• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS PUISI SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Ajeng fauziyahwati, Etty Rohayati

1

, Ening Widaningsih

2

Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia. Email: aje_jeh@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis puisi siswa di SDN Panyileukan 1, Kota Bandung. Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas III bahwa banyak siswa yang sulit menggali ide-ide bermakna, sulit memilih kata untuk puisi, belum memahami perwajahan puisi, belum bisa memberi nilai keindahan pada puisi, dan siswa berfikir bahwa menulis puisi merupakan aktivitas yang sulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, salah satunya dengan menerapkan pembelajaran dengan model sinektik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siswa kelas III SD dengan model sinektik. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklusnnya terdiri dari tiga tindakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes menulis puisi, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian selama penerapan model sinektik dalam pembelajaran menulis puisi terlihat mayoritas siswa mampu menggali ide dan kata, mengembangkan analogi, menyusun draf puisi, dan merevisi puisi dengan baik. Aktivitas siswa juga lebih bersemangat, antusias dan aktif selama pembelajaran berlangsung serta kemampuan menulis puisi siswa pun meningkat. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aktivitas menulis puisi siswa pada siklus I: 57,61, siklus II: 72,18, dan siklus III 81.08 serta nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis puisi pada siklus I: 60,05, siklus II: 72,86, dan siklus III: 84,91. Dengan demikian, model sinektik dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi di Sekolah Dasar.

Kata Kunci: Model Sinektik, Kemampuan Menulis Puisi, Siswa Sekolah Dasar.

_____________________________

1

Penulis Penanggung Jawab 1

2

(2)
(3)

SYNECTICS MODEL TO INCREASE STUDENTS’ ABILITY IN

WRITING POETRY IN 3

rd

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Ajeng Fauziyahwati, Etty Rohayati

1

, Ening Widaningsih

2

Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia. Email: aje_jeh@yahoo.com

ABSTRACT

This research is motivated by the students’ low ability in students’ writing poetry in SDN Panyileukan 1, Bandung. Based on the teaching experience in 3rd grade that many students have difficulities to dig up meaningful ideas, to choose the words for poetry, do not understand the appearance of poetry, can not give the beauty value in poetry, and think that writing poetry is a difficult activity. Therefore, some efforts are required to increase the students' ability to write poetry, one of them by applying sinektik model. The aim of the research is to get description about the implementation of learning to write poetry in 3rd grade students’ of elementary school with synectics model. The method used in this research is classroom action research with Elliot model. This research is conducted in three cycles and each cycles consists of three actions. The instruments used in this research are write poetry test, observation sheet, field notes, documentation, and interview guidelines. The results of the research during applying the synectics model in learning to write poetry showed that the majority of students are able to dig up ideas and words, developing the analogy, drafting poetry, and revising poetry as well. Student activities also become more excited, enthusiastic and active during the learning beside that, the students ability to write poetry increases. It is seen from the average score of students’ writing poetry activity in cycle I:57.61,cycle II: 72.18, 81.08 and cycle III . The average score of students’ writing poetry skill in cycle I: 60.05, cycles II: 72.86, and cycle III: 84.91. Thus, synectics models can be used as an alternative in teaching Bahasa Indonesia especially learning to write poetry in elementary school.

(4)

Manusia dilahirkan dengan potensi yang luar biasa, potensi dari segi akal pikiran, bakat, jiwa, badan, dan ruh. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Syarifudin dan Nur’aini (2006, hlm. 13) bahwa “manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya”. Dengan potensi luar biasa ini, manusia dapat melakukan berbagai hal untuk kehidupan, bangsa, dan negara,

tergantung bagaimana manusia

menggerakkan potensinya. Agar potensi manusia yang dibawa sejak lahir dapat berkembang dengan baik seiring menuju kedewasaannya, maka diperlukan upaya bantuan dari pihak lain. Mungkin dalam bentuk kegiatan pengarahan, asuhan, dan bimbingan yang diperoleh lewat sebuah pendidikan. Karena dalam pendidikan, manusia akan diarahkan untuk mengoptimalkan potensinya agar terwujud manusia yang ideal dan dicita-citakan. Maka pelaksanaan pendidikan di sekolah dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Abidin (2014, hlm 8) juga mengemukakan bahwa “Pendidikan ditantang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh yaitu kompetensi yang dititikberatkan pada kompetensi berpikir dan kompetensi komunikasi”. Berdasarkan pendapat Abidin tersebut, bahwa pendidikan pada abad kedua puluh satu ini menuntut menghasilkan siswa yang mampu berpikir bukan hanya menghafal, mampu mencari tahu bukan diberitahu, mampu berpikir kritis dan kreatif, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi, dan mampu memecahkan masalah.

Tantangan pendidikan tersebut berlaku untuk semua mata pelajaran yang akan diajarkan pada siswa. Terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa akan belajar bahasa yang pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar

berkomunikasi. Sehingga bahasa Indonesia merupakan alat atau wadah utama untuk menghasilkan kompetensi komunikasi dan wadah untuk memahami serta mempelajari bidang ilmu lain. Maka pembelajaran bahasa Indonesia dituntut lebih untuk mengembangkan kompetensi komunikasi siswa, baik secara lisan maupun tulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai dan merupakan alat komunikasi secara tulis. Menulis menurut Resmini, Churiah, dan Sundari (2010, hlm. 106) menyatakan bahwa “menulis merupakan sebuah proses yang menghasilkan sebuah tulisan seperti mencatat pesan ataupun menulis memo untuk teman”. Menulis pada siswa sekolah dasar menurut Abidin (2012, hlm. 187) lebih diarahkan kepada “menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, mengembangkan kemampuan siswa menulis, dan membina jiwa kreativitas para siswa untuk menulis”.

Salah satu jenis tulisan yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi komunikasi siswa adalah menulis karya sastra puisi yang termuat pula dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Puisi menurut Resmini dan Hartati (2006, hlm. 96) menyatakan bahwa “puisi merupakan sebuah cipta yang terdiri dari beberapa larik. Larik-larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah bait atau lebih”.

Menulis puisi bagi siswa sekolah dasar juga akan memberikan kebahagiaan, manfaat serta memperkaya pengalaman dan kosakata bahasa siswa. Melalui menulis puisi diharapkan pikiran dan gagasan siswa dapat berkembang di samping siswa memperoleh kebahagiaan, dan siswa pun dapat belajar untuk berbagi perasaan dan pengalaman hidup yang bermanfaat sehingga dapat menjadi wawasan dan manfaat bagi orang lain. Sejalan dengan pendapat Suwarna (2012, hlm.7) jika menulis puisi sama artinya dengan

(5)

“menuliskan perasaan kita”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sastra pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis puisi, siswa diharapkan mampu membuat teks puisi dengan baik.

Dalam kenyataan di lapangan, belajar menulis puisi pada siswa kelas IIIA Sekolah Dasar Negeri Panyileukan 1 masih rendah. Berdasarkan pengalaman mengajar, selama aktivitas pembelajaran menulis puisi, rata-rata siswa masih sulit menggali ide-ide bermakna, siswa sulit untuk memilih kata (diksi) yang dapat memperhalus, memperindah, dan memberi nuansa puitis dalam puisinya, siswa juga menuliskan karya puisinya dengan tipografi (perwajahan) seperti sebuah karangan/cerita, misalnya dalam satu bait terdiri dari beberapa kalimat panjang yang diakhiri tanda titik, serta saat menulis puisi siswa masih menyikapinya bahwa menulis puisi adalah aktivitas yang sulit, ditunjukkan siswa dengan masih kurang minat, kurang termotivasi, dan merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Hal tersebut menunjukkan bahawa pembelajaran menulis puisi yang diberikan harus lebih kreatif dan inovatif. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan mencerminkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, serta pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam aktivitas menulis pun, supaya siswa terus mau dan semangat latihan menulis, maka gurus harus mengelola kekuatan semangat siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniawan dan Sutardi (2012) bahwa agar seseorang tetap tetap mengorientasikan dirinya pada aktivitas menulis maka harus adanya pengelolaan semangat dan ikrar yang kuat dimulai dari diri sendiri supaya semangat dan ikrar tersebut tetap bergejolak dan membara.

Bertemali dengan hal tersebut, maka seorang guru harus tepat dalam menentukan suatu teknik, metode, model, pendekatan atau strategi dalam proses

pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang mencerminkan aktivitas aktif dan kreatif siswa. Untuk mewujudkan pembelajaran menulis yang lebih

menekankan pada pengembangan

kemampuan menulis puisi dapat melalui pembelajaran alternatif yang dirancang dalam mencerminkan peran kreatif siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan model sinektik.

Menurut Abidin (2012, hlm. 232) menyatakan “model sinektik adalah model yang menekankan pada proses penggalian ide-ide yang bermakna guna dapat meningkatkan aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya”. Kreativitas anak dalam aktivitas menulis puisi akan diasah dengan model sinektik ini. Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2009) mengatakan sinektik ini dirancang guna membimbing individu masuk ke dalam dunia yang hampir tidak masuk akal untuk memberi kesempatan menciptakan cara baru dan cara berpikir yang segar

dalam memandang sesuatu,

mengekspresikan diri, dan mendekati permasalahan. Siswa akan diajak untuk bermain metaforik atau bermain imajinasi guna mengolah ide-ide bermakna dan kata-kata unik melalui pemilihan analogi segar sehingga tercipta kosa kata baru yang dapat dimanfaatkan untuk puisi siswa.

Prosedur model sinektik yang dirancang oleh Gordon (dalam Joyce dan Weil, 2003) salah satu caranya yaitu menciptakan sesuatu yang baru, dimana

siswa pada tahap awal akan

mendeskripsikan kondisi saat ini melalui pengamatan terhadap media visual ataupun audiovisual, tahap kedua dan ketiga siswa harus memilih dan mengembangkan analogi langsung dan analogi personal guna mengolah ide-ide dan kata-kata menjadi sesuatu yang baru, bermakna, dan kreatif, pada tahap keempat siswa harus mengusulkan konflik ditekan dari ide-ide dan kata-kata yang telah diperoleh dari tahap kesatu hingga tahap ketiga, selanjutnya tahap kelima siswa akan

(6)

memilih dan mengembangkan analogi langsung kembali dari konflik yang telah diusulkan, terakhir tahap keenam yaitu pemeriksaan kembali dari tugas awal, siswa mulai menulis draf puisi berdasarkan ide-ide serta kata-kata yang telah dihasilkan dan siswa pun harus merevisi draf puisi tersebut dengan bekerjasama dengan teman untuk menemukan ide yang lebih bagus dan relevan sehingga menjadi puisi utuh yang indah.

Dengan demikian, model sinektik akan memberikan pembelajaran menulis puisi yang menarik, menyenangkan, dan kreatif

sehingga akan mempermudah

pembelajaran menulis puisi, siswa pun menjadi cinta terhadap kegiatan menulis puisi, serta akan meningkatkan aktivitas menulis puisi dan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Panyileukan 1, tepatnya beralamat di Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA Sekolah Dasar Negeri Panyileukan 1 dengan jumlah 38 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas sesuai untuk digunakan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada proses pembelajaran dikelas terutama dalam perbaikan hasil belajar siswa. Sedangkan desain penelitian yang penulis gunakan untuk penelitian tindakan kelas adalah desain penelitian dari John Elliot. Desain penelitian menurut John Elliot ini sesuai untuk dilakukan karena desain ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan.

Definisi operasional sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut.

Model sinektik dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan menulis puisi yang memiliki tahapan pramenulis (peta konsep ide melalui pengamatan media visual atau audiovisual, mengembangkan analogi, dan mengusulkan konflik), menulis (menyusun draf puisi), dan pascamenulis (kerjasama dalam merevisi puisi) yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan menulis puisi siswa.

Aktivitas menulis puisi dalam penelitian ini adalah segala bentuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran menulis puisi berlangsung.

Kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide-ide, imajinasi, dan kata-kata indah ke dalam sebuah tulisan puisi. Kemampuan ini dapat diukur melalui indikator (1) Diksi/pilihan kata, (2) Majas/gaya bahasa, (3) Tipografi, dan (4) Amanat. Kemampuan ini diukur dengan menggunakan skoring rubrik dengan skala penilaian 4, 3, 2, 1.

Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pedoman penilaian/tes, pedoman observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan pedoman wawancara.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar penilaian/tes, lembar observasi baik untuk guru maupun siswa, lembar catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan teknik kualitatif, teknik kuantitatif, dan teknik trianggulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap perencanaan.

Tahap ini dilakukan dengan

mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran siklus I. Perencanaan dimulai dari menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran,

(7)

lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara dengan tema “Keindahan Alam Pantai”, menyiapkan LKS, membuat pertanyaan pemandu yang kreatif dan imajinatif, jawaban pemandu, membuat contoh-contoh analogi dan konflik, membuat poin-poin yang harus siswa diskusikan ketika bekerjasama merevisi puisi, dan gambar panorama keindahan alam pantai untuk media menulis ide puisi.

Kegiatan pembelajran siklus I dilaksanakan pada 14, 18, dan 21 April 2014, kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada 23, 25, dan 27 April 2014, dan kegiatan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada 28, 30 April serta 02 Mei 2014.

Berdasarkan hasil dari perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, analisis, dan refleksi setiap siklus yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa temuan esensial hasil terpenting dari penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan esensial yang peneliti peroleh secara rinci diuraikan, sebagai berikut.

Penerapan Model Sinektik selama

Kegiatan Pembelajaran Menulis Puisi

Pembelajaran dengan menggunakan model sinektik ternyata mampu meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi. Peningkatan ini dapat dillihat dari perbedaan yang terjadi pada siklus I sampai dengan siklus III. Proses pembelajaran sekolah dasar pada umumnya masih menggunakan pembelajaran secara konvensional. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya sekolah dasar negeri Panyileukan 1 selaku lokasi penelitian pun masih memberikan proses pembelajaran secara konvensional. Ini terbukti saat peneliti mengadakan penelitian tentang menulis puisi menggunakan model sinektik, siswa cenderung kaget, ragu-ragu, kebingungan dan kesulitan untuk mengikuti pembelajaran. Ini disebabkan pola pembelajaran dengan model sinektik yang terdiri dari tahap pramenulis, menulis,

dan pascamenulis masih sangat jarang siswa lakukan. Karena terlihat saat pembelajaran menulis, siswa hanya melihat pada buku paket untuk mencari ide dan kata-kata serta langsung menulis tanpa ada kegiatan pramenulis dan pasca menulis.

Hasilnya pada pembelajaran siklus I, siswa merasa terkejut dan bingung saat melakukan kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan proses tahapan menulis dan prosedur tahapan model sinektik. Siswa sulit dalam menemukan dan menuangkan ide-ide melalui pengamatan terhadap gambar, siswa masih sulit mengembangkan analogi langsung, saat menyusun draf puisi siswa masih sulit memilih kata-kata padahal saat mengembangkan ide, analogi langsung, analogi personal, dan konflik siswa sudah menghasilkan dan mengolah kata-kata, serta saat kegiatan berkerjasama untuk merevisi puisi siswa sulit dikondisikan dan fokus dalam memperbaiki puisi teman, siswa justru asik mengobrol di luar bahasan perbaikan puisi.

Upaya perbaikan selanjutnya yakni dari sisi penerapan model sinektik pada tahap menemukan ide, analogi langsung kedua, menyusun draf puisi dan merevisi puisi, siswa masih kebingungan dan kesulitan melakukan hal-hal tersebut. Perbaikannya adalah menggunakan media yang lebih melibatkan siswa yaitu menyusun puzzle gambar agar siswa lebih mudah mengamati gambar untuk

menemukan ide bermakna dan

pembelajaran lebih menyenangkan, peneliti lebih banyak memberikan pertanyaan imajinatif dan kreatif serta memberi contoh-contoh, peneliti membuat media kumpulan kartu kata berisi ide-ide, kata-kata, analogi, dan konflik yang telah siswa buat agar siswa lebih mudah memasukkan dan memilih ide dan kata-kata tersebut ke dalam puisinya saat menyusun draf, dan saat merevisi puisi, peneliti lebih menekankan pada siswa untuk tidak mengobrol hal lain saat berdiskusi dan siswa pun dapat mencari ide yang lebih relevan dalam kumpulan kartu kata.

(8)

Dampak yang diharapkan adalah siswa dapat mengerjakan tahap-tahap model sinektik dan mengerjakan yang ditugaskan oleh peneliti.

Hasilnya pada siklus II penerapan model sinektik selama proses pembelajaran meningkat atau upaya perbaikan tersebut menunjukan perubahan yang positif. Siswa mulai mampu mengembangkan ide-ide melalui pengamatan gambar pada puzzle dan siswa pun senang melakukannya, beberapa siswa sudah melihat ide-ide dan kata-kata yang ada pada kumpulan kartu kata maka hasil draf puisinya sesuai dengan kata-kata yang dibuat seblumnya, namun masih ada beberapa siswa yang malas melihat kumpulan kartu kata maupun pada lembar kerja siswa maka hasil draf puisi siswa kurang sesuai dengan ide yang telah siswa tuangkan sebelumnya, dan saat merevisi puisi siswa sudah lebih kondusif walau masih ada siswa laki-laki yang mengobrol saja.

Temuan-temuan kurang sesuai pada siklus II kemudian diperbaiki dengan serangkaian upaya meliputi peneliti menggunakan media yang lebih menggali emosi dan perasaan siswa yaitu video tentang “Ibu”. Saat kegiatan menyusun draf puisi, peneliti lebih memberikan banyak contoh memasukkan dan menggunakan kata-kata yang telah dibuat siswa ke dalam puisinya, serta peneliti lebih tegas agar siswa kondusif saat bekerjasama memperbaiki puisi.

Hasilnya pada siklus III aplikasi perbaikan siklus II tersebut mampu membuat perubahan yang positif pada proses pembelajaran. Siswa sudah mampu menuangkan emosi dan perasaan ke dalam puisinya, siswa menjadi lebih kondusif saat bekerjasama dengan teman, dan siswa lebih berani dan percaya diri untuk mempublikasikan puisinya melalui pembacaan puisi tersebut di depan kelas.

Aktivitas Menulis Puisi Siswa

Pada siklus I, banyak ditemukan temuan-temuan yang kurang sesuai dengan

perencanaan pembelajaran, seperti peneliti belum mampu mencairkan suasana pembelajaran yang nyaman dan santai, instruksi dan penjelasan yang kurang dipahami siswa karena penggunaan bahasa yang sulit dipahami siswa, maka siswa merasa canggung dan tegang saat belajar dan kurang memahami hal yang harus dikerjakannya, serta siswa pun kurang aktif dalam pembelajaran. Temuan-temuan kurang sesuai pada siklus I kemudian diperbaiki dengan serangkaian upaya, meliputi peneliti berupaya untuk lebih mendekatkan diri dengan siswa, menggunakan bahasa yang dimengerti siswa diselingi dengan penggunaan bahasa Sunda, menunjuk siswa yang kurang aktif dalam mengemukakan pendapat, lebih optimal dalam membimbing siswa saat mengerjakan tahapan model sinektik dalam lembar kerja siswa.

Hasilnya pada siklus II mutu proses pembelajaran meningkat atau upaya perbaikan tersebut menunjukan perubahan yang positif. Siswa mulai aktif dalam pembelajaran walau masih ada siswa yang belum aktif terutama siswa perempuan, dan yang mengejutkan siswa menjadi aktif secara berlebihan dan terkadang mencari perhatian karena merasa sudah terbiasa dan nyaman belajar dengan peneliti. Banyak siswa yang ingin membantu peneliti ketika memasangkan media di papan tulis dan ketika peneliti ingin membagikan lembar kerja siswa. Agar siswa tidak berlebihan selama pembelajaran tetapi tetap aktif, peneliti menyiasatinya dengan lebih tegas

pada siswa dan membuat

kesepakatan/perjanjian. Peneliti juga akan memberikan bintang pada siswa yang kondusif serta mengikuti pembelajaran dengan tertib terutama saat melakukan kerjasama memperbaiki puisi dan ketika temannya sedang membacakan puisi di depan kelas.

Hasilnya pada siklus III, siswa sudah terkondisikan dengan baik dan mengikuti pembelajaran dengan kondusif serta tertib, siswa merasa senang dengan pembelajaran

(9)

yang dilakukannya terutama menggambar dan menulis puisi.

Ditinjau dari penilaian penerapan model sinektik selama proses pembelajaran menulis dan penilaian aktivitas siswa yang terjadi, penelitian ini membuktikan bahwa aktivitas menulis puisi siswa meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai aktivitas menulis puisi adalah 57,61. Pada siklus II rata-rata nilai aktivitas menulis puisi adalah 72,18. Pada siklus III rata-rata nilai aktivitas menulis puisi adalah 81,08. Hal ini menunjukan peningkatan penilaian aktivitas menulis puisi seperti yang dapat dilihat pada grafik nilai rata-rata aktivitas menulis puisi siswa siklus I sampai siklus III sebagai berikut.

Gambar 1. Grafik Nilai Rata-Rata Aktivitas Menulis Puisi Siswa Kelas III SD

Berdasarkan grafik diatas, telah dibuktikan adanya peningkatan nilai aktivitas menulis puisi siswa pada setiap siklus, tentu dengan menerapkan model sinektik. Siklus I rata-rata nilai aktivitas menulis puisi siswa adalah (57,61), siklus II rata-rata nilai aktivitas menulis puisi siswa adalah (72,18), dan siklus III rata-rata nilai aktivitas menulis puisi siswa adalah (81,08). Untuk lebih jelas, peneliti pun akan memaparkan pemerolehan nilai aktivitas siswa berdasarkan indikator yang dinilai selama penelitian berlangsung, ditunjukkan dengan grafik berikut ini.

Gambar 2. Grafik Nilai Tiap Indikator pada Aktivitas Menulis Puisi Siswa

Dari grafik diatas, terlihat bahwa nilai aktivitas menulis puisi pada tiap indikator dari siklus I sampai siklus III terus mengalami peningkatan, terdapat nilai indikator dengan peningkatan secara drastis dan adapula nilai indikator dengan peningkatan secara perlahan. Terlihat indikator yang memiliki nilai tinggi dibanding nilai indikator lain adalah analogi personal karena peneliti melihat siswa sudah mampu dan lebih mudah melakukan aktivitas ini, siswa mampu mengembangkan analogi personal dengan memposisikan dirinya menjadi analogi personal tersebut, sedangkan indikator yang memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai indikator lain adalah menulis draf puisi karena peneliti melihat siswa mengalami kesulitan dalam menyatukan dan mengembangkan ide-ide, analogi, konflik, dan kata-kata yang ditulis siswa. Peneliti juga merasa diantara indikator yang ada siswa mengalami kesulitan dalam menentukan analogi langsung kedua dan merevisi puisi karena mengembangkan analogi langsung kedua cenderung lebih kompleks dan siswa harus menemukan ide baru yang lebih tepat dan relevan serta siswa harus bekerjasama merevisi puisi. Tetapi tidak semua siswa kurang mampu melakukan aktivitas tersebut, ada juga

0 20 40 60 80 100 Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Rata-rata Aktivitas Menulis Puisi Siswa Kelas III SD 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Siklus I Siklus II Siklus III

Ide Analogi Langsung Analogi Personal Konflik Analogi langsung2 Draf Puisi

(10)

beberapa siswa melakukannya dengan mudah dan memperoleh nilai yang baik.

Kemampuan Menulis Puisi Siswa

Selain mampu meningkatkan aktivitas menulis puisi, model sinektik juga berhasil meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Dapat dilihat dari nilai kemampuan menulis puisi yang diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus III, peningkatan nilai kemampuan menulis puisi siswa dilihat dari grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III SD

Berdasarkan grafik diatas, telah dibuktikan peningkatan nilai kemampuan menulis puisi siswa pada setiap siklus, tentu dengan menerapkan model sinektik. Siklus I rata-rata nilai kemampuan menulis puisi siswa adalah (60,05), siklus II rata-rata nilai kemampuan menulis puisi siswa adalah (72,86), dan siklus III rata-rata nilai kemampuan menulis puisi adalah (84,91). Untuk lebih jelas, peneliti akan

memaparkan pemerolehan nilai

kemampuan siswa berdasarkan indikator yang dinilai selama penelitian berlangsung, ditunjukkan dengan grafik berikut ini.

Gambar 4. Grafik Nilai Tiap Indikator pada Aktivitas Menulis Puisi Siswa

Dari grafik diatas, terlihat bahwa nilai kemampuan menulis puisi pada tiap indikator dari siklus I sampai siklus III terus mengalami peningkatan, terdapat nilai indikator dengan peningkatan secara drastis dan adapula nilai indikator dengan peningkatan secara perlahan. Terlihat indikator yang memiliki nilai tinggi dibanding nilai indikator lain adalah tipografi karena sepanjang perjalanan tiap siklus siswa sudah membuat tipografi puisi menjadi lebih menarik walaupun masih ada siswa yang belum menghasilkan tipografi yang tepat dan masih ada tulisan yang belum terbaca. Sedangkan indikator yang memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai indikator lain adalah majas/gaya bahasa, sepanjang perjalanan tiap siklus siswa mengalami peningkatan yaitu siswa sudah memasukkan majas ke dalam puisi tetapi majas yang digunakan terkadang tidak nyambung dengan kata-kata lain pada puisi dan majas yang digunakan belum menambah nilai keindahan dalam puisi. Tetapi tidak semua siswa kurang dalam kemampuan menulis puisi tersebut, ada juga beberapa siswa memperoleh nilai yang baik. Peneliti melihat kemampuan menulis puisi siswa yang mengalami kemajuan secara pesat adalah kemampuan dalam memilih diksi, hal ini berkaitan dengan aktivitas kreatif siswa dalam mengolah ide

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III SD 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Siklus I Siklus II Siklus III

Diksi/Pilihan Kata Majas/Gaya Bahasa Tipografi Amanat

(11)

serta kata-kata baru yang kreatif dan bervariasi melalui bermain imajinasi, siswa melakukan aktivitas menghasilkan ide dan kata-kata baru dengan baik maka siswa memilih diksi untuk puisi atas dasar ide dan kata-kata tersebut dan diksi yang dipilih siswa menjadi lebih kreatif serta bervariasi.

Tentu dalam penelitian ini, tidak langsung mendapat nilai memuaskan dan siswa tidak langsung bisa mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan baik. Dari siklus awal hingga siklus akhir banyak proses yang telah dilakukan siswa dan siswa sudah mengikuti aktivitas menulis puisi sesuai tahapan model sinektik. Di awal siklus pembelajaran terlihat siswa mengalami kebingungan dan kesulitan melakukan aktivitas menulis dari model sinektik, siswa belum bisa menuangkan emosi dan perasaannya berdasarkan pengalaman secara menyeluruh ke dalam puisi hingga beranjak di akhir siklus siswa mulai bisa menuangkan emosi dan perasaannya dengan penuh makna. Maka peneliti menilai siswa sudah berusaha menulis puisi dengan menuangkan emosi dan perasaan secara mendalam, sesuai dengan pendapat Suwarna (2012, hlm. 7) bahwa menulis puisi sama artinya dengan “menuliskan perasaan kita”.

Dengan model sinektik, siswa melakukan aktivitas kreatif menulis puisi melalui pengolahan ide dan kata dalam bermain metaforik atau bermain imajinasi, hal ini sejalan dengan asumsi Gordon terhadap model sinektik (dalam Joyce dan Weil, 2003) bahwa wujud kreatif dari sinektik salah satunya yaitu kreativitas akan mengembangkan pola-pola atau gagasan baru muncul. Dari hasil penelitian, siswa sudah melakukan aktivitas kreatif menulis puisi dengan baik dan kata-kata yang dihasilkan sudah kreatif walau masih ada beberapa siswa belum melakukannya dengan baik dan kata-kata yang dihasilkan belum kreatif, serta ada juga bentuk puisi siswa belum kreatif, belum menarik, dan tulisan belum rapih.

Selain aktivitas menulis puisi siswa yang meningkat, kemampuan menulis puisi juga mengalami peningkatan dengan proses peningkatan yang tidak singkat. Hingga akhir siklus III peneliti melihat siswa sudah mampu menulis puisi dengan mencoba memasukkan unsur-unsur puisi dengan baik dan nilai kemampuan menulis puisi yang diperolehpun meningkat hingga mencapai rata-rata 84,91. Bahasa yang digunakan siswa ke dalam puisinya memang sederhana namun sudah mulai bervariasi dan memiliki nilai keindahan sendiri sesuai siswa kelas III SD. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmanto (1988) bahwa puisi untuk anak selintas memang kata-kata atau bahasanya sederhana tetapi sebenarnya kata-kata tersebut mengandung keindahan dan mengandung makna.

Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan model sinektik telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan menulis puisi siswa kelas IIIA SDN Panyileukan 1.

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tentang penerapan model sinektik dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas III SDN Panyileukan 1, penulis dapat memberikan simpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian tersebut. Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model sinektik dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas III SD yang dilakukan penulis dalam penelitiannya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik pada tiap siklusnya. Hal ini terlihat dari siswa sudah bisa menentukan ide-ide kreatif dan bermakna lewat bermain metaforik/bermain imajinasi, siswa sangat antusias memilih analogi dan saat mengembangkan analogi siswa sudah bisa menuangkan emosi serta perasaannya, siswa lebih mudah dalam memilih konflik, siswa juga sudah

(12)

mampu menulis draf puisi berdasarkan ide dan kata-kata yang telah dihasilkan, serta siswa melakukan kerjasama dengan baik untuk merevisi puisi teman dan puisinya sendiri.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan model sinektik telah terbukti mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan aktivitas siswa yang cukup signifikan pada tiap siklusnya. Pada siklus I siswa belum aktif dan masih malu-malu selama pembelajaran terutama dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, siswa masih kebingungan dan kesulitan melakukan aktivitas menulis puisi dari tahapan model sinektik. Pada siklus II siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat namun terkadang berlebihan, siswa mulai tidak kebingungan melakukan aktivitas menulis puisi dengan model sinektik. Pada siklus III siswa lebih aktif dan sudah tidak berlebihan dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, siswa lebih antusias dan lebih semangat melakukan aktivitas menulis puisi dengan model sinektik. Peningkatan aktivitas menulis puisi siswa juga dapat ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai aktivitas menulis puisi siswa pada tiap siklus yaitu pada siklus I: 57,61, siklus II: 72,18, dan siklus III: 81,08.

3. Kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menerapkan model sinektik telah terbukti mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa pada tiap siklus selalu meningkat. Ditunjukkan dengan rata-rata nilai kemampuan menulis puisi yang diperoleh dari siklus I: 60,05, siklus II: 72,86, dan siklus III: 84,91.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama.

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Joyce, B. dan Weil, M. (2003). Model of teaching. (fifth edition). New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited. Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Model of teaching-model-model pengajaran. (edisi delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, H., dan Sutardi. (2012). Penulisan sastra kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahmanto, B. (1998). Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Resmini, N., dan Hartati, T. (2006). Kapita Selekta bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Resmini, N., Churiah, Y., dan Sundari, N. (2010). Membaca dan menulis di SD. Bandung: UPI Press.

Suwarna, D. (2012). Trik menulis puisi, cerpen, resensi buku, opini/esai. Jakarta: Kencana.

Syarifudin, T. dan Nur’aini. (2006). Landasan pendidikan. Bandung: UPI Press.

Gambar

Gambar 1. Grafik Nilai Rata-Rata Aktivitas  Menulis Puisi Siswa Kelas III SD
Gambar  3.  Grafik  Nilai  Rata-Rata  Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III  SD

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menggunakan media audio visual dikelas V SDN Ciceri Serang Banten

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua siklus, yang setiap

Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas belajar siswa meningkat sesuai dengan yang

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus di kelas IV SD Negeri 2 Pekalongan materi mengenal permasalahan sosial di

Penelitian ini dilakukan di kelas III SDN 92 Pekanbaru, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan bulan April 2012.Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus pada pembelajaran menulis puisi de- ngan menerapkan Model pembelajaran con- cept

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dengan meng-gunakan Mind Map dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan