• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. pabean Indonesia ke daerah pabean nagara lain (PPEI, 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. pabean Indonesia ke daerah pabean nagara lain (PPEI, 2011)."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ekspor

Menurut Daud (2011) Ekspor adalah pengiriman barang ke luar daerah Pabean Indonesia.

Hutabarat (1992) menyatakan bahwa Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia ke daerah pabean nagara lain (PPEI, 2011).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspor merupakan suatu kegiatan perdagangan dengan cara mengeluarkan barang ke luar wilayah pabean Indonesia ke wilayah pabean negara lain sesuai dengan peraturan yang berlaku..

Tata niaga ekspor, pengelompokan barang ekspor, yaitu:

1. Barang diatur

Pertimbangan barang diatur berdasarkan daya saing, posisi tawar, tersedianya bahan baku, nilai tambah. Persyaratan barang diatur, yaitu:

a. Persyaratan umum ekspor.

b. Persyaratan khusus sesuai dengan barang yang diatur.

c. Pengakuan eksportir terdaftar.

(2)

commit to user

Barang diatur meliputi:

a. Kopi : Eksportir Terdaftar Kopi (ETK)

b. Rotan: Eksportir Terdaftar Rotan (ETR)

c. Produk Kayu: Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK)

d. Produk Intan kasar: Eksportir Terdaftar Intan

e. Produk Timah Batangan: Eksportir Terdaftar Timah

f. Prekusor: Eksportir Terdaftar Prekusor 2. Barang dilarang

Pertimbangan barang dilarang, yaitu:

a. Keselarasan alam

b. Tidak memenuhi standar mutu

c. Kebutuhan bahan baku bagi industri kecil/ pengrajin.

d. Peningkatan nilai tambah

e. Bernilai sejarah dan budaya Barang dilarang meliputi:

a. Produk perikanan dan binatang / tumbuhan liar: anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias, ikan jenis botia, udang galah ukuran 8cm, udang panaedae kulit mentah, pickled dan wet blue dari binatang melata , binatang dan tumbuhan liar alam yang dilindungi (APPI & III CITES )

b. Produk kehutanan: kayu bulat, bahan kayu serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian, karet bongkah.

(3)

commit to user

c. Produk pasir

d. Produk pertambangan: bijih timah, bijih timah hitam dan pekatannya, batu mulia, skrap besi / baja kecuali dari batam.

e. Barang budaya kono 3. Barang diawasi

Pertimbangannya untuk menjaga keseimbangan pasokan didalam negeri /tidak mengganggu konsumsi dalam negeri. Persyaratan barang diatur yaitu menjadi eksportir khusus. Barang diawasi meliputi:

a. Produk peternakan dan binatang /tumbuhan liar (apendix II cites):

bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit buaya,binatang liar dan tumbuhan.

b. Produk perikanan: anak ikan napoleon, ikan napoleon, benih ikan bandeng.

c. Produk perkebunan: inti kelapa sawit.

d. Produk pertambangan: minyak dan gas bumi, emas murni/ perak.

e. Produk industri: pupuk urea, skrap dari besi/ baja (khusus yang dari wilayah batam), skrap dari stainless tembaga, kuningan, alumunium.

4. Barang bebas

Barang bebas merupakan produk diluar barang yang diatur, diawasi dan dilarang.

(4)

commit to user

Ekspor

AWAL

Eksportir / Shipper Dokumen-dokumen:

1. Packing list 2. Invoice 3. Surat kuasa 4. Copy SIUP, TDP 5. Copy NPWP

PROSES A. Freight Forwading

1. Penerimaan dokumen dari eksportir/shipper.

2. Reservasi ke pengangkut.

3. Pengetikan MAWB untuk airfreight atau BL untuk seafreight.

4. Pengetikan PEB.

B. Deperindag / Penerbitan SKA

1. Pembuatan SKA / COO, (jika d iperlukan dalam pengiriman tersebut), missal COO form A, COO form D dan seterusnya.

2. Dalam permohonan pembuatan SKA harus dilampirkan:

Packing List, Invoice, PEB, MAWB/BL dan agenda permohonan SKA (khusus COO form A harus juga melampirkan surat permohonan SKA form A, format struktur biaya perunit dan surat pernyataan produsen).

(5)

commit to user

Gambar 2.1

Bagan Proses Kegiatan Ekspor C. Bea dan Cukai / Persetujuan Muat Barang

1. Fiat muat / clearance berdasarkan dokumen packing list, invoice, PEB, surat kuasa, copy SIUP / NPWP, dan dokumen pendukung lainnya (misalnya COO, LPSE dan seterusnya).

2. Pemeriksaan kesesuaina antara barang dan dokumen (bea dan cukai mempunyai wewenang memeriksa secara fisik atas barang kiriman apabila ada kejanggalan / meragukan / mencurigakan).

F. Freight Forwading

1. Memonitor keberangkatan barang.

2. Penyelesaian administrasi.

AKHIR E. Pengikut / Airline / Shipping Line

1. Penyerahan dokumen attached the goods beserta barang kepada airline atau shipping line.

2. Pengangkutan barang ketujuan sesuai reservasi.

D. Karantina / Penerbitan Sertifikat Karantina

1. Pemeriksaan kesesuaian antara barang dan dokumen (bisa dilakukan pemeriksaan fisik jika diperlukan) berdasarkan pengajuan permohonan pemeriksaan karantina hewan dan tumbuhan.

2. Sertifikat karantina diperlukan untuk pengiriman barang- barang perishable (barang yang mudah rusak / busuk) dan barang-barang yang hidup / bernyawa.

(6)

commit to user

B. Dokumen Ekpor

Dokumen-dokumen Ekspor menurut PPEI 2011:

1. Invoice

Invoice yaitu faktur dagang yang dibuat oleh beneficiary dengan memuat uraian antara lain:

a. Uraian barang yang terdiri dari harga satuan dan berat barang yang harus sesuai dengan dokumen lainnya

b. Nama pembeli dan alamat

c. Tanggal pembuat harus sama atau sebelum tanggal B/L

d. Nilai dan jumlah barang tidak boleh melebihi nilai L/C kecuali:

1) Dalam L/C menegaskan lebih atau kurang untuk prosentase tertentu.

2) Dalam L/C menegaskan partial shipment Allowed.

3) Dalams L/C mensyaratkan kelonggaran lebih atau kurang 10%

dari nilai L/C.

e. Mencantumkan nama issuing Bank, nomor dan tanggal L/C.

f. Shipping mark harus sama dengan yang tercantum dalam B/L.

g. Mencantumkan ongkos kapal antara lain: fright prepaid, freight collect.

h. Nama vessel (kapal), pelabuhan muat / bongkar sama dengan B/L.

i. Ketentuan pengapalan (shipping terms) :FOB (free on board), CFR (cost and freight) dan CIF (cost insurance and freight).

j. Perlu atau tidaknya legalisir / sertifikasi oleh pihak tertentu sesuai syarat L/ C.

(7)

commit to user

k. Jenis mata uang sesuai syarat L/ C.

l. Tanda tangan oleh beneficiary.

m. Jika transferable L/C, invoice dibuat oleh beneficiary kedua.

Invoice dibagi menjadi 3 jen is, yaitu:

a. Proforma Invoice merupakan invoice yang belum dinegosiasikan.

b. Commercial Invoice / faktur dagang adalah invoice yang dibuat oleh penjual unttuk pembeli yang memuat uraian barang (banyak dan jenis barang), dasar harga satuan dan nilai barang seluruhnya,dan sebagainya (Daud, 2011).

c. Consular Invoice adalah invoice yang diterbitkan oleh Konsulat Negara pembeli yang berkedudukan di Negara penjual (sejak dikeluarkan INPRES NO. 4 Tanggal 04 April 1985 Consular Invoice telah dihapus) (Daud, 2011).

2. Bill of Lading

Bill of Lading merupakan dokumen yang diterbitkan oleh maskapai pelayaran sebagai bukti pengiriman barang, bukti kepemilikan barang dan bukti tanda terima barang telah dimuat didalam kapal.

Pihak yang terkait dalam Bill of Lading, yaitu:

a. Shipper (pengirim / eksportir)

Nama dan alamat beneficiary sesuai tercantum dalam L/C, kecuali: transferable L/C dan third party B/L acceptable.

(8)

commit to user

b. Consignee (pemilik barang)

Menetahui pihak Consignee didalam L/C adalah pada “kalimat Made Out . . .”

c. Notify Party

Kepada siapa kedatangan kapal / barang diberitahukan, sesuai dengan syarat L/C :

1) Pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan harus sama dengan syarat yang tercantumdi dalam L/C, kecuali: dokumen atas transferable L/C atau third party documents.

2) Tanggal B/L tidak melebihi “latest shipment date”, kecuali:

“stale B/L acceptable”.

3) Nama barang, jumlah, kualitas, uraian barang, ukuran / berat barang sesuai dengan syarat L/C. Data tersebut harus sama dengan invoice.

4) Shipping marks harus sesuai syarat L/C dan sama yang tercantum dalam invoice.

Freight harus jelas tercantum apakah:

a) Freight prepaid (dibayar dimuka) b) Freight collect (melalui penagihan)

c) Freight payable at destination (dibayar di pelabuhan tujuan)

Dalam B/L tidak boleh ada catatan mengenai masalah barang , harus “clean on board” atau barang yang dimuat tidak cacat.

Perusahaan pelayaran dan kapal yang mengangkut barang harus

(9)

commit to user

regular line berkop surat. Jumlah negotiable B/L juga harus sesuai dengan L/C.

Penanda tanganan B/L harus terdiri dari salah satu:

a. Perusahaan pelayaran atas nama carrier.

b. Agen dari suatu perusahaan tertentu dengan the agent of the carrier.

c. Master diindikasikan dengan master of the carrier disebutkan nama perusahaan.

3. Air Waybill

Menurut Daud (2011) Air Waybill adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan yang berfungsi sebagai bukti penerimaan barang (receipt of goods) dan sebagai kontrak pengangkutan barang melalui kapal udara dari negara penjual ke negara pembeli (contract of delivery). Air Waybill (AWB) berbeda dengan bill of lading, yang mana Air Waybill tidak memiliki fungsi sebagai document of title sehingga tidak dapat diperjual belikan/

dipindah tangankan/ non-negotiable.

4. Draft

Draft merupakan alat tagih untuk sejumlah uang atau nominal atas transaksi negosiasi wesel ekspor yang telah direalisasikan. Draft dibuat oleh eksportir (beneficiary) dan mencantumkan nomor, tanggal L/C dan nama issuing Bank (sesuaikan dengan syarat L/C). Pengisian Draft harus sesuai dengan syarat yang tercantum didalam L/C.

(10)

commit to user

Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi Draft :

a. Drawer / penarik / penanda tangan / penerbit

Yaitu eksportir (beneficiary) kecuali L/C merupakan hasil dari transferable.

b. Payee / penerima pembayaran

Pada umumnya adalah negotiating bank / pihak yang mengambil alih dokumen.

c. Drawee / tertarik

Issuing Bank : dalam L/C mensyaratkan “Drawee Bank Issuing Bank” atau “drawn on us”

5. Packing List

Packing List merupakan dokumen yang diterbitkan oleh eksportir mengenai perincian barang yang tercantum dalam invoice.

Selain itu, Packing List juga merupakan dokumen yang menerangkan tentang: uraian barang yang dipak/ dibungkus/ diikat dalam peti/

kaleng/ kardus/ rolls,dsb.

Tujuan Packing List yaitu untuk memudahkan pemeriksaan oleh Bea Cukai atau pada waktu pembongkaran di negara tujuan.

6. Weight List

Menurut Daud (2011) Weight List adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh supplier/ eksportir yang menjelaskan mengenai berat/ ukuran dari pada barang/ kemasan.

(11)

commit to user

7. Certificate of Origin

Surat keterangan asal (Certificate Of Origin), yang selanjutnya disingkat SKA, adalah suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional dan Multilateral serta ketentuan sepihak dari suatu Negara tertentu wajib disertai pada waktu barang ekspor dari Indonesia akan memasuki wilayah Negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia. Jenis SKA ada 2 (dua), yaitu:

a. SKA Preferensi

Yaitu SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk yang diberikan oleh suatu Negara / kelompok Negara tertentu. SKA Preferensi ada 10 jenis, yaitu:

1) SKA form A GSP: untuk memperoleh preferensi/ keringanan/

penghapusan bea masuk.

2) SKA form D: untuk preferensi antara negara ASEAN . 3) SKA form E: preferensi negara-negara ASEAN dan China.

4) SKA form AK: untuk ekspor barang ke negara Korea.

5) SKA form COA: untuk ekspor tembakau jenis tertentu.

6) SKA form GSTP: untuk ekspor barang tertentu yang termasuk dalam daftar barang yang telah diberikan keringanan bea masuk (preferensi) kepada sesama negara berkembang peserta GSTP yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan.

(12)

commit to user

7) SKA form IJEPA: untuk ekspor barang ke negara Jepang.

8) SKA form Handicraft: untuk ekspor barang kerajinan.

9) SKA form ICC: untuk ekspor barang yang termasuk

“I ndustrial Crafts Merchandise”.

10)SKA form Certificate in Regard to Traditional Handicrafts Batik Fabrics of Cotton: untuk ekspor hasil kerajinan batik tradisional yang terbuat dari kain kapas.

b. SKA Non Preferensi

Yaitu SKA yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan dan atau dokumen penyerta asal barang yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki suatu wilayah Negara tertentu.

SKA Non Preferensi ada 9 jenis, yaitu:

1) SKA form B: untuk ekspor barang ke semua negara.

2) SKA form ICO: untuk ekspor kopi ke semua negara tujuan anggota ICO maupun bukan anggota ICO.

3) SKA form K: untuk ekspor tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota di negara Kanada.

4) SKA form N: untuk ekspor tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota di negara Norwegia.

5) SKA form eksport certificate: untuk ekspor manioc yang kuotanya telah ditetapkan oleh komisi UE.

6) SKA form Anex 3: untuk ekspor ke Mexico.

7) SKA form TP: untuk ekspor tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota di Negara Uni Eropa

(13)

commit to user

8) SKA form fisheries: sebagai dokumen penyerta ekspor hasil perikanan dari jenis tertentu.

9) SKA form commercial invoice: untuk ekspor tekstil dan produk tekstil yang terbuat dari kapas, serat buatan campuran sutera, ramie dan serat alam lainnya selain kapas, yang telah dikenakan kuota.

8. Beneficiary Certificate

Beneficiary Certificate merupakan pernyataan dari beneficiary telah melaksanakan permintaan sesuai syarat yang tercantum di L/C, seperti : pengiriman dokumen kepada applicant setelah barang dimuat.

9. Chemical Analysis

Chemical Analysis merupakan dokumen yang memuat hasil analisa barang tentang kandungan kim ianya, dll dari laboratorium yang dilakukan oleh Laboratory Accreditation Body yang ditunjuk oleh pemerintah atau negara pembeli.

10. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)

PEB(Pemberitahuan Ekspor Barang) adalah dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang.

Pedoman pengisian PEB, yaitu:

a. Setiap pemberitahu hanya diperuntukkan bagi satu pengirim dan satu penerima.

b. Setiap pemberitahu dapat berisi leb ih dari satu jenis barang ekspor.

(14)

commit to user

c. Dalam hal PEB hanya berisi satu jenis barang ekspor atau hanya terdiri dari satu pos tarif, maka eksportir hanya mengisi PEB lembar pertama.

d. Dalam hal PEB berisi lebih dari satu jenis barang ekspor atau lebih dari satu pos tarif, maka eksportir wajib mengisi lembar lanjutan disamping mengisi lembar pertama.

Menurut buku Sudijono dan Sarjiyanto (2007) PEB yang tidak diperlukan terhadap ekspor, yaitu:

a. Barang pribadi penumpang, barang awak sarana pengangkut, dan bekal kapal dengan menggunakan daftar bekal.

b. Barang pelintas batas yang menggunakan Pemberitahuan Pabean sesuai ketentuan perjanjian perdaganagn lintas batas.

c. Barang dan atau kendaran bermotor yang diekspor kembali dengan menggunakan dokumen yang diatur dalam ketentuan kepabeanan internasional (Ata Carnet, Triptek atau Cpd Carnet).

d. Barang kiriman melalui PT. Pos Indonesia dengan menggunakan dokumen Dedaratio n En Douane (Cn.23)

Eksportir dapat memberitahukan ekspor barang yang dilaksanakandalam waktu periode waktu tertentu dengan menggunakan PEB Berkala. Penggunaan PEB Berkala sebagaimana dimaksud diatas dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuknya. Persetujuan

(15)

commit to user

sebagaimana dimaksud diatas dapat diberikan dalam hal eksportir mempunyai reputasi yang baik dan:

a. Frekuensi ekspornya tinggi.

b. Jadwal serana pengangkut barang ekspor tersebut tidak menentu.

c. Lokasi pembuatan barang ekspor tersebut jauh dari Kantor Pabean dan atau Bank Devisa.

d. Ekspor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi.

e. Berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya, pengeksporan barang perlu menggunakan PEB berkala.

Eksportir dikategorikan mempunyai reputasi yang baik apabila:

a. Tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan dan cukai yang dikenai sanksi administrasi dalam kurun waktu 1(satu) tahun terakhir.

b. Tidak mempunyai tunggakan hutang bea masuk, cukai, pajak dan pungutan negara lainnya.

c. Sudah menyelenggarakan pembukaan sehingga dapat dibuat laporan sesuai Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.

11. Phitosanitary Certificate

Certificate ini menyatakan bahwa bahan baku ekspor, tanaman atau bahan hasil tanaman telah diperiksa bebas dari hama penyakit.

Dokumen ini diterbitkan oleh kementrian pertanian.

(16)

commit to user

12. Quality Certificate

Sertifikat mutu adalah surat pernyataan yang dikeluarkan oleh laboratorium penguji mutu yang menyatakan bahwa partai barang yang diekspor telah memenuhi standar perdagangan berdasarkan hasil uji contoh barang, yang mewakili partai barang yang diekspor.

13. Certificate Fumigation

Menurut Daud (2011) Certificate Fumigation merupakan suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh lembaga tertentu mengenai telah dianti hamakan ruang kapal tertentu atau tumpukan barang yang akan dikirim.

14. Insurance Police / Polis Asuransi

Menurut Daud (2011) Insurance Police / Polis Asuransi adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi yang menyatakan kesediaan untuk memberi penggantian kerena suatu kerugian atas barang-barang yang diangkut, misalnya: karena kerusakan, kapal pengangkut tenggelam, dsb.

C. Pengertian Freight Forwarder

Menurut Suyono (2005) Freight Forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan/ pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut dan/ atau udara.

(17)

commit to user

Menurut Suyono (2005), aktivitas freight forwarder secara menyeluruh dapat berupa:

1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkut yang sesuai, kemudian memesan ruang muat (space).

2. Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak, menimbang berat, mengukur dimensi, kemudian menyimpan barang ke dalam gudang.

3. Mempelajari letter of credit barang, peraturan negara tujuan ekspor, negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen- dokumen lain yang diperlukan.

4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut/udara, mengurus izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak pengangkut.

5. Membayar biaya-biaya handling serta memmbayarkan freight.

6. Mendapatkan bill of lading / air waybill dari pihak pengangkut.

7. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan / kerusakan atas barang.

8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan info dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit / tujuan.

9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut.

10. Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit / tujuan.

(18)

commit to user

11. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan barang di gudang.

12. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan melaksanakan pendistribusian barang bila dim inta.

Freight Forwarder di Indonesia dikenal dengan nama “ Jasa Pengurusan Transportasi” sesuai SK Menteri Perhubungan No. KM 10 tahun 1988.

1. Hak, kewajiban dan tanggung jawab freight forwarder

Status hukum dari freight forwarder sangatlah beragam, tetapi yang sangat umum adalah standard trading conditions (persyaratan perdagangan standar) sebaagai dasar dalam menetapkan hak, kewajiban dan tanggung jawab freight forwarder terhadap pelanggannya. Persyaratan-persyaratan itu diformulasikan sesuai dengan praktek dagang atau sistem hukum yang berlaku di negara masing-masing. Standard Trading Conditions dipakai antara lain oleh Republik Indonesia, Republik Federasi Jerman dan Kerajaan Inggris.

2. Hubungan Freight Forwarder dengan pihak ketiga dalam multimodal transport

Multimodal transport adalah transportasi yang melibakan lebih dari satu macam moda angkutan, apakah transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu negara saja ataupun lebih dari satu negara.

Dengan demikian Freight Forwarder pada umumnya menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga yang terlibat antara lain :

(19)

commit to user

a. Pihak pengangkut

1) Operator angkutan darat.

2) Jasa kereta ap i 3) Pemilik kapal 4) Angkutan udara

Sebagai contoh multimodal transport :

· Minibridge : pengangkutan petikemas dengan through bill of lading dari negara pengekspor lewat laut, diteruskan ke negara tujuan lewat kereta api.

· Landbridge : pengangkutan petikemas dari negara pengekspor ke negara transit lewat laut dan di negara transit lewat daratan dan diteruskan ke negara pengimpor lewat laut lagi.

b. Non – pengangkut 1) Terminal petikemas 2) Pergudangan

3) Container freight station (CFS) atau depot konsolidasi muatan 4) Pemilik petikemas

5) Organisasi yang usahanya khusus untuk mengepak, penyelesaian dokumen bea cukai, dokumen ekspor / impor, transaksi penukaran valuta asing, dan pengurusan dokumen terkait.

c. Pihak lain 1) Bank

2) Pihak asuransi

(20)

commit to user

3) Pelabuhan laut / pelabuhan udara 4) Bea cukai

3. Peran freight forwarder sebagai pengangkut

Banyak Freight Forwarder bertindak sebagai operator dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri. Selain itu, Freight Forwarder juga bertindak sebagai :

a. Vessel – Operating Multimodal Transport Operator

Yaitu operator yang secara penuh melaksanakan berbagai jenis pengangkuan dengan cara door – to – door dengan satu dokumen intermodal yang biasanya berbentuk FBL.

b. Non – Vessel Operator ( NVO )

Yaitu operator muatan yang mengurus pengangkutan lewat laut dari pelbuhan ke pelabuhan dengan menggunakan satu house bill of lading atau ocean bill of lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi sebagai non – vessel operating multimodal transport.

c. Non – Vessel – Operating Common Carrier ( NVOCC )

Yaitu operator yang mempunyai jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan house bill of lading(HBL) atau bill of lading dari FIATA.

(21)

commit to user

4. Peran freight forwarder dalam konsolidasi muatan

Konsolidasi muatan (cargo consolidation) atau juga disebut groupage, adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa eksportir / shipper ditempat asal yang akan dikirimkan untuk beberapa consignee ditempat tujuan, yang dikemas dalam satu unit paket muatan, lalu muatan terkonsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan ke agen konsolidator di tempat tujuan. Agen kemudian melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee masing - masing.

Freight Forwarder sebagai konsolidator pada umumnya menggunakan namanya sendiri dan menerbitkan house bill of lading.

Organisasi FIATA menghimbau agar freight forwarder lebih baik menerbitkan FIATA multimodal transport bill of lading.

Dengan konsolidasi muatan, keuntungan didapat oleh semua pihak, baik eksportir dan shipper (mendapat keuntungan karena membayar freight rate lebih rendah), pengangkut (mendapat keuntungan karena tidak perlu menangani masing – masing kiriman yang hanya memakan waktu dan tenaga), maupun freight forwarder (mendapat keuntungan dari biaya dan freight rate sebagai muatan terkonsolidasi menjadi lebih murah dibandingkan apabila mengapalkan masing – masing kiriman).

(22)

commit to user

Belum adanya peraturan secara internasional atau keseragaman dokumentasi dari freight forwarder, namun FIATA berusaha menyeragamkan dokumentasi yang akan dipakai oleh freight forwarder dan pelanggannya, yaitu:

1. Dokumen yang diterima dari pelanggan

Jenis dokumen yang diterima dari pelanggan adalah:

a. FIATA Forwading Instruction (FFI) atau ShipperInstruction Dengan cara ini, terjadi kontrak antara freight forwarder dengan pelanggan untuk membawa barang dari tempat langganan ke tujuan.

b. FIATA SDT (Shipper Declaration of Dangerous Goods)

Dipakai bila akan mengirim barang berbahaya. Forwarder tidak bertanggung jawab apakah pengisian FIATA SDT ini betul atau tidak.

2. Dokumen yang diberikan kepada pelanggan

Dokumen yang diberikan kepada pelanggan adalah:

a. FIATA FCR (Forwarder Certificate of Receipt)

Dokumen ini menyatakan bahwa forwarder sanggup mengirim barang kepada consignee di tempat tujuan setelah barang diterima.

b. FIATA FCT (Forwarder Certificate of transport)

Perjanjian dari forwarder untuk mengangkut barangnya ke tempat tujuan melalui agen yang ditunjuk oleh forwarder. FCT ini dapat segera diterima oleh consignee setelah barang sudah berada di

(23)

commit to user

tangan forwarder, namun FIATA FCT sekarang jarang digunakan karena sudah ada FBL.

c. FBL Negotiable FIATA Combined Transport Bill of Lading

Dokumen pengangkut multimoda yang digunakan secara umum oleh multimodal transport operator dan dapat diperdagangkan.

d. FWR (FIATA Warehouse receipt)

Tanda terima gudang yang dipakai dalam operasi di gudang freight forwarder. FWR ini tunduk pada hukum di mana gudang berada dan beroperasi sesuai layaknya peraturan umum perdagangan.

e. House Bill of Lading / House Air Waybill

Dokumen-dokumen ini diperlukan untuk beroperasi konsolidasi House Bill of Lading dipakai untuk pengangkutan di laut sedangkan House Air Waybill untuk angkutan udara. Belum ada pengangkutan dari ICC.

D. Pengertian EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut)

Menurut pendatat Suyono (2005) EMKL adalah usaha pengurusan dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan muatan yang berasal dari kapal.

EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) adalah perusahaan yang didang usahanya secara kusus adalah dalam bidang ekspedisi muatan kapal laut. (Hutabarat, 1992)

(24)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpuklan bahwa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengurusan dokumen dan ekspedisi muatan kapal laut.

Untuk pengurusan ini, EMKL mendapat kuasa secara tertulis dari pemilik untuk mengurus barangnya. Di pelabuhan muat, EMKL akan membantu pemilik barang membukukan muatan pada agen pelayaran, mengurus dokumen dengan Bea Cukai dan instansi terkait lainnya dan membawa barang dari gudang pemilik barang ke gudang di dalam pelabuhan. EMKL bergerak sesuai SK Menhub No. KM 82/ AL 305/

PHB-85. Di pelabuhan bongkar, EMKL membantu pemilik barang mengurus pemasukan barang dengan Bea Cukai, menerima muatan dari pelayaran dan membawa barang dari pelabuhan ke gudang pemilik barang.

Dan atas jasanya, EMKL menerima imbalan berupa uang (Suyono, 2005).

E. Kepabeanan

Menurut PPEI (2011) kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

Daerah pebean menurut PPEI (2011) adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang ini.

(25)

commit to user

Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada dipengawasan Direktorat Jenderal Bea Cukai (PPEI, 2011).

Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai sesuai dengan ketentuan undang-undang ini (PPEI, 2011).

Menurut PPEI (2011) Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan dibidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan undang-undang ini.

Menurut PPEI (2011) Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

Tabel 2.1

Menurut PPEI (2011) peraturan kepabeanan bidang ekspor, yaitu:

Nomor Peraturan Jenis peraturan UU Nomor:

17/2006

Perubahan atas undang-undang no.10 tahun 1995 tentang kepabeanan

PMK Nomor:

145/PMK.04/2007

Ketentuan kepabeanan di bidang ekspor PMK Nomor:

155/PMK.04/2008

Pemberitahuan pabean Perdirjen BC Nomor:

P-41/BC/2008

Pemberitahuan pabean ekspor, telah diubah dengan P-07/BC/2009

Perdirjen BC Nomor:

P-40/BC/2008

Tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor, telah diubah dengan P-06/BC/2009 dan P- 30/BC/2009

PMK Nomor:

214/PMK.04/2008

Pemungutan bea keluar (juklak dari PP nomor 55tahun 2008)

(26)

commit to user

Khusus untuk barang-barang impor memerlukan penanganan jalur masuk yang dibagi menjadi beberapa jalur masuk yakni:

1. Jalur Hijau

Jalur Hijau adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) (Dimyati, 2011).

Seo ran g importir ditetapkan m elalui jalur hijau ini karena menurut pejabat bea cu kai, s eorang importir sudah mengikuti semua peratu ran yang berlaku.Penentuan jalur h ijau in i berdas arkan beberapa hal Importir termasuk dalam kategori resiko rendah dan komiditi-komoditi yang beresiko rendah.

2. Jalur Merah

Jalur Merah adalah mekanisme pelayanan dan pengawas an p engeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokum en sebelum penerb itan SPPB (Dimyati, 2011).

Barang dan dokumen harus dilakukan pemeriksaan s ecara menyelu ruh. Beberapa hal yan g meny ebab kan sebuah peti kem as terkena behandle atau jalu r merah adalah :

a. Ketidak sesuaian antara dokumen dengan barang.

b. NHI yang diterbitkan Bea Cukai karena ada laporan dari intelegen Bea Cukai bahwa barang yag di muat dicurigai.

(27)

commit to user

c. Importir yang termasuk dalam kategori resiko tinggi.

d. Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

e. Terkena pemeriksaaan acak.

f. Importir baru

g. Barang re-impor

Untuk jalur merah dilaku kan pem eriksaan dokum en dan fisik b arang.Dalam kasus NHI (Nota Hasil Intelegen) dilakukan pemeriksaan barang dan do kumen secara m enyeluruh. Dikarenakan suatu barang terkena jalur merah maka importir akan diberikan SPJ M (Su rat Pemberitahuan Jalur Merah) sehingga baran gnya tid ak bisa keluar sebelum dilakukan proses behandle .

3. Jalur Kuning

Jalur Kuning adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB (Dimyati, 2011).

Seorang importir yang termasuk ke dalam jalur kuning ini fisik barangnya tidak akan diperiksa, namun atas penetapan jalur kuning ini dapat dilakukan pemeriksaan fisik barang melalu i mekanisme penerbitan NHI (Nota Hasil Intelejen) berdasarkan informasi dari pejabat pemeriksa dokumen.

(28)

commit to user

Beberapa hal yang menyebabkan seorang importir termasuk dalam jalur kuning :

a. Importir yang termasuk dalam kategori resiko tinggi yang mengimpor barang bersesiko rendah,

b. Importir jalur MITA yang mengimpor barang beresiko tinggi.

4. Jalur Mitra Utama (MITA)

Berbeda dengan penetapan jalur yang telah diuraikan diatas, terhadapimportir dengan reputasi sangat baik diperlakukan khusus tidak dilakukanpemeriksaan pabean.Penetapan jalur atas importer tersebut dikenal denganjalur MITA.Jalur MITA ini d ikategorikan menjadi dua yaitu :

a. Jalur MITA Prioritas

Jalur MITA Prioritas adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor oleh importir Jalur Prioritas, dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan Penelitian dokumen(Dimyati, 2011)

b. Jalur MITA Non Prioritas

Jalur MITA Non Prioritas adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor oleh importir Jalur Prioritas, dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen, kecuali dalam hal:impor sementara,re-impor, terkena random (Dimyati, 2011).

(29)

commit to user

Perbedaan antara jalur MITA Prioritas dengan MITA Non Prioritas adalah Jalur MITA Non Prioritas masih dimungkinkan ditetapkan jalur kuning maupun pemeriksaan fisik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai importir jalur MITA (Mitra Utama), importir harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai pola bisnis yang jelas.

b. Memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk menjaminkeakuratan data yang disajikan.

c. Memiliki track record (rekam jejak) keakuratan pemberitahuan pabean/cukai yang baik.

d. Selalu dapat memenuhi ketentuan perizinan dan persyaratan impor dan ekspor dari instansi terkait.

e. Dapat berhubungan dengan sistem jaringan elektronik Bea Cukai

F. Pengertian Kawasan Berikat

Menurut Daud (2011) kawasan berikat (bonded zone) adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah Pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean, yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea, cukai dan / atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau reimpor.

(30)

commit to user

Fungsi kawasan berikat (bonded zone) antara lain:

1. Pengolahan (processing) meliputi kegiatan dari tingkat processing maupun manufacturing yaitu segala kegiatan produksi yang mengubah secara fisik atau organik sesuatu jenis barang menjadi produk atau barang yang baru, dengan bahan baku maupun bahan penolong yang berasal dari luer negeri maupun dari dalam negeri.

2. Penggudangan meliputi kegiatan penyimpanan, penimbunan, peletakan termasuk pengemasan barang yang dalam hal ini dilakukan oleh Pengusaha Kawasan Berikat (bonded zone).

3. Sebagai tempat untuk mendekatkan barang kepada konsumen.

Suatu wilayah Pabean Indonesia dapat ditetapkan sebagai Kawasan Berikat (bonded zone) apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mempunyai atau menyediakan sarana dan prasarana untuk dapat melakukan fungsi kawasan berikat tersebut di atas.

2. Merupakan wilayah yang memiliki batas tertentu dan jelas.

3. Batas-batas kawasan berikat (bonded zone) dan setiap perubahannya termasuk perluasannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Adapun contoh Kawasan Berikat (bonded zone) yang ada di Indonesia yaitu:

1. Kawasan Berikat (bonded zone) PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero), ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 16 Tahun 1986 Tanggal 06 Mei 1986.

(31)

commit to user

2. Wilayah usaha Bonded Wherehouse di Daerah Pulau Batam, ditetapkan berdasarkan: Keputusan Presiden Republik Indonesia No.

33 Tahun 1974, kemudian diubah dan ditambah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.41 Tahun 1987 dan No. 56 Tahun 1984.

G. Pengertian Sistem EDI (electronic data interchange)

Menurut Suyono (2005) Sistem EDI (electronic data interchange) adalah pertukaran dokumen dan data melalu i komputer yang dilakukan oleh perusahaan–perusahaan yang sudah saling kenal dan percaya dalam perdagangan.

Sistem EDI digunakan dalam penyelesaian dokumen kepabeanan, mempermudah dan mempercepat prosedur bea cukai disamping dapat memberikan data terakhir statistik untuk perdagangan dan bea cukai. EDI juga mempercepat kelancaran arus barang melelui pelabuhan dengan menata kembali prosedur bea cukai agar mudah dan lancar.

Secara umum, muatan impor juga menjadi lebih lancar dan pemakaian peralatan juga lebih optimal. Untuk muatan ekspor juga akan lebih mudah karena tidak akan lama berada di pelabuhan. Di pelabuhan utama di Indonesia, pembuatan PIUD secara elektronis sangat membantu untuk kelancaran arus barang.

(32)

commit to user

Gambar 2.2

Pendaftaran PEB Dengan Sistem PDE Sumber: (Sarjiyanto, 2012)

Kewajiban Eksportir

1. Eksportir menyiapkan PEB (Cusdec) dengan mempergunakan program aplikasi PEB, berdasarkan data dokumen pelengkap pabean dengan lengkap dan benar.

2. Eksportir bertanggung jawab atas kebenarannya.

Komputer Kantor Pabean melakukan kegiatan penelitian : 1. Kelengkapan & Kebenaran pengisian data PEB.

2. Kebenaran perhitungan dan pelunasan PE dalam hal barang ekspor terkena PE.

3. Pos Tarif barang ekspor yang terkena PE dan diatur, d iawasi, atau dilarang ekspornya.

4. Jenis barang ekspor termasuk barang yang akan diimpor kembali, diekspor kembali dan mendapat kemudahan ekspor.

(33)

commit to user

Gambar 2.3 Hasil penelitian dokumen Sumber: (Sarjiyanto, 2012)

Persetujuan Ekspor 1. Diterbitkan Dalam hal :

a. Tidak dilakukan Pemeriksaan Fisik

b. Pemeriksaan Fisik dilakukan di Luar atau Dalam Kawasan Pabean dengan hasil pemeriksaan “Sesuai”

c. Telah mengajukan Dokap yang dipersyaratkan 2. Dibuat rangkap 3 (Eksportir, TPS, Pengangkut)

3. Berlaku sebagai dokumen pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean

4. Barang ekspor yang telah mendapat Persetujuan Ekspor yang telah ditandatangani Pejabat/Pemeriksa dan Petugas Pengawasan Stuffing

(34)

commit to user

yang telah dimuat atau akan dimuat di SP diperlakukan sebagai barang ekspor

Referensi

Dokumen terkait

• (6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumberbelajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar

Inggris computer security atau dikenal juga dengan sebutan cybersecurity atau IT security adalah keamanan infromasi yang diaplikasikan kepada komputer dan

Undang-undang RI nomer 47 tahun (2008), pasal 9 ayat 1 tentang pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang

Oleh karena itu, perlu dibuat patty nabati yang dapat mengganti protein daging, yaitu patty dengan bahan baku tempe kedelai dan tepung kacang hijau serta

Menurut Lofland (1984:47) dalam Moleong (2014) menjelaskan, data utama dalam penelitian kualitataif ini berupa kata, tindakan, dan data tambahan serta dokumen

[r]

Perikatan ini telah menjaminkan bahawa kepentingan asing tidak digugat,susunan ekonomi Malaya yang diwarisi dari zaman penjajahan tidak akan berubah

adalah pemberlakuan pajak yang sangat tinggi kepada masing-masing kepala keluarga terutama petani yang setiap tahunnya menghasilkan tanaman padi dan gandum.