalam
belajar sehingga siswa dengan mudah memahami informasi yang disampaikan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Santosa (2008, hlm. 33) yang memberikan
pandangannya mengenai gotong royong bahwa:
Gotong royong dapat diartikan sebagai sesuatu sikap ataupun kegiatan yang ditakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan.
Untuk meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS
di kelas VIII A ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Tayangan video
merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat populer dan sering
digunakan di era modernisasi. Tayangan video ini bertujuan untuk memotivasi
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini, peneliti akan menggunakan tayangan video dokumenter berbasis
etnografi sebagai upaya meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam
pembelajaran IPS. Tayangan video dokumenter berbasis etnografi digunakan agar
tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik dan mengenai sasaran yang
tepat. Sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani
berjudul Penerapan Metode Role Playing dengan Menggunakan Media Film
Dokumenter untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS (Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas VB SD Negeri 68 Kota Bengkulu). Dalam penelitian
tersebut disebutkan bahwa aktivitas siswa meningkat yang meliputi seluruh
kegiatan pembelajaran. Basis etnografi sendiri bertujuan agar video dokumenter
yang digunakan bukanlah video yang umumnya mudah ditemukan sehingga
memungkinkan siswa sudah menonton video tersebut. Selain itu makna etnografi
sendiri yang berarti deskripsi mengenai sebuah budaya suku bangsa tertentu
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti karena dalam gotong royong erat
kaitannya dengan kebudayaan suatu suku bangsa.
Berdasarkan pemaparan di atas dan beberapa alternatif solusi yang
dipaparkan, peneliti akan menggunakan tayangan video dokumenter berbasis
etnografi sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku gotong royong siswa. Oleh
karena itu berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik melakukan suatu
penelitian tindakan yang berjudul “PENINGKATAN PERILAKU GOTONG
ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER
BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN
TINDAKAN KELAS DI KELAS VIII A SMP LABORATORIUM
PERCONTOHAN UPI BANDUNG).”
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini diperlukan identifikasi dan diberikan pembatasan agar dalam
pelaksanaannya tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian, serta
menghindari penafsiran yang terlalu luas. Peningkatan perilaku gotong royong
perlu dilakukan di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung.
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai gotong royong yang saling membantu tanpa pamrih dan tidak memandang
status seseorang serta bersifat kekeluargaan akan mengarahkan siswa dalam
membangun kerukunan dalam kelas yang baik. Identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam
pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di
Bandung. Secara rinci, identifikasi masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Adanya kondisi yang membuat hubungan sosial siswa menjadi renggang.
2. Kerjasama siswa hanya terjadi dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya statis sehinga ketika siswa bekerjasama dalam kelompok
besar yang melibatkan seluruh anggota kelas, kerjasama itu tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
3. Kurangnya media yang digunakan guru pada saat menyampaikan materi
pelajaran.
4. Rendahnya solidaritas antar siswa.
5. Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian, guru kurang mampu dalam
membimbing siswa untuk melakukan kerjasama yang baik dan benar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan tayangan
video dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan perilaku
gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI di Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tayangan
video dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan perilaku
gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI di Bandung?
3. Bagaimana hambatan yang dihadapi dan solusi yang akan dilakukan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan perilaku gotong
royong siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP
Laboratorium Percontohan UPI di Bandung?
4. Bagaimana tingkat perkembangan perilaku gotong royong siswa setelah
diterapkan tayang video dokumenter berbasis etnografi dalam
pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI
di Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah upaya meningkatkan perilaku gotong
royong siswa melalui tayangan video dokumenter berbasis etnografi dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di
Bandung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis dan mendeskripsikan persiapan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan tayangan video dokumenter berbasis
etnografi untuk meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam
pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI
di Bandung.
2. Menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan tayangan video dokumenter berbasis etnografi untuk
meningkatkan perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS di
Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung.
3. Menganalisis dan mendeskripsikan hambatan-hambatan dan solusi yang
akan dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
tayangan video dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan
perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII A
SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung.
4. Menganalisis dan mendeskripsikan perilaku gotong royong siswa setelah
diterapkan tayang video dokumenter berbasis etnografi dalam
pembelajaran IPS di Kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan agar mampu memberikan manfaat bagi peneliti
maupun pihak lain baik secara teoritis maupun praktis sebagai salah satu
sumbangan keilmuan. Manfaat dari penelitian ini secara khusus terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan sebagai salah satu sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai tayangan video dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan
perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan menggunakan tayangan video dokumenter berbasis etnografi
dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan perilaku gotong royong
siswa selama proses pembelajaran.
b. Bagi Guru
Sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam mengajar untuk meningkatkan perilaku gotong
royong siswa.
c. Bagi Sekolah
Memberikan informasi sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas sekolah dan sekolah dapat mencermati kebutuhan siswa dalam
proses pembelajaran.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Pada penulisan skripsi terdapat beberapa Bab beserta subbab yang akan
dipaparkan, yaitu Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V serta
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi skripsi dalam penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan dalam Bab II adalah pemaparan mengenai kajian teori yang
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dan metode atau media
penelitian yang meliputi perilaku gotong royong dan tayangan video dokumenter
berbasis etnografi yang secara umum dikutif dari berbagai sumber pustaka seperti
buku-buku yang relevan, penelitian terdahulu, jurnal, maupun internet.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi pemaparan mengenai metode penelitian, setting
penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, model penelitian, prosedur
penelitian yang terdiri atas siklus-siklus, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai deskripsi hasil penelitian yang meliputi
pengolahan data hingga analisis data berdasarkan fakta dan informasi yang
ditemukan peneliti di lapangan serta kaitannya dengan kajian pustaka.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi pemaparan tentang kesimpulan atas jawaban rumusan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu METODE PENELITIAN
Pembahasan yang akan peneliti deskripsikan pada Bab III ini yaitu metode
yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan dengan jenis penelitian yang dilakukan di SMP Laboratorium
Percontohan UPI di Bandung. Metode yang digunakan merupakan metode yang
mampu menjelaskan jawaban dari rumusan permasalahan sehingga tercapainya
tujuan penelitian ini.
A. Latar Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Laboratorium
Percontohan UPI di Bandung. Alamat sekolah di Jalan Senjayaguru No. 1
Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung. Sekolah berlokasi
di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Bangunan sekolah
terdiri dari dua lantai dengan ruang kelas berjumlah 15 ruangan, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1
ruang TU, 1 lab IPA, 1 lab TIK, 1 ruang olahraga, 1 ruang perpustakaan dan
1 ruang mushalla, 1 kantin, dan toilet/WC di lantai atas dan lantai bawah.
Lokasi penelitian berada dalam lingkungan kampus Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung yang beralamat di Jalan Setiabudi 229 Bandung,
Jawa Barat. Selain berada di lingkungan kampus UPI, lokasi penelitian juga
berdekatan dengan SMA, SD, dan TK Laboratorium Percontohan serta
berdekatan dengan terminal Ledengan sehingga menjadikan sekolah ini
berada pada titik wilayah yang strategis dengan akses tranportasi yang
mudah.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Laboratorium
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari 25 siswa. Jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki terdiri dari 12
orang siswa dan yang berjenis kelamin perempuan terdiri dari 13 orang siswa.
Seluruh siswa di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di
Bandung beragama Islam dengan suku yang sama yaitu suku Sunda. Asal
domisili siswa juga berada di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat.
B. Desain Penelitian 1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Sebuah penelitian yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui fenomena yang terjadi dalam pembelajaran di kelas namun juga
dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas dan
memperbaiki kualitas pembelajaran. Menurut Elliot (dalam Daryanto, 2011,
hlm. 3), PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya, mencakup telaah, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan
hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan profesional. Burns
(dalam Sanjaya, 2012, hlm. 25) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah
penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam
situasi sosial utnuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui yang dimaksud
dengan penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk memecahkan
permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan dalam situasi sosial untuk
meningkatkan kualitas tindakan yaitu kualitas mengajar dengan melibatkan
berbagai pihak sseperti peneliti, guru, siswa, dan praktisi pendidikan lainnya
untuk berkolaborasi dan bekerja sama.
2. Model Penelitian
Terdapat beberapa model dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Model
PTK yang paling sederhana adalah model Kurt Lewin. Selain model PTK
51
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Taggart, John Elliot, Dave Ebbut, David Hopkins, McKernan, dan
model-model PTK lainnya. Setiap model-model yang digunakan hendaknya sesuai dengan
rancangan utama penelitian yang dilakukan.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model Elliot yang dikembangkan dari model Lewin. Menurut Elliot
(dalam Sanjaya, 2012, hlm. 50), “suatu penelitian hendaknya dimjulai dari
gagasan awal dimana ada dorongan keinginan peneliti untuk melakukan suatu
perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal.” Berikut ini
adalah gambar model penelitian tindakan kelas menurut Elliot (dalam
Sanjaya, 2012, hlm. 51) dengan sedikit modifikasi peneliti dari beberapa
sumber lain:
Gagasan Awal
Identifikasi Masalah dan Analisis
Rencana Umum
Langkah Tindakan 1
Langkah Tindakan 2
Langkah Tindakan 3
Implementasi Langkah Tindakan 1
Monitor Implementasi dan Efeknya/Observasi
Penjelasan Kegagalan untuk
Implementasi/Refleksi
Revisi Rencana Umum S
i k l u s
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Model PTK John Elliott
(Sanjaya, 2012, hlm. 51)
Secara garis besar, model penelitian ini meliputi gagasan awal atau
tahapan identifikasi masalah yang akan diperbaiki, kemudian upaya untuk
menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk Langkah Tindakan 1
Langkah Tindakan 2
Langkah Tindakan 3
Implementasi Langkah Berikut
Rencana Diperbaiki
Monitor Implementasi dan Efeknya/Observasi
Penjelasan Kegagalan untuk
Implementasi/Refleksi
Revisi Rencana Umum
Langkah Tindakan 1
Langkah Tindakan 2
Langkah Tindakan 3 Rencana Diperbaiki
Implementasi Langkah Berikut
Monitor Implementasi dan Efeknya/Observasi
Penjelasan Kegagalan untuk
Implementasi/Refleksi S
i k l u s
2
S i k l u s
53
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyelesaikannya, setelah itu merencanakan langkah-langkah yang akan
dilakukan, lalu implementasi atau pelaksanaan dari rencana tersebut,
selanjutnya melakukan monitoring atau observasi mengenai implementasi
tindakan tersebut untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari tindakan
tadi, terakhir adalah refleksi yang meliputi penjelasan mengenai kegagalan
atau keberhasilan dan pengaruh implementasi yang sudah dilakukan.
Sehingga secara sederhana dalam model PTK Elliott terdapat empat tahapan
alur penelitian yaitu perencanaan yang terdiri dari beberapa langkah/tindakan,
pelaksanaan atau implementasi, observasi atau monitoring, dan refleksi.
a. Gagasan Awal
Penelitian ini didorong keinginan peneliti untuk memperbaiki suatu
keadaaan di dalam kelas agar memperoleh hasil yang lebih baik.
Keinginan ini juga didorong oleh hal-hal yang dirasakan salah oleh
peneliti saat mengajar di kelas. Kesalahan-kesalahan yang dirasakan
peneliti saat mengajar inilah yang mendorongnya untuk melakukan
identifikasi mengenai permasalahan yang terjadi saat mengajar.
b. Identifikasi Masalah dan Analisis
Penelitian ini dimulai dari tahap pertama untuk menemukan masalah
dalam kegiatan pembelajran IPS yang terdapat di dalam kelas. Dalam
proses identifikasi masalah, peneliti tidak hanya mengamati kegiatan
belajar di dalam kelas saja, tetapi peneliti juga dapat melakukan
wawancara, baik dengan guru mata pelajaran IPS maupun dengan siswa,
bahkan peneliti juga dapat melakukan wawancara dengan guru atau pihak
lain.
Dalam tahap ini, peneliti tidak hanya menemukan satu masalah saja,
tetapi peneliti juga sering menemukan masalah-masalah lainnya. Oleh
karena itu dilakukan analisis mengenai masalah-masalah tersebut
sehingga ditemukan masalah utama yang memerlukan perbaikan. Setelah
penentuan masalah utama yang harus diperbaiki peneliti juga melakukan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menemukan metode atau media yang cocok digunakan untuk
memperbaiki masalah tersebut.
Di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung,
peneliti menemukan masalah yaitu siswa kurang memiliki perilaku
gotong royong. Setelah melakukan analisis mengenai cara yang harus
dilakukan dalam memperbaiki masalah tersebut peneliti memilih media
video yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku gotong royong
siswa. Peneliti memilih video dokumenter berbasis etnografi dengan
harapan bahwa siswa dapat memahami makna yang terdapat dalam video
sehingga perilaku gotong royong siswa meningkat.
c. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dalam tindakan-tindakan penelitian untuk memperbaiki
perilaku gotong royong siswa melalui tayangan video dokumenter
berbasis etnografi. Dalam menentukan kegiatan pembelajaran untuk
setiap tindakan penelitian, peneliti merencanakan mengenai persiapan
yang harus dilakukan agar tindakan berjalan dengan baik. Tahapan
perencanan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1) Menentukan oberver yang akan mengamati setiap tindakan yang
dilakukan peneliti di dalam kelas.
2) Menyusun jadwal bersama observer dalam pelaksanaan
tindakan.
3) Mempersiapkan alat penunjang utama untuk penayangan video
seperti ketersediaan listrik dan proyektor di dalam kelas.
4) Mempersiapkan video yang akan ditayangkan selama
pelaksanaan tindakan.
5) Menyusun RPP yang akan dilaksanakan dalam tahap
selanjutnya.
6) Menyediakan alat observasi yang digunakan dalam
55
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7) Mempersiapkan peralatan untuk pembuatan produk sesuai
materi yang ditentukan untuk melihat perilaku gotong royong
siswa.
8) Merencanakan jadwal diskusi mengenai hasil tindakan yang
telah dilakukan untuk membahas kekurangan dan kelebihan
dalam penelitian yang dilakukan.
9) Menyusun rencana ulang mengenai perbaikan-perbaikan yang
harus dilakukan dari tindakan yang sudah dilakukan.
Dalam perencanaan penelitian, peneliti dan observer atau guru mitra
bersama-sama mendiskusikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
dan menyusun jadwal penelitian. Diskusi mengenai kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan diantaranya peneliti dan guru mitra dengan
didampingi oleh dosen pembimbing merencanakan video yang akan
ditayangkan dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti dan guru
mitra menentukan K.D. (Kompetensi Dasar) dan materi yang akan
dibahas pada pelaksanaan penelitian. Kedua aspek itu harus tercantum
dalam RPP yang sebelumnya disusun peneliti dan mendiskusikan atau
mengkonsultasikannya dengan guru mitra dan dosen pembimbing terkait
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Susunan RPP
didiskusikan ketika akan melakukan siklus penelitian.
Setelah menyusun RPP peneliti mempersiapkan alat-alat
pembelajaran beserta alat observasi pengumpulan data. Proses persiapan
alat-alat pembelajaran selain memeriksa alat penunjang utama yaitu
listrik dan proyektor, peneliti juga mempersiapkan bahan dan alat serta
lembar kerja untuk membuat produk pembelajaran. Produk pembelajaran
tersebut akan dikerjakan oleh seluruh siswa di kelas secara bergotong
royong. Kegiatan inilah yang akan diamati peneliti untuk melihat
perkembangan perilaku gotong royong siswa yang akan dilaksanakan di
setiap siklus penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam empat siklus dengan jumlah
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamatan mengenai perilaku gotong royong. Aspek yang akan dinilai
dilaksanakan dalam satu dari tiga tindakan. Secara umum penilaian aspek
pengamatan dilakukan setelah tindakan pemahaman materi. Adapun
mengenai perbedaan siklus dipaparkan sebagai berikut.
1) Siklus 1
Dalam siklus 1, peneliti akan menayangkan video dokumenter
berbasis etnografi mengenai tradisi gotong royong salah satu suku
bangsa di Indonesia. Dalam siklus ini, peneliti akan mencoba
memberikan salah satu tayangan video yang menyajikan tradisi
gotong royong di luar budaya lokal siswa yaitu budaya suku Bima.
Video yang digunakan yaitu Tradisi Mengangkat Rumah di Bima.
Adapun sebelumnya dalam kajian pustaka mengenai penayangan
video berawal dari budaya lokal dari lingkungan setempat maka
dalam rancangan siklus 1 peneliti akan menayangkan video yang
berisi tradisi gotong royong di daerah luar. Tujuan dari penggunaan
video ini adalah untuk melihat bagaimana respon siswa ketika
pertama kali mengetahui budaya suku lain.
2) Siklus 2
Tayangan video dokumenter berbasis etnografi dalam siklus 2
berbasis kebudayaan lokal dengan menyajikan kebudayaan gotong
royong dalam suku Sunda di Jawa Barat. Melalui tayangan tradisi
gotong royong dari budaya lokal siswa dapat membandingkan nilai
gotong royong dengan video yang sudah ditayangkan sebelumnya.
Video tersebut masih dengan tema yang sama agar tidak memiliki
perbedaaan besar sehingga sulit untuk dipahami oleh siswa. Adapun
video yang akan ditayangkan mengenai budaya suku sunda dalam
gotong royong yaitu Tradisi Menggeser Rumah di Kampung Naga.
3) Siklus 3
Pada siklus 3, video dokumenter berbasis etnografi yang akan
ditayangkan yaitu tentang tradisi gotong royong suku Melayu yang
57
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipilih karena peneliti merupakan suku asli Melayu Sambas sehingga
pada saat video ditayangkan, guru berperan sebagai sumber belajar.
video yang dipilih untuk ditayangkan dalam siklus 3 yaitu Tradisi
Hajatan Masyarakat Melayu Sambas. Materi yang akan dibahas saat
penayangan video harus berkaitan dengan video yang dipilih
sehingga kedua aspek tersebut saling terhubung.
4) Siklus 4
Video dokumenter berbasis etnografi yang akan ditayangkan
pada siklus 4 merupakan tradisi gotong royong dari budaya suku
bangsa di luar daerah objek penelitian. Tayangan video ini dipilih
dengan tujuan untuk mengembangkan daya berfikir siswa mengenai
nilai-nilai gotong royong dari suku bangsa yang berada di luar
daerahnya agar pengetahuan yang dimiliki siswa lebih luas. Selain
itu siswa akan memahami bahwa hakikatnya Indonesia memiliki
budaya gotong royong sebagai salah satu jati diri bangsa. Video
dokumenter berbasis etnografi dalam siklus 4 menampilkan
kebudayaan gotong royong dalam suku Kedang dan Labala di daerah
Lembata serta suku dayak Kantu’ di Kalimantan Barat. kedua
tayangan tersebut masih dengan tema yang sama agar saling
berhubungan serta tidak terjadi kesalahanpemahaman saat
ditayangan dalam kegiatan pembelajaran.
d. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan tindakan merupakan perlakuan yang
dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang disusun
sebelumnya. Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang
sudah dilakukan pada tahap sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dilakukan
secara sistematis dan terstruktur yang terdiri dari serangkaian siklus.
Serangkaian siklus tersebut memuat beberapa tindakan dalam setiap
siklusnya. Dalam penelitian ini dilakukan tiga rangkaian tindakan.
Adapun tahapan-tahapan dalam rangkaian tindakan dapat dijelaskan
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Tindakan 1
Pelaksanaan tindakan 1 adalah tahap dimana peneliti
menyampaikan materi pembelajaran dan keterkaitan materi dengan
gotong royong. Dalam tahapan tindakan 1, peneliti memberikan
pemahaman mengenai materi, perilaku gotong royong, dan pesan
yang disampaikan dalam video serta keterhubungan dari tiga aspek
tersebut. Dalam pelaksanaan tindakan 1, penayangan video
dokumenter dikondisikan yaitu dapat ditayangkan pada tindakan 1
dan dapat pula ditayangkan pada tindakan 2 atau ditayangkan dalam
pelaksanaan tindakan 1 dan 2 jika diperlukan dengan catatan video
yang ditampilkan tidak sama dengan video sebelumnya.
Setelah memberikan penjelasan dan pemahaman secara lisan,
maka guru dapat memberikan tambahan tugas berupa tes tertulis atau
tugas kelompok untuk memantapkan pemahaman siswa mengenai
materi tersebut. Tugas atau tes tertulis ini bermanfaat sebagai acuan
peneliti mengenai tingkat analisis siswa yang disalurkan melalui
tulisan.
2) Tindakan 2
Pelaksanaan tindakan 2 adalah tahap dimana peneliti melakukan
implementasi dari pemahaman yang sudah diberikan kepada siswa
dari tahap sebelumnya. Peneliti menayangkan video dokumenter
berbasis etnografi terlebih dahulu dan menjelaskan kembali
mengenai pesan yang terkandung dan hubungannya dengan perilaku
gotong royong. Kemudian siswa melakukan praktek yang bertujuan
untuk melihat perilaku gotong royong siswa. Praktek yang dilakukan
dapat berupa pembuatan produk pembelajaran yang tentunya sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Selama mengerjakan produk tersebut siswa harus
mengerjakannya secara bersama-sama dengan seluruh anggota kelas.
59
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menolong, bekerjasama, dan bertanggungjawab terhadap tugas
mereka.
3) Tindakan 3
Tahap pelaksanaan tindakan 3 adalah evaluasi mengenai
rangkaian tindakan 1 dan 2. Guru mereview kembali mengenai
materi yang sudah dijelaskan dalam tindakan 1 dan 2 dan
keterkaitannya dengan gotong royong. Kemudian integrasi dari
tindakan 1 dengan tindakan 2 dilakukan dengan tanya jawab kepada
siswa. Setelah itu siswa ditugaskan untuk menjawab tes evaluasi
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana analisis siswa
mengenai pemahaman terhadap materi, tayangan video dan gotong
royong.
e. Observasi
Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pengamat untuk
mengumpulkan informasi tentang tindakan yang dilakukan peneliti
termasuk pengaruh yang ditimbulkan oleh perlakuan guru. Informasi
yang didapat tersebut dapat berupa catatan-catatan observer dan lembar
pengamatan perilaku gotong royong siswa. Selain itu rekaman gambar
atau audio visual serta tes tertulis menjadi informasi tambahan yang
sangat berguna untuk meninjau perkembangan perilaku gotong royong
siswa.
Tahap observasi ini dilakukan secara bersamaan dengan tahap
tindakan. Oleh karena itu observer yaitu mitra peneliti diperlukan untuk
mencatat semua peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan tindakan.
Adapun pengamatan yang dilakukan peneliti terdiri dari.
1) Pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran kelas VIII A
2) Pengamatan terhadap perilaku gotong royong siswa kelas VIII A
3) Pengamatan terhadap pemahaman siswa mengenai video yang
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Pengamatan terhadap tingkat keberhasilan tayangan video
dokumenter berbasis etnografi untuk meningkatkan perilaku
gotong royong siswa dari tes tertulis.
Catatan-catatan observer atau pengamat tersebut sangat penting bagi
peneliti untuk mengumpulkan informasi mengenai kekurangan dan
kelebihan selama pelaksanaan tindakan. Hasil dari pengamatan ini akan
berguna bagi peneliti untuk memperbaiki tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
f. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji dan
menganalisis hasil observasi, terutama untuk melihat berbagai kelemahan
yang perlu diperbaiki. Dalam tahap ini peneliti bersama dengan observer
mereview tahap-tahap yang sudah dilaksanakan mulai dari identifikasi
masalah, perencanaan, hingga pelaksanaan tindakan dan observasi. Oleh
karena itu pada tahap refleksi akan ditemukan kekurangan dan kelebihan
dalam siklus penelitian yang telah dilaksanakan.
Kelebihan yang terdapat dalam siklus yang telah dilakukan dapat
dipertahankan atau ditingkatkan peneliti sehingga menjadi acuan untuk
pelaksanakan penelitian selanjutnya. Sedangkan kekurangan yang
terdapat dalam siklus harus didiskusikan dengan kolaborator untuk
menemukan solusi agar penelitian dalam siklus selanjutnya lebih baik.
Pada hakikatnya tahap refleksi bertujuan untuk menganalisis hasil
tindakan dan pengamatan yang sudah dilaksanakan. Analisis tersebut
akan menampilkan kekurangan dan kelebihan dari siklus yang telah
dilaksanakan sehingga dapat dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep atau istilah yang
digunakan oleh peneliti sehingga perlu sekali bagi peneliti untuk memahami
61
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perilaku Gotong Royong
Gotong royong merupakan salah satu bentuk kerjasama yang menjadi ciri
khas budaya Indonesia. Gotong royong secara khusus merupakan istilah yang
sering digunakan pada masyarakat pertanian. Pada musim panen tiba gotong
royong sangat diperlukan setiap pemilik sawah karena untuk memanen padi
diperlukan banyak orang sehingga mereka harus meminjam tenaga luar
seperti para tetangga untuk membantu. Bantuan yang diberikan ini nantinya
akan dibalas oleh yang dibantu saat giliran yang membantu memanen
sawahnya. Sehingga terdapat unsur timbal balik dalam gotong royong yang
dilakukan masyarakat petani tersebut.
Teneko (dalam Mulyani, 2007, hlm. 13) mengemukakan “dalam gotong
royong terkandung unsur timbal balik yang sukarela antar warga desa dan
antara warga dengan kepala desa/pemerintah desa, serta masyarakat desa
untuk memenuhi kebutuhan desa yang insidentil maupun berkesinambungan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan baik materil maupun spiritual.”
Namun terdapat pula gotong royong yang bersifat sukarela. Hal ini dilandasi
dengan adanya kebutuhan bersama sehingga secara bersama-sama saling
bahu-membahu dalam mengerjakan suatu proyek. Hasil dari proyek ini
nantinya akan dimiliki dan dinikmati bersama-sama sehingga tidak ada
orang-orang yang dirugikan dan yang diuntungkan secara sepihak. Perilaku
gotong royong seperti ini sebaiknya ditanamkan kepada siswa. Selain dapat
membangun pilar kesatuan dan persatuan yang menumbuhkan semangat
nasionalisme juga bekal bagi siswa ketika mereka sudah dewasa dan terjun ke
dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam perilaku gotong royong, diperlukan suatu acuan atau indikator
untuk mengetahui perkembangan perilaku gotong royong siswa. Indikator
dirangkum berdasarkan hasil kajian pustaka yang dideskripsikan dalam bab
sebelumnya. Indikator ini menjadi dasar dalam mengembangkan aspek yang
akan diamati guna mengetahui peningkatan tujuan penelitian yaitu
peningkatan perilaku gotong royong siswa. Indikator mengenai perilaku
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Indikator perilaku gotong royong siswa dalam pembelajaran IPS melalui tayangan video dokumenter berbasis etnografi.
Variabel Indikator Penjelasan
Perilaku Gotong Royong
Tolong-menolong
1. Aktif. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas bersama temannya.
2. Kerjasama. Siswa mampu bekerjasama dengan baik. 3. Bahu membahu. Siswa tidak
sibuk sendiri saat mengerjakan tugas.
4. Timbal balik. Membantu teman tanpa diminta dan kembali membantu teman ketika memerlukan bantuan. 5. Kepedulian. Siswa peka
membantu temannya ketika membutuhkan bantuan.
Kesukarelaan
1. Spontanitas. Siswa tidak perlu diarahkan untuk mengerjakan tugas bersama temannya. 2. Tanpa pamrih. Siswa
mengerjakan tugas tanpa imbalan nilai dari guru maupun balasan bantuan dari orang yang dibantu.
3. Cepat tanggap. Siswa cekatan dalam mengerjakan tugas bersama temannya.
Kekeluargaan
1. Kebersamaan. Siswa menunjukkan sikap
kebersamaan saat mengerjakan tugas
2. Kekompakan. Siswa
menunjukkan kekompakan saat melakukan kegiatan
3. Kerukunan. Siswa tidak acuh tak acuh mengerjakan tugas bersama-sama.
[image:38.595.136.515.145.676.2]63
Nurul Maulidya Putri, 2015
PENINGKATAN PERILAKU GOTONG ROYONG SISWA MELALUI TAYANGAN VIDEO DOKUMENTER BERBASIS ETNOGRAFI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Video Dokumenter Berbasis Etnografi
Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011, hlm 64) bahwa “video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap.”
Video memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah video dokumenter.
Dalam video dokumenter disajikan sejumlah informasi mengenai suatu
fenomena empiris. Semua objek yang terdapat dalam video dokumenter
merupakan hal yang nyata dan terjadi pada saat tersebut. Tidak ada suatu
rancangan yang sudah diatur sedemikian rupa dalam video dokumenter. Oleh
karena itu video dokumenter hanya “menceritakan” kejadian yang sudah
terjadi secara nyata. Sedangkan kata etnografi sendiri menunjuk kepada suatu
penjelasan mengenai kebudayaan suatu bangsa secara menyeluruh.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Laboratorium
Percontohan UPI di Bandung ini menggunakan instrumen penelitian sebagai
berikut.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data saat penelitian
dilakukan. Lembar observasi dapat berupa lembar observasi terbuka dan
lembar observasi tertutup. Adapun lembar observasi tertutup dapat berupa
chek-list. Untuk meningkatkan perilaku gotong royong siswa di kelas VIII A
SMP Laboratorium Percontohan UPI di Bandung ini, peneliti menyediakan
lembar observasi dengan menggunakan tanda chek-list yang akan diisi pada
kolo