• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4 2.1. Ergonomic

Arti dari Ergonomic (Ergonomicc) dari penulis Obornr J.D. (1982) dikutip di Tarwaka (2004), Ergonomic asal kata ergon yang berartinya kerjaa serta nhomos yang berartinya hukum alam. Ergonomic diartikan sebagai keilmuan yang berfokus saat manusia didalam lingkungan sekitarnya dalam kerjanya yang dilihat dari berbagai aspek seperti engineering, psikologi, fisiologi anatomi, desain perancangan serta manajemen (Nurmianto, 2008).

Karena itu untuk pendekatan ergonomic diperlukan kemampuan manusia serta sebuah keseimbangan. Jika untuk peningkatan produtivitas kerja saat manusia diperlukan berbagai faktor harus di lihat pada lingkungan orang orang yaitu lingkungan fisik para pekerja itu sendiri, peralatan, posisi pergerakan di modifikasi disesuaikan kemampuan manusia yang benar serta baik. Saat manusia diharuskan meningkatkan kemampuannya yakni kemampuan optimal, maka untuk produktivitas kerja itu sendiri akan meningkat begitu jugaa akan sebaliknya. Spesialis bisertag ilmu ergonomicc diantaranyaa yaitu : ergonomicc kognitif, fisik, organisasi, lingkungan serta faktor factor lain yang sesuai.

1. Ergonomicc Kognitif : berhubungan dengan mental manusia itu sendiri dengan element sisteem itu sendiri. Topik pembahasannya : pengambilan sebuah keputusan, beban kerja pekerja, setress pekerja serta keandalan

2. Ergonomicc Fisik : berhubugan dengan anatomi manusia dengan fisik manusia itu sendiri : pemindahan material secara mnual, postur para pekerja operatore, gerak berulang, layuout, MSD, K3.

3. Ergonomicc Organisasi : berhubungan dengan sistem organisasi dalam perusahaan tu sendiri : komunikasi antar manusia, perancangan sistemwaktu kerja, komunikasi, ergonomic secara timwork, organisasi virtual, dll.

(2)

4. Ergonomicc Lingkungan :berhubungan dengan getaran lingkungan para pekerja serta pencahayaan, kebisingan rempat kerja : perancangan dalam sebuah ruangan kerja, sistem akustikk, dll.

Ergonomic dibutuhkan pembelajaran terkait dimana orang, fasilitas serta lingkungan para pekerja agar saling berinteraksi terkait tujuan utama adalah penyesuaian suasan lingkungan para pekerja dengan manusia. Para Pekerjaan yang beluum dilakukan secara dengan ergonomics bisa menimblkan kecelakaan kerja, ketidak nyamanan, berbiaya tinggi serta meningkatkan penyakit akibat berkerja, perfor berkerja akan menurun yang mengakibatkan penurunan efesiensi dalam bekerja serta daya kerja. Ergonomic sendiri menurut Santoso (2004) bertujuan untuk :

1. Membuat para pekerja bisa bekerja dengan semangat sesampai merasa aman serta membuat nayaman di dalam bekerja

2. Memaksimalkan pekerjaan yang yakin

3. Untuk memaksimalkan efisiensi para karyawan 4. Untu memperbaiki K3

Terbisa beberapa tujuan jika ingin dicapai jika menerapkan ergonomic, Tarwaka (2004), antara lain

1. Kesejahteraan sosial untuk meningkatkan jaminan sosial manusia itu sendiri..

2. Kesehatan fisik serta mental diri untuk meningkatkan cara pencegahan penyakit mental manusia itu sendiri.

3. Asertaya keseimbaangan rasionalnya terhadap aspek aspak ekonomi, teknis, serta juga antropologis untuk setiaap sistem kerja yang akan dijalankan untuk menciptakana kualitas kerja serta kualitas hidup lebih tinggi.

Manfaat yang bisaa diperoleh untuk menerapan ergonomic yaitu sepperti : a Efisien waktu agar tidak terbuang percuma

b Produktivitas para pekerja agar menugurangi tenaga manual manusia

c Mengoptimalkan SDM yang ada untuk meningkatkan keterampila manusia itu sendiri

d Kenyamanan serta keamanan karyawan ketika bekerja meningkat.

e Efisien waktu dan biaya pelatihan serta pendidikan

(3)

Untuk pemenerapkan ergonomic saat parakerja secara umum terbagih menjadi 5 prinsip yakni :

1) Utility atau nilai Kegunaan

Produk yang akan dihasilkan tidak menyebabkan kesulitan dalam penggunaannya.

2) Safety atau Keamanan

Produk yang akan dihasilkan tidak menyebabkan kesalahan dalam penggunaan serta memberikan keamanan dalam menggunakannya

3) Comfortability atau Kenyamanan

Produk dihasilkan untuk bertujuan yang selaras dan tidak mengganggu kegiatan saat kerja.

4) Flexibility atau Keluwesan

Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan agar mudah dibawa kemana-mana 5) Durability atau Kekuatan

Produk tidak mudah rusak, awet serta tahan lama

2.2. Postur Kerja

Postur kerja yang nyaman tentunya postur kerja yang bisa diaplikasikan saat pekerja agar tidak menyebabkan cidera. Untuk mengmenghindari hal itu, ergonomic perlu mempertimbangkan sepperti:

a) Pengurangan cara kerja pekerja dengan mengbungkuk terlalu lama dengan membuat usulan meja atau kursi berdasarkan antropometri

b) Saat bekerja seharusnya pekerja bisa mengurangi jangkauan yang luas, agar jika jangkauan pendek bisa menghemat waktu dan mengurangi kelelahan dan cidera.

c) Untuk posisi leher kepala, kaki, dan dada berada dalam posisi miring maka pekerja operator tidak disarankan bekerja atau beraktifitas dengan posisi berdiri serta duduk yang lama.

d) Lengan tangan dalam keadaan level siku nomal, para operator tidak boleh bekerja dalam kurun waktu yang sangat lama.

(4)

Postur kerja dengan berdiri perlu energi lebih dari pada dengan posisi sedang duduk, karena bisa pengurangan beban di otot statis.

Beberapa masalah untuk operator postur parakerja yang kerap terjadi yaitu : 1. Menghindari saat kepala manusia serta leher bengkok

2. Menghindari saat tungkai menaik

3. Menghindari saat tungkai kaki saat saat posisi terangkat 4. Menghindari saat postur asimetris

5. Sediakan operator dengan sandaran bangku

2.2.1 Risiko Ergonomic

Risiko Ergonomic yakni suatu risiko yang disebabkan cedera akibat dalam kerja, Kuswana (2016) :

a. kekuatan atau penggunaan tenaga manusia.

b. Kegiatan yang sama yang dikerjakan berulang.

c. Kelenturan tubuh manusia

d. Para pekrja statis yang berdiam diri saar tertentu.

e. Getaran tubuh saat mesin produksi dijalankan.

f. Kontakk di tegangan manusia,

Cedera tubuh dibagi menjadi 3, yaitu Chumulative Thrauma Disorderss, Repetiitive Strain Injurry, Mhusculoskeletal Dhisorders.

A. Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative Trauma Disorders (CTD), cedera regangan yang berulang- berulang, diartikan ganguan pada saraf serta otot karena pekerjaan yang berulang uang, Philip Haris,M.D (2003).

B. Repetitive Strain Injury (RSI)

Repetitive Strain Injury (RSI) adalah jenis pekerjaan yang sering di ulang ulang dalam waktu yang lama. Contohnya penyebab kondisi itu yakni charpal thunnel syndrome, chubital thunnel syndrome, edhema, thendinitis, dhe quervain syndrome, thoracic outleet syndrome, intersectiont syndrome, thrigger fhinger, rhadial thunnel syndrome, and fhocal dhystonia, golfer’s

(5)

elbow (mhedial epicondylitis), thennis ellbow (lhateral epicondylitis). Koes B, Dll (2007)

C. Mhusculoskeletal Disorders (MSDs)

Mhusculoskeletal Disorders (MSDs) yaknii cedera saat saraf, tendon, otot tubuh, lighament, sendi, cakeram ditulang belakang, terkadang dari setiap peristiwa sesaat (seperti perjalanan,slip/ jatuh),

2.3. Mhusculosketal Dhisorder (MSDs)

mhusculoskelletal yaitu sakit keluhan para pekerja di skeletalyang ringan hingga tinggi yang dirasakan terus menerus mengakibatkan berupa kerusakan saat ligament serta tendon, sendi, cedera saat sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). dikelompokkan menjadi 2:

1. reversible atau biasanya keluhan sementara, yakni sakit keluhan akan berhenti jika saat operator menerima beban dihentikan.

2. persistent atau biasanya Keluhan menetap, yakni biasanya di posisi otot di bagian pinggang manusia dan bersifat tetap.

2.4. Postural Ergonomicc Risk Assessment

PERA sendiri di kembangkan terus oleh Divyaksh S.,C dengan tujuan mengevaluasi sistem postur tubuh di Mhusculosketal Disolder. Standart ISO11226 serta EN1005-4 merupakaan level PERA, level di posture kompreheinsif serta kuat. Tujuannya paking yangutama untuk metodePERA sendiri yakni menentukan resiko di saat operator berada dalam posisi sedang melakukan sebuah pekerjaan. Di 3 parameternya yakni gaya manusiaa , duurasi kerja serta posture jadi 3 tingkatan permintaaan risikodang serta rendah bisa di lihat seperti table 2.1

(6)

Tabel 2.1. Klarrifikasi Postur, Waktu Durasi, Serta Kekuatan PERA Low Risks Medium Risks High Risks

(1 Point) (2 Point) (3 Point) Membungkuk

ke arah depan 0° - 20° 20° - 60° Lebih 60°

20° - 60°

bantuan alat tubuh

Membengkok bantuan alat Tidak ada

ke arah bantu bantuan alat

Punggung belakang bantu

Postur tidak Punggung Punggung

simetris ` berputar 0° - perputar lebih

10° 10°

Tulang belakang

Postur Lain-lain cembung

lumbar pada saat duduk

0°-20° 20°-60° Lebih 60°

20° - 60°

Flekssi/abduksi bantuan

Bahu lengan

penuh adduksi/ek

stensi Lebih 0°

Kepala

membengk ok

ke depan 0°-25° 25°-40° Lebih 40°

serta Membengk ok Dengan bantuan Dengan

Leher ke belakang punggung bantuan

punggung

(7)

Postur tidak simetris

Membengkok kesamping dari 0°-10°

Membengkok ke samping lebih dari 10°

Memutar dari 0°-45°

Memuutar

>135°

Lain-lain

Siku tangan 0°- 20° 20°- 60° Lebih 60°

sudut lutut pada saat

duduk

90°-135°

Kurang dari

<90° atau lebih dari

>135°

Durasi

Persentasenya untuk durasi waktu siklus

0%-10% 10%-20% Lebih 20%

Kekuatan Pengerahan

upaya fisik

Tidak nampa:

gerrakan operator benda yangringan

TerlihatContoh:

gerakannhalus serta terkhontrol, menggunakan

ke2 tanganketika

melakukan pekerjaaan tidakbegitu berat

Terlihat jelas.

Contohnya:

tidak bisa terkontolserta

gerakanyang ber lebihan,

otot yangmenonjol

getarandari alatkerja saat

tangan guncangan atauimpuls

pekerja (paluberat)

(8)

Biasanya level risiko low bernilai 1, untuk medium 2, serta high nilai 3.

Mengenai durasi postur tubuh, ISO11226.

Tabel 2.2 Maksimum durasi waktu untuk penahanan bisa diterima

Waktu bisa diterima penahan tergantungdari tubuh serta sudut. Nilai yang kritis untuk penahan yaitu 1 menit. Ambang batas pekerja tiap untuk durasi ditetapkan saat 10% - 20% waktu tiap siklus, untuk tiap siklus yang >5menit harus diperhatikan posturkerja serta durasi aktualnya kerja dikarena batas maksimumnya 1 menit yangbisa diterima (Kadefors. R, 1994). Untuk siklus yang sigkat, faktore reseko kerja bisaa berubahubah dari status hingga yang berulangulang. terdapat sebuahh kesepakatan secara umum bahhwa penilaiannya pengamatan kekuatann pekerja hasil yang lebiih baik dari saatlaporan sendiri dari paraoperator (Wiiktorin, 1996). Keragaman cepat diketahui jika tugas tugas diketahui. Meskipun begitu adanya, pelatihan yg lama serta pengaalaman pengamatan dapat bisa mengimbangi kurangnya sebuah informasi itu ,pengukuran postur di tingkatan kekuatan di tangan lebih disarankannya pakai Latko’s Viisual Annalog Ratting Scale. Skala tersebut ini dikembangkannyauntuk sebuahpenilaian observassi kekuatan tangan manusia dengan deskripsi kualittatif itu sendiri.

Skor yang diberi antara nilai 0 sampai 10..

Setelah menberi nilai skortiap para parrameter hitung tiap point di setiap operator pakerjaan operatordengan mengkalikan tiapskor dari 3 parameteer.

WorkTask Score,Ti =(posture)i×(kekuatan)i ×(Durrasi)i

selanjutnyahitung pointsemuanya untuk tiap sikluskerja operator sebagai rata-rata nilaipoint yang didapatkan dari semua kerjaannya.

Selanjutnya Overall work task chycle score,A =(∑Ti)/n

Dimana, n=jumlah pekerjaaan yang di pertimbangkan untuk hasil akhirnya

(9)

Gambar 2.1 gambaran perhitungan nilai point semua perkerjaan operator PERA

Jika poin PERA dijumlahkan, maka langkahnya berikutaya menganalisis point PERA yang dibisa, ketentuan ini analisanya dengan risiko cedera operator serta perlu atau tidaknya tindakan pekerja lebih lanjut diantaranya :

1. Jikanilai operator keseluruhan(A)<4. Maka Low Risk yangberartinya bisa diterima serta tidak akan adatindakan lebih berlanjut lagi.

2. Jikanilai operator keseluruhan(A)≥4 serta (A)<7 maka Possiblee Risk yang berartinyainvestigasi pekerjalebih lanjut lagi, dengan metode lebih baiklagi sebelumnya.

3. Jikanilai operator keseluruhan (A)≥7 maka. dikategorikann sebagainilai High Risk berartinya tidakditerima karena tinggi dan serta harus ditindaklanjuti lagi.

(10)

Tabel 2.3 Tingkatan Parameter dari PERA

Gambar 2.2 Bagan Distribusi tiap skor untuk PERA

PERA dapat di hasilkan nilaiskor sangat tinggi kalausiklus parapekerja di dominasi dari pekerjaan operator beresiko tinggi. Jika nilaiskor >14 poin akan menunjjukkan sebuah siklusnya pada kerjaan operator yang dibutuhkan tindakan korrektif sesegera mugkin.

Gambar

Tabel 2.1. Klarrifikasi Postur, Waktu Durasi, Serta Kekuatan PERA  Low Risks  Medium Risks  High Risks
Tabel 2.2 Maksimum durasi waktu untuk penahanan bisa diterima
Gambar 2.1 gambaran perhitungan nilai point semua perkerjaan operator PERA
Tabel 2.3 Tingkatan Parameter dari PERA

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa kelemahan dalam pengamatan nilai karakter siswa dalam penelitian ini, yaitu (1) waktu penelitian yang terlalu singkat, untuk mengamati karakter siswa

Selama 5 tahun ke depan, untuk mempromosikan penciptaan lingkungan di mana orang asing yang tinggal di prefektur ini dapat tinggal dan bekerja dengan nyaman, kami akan

Keluaran : Terpeliharanya Sarana dan Prasarana yang optimal sebagai pendukung kegiatan Dinas Sosial berupa : ATK, Jasa Service dan Penggantian Suku Cadang Kendaraan Roda

Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah karyawan yang diawasi, luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, pengambilan contoh gulma di blok-blok

Berdasarkan hasil penelitian ter- hadap 35 orang petani Kelompok Tani Sekar Arum mengenai tingkat adopsi sistem tanam jajar legowo dengan menggunakan metode

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang selalu dilimpahkan kepada saya, serta berkat doa restu kedua orang

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Musi Rawas bersama instansi lain harus dapat memperbaiki/memperbaharui fasilitas sarana dan prasarana yang

Selama Bulan Januari Kabupaten Pekalongan mengalami inflasi sebesar 0,62 persen, inflasi menurut tahun kalender pada bulan Januari di Kabupaten Pekalongan