HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN
SPIRITUAL SISWA
(Studi Deskeriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh : Hanaan NIM. 0900358
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran Sekolah Berasrama dengan
Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa
(Studi Deskriptif Korelasional Terhadap
Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung)
Oleh Hanaan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Hanaan 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
HANAAN
0900358
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN
SPIRITUAL SISWA
(Studi Deskeriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Mengetahui : Pembimbing I
Dr. H. Dinn Wahyudin, MA NIP. 19540206 197803 1 003
Pembimbing II
Dr. Deni Darmawan, M. Si NIP. 19711228 199802 1 003
Ketua Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. NIP 19591121 198503 1 001
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
ABSTRAK
Hanaan (0900358), Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa (Studi Derskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).
Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.
Fokus penelitian ini yaitu untuk mengetahui “Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?”. Secara lebih khusus rumusan masalah terdiri dari (1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama? (2) Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School?, (3) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School?.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan berupa angket, wawancara, observasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu Simple Random Sampling, jumlah sampel sebanyak 30 0rang. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil uji hipotesis pada (α= 0,05) menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,592 maka H1 diterima. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama telah berjalan sesuai dengan perencanaan dan komponen pembelajaran, (2) pengembangan kecerdasan spiritual siswa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama yang didalamnya berisi tata nilai yang diberikan melalui proses pencelupan budaya dan pembiasaan, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School.
Perlu pematangan perencanaan pembelajaran terutama untuk membuat hasil revisi kurikulum terbaru, Karena kurikulum sebagai acuan para guru untuk melaksanakan pembelajaran pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan.
ABSTRACT
Hanaan (0900358). Correlations between Implementation of Boarding School Learning Activities with Development of Students Spiritual Intelligence (Derskriptive Correlational Study of the Students VIII Grade in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).
Reasearch Paper. Majoring in Educational Technology, Departement of Curriculum and Educational Technology, in 2013.
The focus of this research is to know "Whether there are positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?. In more specific formulation of the problem consists of (1) How is the implementation of learning activities of boarding school? (2) How the development of spiritual intelligence students through the learning activities of the boarding school in SMP Daarut Tauhiid Boarding School?, (3) Whether there is a positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?.
This research uses descriptive correlational method with quantitative approach. The research instruments used are questionnaires, interviews and observation. The sampling technique used is simple random sampling, sample size of 30 respondents. Technique of data analysis in this study using the Pearson Correlation test.
Hypothesis test result at (α= 0,05) showed a correlation of 0.592, then H1 is accepted. In general it can be concluded that there is positive and significant correlation between the implementation of boarding school learning activities with the development of spiritual intelligence students. As for the specific conclusions on the research is, (1) boarding school learning activities implementation has been running in accordance with the planning and learning components, (2) development of spiritual intelligence learning activities carried out through student school boarding which contains the values that are given through a process of cultural immersion and conditioning, (3) There is a positive and significant relationship between boarding school learning activity implementation with the development of spiritual intelligence students in SMP Daarut Tauhiid Boarding School.
Need learning planning maturation especially to make the results of the latest curriculum revisions, because the curriculum as reference for teachers to carry out learning in accordance with the learning that has been planned.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Pembelajaran... 10
1. Pengertian Belajar ... 10
2. Proses Belajar ... 11
3. Pengertian Pembelajaran ... 12
4. Ciri-Ciri Pembelajaran ... 13
5. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 13
6. Pendekatan Pembelajaran... 18
B. Konesep Sekolah Berasrama ... 25
1. Pengertian Sekolah Berasrama ... 25
2. Sistem Sekolah Berasrama ... 25
C. Pengembangan Kecerdasan Spiritual ... 33
1. Pengertian Kecerdasan ... 33
2. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 35
D. Implementasi Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 38
E. Asumsi ... 39
F. Hipotesis ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41
1. Lokasi Penelitian ... 41
2. Populasi Penelitian ... 41
3. Sampel Penelitian ... 42
B. Variabel dan Desain Penelitian ... 43
C. Pendekatan Metode penelitian ... 44
1. Pendekatan Penelitian ... 44
2. Metode Penelitian... 45
D. Definis Operasional ... 46
E. Instrumen Penelitian... 47
F. Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Wawancaara ... 48
2. Observasi ... 49
3. Angket ... 49
G. Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 50
1. Uji Validitas ... 50
2. Uji Realibilitas ... 51
H. Teknik Analisis Data ... 53
2. Persentase Perolehan Skor ... 54
3. Uji Hipotesis ... 54
4. Uji Koefisien Determinasi ... 57
I. Prosedur dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
1. Profil SMP Daarut Tauhiid Boarding School ... 58
2. Hasil Uji Coba Instrumen... 60
3. Deskrpsi Data Penelitian ... 67
B. Analisis Data ... 73
1. Uji Normalitas Data ... 73
2. Uji Hipotesis ... 77
3. Uji Koefisien Determinasi ... 80
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
1. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama ... 80
2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 83
3. Hubungan Antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah Berasrama Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa ... 84
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 87
B. Rekomendasi ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School ... 41
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 42
Tabel 3.3 Hubungan Antar Variabel ... 44
Tabel 3.4 Rentang Skala Likert ... 50
Tabel 3.5 Kategori Persentase Jawaban ... 54
Tabel 3,6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi ... 56
Tabel 4.1Uji Validitas Angket Variabel X ... 61
Tabel 4.2 Uji Validitas Validitas Variabel Y ... 63
Tabel 4.3 Uji Realibilitas Angket Variabel X ... 65
Tabel 4.4 Uji Realibilitas Angket Variabel Y ... 66
Tabel 4.5 Nilai Statistik Variabel X ... 67
Tabel 4.6 Nilai Statistik Variabel Y ... 68
Tabel 4.7 Persentase Perolehan Skor Variabel X /item ... 69
Tabel 4.8 Persentase Perolehan Skor Variabel X /aspek ... 70
Tabel 4.9 Persentase Perolehan Skor Variabel Y /item ... 72
Tabel 4.10 Persentase Perolehan Skor Variabel Y / aspek ... 73
Tabel 4.12 Uji Koerlasi Pearson Variabel X dan Variabel Y ... 77
Tabel 4.13 Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisen Korelasi ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 14
Gambar 4.1 Grafik normal Q-Q plot variabel X ... 75
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar
belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masa remaja merupakan masa perkembangan dimana merupakan fase
yang sangat penting dalam rentang kehidupan karena pada masa ini banyak
hal yang terjadi. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan, perubahan, usia
yang bermasalah, masa pencarian identitas, masa tidak realistik dan masa
ambang dewasa. Dengan melihat keadaan sekarang ini ,tidak henti-hentinya
kita mendengar berita tentang kriminalitas yang dilakukan oleh siswa-siswa
seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu
diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Siswa sekolah yang melakukan tawuran (perkelahian antar remaja) yang tidak
sedikit menimbulkan korban, pergaulan yang menimbulkan seks bebas
dikalangan pelajar yang dapat merusak moral.
Wabsite Koran harian Kompas pada tanggal 27 September 2012
menunjukkan "Tercatat sepanjang tahun 2012, telah terjadi perkelahian
pelajar sebanyak sebelas kali. Dari sebelas kejadian, ada 5 korban jiwa," jelas
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Kamis (27/9/12)
di Mapolda Metro Jaya. Tahun lalu jumlah korban jiwa sebanyak lima orang.
Hal diatas menambah panjang deretan kekerasan yang terjadi dikalangan
antarpelajar, tidak sedikit pelajar yang terlibat kekerasan antar pelajar
tersebut. Padahal kekerasan dan kericuhan yang terjadi memiliki dampak
yang sangat tidak baik bagi pelajar itu sendiri, lingkungan sekitarnya dan juga
memberikan image negatif bagi sekolah.
Website Okezone.com pada tanggal 28 maret 2013 menunjukkan.
2
peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh
anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis
video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah
tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari
fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video
tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai
dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Watak tidak bermoral yang kian marak di negeri ini, sudah saatnya
siswa-siswa mengakhirinya dengan menumbuhkan prinsip-prinsip ajaran
Ilahi, akal pikiran, dan moral yang dijunjung tinggi agar siswa dapat
meneruskan eksistensinya sebagai generasi harapan bangsa. Sepanjang
rentang hidupnya seorang individu atau remaja memiliki sejumlah
tugas-tugas perkembangan yang harus terselesaikan pada setiap tahapannya untuk
menghindari berbagai hambatan atau permasalahan dalam diri individu
tersebut.
Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya konkrit secara
maksimal. Salah satu diantaranya adalah pendidikan melalui pambinaan dan
peningkatan moral siswa. Setiap orang berhak mandapatkan pendidikan
sesuai usianya sebagai kebutuhan hidup dimasa depannya. Kebutuhan
pendidikan setiap orang berbeda-beda karena setiap orang memiliki bakat,
minat, dan kemampuannya di bidang yang berbeda-beda serta tingkat yang
berbeda pula. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, diperlukan
pelayanan pendidikan yang optimal sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
3
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema
kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani
maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat
dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Penyelenggaraan pendidikan disekolah dilakukan melalui proses belajar
mengajar. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan
yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan pada saat ini mempengaruhi cara pandang masyarakat dan orang
tua siswa dalam memberikan aprisiasi terhadap proses yang dijalankan oleh
lembaga pendidikan secara cepat dan akurat, sejak dari sistem, layanan,
metode pembelajaran serta dampak hiden kurikulum yang muncul dalam
perilaku siswa. Dengan demikian pentingnya menanamkan kecerdasan
Spiritual sebagai acuan dari agama dapat mempermudah siswa dalam
memahami makna dari nilai dalam kehidupan ini. Seperti yang dikemukakan
Ian Marshall dan Dana Zohar ( 2002:10) bahwa siswa yang memiliki
kemampuan bersikap dapat melepaskan diri dari pengaruh budaya masyarakat
modern.
Menurut Ari Ginanjar (2001:44) “bahwa kecerdasan spiritual adalah
upaya menjernihkan hati agar bersih dari belenggu paradikma dan prasangka
yang salah satu upayamemunculkan fitnah manusia”. Lain halnya yang
dikemukakan oleh Dana Zohar Marshall dalam Ari Ginanjar (2001 :46)
mengemukakan bahwa, “kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadap persoalan makna atau value” yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luasdan
4
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya. Kecerdasan ini lebih
berusaha pada pencerahan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinyasecara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau
nilai-nilai masyarakat yang ada, tetapi menciptakan untuk memiliki
dasar-dasar spiritual, sehingga siswa secara pribadi terpuruk, terjebak oleh
kebiasaan dan kekhawatiran. Dengan demikian kecerdasan spiritual (Spiritual
Quatien) tampaknya merupakan jawaban terhadap kondisi semacam itu.
Seseorang dalam membangun dasar kecerdasan spiritualnya harus
berdasarkan rukun iman dan lima rukun Islam.
Walaupun kecerdasan spiritual berasaskan agama Islam, ini tidak berarti
kecerdasan spiritual hanya ditunjukkan secara eksklusif untuk individu Islam
saja, tapi kecerdasan spiritual adalah untuk semua tanpa melihat agama atau
bangsa. Kecerdasan spiritual juga merupakan suatu usaha yang telah dapat
menghubungkan agar siswa bermoral. Jadi siswa harus dididik untuk
mempunyai beberapa kecerdasan dalam dirinya sebelum tumbuh menjadi
siswa yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
nilai-nilai moral ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin. Jadi dalam
upaya pembinaan moral dilakukan untuk mengubah sikap dan tata laku
seseorang dalam rangka mengembangkan kualitas manusia tentang
pemahaman dan nilai-nilai yang buruk dan baik melalui upaya pengajaran
dan pelatihan yang pelaksanaannya berkesinambungan sehingga siswa
tumbuh menjadi yang berahklaq, bermoral, beretika dan berbudi pekerti.
Berbagai layanan pendidikan dan motede pendekatan yang efektif,
secara terencana dan terus-menerus diusahakan oleh para guru, pembina dan
seluruh element yang terlibat dalam peroses pendidikan dan pengajaran, agar
menghasilkan output siswa yang berprestasi sesuai dengan visi lembaga yang
dicanangkan. Salah satu program yang ada di Indonesia adalah Sekolah
Berasrama. Sekolah Berasrama adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana
5
dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester
diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.
Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan
sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang
baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda.
Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat
terlatih lebih baik dan optimal.
Perkembangan sekolah berasrama saat ini tidak hanya sebatas dalam
bentuk pondok pesantren atau berbasis agama Islam saja, namun juga sudah
memulai memadukan unsur lain, seperti pendidikan umum dan pendidikan
kedisiplinan. Beberapa lembaga pendidikan berbasis agama (selain Islam)
yang menerapkan sekolah berasrama pun mulai bermunculan. Ada juga
sekolah berasrama yang berbasis nasionalis, yang mencoba memindahkan
pola pendidikan kedisiplinan di militer kedalam pendidikan di sekolah
berasrama. Selain itu berkembang juga sekolah berasrama yang bersifat
umum, yang siswanya berasal dari berbagai kalangan.
Saat ini semakin banyak sekolah yang menggunakan sistem sekolah
berasrama. Salah satunya Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang
dikembangkan oleh K.H Abdullah Gymnastiar yaitu Sekolah Menengah
Pertama, Di sekolah para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas
dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem
konvensional. Untuk menjawab kemajuan jaman, sekolah-sekolah dengan
sistem sekolah berasraman telah merancang kurikulumnya dengan orientasi
kebutuhan masa depan. Kurikulum yang disajikan kepada para siswa pun
sedikit berbeda di banding sekolah lainnya.
Sekolah Menengah Pertama Daarut Tauhiid Boarding School memiliki
banyak keunggulan, antara lain menyediakan program pendidikan
komprehensif yang menyentuh berbagai aspek perkembangan siswa didik,
keberadaan fasilitas yang lengkap, keberadaan guru-guru yang berkualitas
yang umumnya tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di kelas, lingkungan
6
keamanan dan kualitas. Latar belakang siswa yang berasal dari berbagai
daerah dengan kodisi sosial budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan
akademik yang sangat beragam berkontribusi bagi siswa untuk membangun
wawasan nasional dan juga siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk lebih
menghargai perbedaan.
Kehidupan di sekolah dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian
siswanya yang dapat tercermin dari kemampuan siswa untuk mandiri tidak
hanya secara emosi melainkan juga melainkan juga tingkah laku dan nilai
dalam membangun pandangan hidup. Di sekolah siswa diajarkan untuk
memiliki disiplin dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun,
sehingga nantinya mereka dapat memahami manfaat dari apa yang telah
mereka lakukan.
Kemandirian di sekolah meliputi kemandirian dari segi pribadi dan
kemandirian dari segi sosial, bergaul dengan teman-temannya secara baik
dengan tidak membeda-bedakan antara teman satu dengan teman yang lain,
selalu berpikir positif tidak terlalu berburuk sangka, saling bekerja sama dan
tolong menolong dalam kebaikan. Selain itu juga terlihat dari aturan-aturan
yang dibuat untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian siswa
dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu
kembali kepada kepribadian masing-masing siswa dan kecerdasan emosi
yang dimilikinya. Budaya disiplin dan mandiri ini juga diharapkan mampu
menimbulkan jiwa kepemimpinan siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian “HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA” (Studi Deskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid
7
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah
berasrama dengan pengemembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut
Tauhiid Boarding school Bandung?”. Adapun rumusan masalah secara
khusus yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di
SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?;
2. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School
Bandung?;
3. Apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan
pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung?.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama
dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah
berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School.
2. Memperoleh data pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui
kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara
8
pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid
Boarding School Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah
berasrama dengan perkembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut
Taauhiid Boarding School Bandung diharapkan dapat memberikan manfaat
positif, diantaranya:
1. Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan
dalam pengembangan dan evaluasi yang dianggap positif untuk perbaikan
kegiatan pembelajaran;
2. Praktis
a. Lembaga yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi posotif
kepada lembaga diantaranya dapat membantu memberikan informasi
khususnya kepada orang tua, konselor dan guru dalam upaya
membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali serta
mengambangkan kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Peneliti
berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan
evaluasi yang dianggap positif untuk melakukan peningkatan dan
perbaikan berbagai upaya untuk menumbuh kembangkan kecerdasan
spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung,
diantaranya dengan :
1) Pengenalan dan pemahaman siswa tentang Kecerdasan Spiritual
melalui pembinaan oleh Guru, baik guru di sekolah atau di
asrama;
2) Mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diharapkan
9
b. Jurusan Kurikulum dan Teknologi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi
mengenai hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa
di SMP Daarut Tauhiid Boarding School. Hal ini juga menjadi bagian
dari kawasan teknologi pendidikan, yakni kawasan implementasi;
c. Peneliti
Memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan yang lebih dalam
serta menjawab rasa keingintahuan peneliti mengenai Hubungan
antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan
pengembangan kecerdasan spitiual siswa di SMP Daarrut Tauhiid
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik uji instrumen,
teknik analisis data, serta prosedur dan tahap-tahap pelaksanaan penelitian.
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penempatan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka
mempertangung jawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu, maka
lokasi penelitian ditentukan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, lokasi
yang peneliti pilih adalah SMP Daarut Tauhiid Boarding School
Bandung. Karena kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMP ini
sudah menggunakan Kurikulum berbasis asrama (Boarding School).
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP
Daarut Tauhiid Boarding school. berdasarkan data yang diperoleh jumlah
populasi kelas VIII SMP Daarut Tauhiid Boarding School terdiri dari 151
siswa, rincian jumlah populasi siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Populasi siswa kelas VIII SMP Daartu Tauhiid
Boarding School
KELAS JUMLAH
VIII-A 25 siswa
VIII-B 25 siswa
42
VIII-D 24 siswa
VIII-E 26 siswa
VIII-F 25 siswa
JUMLAH 151 siswa
3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian
Sampel Penelitian adalah suatu bagian dari populasi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ”. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah
lain, sampel harus representatif.
Penentuan jumlah sampel menurut Arikunto, suharsimi (200: 112)
adalah:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Mengingat jumlah populasi besar (di atas 100), berdasarkan teori
diatas maka sampel penelitian ini digunakan 20% dari populasi. Berarti
diambil 20% dari 151 siswa yang hasilnya adalah 30,2 orang. Kemudian
dibulatkan menjadi 30 orang siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
KELAS JUMLAH
VIII-A
5 siswa
VIII-B
5 siswa
VIII-C
43
VIII-D
5 siswa
VIII-E
5 siswa
VIII-F
5 siswa
JUMLAH
30 siswa
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling. Teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012:
118).
Cara yang digunakan pada teknik simple random sampling penelitian
ini adalah dengan cara ordinal, yaitu mengambil anggota populasi dari
atas ke bawah (Zainal Arifin 2011:218). Caranya adalah dengan
mengambil lima orang siswa dengan nomor urut presensi bilangan
kelipatan angka 5, yaitu 5, 10, 15, dan 20.
B. Variabel dan Desain Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2012: 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian
maka penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
Seddangkan variabel terikat merupakan varaibel yang dipengaruhi atau yang
44
menjadi variabel bebas (X) adlah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sekolah berasrama dan variabel terikat (Y) adalah pengembangan
kecerdasan spiritual siswa.karena penelitian ini merupakan penelitian
korelasinal, maka hubungan antara variabel X dan Y digambarkan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Hubungan Antar Vaeriabel
Keterangan :
XY : Hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama
dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa.
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011:114)
menjelaskan.
Metode penelitian kuantitatif dapat dirtikan sebagai metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan isntrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
45
2. Metode penelitian
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat,
serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok
dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat
yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode
penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti
perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok, yaitu: (a)
urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
suatu penelitian?, (b) alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan
dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa
yang akan digunakan dalam menganalisis data?, (c) bagaimana
melaksanakan penelitian tersebut?
“Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang dan melaksanakan, menolah, dan menarik kesimpulan
berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sukmadinata, 2008:317).
Fokus dalam penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di
SMP Daarut Tauhiid Boarding School. Maka berdasarkan rumusan
masalah yang ingin dijawab dan focus utama dalam penelitian ini,
penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif korelasional,
dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Arikunto (2009 :234), “penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan”. Metode ini dipergunakan untuk meneliti masalah-masalah yang sedang
berlangsung pada masa sekaraang dengan menjelaskan dana memahami
apa yang ada, pendapat yang berkembang, proses berlangsung dan akibat
46
Penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol
hal-hal yang sementara terjadi dan hanya dapat mengukur apa yang
ada. Maksud utama penggunaan metode deskriptif menurut Ali (2010:47) adalah “untuk mendeskripsikan keberadaan fenomena berdasarkan data empirik sebagai jawaban terhadap masalah yang terjadi saat riset dilakukan”.
Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:77) menjelaskan mengenai pengertian dari metode penelitian deskriptif korelasional, “studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh
mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabelm lain.” Hal ini senada dengan Nana Syaodih (2008:79) “studi hubungan (associational study), disebut juga studi korelasional
(correlational study), meneliti hubungan dua hal, dua variabel atau lebih.” Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan dua variabel tanpa merubah atau mengadakan perlakuan terhadap
variabel-variabel tersebut.
Sejalan dengan Muhammad Ali (2010:60) mengatakan bahwa
studi korelasional biasanya dimaksudkan untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang terkait hubungan kesejalanan (hubungan
paralel) antara dua atau lebih variabel. Menurut Zainal Arifin (2011:41) mengatakan “Pola-pola penelitisn deskriptif antara lain survey, studi kasus,kausal komparatif, korelasional dan pengembangan”. Sehingga dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif korelasional.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi keasalah pahaman dalam memakai kata-kata pada
penelitian ini maka peneliti mencantumkan definisi operasional, sebagai
berikut:
47
Kegiatan pembelajaran sekolah berasrama merupakan sistem
pembelajaran dimana siswa didik dan juga para guru dan pengelola
sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam
kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur
satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.dengan aktifitas yang padat.
Disinilah karakter demi karakter dipersiapkan untuk menghadapi masa
depan.
Diantaranya adalah program pendidikan yang paripurna,
lingkungan yang kondusif, guru yang berkualitas, siswa yang
heterogen, jaminan keamanan dan disiplin yang tinggi. Di lingkungan
sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik
dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda.
Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa
dapat terlatih lebih baik dan optimal.
2. Pengembangan kecerdasan spiritual
Kata pengembangan bermakna : peningkatan (up-grading),
perluasan (ekstensifikasi), pendalaman (intensifikasi) dan penyesuaian
(adaptasi). Kecerdasan spiritual yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemempuan dan upaya untuk memahami kesadaran diri,
memiliki visi, bersikap fleksibel, melakukan perubahan, menjadi
sumber inspirasi, dan merefleksi diri.
Jadi pengembangan kecerdasan spiritual, bermakna peningkatan,
perluasan, pendalaman, dan penyesuaian (terhadap perubahan
pendangan) mengenai kemempuan dan upaya untuk memahami
kesadaran diri, memiliki visi, bersikap fleksibel, melakukan perubahan,
menjadi sumber inspirasi, dan merefleksi diri.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket,
48
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian
digunakan instrument penelitian. Karena pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2011:148), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati”. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Angket sebagai instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian atau
responden. Dalam penelitian ini, angket sebagai instrumen penelitian utama.
Angket ini digunakan untuk melihat gambaran pelaksanaan pembelajaran
sekolah berasrama dan pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Sedangkan
pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang lebih
mendalam lagi dengan cara melakukan wawancara dengan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum dan sebagian guru. Pedoman observasi digunakan
untuk melihat secara langsung keadaan kedua variabel penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banayk digunakan dalam penelitian kualitatif
dan kuantitatif (Sukmadinata, 2008:216).
Wawancara dalam penelitian ini, dilakukan secara lisan dengan
pertemuan tatap muka secara indifidual untuk mendapatkan atau
mengungkapkan individual untuk mendapatkan atau mengungkapkan
informasi mengenai persepsi siswa tentang kecakapan hidup dan prestasi
belajar siswa serta bagaimana subyek penelitian memandang sesuatu
menurut perspektif, pengalamn atau perasaannya (informasi emic).
Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara berstruktur dengan
pertanyaan-49
pertanyaan yang kemungkinan jawaban pertanyaan telah disiapkan
peneliti dan keuntungan dari wawancara berstruktur ini adalah mudah
diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156). “Observasi adalah sebuah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra.”
Dalam mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan
data yang berbentuk deskripsi yang faktual, cermat, dan teliti serta terinci
mengenai kegiatan di lapangan. Pelaksanaan observasi dalam penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah dari penelitian ini, sehingga penelitia
memperoleh data dari informasi yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini,
observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan.
3. Angket (Kuisioner)
Angket yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
seperangkat daftar pertanyaan yang telah disusun dan kemudian
disebarkan kepada responden untuk memperoleh data yang diperlukan.
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
dimana pertanyaan atau pernyataan yang telah memiliki alternatif
jawaban yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak bisa
memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai
50
skala likert dengan skala deskriptif (SS,S,R,TS,STS). Dasar dari skala
likert ini adalah merespon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakn
dengan pernyataan persetujuan (setuju- tidak setuju) terhadap suatu objek
(Syaodih:2007:238).
Tabel 3.4 Rentang Skala Likert
Pernyataan
Sebuah instrumen dikatakan baik jika isntrumen tersebut mampu
mengukur apa yang digunakan dan dapat menangkap data variabel yang
diteliti secara tepat. Terdapat dua persyaratan minimal yang harus dipenuhi
oleh instrumen penelitian, yaitu validitas dan releabilitas. Dalam penelitian
ini, teknik uji instrumen yang akan digunakan yaitu.
1. Uji Validitas
Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur
terhadap konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pada penelitian ini, uji validitas dari instrumen angket menggunakan
teknik uji validiitas empirical validity, dimana angket yang digunakan
diujikan kepada sampel yang bukan sampel penelitian kemudian
skor-skor yang diperoleh dari angket tersebut dihitung menggunakan rumus
koefisien korelasi product moment dan Karl Pearson dalam Arikunto.
Adapun perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi prduct
51
∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ (Sumber: Suharsimi Arikunto 2006:254)
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : jumlah responden
X : jumlah jawaban item
Y : jumlah item keseluruhan
Uji validitas digunakan untuk menguji angket dengan menghitung
nilai validitas dari setiap butir soal yang ada dalam angket. Uji validitas
yang digunakan untuk menguji angket dengan menghitung nilai validitas
dari setiap butir soal yang ada dalam angket. Dalam hal ini dimana
angket yang digunakan diujikan kepada 26 orang sampel yang bukan
sampel sebenarnya, kemudian skor-skor yang diperoleh dari angket
tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi product moment
dari Karl Pearson dengan bantuan Ms. Excel.
2. Uji Reliabilitas
Sudjana dan Ibrahim, (2007:120-121) menyebutkan bahwa uji “reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan
hasil ukur yang sama”.
Metode uji releabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji reliabilitas internal consistency method. Dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Menurut Ronny S Kountur (2003:158)”Cronbach
alpha (α) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau angket yang paling sering digunakan, karena dapat digunakan pada tes-tes atau
angket-angket yang jawaban atau tanggapannya berupa pilihan.
Pilihannya dapat teerdiri atas dua pilihan atau lebih.
52
angket atau soal bentuk uraian”. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
mencari reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha sebagai
berikut:
a. Mencari varians total
∑ ∑
(Sumber : Suharsimi Arikunto 2006:196)
Keterangan: σt2
: Varian total ∑Y2
: Jumlah kuadrat skor total setiap responden (∑
Y) 2 : jumlah kuadrat seluruh skor total dari setiap
responden
N : jumlah responden uji coba
b. Mencari harga-harga varians setiap item
∑ ∑
(Suharsimi Arikunto 2006:196)
Keterangan: Σb2
: Varians butir setiap varians ∑X2
: Jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap varians (∑X) 2
: Jumlah kuadrat skor seluruh responden dari setiap item
N : Jumlah responden uji coba
c. Rumus Alpha
(
) ∑
(Sumber : Suharsimi Arikunto 2006:196)
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir item
∑σb2
53
σt2
: varians total
Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS versi 20.
H. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan dan mengumpulkan
data-data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah
melakukan analisis data. Data yang dikumpulkan merupakan data yang masih
bersifat mentah karena data yang diperoleh masih berupa uraian menganai
subjek yang diteliti seperti pengetahuan, pengalaman, pendapat maupun
hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data adalah
1. Menghitung jumlah lembar jawaban yang telah diisi oleh responden.
2. Memeriksa hasil jawaban responden dan memberikan skor.
3. Mentabulasikan data, yang meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Menghitung skor mentah yang telah diperoleh dari responden.
4. Mengolah data menggunakan uji statistika non-parametrik atau
parametrik berdasarkan hasil uji normalitas. Jika data berdistribusi
normal, maka pengolahan data menggunakan statistika parametric.
Sebaliknya, jika data tidak berdistribusi noemal, maka digunakan
statistika non-parametrik.
5. Menguji hipotesis dengan uji-t. jika thitung > ttabel. Maka hipotesis nol
ditolak, begitu juga sebaliknya.
6. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitasa data bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis. Jika data yang diperoleh berdistribusi
normal, maka digunakan metode statistika parametrik. Sedangkan jika data
54
2. Persentase Perolehan Skor
Dimaksudkan untuk mengetahui gambaran atau masing-masing aspek
yang diteliti. Langkah yang dilakukan adalah dengan cara menaksir rata-rata
skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor ideal, uantuk selanjutnya
interval skor yang didapatkan kemudian dikategorikan dalam interpretasi
tertentu. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung persentase perolehan
skor variabel X dan Y digunakan rumus:
(Muhammad Ali dalam Rochman, Fauzi 2011:40-41)
dimana :
P : Persentase Jawaban
f0 : Jumlah Skor yang Muncul
N : Jumlah Skor Total/ideal
Presentase jawaban yang diperoleh kemudian diiterpretasikan melalui
tabel berikut :
Tabel 3.5 Kategori Persentase Jaweban
Interval Kategori
81 %-100 % Sangat Baik
61 %-80 % Baik
50 %-60 % Cukup
35 %-49 % Kurang Baik
< 35 % Sangat Kurang Baik
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya
hipotesis yang diajukan. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
dilakukan langkah pengujian sebagai berikut:
55
Koefisisen korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan
antar variabel. Jika data yang ada berdistribusi normal maka rumus yang
digunakan adalah koefisien korelasi Product Moment dari Pearson,
dengan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑
(Sumber: Suharsimi Arikunto 2006:254)
Sedangkan jika data yang ada berdistribusi tidak normal, maka
pengolahan data dilakukan dengan statistika non-parametrik. Rumus
yang dipakai adalah koefisien korelasi Rank Spearmen, dengan rumus
sebagai berikut:
∑
(Sugiyono 2012:229)
Keterangan :
ρ : koefisien korelasi
n : jumlah responden
∑b i2
: jumlah kuadrat hasil ranking xi-yi
b. Keberartian Korelasi
Keberartian korealasi dimaksudkan untuk mengetahui berarti
tidaknya hubungan antaria variabel X (pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama) dengan variabel Y (pengembangan
kecerdadsan spiritual siswa), dengan menggunakan criteria interpretasi
koefisien korelasi. Koefisien korelasi biasanya berkisar antara +0,00 s/d
1,00, tanda (+) berarti menunjukkan arah hubungan positif, tanda (-)
menunjukkan arah hubungan negative. Nilai koefisien korelasi yang telah
56
Tabel 3.6
Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisen Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono 2012:257)
Koefisien korelasi positif berarti individu yang memperoleh skor
tinggi pada suatu variabel, akan tinggi pula skornya pada variabel lain
yang dikorelasikan. Sebaliknya individu yang mendapatkan skor rendah
pada suatu variabel, akan rendah pula skor pada variabel lainnya.
Sedangkan koefisien negatif berarti individu yang memperoleh skor
tinggi pada suatu variabel, akan mendapat skor rendah pada variabel lain
yang dikorelasikan. Sebaliknya individu yang mendapatkan skor rendah
pada suatu variabel, akan tinggi pada variabel lainnya.
c. Uji Signifikansi Korelasi
√ √
(Sugiyono, 2010:257 )
Keterangan:
t = nilai t hitung
ρ = nilai koefisien korelasi
57
Setelah mendapatkan nilai t hitung dari uji signifikansi korelasi,
kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nila t tabel.
Setelah itu dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitain. Jika t hitung
> t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan apabila t hitung < t tabel maka
H0 diterima dan H1 ditolak.
4. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi atau koefisien penentu dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD)
yaitu sebagai berikut :
KD = r2 x 100% dimana :
KD : Koefisien determinasi
R : Kuadrat koefisien korelasi
I. Prosedur dan Tabap-tahap Pelaksanaan Penelitian
Prosedur dan tahap-tahap penelitian merupakan kegiatan pelaksanaan
penelitianitian yang dimulai dari tahapan persiapan awal hingga tahap akhir
penyusunanan laporan. Tahapan pelaksanaan penelitian yang digunakan
rnengacu tahapan penelitian yang dijabarkan oleh Arikunto, Suharsimi
(2000:22).
1. Pembuatan rancangan penelitian.
Langkah-Iangkah dalam tahapan ini adalah memilih masalah, studi
pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar,
memilih pendekatan, dan menentukan variabel dan sumber data.
2. Pelaksanaan penelitian.
3. Langkah dalam tahapan ini adalah menentukan dan menyusun
instrumen, mengumpulkan data, analisis data, kemudian menarik
kesimpulan.
4. Pembuatan laporan penelitian.
Pada tahapan ini peneliti menulis laporan sesuai dengan data yang
87 BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini secara garis besar berisi kesimpulan dan rekomendasi yang
diperoleh dari data hasil penelitian yang dilakukan
A. SIMPULAN
Penelitian ini mengungkapkan masalah tentang apakah terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual
siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIII SMP
Daarut Tauhiid Boarding School Banduung.
1. Simpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa secara umum hipotesis yang dilakukan peneliti diterima
menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan
pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Hal itu dapat dilihat dari
hasil perhitungan uji koefisien korelasi dengan α = 0,05 adalah sebesar 0,592, tingkat keeratan yang diinterpretasikan kedalam kategori sedang
yaitu berada pada kisaran 0,40-0,599.
2. Simpulan Khusus
a. Pelaksanaan kegiatan pemebelajaran sekolah berasrma.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di
SMP Daarut Tauhiid Boarding School berdasarkan hasil
pengolahan data yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata
persentase perolehan skor pada aspek pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama dikalangan siswa SMP Daarut
Tauhiid Boarding School Bandung adalah sebesar 71,98 dari skor
88
pelaksanaannya, komponen-komponen pembelajaran seperti
tujuan, materi, metode, media, pengajar hingga evaluasinya
berjalan secara optimal dan bersinergi sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan, sehingga terjadinya interaksi antara siswa
dengan lingkungan belajarnya.
b. Pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui pelaksanaan
kegiatan pembelajaran sekolah berasrama.
Berdasarkan data hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kecerdasan spiritual siswa dikembangkan dan
dipengaruhi beberapa faktor , antara lain faktor lingkungan, faktor
keluarga dan sekolah. Salah satunya dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama. Kecerdasan yang dikembangkan
melalui pendekatan pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran
sekolah berasrama diantaranya para siswa diharapkan memiliki
ciri-ciri orang yang mengembangkan kecerdasan spiritualnya,
yaitu, mampu untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi,
mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil
pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan
hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan
antara berbagai hal, mandiri dan membuat seseorang mengerti akan
makna hidupnya. Melalui proses pencelupan dengan cara
pembiasaan budaya lembaga diantaranya Shalat Tahajjud, Shalat
Dhuha, Shalat Berjamaah, Shaum Sunnah Senin Kamis atau
Shaum Daud, dan juga implementasi Nilai-Nilai MQ, yaitu
kedisiplinan kebersihan dan kerapihan, Akhlakul Karimah.
Pengembangan kecerdasan yang dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama didalamnya berisi tata nilai SMP
Daarut Tauhiid boarding shool yaitu, beribadah dengan benar dan
89
(kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja berkualitas, kerja
tuntas), bersahaja dalam hidup, bantu sesama, bersihkan hati selalu.
c. Hubungan antara Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sekolah
Berasrama dengan Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan
kecerdasan spiritual siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji koefisien korelasi dengan α = 0,05 adalah sebesar 0,592, tingkat keeratan yang diinterpretasikan kedalam kategori
sedangyaitu berada pada kisaran 0,40-0,599.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasramadapat
menunjang dan memberikan kontribusi positif dalam upaya
pengembangan kecerdasan spiritual siswa. Semakin baik
perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan
pengembangan kecerdasan spiritual siswa, sehingga siswa mampu
mengembangkan kecerdasan spiritualnya terus-menerus dan
peningkatan yang cukup baik agar mampu memiliki ciri-ciri orang
yang mengembangkan kecerdasan spiritualnya.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dirumuskan dalam simpulan tersebut
diatas, bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama memliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan pengembangan kecerdasan
spiritual siswa, maka penulis mengajukan saran dan rekomendasi sebagai
berikut:
1. SMP Daarut Tauhiid
Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari
90
a. Perencanaan pembelajaran harus lebih matang, terutama untuk
membuat hasil revisi kurikulum terbaru, karena kurikulum sebagai
acuan para guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan spiritual siswa
yang berperan dalam keberhasilan siswa baik disekolah maupun
dilingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah
untuk lebih berperan aktif mengawasi tingkah laku siswa yang
berkaitan dengan pengembangan kecerdasan siswa khususnya
kecerdasan spiritual.
2. Guru
a. Diharapkan guru lebih mengembangkan Pelaksanaan kegiatan
Pembelajaran dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa
dalam rangka peningkatan pembelajaran yang lebih kondusif dan
dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
mengembangkan kecerdasannya, dan mengembangkan keilmuannya.
b. Perlu adanya variasi dalam penggunaan media dan metode
pembelajaran dikarenakan siswa beraktifitas selama 24 jam di
sekolah dan diasrama, baik dalam program pembelajaran dikelas
ataupun saat program pembinaan keasramaan, agar siswa tidak
merasa jenuh dan menrik perhatian siswa agar fokus dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Siswa
Hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat
berarti dan banyak memberikan pengalaman berharga jika siswa
melaksanakannya dengan baik dan mengaplikasikan pembiasaan yang
diberikan oleh sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya
diaplikasikan saat berada didalam sekolah saja, tetapi diharapkan dapat
bermanfaat baik untuk siswa sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan
sekitarnya.
91
Berdasarkan temuan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari
penelitian ini maka diharapkan:
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui pengembangan
meodel pembelejaran sekolah berasrama, terhadap perkembangan
ilmu teknologi pendidikan, terutama dalam pengembangan
kurikulum dalam sekolah dan strategi mengajar untuk guru;
b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
mengenai strategi dan pendekatan pembelajaran yang memiliki
tujuan institusional tersendiri.
5. Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini hanya mengkaji tentang hubungan antara pelaksanaan
kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan
kecerdasan spiritual siswa, perlu kiranya ada penelitian lebih lanjut
dengan mengkaji berbagai aspek yang lebih luas. Kajian lebih luas
yang dapat diteliti selanjutnya antara lain studi deskiptif tentang
implementasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama,
studi evaluatif pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah
berasrama, maupun mengkaji hubungan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan
lainnya.
b. Melakukan penelitian dengan menerapkan konsep-konsep yang lebih
luas, serta disarankan untuk menggunakan populasi dan sampel yang
lebih luas serta instrumen yang lebih beragam agar data dan
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ginanjar Ary. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.
Ali, Sambas dan Abdurahman, Maman. (2007). Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ali, Muhammad. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta.
________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
‘Athiyyah, Muhammad, Al Abrasyi. (2003). Perinsip-perinsip dasar pendidikan Bandung: Pustaka Setia. (Terjemah).
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2- cet. 10, Jakarta: Balai Pustaka,
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek (terjemahan). Batam: Interaksara.
Hermawan, A.H dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Bandung: Fokus Media
Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kountur, Ronny, (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV. Teruna Grafica
93
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sujarwo. (2012). Model-Model Pembelajaran Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta
Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.
__________________. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKK UNNES.
Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
________. (2012), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana. (2010), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Suwito dan Fauzan. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Pelajar.
Sagala, Syaiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Tafsir, Ahmad, dkk. (2004) Cakrawala pemikiran pendidikan islam. Bandung: Mimbar Pustaka.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
Umi Proboyekti dalam makalahnya : Apa itu Research, Riset atau Penelitian?, (Yogyakarta : Fakultas Teknik UKDW).
Zohar, D.& Marshall, I. (2002), SQ. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.
Basirun. (2011). Penelitian Korelasi. [Online]. Tersedia : http://basirunmetpel.blogspot.com/. [26 Maret 2013].
Dewa. (2012). Konsep Dasar Kecerdasan [online] Tersedia : http://dewasastra.wordpress.com /2012/03/21/konsep-dasar-kecerdasan/. [3 Mei 2013].
94
Lestari, Dwi. (2012). Kecerdasan Spiritual [online] Tersedia: http://spiritcitradeel167.blogspot.com/2012/11/kecerdasan-spiritual-spiritual-quotient.html. [10 maret 2013].
Maharani, Dina. (2012). Teori Intelegensi . [Oneline]. Tersedia : http://11055dina.blogspot.com/2012/03/teori-inteligensi-alfred-binet.html [16 Februari 2013].
Sudrajat, Akhmad. (2008, 26 Januari). Tentang Pendidikan Holistik [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/. [25 Februari 2013].
Sutrisno. Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School) [Online] Tersedia: http://sutrisno02.wordpress.com/author/sutris02/. [15 mei 2013].