• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TUGAS AKHIR YRA FITRIANA HUTAPEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TUGAS AKHIR YRA FITRIANA HUTAPEA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

YRA FITRIANA HUTAPEA 152401002

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

YRA FITRIANA HUTAPEA 152401002

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(3)

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

YRA FITRIANA HUTAPEA 152401002

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(4)
(5)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

YRA FITRIANA HUTAPEA 152401002

(6)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusun karya ilmiah dengan judul ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Emma Zaidar, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan ilmu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah. Terima kasih kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Seluruh Dosen selaku Staff Pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis kepada Seluruh keluarga besar, Ayahanda J Hutapea dan Ibunda tercinta R Simanjuntak serta keluarga penulis yang telah mendukung penulis.

Medan, Juli 2018

Yra Firiana Hutapea

(7)

ANALISA KADAR PHOSPAT DAN AMONIAK PADA AIR SUNGAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan Analisa Kadar Phospat dan Amoniak pada Air Sungai dengan Metode Spektrofotometri yaitu dengan menggunakan alat spektrofotometer NOVA 60 dengan panjang gelombang untuk phospat adalah 890 nm sedangkan amoniak adalah 690 nm. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan mg/L.

Dari hasil percobaan diperoleh kadar phospat sebesar 0,05 mg/L – 0,20 mg/L. Dan kadar amoniak sebesar 0,010 mg/L – 0,131 mg/L. Berdasarkan PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum phospat dalam air sungai sebesar adalah 0,2 mg/L dan nilai maksimum amoniak dalam air sungai adalah 0,5 mg/L. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa sampel air sungai memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan menurut PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.

Kata kunci : air sungai, amoniak, phospat.

(8)

PHOSPAT AND AMONIAK RESULTS ANALYSIS ON RIVER WATER WITH SPECTROFOTOMETRI METHOD

ABSTRACT

The analysis of Phosphate and Ammonia on River Water using Spectrophotometric Method using NOVA 60 spectrophotometer with wavelength for phosphate is 890 nm and ammonia is 690 nm. The measurement results are expressed in units of mg / L.

From the experimental results obtained levels of phosphate of 0.05 mg / L - 0.20 mg / L.

And ammonia levels of 0.010 mg / L - 0.131 mg / L. Based on PP. 82 14 December 2001, the maximum value of phosphate in river water was 0.2 mg / L and the maximum value of ammonia in river water was 0.5 mg / L. The results of this analysis indicate that the river water samples meet the quality standard set by PP. 82 December 14, 2001.

Keywords: river water, ammonia, phosphate.

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

4.1 Data analisa kadar phospat 23 4.2 Data analisa kadar amoniak 24

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran

1. Gambar spektofotometer NOVA 60 31 2. PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001 32

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN viii DAFTAR ISI ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Percobaan 4

1.4 Manfaat Percobaan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Air 5

2.2 Sifat Air 5

2.3 Penggolongan Air 6

2.4 Tujuan Pemantauan Kualitas Air 7

2.5 Kualitas Air Untuk Kehidupan 7

2.6 Pencemaran Air 10

2.7 Spektrofotometri 13

2.8 Phospat 14

2.9 Amoniak 16

(12)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 18

3.1. Analisa Kadar Phospat 18

3.1.1. Alat 18

3.1.2. Bahan 19

3.1.3. Prosedur 19

3.2. Analisa Kadar Amoniak 20

3.2.1. Alat 20

3.2.2. Bahan 21

3.2.3. Prosedur 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

4.1. Hasil 22

4.1.1. Data Analisa Kadar Phospat dari Sampel Air Sungai 22 4.1.2. Data Analisa Kadar Amoniak dari Sampel Air Sungai 23

4.2. Pembahasan 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain, pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana (Effendi, 2003).

Salah satu contoh air yang masih dimanfaatkan sebagian kecil warga ialah air sungai. Air sungai merupakan air yang mengalir dari hulu ke hilir melewati pemukiman warga .sungai banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah,keperluan peternakan, keperluan industri, keperluan perumahan dan juga sebagai pengendali banjir (Keraf, 2010).

Sungai merupakan perairan yang memilik peran penting bagi makhluk hidup.

Keberadaan ekosistem sungai dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup, baik yang hidup didalam sungai maupun yang ada disekitarnya. Kegiatan manusia sebagai bentuk kegiatan pembangunan akan berdampak pada perairan sungai. Adanya kegiatan manusia dan industri memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk membuang limbah.

Hal tersebut akan berdampak pada penurunan kualitas air, yaitu dengan adanya perubahan kondisi fisika, kimia dan biologi (Sastrawijaya, 1991).

Sungai akan memperoleh masukan bahan maupun energi yang berasal dari wilayah sepanjang aliran sungai ataupun segala aktivitas manusia yang berkaitan dengan produksi limbah dan kemudian dialirkan melalui badan-badan sungai. Pembangunan industri di daerah permukiman sepanjang aliran sungai memberikan masukan bahan-

(14)

bahan pencemar bagi perairan sungai yang pada akhirnya akan dialirkan ke muara (Santoso, 2007).

Fosfat merupakan salah satu zat hara yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di perairan. Fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan fosfat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung kepada kandungan zat hara diperairan tersebut antara lain zat hara fosfat, sama halnya dengan zat hara lainnya, kandungan fosfat di suatu perairan, secara alami tersedia sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup di perairan tersebut (Nybakken, 1988).

Zat hara seperti fosfat merupakan zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di perairan. Secara alamiah konsentrasi zat hara dalam perairan bervariasi untuk masing-masing bentuk senyawanya, termasuk fosfat dalam hal ini. Namun dalam kondisi tertentu dapat terjadi keadaan di luar batas yang dinyatakan aman untuk kategori perairan tertentu. Kondisi yang dimaksud antara lain terjadinya pembuangan limbah yang melewati batas konsentrasi yang telah ditentukan oleh instansi berwenang yang menyebabkan terjadi penurunan kualitas perairan yang berdampak negatif terhadap biota yang hidup di perairan tersebut (Santoso, 2007).

Peranan fosfat yang terkandung didalam sedimen yang ada di sungai atau muara sungai adalah sebagai unsur yang penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi organisme di dalamnya. Organisme tersebut berperan sebagai mata rantai dari rantai makanan yang mendukung produktivitas perairan. Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya adalah terjadi peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau HABs (Risamasu dan Prayitno, 2011). Pemeriksaan

(15)

kandungan fosfat atau sering disebut sebagai zat hara perlu dilakukan karena parameter tersebut merupakan parameter tingkat kesuburan suatu perairan (Wibisono, 2005).

Tidak hanya logam berat yang mencemari perairan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas masyarakat di sekitar sungai, tetapi limbah yang dihasilkan dari industri yang ada seperti industri tahu, perkebunan sawit penduduk, pembusukan zat organik juga menghasilkan limbah yang menyumbang masuknya beban pencemar seperti amoniak dan sulfida akan membahayakan kesehatan manusia. Kadar amoniak yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik. Dalam kondisi kronik, peningkatan amoniak dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan (Alaerts dan Sumestri, 1986).

Amoniak dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia, resiko terbesar adalah dari penghirupan uap amoniak yang berakibat beberapa efek diantaranya berakibat beberapa efek diantaranya iritasi kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada tingkat yang sangat tinggi, penghirupan uap amoniak sangat bersifat fatal. Jika terlarut di perairan akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang menyebabkan keracunan bagi hamper semua organisme perairan (Murti, et al 2014).

1.2.Permasalahan

Kadar phospat dan kadar amoniak pada air sungai berpengaruh pada kualitas suatu air. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar phospat dan kadar amoniak pada sampel air sungai telah memenuhi baku mutu air menurut PP No.

82 Tanggal 14 Desember 2001.

(16)

1.3.Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui apakah kadar phospat dan kadar amoniak pada sampel air sungai telah memenuhi persyaratan baku mutu air menurut PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001

1.4. Manfaat Percobaan

1. Dapat mengetahui kualitas dari sampel air sungai

2. Dapat mengetahui cara menganalisis kadar phospat dan kadar amoniak pada air sungai dengan metode spektofotometri

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air hingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pengelolaan air yang baik guna memelihara fungsi air sesuai kualitas

baku mutu air (Azwir, 2006).

Menurut Suharto (2010) pertumbuhan industry menuntut penyediaan tanah, air, udara dan energi yang besar sebagai tempat atau media dalam menjalankan aktivitasnya, diikuti oleh peningkatan waste dan effluent yang potensial menjadi bahan pencemaran lingkungan.

Pasokan air industri dan rumah tangga umumnya masih mengandalkan pada sumber air sungai di sekitar area industri. Sejauh ini, sungai memiliki arti penting bagi kehidupan, karena selain sebagai penyedia air tawar bagi manusia, sungai juga dijadikan tempat pembuangan sisa-sisa aktivitas manusia baik kegiatan domestik maupun industri (Soemarwoto, 1994).

2.2. Sifat Air

Air memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain.

(18)

1. Pada kisaran suhu yang sesuai dengan kehidupan, yakni 0°C (32°F)-100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point) air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau pun dingin dalam seketikan. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai senyawa kimia.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung didalam air.

(Effendi,H.2003).

2.3. Penggolongan Air

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

(19)

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). (Effendi,H.2003).

2.4. Tujuan Pemantauan Kualitas Air

Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut :

1. Enviromental Surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.

2. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab- akibat antara perubahan sebab-akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.

3. Apparsial of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum. (Effendi,H.2003).

2.5. Kualitas Air Untuk Kehidupan

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologis.

(20)

2.5.1. Kualitas Air Secara Fisik 1. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan anorganik, seperti lumpur dan buangan dari pemukiman tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan tinggi mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksikan, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan.

2. Temperature

Kenaikan temperatur atau suhu didalam badan air, dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut air. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah, dapat menimbulkan bau yang tidak sedap akibat terjadinya degradasi atau penguraian bahan-bahan organic ataupun anorganik didalam air secara anaerobik. Selain itu dengan adanya kadar residu/sisa yang tinggi didalam air menyebabkan rasa yang tidak enak serta dapat mengganggu pencernaan makanan (Suriawiria, 2005).

Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:

a. Menurunnya jumlah oksigen terlarut didalam air b. Meningkatkan kecepatan reaksi kimia

c. Menggangu kehidupan ikan dan hewan air lainnya

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002).

3. Warna

Warna air berubah bergantung kepada warna buangan yang memasuki badan air.

4. Bau dan Rasa

Bau dan rasa yang terdapat didalam air baku dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang berbau

(21)

apalagi bau busuk, ataupun air yang berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku.

2.5.2. Kualitas Air Secara Kimia 1. pH

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 - 7,5 (Wardhana, 1995).

2. Kandungan senyawa kimia di dalam air

Contoh : logam berat Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat kimia berbahaya jika masuk ke dalam air.

3. Kandungan residu atau sisa

Contoh : residu peptisida, detergen, kandungan senyawa toksin atau racun, dan sebagainya.

2.5.3. Kualitas Air Secara Biologis 1. Parameter mikroba pencemar

Contoh : E.coli didalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah tangga). Untuk air minum, E.coli harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kalau kualitas air tersebut termasuk yang betul-betul memenuhi syarat.

2. Patogen

Banyak jenis bakteri pathogen (penyebab penyakit) berkembang dan menular melalui badan badan air, misalnya penyebab penyakit infus (Salmonella), disentri (Shigella), kolera (Vibrio) dan difteri (Corynebacterium).

(22)

3. Penghasil toksin

Contoh : Clostridium, Pseudomonas, Vibrio (Suriawira, 2005).

2.6. Pencemaran Air

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik- pabrik kimia/industry. Pencemaran ini pun bias juga oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan, sehingga mutu air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.

Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau kotoran yang tidak berguna akibat proses kehidupan manusia yang sering membuang sampah kedalam tanah/air (sungai). Hal ini jelas akan mempengaruhi produktivitas air, tanah, dan lingkungan secara luas (Supardi, 1994).

2.6.1. Sumber Pencemaran Air

1. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa dan parasite sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan sebagainya.

2. Pencemaran Air oleh Bahan Inorganik Nutrisi Makanan

Penggunaan pupuk nitrogen dan phospat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga digunakan petani. Tetapi dilain pihak, phospat dapat mencemari sungai, danau dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja.

3. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organic yang terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan

(23)

dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang.

4. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik

Bahan kimia inorganic seperti asam, garam, dan bahan toksik logam seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar tinggi dapat menyebabkan air tidak enak diminum.

Disamping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalu air tersebut (karena bersifat korosif).

5. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastic, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organic terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.

6. Meningkatnya Radioaktifitas Air Lingkungan

Zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara Nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif (Wardhana, 1995).

2.6.2. Pencemaran Air Sungai, Danau dan Waduk

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada air sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehimgga air mengandung bahan pencemaran yang sangat besar.

Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus

(24)

juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobic menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara dan laut sering kurang efektif daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk dan laut banyak terdiri lapisan- lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga dapat mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut (Darmono, 2001).

2.6.3. Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah

2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi antar polutan satu dengan lainnya 3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah

diperairan

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung kedalam perairan. Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri

5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang diperairan

6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum (Supardi, 1994).

(25)

2.7. Spektrofotometri

Alat yang digunakan untuk analisa spektrofotometri adalah spektrofotometer.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitasi atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik secara manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Pengertian lengkap dari spektrofotometer memerlukan suatu pengetahuan terperinci tentang optic dan elektronika. Dan biasanya dalam praktek alat- alat sinar tunggal dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spectrum absorpsi (Day & Underwood, 1989).

Spektrofotometer terdiri atas alat spektrofotometer dan fotometer.

Spekrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif apabila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikansebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini dapat diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Fotometer filter ini tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan melalui suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber soektrum tampak kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absoprsi antara sampel dan blanko atau pembanding (Khopkar, 1990).

(26)

1. Sel – sel contoh harus bersih

2. Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu

3. Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali 4. Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optic

5. Penerapan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang – kadang 6. Penyimpangan atau ketidakstabilan di dalam sirkuit harus diperbaiki

7. Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan – kesalahn jika pengukuran tidak direncanakan dengan hati – hati (Day & Underwood, 1989).

2.8. Phospat

(DO) dalam perairan menurun akan berdampak pada matinya ikan dan biota yang lain. Phospat merupakan unsur hara dalam perairan. Kandungan unsur hara tinggi dalam perairan menyebabkan terjadinya ledakan (booming) pertumbuhan alga/fitoplankton. Hal ini juga dikenal dengan istilah eutrofikasi. Pertumbuhan fitoplankton yang pesat di dalam perairan akan menyerap oksigen terlarut. Jumlah oksigen terlarut / Disolved Oxigen Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, peternakan dan pertanian menyumbangkan phospat dalam perairan (Muchtar M., 2012).

Phosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Bahri, 2006).

Namun, jika konsentrasi phosfat besar dapat terjadi karena suatu proses ekresi oleh ikan dalam bentuk feces, sehingga fosfor dalam bentuk ini dapat mengendap di dasar perairan dan terakumulasi di sedimen. Atau limbah yang masuk kedalam tambak dan bercampur dengan pupuk yang mengandung unsur fosfor biasanya digunakan oleh petambak adalah faktor yang mempengaruhi kadar phosfat pada tambak tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutagalung dan Rozak (1997) bahwa keberadaan fosfat yang

(27)

tinggi disebabkan oleh masuknya limbah domestik, pertanian, industri dan perikanan yang mengandung fosfat.

Phospat memiliki tiga bentuk yaitu Orthophospat, Metaphospat, dan Phospat organik terikat. Masing-masing senyawa mengandung Fosfor dalam formulasi kimia yang berbeda. Bentuk Ortho yang diproduksi oleh alam dan ditemukan di limbah sedangkan bentuk Poli digunakan dalam Detergen. Dalam air bentuk Poli akan berubah menjadi bentuk Orto (Mahida, 1984).

Kandungan fosfor dalam air merupakan karakteristik kesuburan perairan yang bersangkutan. Pada umumnya perairan yang mengandung ortofosfat antara 0,03 - 0,1 mg/L adalah perairan yang oligotrofik. Kandungan antara 0,11 - 0,3 mg/L perairan yang mesotrofik dan kandungan antara 0,31 – 1,0 mg/L adalah perairan eutrofik (Wetzel, 1975 dalam Hidayat 2001). Sedimen merupakan tempat penyimpan fosfor yang baik.

Tanaman dan hewan yang mati akan diuraikan oleh bakteri pengurai yang selanjutnya akan mengendap di dasar perairan. Menurut Paytan dan McLaughlin (2007) dalam Risamasu dan Prayitno (2011), senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik menghasilkan senyawa fosfor terlarut. Keberadaan fosfor dalam perairan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Tingginya kadar fosfat dapat memicu pertumbuhan tanaman air dan juga alga secara berlebihan. Menurut Boney (1989) dalam Effendi (2003), keberadaan fosfor secara berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan. Perkins (1974) dalam Silalahi (2010), perairan yang mengandung kadar fosfor tinggi melebihi kebutuhan normal organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi.

Bahan-bahan organik dan zat hara dari sungai yang masuk secara massive ke perairan pesisir berperan penting dalam menstimulasi proses biologi di perairan tersebut.

Sebagai contoh, proses pengkayaan zat hara yang berasal dari upwelling, sumber antropogenik dan masukan air sungai mneyebabkan peningkatan pertumbuhan

(28)

fitoplankton di lingkungan pesisir. Zat hara yang umum menjadi fokus perhatian di lingkungan perairan adalah fosfor (Risamasu dan Prayitno, 2011).

2.9. Amoniak

Amonia adalah gas berbau tajam yang tidak berwarna dengan titik didih 33,50C.

Secara fisik cairan amonia mirip dengan air, ikatan antara amoniak dan air sangat kuat.

Amoniak umumnya bersifat basa pH>8 namun pada keadaan tertentu bersifat asam lemah. Ammonia dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja maupun oksidasi senyawa organik oleh mikroba. Konsentrasi amoniak yang tinggi pada permukaan air sungai dapat menyebabkan kematian biota air. Pada pH tinggi, amoniak dengan konsentrasi kecil sudah bersifat racun (Jenie, 1993).

Menurut Knobeloch (2000), amoniak berbahaya bila terkandung dalam air karena: 1) makin tinggi konsentrasi amoniak dalam air, oksigenterlarut makin menurun akibat disosiasi amoniak, dan 2) amoniak yang terdisosiasi dalam bentuk ion NH4 + dikategorikan sebagai radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (karsinogen).

Kandungan N dalam amoniak juga dapat menyebabkan pada terjadinya syndrome blue baby dan berdampak pada kematian. Nitrogen yang tertelan mengganggu fungsi haemaglobin.

Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4

+

Konsentrasi amoniak dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Pada musin panas konsentrasi senyawa ini dapat sangat rendah, hal ini disebabkan amoniak diserap oleh tumbuhan, selain itu dapat dipengaruhi oleh temperatur air yang tinggi yang dapat mempengaruhi proses nitrifikasi. Sedangkan pada suhu yang rendah yaitu musim dingin

pada pH rendah yang disebut dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah domestik.

(29)

sewaktu pertumbuhan bakteri berkurang dan proses nitrifikasi berjalan lambat menyebabkan konsentrasi amoniak pada sungai tinggi .

Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan.

Konsentrasi tersebut tergantung dari pH dan temperatur yang mempengaruhi air.

Nitrogen amonia berada dalam air sebagai amonium (NH4

+

NH

) berdasarkan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :

3 + H2O → NH4+ + OH

Kadar amoniak bebas dalam air meningkat sejalan dengan meningkatnya pH dan temperatur. Kehidupan air terpengaruh oleh amoniak pada konsentrasi 1 mg/l dan dapat menyebabkan ikan mati lemas karena dapat mengurangi kapasitas oksigen dalam air.

-

Senyawa amoniak dapat mengurangi efektifitas khlorin yang biasanya digunakan sebagai tahap akhir dalam pengolahan air untuk menghilangkan bahan organik yang tersisa serta untuk proses disinfeksi. Asam hipoklorid dapat bereaksi dengan amoniak membentuk khloramin, dimana kurang efektif sebagai disinfektan sehingga amoniak dapat dikatakan memakai “kebutuhan klorin” pada proses khlorinasi. Di dalam air limbah, senyawa amoniak ini dapat diolah secara mikrobiologis dengan cara aerasi melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan nitrat (Bitton, G., 1994).

(30)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Analisa Kadar Phospat 3.1.1. Alat

Nama alat Merk Ukuran

1. Tabung Reaksi pyrex

2. Rak Tabung Reaksi 3. Kuvet 50 mm 4. Botol aquadest

5. Tisue nice

6. Pipet Skala pyrex 10 ml

7. Spektrofotometer NOVA 60

8. autoSelector Phospat

9. Alat vortex in ScienPro

3.1.2. Bahan

Nama Bahan Fase

1. Aquadest (l)

2. Sampel Air Sungai (l) 3. Reagent 𝑃𝑃𝑃𝑃43− -1 (aq) 4. Reagent 𝑃𝑃𝑃𝑃43− -2 (s)

(31)

3.1.3. Prosedur

1. Sampel air sungai diukur sebanyak 10 ml menggunakan pipet skala 10 ml 2. Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi

3. Reagent 𝑃𝑃𝑃𝑃43−-1 dimasukkan sebanyak 10 tetes kedalam tabung reaksi 4. Sampel divortex hingga larut sempurna

5. Reagent 𝑃𝑃𝑃𝑃4 3− -2 ditambahkan sebanyak 2 sendok microspoon 6. Kemudian divortex sampai larut sempurna

7. Sampel didiamkan selama 5 menit

8. Pada alat Spektrofotometer NOVA 60 ditekan tombol power

9. autoSelector phospat dimasukkan lalu enter, layar Spektrofotometer NOVA 60 akan menunjukkan mg/L 𝑃𝑃𝑃𝑃43−

10. Sampel dimasukkan kedalam kuvet 50 mm

11. Kuvet yang berisi sampel dimasukkan kedalam ruang Spektrofotometer NOVA 60, lalu enter

12. Konsentrasi phospat terbaca di layar Spektrofotomter NOVA 60

(32)

3.2. Analisa Kadar Amoniak 3.2.1. Alat

Nama alat Merk Ukuran

1. Tabung Reaksi pyrex

2. Rak Tabung Reaksi

3. Pipet Skala pyrex 10 ml

4. Alat Vortex inScienPro

5. Spektrofotometer NOVA 60 6. autoSelector Amoniak

7. Tisu nice

8. Botol Aquadest 9. Kuvet 10 mm 10. Kuvet 20 mm 11. Kuvet 50 mm

3.2.2. Bahan

Nama Bahan Fase

1. Aquadest (l)

2. Sampel Air Sungai (l) 3. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -1 (aq) 4. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -2 (s) 5. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -3 (aq)

(33)

3.2.3. Prosedur

1. Sampel diukur sebanyak 10 ml menggunakan pipet skala 10 ml 2. Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi

3. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -1 ditambahkan sebanyak 1,2 ml 4. Sampel divortex hingga larut sempurna

5. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -2 ditambahkan sebanyak 2 microspoon 6. Sampel divortex hingga larut sempurna

7. Sampel didiamkan selama 5 menit

8. Reagent 𝑁𝑁𝑁𝑁4 -3 ditambahkan sebanyak 8 tetes 9. Sampel divortex hingga larut sempurna

10. Sampel didiamkan selama 5 menit

11. Pada alat Spektrofotometer NOVA 60 ditekan tombol power

12. autoSelector amoniak dimasukkan lalu enter, layar Spektrofotometer NOVA 60 akan menunjukkan mg/L 𝑁𝑁𝑁𝑁4

13. sampel dimasukkan kedalam kuvet (10 mm = larutan hijau muda, 20 mm = larutan hijau tua, 50 mm = larutan kuning)

14. Kuvet yang berisi sampel dimasukkan kedalam ruang Spektrofotometer NOVA 60, lalu enter

15. Konsentrasi amoniak terbaca di layar Spektrofotometer NOVA 60

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari analisa kadar Phospat dan Amoniak pada air sungaidengan metode spektrofotometri diperoleh hasil data sebagai berikut:

4.1.1 Data Analisa Kadar Phospat

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Phospat Pada Air Sungai Dengan Metode Spektrofotometri

No Kode Sampel Hasil Baku Mutu

1 0706/K/ABA 0,06 PP No 82 Tanggal

14 Desember 2001 0,2 mg/L

2 0707/K/ABA 0,20

3 0708/K/ABA 0,04

4 0709/K/ABA 0,05

5 0710/K/ABA 0,06

(35)

4.1.2 Data Analisa Kadar Amoniak

Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak Pada Air Sungai Dengan Metode Spektrofotometri

No Kode Sampel Hasil Baku Mutu

1 1192/K/ABA 0,131 PP No 82 Tanggal

14 Desember 2001 0,5 mg/L

2 1193/K/ABA 0,068

3 1206/K/ABA 0,034

4 1214/K/ABA 0,010

5 1215/K/ABA 0,010

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dari beberapa sampel air sungai yang ada di Balai Teknik Kesehatan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan dengan

metode spektrofotometri, diperoleh kadar phospat pada kode sampel 0706/K/ABA = 0,06 mg/L, 0707/K/ABA = 0,20 mg/L, 0708/K/ABA =0,04 mg/L, 0709/K/ABA = 0,05 mg/L, 0710/K/ABA = 0,06 mg/L. Semua sampel tersebut telah memenuhi baku mutu persyaratan yang ditetapkan. Kadar amoniak pada sampel 1192/K/ABA = 1,131 mg/L, 1193/K/ABA = 0,068 mg/L, 1206/K/ABA = 0,034 mg/L, 1214/K/ABA = 0,010 mg/L, 1215/K/ABA = 0,010 mg/L. Berdasarkan PP No 82 Tanggal 14 Desember 2001, baku mutu kadar amoniak adalah 0,5 mg/L. Berdasarkan PP No 82 Tanggal 14 Desember 2001, baku mutu kadar phospat pada air sungai adalah 0,2 mg/L. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa air sungai memenuhi baku mutu dan air sungai tersebut layak untuk digunakan.

(36)

Limbah cair industri yang mengandung nitrogen amonia merupakan salah satu contoh limbah dari produk samping suatu kegíatan industri, seperti industri pembuatan pupuk, produk makanan, minyak kelapa sawit dan lem kayu lapis yang dìbuang ke badan air sehìngga terjadi penurunan kualitas air yang dapat mengakibatkan pencemaran air (Emdi , 1994).

Gangguan, kerusakan dan bahaya bagì semua mahluk hìdup yang bergantung pada sumber daya air yang tercemar tersebut. Amonia dalam perairan diantaranya antara lain konsentrasi 1-3 mg/L dapat meracuni ikan dan makhluk air lainnya, konsentrasi 400-700 mg/L akan memberikan efek jangka pendek atau akut yaitu iritasi terhadap saluran pernafasan, hidung, tenggorokan dan mata yang terjadi pada, sedangkan pada 5000 mg/L dapat menimbulkan kematian (Sucofindo, 1999).

Kandungan fosfor total dalam perairan alamiah jarang melebihi 1 mg/liter.

Sedangkan kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk Phospat (PO4). Tingkat maksimum Phospat yang disarankan untuk sungai dan perairan yang telah dilaporkan adalah 0,1 mg/l. Sedangkan konsentrasi phopar sebesar 0,025 dapat mempercepat proses eutrofikasi di sungai (Effendi, 2003).

Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Kadar ammonia yang tinggi dapat diindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri, maupun limpasan pupuk pertanian (Effendi, 2003).

Adanya kandungan phospat dan amoniak dikarenakan pada limbah domestik berupa sampah organic dan sampah anorganik serta detergen. Sampah – sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Sampah organik yang dibuang ke sungai

(37)

menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk prose pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga yang menghasilkan oksigen. Dan akhirnya dapat mencemari sumur – sumur atau air tanah pemukiman di sekitarnya. Bahan buangan padat yang membentuk koloid dapat menyebabkan air menjadi keruh, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari dalam air. Sedangkan bahan buangan padat yang tidak melarut dapat mengakibatkan pengendapan di dasar air sehingga mengakibatkan pendangkalan pada aliran air. Bahan buangan padat ini akan mempengaruhi terhadap kehidupan organisme di dalam air (Situmorang, 2007).

Berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar phospat total berkisar antara 0 – 0,02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar phospat total 0,021 – 0,05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar phospat total 0,051 – 0,1 mg/liter (Yoshimura & Liaw, 1969).

Berdasarkan PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum phospat dalam air sungai adalah 0,2 mg/L dan nilai maksimum amoniak dalam air sungai adalah 0,5 mg/L. jadi, sampel air sungai tersebutmasih berada dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai tersebut masih layak untuk digunakan.

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari analisa yang telah dilakukan diperoleh kadar phospat 0.06 mg/L - 0.20 mg/L dan kadar amoniak 0.010 mg/L – 0,131 mg/L. Dari hasil analisa tersebut sampel air sungai telah memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan menurut PP No. 82 Tanggal 14 Desember 2001 karena masih berada dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Dimana baku mutu kadar phospat = 0,2 mg/L dan baku mutu kadar amoniak adalah 0,5 mg/L.

5.2. Saran

1. Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar phospat dan amoniak dengan menggunakan metode dan sampel lain.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alearts, G dan Sumestri, S., 1986. Metoda Pemeriksaan air. Usaha Nasional, Surabaya.

Apriyanti. D, V. Indria Santi dan Y.D. Inayati Siregar, 2013. Pengkajian Metode Analisis Amonia Dalam Air Dengan Metode Salicylate Test Kit. Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli2013 : 49 – 108.

Azwir, 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tepung Kirioleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra.

Bahri, Andi Faizal, 2006. Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat pada sedimen mangrove yang termanfaatkan di Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.

Studi Kasus PemanfaatanEkosistem Mangrove&Wilayah PesisirOleh Masyarakat Di Desa BulucindeaKecamatan Bungoro KabupatenPangkep. Asosiasi KonservatorLingkungan : Makassar.

Bitton,G., 1994, Wastewater Microbiology, Wiley – Liss, A John Wiley & Sons, Inc, NY

Daniel, HN.,2002. Dampak Budidaya ikan Terhadap Kualitas air ( Studi kasus:

Budidaya Ikan Jaring Apung di Danau Tondano, Minahasa Sulawesi Utara).

Disertasi Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia : Jakarta.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : UI – Press.

EMDI-BAPEDAL. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia; Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan.Penerbit Kanisnus. Yogyakarta.

Fawel, J.K., Lund, U., Mintz, B., 1996. Guidelines for Drinking WaterQuality. 2nd ed Vol.2. HealthCriteria and other SupportingInformation, WHO, Geneva.

Hidayat, Y., 2001. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Unsur Hara N dan P Serta Struktur Komunitas Fitoplankton di Situ Tonjong, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hutagalung, H. dan A. Rozak, 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota.

Buku Kedua. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

(40)

Jenie., B, S, L,. Rahayu, W,P., 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius.

Yogyakarta.

Keraf, A. Sonny, 2010. Krisis Dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta : PenerbitKanisius.

Knobeloch, L, 2000, Blue Babies and NitrateContaminated Well Water. Environmental Health Perspectives, 108(7): 675678.

Kristanto, P, 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Muchtar M., 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Natuna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4(2): 304-317.

Murti, R. Setiya dan C. Maria H.P., 2014. Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan Kompleks Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-Amonia Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Dengan Metode Fenat. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol.30 No.1 Juni 2014: 29-34.

Nybakken, W.J., 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. P.T. Gramedia, Jakarta.

Risamasu, F.J.L dan H.B. Prayitno, 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu Kelautan.

Santoso, A. D., 2007. Kandungan Zat Hara Fosfat pada Musim Barat dan Musim Timur di Teluk Hurun Lampung. Jurnal Teknologi Lingkungan. Jakarta.

Sastrawijaya, T., 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Situmorang, M., 2007. Kimia lingkungan. Medan: UNIMED- Press.

Sucofindo. 1999. Laporan Kandungan Amonia dalam Limbah. PT. Sucofindo, Jakarta Supardi, I., 1994. Lingkungan Hidup Dan Kelestariannya. Bandung : Penerbit Alumni.

Suriawira, U., 2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung : P.T.

Alumni.

Wardahana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi.

Yogyakarta : Andi

Wibisono, M. S., 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Gramedia. Jakarta.

(41)

LAMPIRAN

Spektrofotometer NOVA 60

(42)
(43)

Gambar

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Phospat Pada Air Sungai Dengan Metode  Spektrofotometri
Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Kadar Amoniak Pada Air Sungai Dengan Metode  Spektrofotometri

Referensi

Dokumen terkait

ANALISA KADAR FOSFAT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR SUNGAI DENGAN.

Kandungan Klorida dan sulfat pada air sungai dikarenakan adanya berbagai limbah yang terdapat disekitaran sungai, seperti limbah domestik yang berupa detergen, sampah organik

Hasil analisis ion logam berat pada Bivalvia dari ketiga stasiun penelitian di sekitar perairan pesisir Teluk Balikpapan.. Histogram konsentrasi logam berat dalam biota

Abstrak: Salah satu sumber yang berpotensi mencemari sungai Brangbiji adalah keberadaan sejumlah indutri tahu tempe. Industri tersebut menghasilkan limbah cair

Logam berat yang terdapat di perairan muara Sungai Air Bangis dapat berasal dari limbah domestik, pertanian, perbaikan kapal, kegiatan transportasi dan aktivitas

Sifat akumulasi inilah yang menyebabkan efeknya menjadi lebih berbahaya untuk manusia cemaran logam berat seringkali mencemari minyak goreng yang dipakai oleh

Limbah yang dihasilkan yaitu logam berat Timbal, Seng, Merkuri, Nikeldan Kadmium mencemari daerah yang dilewati sungai Rahmadani & Alawiyah, 2022 Hasil penelitian kualitas air dengan

Sumber Pencemaran DAS Cisadane  Ada sekitar 246 industri di Kota Tangerang, banyak dari industri itu yang membuang limbah cair dan limbah kimia B3 yang berbahaya ke Sungai Cisadane