• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS : Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS : Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis Universjtas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Penyelesaian Program Magister Pendidikan pada Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia

Oleh:

YULIARTI MUTIARSIH NIM : 979648

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

L E M B A R A N P E N G E S A H A N P E M B I M B I N G

Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II

Prof. Dr. H. Yus Rusvana Pembimbing I

(3)

ABSTRAK

Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di Sekolah Menengah Umura maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan sistem bunyi bahasa Indonesia. Kesulitan pertama yang ditemukan oleh pembelajar bahasa Perancis sebagai bahasa asing adalah adanya perbedaan antara pelafalan bahasa Indonesia dan pelafalan bahasa

Perancis.

Pengajaran pelafalan di Program Pendidikan Bahasa Perancis terdapat

pada mata kuliah Lire I (Pemahaman Teks Dasar), mahasiswa diperkenalkan

sekilas tentang pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis, dengan kata lain pengajaran mata kuliah ini menitikberatkan pada pemahaman teks bukan pada

pelafalan, sehingga masih banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan

kesalahan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata.

Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang berjudul "Pengajaran Pelafalan Bahasa Perancis dengan Menggunakan Model Artikulatoris". Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melafalkan fonem, kata, dan

rangkaian kata bahasa Perancis serta usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan

tersebut dengan menggunakan model artikulatoris.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain "pre-test

and post-test design". Metode tersebut dipergunakan untuk mengujicobakan

model artikulatoris sebagai

model pengajaran pelafalan bahasa Perancis,

sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, tes, dan angket.

Tes yang berupa tes pelafalan terdiri dari dua jenis yaitu pra-tes dan pos-tes. Dari

analisis pra-tes diketahui bahwa

mahasiswa tingkat I semester II mengalami

kesulitan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka digunakan model artikulatoris.

Dari hasil pos-tes dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil sebelum dan

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH 11

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

BAB T PENDAHUUJAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Pentingnya Masalah 5

1.4 Tujuan Penelitian 6

1.5 Manfaat Penelitian 7

1.6 Anggapan Dasar .' 7

1.7 Hipotesis 8

1.8 Definisi Operasional 8

1.9 Metodologi Penelitian 8

1.9.1 Metode Penelitian 8

1.9.2 Teknik Penelitian 9

1. Angket 9

2. Studi Pustaka 9

3. Tes 9

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1 Fonetik 10

2.1.1 Pengertian Fonetik 10

2.1.2 Berbagai Cabang Fonetik 10

(5)

2.2 Pembentukan Bunyi Bahasa 11

2.2.1 Sistem Bunyi Bahasa Perancis 13

2.2.2 Sistem Ejaan Bahasa Perancis 29

2.2.2.1 Ejaan Bahasa Perancis Menuliskan Bunyi 30 2.3 Tempat dan Cara Produksi Bunyi Vokal, Konsonan, dan

Semi Vokal Bahasa Perancis 39

2.4 Deskripsi Ramalan Kesulitan-kesulitan Bahasa Perancis 42

2.5 Model Pengajaran Bahasa 47

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 55

3.2 Populasi dan Sampel

55

3.3 Instrumen Penelitian 56

3.3.1 Instrumen Perlakuan 56

3.3.1.1 Model Artikulatoris I 56

3.3.2 Instrumen Tes 73

3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes

73

3.3.2.2 Tabel Pokok Uji 73

3.3.2.3 Tabel Perimbangan 74

3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal 74

3.3.3 Angket

74

3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis 75 3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes Ucapan 75

3.5 Penilaian Butir-butir Soal 76

(6)

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi dan Analisis Hasil Pra-tes Pelafalan Bahasa Perancis

78

4.1.1 Pelafalan Fonem 79

4.1.2 Pelafalan Kata 88

4.1.3 Pelafalan PasanganKata 92

4.1.4 Pelafalan Rangkaian Kata

98

4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Pos-tes Pelafalan Bahasa Perancis

102

4.2.1 Pelafalan Fonem 102

4.2.2 Pelafalan Kata 107

4.2.3 Pelafalan Pasangan Kata

109

4.2.4 Pelafalan Rangkaian Kata

114

4.3 Analisis Perhitungan Hasil Tes

118

4.4 Analisis Model Artikulatoris II 120

BAB V PEMBAHASAN 170

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

172

6.2 Saran-saran 174

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel Pembeda Vokal Oral dan Nasal Bahasa

Perancis 16

Tabel 2 Tabel Pembeda Konsonan Bahasa Perancis 22

Tabel 3 : Rekapitulasi Bahan Tes 73

Tabel 4 : Pokok Uji 73

Tabel 5 : Perimbangan Tes 74

Tabel 6 : Kisi-kisi Soal 74

Tabel 7 Kisi-kisi Angket Penelitian 75

Tabel 8 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem

dalam Pra-tes 79

Tabel 9 : Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam

Pra-tes 83

Tabel 10 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam

Pra-tes 88

Tabel 11 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Kata dalam Pra-tes 90

Tabel 12 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan

Kata dalam Pra-tes 92

Tabel 13 Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Pasangan Kata dalam Pra-tes 95

Tabel 14 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian

Kata dalam Pra-tes 98

Tabel 15 Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Ranekaian Kata dalam Pra-tes 100

(8)

Tabel 16 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem

dalam Pos-tes 102

Tabel 17 : Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam

Pos-tes 105

Tabel 18 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam

Pos-tes 107

Tabel 19 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Kata dalam Pos-tes 108

Tabel 20 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan

Kata dalam Pos-tes 109

Tabel 21 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Pasangan Kata dalam Pos-tes

Ill

Tabel 22 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian

Kata dalam Pos-tes 114

Tabel 23 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan

Rangkaian Kata dalam Pos-tes

115

Tabel

24

: Analisis Perhitungan Hasil Tes

118

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada

umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau

menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat

tetapi

kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap

memegang peranan yang sangat penting.

Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys

Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa

lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah

(1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan

media bahasa yang

terpenting dalam berbahasa.

Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan

dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.

Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang

(10)

Berbeda

dengan isyarat-isyarat atau

substansi lain apa pun

perbedaan-perbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda

di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada

malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang tergantung pada indra peraba untuk membuat dan menangkap

perbedaan-perbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan

membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63).

Dari pendapat tersebut di atas secara garis besar dapat disimpulkan

bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik

bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa

sebagai sistem tanda.

Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23)

mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing

dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala

dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka

transfer negatif yang muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi

penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik

bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua

(transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa

pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif).

Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan pada pembelajar untuk

(11)

mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah

fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi,

pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain.

Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri

(1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan dengan dasar

mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta

menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan.

Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran

pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa

Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat

dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan

berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa, dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat.

Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik

di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem

bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada

kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan

pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis

adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.

Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara

fonemik antara [v] - [fj, [z] - [s], [u] - [y], [o] - [3], [s] - [f], [oe] -[»],

(12)

bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue

[Ry] dan r<jue [Ru] , but [byt] dan bqui [bu] memiliki dua fonem yang berbeda

yaitu lyl dan /u/. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sistem bunyi tidak terlalu

banyak variasi. Misalnya, untuk mengucapkan kata baju, saku, buku, dan surat, hanya ada satu fonem yaitu Iwl, untuk melafalkan kata variasi, fakultas, fonem,

inyentaris, universitas, dan valutajidak ada perbedaan bunyi

[v] dan [f] yang

terdengar

hanya satu bunyi [fj, kata zaman, zodiak, zat, dan zamzam sering

diucapkan dengan menggunakan bunyi [j] seperti melafalkan kata jual, jangan,

jalan dan sebagainya. Bahkan dalam bahasa daerah, seperti bahasa Sunda sistem

bunyi [z], [v], [fj, [y], [oe], [0], [oe] ,[3] tidak digunakan.

Ditinjau dari segi pengajaran bahasa Perancis di Program Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pengajaran pelafalan diberikan secara terpadu pada mata kuliah Lire I yaitu mata kuliah pemahaman teks dasar. Dalam proses belajar mengajar Lire I mahasiswa diperkenalkan secara singkat pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis kemudian dilanjutkan pada pelafalan kata dan rangkaian kata, mahasiswa tingkat I tidak mengenal sama sekali bagaimana cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi sehingga

tidak mengherankan apabila hasil tes akhir semester I pada pencapaian

kemampuan membaca (membaca nyaring) dan pada pencapaian kemampuan

berbicara dalam mata kuliah Communicalion Orale I, mahasiswa masih banyak

melakukan kesalahan dalam pelafalan kata dan rangkaian kata bahasa Perancis.

Berdasarkan kenyataan yang ada, penulis tertarik untuk membuat suatu

model pengajaran pelafalan bahasa Perancis dengan menggunakan model

(13)

memperkenalkan bagaimana mekanisme alat ucap dalam menghasilkan bunyi

bahasa Perancis, sehingga dengan menunjukkan titik, tempat artikulasi,dan cara

kerja alat ucap mahasiswa dapat melafalkan fonem, kata dan rangkaian kata

dengan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian ini

adalah : Model pengajaran apa yang dapat mempermudah pelafalan bahasa

Perancis bagi mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Perancis?

Berdasarkan masalah pokok tersebut fokus penelitian diarahkan pada

empat problematik berikut:

a. Kesulitan dalam melafalkan fonem apa yang akan terjadi bagi mahasiswa

tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik

1999-2000 ?

b. Seberapa besar peranan model artikulatoris dapat mengatasi kesulitan

mahasiswa

dalam melafalkan

bunyi fonem,

kata, dan kalimat bahasa

Perancis?

c. Apakah model artikulatoris dapat mempermudah dan mempercepat mahasiswa

dalam melafalkan fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis?

(14)

1.3 Pentingnya Masalah

Masalah ini penting untuk dikaji melalui penelitian ilmiah didasarkan

pertimbangan bahwa:

a. Penguasaan pelafalan merupakan salah satu unsur penting dalam

pembelajaran bahasa Perancis karena penguasaan pelafalan dapat menunjang

keterampilan berbahasa lisan khususnya pada keterampilan berbicara dan

keterampilan membaca (membaca nyaring).

b. Pengajaran pelafalan bahasa Perancis perlu diberikan sejak awal di Program

Pendidikan Bahasa Perancis agar mahasiswa terbiasa melafalkan kata dan

kalimat dengan baik dan benar.

c. Model artikulatoris dapat mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem

dan kata bahasa Perancis.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan umum untuk mencari model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan

fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis, sedangkan tujuan khusus dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesulitan pelafalan

bahasa Perancis yang dihadapi mahasiswa tingkat I Program Pendidikan Bahasa

Perancis, gambaran tentang peranan fonetik artikulatoris, serta gambaran tentang

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

Seteiah penelitian ini selesai, diharankan hasilnya bermaniaat:

1 Untuk mempermudah dan mempercepat penguasaan pelafalan bahasa

Perancis bagi mahasiswa bahasa Perancis.

2 Untuk mempermudah pengajar bahasa Perancis dalam mengajarkan mata

kuliah yang berhubungan dengan penguasaan berbahasa lisan.

3 Untuk membiasakan mahasiswa melafalkan dan menggunakan bahasa

Perancis.

1.6 Anggapan Dasar

Beberapa pokok pikiran yang dijadikan anggapan dasar sebagai titik tolak

penelitian ini adalah:

1. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu fonem dan

morfem (Gorys Keraf, 1996: 33).

2. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dapat dipelajari melalui

berbagai cabang fonetik, salah satu di antaranya adalah fonetik artikulatoris

(Chaedar Alwasilah, 1993:88).

3. Kebiasaan dalam berbahasa ibu sangat berpengaruh terhadap pemerolehan

bahasa kedua (Tarigan, 1992:10).

4. Analisis Kontrastif merupakan suatu konsep yang bertujuan menanggulangi

(16)

5. Bahasa Indonesia telah dipelajari secara formal sejak kelas satu Sekolah

Dasar, sedangkan bahasa Perancis

merupakan bahasa asing yang pada

umumnya mulai dipelajari di Program Bahasa Sekolah Menengah Umum atau

di Perguruan Tinggi.

1.7 Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam

penelitian

ini yakni

: Model

Artikulatoris dapat meningkatkan kemampuan pelafalan mahasiswa.

1.8 Definisi Operasional

1. Pengajaran Pelafalan

Pengajaran dalam penelitian ini adalah pengajaran pelafalan bahasa Perancis

yang terdiri dari pelafalan fonem, kata dan rangkaian kata.

2. Model artikulatoris

Model dalam penelitian ini adalah model pengajaran pelafalan yang

menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan gambar titik, tempat

artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi

1.9 Metodologi Penelitian

1.9.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Eksperimen

(17)

untuk mengujicobakan model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yaitu model

artikulatoris.

1.9.2 Teknik Penelitian

1. Angket

Angket digunakan dalam penelitian sebagai data tambahan yang bertujuan

mengetahui latar belakang mahasiswa mengenai bahasa yang digunakan,

pelafalan bahasa Perancis, usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pelafalan

fonem bahasa Perancis.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik penelitian yang penulis pergunakan untuk

memperoleh teori-teori yang berkenaan denganmasalah penelitian.

3. Tes

Tes lisan (tes pelafalan) diberikan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa

(18)
(19)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan desain

pre-test andpost-test group design yang dibagankan sebagai berikut:

Oi X 02 keterangan : Oi = prates

02 = postes

X = perlakuan

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan

sesudah eksperimen.

3.2 Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di Program Pendidikan Bahasa Perancis

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Alasannya, pertama

karena penulis ingin lebih meningkatkan mutu pengajaran berbahasa lisan. Kedua

berkaitan dengan alasan-alasan teknis, seperti

kemudahan dan kepraktisan

pelaksanaan penelitiannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah kemampuan pelafalan mahasiswa

Program Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000. Sampelnva

(20)

56

adalah

kemampuan pelafalan mahasiswa tingkat I semester II Program

Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengajaran pelafalan bahasa Perancis sebagai instrumen perlakuan, angket untuk memperoleh

data tambahan, dan instrumen tes berupa tes bunyi bahasa Perancis dilakukan di

laboratorium bahasa. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut : mahasiswa melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata yang direkam dalam

kaset. Hasil rekaman mahasiswa tersebut dijadikan sumber data penelitian ini.

3.3.1 Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

pelafalan bahasa Perancis.

Model pengajaran pelafalan yang diujicobakan kepada mahasiswa

tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik

1999-2000 adalah Model Artikulatoris.

3.3.1.1 Model Artikulatoris I

Model ini menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan

menunjukkan titik, tempat artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses

pembentukan atau produksi bunyi fonem bahasa Perancis dan menampilkan pula

(21)

57

Berikut ini karakteristik model yang diujicobakan dan program satuan pelajaran yang digunakan untuk pengajaran pelafalan bahasa Perancis.

A. Karakteristik Model Artikulatoris I

Model ARTIKULATORIS

1. Tujuan : 1. Melatih mahasiswa melafalkan secara tepat fonem, dan

kata bahasa Perancis.

2. Membiasakan mahasiswa untuk melafalkan fonem, kata, dan

kalimat bahasa Perancis dengan baik dan benar.

3. Mempermudah dan mempercepat mahasiswa dalam

penguasaan berbahasa lisan

• Tipe Mahasiswa : Mengenai dua bahasa (Bahasa Indonesia dan bahasa

Daerah).

• Asumsi Belajar : Teori Behavioris tentang pembentukan kebiasaan.

• Asumsi Pengajaran : Guru mengendalikan kelas.

• Teknik : Drill (latihan berulang-ulang).

Mahasiswa melafalkan berulang-ulang fonem bahasa Perancis

dengan baik dan benar kemudian setelah mampu melafalkannya

meningkat pada pelafalan kata dan akhirnya dapat membaca

kalimat bahasa Perancis dengan baik dan benar.

• Metode : Eklektik.

(22)

58

Setelah dapat melafalkan fonem kemudian meningkat pada kata

dan akhirnya membaca kalimat bahasa Perancis dengan baik

dan benar.

B. Pedoman Pelaksanaan Mode! Artikulatoris I

Pengajaran pelafalan dengan menggunakan model artikulatoris I dimulai

dengan menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan menunjukkan titik,

tempat artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi

fonem bahasa Perancis. Fonem dilafalkan menurut bunyinya dengan cara

menerangkan tahap demi tahap cara pembentukan bunyi fonem tersebut. Fonem

yang telah diajarkan itu dirangkaikan menjadi kata dan akhirnya digabungkan

menjadi kalimat.

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Pengajaran

1. Pelajaran dimulai dengan pengenalan fonem bahasa Perancis secara lepas.

Tiap fonem diajarkan menurut bunyinya. Misalnya pelajaran dimulai dengan

mengenalkan bunyi [e] yang dibentuk dengan cara lidah ditekan pada ujung

gigi bagian bawah, kemudian mulut sedikit terbuka dari bunyi [I] laiu bibir

sedikit tersenyum. Setelah itu, dikenalkan bunyi fonem bahasa Perancis yang

lainnya ; [s], [y ], [a], [o], [ce], [5], [0] dan seterusnya.

2. Setelah mahasiswa dapat melafalkan fonem-fonem bahasa Perancis dengan

baik dan benar, maka pengajar menampilkan daftar kata yang menggunakan

bunyi-bunyi fonem yang telah dipelajari, misalnya : bunyi [e] dalam kata des

(23)

59

3. Setelah mahasiswa dapat melafalkan kata-kata yang dibentuk dengan

bunyi-bunyi fonem yang telah dikenalnya, maka kata-kata itu disusun menjadi

kalimat,

misalnya

lis

vont

au

cinema

avec

lew

ami

[ilvoosinemaavekloeRami], Je prends Vavion pour aller a Jakarta [zdpRa

laviopuRaleajakaRta].

4. Seperti yang telah disebutkan pada nomor 1 bahwa setiap bunyi fonem yang

telah dikenalnya diharapkan dapat dilafalkan oleh mahasiswa baik dalam kata

maupun dalam kalimat bahasa Perancis.

Pada proses ini tentunya peranan pengajar di kelas sangat diperlukan.

Pengajar harus terus melatih mahasiswanya untuk menguasai bunyi-bunyi fonem

bahasa Perancis dengan menerangkan tahap demi tahap cara produksi bunyi-bunyi

fonem tersebut.

Berdasarkan pengamatan penulis, mahasiswa masih belum dapat

mengaplikasikan bunyi fonem terhadap kata maupun kalimat bahasa Perancis.

Hal ini disebabkan oleh ketidaksempumaan dari model artikulatoris I yang hanya

menekankan pada penguasaan bunyi fonem tanpa memperhatikan aturan bunyi

pembentukan kata.

D. Model Artikulatoris I

Model artikulatoris I yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah

(24)

\

MODEL

PELAFALAN VOKAL, KONSONAN, DAN SEMI VOKAL

BAHASA PERANCIS

[i]

[e]

\ V

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

Mulut hampir tertutup

Bibir tersenyum

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

Mulut sedikit terbuka dari [ i ]

Bibir sedikit tersenyum

60

\

(

[B]

Lidah ditekan antara gigi bawah, lebih datar dari

[e]

i

(~.i

>agaSs-N

j •

!

i

v V Mulut terbuka 1 • / /

Bibir lebih ditarik dari [e]

(

[a]

\

\ Lidah ditekan antara gigi bawah

(~> ^ ^

] • Mulut terbuka 1 \ jcfl^S^^fe

S? A

1 Bibir sedikit tersenyum

|

i

i

/

(25)

[a]

3 !

[0]

[u]

Lidah diletakkan di belakang gigi bawah

Mulut terbuka

Bibir bulat tanpa keluar udara

61

\ * Lidah ditekan. pada pangkal gigi bagian

bawah

Mulut terbuka

Bibir agak bundar, sangat lemas (tidak tegang)

Lidah sangat menurun

Mulut hampir tertutup

Bibir ke depan dan bulat

Lidah berada di belakang, ujungnya berada di

bawah

Mulut hampir tertutup

(26)

v

[0]

Of _rtv»

v

M

[ex]

i

m

\ • Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

Mulut hampir tertutup

Bibir dibulatkan, ditempelkan pada gigi

62

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

Mulut sedikit tertutuup dari [ y ]

Bibir dibulatkan menempel pada gigi

Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah

Mulut lebih terbuka lebar Bibir dibulatkan

Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah

Mulut terbuka

(27)

s>>

X

[e]

[a]

,1,

'¥'1

Iv/

Lidah ditekan antara gigi bagian bawah

Mulut terbuka lebar

Bibir tersenyum

Udara dilepas melalui hidung

Lidah sedikit diturunkan Mulut agak terbuka

Bibir bulat tanda gerakan ujung bibir Udara dilepas melalui hidung

Lidah sangat menurun

Mulut hampir tertutup

Bibir dibulatkan dan dimajukan ke depan

Udara dilepas melalui hidung

Lidah dimajukan

Mulut terbuka

Bibir bulat

Udara dilepas melalui hidung

(28)

[p]

\i

-r~—[b]

,.

[t]

[d]

64

\ • Bibir bawah merapat pada bibir atas

Biarkan terbuka sehingga udara lepas

Pita suara tidak bergetar

/

Bibir bawah merapat pada bibir atas

Biarkan terbuka sehingga udara lepas

• Pita suara bergetar

• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik

ke bawah

• Biarkan udara iepas

• Pita suara tidak bergetar

/

/

\ • Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik

ke bawah

(29)

[g]

/

[m]

~\)

^

65

Ujung lidah berada di bawah

Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu

ditarik

Biarkan udara lepas

Pita suara tidak bergetar

• Ujung lidah berada di bawah

• Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu

ditarik

• Biarkan udara lepas

• Pita suara bergetar

• Bibir dirapatkan laiu dibuka

• Udara keluar melalui hidung

• Pita suara bergetar

\ • Daun lidah menyentuh gigi atas laiu ditarik

\

i

! dengan cepat

i

>/

J

Udara keluar melalui hidung

i
(30)

[ ]

[f]

r\* ' ' " "•

S

;-1

[v]

"^

,/

,/

66

Ujung lidah ditekan pada gigi bawah

Pangkal lidah menyentuh langit-langi dengan

cepat

Udara keluar melalui hidung Pita suara bergetar

Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa

penurunan dagu

Udara keluar secara terus-menerus antara bibir dan gigi

Pita suara tidak bergetar

Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa

penurunan dagu

Udara keluar secara terus-menerus antara bibir dan gigi

Pita suara bergetar

\ • Lidah berada di gigi bagian bawah

[s]

]

* Udara keluar secara terus-menerus

(31)

[z]

[ ]

O

s

[ ]

[R]

\ • Lidah berada di gigi bagian bawah

• Udara keluar secara terus-menerus

Pita suara bergetar

Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit

Bibir dimajukan ke depan

Udara keluar secara terus-menerus

Pita suara tidak bergetar

\

• Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit

Bibir dimajukan ke depan

• Udara keluar secara terus-menerus

• Pita suara bergetar

\ • Ujung lidah berada di gigi bawah

• Pangkal lidah menyentuh langit-langit

• Udara keluar melalui mulut secara

terus-m e n e r u s

• Pita suara bergetar

(32)

[1]

[J]

W

\

'-[w]

68

\ • Ujung lidah menempel pada gigi bagian atas

♦ Udara keluar lewat mulut secara terus-menerus

Pita suara tidak bergetar

• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [i]

• Lidah naik mendekati geraham

• Pita suara bergetar

\ • Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [y]

Bibir bulat

Pita suara bergetar

Lidah dikebelakangkan seperti pada pelafalan

[u]

Bibir bulat

(33)

69

PELAFALAN KATA

[e]

:

des [de]

tes [te]

nez [nez]

ses [se]

mes [me]

les [le]

[s]

:

des [ds]

taie [ts]

nait [ne]

sait [ss]

mais [ms]

lait [Is]

[a]

:

tache [tap

lame [lam]

pate [pat]

[a]

:

tache [taj* ]

lame [lam]

patte [pat]

[o]

:

port[poR]

bo! [bol]

grosse [gRos]

sotte [sot]

faute [fot]

pomme [p om]

[o]

:

pot [po]

beau [bo]

gros [gRo]

(34)

[0]

:

peux [p0]

jeune [^0n]

veut [v0]

[oe]

:

neuf [ncef]

jeune [^.cen]

veulent [vcel]

[u]

:

roue [Ru]

tout [tu]

pousse [pus]

sous [su]

fou [fu]

bout [bu]

[y]

:

rue[Ry]

tu [ty]

puce [pys]

sur [syR]

fut [fyt]

bu [by]

en[

]

vent [va,]

sans [sco]

dans [da]

gant [ga]

cent [s ^

[s]

:

hein [sj

vin [vs]

sain [ssf

daim [dsj

gain [gs]

cinq [ssf

(35)

71

cape [kap]

cab [kab]

[p]

:

pas [pa]

depit [dopi]

[b]

:

bas [ba]

debit [debi]

[f]

:

faux [fo]

fou [fu]

[v]

:

vaux [vo]

vous [vu]

0]

:

miette [mjst]

nier [nje]

passif [pasif]

passive [pasiv]

fille [fij]

If]

:

muette [mij st]

nuit [nt|i ]

fuit [fU| ]

[w]

:

(36)

72

PHRASES

1. lis vont au cinema avee leur amis

2. Je prends Pavion pour aller a Jakarta

3. lis invitent mes amis a diner chez eux

4,Mon oncle passe ses vacances

S.EIIe mange du

pain pour le petit

dejeuner

6. Nous

faisons

du

velo

au

Bois

de

Boulogne

7. Elle est sortie avec sa mere

8,11 a un chien qui s'appelle Medor

9, Les etudiants ont lu des journaux

lO.Les

eleves

sont

alles

au

zoo

en

(37)

3.3.2 Instrumen Tes

Tes yang diberikan berupa tes pelafalan bahasa Perancis, yaitu pelafalan

vokal dan konsonan, pelafalan kata, pelafalan dua kata yang berbeda, dan

membaca kalimat.

3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes

Rekapitulasi ini merupakan langkah awal dalam penyusunan tes yang

[image:37.595.83.481.280.498.2]

menyangkut aspek kognitifdan berisi semua bahanyang akan diuji kepada siswa.

Tabel 3

Rekapitulasi Bahan Tes

No Materi Jumlah soal Aspek kognitif

1 2 3 Foneir. Kata Kalimat 20 20 5 Aplikasi Aplikasi Aplikasi Total 45

3.3.2.2 Tabel Pokok Uji

Untuk menentukan bentuk soal yang akan diberikan kepada siswa, terlebih

dahulu penulis membuat tabel pokok uji yang berisikan bahan dan tipe soal yang

sesuai dengan jenjang dan tujuan yang hendak dicapai.

Tabel 4

Pokok Uji

No Pokok Uji Aspek Kognitif Tipe Soal

1 2 D 4 Meiafalkan fonem Melafalkan kata

Melafalkan pasangan kata Melafalkan rangkaian kalimat

[image:37.595.86.483.575.710.2]
(38)

3.3.2.3 Tabel Perimbangan

Penyusunan tabel perimbangan bertujuan untuk menentukan jumlah soal

tes, bentuk soal, bobot nilai, dan waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap soal yang

[image:38.595.68.475.201.567.2]

akan diujikan.

Tabel 5

Perimbangan Tes

No Tipe Soal Jumlah

Soal

Waktu Total

Bobot Skor

1 Pelafalan fonem 20 r 1 20

2 Pelafalan kata 10 r 1 10

3 Pelafalan pasangan kata 10 2' 9 20

4 Pelafalan rangkaian kata 5 2' 2 10

3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal

Tabel 6 Kisi-kisi Soal

No Materi Jumlah Soal %

1 2 Fonem Kata Kalimat 20 20 5 44 44 12

Total 45 100

3.3.3 Angket

Penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa tingkat I semester 2

Program Pendidikan Bahasa Perancis UPI tahun akademik 1999-2000 untuk

(39)

juga bahasa yang sering digunakan di rumah dan di kampus. Untuk lebih jelasnya,

tabel kisi-kisi angket disusun sebagai berikut:

Tabel 7

Kisi-kisi angket penelitian

No Aspek yang diteiiti f %

1 2 3

4

Bahama yang digunakan

Pelafalan bahasa Perancis

Usaha-usaha mengatasi kesulitan pelafalan fonem

bahasa Perancis

Kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem

bahasa Perancis 4 2 1 40 30 10 20

Total 10 100

3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis

Pelaksanaan tes pelafalan dilakukan di laboratorium bahasa sebanyak 2

kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Dalam pelaksanaannya, baik

untuk pra-tes maupun pos-tes

mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok yang

masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa, mereka diminta untuk

merekam suara mereka dengan cara melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata

bahasa Perancis. Untuk memperlancar proses pelaksanaan tes ini, penulis

meminta bantuan 4 orang pengajar bahasa Perancis.

3.4.1

Cara Koreksi dan Penilaian Tes licapan

Soal pra-tes dan pos-tes yang digunakan terdiri dari empat bagian, 20

soal pelafalan fonem, 10 soal pelafalan kata, 10 soal pelafalan pasangan kata, dan

[image:39.595.60.473.175.579.2]
(40)

76

1 untuk jawaban tepat dan 0 untuk jawaban tidak tepat. Sedangkan pada bagian 3

penulis memberikan skor 2 untuk jawaban tepat kedua pasangan kata, skor 1

untuk jawaban salah satu kata yang tepat, dan skor 0 untuk jawaban tidak tepat

kedua pasangan kata. Untuk bagian 4, masing-masing kalimat yang terdiri dari 4

kata diberi skor 2.

Selanjutnya, skor 2, 1, dan 0 menggambarkan ketepatan dan

ketidaktepatan pelafalan. Misalnya pada bagian pertama, untuk menghasilkan

bunyi [ej responden harus melafalkan dengan artikulasi sebagai berikut:

-

Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah

-

Mulut sedikit terbuka dari bunyi [i]

- Bibir sedikit tersenyum

Apabila salah satu tahapan ini tidak dilakukan oleh responden, maka bunyi yang

dihasilkan tidak akan sesuai dengan bunyi yang diharapkan, dengan kata lain

bunyi yang dihasilkan tidak tepat.

3.5 Penilaian Butir-butir Soal

Setelah penyusunan butir-butir soal tes, tahap selanjutnya yaitu meminta

expert jugement, yaitu penilaian terhadap butir-butir soal oleh para ahli yang ada

di Program Pendidikan Bahasa Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis dengan

tujuan agar instrumen tersebut benar-benar valid dan reliabel untuk diujikan pada

(41)

3.6 Analisis Data

Rumus yang digunakan untuk menghitung efektivitas perlakuan (X)

adalah :

Md

^ N(N -1)

keterangan :

Md = mean dari deviasi (d) antara postes dan pretes

xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

N = banyaknya subjek

(42)
(43)

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan mencari model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem,

kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.

Penelitian tersebut dilakukan di Program Pendidikan Bahasa Perancis selama satu semester. Penulis mengadakan pra-tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa, setelah diketahui kemampuan awal mereka barulah diadakan perlakuan yaitu penggunaan model artikulatoris dalam pengajaran pelafalan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa tingkat I yang

mempelajari bahasa Perancis masih melakukan kesalahan dalam melafalkan

fonem-fonem tertentu. Pada umumnya, mahasiswa melakukan kesalahan

melafalkan bunyi fonem [oe], [0], [y], [oe], [8^, [ol, [e], [sf dan menggantikannya

dengan fonem yang dekat dengan bahasa yang telah mereka kuasai betul.

Misalnya, bunyi [oe] dan bunyi [0] dilafalkan [d], bunyi [y] dilafalkan [u] pada kata tu [ty], bunyi [o] dilafalkan [on], bunyi [s] dilafalkan [e] pada kata pres

[pRe]. Menurut Leon Monique (1964:1), kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa

asing dapat berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pelafalan,

kebiasaan ritme, kebiasaan irama, dan kebiasaan kesulitan bahasa. Selanjutnya,

John

Lyons

(1995:101)

berpendapat

pula

bahwa

"ketidakmampuan"

mengucapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor

(44)

bahasa ibu seseorang seperti apa yang didengar dari cara pengucapannya. Hal ini berarti kebiasaan dalam berbahasa pertama (Bl) sangat berpengaruh terhadap

pemerolehan B2.

Kendala yang dihadapi mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor

kebiasaan berbahasa ibu. Hal tersebut didukung pula oleh angket sebagai data

tambahan bahwa pada umumnya bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di

lingkungan keluarga maupun ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa

Indonesia (50%), bahasa daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu

bahasa Padang dan Bali (10%). Untuk mengatasinya, diperlukan suatu pengajaran

pelafalan bahasa Perancis yang diberikan sedini mungkin sehingga mahasiswa

terlatih dan terbiasa untuk melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan

baik dan benar. Di dalam penelitian ini penulis membuat suatu model pengajaran pelafalan yang dapat melatih, membiasakan, mempermudah, dan mempercepat

penguasaan pelafalan mahasiswa.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, model artikulatoris yang

digunakan dalam pengajaran pelafalan bahasa Perancis ternyata dapat mengatasi

kendala yang dihadapi mahasiswa meskipun dilihat dari tingkat keberhasilan

belum mencapai seratus persen. Hal tersebut bisa dimengerti karena model ini

belum digunakan secara maksimal.

Dalam proses uji coba model artikulatoris penulis mendapat masukan

dalam penyempurnaan model. Model artikulatoris II yang penulis kembangkan

dan sempurnakan dari model artikulatoris I sangat sistematis karena dibuat

(45)
(46)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang

mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka

kuasai, yaitu bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah, maka kesulitan pertama

yang mereka temukan adalah melafalkan sistem bunyi bahasa yang sedang

mereka pelajari yaitu bahasa Perancis.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes pelafalan, dapat

disimpulkan terdapat dua macam kategori

kesalahan yang dibuat oleh

mahasiswa.

Pertama bahwa masih banyak mahasiswa tingkat I semester II bahasa

Perancis secara fonologis cenderung mentransfer sistem fonologi bahasa

Indonesia atau bahasa daerah ke dalam bahasa Perancis pada waktu melafalkan

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0| dilafalkan [0], bunyi [oe]

dilafalkan [a], [u], [e].

Kedua masih terdapat mahasiswa bahasa Perancis yang malas untuk

memfungsikan alat ucap dengan baik dan benar, misalnya dalam melafalkan

vokal nasal bahasa Perancis [6], [£], dan [ce] kurang memfungsikan bibir dan

mulut

sehingga bunyi yang dihasilkan [on], [en], dan [Of)] ringan dan tidak

sempurna.

(47)

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan pula ramalan kesulitan

pelafalan

bahasa Perancis bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa

Perancis. Mahasiswa diramalkan akan menemukan kesulitan dalam melafalkan

bunyi [ y ] dan menggantikannya dengan bunyi [u], bunyi [ ('] dengan bunyi [s],

bunyi [z] dengan bunyi [j] atau dengan bunyi [s], bunyi [ z] dengan bunyi [j],

bunyi [v] dengan bunyi [fj, bunyi [f] dengan bunyi [p] bunyi [e ] dengan bunyi

[e], bunyi [o] dengan bunyi [3], bunyi [oe] dan bunyi [0] dengan bunyi [d], bunyi

[2C]dengan bunyi [an], bunyi [6 ] dengan [on], bunyi

[s'] dengan bunyi [en].

Berdasarkan

hasil analisis tes temyata tidak semua fonem yang diramalkan

tersebut tidak dapat dilafalkan oleh mahasiswa, dengan kata lain mahasiswa tidak

mengalami kesulitan untuk melafalkan bunyi [e],[f],[p],[z],[o],[v],[<], sedangkan

untuk bunyi [oe],[0],[y],[6],[oe],[s], dan [zj ramalan tersebut benar.

Dari angket sebagai data tambahan dapat disimpulkan bahwa pada umumnya

bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di lingkungan keluarga maupun

ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa Indonesia (50%),

bahasa

daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu bahasa Padang dan Bali (10%)

sehingga tidak heran apabila mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam

melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis karena kebiasaan

berbahasa ibu masih dominan di lingkungan mahasiswa bahasa Perancis. Pada

saat penguasaan bahasa Perancis sebagai bahasa kedua, semua gejala bahasa yang

mirip baik dalam bentuk, arti, maupun distribusinya akan mempercepat proses

belajar, sedangkan gejala fonologi yang berbeda dari bahasa Indonesia dan atau

(48)

174

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyebab utama kesulitan belajar

bahasa asing adalah mterferensi bahasa ibu; dan kesulitan belajar itu sebagian

atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Model artikulatoris yang digunakan dalam penelitian ini dapat

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem, kata, dan

rangkaian kata terlihat dari adanya perubahan tingkah laku mahasiswa dari yang

tidak mampu melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis

menjadi mampu melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis. Dari yang tidak sempurna melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata menjadi

sempurna. Dengan kata lain, hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa

model artikulatoris dapat meningkatkan kemampuan pelafalan mahasiswa

terbukti benar.

6.2 Saran-saran.

Dari temuan penelitian ini diketahui bahwa kemampuan mahasiswa tingkat I

Program Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000 dalam

melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis tampak belum

sempurna, untuk itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak.

Pertama, pengelola program bahasa Perancis hendaknya memasukkan

program pengajaran pelafalan sebagai mata kuliah khusus pada awal pengajaran

bahasa Perancis di tingkat I, sehingga kebiasaan melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan baik dan benar dapat ditanamkan pada mahasiswa sejak

(49)

Kedua, pengajar bahasa Perancis tingkat I hendaknya memberikan latihan

ucapan melalui drill dengan mencermati kelemahan mahasiswa pada cara pelafalan, sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan pelafalan. Dalam proses pengajaran pelafalan sebaiknya pengajar menggunakan model artikulatoris

yang sudah teruji keterandalannya, karena model ini terbukti dapat meningkatkan

kemampuan pelafalan mahasiswa dan dapat mempermudah serta mempercepat

mahasiswa dalam penguasaan pelafalan.

Keliga, mahasiswa hendaknya membiasakan diri untuk melatih ucapan

melalui bacaan teks secara nyaring sehingga mereka akan memiliki kebiasaan

melafalkan kata dan rangkaian kata bahasa Perancis dengan baik dan benar.

Selain itu, hendaknya mahasiswa memiliki kamus bahasa Perancis yang

menampilkan transkripsi fonetik sehingga mereka dapat melihat cara pelafalan

kata yang baik dan benar. Dalam temuan penelitian ini masih terdapat

mahasiswa yang melafalkan bunyi fonem dan kata secara alfabetis, oleh karena

itu mahasiswa perlu memahami secara baik hubungan bunyi dan tulisan. Untuk

membantu dengan cepat pemerolehan bahasa Perancis, mahasiswa hendaknya

berkomunikasi dengan penutur asli, agar dapat mempelajari sendiri irama,

(50)

Gambar

Tabel 3Rekapitulasi Bahan Tes
Tabel 5Perimbangan Tes
Tabel7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pelaksanaan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap siklus pendapatan didokumentasikan oleh auditor dalam kertas kerja sebagai bagian dari pelaksanaan

Peralatan, Aset Tetap lainnya Beban dibayar dimuka Utang usaha Beban Pabrik Beban Penjualan Beban Administrasi Pembuatan Order Pembelian Penerimaan Barang dan Jasa

SYAFITRI ENGINEERING

Saya menyatakan pula bahwa saya tidak melakukan pengutipan sebagian atau seluruh gagasan, pemikiran, atau tulisan orang lain dengan cara-cara yang melanggar hukum

Percobaan Pengolahan Kayu Daun Lebar dan Kayu Campuran Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas.. Lembaga Penelitian

This certificate must be issued to the payment recipient on annual basis by the payers for all taxes withheld under Article 23 of Law on Income Tax within last working day of

Dampak sosial dari aktivitas ‘boro’ tercermin melalui dua hal, yaitu pertama, adanya wadah atau perkumpulan warga boro yang mempunyai tujuan untuk

[r]