Abstrak - Rumah susun sederhana dengan konsep campuran merupakan salah satu alternatif yang paling sesuai dalam menyikapi konflik kebutuhan perumahan dan mengurangi banyaknya bangunan yang mengalihfungsikan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan. Rumah susun sederhana campuran mampu mengakomodasi berbagai jenis aktivitas perdagangan dan permukiman saling terintegrasi,serta dapat membentuk daerah kegiatan perekonomian baru.
Analisa yang digunakan yaitu analisa Delphi digunakan untuk mencari konsensus dari pakar terkait kriteria yang sesuai, kemudian dilakukan pembobotan kriteria yang paling prioritas dengan Analytical Hierarchy Process (AHP), dan untuk menentukan lokasi rusun sederhana campuran di Surabaya Barat digunakan alat analisis GIS dengan teknik overlay Weighted Sum.
Berdasarkan hasil analisa didapatkan 5 kriteria prioritas lokasi rumah susun sederhana campuran yaitu aksesibilitas (0,171), Prasarana (0,161), Jarak ke Pesaing (0,150), Harga Lahan (0,148), Kesesuaian dengan Landasan hukum yang berlaku (0,134). Serta 4 kriteria mendukung yaitu kondisi Kondisi Demografi (0,071), Daya Dukung Fisik Lingkungan (0,067), Ketersediaan Sarana (0,057) dan Kedekatan dengan penyulai barang (0,041). Lokasi terpilih untuk rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat yaitu berada di sebagian wilayah pada kelurahan Kelurahan Banjarsugihan, Kelurahan Manukan Wetan, Kelurahan Manukan Kulon, Kelurahan Karang Poh, Kelurahan Benowo, Kelurahan Pakal, Kelurahan Babat Jerawat, Kelurahan Beringin, dan Kelurahan Bangkingan.
Kata kunci : Kriteria Lokasi Rumah Susun Campuran, GIS I. PENDAHULUAN
ertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat menimbulkan peningkatan permintaan untuk kebutuhan tempat tinggal. Dengan semakin meningkatkannya kebutuhan akan perumahan, maka area perkotaan yang selalu berkembang akan dipadati oleh perumahan (Hilman, 2004). Di kota – kota besar termasuk Kota Surabaya kebutuhan ini menjadi sebuah masalah penting karena pertambahan yang disebabkan kelahiran dan urbanisasi tidak sebanding dengan tersedianya fasilitas perumahan. Sesuai dengan kondisi eksisting kota Surabaya tidak semakin bertambah luas, sedangkan jumlah penduduk terus bertambah (RP4D Kota Surabaya 2008-2018), sehingga mengakibatkan ketersedian lahan untuk perumahan semakin langkah. Selain itu semakin banyaknya pembangunan yang pengalihfungsikan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan, membuat lahan untuk perumahan semakin sempit, sehingga menyebabkan harga tanah untuk
permukiman menjadi semakin mahal. Permasalahan yang ada berdampak pada msyarakat yang membutuhkan perumahan terutama masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, dimana mereka lebih memilih tinggal didaerah pinggiran karena menurut mereka harga lahan di daerah pinggiran lebih murah dibandingkan dipusat kota, sehingga pembangunan permukiman cenderung mengalami perkembangan dari daerah pusat kepinggiran kota (RP4D Kota Surabaya tahun 2008-2018). Jadi dibutuhkannya keseimbangan antara penambahan jumlah masyarakat, harga lahan dan penyediaan rumah di Kota Surabaya.
Pembangunan kearah vertikal berupa rumah susun merupakan konsekuensi logis di kota besar seperti Kota Surabaya. Konsep Pembangunan kearah vertikal berupa rumah susun dilakukan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin keterbatasan lahan pada permukiman. Selain itu untuk mengurangi banyaknya bangunan yang mengalihfungsikan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan dapat diangkat konsep mixed use building, dimana konsep tersebut mampu mengakomodasi berbagai jenis aktivitas perdagangan dan permukiman yang terintegrasi dengan jaringan kota
Surabaya Barat sebagai kawasan yang sedang berkembang pada saat ini, salah satunya perkembangan pada perumahan dan permukiman. Hal inilah yang cenderung menjadi masalah tersendiri karena Surabaya Barat merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak dari naiknya harga lahan di pusat kota. Dapat dikatakan hampir tiap tahun terjadi penambahan jumlah penduduk di Surabaya Barat (Surabaya Dalam Angka 2011). Hal itu terjadi akibat banyak masyarakat di pusat kota lebih memilih tinggal di pinggiran kota daripada di pusat kota. Selain itu juga terdapat beberapa permasalahan lain yang dihadapi wilayah Surabaya Barat yaitu pada saat ini cenderung berkembang kawasan permukiman eksklusif, yang saling terpisah satu dengan yang lain, hal itu memicu masalah-masalah sosial antara kawasan eksklusif dengan permukiman lama. Serta banyak beberapa wilayah di Surabaya Barat yang mengalihfungsikan lahan permukiman menjadi kegiatan komersial seperti outlet, rumah makan, perkantoran / jasa dan kegiatan lain yang sejenis (pada umumnya bentuk bangunannya adalah bangunan tempat tinggal, namun digunakan untuk usaha) (RTRW Kota Surabaya 2013 an RP4D Kota Surabaya 2008-2018). Dengan demikian kebutuhan akan penambahan rumah susun sederhana campuran terutama di Surabaya bagian barat masih sangat diperlukan, guna mengetahui kriteria – kriteria dan lokasi yang sesuai untuk pembangunan rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat maka
Penentuan Lokasi Rumah Susun Sederhana
Campuran (Mixed Use) di Surabaya Barat
Radinia Rizkitania, Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
: ardy.navastara@urplan.its.ac.id
diperlukan penelitian penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran (Mixed Use).
II. TINJAUANPUSTAKA a. Teori Lokasi
Menurut (Von Thunen, Tarigan, 2005) menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan yang paling produktif akan saling berkompetisi untuk saling berdekatan, di lokasi pasar (inti/pusat kota), sehingga kondisi ini diikuti dengan temuan bahwa biaya sewa lahan tertinggi adalah wilayah yang dekat dengan pasar atau berada pada inti/pusat kota. Dan sebaliknya makin jauh dari pusat kota maka makin rendah nilai lahan suatu lokasi
b. Kriteria Pemilihan Lokasi Permukiman dan Rumah Susun
Terdapat beberapa kriteria yang mendasari dalam menentukan dimanakah lokasi pemukiman serta rumah susun yang tepat, diantaranya disebutkan dalam pendapat para ahli yaitu :
Aksesbilitas
Dalam penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran sangat erat kaitannya dengan aksesbilitas. Aksesibilitas yang baik dapat didukung dengan ketersediaan sarana angkutan umum dan kedekatan dengan jaringan jalan maupun pusat kota. Berdasarkan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman yaitu Jarak fisik kepusat kota maksimum 5 km atau jarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan kaki) dan Jarak fisik maksimum dari lokasi shelter angkutan umum adalah 1.200 meter dengan jarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan kaki
Daya Dukung Fisik Lingkungan
Kemiringan lahan, jenis tanah, hidrologi serta bentuk dan ukuran lahan dapat mempengaruhi pembangunan rumah susun sederhana campuran campuran, karena daya dukung fisik lingkungan dapat mempengaruhi kendala dan potensi fisik lahan tersebut. Berdasarkan SNI 2004 kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jenis tanah aluvial kelabu atau grumosol kelabu tua serta terdapat sungai sebagai penampung air hujan dan sumur bor sebagai sumber air
Ketersediaan sarana dan prasarana
Ketersedian sarana dan prasarana merupakan salah satu menunjang dalam membangun permukiman maupun rumah susun. Keberadaan sarana dan prasarana harus mudah dijangkau. Berdasarkan SNI 2004 keberadaan saraan prasarana minimal memiliki radius pelayanan antara 500 – 3000 m2 .
Kondisi Demografi
Jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan tingkat pendapatan dapat mempengaruhi penentuan lokasi permukiman maupun rumah susun, karena semakin padat penduduk disuatu wilayah semakin diperlukannya tempat tinggal. Menurut SNI 2004 pembangunan permukiman bertingkat dapat dibangun pada kawasan permukiman yang memiliki kepadatan penduduk antara 150 jiwa/ha jiwa/ha - 200 jiwa/ha.
Harga lahan
Secara umum harga lahan dapat mempengaruhi
seseorang dalam memilih lokasi permukiman. Seseorang akan memilih wilayah pinggiran dibandingkan tengah kota akibat harga lahan di tengah kota lebih tinggi dibandingkan pinggiran kota, sehingga secara tidak langsung harga lahan dapt mempengaruhi penentuan pembangunan lokasi rumah susun sederhana campuran.. Berdasarkan Bappeko Kota Surabaya rata – rata harga lahan untuk rumah susun sederhana berkisar antara Rp 394.000 – Rp 500.000. Harga lahan tersebut disesuaikan dengan dengan kemampuan masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah. Karena harga lahan dijadikan sebagai dasar penetapan harga jual rumah susun tersebut
Kesesuain Dengan Landasan Hukum Dan Aturan Yang Berlaku
Dalam menentukan suatu lokasi agar suatu lahan memiliki jaminan dan kepastian hukum, bahwa lahan tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Sehingga kedepannya tidak terjadi permasalahan terhadap lahan yang digunakan tersebut
c. Fungsi Campuran (Mixed Use) Bagi Pembangunan Rumah Susun Sederhana
Mixed Use adalah suatu area atau bangunan multi fungsi yang terpadu dan saling berhubungan secara langsung dengan fungsi peruntukan yang berbeda. Mixed Use menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas rekreasi, dan biasanya dimiliki oleh satu pengembang. Fungsi mixed use yang dapat dicampurkan dengan keberadaan rusun yaitu yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Dengan adanya konsep mixed use menjadikan penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, membuat pelayanan kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni.
Konsep mixed use juga dapat diterapkan pada sebuah rumah tangga. Dimana rumah yang memiliki usaha dapat juga disebut dengan rumah produktif / usaha (Home Based Enterprises), penggunaan ruang untuk usaha dapat diletak pada halaman depan, lantai dasar atau halaman belakang rumah tersebut sehingga tidak mengganggu aktivitas penghuni itu sendiri. Adanya rumah berbasis usaha (HBEs) dapat memberikan pengaruh pada daerah sekitarnya karena HBEs dapat memberikan kesempatan kerja, mempermudah memenuhi kebutuhan dasar hidup dll
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya rumah berbasis usaha yaitu lokasi yang dekat dengan pusat kota/jaringan jalan, letak yang strategis memberikan pengaruh terhadap aksesibilitas, dimana kemudahan tersebut ditunjangan dengan kelengkapan transportasi umum dan sarana yang tersedia, serta keberadaan pasar tradisional memiliki pertimbangan tersendiri, dimana semakin dekat dapat mematikan pangsa pasar sedangkan semakin jauh mempengaruhi biaya transportasi karena pasar juga dapat sebagai tempat suplay barang. Sehingga dibutuhkan jarak yang sesuai dalam penerapan rusun mixed use
III. METODOLOGIPENELITIAN a. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran penelitian.
1. Survey Data Primer
Melakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung (observasi lapangan), wawancara baik yang tidak terstruktur maupun terstruktur menggunakan kuesioner serta pengukuran – pengukuran langsung di wilayah studi
2. Survey Sekunder
Melakukan pengumpulan data sekunder dengan cara Survei ke instansi seperti BPS, Bappeko, Dinas Bangunan dan Tanah terkait penelitian dan menggunakan studi literatur.
b. Metode Analisa
Metode analisis digunakan untuk mengolah data – data yang diperoleh dari hasil survei primer dan survei sekunder untuk mencapai tujuan penelitian. Proses analisa dilakukan 4 tahap. Berikut tahapan proses analisa :
1. Analisa Stakeholder
Digunakan untuk menentukan stakeholder atau pihak – pihak yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalam bidang tata ruang, khususnya dalam penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran (Mixed Use) sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan terkait indentifikasi kriteria yang mempengaruhi penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran (Mixed Use). Setelah dilakukan perumusan stakeholder maka didapatkan stakeholder yang akan menjadi responden dalam analisa berikutnya yaitu analisa delphi dan AHP 2. Analisa Delphi
Analisis delphi dilakukan melalui wawancara kepada respoden (Stakeholder terkait) untuk menggali pendapat ataupun informasi mengenai kriteria – kriteria yang sesuai dan tepat untuk digunakan dalam menentukan lokasi rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat. Analisa delphi berlangsung lebih dari 1 kali putaran, karena untuk mencapai konsesus (kesepakatan) seluruh stakeholder terkait kriteria – kriteria yang akan igunakan nantinya.
3. Analisa AHP
Setelah mendapatkan kriteria dari analisa delphi maka selanjutnya dilakukan pembobotan pada masing – masing kriteria dengan pnggunakan analisa AHP. Untuk menjalankan alat analisis ini dilakukan wawancara kepada stakeholders yang sama seperti pada analisa delphi. Hasil yang didapatkan berupa bobot masing – masing kriteria, dari bobot tersebut dapat terlihat kritria mana yang paling prioritas. 4. Analisa Overlay
Analisa overlay digunakan untuk menentkan wilayah mana yang sesuai dengan kriteria yang ada. Alat yang digunakan adalah Geographic Information System (GIS). Alat ini menggunakan beberapa peta / kriteria yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi rumah susun sederhana.
Sebelum masuk pada analisa overlay dilakukan dulu penilaian (reklasifikasi) pada tiap variabel, dimana reklasifikasi bertujuan untuk memperjelas justifikasi memenuhi atau tidaknya suatu lokasi terhadap kesesuaian lahan
IV. ANALISADANPEMBAHASAN
Dalam analisa penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran (mixed use) di Surabaya Barat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
1. Menentukan kriteria – kriteria yang mempengaruhi penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran
Untuk menemukan kriteria lokasi rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat digunakan metode analisa delphi. Pada analisa delphi diperlukan variabel penelitian yang didapatkan dari tinjauan pustaka, selanjutnya variabel tersebut diolah menggunakan metode analisa Delphi. Analisa delphi dilakukan untuk mengetahui pendapat masing – masing responden (yang telah didapat dari analisa stakeholder) mengenai kebenaran (validitas) variabel – variabel yang berpengaruh dalam penentuan lokasi Rumah Susun Sederhana Campuran di Surabaya Barat. Pada tahap ini juga dapat muncul suatu variabel baru yang sesuai ataupun tidak terpakainya (dihapuskan) variabel yang sudah teridentifikasi sebelumnya. Maka pada analisa delphi dilakukan lebih dari 1 kali putaran guna mendapatkan konsensus (kesepakatan) dari seluruh reseponden mengenai kriteria apa saja yang sesuai. Hasil dari analisa delphi yaitu kriteria – kriteria yang mempengaruhi penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran. Berikut kriteria – kriteria yang lebih rinci :
- Aksesibilitas
- Daya Dukung Fisik lingkungan - Ketersediaan Prasarana - Ketersediaan Sarana - Kesesuaian Dengan RTR - Harga Lahan - Kondisi Demografi - Pesaing
2. Pembobotan (Weight) Kriteria
Pembobotan kriteria bertujuan untuk penentuan prioritas kriteria yang berpengaruh dalam penilaian lokasi rumah susun sederhana campuran. Pembobotan kriteria dilakukan dengan cara wawancara ke responden yang sama seperti pada analisa delphi. Hasil wawancara tersebut kemudian diaolah menggunakan alat analisa AHP. Hasil dari analisa AHP yaitu prioritas tiap kriteria yang didapat dari kombinasi jawaban seluruh responden. Prioritas tiap kariteria yang dihasilkan nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan lokasi rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat. Berikut prioritas kirteria yang didpatkan yaitu :
- Aksesibilitas (0,171) - Prasarana (0,161) - Jarak ke Pesaing (0,150) - Harga Lahan (0,148)
- Kesesuaian dengan Landasan hukum yang Berlaku (0,134) - Kondisi Demografi (0,071) - Daya Dukung Fisik Lingkungan (0,067) - Ketersediaan Sarana (0,057) 3. Analisa Overlay
Dari hasil tumpang tindih peta – peta kriteria penentuan lokasi rumah susun sederhana campuran didapatkan lokasi terpilih yang sesuai dengan kriteria kriteria tersebut. Lokasi terpilih berada di beberapa wilayah pada kelurahan di Surabaya Barat. Terlihat pada peta (LAMPIRAN) yang memiliki warna merah merupakan wilayah di Surabaya Barat yang memenuhi sebagai lokasi rumah susun sederhana campuran. Wilayah tersebut memiliki potensi hampir diseluruh kriteria yang ada.
V. KESIMPULAN
a. Dari hasil keseluruhan analisa dapat disimpulkan terdapat 5 kriteria yang paling prioritas dengan bobot antar kriteria tidak terlalu signifikan. Kelima kritteria tersebut antara lain
Aksesibilitas dengan bobot (0,171); terdiri dari jarak ke pusat kota dan ketersediaan transportasi umum / masal
Prasarana dengan bobot (0,161); terdiri dari pelayanan air bersih, pelayanan jaringan listrik, dan pelayanan jaringan drainasse
Pesaing dengan bobot (0,150); terdiri dari jarak ke minimarket terdekat, jarak ke pasar tradisional Harga Lahan dengan bobot (0,148)
Kesesuaian dengan Landasan hukum yang berlaku dengan bobot (0,134)
Kelima kriteria yang memiliki bobot tidak tersebut dapat diterapkan untuk menentukan lokasi rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat. Selian itu terdapat beberapa kriteria pendukung yang djuga dapat digunakan sebagai acuan menentukan lokasi rumah susun sederhana campuran. Kritria mendukung tersebut antara lain :
Kondisi Demografi dengan bobot (0,071); terdiri dari jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan tingkat pendapatan
Daya Dukung Fisik Lingkungan dengan bobot (0,067); terdiri dari kemiringan lahan, jenis tanah, hidrologi, luas dan bentuk lahan
Ketersediaan Sarana dengan bobot (0,057); terdiri dari fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan
b. Lokasi terpilih untuk rumah susun sederhana campuran di Surabaya Barat yaitu berada di sebagian wilayah pada kelurahan Kelurahan Banjarsugihan Kelurahan Manukan Wetan, Kelurahan Manukan Kulon, Kelurahan Karang Poh, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Pakal ,
Kelurahan Benowo, Kelurahan Pakal, Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Sambikerep, Kelurahan Beringin, Kecamatan Lakarsantri, Kelurahan Bangkingan
LAMPIRAN UCAPANTERIMAKASIH
R.RT mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ardy Maulidy, ST, MT selaku dosen pembimbing. Ibu Emma
Umilia dan Bapak Nanda selaku dosen PWK ITS yang memberikan masukan untuk penelitian ini. Serta Dinas Bappeko, Dinas Bangunan dan Tanah Kota Surabaya yang membantu untuk mendapatkan data terkait.
DAFTARPUSTAKA
Literatur
[1] Koeswahyono, Imam. 2004. Hukum Rumah Susun. Yogyakarta: Bayumedia
[2] Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional (Teori Penentuan Lokasi). Jakarta : Bumi Aksara
[3] Kuswatojo, Tjuk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung : ITB
[4] Panuju, Bambang 1999. Pengadaan Perumahan Perkotaan Dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan renda. Bandung : PT. Alumni
[5] Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
[6] Budiharjo, Eko. 2009. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung : PT. Alumni
[7] Komaruddin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta: PT.Rakasindo [8] International Research on Home Based Enterprises,
Indonesia, India, South Africa, Bolivia, Laboratory for Housing & Human Settlement Architecture. 2002. ITS, Surabaya
[9] Sujana, Asep. 2005. Manajemen Ritel Modern. Graha Ilmu : Yogyakarta
[10] Sopiah dan Syihabuddin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Andi : Yogyakarta
Studi / Penelitian
[11] Subkhan, Mokhammad. 2008. Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Di cengkareng Jakarta Barat. Thesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang [12] Saavedra, Audy. 2010. Identifikasi Persepsi Masyarakat Berpendapatan Menengah Bawah Tentang Derajat Kepentingan Pemilihan Lokasi Rumah Susun (Studi Kasus: Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan
Kiaracondong, Kota Bandung). Thesis Pasca Sarjana UNIKOM
[13] Anggraeni, N.N. 2010. Perumusan Pola Lokasi Apartemen Menengah Atas DI Surabaya. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember Surabaya.
[14] Udan, Muhammad. 2011. Penentuan Lokasi Tambak Air Tawar di Kabupaten Sidoarjo. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember Surabaya.
[15] Erick, Suhito. 2010. Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat. Thesis Pasca Sarjana Universitas Binus
[16] Dana, Wahyu. 2011. Penentuan Lokasi Terminal Barang di Kecamatan Krian. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember Surabaya
[17] Sofyan, M Yonni. 2006. Pengadaan Rumah Susun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya. Surabaya : ITS
[18] Nurani, Dea. 2008. Pembentukan ruang transisi publik - privat pada apartemen di dalam kawasan Mixed-use. Tugas Akhir Universitas Indonesia
[19] Irawati, Kiki (2010) Mall Dan Apartemen Di Kawasan Central Businesdistrik Jakarta. Undergraduate Thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dipoegoro
Undang – Undang, Peraturan dan Rencana Terkait
[20] Undang – Undang No. 20 Tahun 2011. Tentang Rumah Susun
[21] Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (RP4D) Kota Surabaya Tahun 2008-2018
[22] RTRW Kota Surabaya Tahun 2013
[23] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/2007. Tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Tingkat Tinggi.
[24] Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Nomer 10/KPTS/M/1999 tentang Kebijakan dan strategi pemerintahan dalam pembangunan rumah susun
[25] SNI 2004 Tata Cara Perencanaan Permukiman di Perkotaan
[26] Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern