SKRIPSI
Oleh:
Bestian Hutama Putr a 0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Oleh:
Bestian Hutama Putr a 0912010188/ FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013
Yang diajukan
Bestian Hutama Putr a 0912010188/ FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE, MM Tanggal :... NIP. 1963 09241 989031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
SKRIPSI
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Yang diajukan
Bestian Hutama Putr a 0912010188/ FE / EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin N. SE,MM Tanggal :... NIP. 1963 09241 989031001
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS NIP.196003301986031003
Disusun Oleh :
BESTIAN HUTAMA PUTRA 0912010188/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur PadaTanggal 17 Desember 2013
Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama Ketua
Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM Dr. Dhani Ichsanuddin N. MM NIP. 196309241989031001 NIP. 196309241989031001
Sekr etaris
Dr a.Ec. Siti Aminah, MM NIP. 196107121988032001
Anggota
Dr s.Ec. Pandji Sugiono, MM NIP. 196410231990031002 Mengetahui
DekanFakultasEkonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimurDekanFakultasEkonomi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Fundamental Pada Index Saham Gabungan Pada Real Estate Dan Property Yang Go Publik Di BEI”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Kepada kedua orangtuaku dan adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, November 2013
iii DAFTAR ISI
Ha laman
KATA PE NGANTAR……… i
DAFTAR ISI……… iii
ABSTRAK……… x
BAB I : PENDAHULUAN………... 1
1.1. Latar Belakang………...….. 1
1.2. Perumusan Masalah………..….. 8
1.3. Tujuan Penelitian……….………... 8
1.4. Manfaat Penelitian... 9
BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA ………. 10
2.1. Penelitian Terdahulu……….. 10
2.2. Landasan Teori………….……….. 12
2.2.1. Manajemen Keuangan………..………...… 12
2.2.2. Tingkat Inflasi…...………... 13
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah…………...………... 16
2.2.3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah…...………. 16
2.2.3.2. Penentuan Nilai Tukar……….………. 18
2.2.4. Tingkat Suku Bunga...……..………... 19
2.2.5. Indeks Harga Saham Gabungan……….………..…..… 21
2.2.5.1. Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan………..……….... 21
2.3. Pengaruh Fundamental Terhadap Index Harga Saham Gabungan ...….. 22
2.3.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Harga Saham Gabungan.……… 23
2.3.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.. 24
2.3.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 25 2.4. Kerangka Konseptual…..………..………….. 26
2.5. Hipotesis………..………...………. 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN..………….………. 28
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….……….…. 28
3.2. Teknik Penentuan Sample……….……..………. 29
3.2.1. Populasi……….………. 29
3.2.2. Sampel……….………... 29
3.3. Teknik Pengumpulan Data…….……… 30
3.3.1. Jenis Data……….……….. 30
3.3.2. Pengumpulan Data..…….……….. 31
3.4. Uji Normalitas………...………. 31
v
3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis……….. 33
3.6.1. Teknik Analisis……… 33
3.6.2. Uji Hipotesis……… 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 36
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 36
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……… 45
4.2.1. Tingkat Inflasi (X1)……….. 45
4.2.2. Nilai Tukar Rupiah (X2)……….. 46
4.2.3. Tingkat Suku Bunga (X3)……… 48
4.2.4. Index Harga Saham Gabungan (Y)……….. 49
4.3. Uji Normalitas……… 51
4.3.1. Uji Asumsi Klasik……….. 54
4.4. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis……… 56
4.4.1. Hasil Analisis Regresi Berganda……… 56
4.4.2. Uji F (Uji Kecocokan Model)……… 58
4.4.3. Uji T………. 59
4.5.2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 61
4.5.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 63
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….…………. 66
5.1. Kesimpulan………... 66
5.2. Saran………. 66
DAFTAR PUSTAKA
PENGARUH FUNDAMENTAL PADA INDEX SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN
PROPERTY DI BEI
Bestian Hutama Putr a
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah ditentukan. tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi terhadap index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI. b.Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI. c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index harga saham gabungan pada Perusahaan real estate dan property yang Go Public
di BEI..
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009-2011 sebanyak 17 perusahaan. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukanVariabel tingkat inflasi memiliki kontribusi negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI. Variabel nilai tukar rupiah memiliki kontribusi negatif terhadap IHSG perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI. Variabel tingkat suku bunga memiliki kontribusi positif terhadap IHSG perusahaan property dan real estate yang go publik di BEI.
Keywords: Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga, IHSG
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia industri telah mengalami pasang surut. Perkembangan industri juga diikuti kebutuhan dana yang besar sehingga industri harus mencari sumber dana guna melakukan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Alternatif ini merupakan alternatif yang lebih mudah dan murah jika dibandingkan sumber pendanaan lain misalnya melakukan peminjaman atau utang pada pihak lain.
Seorang investor selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang akan dibelinya (Oksiana, 2007). Faktor-faktor tersebut adalah
2
Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham (Mohamad, 2006:201). Ketika tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Tingginya tingkat suku bunga menyebabkan orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun yang terlihat pada indeks harga saham gabungan.
Nilai tukar (exchange rate) juga merupakan faktor makro ekonomi lainnya yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Menurut Eduardus (2001:214) penguatan kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Hal tersebut dikarenakan penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Sedangkan ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam kondisi yang kurang baik sehingga investor pun akan berpikir dua kali dalam berinvestasi pada saham karena hal tersebut terkait dengan keuntungan atau hasil yang akan mereka dapatkan. Berkurangnya demand akan saham menyebabkan harga saham menjadi turun.
Industri property and real estate merupakan industri yang bergerak dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum. Pasar properti secara umum dibagi menjadi tiga yaitu, residental property, yang meliputi apartemen,
perumahan, dan bangunan multiunit; commercial property, yaitu properti yang dirancang untuk keperluan bisnis, misalnya gedung penyimpanan barang dan areal parkir; dan industrial property, yaitu properti yang dirancang untuk keperluan industri, misalnya bangunan-bangunan pabrik. (Kusumaningrum,2012).
Hampir semua negara termasuk Indonesia, sektor industri property dan
real estate merupakan sektor dengan karakteristik yang sulit untuk diprediksi dan berisiko tinggi. Sulit diprediksi disini artinya, pasang surut sektor ini memiliki
amplitude yang besar yaitu, pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, industri property and real estate mengalami booming dan cenderung over supplied, namun sebaliknya pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, secara cepat sektor ini akan mengalami penurunan yang cukup drastis pula. Industri sektor property dan real estate dikatakan juga mengandung risiko tinggi, hal ini disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada umumnya diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi utang tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan kedalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak pengembang (developer) tidak dapat melunasi utangnya pada waktu yang telah ditentukan.
4
rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntun dari kredit perumahan itu membuat beberapa perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga perusahaan lain di seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Sebagai negara yang merupakan pusat ekonomi dunia, efek beruntun perlambatan ekonomi AS tadi sangat mempengaruhi kinerja pasar uang dunia.
Inflasi adalah adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang barang lainnya. Samuelson (1995: 572) menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya (Sadono Sukirno, 2002: 15). Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga saham gabungan.
Sektor properti sebagai salah satu sektor yang penting di Indonesia. merupakan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara. Industri properti juga merupakan sektor yang pertama memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian sebuah negara (Santoso, 2005). Selain alasan tersebut, diambilnya sektor ini sebagai objek penelitian karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang volatilitasnya cukup tinggi.
Selain volatilitas harga saham yang tinggi, sektor properti juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro. Dampak krisis global bisa saja akan kembali mempengaruhi bisnis properti Indonesia seperti yang terjadi pada tahun 1998. Kekhawatiran ini mulai muncul sejak tahun 2003 ketika ekspansi bisnis properti begitu tinggi. Pembangunan ruko, apartemen, mal dan pusat perbelanjaan mengalami perkembangan yang signifikan, tak hanya di Jakarta namun juga di beberapa kota besar lainnya. Pada perkembangannya, membaiknya kondisi ekonomi membuat pertumbuhan bisnis properti nasional khususnya sejak 2003 menjadi sangat tinggi.
Hal ini terlihat pada indeks saham sektor properti dan real estate dari tahun 2007-2011 pada gambar dibawah ini.
Tabel 1.1. Data IHSG perusahaan Property dan Real estate Tahun 2009-2011
6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak terjadi penurunan tingkat IHSG saham pada periode 2009-2011, hal tersebut dikarenakan terjadinya krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yang berimbas terhadap perekonomian Indonesia. Tetapi untuk periode berikutnya setiap perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dimana harga saham di pasar bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh lama terhadap masyarakat yang menginvestasikan modalnya di industri properti dan real estate dikarenakan harga tanah yang cenderung meningkat. Penyebabnya adalah supply tanah yang bersifat tetap, sedangkan demand akan selalu besar seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dengan ketidakpastian hal tersebut, seorang investor yang akan menanamkan modalnya pada sektor properti dan real estate, harus menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan yang akan dipilihnya, hal ini dapat dilihat dari salah satu rasio keuangan, yaitu profitabilitas. Semakin tinggi rasio profitabilitas (ROI) suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula nilai kinerja perusahaan tersebut, hal ini menyebabkan kemungkinan terjualnya saham-saham perusahaan tersebut. Semakin banyak jumlah lembar saham yang terjual akan semakin tinggi juga harga saham perusahaan. Hal ini menyebabkan return (tingkat pengembalian) saham atas modal yang ditanamkan oleh investor dalam bentuk
capital gain akan semakin besar pula. Artinya investor tersebut dapat menanamkan dananya dalam bentuk saham.
Eduardus Tandelilin (2001: 214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beli uang. Secara tidak langsung inflasi mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.
8
Berdasarkan uraian fenomena diatas , maka penelitian ini mengambil judul “ Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar rupiah, Tingkat Suku Bunga Terhadap Index Saham Gabungan, Real Estate, dan Property yang Go Public Di BEI ”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah inflasi berpengaruh terhadap index harga saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI? b. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap index harga saham
gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI?
c. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap index harga saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa pengaruh inflasi terhadap index harga saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI.
b. Untuk menganalisa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap index harga saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI.
c. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap index harga saham gabungan pada perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai index harga saham gabungan perusahaan real eatate dan property melalui analisis laporan keuangan kepada investor perusahaan-perusahaan yang memiliki peluang untuk menanamkan modalnya.
2. Bagi Peneliti
10 BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah dilakukan oleh :
a. Herawati dan Amin,(2012)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011”. Penelitian ini bertujuan :
1). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara simultan tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI.
2). untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh secara parsial tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR) dan indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi linier berganda.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
1). Tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai kurs U.S dollar (USD/IDR), Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh secara simultan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh keempat variabel independen tersebut adalah sebesar 62%, sedangkan sisanya sebesar 38% mungkin dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini, seperti harga minyak dunia, harga emas, harga euro, dan lainnya.
2). Tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap terhadap IHSG.
3). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap IHSG.
4). Nilai kurs dollar AS terhadap rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG.
5). Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG.
6). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh paling dominan terhadap IHSG dibandingkan dengan variabel independen yang lain.
b. Adisetiawan, (2009)
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Hubungan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”. Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
12
2). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara suku bunga SBI dengan IHSG
3). untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan IHSG.
Berdasarkan rumusan yang diajukan dan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1). terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
3). tidak terdapat hubungan timbal balik yang signifikan antara antara inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Keuangan
Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya memiliki dasar yang sama. Riyanto (2001:4) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.
Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan. Sebagai contoh perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional tersebut.
Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan tentang (Suad Husnan, 2000) :
1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi 2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan 3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Bila nilai utang berubah maka struktur modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting bagi manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan dan lingkungan keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan keuangan merupakan faktor-faktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.
2.2.2. Tingkat inflasi
14
yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut yaitu:
a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:
a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup.
b) Produsen price index (PPI), indeks yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan setengah jadi.
c) Gross National Product (GNP) deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda dengan dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP.
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Menurut JM Keynes (2005), tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap uang. Ada tiga tujuan dari permintaan terhadap uang yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Jumlah uang yang diperlukan untuk transaksi ditentukan oleh pendapatan nasional sedangkan yang diperlukan untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Berdasarkan sifatnya Muana Nanga (2001: 251) membagi inflasi ke dalam tiga tingkatan yaitu :
1. Inflasi Sedang (Moderate Inflation) Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju inflasi yang lambat dan waktu yang relatif lama.
16
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali.
Masyarakat tidak lagi punya keinginan untuk menyimpan uang kerena nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Sedangkan Mc Eachern (2000: 133) membagi jenis inflasi berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Demand Pull Inflation Terjadinya kenaikan harga secara berkelanjutan disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat.
2. Cosh Push Inflation Harga terus menerus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah
2.2.3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch, et.al., 2008 : 46). Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot).
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001)
Nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveler's check, dimana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
18
mendorong investor berinvestasi di pasar uang. Dan sebaliknya apabila nilai mata uang asing turun terhadap mata uang dalam negeri maka maka harga saham akan naik disebabkan turunnya mata uang mendorong investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2.2.3.2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
2. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar, lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2.2.4. Tingkat Suku Bunga
2.2.4.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang
Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.
20
2.2.4.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang risikonya nol atau paling kecil. Hasil penelitian Haryanto (2007) membuktikan bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank Indonesia maka semakin besar risiko sistematik saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan patokan dalam menentukan besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya suku bunga SBI mengandung risiko lesunya ekonomi. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi di pasar modal.
2.2.4.3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.
4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai = --- 360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %. 7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).
8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
2.2.5. Index Harga Saham Gabungan
2.2.5.1. Pengertian Index Harga Saham Gabungan
22
1. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). 2. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut.
3. Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
5. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing-masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya
2.3. Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Index Harga Saham Gabungan
2.3.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Index Har ga Saham Gabungan Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu / dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan)
sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 2005: 155). Bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah barang secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya.
Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks harga saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal.
Kenaikan nilai inflasi akan mempengaruhi pergerakan nilai saham (IHSG). Jika inflasi tinggi misalnya akan mengakibatkan turunnya kepercayaan investor terhadap kondisi pasar modal sehingga akibatnya para investor akan melakukan penarikan dananya dalam investasi yang membuat nilai saham jadi turun. Turunnya nilai saham akan berakibat pada ruginya investor yang bisa beimbas pada capital outflow ke pasar uang ataupun ke pasar modal luar negeri (Wijaya,2007).
24
2.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Ter hadap Index Harga Saham Gabungan
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi
jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Ter hadap Index Harga Saham Gabungan
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkan pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan IHSG juga turun (Samsul, 2006) dalam Adisetiawan,(2009).
26
Menurut Reilly and Brown (1997) dalam Achmad (2009) suku bunga adalah harga atas dana yang dipinjam. Sedangkan menurut Bodie, Kane & Marcus (2006: 180) mengatakan bahwa suku bunga merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi. Jika suku bunga turun maka orang akan cendrung memilih untuk berinvestasi jangka panjang, sedangkan ketika suku bunga mengalami kenaikan maka orang akan cendrung menunda melakukan investasi jangka panjang. Sedangkan menurut Mohamad (2006: 201), kenaikan tingkat bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito.
2.4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, hipotesa yang diajukan dan landasan teori yang ada akan diuji, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Tingkat Inflasi (X1)
Nilai tukar rupiah (X2)
Tingkat Suku Bunga (X3)
Index Harga Saham Gabungan (Y)
2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, landasan teori yang digunakan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG perusahaan
real estate dan property yang Go Public di BEI.
b. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG perusahaan real estate dan property yang Go Public di BEI.
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan dan pengertian variable-variable dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Variable adalah suatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau gejala yang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan tiga variable bebas (independent variable),
dan satu variable terikat (dependent variable). Berdasarkan uraian diatas, maka variable – variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (X)
Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah:
1. Tingkat Inflasi (X1). Tingkat Inflasi adalah perubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 1 Januari 2009– 31 Desember 2011 yang dihitung tiap bulan dalam satuan %.
2. Nilai tukar rupiah (X2). Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar yang digunakan
adalah kurs rupiah terhadap dollar yang dihitung berdasarkan kurs
tengah yang dihitung berdasarkan kurs jual dan kurs beli diatur oleh
Bank Indonesia.
3. Tingkat suku bunga (X3). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen.
4. Index harga saham gabungan (Y) (IHSG) Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) adalah indeks harga yang merupakan gabungan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pengukuran yang dilakukan adalah dalam satuan poin.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Subagyo, 2000: 107). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2.2. Sampel
30
1. Perusahaan real estate dan property yang mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap di BEI selama periode penelitian yaitu 2009-2011.
2. Perusahaan real estate dan property yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI sejak tahun 2009-2011.
3. Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI sejak 2009-2011.
Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas maka sampel dalam penelitian ini sebesar 17 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009-2011.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi data keuangan dan data non keuangan perusahaan real estate dan properti yang go publik di BEI tahun 2009-2011.
3.3.2. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah : a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dan dokumen perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang catatan perusahaan dan literatur-literatur pendukung yang berkaitan dengan penelitian.
3.4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, (Sumarsono, 2002:40). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.
Sampel yang diteliti dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih besar daripada tingkat kesalahan yang ditetapkan (α = 0,05). Jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih kecil daripada tingkat kesalahan yang ditetrapkan (α = 0,05), maka sampel yang diteliti berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
3.5. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi. Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias itu sendiri adalah :
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan buku terhadap α dan β
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran 3. Unbiassed : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksiran parameter
diperoleh dari sampel besar kira - kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya
32
Untuk menghasilkan model persamaan regresi yang BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator) maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang disebut : 1) Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (DW test) dibantu dengan membandingkan nilai pada table statistic d dari Durbin Watson yang menggunakan derajat kepercayaan 0,05. Ghozali, Imam. (2001 : 61).
2) Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji rank spearman yaitu dengan membandingkan antara residu dengan seluruh variabel bebas. Menurut (Santoso, 2002 : 301) deteksi adanya heterokedastisitas adalah :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
3) Multikolinieritas
Multikoliner adalah terjadinya hubungan linier antar variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada hubungan linier antar variabel bebas, maka persamaan regresi linier berganda tersebut terjadi multikolinier. Menurut (Singgih Santoso,(2002 : 206), untuk mendeteksi atau pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Mempunyai nilai VIF kurang dari angka 10. b. Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1. 3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis
Data yang diperoleh kemudian disusun kembali, dikelompokkan dengan tujuan analisis. Setelah dikelompokkan kemudian diolah sesuai dengan diagram kerangka pikir. Analisis regresi dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel kedalam fungsi regresi. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Untuk mencari model terbaik atau fit, dilakukan dengan Regresi Bertahap dengan persamaan: Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan :
Y = Indeks harga saham gabugan (IHSG) X1 = Tingkat inflasi
34
b0 = Konstanta atau Intercep
b1, b2, b3, = Koefisien Regresi Variabel X1,X2,X3, e = Standart error
3.6.2. Uji Hipotesis
Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah :
1. Uji hipotesis yang pertama adalah Uji F, Untuk memprediksi keakuratan atau kecocokan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – k), dimana n : jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel. b. Kriteria Keputusan :
Uji Kecocokan Model ditolak jika α > 0,05 Uji Kecocokan Model diterima jika α < 0,05
2. Uji hipotesis yang kedua adalah Uji t, untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :
a. Ho : β1.... β4 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat)
Ha : β1.... β4 ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat)
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – k), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.
c. Dengan uji t signifikansi :
( )
i i h signifikansi ββ
se
t it = ……… (Anonim, 2003: L-21).
Keterangan :
t hit = hasil t perhitungan
i
β = koefisien regresi
se = standart error βi d. Kriteria pengujian :
1. Apabila tingkat signifikasi > 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. Apabila tingkat signifikan < 0,05 maka Ho diterima dan Hi ditolak,
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian 1. PT. Alam Sutera Realty Tbk
PT. Alam Sutera Realty Tbk didirikan dengan nama PT. Adhihutama Manunggal tanggal 3 November 1993 dan mulai kegiatan operasional dengan pembelian tanah dalam tahun 1999. Kantor pusat terletak di Wisma Argo Manunggal, Lt. 18, Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 22, Jakarta 12930.
Pada tanggal 7 Desember 2007, perusahaan ini memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.142.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100,- per saham dan harga penawaran sebesar Rp 105,- per saham. Pada tanggal 18 Desember 2007, saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
2. PT. Bakrieland Development Tbk
PT. Bakrieland Development Tbk (Persero) adalah perusahaan publik (code: ELTY) yang bergerak dalam bidang usaha Real Estate dan Property yang berhubungan dengan infrastruktur. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 12 Juni 1990 dengan nama PT. Puri Lestari Indah Pratama dan pada perkembangannya, perusahaan ini telah melakukan beberapa kali pergantian nama yaitu pada bulan Desember 1994 menjadi PT. Elang Reality dan pada bulan Mei 1997 menjadi PT.
Bakrieland Development Tbk. Kantor pusat perseroan terletak di Wisma Bakrie – BLD, Jl. Warung Buncit Raya No. 17, Jakarta 12740.
3. PT. Ciputra Devellopment Tbk
38
menjadi bagian dari superblok ini. Perseroan akan senantiasa teguh kepada komitmen dan dedikasinya untuk terus menjadi yang terdepan dan terbaik dalam mengembangkan hunian dan perkantoran di tengah kota, yang tidak hanya nyaman dan aman, tetapi juga berkelas dan inovatif
4. PT Ciputr a Property Tbk
Perusahaan berdiri pada tanggal 22 Desember 1994 di Jakarta dengan nama awal PT. Citraland Property dan kemudian berubah menjadi PT. Ciputra Property Tbk pada tanggal 5 Maret 1997. Pada 7 November 2007, perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Komitmen dan dedikasi perusahaan untuk terus menjadi yang terdepan dan terbaik dalam mengembangkan hunian yang beralokasi di tengah kota, nyaman, aman, berkelas dan inovatif tanpa melupakan kode etik dan panduan berperilaku sesuai prinsip perusahaan akan senantiasa menjadi konstribusi nyata melalui pengelolaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
5. PT. Cowell Development Tbk
PT. Cowell Development Tbk didirikan pada tanggal 25 Maret 1981 dengan nama PT. Internusa Artacipta dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1981. Kantor pusat beralokasi di Graha Atrium Lt.6, Jl. Senin Raya No. 135. Jakarta Pusat. Dan COWL memiliki property yang terletak di Kec. Serpong. Tangerang. Pada tanggal 10 Desember 2007 COWL memperoleh pernyataan dari Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham COWL kepada masyarakat sebanyak 250.000.000 dengan nilai nominal Rp 100,- per saham dengan harga penawaran Rp 130,- per saham dan disertai sebanyak
150.000.000 Waran Seri I. Waran seri I tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 19 Desember 2007.
6. PT. Duta Anggada Realty Tbk
PT. Duta Anggada Realty didirikan pada tahun 1983. Perusahaan ini bergerak pada pembangunan, penjualan, pembelian serta penyewaan fasilitas perumahan, apartemen, perkantoran, pusat pembelanjaan, dan fasilitas parker. Sebagian besar proyek yang dilakukan tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Denpasar, Bali. Tidak hanya itu, anak perusahaannya pun bergerak di bidang lainnya seperti bidang investasi dengan menggunakan nama Duta Anggada Internasional B.V, PT. Grahabakti Abadi, DAR Invesment Corporation. Sampai saat ini Duta Anggada memiliki 740 karyawan tetap. Perseroan ini melakukan IPO (Initial Public Offering) pada bulan Mei 1990 sebanyak sepuluh juta saham dengan harga Rp 7500,- pada waktu tersebut. Komposisi pemegang saham PT. Duta Anggada Realty Tbk adalah PT. Duta Anggada sebesar 19,81%, PT. Hayam Wuruk Sakti 9,71%, PT. Gunung Sewu Kencana 8,49%, PT. Wahana Mulya Karya Mandiri 2,41%, PT. Gunung Sewu Sakti 0,32% Cooperatives 0,80% dan public 58,73%. Kantor pusat perseroan berada di Chase Plaza 21st floor Jl. Jendral Sudirman Kav, 21 Jakarta 12910.
7. PT. Duta Pertiwi Tbk
40
Court Apartement, Wisma Eka Jiwa, Taman Duta Mas, Taman Permata Buana, dan Taman Bandar Wijaya. Grup Duta Pertiwi juga memliki serta mengoperasikan Hotel Dusit Mangga Dua dan Hotel Dusit Balikpapan. Grup ini pun turut membangun proyek perumahan baru dengan nama Grand Wisata dan Taman Permata Buana di Selatan Jakarta. Perseroan ini melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 22 November 1994 dengan melepas sebanyak dua ratus juta lembar saham dengan harga Rp 3150,- pada waktu itu.
Susunan pemegang saham PT. Duta Pertiwi Tbk adalah: PT. Ekacentra Usahamaju 50,45%, PT. Paraga Artamida 14,50%, PT. Sinar Mas Tunggal 0,34% dan public sebesar 34,71%. Kantor Pusat perseroan berada di ITC Mangga Dua Lt. 7-8 Jl. Manga Dua Raya Jakartaa 14430.
8. PT. Gowa Makasar Tourism Development Tbk
PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk diidirikan pada tanggal 14 Mei 1991 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 21 Juni 1997. PT. Gowa Makasar Tourism Development Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan pengembangan real estate dan property. Pada tahun 2000, GMTD memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GMTD kepada masyarakat sebanyak 35.538.000 dengan nilai nominal Rp 500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Desember 2000.
Kantor pusat GMTD beralokasi di jalan Metro Tanjung Bunga Kav. 3-5 Makassar, Sulawesi Selatan.
9. PT. Indonesia Prima Pr operty Tbk
PT. Indonesia Prima Property Tbk berdiri pada tanggal 23 April 1983. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen dan hotel, serta melakukan investasi pada anak perusahaan. Kantor Pusat beralokasi di Wisma Sudirman Lt. 11 Jl. Jendral Sudirman Kav. 34, Jakarta.
10. PT. J aya Real Pr operty Tbk
PT. Jaya Real Property Tbk telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994 dan selalu berhasil mempertahankan daya saing tinggi dengan cara membangun hubungan jangka panjang dengan para pelanggan, mengantisipasi kebutuhan mereka serta terus-menerus berinovasi menciptakan nilai tambah produknya baik kepentingan para pelanggan maupun pmegang saham. Pada tahun 1979, perusahaan ini menjadi Developer pertama yang memperkenalkan konsep”kota taman” di Indonesia. Kantor pusat perseroan berada di Plaza Bintaro Jaya 3rd floor. Jl. Bintaro Utama III. Bintaro Jaya Tangerang 15225.
11. PT. Kawasan Industri J ababeka Tbk
42
Perseroan ini melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 10 Januari 1994 dengan mengeluarkan 47.000.000 lembar saham dengan nilai Rp 4950,- per lembar sahamnya. Kantor pusat perseroan berada di Menara Batavia, Lt. 25. Jl. K.H Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta 10220.
12. PT. Lamicitr a Nusantara Tbk
PT. Lamicitra Nusantara Tbk, berdiri pada tanggal 29 Januari 1988. Ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang pembangunan dan pengelolaan property, jasa, perdagangan dan pertokoan. Pada tanggal 29 Juni 2001, LAMI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) LAMI kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp 100,- per saham dengan harga penawaran Rp 125,- per saham dan disertai sebanyak 160.000.000 Waran seri 1. Saham dan Waran seri I tersebut dicatakan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Juli 2001. Kantor pusat LAMI berdomisili di Jembatan Merah Plaza Lt. 5 Jl. Taman Jayengorono No. 2-4, Surabaya.
13. PT. Lippo Cikarang Tbk
PT. Lippo Cikarang Tbk, didirikan sejak tahun 1987, adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan kota, sebuah konsep yang komperhensif yang mencakup tiga elemen utama yaitu: pembangunan infrastruktur, fasilitas umum, dan penerapan system manajemen kota. Perseroan ini melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 24 Juli 1997 dengan menerbitkan 108.558.000 juta lembar saham dengan harga Rp 925,- per
lembarnya. Kantor pusat perseroan berada di gedung Lippo Cikarang, Jl. M.H Thamrin Kav, 105. Lippo Cikarang-Bekasi 17550.
14. PT. Lippo Karawaci Tbk
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 dengan nama awal PT. Tunggal Reksakencana ini memposisikan dirinya sebagai satu-satunya pemimpin dalam industry property dan memiliki asset senilai lebih dari 575 juta dolar per tanggal 17 Februari 2006. Perseroan ini melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 28 Juni 1996 dengan menerbitkan dua ratus dua puluh empat juta lembar saham dengan harga Rp 3250,- per lembar sahamnya.
15. PT. Modernland Realty Tbk
44
16. PT. Perdana Gapura Pr ima Tbk
PT. Perdana Gapuraprima Tbk didirikan tanggal 21 Mei 1987 dengan nama PT. Perdana Gapura Mas dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1994. Kantor pusat GPRA terletak di “The Bellezza” Permata Hijau, Jl. Arteri Permata Hijau No. 34, Jakarta 12210. ada tanggal 02 Oktober 2007, GPRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 962.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp310,- per saham dan disertai dengan penerbitan 192.400.000 Waran Seri I. Saham Waram Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Oktober 2007.
17. PT. Summarecon Agung Tbk
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) didirikan tanggal 26 November 1975 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SMRA berkedudukan di Plaza Summarecon, Jl. Perintis Kemerdekaan Kav. No. 42, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMRA bergerak dalam bidang pengembangan real estate, penyewaan properti dan pengelolaan fasilitas rekreasi dan restoran.Pada tanggal 1 Maret 1990, SMRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana SMRA kepada masyarakat sebanyak 6.667.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp6.800 per saham.Pada tanggal 7 Juli 2007, Perusahaan Memperoleh Pernyataan Efektif dari BAPEPAM-LK dalam rangka melaksanakan Penawaran Umum Terbatas I (PUT I / Right
46
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.2.1. Tingkat Inflasi (X1)
Tingkat inflasi merupakan erubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 1 Januari 2009 – 31 Desember 2011 yang dihitung tiap bulan dalam satuan %. Berikut data tingkat inflasi tahun 2009-2011 perusahaan real estate dan property:
Tabel 4.1: Data Tingkat Inflasi Perusahaan Properti dan Real Estate Tahun 2009 – 2011 (%) 8 Gowa Makassar Tourism Development
Tbk.
Sumber : data diolah, (Lampiran 1)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui mengenai deskriptif variabel tingkat inflasi perusahaan real estate dan property untuk tahun 2009 nilai rata-rata sebesar 2.78% dan untuk tahun 2010 nilai rata-rata sebesar 6.96%, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 3.79% hal ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi dalam negeri cenderung menurun.
Kenaikan nilai inflasi akan mempengaruhi pergerakan nilai saham (IHSG). Jika inflasi tinggi misalnya akan mengakibatkan turunnya kepercayaan investor terhadap kondisi pasar modal sehingga akibatnya para investor akan melakukan penarikan dananya dalam investasi yang membuat nilai saham jadi turun. Namun begitu juga sebaliknya turunnya tingkat inflasi maka investor akan menanamkan modalnya ke dalam Indonesia sehingga nilai saham akan berakibat pada ruginya investor yang bisa berimbas pada capital outflow ke pasar uang ataupun ke pasar modal luar negeri.
4.2.2. Nilai Tukar Rupiah (X2)
48
Tabel 4.2: Data Nilai Tukar Rupiah Perusahaan Property Dan Real Estate Tahun 2009-2011(Rp)
No Perusahaan
Tahun
2009 2010 2011 1 Alam Sutera Realty Tbk. 11298 9318 9012 2 Bakrieland Development Tbk. 11298 9318 9012 3 Ciputra Development Tbk. 11298 9318 9012 4 Ciputra Property Tbk. 11298 9318 9012 5 Cowell Development Tbk. 11298 9318 9012 6 Duta Anggada Realty Tbk. 11298 9318 9012 7 Duta Pertiwi Tbk. 11298 9318 9012 8 Gowa Makassar Tourism Development
Tbk.
11298 9318 9012 9 Indonesia Prima Property Tbk. 11298 9318 9012 10 Jaya Real Property Tbk. 11298 9318 9012 11 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 11298 9318 9012 12 Lamicitra Nusantara Tbk. 11298 9318 9012 13 Lippo Cikarang Tbk. 11298 9318 9012 14 Lippo Karawaci Tbk. 11298 9318 9012 15 Modernland Realty Tbk. 11298 9318 9012 16 Perdana Gapuraprima Tbk. 11298 9318 9012 17 Summarecon Agung Tbk. 11298 9318 9012 Rata-rata 11298 9318 9012 Sumber: data diolah, (Lampiran 1)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui mengenai deskriptif variabel nilai tukar dollar perusahaan real estate dan property untuk tahun 2009 nilai rata-rata sebesar Rp.11.298,- dan untuk tahun 2010 nilai rata-rata sebesar Rp.9318,-, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp.9012,- hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami kenaikan atau memiliki trend yang positif. Bagi investor sendiri, trend positif rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia buruk. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di pasar modal.
4.2.3. Tingkat Suku Bunga (X3)
Merupakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen. Berikut ini data tingkat suku bunga perusahaan property dan real estate tahun 2009-2011:
Tabel 4.3 :Data Tingkat Suku Bunga Perusahaan Property Dan Real Estate Tahun 2009-2011(%) 8 Gowa Makassar Tourism Development
Tbk.
10.83 6.45 6.45 9 Indonesia Prima Property Tbk. 10.83 10.83 10.83 10 Jaya Real Property Tbk. 10.83 10.83 10.83 11 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 10.83 10.83 10.83 12 Lamicitra Nusantara Tbk. 60.08 10.83 10.83
rata-50
ratanya sebesar 20,31%, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 23,20% hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga bank Indonesia (SBI) mengalami kenaikan.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkan pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan IHSG juga turun.
4.2.4. Index Harga Saham Gabungan (Y)
Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) adalah indeks harga yang merupakan gabungan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pengukuran yang dilakukan adalah dalam satuan poin., berikut data Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) perusahaan property dan real estate tahun 2009-2011: