• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APERSEPSI TERHADAP KEEFEKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH APERSEPSI TERHADAP KEEFEKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APERSEPSI TERHADAP KEEFEKTIFAN BELAJAR

MATEMATIKA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Nama : Firda Amalia Suryani

NIM : 2014820197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Skripsi, 20 Juli 2018

Firda Amalia Suryani (2014820197)

PENGARUH APERSEPSI TERHADAP KEEFEKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA

xvi + 75 hal, 21 tabel, 3 gambar, 28 lampiran

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hipotesis peneliti yang menduga adanya pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika kelas III. Adapun tujuan untuk mengetahui aspek Pengaruh Apersepsi Terhadap Keefektifan Belajar Matematika di Kelas III. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kereo 01, Tangerang. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif serta menggunakan angket sebagai instrumen. Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas III, sedangkan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas III A di SDN Kereo 01 yang berjumlah 34 Responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampel. Instrumen yang diberikan adalah angket dengan pernyataan untuk Apersepsi sebanyak 30 butir pernyataan dan keefektifan belajar matematika sebanyak 30 butir pernyataan. Analisis data menggunakan regresi dan korelasi sederhana, pada uji korelasi diperoleh nilai

rhitung sebesar 0,559 yang berarti berada diantara 0,40-0,599 hal ini menunjukkan

adanya hubungan yang cukup kuat antara variabel X (apersepsi) terhadap variabel Y (keefektifan belajar matematika), sedangkan pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai

signifikansi 0,001 yang berarti 0,001 < 0,05. maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang

berarti ada pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti kepala sekolah, guru, siswa dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: Apersepsi, Keefektifan Belajar, Belajar Matematika Daftar Pustaka 22 (2006-2015)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan

atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini

dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karna itu,

dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan

terimakasih saya kepada:

Tuhan YME, karena atas ijin dan karunianyalah maka skripsi ini dapat

dibuat dan selesai pada waktunya, untuk ayahanda Muhammad Surya

Atmadja dan ibunda Musanah, adik ku Nazwatul Ummah, Om ku

Muhammad Immanudin, Almarmarhumah Nenek ku Maryamah,

untuk Firdian Nuhari Anwar Serta Teman dan Sahabat Seperjuangan

tercinta yang telah memberikan dukungan serta nasihat dan doa yang tiada

henti untuk kesuksesan saya kedepannya.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian, akhir kata saya

persembahkan skripsi ini untuk kalian semua.

(9)

viii

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.

Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan sarana dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.

2. Bapak Azmi Al Bahij, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah mendorong dan mengarahkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

3. Ibu Masroro Diah Wahyu Lestari, M.Pd., Pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan meluruskan jalan pikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Mudari, S.Pd, Kepala SDN Kereo 01 beserta para guru yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah ini.

5. Orang tua, Ayahanda Muhammad Surya Atmadja dan Ibunda Musanah, yang telah melahirkan, merawat, serta banyak memberikan doa, dukungannya baik moril

maupun materil, semangat dan bimbingannya untuk melanjutkan serta

(11)

x

6. Adik saya Nazwatul Ummah, Om saya Muhammad Immanudin, Almarhumah Nenek saya Maryamah yang telah memberikan juga doa dan semangatnya untuk penulis. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan, Mikha Ikrima Dewi, Ockta Primaning Angelina,

Wulan Setiya Asih yang telah yang telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat terdekatku di kelas DSD, Afiifah Azzahroh, Nita Anggita Sari, Siti Atikah yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi serta saling mendukung dan menguatkan.

9. Teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya jurusan PGSD kelas DSD, dan teman-teman kelompok bimbingan skripsi yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 20 Juli 2018 Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

FAKTA INTEGRITAS ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Batasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 7 G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10

B. Kerangka Berpikir ... 28

(13)

xii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel ... 33

D. Populasi dan Sampel (Teknik Sampling) ... 36

E. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54

B. Hasil Analisa Data ... 61

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 68

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Skema Penilaian Instrument (Skala Likert) ... 38

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Apersepsi ... 39

Table 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Keefektifan Belajar ... 40

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pengaruh Apersepsi Terhadap Keefektifan Belajar Matematika ... 44

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Variabel X ... 45

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 46

Tabel 3.8 Product Moment ... 52

Tabel 4.1 Distribusi Variabel Apersepsi ... 56

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Apersepsi ... 56

Tabel 4.3 Distribusi Dimensi Variabel Apersepsi ... 57

Tabel 4.4 Distribusi Variabel Keefektifan Belajar Matematika ... 59

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Keefektifan Belajar Matematika ... 59

Tabel 4.6 Distribusi Dimensi Variabel Keefektifan Belajar Matematika ... 61

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data ... 62

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data ... 62

Tabel 4.9 Uji Linearitas ... 64

Tabel 4.10 Uji Persamaan Regresi... 65

Tabel 4.11 Uji Keberartian Regresi ... 66

Tabel 4.12 Uji Korelasi Sederhana ... 67

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 29 Gambar 4.1 Diagram Variabel Apersepsi ... 57 Gambar 4.2 Diagram Variabel Keefektifan Belajar Matematika .... 60

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Profil Sekolah ... 76

Lampiran 2 Angket Uji Validitas Penelitian Variabel X ... 78

Lampiran 3 Angket Uji Validitas Penelitian Variabel Y ... 90

Lampiran 4 Uji Validitas Variabel X ... 99

Lampiran 5 Uji Validitas Variabel Y ... 102

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Variabel X ... 105

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 106

Lampiran 8 Angket Penelitian Variabel X ... 108

Lampiran 9 Angket Penelitian Variabel Y ... 117

Lampiran 10 Skor Variabel X dan Y ... 126

Lampiran 11 Uji Normalitas ... 130

Lampiran 12 Uji Homogenitas ... 131

Lampiran 13 Uji Linearitas ... 132

Lampiran 14 Uji Regresi ... 133

Lampiran 15 Uji Korelasi Sederhana ... 134

Lampiran 16 R Tabel ... 135

Lampiran 17 F Tabel ... 137

Lampiran 18 Surat Pernyataan Validasi ... 139

Lampiran 19 Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 140

Lampiran 20 Instrumen Angket Penelitian ... 143

Lampiran 21 Surat Permohonan Penelitian ... 150

Lampiran 22 Surat Balasan Penelitian ... 151

(17)

xvi

Lampiran 24 Dokumentasi ... 153

Lampiran 25 Kartu Menonton Sidang ... 158

Lampiran 26 Kartu Bimbingan Skripsi ... 159

Lampiran 27 Kartu Bimbingan Pasca Sidang Skripsi ... 161

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan perkembangan pendidikan sangat pesat dan tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan manusia untuk memenuhi kehidupannya. Pendidikan merupakan proses manusia menuju ke arah perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya hingga memperoleh pengetahuan, sikap, dan tingkah laku yang lebih baik. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal mempunyai peran yang sangat penting bagi perubahan dalam masyarakat, serta dapat memajukan masyarakat dan pembangunan. Sejalan dengan pendidikan formal, pendidikan non formal juga memiliki peran yang penting dalam membangun keahlian atau kemampuan yang tidak diperoleh dari pendidikan formal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan pendidikan memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia.

Hal ini sejalan dengan Al–Qur’an dan hadist sebagai sumber utama ajaran Islam menerangkan betapa pentingnya untuk menuntut ilmu yang dijelaskan dalam ayat Al–Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat 11, yaitu:

(19)

2 Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.

Oleh sebab itu, dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar karena tujuan pendidikan yaitu sekolah. Pada lembaga pendidikan formal terdapat beberapa mata pelajaran salah satunya mata pelajaran matematika yang harus disampaikan dengan baik agar peserta didik mampu melanjutkan pengetahuan mereka menuju mata pelajaran tingkat lanjut. Oleh sebab itu diperlukan kreativitas guru dalam mendesain metode pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan awalnya dengan materi yang akan dipelajari. Diharapkan peserta didik dapat memahami materi yang diberikan.

Pada proses kegiatan belajar mengajar, seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri seorang guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar salah satunya adalah keterampilan dalam membuka

(20)

3

pelajaran. Selain materi yang akan diberikan kepada peserta didik harus memiliki aspek yang mudah dimengerti, guru juga harus memiliki kemampuan tertentu yakni guru harus mempunyai sebuah konsep sebelum mengajar. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan menilai sesuai dengan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sardiman (2014: 144) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru yaitu

menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan

mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan peserta didik. Sebelum memulai mengajar guru perlu merumuskan tujuan yang akan dicapai. Melalui perumusan tujuan secara benar akan dapat memberikan pedoman atau arahan bagi peserta didik dalam menyelesaikan materi kegiatan belajarnya. Hal ini sejalan dengan Chatib (2013: 77) yang menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pelajaran selanjutnya. Pada menit-menit pertama itulah apersepsi bisa dilaksanakan. Apersepsi yang dilakukan di awal proses belajar membuat otak peserta didik siap untuk belajar. Apersepsi yang tepat membuat peserta didik relaks dan senang.

Penggunaan apersepsi yang tidak digunakan dengan baik akan berpengaruh saat minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran kurang dan memungkinkan pembelajaran selanjutnya menjadi tidak efektif. Menurut Susanto (2013: 53), pembelajaran yang efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Pengaruh apersepsi terhadap minat peserta didik diharapkan bisa memberi efek baik bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi terutama materi mata pelajaran matematika yang pada umumnya kurang disukai

(21)

4

oleh peserta didik karena sulit dan tidak mudah untuk dipahami. Oleh karena itu, perlunya guru mengadakan apersepsi di awal proses pembelajaran sehingga memberikan motivasi agar minat peserta didik dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berpengaruh pada prestasi belajar yang lebik baik dan tercapai tujuan pembelajaran.

Demikian halnya di Sekolah Dasar Negeri Kereo 01, berdasarkan pengamatan pada saat observasi yang peneliti lakukan di Sekolah Dasar Negeri Kereo 01, beberapa guru di sekolah tersebut ada yang melakukan apersepsi dengan baik sehingga memungkinkan suasana di dalam pembelajaran peserta didik pun diharapkan menjadi efektif dan efisien, peserta didik diharapkan menjadi lebih berminat belajar karena adanya kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh beberapa guru tersebut, serta diharapkan pula guru yang lainnya agar bisa melakukan apersepsi dengan baik seperti guru yang sudah melakukan apersepsi di awal proses pembelajaran.

Berdasarkan gambaran permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD ”

B. Identifikasi Masalah

Merujuk bahwa penelitian ini layak diteliti karena apersepsi itu sangat mendukung keefektifan mata pelajaran matematika di kelas 3 SD adapun identifikasi masalah daari penekitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

5

1. Tidak semua guru melakukan apersepsi dengan baik pada saat awal proses pembelajaran.

2. Apersepsi yang tidak digunakan dengan baik memungkinkan pembelajaran selanjutnya menjadi tidak efektif.

3. Pembelajaran matematika yang pada umumnya kurang disukai oleh peserta didik karena dianggap sulit serta tidak mudah dipahami.

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu penelitian maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada ada atau tidaknya pengaruh apersepsi sebelum memulai pelajaran terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD di SDN Kereo 01, Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD?

2. Seberapa besar pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD?

(23)

6

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peningkatan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran matematika di SDN Kereo 01. 2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini dilakukan:

a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas 3 SD.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti, menggunakan apersepsi pada keterampilan di awal proses pembelajaran guna untuk membangkitkan minat peserta didik pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Selain itu juga dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan kegiatan pemahaman mengenai apersepsi dalam pembelajaran matematika. 2. Secara Praktis

(24)

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi sebagai sumber informasi dan sebagai bahan masukan, sehingga guru senantiasa dapat mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi pada awal pembelajaran matematika dan siswa dapat memahami materi yang akan disampaikan.

b. Untuk Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih peserta didik untuk belajar memahami pengenalan awal materi, dapat melatih kemampuan peserta didik untuk mengembangkan berpikir kritis, dan peserta didik akan lebih memahami dan mengerti materi yang akan disampaikan dengan pemahaman dasar yang didapatkan.

c. Untuk Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja guru agar lebih berwawasan terutama di dalam hal penggunaan apersepsi dengan baik serta memberikan sumbangan ilmu yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah

d. Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan di dunia pendidikan tentang apersepsi, Dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk tugas Kuliah Strata 1 (S1) pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(25)

8

G. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, indentifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan pelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, kisi-kisi instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data, hasil analisis data, interpretasi hasil penelitian.

BAB V. KESIMPULAN

Merupakan bab penutup yang didalamnya berisikan kesimpulan dan saran yang dipandang perlu untuk disampaikan pada akhir dari skripsi, penulis melampirkan daftar pustaka yang berisi bahan-bahan bacaan serta beberapa lampiran yang ada relevansinya dengan penelitian dan riwayat hidup penulis.

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hakikat Apersepsi a. Pengertian Apersepsi

Kegiatan di awal proses pembelajaran penting untuk keberhasilan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Menurut Usman (2009: 91) menyatakan kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Oleh sebab itu, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya. Menurut Suhana (2014: 23) menyatakan apersepsi merupakan kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan ditempuh peserta didik.

Menurut Slameto dalam Nurcahyo (2014: 27) apersepsi pembelajaran adalah menghubungkan pembelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa menguasai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Oleh sebab itu setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau pengalamannya.

(27)

10

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa apersepsi adalah kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelajaran berlangsung dengan mengaitkan antara pelajaran yang lama dengan pelajaran baru yang akan dipelajari.

b. Kelebihan apersepsi

Terdapat kelebihan apersepsi sebagai kegiatan di awal proses pembelajaran. Menurut Suhana (2014: 23) proses pembelajaran akan lebih aktif , kreatif, dan efektif, dan menyenangkan bilamana para guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta didik. Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan apersepsi, yaitu sebagai berikut: a) Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman

lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.

b) Pengalaman lama yang sudah dimiliki dapat memberikan warna terhadap pengalaman baru sebagai satu kesatuan yang integral dalam memodifikasi perilaku baru

c) Apersepsi dapat menumbuh kembangkan minat (interest) dan perhatian (attention) dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan.

(28)

11

d) Apersepsi dapat menumbuh kembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental revolution dan motif untuk berprestasi.

c. Kekurangan apersepsi

Kekurangan apersepsi terletak pada guru yang kurang memahami bagaimana cara menerapkan apersepsi yang baik. Menurut pendapat James dalam Chatib (2013: 80) mengatakan pemahaman apersepsi masih sangat kurang dikuasai oleh para guru. Banyak guru juga beranggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya berpengaruh “kecil” terhadap proses belajar-mengajar. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Apersepsi sangat dibutuhkan dalam proses belajar-mengajar. Serta kemampuan pedagogis seorang guru.

d. Penerapan apersepsi

Penerapan apersepsi sangat penting dilakukan oleh guru sebelum menyampaikan materi inti pelajaran. Menurut Chatib (2013: 88) bahwa untuk melakukan apersepsi dengan baik akan membawa peserta didik ke kondisi zona gelombang alfa. Kondisi alfa itu sendiri adalah tahap paling iluminasi (cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Kondisi ini adalah kondisi yang paling baik untuk belajar. Terdapat 4 cara yang bisa dilakukan untuk masuk ke dalam zona alfa, yakni:

a) Fun Story

Memulai pembelajaran dengan cerita yang menyenangkan dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari akan menarik

(29)

12

minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran sampai akhir. Fun story dapat berupa cerita lucu, gambar lucu, atau teka-teki. Semua itu dapat diperoleh dari pengalaman pribadi cerita dari pengalaman orang lain, buku-buku humor, internet dan lain-lain

b) Ice breaking

Ice breaking sangat ampuh untuk membuat peserta didik masuk

kembali ke zona alfa. Namun guru harus hati-hati dalam memilih ice

breaking yang tepat. Artinya, jangan sampai ice breaking ini

menghabiskan waktu jam pelajaran. Ice breaking berfungsi untuk pemantapan konsep dan kembali masuk ke kondisi alfa. Ice beaking di dalam kelas yang berfungsi mengembalikan peserta didik masuk ke zona alfa harus memenuhi beberapa syarat, yakni:

(1) Ice breaking dilakukan dalam waktu singkat, makin singkat semakin baik

(2) Ice breaking diikuti seluruh siswa (kolosal), hindari ice breaking yang mengikutsertakan satu atau beberapa peserta didik saja

(3) Guru dapat menjelaskan dengan singkat teaching-point atau maksud

ice breaking dalam waktu tidak terlalu lama

(4) Apabila target sudah terpenuhi, yaitu peserta didik sudah kembali senang (zona alfa), segera kembali ke materi pembelajaran.

(30)

13

Musik diyakini dapat mengembalikan gelombang otak kembali ke zona alfa. Sudah banyak penelitian yang menyatakan pengaruh musik dan kekuatan otak manusia.

Menurut Sutoyo dalam Chatib (2013: 102) beliau mengatakan bahwa pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Apabila mampu menggunakan fungsi kedua belahan otak secara seimbang, mereka akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intuitif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.

Selain itu menurut Shaw (1996) masih di dalam Chatib (2013: 103) mengatakan bahwa kecakapan dalam bidang matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik.

d) Brain Gym

Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan ini dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi bagian belakang dan bagian depan otak (dimensi kerja untuk fokus perhatian) serta merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (limbis) dan otak besar (dimensi pemusatan). Brain gym sangat baik dilakukan untuk apersepsi, sebab dengan brain gym guru dan peserta didik dapat terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, dan meningkatkan daya ingat.

(31)

14

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi di awal kegiatan pembukaan pembelajaran yang baik dapat diselingi dengan kegiatan yang kreatif untuk menghubungkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dimulai untuk menarik perhatian peserta didik sehingga membuat peserta didik akan lebih siap untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

e. Faktor-faktor Apersepsi sebagai penentu kesuksesan

Menurut Usman (2009: 92) ada beberapa faktor penentu kesuksesan dalam kegiatan membuka pelajaran, yaitu:

a) Memberikan acuan melalui berbagai usaha, seperti: (1) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas (2) Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan (3) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

(4) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan materi yang akan disampaikan

b) Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

c) Menarik perhatian siswa: Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain dengan:

(1) Gaya mengajar guru

(2) Penggunaan alat bantu pelajaran (3) Pola interaksi yang bervariasi

(32)

15 d) Menimbulkan motivasi dengan cara:

(1) Disertai kehangatan dan keantusiasan (2) Menimbulkan rasa ingin tahu

(3) Mengemukakan ide-ide yang bertentangan (4) Memperhatikan minat peserta didik

f. Langkah-langkah apersepsi

Menurut Rein seorang pengikut Herbart yang ditegaskan Abdurrahman (2011: 15), langkah-langkah apersepsi, yaitu:

a) Preparasi (persiapan)

Anak-anak dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi. Dengan demikian dibangkitkan pula minat anak.

b) Presentasi (penyajian)

Pada fase ini guru menyodorkan bahan pelajaran baru. c) Asosiasi

Bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan bahan itu.

d) Generalisasi

Pada fase ini diambil kesimpulan berupa prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.

(33)

16

Anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari itu, agar bahan itu benar-benar menjadi milik anak.

2. Hakikat Keefektifan

a. Pengertian Keefektifan

Proses kegiatan belajar mengajar yang baik dapat dilihat dari keefektifan yang terdapat di dalam proses kegiatan belajar mengajar tersebut. Menurut Pipin (2003) dalam Supardi (2013: 164) efektivitas dapat diartikan ada efeknya sehingga membawa hasil. Efektivitas adalah terlaksananya kegiatan dengan baik, teratur, bersih rapih, sesuai dengan ketentuan dan mengandung unsur-unsur kualitatif dan seni.

Menurut Miarso (1993) dalam Uno dan Mohamad (2011: 173) memandang bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya.

Adapun menurut Brata (1997) dalam Supardi (2013: 165) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membentuk moralitas peserta didik, dan adat kebiasaan yang terbentuk merupakan suatu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang, perbuatan tersebut akan menjadi kebiasaan karena dua faktor, pertama adanya kesukaan hati kepada suatu

(34)

17

pekerjaan, dan kedua menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan.

1) Efektivitas Pembelajaran

Caroll dalam Supardi (2013: 169) yang masyhur dalam bidang pendidikan psikologi , dan dalam kertas kerjanya A Model Of School

Learning, mengatakan pembelajaran yang efektif (Instructional Effectives)

adalah bergantung kepada beberapa factor, yaitu:

a) Sikap (attitude): berupa kemauan dan keterampilan peserta didik dalam belajar.

b) Kemampuan untuk memahami pengajaran (Ability to Understand

Instruction): yaitu kemauan peserta didik untuk mempelajari sesuatu

pelajaran, termasuk di dalamnya kemampuan peserta didik dalam belajar dengan bekal pengetahuan awal untuk mempelajari pelajaran yang akan datang.

c) Ketekunan (Preseverance): adalah jumlah waktu yang dapat disediakan oleh peserta didik untuk belajar dengan tekun. Oleh karena itu, ketekunan adalah hasil daripada motivasi pelajar untuk belajar.

(35)

18

3. Hakikat Belajar Matematika a. Pengertian Matematika

Matematika adalah pelajaran eksak yang pada umumnya dikatakan sulit oleh sebagian besar orang. Menurut Anitah, dkk dalam Hamzah dan Muhlisraini (2014: 47) pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat mengingat ada banyak fungsi dan peranan matematika dalam bidang studi yang lain. Kalau ada definisi matematika maka itu bersifat tentatif, tergantung kepada orang yang mendefinisikannya. Bila seseorang tertarik dengan bilangan maka ia akan mendefinisikan matematika adalah kumpulan bilangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan hitungan dalam perdagangan. Beberapa orang mendefinisikan matematika, pemanfaatannya bagi bidang lain, dan sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa definisi tentang matematika yaitu:

1) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi 2) Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak 3) Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan

hubungan-hubungannya

4) Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan

hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis.

Adapun menurut Russel dalam Uno dan Kuadrat (2009: 108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap

(36)

19

menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi.

Menurut kline dalam Mulyono Abdurrahman ( 2012: 203), matematika merupakan bahasa simbolis dengan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar dedukatif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar indukatif. Berarti matematika membutuhkan penalaran secara deduktif dan juga induktif agar simbol yang terdapat dalam pembelajaran matematika dapat mencapai optimal.

Adapun Menurut Susanto (2013: 185) Matematika Merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari angka-angka, unsur ruang, dan operasi-operasinya yang terkonsep dalam satu kesatuan.

b. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar, di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. belajar dan mengajar saling berkaitan di dalam proses pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Dimyati (2006) dalam Susanto (2013: 186), pembelajaran adalah kegiatan

(37)

20

guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung

Adapun menurut Suherman, Erman, dkk (2003) yang ditegaskan dalam jurnal Fitri, dkk (2014: 18) Pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi nyata. Belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah.

Pendapat lainnya menurut Susanto (2013: 186), pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.

Menurut kurikulum 2004 (Depdiknas Jakarta, 2003) dalam Anifah W, dkk yang dikutip dalam Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 75) tujuan pembelajaran matematika adalah:

1) Melatih cara berfikir dan bernalar menarik kesimpulan

2) Mengembangkan aktivitas kreatif melibatkan imajinasi intuisi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen orisinil, rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba

(38)

21

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan beberapa pembahasan di atas pembelajaran matematika sangat bergantung pada bagaimana cara guru mengajar kepada peserta didik agar dapat mengatasi kesulitan belajar matematika pada peserta didik. Kesulitan tersebut dapat terlihat dari peserta didik yang sulit untuk memahami dan mengaitkan konsep-konsep pelajaran matematika. Pembelajaran matematika sangat penting agar peserta didik mampu berpikir secara logis dan mampu memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Psikologi Perkembangan Kognitif Anak Kelas 3 SD

Setiap makhluk hidup pasti mengalami perkembangan di dalam hidupnya. Yusuf (2014: 15) menyatakan perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaanya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)

Peserta didik kelas 3 SD biasanya berusia 9 tahun termasuk dalam kriteria masa kanak-kanak tengah. Perkembangan masa kanak-kanak menengah antara rentang usia 9 sampai 12 tahun memiliki beberapa tahap perkembangan kognitif

(39)

22

Menurut Piaget dalam Abdulhak dan Damawan (2015: 70) Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan mental yang memiliki tujuan: a. Memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi

b. Menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya c. Memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan

d. Menentukan kenyataan yang sesungguhnya di balik sesuatu yang tampak Menurut Piaget dalam Abdulhak dan Damawan (2015: 70) perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana kemajuan individu melalui satu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Tahap Operasional

Konkret (6 – 12 tahun), Dikatakan fase operasional konkret, karena pada masa

ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang ia jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang ia temukan secara langsung, misalnya tentang beratnya, warnanya, strukturnya. Anak juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas yang dapat anak lakukan dengan menggunakan benda-benda yang ditemuinya itu.

Pada masa ini, selain kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki pada masa sebelumnya, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut dengan system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan ini sangat penting artinya bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikian suatu ide dalam peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.

Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi:

(40)

23

1) Conversation atau pengekalan adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif sebuah benda tidak akan berubah secara sembarangan.

2) Addition of classes (penambahan golongan benda), yaitu kemampuan anak dalam memahami cara mengombinasikan benda-benda yang dianggap memiliki kelas yang rendah dan dihubungkan dengan kelas yang lebih tinggi, misalkan kelompok ayam, itik, bebek dihubungkan dengan benda berkelas tinggi, yaitu unggas. Di samping itu, kemampuan ini juga meliputi kecakapan meilah-milah benda-benda dari kelompok tinggi menjadi benda berkelas rendah, seperti ayam, itik, dan bebek adalah bagian dari unggas.

3) Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda) yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga jenis bunga untuk membentuk gabungan golongan benda seperti mawar merah, mawa putih dan sebagainya. Selain itu kemampuan ini juga meliputi kemampuan memisahkan gabungan golongan benda menjadi dimensi yang spesifik misalnya warna bunga mawar terdiri atas merah, putih, dan kuning.

Kemampuan-kemampuan ini merupakan dasar bagi pengembangan “akal pikiran”. Contohnya mengembangkan keterampilan klasifikasi merupakan faktor penting untuk menyusun dan menempatkan informasi secara mudah di dalam otak anak.

(41)

24

Oleh karena kemampuan yang dimiliki anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret, maka proses berpikir pada anak akan terjadi aktivitas-aktivitas langsung. Anak akan menemui kesulitan untuk memecahkan masalah dengan hanya mengandalkan daya otaknya tanpa mencoba melakukan kegiatan langsung (pengalaman langsung). Segala sesuatu yang dipikirkan harus ditarik pada hal-hal konkret, tanpa ada penarikan sepeti itu, maka akan sulit dipecahkan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa usia sekolah dasar kelas III pada tahap perkembangan kognitif termasuk ke dalam tahap operasional konkret dimana anak anak sudah bisa menggunakan dan mengoperasikan logika, meskipun terikat dengan objek yang bersifat konkret.

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan pra pembelajaran dimana biasanya apersepsi dilakukan. Pada tahap ini guru harus memeriksa kesiapan peserta didik dan melakukan kegiatan apersepsi dengan mengungkap kembali secara sekilas materi yang telah diajarkan sebelumnya lalu menghubungkannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Kegiatan apersepsi ini penting karena kegiatan belajar dan memahami materi pelajaran itu kebanyakan bergantung pada pengenalan peserta didik terhadap hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang telah diajarkan.

Penerapan apersepsi diharapkan dapat membangkitkan Sikap yang berupa kemauan dan keterampilan peserta didik dalam belajar, Kemampuan untuk

(42)

25

memahami pengajaran, yaitu kemauan peserta didik untuk mempelajari sesuatu pelajaran, termasuk di dalamnya kemampuan peserta didik dalam belajar dengan bekal pengetahuan awal untuk mempelajari pelajaran yang akan datang dan Ketekunan, yaitu jumlah waktu yang dapat disediakan oleh peserta didik untuk belajar dengan tekun. Oleh karena itu, ketekunan adalah hasil daripada motivasi pelajar untuk belajar agar tercipta pembelajaran yang efektif dan tujuan pembelajaran bisa tercapai yakni pemahaman peserta didik tentang pelajaran yang akan diajarkan terutama mata pelajaran matematika yang dinilai sulit oleh sebagian orang.

Dari deskripsi kerangka berpikir di atas maka “Adanya Pengaruh Apersepsi terhadap Keefektifan Belajar Matematika”

Pengaruh

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Apersepsi Keefektifan Belajar

Matematika

Peserta didik kelas III SDN Kereo 01

(43)

26

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 96) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitiantelah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat pengaruh Apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika

di kelas 3 SD

H1 : Terdapat pengaruh pengaruh Apersepsi terhadap keefektifan belajar

(44)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian Ini dilakukan di kelas 3 SDN Kereo 01 yang berlokasi di Jl. Hos Cokroaminoto, Kecamatan Larangan, Kelurahan Kereo Selatan, Tangerang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Kereo 01, waktu penelitian ini berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret.

Tabel 3.1 Daftar Jadwal Penelitian

No Jadwal Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Juli Agst

1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Bab I – Bab III 3 Pengambilan Data 4 Penyusunan Bab IV – Bab V 5 Sidang Skripsi 6 Revisi Skripsi

(45)

28

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Menurut Sugiyono (2015: 1) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sanjaya (2013: 67) metode survey adalah metode penelitian deskriptif untuk memperoleh dan memaparkan data dari gejala-gejala yang ada serta menemukan keterangan-keterangan faktual tentang berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan.

Menurut Sugiyono (2015: 13) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguju hipotesis yang telah ditetapkan. Siregar (2013 : 284), analisis regresi adalah satu alat yang dapat memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) adalah menggunakan regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana digunakan hanya satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas (dependent) dan dua atau lebih variabel bebas (independent) Tujuan penerapan kedua metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent). Pada penelitian ini penulis ingin melihat apakah

(46)

29

terdapat pengaruh Apersepsi terhadap keefektifan belajar matematika di kelas III SD.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat variabel dimana menurut (Hactch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono (2015 : 60), secara teoritis variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

Berdasarkan analisis permasalahan yang telah diuraikan diatas. Penelitian ini menggunakan dua macam variabel yaitu:

a. Variabel Bebas atau Independen (X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Apersepsi.

b. Variabel Terikat atau Dependen (Y)

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen, dimana dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

(47)

30

adanya variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keefektifan Belajar Matematika

2. Definisi Konseptual Variabel

a. Variabel Bebas (X)

Apersepsi merupakan kegiatan membuka pelajaran yang

menghubungkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dipelajari untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang dipelajarinya. Apersepsi yang baik dapat membantu peserta didik agar siap menerima pelajaran yang akan dipelajari. b. Variabel Terikat (Y)

Keefektifan belajar matematika merupakan terlaksananya kegiatan belajar matematika dengan baik sehingga akan berdampak terhadap penguasaan materi pelajaran yang akan dipelajari. Peran guru di awal proses pembelajaran dapat mempengaruhi keefektifan belajar peserta didik selanjutnya.

3. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari pengertian yang berbeda terhadap istilah yang ada dalam judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan definisi operasional pada masing-masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat.

a. Variabel Bebas (X)

Definisi operasional apersepsi yaitu skor yang diberikan peserta didik dalam mengisi instrument angket yang diberikan. Peserta didik dapat

(48)

31

memberikan jawaban atau tanda ceklis ke masing-masing pernyataan dengan jumlah 30 butir pernyataan. Skor yang diberikan memakai Skala Likert 1-5. Skor ini diperoleh dari setiap jawaban peserta didik. Perolehan skor untuk pernyataan positif, yaitu: skor 5 untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif, yaitu: skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk jawaban tidak setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat setuju. b. Variabel Terikat (Y)

Definisi operasional keefektifan belajar matematika yaitu skor yang diberikan peserta didik dalam mengisi instrument angket yang diberikan. Peserta didik dapat memberikan jawaban atau tanda ceklis ke masing-masing pernyataan dengan jumlah 30 butir pernyataan. Skor yang diberikan memakai Skala Likert 1-5. Skor ini diperoleh dari setiap jawaban peserta didik. Perolehan skor untuk pernyataan positif, yaitu: skor 5 untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif, yaitu: skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk jawaban tidak setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat setuju.

(49)

32

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di kelas III di Sekolah Dasar Negeri Kereo 01. Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.

2. Sampel

Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Supriyadi (2014: 23) purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak untuk dijadikan sampel.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan mengambil sampel di kelas 3 A dikarenakan adanya kesepakatan antara pihak sekolah dengan peneliti.

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen di dalam penelitian ini menggunakan angket dengan pengukuran Skala Likert. Menurut Sugiyono (2015: 305) dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen data yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang valid dan

(50)

33

reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara dalam pengumpulan datanya.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner (angket). Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Menurut Sugiyono (2015: 134) Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Kuesioner (angket) yang digunakan dalam penelitian ini disusun menggunakan Skala Likert, yaitu responden memberikan jawaban pernyataan dengan memberikan tanda ceklis. Adapun opsi penilaian menggunakan Skala Likert berupa pernyataan positif dan negatif, dengan skor sebagai berikut:

(51)

34

Tabel 3.2

Skema Penilaian Instrument (Skala Likert)

No Jawaban Penilaian Positif Negatif 1. Sangat setuju 5 1 2. Setuju 4 2 3. Ragu-ragu 3 3 4. Tidak setuju 2 4

5. Sangat tidak setuju 1 5

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka dibuatlah tabel kisi-kisi instrument sebagai berikut:

(52)

35

Table 3.3

Kisi-kisi Instrumen Apersepsi

Variabel Dimensi Indikator

Nomer Soal Positif Negatif

Apersepsi Memberikan

Acuan

Mengemukakan tujuan dan

batas-batas tugas

1

Menyarankan langkah-langkah

yang akan dilakukan

2

Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

3 4

Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan

dengan materi yang akan

disampaikan

5, 6 7

Membuat kaitan

Hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik

8, 9, 10 11 Menarik perhatian peserta didik

Gaya mengajar guru 12, 13 14

Penggunaan alat bantu pelajaran 15, 16 17

Pola interaksi yang bervariasi 18, 19

Meningkatk an motivasi

Disertai kehangatan dan

keantusiasan

20, 21, 22

23

Menimbulkan rasa ingin tahu 24 25

Mengemukakan ide-ide yang

bertentangan

26, 27 28

Memperhatikan minat peserta didik

29, 30

Kisi-kisi instrumen di atas menjelaskan bahwa apersepsi sebelum memulai pelajaran mencakup penilaian kepribadian siswa melalui kuisioner (angket) yang

(53)

36

di buat oleh penulis. Penilaian tersebut diantaranya mencakup dimensi memberikan acuan, membuat kaitan, menarik perhatian peserta didik, meningkatkan motivasi. Hal tersebut mencakup apersepsi di dalam kegiatan membuka pelajaran yang dikemukakan oleh Usman (2009: 92) ada beberapa faktor penentu kesuksesan dalam kegiatan membuka pelajaran.

Table 3.4

Kisi-kisi Instrumen Keefektifan Belajar

Variabel Dimensi Indikator Nomer Soal

Positif Negatif

Keefektifan Sikap Kemauan dan keterampilan

peserta didik dalam belajar

1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10, 11 Kemampuan untuk memahami pelajaran matematika

Kemampuan peserta didik untuk memahami pelajaran

matematika, termasuk di

dalamnya kemampuan

peserta didik dalam belajar dengan bekal pengetahuan

awal untuk mempelajari

pelajaran yang akan

dipelajari 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23

Ketekunan Jumlah waktu yang

diperlukan peserta didik

untuk belajar dengan tekun,

ketekunan adalah hasil

daripada motivasi pelajar

untuk belajar

24, 15, 26, 27, 28, 29

30

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket), dokumentasi. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut. 1. Observasi

(54)

37

Observasi di dalam penelitian ini dilakukan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Kereo 01. Menurut Sutrisno Hadi (1986) di dalam Sugiyono (2015: 203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dari ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian digunakan berkenaan dengan perilaku manusia,proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Kuesioner (Angket)

Penelitian kuantitatif ini menggunakan kuisioner (angket) sebagai instrumen penelitiannya. Menurut Sugiyono (2015: 199), Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner (angket) dapat dilakukan dengan pertanyaan tertutup atau pertanyaan terbuka dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos,atau internet.

3. Dokumentasi

Bentuk dokumentasi di dalam penelitian ini berbentuk foto. Menurut Arifin (2011: 171) dokumentasi berbentuk sejumlah besar fakta dan data tersimpan. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan

(55)

38

documenter terbagi beberapa macam, yaitu: autobiografi, surat-surat pribadi, buku catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah, atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di web dan lain sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum instrument ini dapat digunakan, instrument diuji coba terlebih dahulu. Pengujian instrumen sangat diperlukan, uji coba instrument dilakukan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi uji persyaratan atau belum.

1. Uji Analisis Instrumen a. Uji Validitas

Uji validitas di dalam penelitian ini dilakukan di SDN Kereo 01 di kelas 3 C. Menurut Arikunto (2006: 168) yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Adapun rumus pearson product moment uji validitas yaitu:

𝑟𝑥𝑦= 𝑛(∑𝑋𝑌) − (∑𝑋). (∑𝑌)

√[𝑛.∑𝑋2−(∑𝑋)2][𝑛𝑌2(∑𝑌)2]

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 : Angka indeks korelasi “r” product moment

(koefisien korelasi antara X dan Y)

(56)

39

∑XY : Jumlah perkalian antara X dan Y

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

Hasil uji validitas item kemudian dibandingkan dengan kriteria standar 0,05 dengan keputusan:

Jika 𝑟hitung > 𝑟table kriteriastandar maka dinyatakan valid

Jika 𝑟hitung < 𝑟table kriteriastandar maka dinyatakan tidak valid

Uji validitas angket dalam penelitian ini menggunakan aplikasi program yang bernama statistical package for the social sciences (SPSS) versi 20.00, uji validitas dengan keshahihan item instrument dalam penelitian ini menghasilkan item valid dan gugur dengan kriteria validitas > 0.355 maka dikatakan valid dan skala alpha cronbach > 0,5 untuk dapat dikatakan reliable. Berikut daftar item yang valid dan tidak valid dalam uji coba instrument.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Pengaruh Apersepsi Terhadap Keefektifan Belajar Matematika

No. Aspek Item

Valid Drop 1. Apersepsi 1, 2, 3, 4, 6,7, 8, 9, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 30 5, 10, 11, 12, 16, 17, 22, 23, 26 1. Keefektifan Belajar Matematika 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 30 9, 18, 24, 25

Berdasarkan tabel di atas maka hasil uji validitas skala pengaruh apersepsi yang di uji cobakan pada 31 responden dengan total 26 item soal karena 4

(57)

40

item soal tidak valid dan hasil uji skala keefektifan yang di uji cobakan pada 31 responden dengan total 21 item soal karena 9 item soal tidak valid. Dengan r table adalah 0.355. dapat dikatakan valid jika r hitung > r table. Adapun mengenai output hasil uji validitas di SPSS versi 20.00 dapat dilihat sebagaimana terlampir.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas di dalam penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kereo 01. Menurut Sugiyono (2015: 173), menyatakan bahwa Reliabilitas adalah instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji Reliabilitas instrumen mengunakan rumus Alpha, rumusnya yaitu : 𝑟11=[ 𝑛 𝑛 − 1] [1 − ∑σi2 𝜎𝑖2 ] Keterangan : 11

r : Reliabilitas yang dicari.

2 i

 : Jumlah varians skor tiap-tiap item.

2

t

 : Rata-rata skor total.

Jika sudah dapat rhitung maka dibandingkan denganrtabel (0,5) dengan

ketentuan : jika rhitung > rtabel berarti reliabel dan jika rhitung ≤rtabel berarti tidak

(58)

41

Adapun uji reliabilitas yakni derajat kepercayaan yang diperoleh dari hasil angket sebagai metode pengumpulan data yakni menggunakan kriteria 0,5 untuk variabel X dan Y maka disebut reliabel. Berdasarkan perhitungan dengan rumus alpha cronbach menggunakan Program SPSS didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Variabel X

Tabel 3.6 di atas menunjukkan bahwa nilai hasil analisa uji reliabilitas diketahui bahwa angket variable X (Apersepsi) memperoleh nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0,892 dinyatakan reliable lebih kuat karena nilai

reliabilitas (Cronbach’s Alpha) lebih besar dari 0,5.

Tabel 3.7

Uji Reliabilitas Variabel Y

Tabel 3.7di atas menunjukkan bahwa nilai hasil analisa uji reliabilitas diketahui bahwa angket variable Y (Keefektifan Belajar Matematika)

memperoleh nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0,921 dinyatakan

reliable lebih kuat karena nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) lebih besar dari

0,5. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .892 21 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .921 26

(59)

42

2. Uji Statistik Deskriptif

Salah satu teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2013: 207) statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya maksud tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi. Termasuk dalam statistic deskriptif antara lain penyajian data melalui table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan presentase. Adapun cara menghitung statistic distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS V.20.0.

3. Uji Prasyarat Analisis

Uji menganalisis data, dipakai uji perbedaan dua rata-rata untuk sampel bebas yaitu yang keberadaannya tidak saling mempengaruhi (independen) dan uji statistik yang digunakan dalam Regresi Linier Sederhana. Namun sebelum menggunakan Regresi Linier Sederhana, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas dan linearitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data.

(60)

43

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasa digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametric, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah non parametric. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Dalam penelitian ini uji normalitas populasi menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Berikut adalah persamaan Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar pengambilan keputusan, sebagai berikut:

Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05.

Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas sangat diperlukan sebelum kita membandingkan dua kelompok atau lebih. Homogenitas dilakukan untuk menguji homogen yang diambil dari sampel kelompok penelitian yang diperoleh. Syarat pengambilan sampel harus respresentif artinya sampel harus dapat mewakili suatu populasi

(61)

44

dengan baik. Analisis yang digunakan yaitu uji Levene dengan rumus sebagai berikut :

Ho : (data homogen)

H1 : paling sedikit ada satu yang tidak sama

Statistik uji :



= = = − − − − = k i n j i ij k i i i Z Z k Z i Z N k N W 1 1 2 1 2 . .) ( ) 1 ( ) .. . ( ) (

Zi = median data pada kelompok ke-i

Z.. = median untuk keseluruhan data

c. Uji Linearitas

Secara teknisi harga b merupakan tangen dari (perbandingan) antara panjang garis variabel dependen setelah persamaan regresi ditemukan.

Harga b = r Sr

Sx Harga a = Y – bx Dengan :

r = koefisien product moment antara variabel X dan variabel Y

Sx = Simpangan baku variabel X Sy = Simpangan baku variabel Y

4. Uji Hipotesis

a. Menentukan Persamaan Regresi

Penelitian ini menggunakan uji regresi linear sederhana sebagai uji hipotesisnya. Menurut Siregar (2013: 284) teknik regresi linear sederhana adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi permintaan

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Berpikir
Tabel 3.1                 Daftar Jadwal Penelitian
Diagram Variabel Apersepsi
Tabel 4.7  Uji Normalitas Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Rugged and durable, TracVision antennae pick up hundreds of channels of DirecTV satellite television, ensuring that travelers on the road - and people whose homes have lost power -

Berdasarkan hasil pengolahan data dan penganalisaan data yang dilakukan, diperoleh r hitung = 0,353 hasil ini kemudian dibandingkan dengan r tabel dimana r hitung

Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan segala kenikmatan luar biasa banyaknya sehingga

Permasalahan dalam skripsi ini adalah, Apakah formulasi dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara Pidana Nomor: 868/Pid.B/2010/PN.Bwi telah sesuai dengan tindakan terdakwa,

Semakin meningkatnya peran manajemen sumber daya manusia juga disebabkan oleh keyakinan banyak organisasi akan perannya yang strgegis untuk keberhasilan

PERSEPSI JURULATIH DAN GURU SUKAN TERHADAP ASPEK KESELAMATAN DALAM PROGRAM SUKAN.. ANG

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

Budiansya (2013) menginformasikan tentang definisi, gejala, dan penangan pertama untuk penyakit-penyakit mata merah visus normal seperti yang ditunjukkan pada Tabel