PENGAJARAN PELAFALAN BAHASA PERANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULATORIS
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis Universjtas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 1999-2000)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Penyelesaian Program Magister Pendidikan pada Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia
Oleh:
YULIARTI MUTIARSIH NIM : 979648
PROGRAM PASCASARJANA
L E M B A R A N P E N G E S A H A N P E M B I M B I N G
Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II
Prof. Dr. H. Yus Rusvana Pembimbing I
ABSTRAK
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di Sekolah Menengah Umura maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan sistem bunyi bahasa Indonesia. Kesulitan pertama yang ditemukan oleh pembelajar bahasa Perancis sebagai bahasa asing adalah adanya perbedaan antara pelafalan bahasa Indonesia dan pelafalan bahasa
Perancis.
Pengajaran pelafalan di Program Pendidikan Bahasa Perancis terdapat
pada mata kuliah Lire I (Pemahaman Teks Dasar), mahasiswa diperkenalkan
sekilas tentang pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis, dengan kata lain pengajaran mata kuliah ini menitikberatkan pada pemahaman teks bukan pada
pelafalan, sehingga masih banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan
kesalahan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang berjudul "Pengajaran Pelafalan Bahasa Perancis dengan Menggunakan Model Artikulatoris". Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melafalkan fonem, kata, dan
rangkaian kata bahasa Perancis serta usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
tersebut dengan menggunakan model artikulatoris.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain "pre-test
and post-test design". Metode tersebut dipergunakan untuk mengujicobakan
model artikulatoris sebagai
model pengajaran pelafalan bahasa Perancis,
sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, tes, dan angket.
Tes yang berupa tes pelafalan terdiri dari dua jenis yaitu pra-tes dan pos-tes. Dari
analisis pra-tes diketahui bahwa
mahasiswa tingkat I semester II mengalami
kesulitan dalam pelafalan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka digunakan model artikulatoris.
Dari hasil pos-tes dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil sebelum dan
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR i
UCAPAN TERIMA KASIH 11
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
BAB T PENDAHUUJAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Pentingnya Masalah 5
1.4 Tujuan Penelitian 6
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.6 Anggapan Dasar .' 7
1.7 Hipotesis 8
1.8 Definisi Operasional 8
1.9 Metodologi Penelitian 8
1.9.1 Metode Penelitian 8
1.9.2 Teknik Penelitian 9
1. Angket 9
2. Studi Pustaka 9
3. Tes 9
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Fonetik 10
2.1.1 Pengertian Fonetik 10
2.1.2 Berbagai Cabang Fonetik 10
2.2 Pembentukan Bunyi Bahasa 11
2.2.1 Sistem Bunyi Bahasa Perancis 13
2.2.2 Sistem Ejaan Bahasa Perancis 29
2.2.2.1 Ejaan Bahasa Perancis Menuliskan Bunyi 30 2.3 Tempat dan Cara Produksi Bunyi Vokal, Konsonan, dan
Semi Vokal Bahasa Perancis 39
2.4 Deskripsi Ramalan Kesulitan-kesulitan Bahasa Perancis 42
2.5 Model Pengajaran Bahasa 47
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian 55
3.2 Populasi dan Sampel
55
3.3 Instrumen Penelitian 56
3.3.1 Instrumen Perlakuan 56
3.3.1.1 Model Artikulatoris I 56
3.3.2 Instrumen Tes 73
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
73
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji 73
3.3.2.3 Tabel Perimbangan 74
3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal 74
3.3.3 Angket
74
3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis 75 3.4.1 Cara Koreksi dan Penilaian Tes Ucapan 75
3.5 Penilaian Butir-butir Soal 76
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi dan Analisis Hasil Pra-tes Pelafalan Bahasa Perancis
78
4.1.1 Pelafalan Fonem 79
4.1.2 Pelafalan Kata 88
4.1.3 Pelafalan PasanganKata 92
4.1.4 Pelafalan Rangkaian Kata
98
4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Pos-tes Pelafalan Bahasa Perancis
102
4.2.1 Pelafalan Fonem 102
4.2.2 Pelafalan Kata 107
4.2.3 Pelafalan Pasangan Kata
109
4.2.4 Pelafalan Rangkaian Kata
114
4.3 Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
4.4 Analisis Model Artikulatoris II 120
BAB V PEMBAHASAN 170
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
172
6.2 Saran-saran 174
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tabel Pembeda Vokal Oral dan Nasal Bahasa
Perancis 16
Tabel 2 Tabel Pembeda Konsonan Bahasa Perancis 22
Tabel 3 : Rekapitulasi Bahan Tes 73
Tabel 4 : Pokok Uji 73
Tabel 5 : Perimbangan Tes 74
Tabel 6 : Kisi-kisi Soal 74
Tabel 7 Kisi-kisi Angket Penelitian 75
Tabel 8 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pra-tes 79
Tabel 9 : Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pra-tes 83
Tabel 10 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pra-tes 88
Tabel 11 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pra-tes 90
Tabel 12 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pra-tes 92
Tabel 13 Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pra-tes 95
Tabel 14 Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pra-tes 98
Tabel 15 Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Ranekaian Kata dalam Pra-tes 100
Tabel 16 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Fonem
dalam Pos-tes 102
Tabel 17 : Persentase Ketidaktepatan Pelafalan Fonem dalam
Pos-tes 105
Tabel 18 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Kata dalam
Pos-tes 107
Tabel 19 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Kata dalam Pos-tes 108
Tabel 20 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Pasangan
Kata dalam Pos-tes 109
Tabel 21 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Pasangan Kata dalam Pos-tes
Ill
Tabel 22 : Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan Rangkaian
Kata dalam Pos-tes 114
Tabel 23 : Persentase Ketidaktepatan dan Ketepatan Pelafalan
Rangkaian Kata dalam Pos-tes
115
Tabel
24
: Analisis Perhitungan Hasil Tes
118
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada
umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau
menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat
tetapi
kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap
memegang peranan yang sangat penting.
Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys
Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah
(1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan
media bahasa yang
terpenting dalam berbahasa.
Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang
Berbeda
dengan isyarat-isyarat atau
substansi lain apa pun
perbedaan-perbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda
di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada
malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang tergantung pada indra peraba untuk membuat dan menangkap
perbedaan-perbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan
membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63).
Dari pendapat tersebut di atas secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik
bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa
sebagai sistem tanda.
Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing
dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala
dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka
transfer negatif yang muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi
penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik
bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua
(transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa
pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif).
Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan pada pembelajar untuk
mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah
fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi,
pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain.
Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri
(1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan dengan dasar
mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta
menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan.
Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran
pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa
Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat
dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan
berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa, dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat.
Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik
di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem
bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada
kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan
pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis
adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara
fonemik antara [v] - [fj, [z] - [s], [u] - [y], [o] - [3], [s] - [f], [oe] -[»],
bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue
[Ry] dan r<jue [Ru] , but [byt] dan bqui [bu] memiliki dua fonem yang berbeda
yaitu lyl dan /u/. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sistem bunyi tidak terlalu
banyak variasi. Misalnya, untuk mengucapkan kata baju, saku, buku, dan surat, hanya ada satu fonem yaitu Iwl, untuk melafalkan kata variasi, fakultas, fonem,
inyentaris, universitas, dan valutajidak ada perbedaan bunyi
[v] dan [f] yang
terdengar
hanya satu bunyi [fj, kata zaman, zodiak, zat, dan zamzam sering
diucapkan dengan menggunakan bunyi [j] seperti melafalkan kata jual, jangan,
jalan dan sebagainya. Bahkan dalam bahasa daerah, seperti bahasa Sunda sistem
bunyi [z], [v], [fj, [y], [oe], [0], [oe] ,[3] tidak digunakan.
Ditinjau dari segi pengajaran bahasa Perancis di Program Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pengajaran pelafalan diberikan secara terpadu pada mata kuliah Lire I yaitu mata kuliah pemahaman teks dasar. Dalam proses belajar mengajar Lire I mahasiswa diperkenalkan secara singkat pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis kemudian dilanjutkan pada pelafalan kata dan rangkaian kata, mahasiswa tingkat I tidak mengenal sama sekali bagaimana cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi sehingga
tidak mengherankan apabila hasil tes akhir semester I pada pencapaian
kemampuan membaca (membaca nyaring) dan pada pencapaian kemampuan
berbicara dalam mata kuliah Communicalion Orale I, mahasiswa masih banyak
melakukan kesalahan dalam pelafalan kata dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Berdasarkan kenyataan yang ada, penulis tertarik untuk membuat suatu
model pengajaran pelafalan bahasa Perancis dengan menggunakan model
memperkenalkan bagaimana mekanisme alat ucap dalam menghasilkan bunyi
bahasa Perancis, sehingga dengan menunjukkan titik, tempat artikulasi,dan cara
kerja alat ucap mahasiswa dapat melafalkan fonem, kata dan rangkaian kata
dengan sempurna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian ini
adalah : Model pengajaran apa yang dapat mempermudah pelafalan bahasa
Perancis bagi mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Perancis?
Berdasarkan masalah pokok tersebut fokus penelitian diarahkan pada
empat problematik berikut:
a. Kesulitan dalam melafalkan fonem apa yang akan terjadi bagi mahasiswa
tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik
1999-2000 ?
b. Seberapa besar peranan model artikulatoris dapat mengatasi kesulitan
mahasiswa
dalam melafalkan
bunyi fonem,
kata, dan kalimat bahasa
Perancis?
c. Apakah model artikulatoris dapat mempermudah dan mempercepat mahasiswa
dalam melafalkan fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis?
1.3 Pentingnya Masalah
Masalah ini penting untuk dikaji melalui penelitian ilmiah didasarkan
pertimbangan bahwa:
a. Penguasaan pelafalan merupakan salah satu unsur penting dalam
pembelajaran bahasa Perancis karena penguasaan pelafalan dapat menunjang
keterampilan berbahasa lisan khususnya pada keterampilan berbicara dan
keterampilan membaca (membaca nyaring).
b. Pengajaran pelafalan bahasa Perancis perlu diberikan sejak awal di Program
Pendidikan Bahasa Perancis agar mahasiswa terbiasa melafalkan kata dan
kalimat dengan baik dan benar.
c. Model artikulatoris dapat mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem
dan kata bahasa Perancis.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan umum untuk mencari model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan
fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis, sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesulitan pelafalan
bahasa Perancis yang dihadapi mahasiswa tingkat I Program Pendidikan Bahasa
Perancis, gambaran tentang peranan fonetik artikulatoris, serta gambaran tentang
1.5 Manfaat Penelitian
Seteiah penelitian ini selesai, diharankan hasilnya bermaniaat:
1 Untuk mempermudah dan mempercepat penguasaan pelafalan bahasa
Perancis bagi mahasiswa bahasa Perancis.
2 Untuk mempermudah pengajar bahasa Perancis dalam mengajarkan mata
kuliah yang berhubungan dengan penguasaan berbahasa lisan.
3 Untuk membiasakan mahasiswa melafalkan dan menggunakan bahasa
Perancis.
1.6 Anggapan Dasar
Beberapa pokok pikiran yang dijadikan anggapan dasar sebagai titik tolak
penelitian ini adalah:
1. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu fonem dan
morfem (Gorys Keraf, 1996: 33).
2. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dapat dipelajari melalui
berbagai cabang fonetik, salah satu di antaranya adalah fonetik artikulatoris
(Chaedar Alwasilah, 1993:88).
3. Kebiasaan dalam berbahasa ibu sangat berpengaruh terhadap pemerolehan
bahasa kedua (Tarigan, 1992:10).
4. Analisis Kontrastif merupakan suatu konsep yang bertujuan menanggulangi
5. Bahasa Indonesia telah dipelajari secara formal sejak kelas satu Sekolah
Dasar, sedangkan bahasa Perancis
merupakan bahasa asing yang pada
umumnya mulai dipelajari di Program Bahasa Sekolah Menengah Umum atau
di Perguruan Tinggi.
1.7 Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian
ini yakni
: Model
Artikulatoris dapat meningkatkan kemampuan pelafalan mahasiswa.
1.8 Definisi Operasional
1. Pengajaran Pelafalan
Pengajaran dalam penelitian ini adalah pengajaran pelafalan bahasa Perancis
yang terdiri dari pelafalan fonem, kata dan rangkaian kata.
2. Model artikulatoris
Model dalam penelitian ini adalah model pengajaran pelafalan yang
menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan gambar titik, tempat
artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi
1.9 Metodologi Penelitian
1.9.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Eksperimen
untuk mengujicobakan model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yaitu model
artikulatoris.
1.9.2 Teknik Penelitian
1. Angket
Angket digunakan dalam penelitian sebagai data tambahan yang bertujuan
mengetahui latar belakang mahasiswa mengenai bahasa yang digunakan,
pelafalan bahasa Perancis, usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pelafalan
fonem bahasa Perancis.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik penelitian yang penulis pergunakan untuk
memperoleh teori-teori yang berkenaan denganmasalah penelitian.
3. Tes
Tes lisan (tes pelafalan) diberikan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan desain
pre-test andpost-test group design yang dibagankan sebagai berikut:
Oi X 02 keterangan : Oi = prates
02 = postes
X = perlakuan
Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan
sesudah eksperimen.
3.2 Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di Program Pendidikan Bahasa Perancis
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Alasannya, pertama
karena penulis ingin lebih meningkatkan mutu pengajaran berbahasa lisan. Kedua
berkaitan dengan alasan-alasan teknis, seperti
kemudahan dan kepraktisan
pelaksanaan penelitiannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah kemampuan pelafalan mahasiswa
Program Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000. Sampelnva
56
adalah
kemampuan pelafalan mahasiswa tingkat I semester II Program
Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengajaran pelafalan bahasa Perancis sebagai instrumen perlakuan, angket untuk memperoleh
data tambahan, dan instrumen tes berupa tes bunyi bahasa Perancis dilakukan di
laboratorium bahasa. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut : mahasiswa melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata yang direkam dalam
kaset. Hasil rekaman mahasiswa tersebut dijadikan sumber data penelitian ini.
3.3.1 Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
pelafalan bahasa Perancis.
Model pengajaran pelafalan yang diujicobakan kepada mahasiswa
tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik
1999-2000 adalah Model Artikulatoris.
3.3.1.1 Model Artikulatoris I
Model ini menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan
menunjukkan titik, tempat artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses
pembentukan atau produksi bunyi fonem bahasa Perancis dan menampilkan pula
57
Berikut ini karakteristik model yang diujicobakan dan program satuan pelajaran yang digunakan untuk pengajaran pelafalan bahasa Perancis.
A. Karakteristik Model Artikulatoris I
Model ARTIKULATORIS
1. Tujuan : 1. Melatih mahasiswa melafalkan secara tepat fonem, dan
kata bahasa Perancis.
2. Membiasakan mahasiswa untuk melafalkan fonem, kata, dan
kalimat bahasa Perancis dengan baik dan benar.
3. Mempermudah dan mempercepat mahasiswa dalam
penguasaan berbahasa lisan
• Tipe Mahasiswa : Mengenai dua bahasa (Bahasa Indonesia dan bahasa
Daerah).
• Asumsi Belajar : Teori Behavioris tentang pembentukan kebiasaan.
• Asumsi Pengajaran : Guru mengendalikan kelas.
• Teknik : Drill (latihan berulang-ulang).
Mahasiswa melafalkan berulang-ulang fonem bahasa Perancis
dengan baik dan benar kemudian setelah mampu melafalkannya
meningkat pada pelafalan kata dan akhirnya dapat membaca
kalimat bahasa Perancis dengan baik dan benar.
• Metode : Eklektik.
58
Setelah dapat melafalkan fonem kemudian meningkat pada kata
dan akhirnya membaca kalimat bahasa Perancis dengan baik
dan benar.
B. Pedoman Pelaksanaan Mode! Artikulatoris I
Pengajaran pelafalan dengan menggunakan model artikulatoris I dimulai
dengan menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan menunjukkan titik,
tempat artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi
fonem bahasa Perancis. Fonem dilafalkan menurut bunyinya dengan cara
menerangkan tahap demi tahap cara pembentukan bunyi fonem tersebut. Fonem
yang telah diajarkan itu dirangkaikan menjadi kata dan akhirnya digabungkan
menjadi kalimat.
C. Langkah-langkah Pelaksanaan Pengajaran
1. Pelajaran dimulai dengan pengenalan fonem bahasa Perancis secara lepas.
Tiap fonem diajarkan menurut bunyinya. Misalnya pelajaran dimulai dengan
mengenalkan bunyi [e] yang dibentuk dengan cara lidah ditekan pada ujung
gigi bagian bawah, kemudian mulut sedikit terbuka dari bunyi [I] laiu bibir
sedikit tersenyum. Setelah itu, dikenalkan bunyi fonem bahasa Perancis yang
lainnya ; [s], [y ], [a], [o], [ce], [5], [0] dan seterusnya.
2. Setelah mahasiswa dapat melafalkan fonem-fonem bahasa Perancis dengan
baik dan benar, maka pengajar menampilkan daftar kata yang menggunakan
bunyi-bunyi fonem yang telah dipelajari, misalnya : bunyi [e] dalam kata des
59
3. Setelah mahasiswa dapat melafalkan kata-kata yang dibentuk dengan
bunyi-bunyi fonem yang telah dikenalnya, maka kata-kata itu disusun menjadi
kalimat,
misalnya
lis
vont
au
cinema
avec
lew
ami
[ilvoosinemaavekloeRami], Je prends Vavion pour aller a Jakarta [zdpRa
laviopuRaleajakaRta].
4. Seperti yang telah disebutkan pada nomor 1 bahwa setiap bunyi fonem yang
telah dikenalnya diharapkan dapat dilafalkan oleh mahasiswa baik dalam kata
maupun dalam kalimat bahasa Perancis.
Pada proses ini tentunya peranan pengajar di kelas sangat diperlukan.
Pengajar harus terus melatih mahasiswanya untuk menguasai bunyi-bunyi fonem
bahasa Perancis dengan menerangkan tahap demi tahap cara produksi bunyi-bunyi
fonem tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis, mahasiswa masih belum dapat
mengaplikasikan bunyi fonem terhadap kata maupun kalimat bahasa Perancis.
Hal ini disebabkan oleh ketidaksempumaan dari model artikulatoris I yang hanya
menekankan pada penguasaan bunyi fonem tanpa memperhatikan aturan bunyi
pembentukan kata.
D. Model Artikulatoris I
Model artikulatoris I yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah
\
MODEL
PELAFALAN VOKAL, KONSONAN, DAN SEMI VOKAL
BAHASA PERANCIS
[i]
[e]
\ V
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir tersenyum
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut sedikit terbuka dari [ i ]
Bibir sedikit tersenyum
60
\
(
[B]
Lidah ditekan antara gigi bawah, lebih datar dari[e]
i
(~.i
>agaSs-N
j •!
i
v V Mulut terbuka 1 • / /Bibir lebih ditarik dari [e]
(
[a]
\\ • Lidah ditekan antara gigi bawah
(~> ^ ^
] • Mulut terbuka 1 \ jcfl^S^^fe
S? A
1 • Bibir sedikit tersenyum
|
i
i/
[a]
3 !
[0]
[u]
Lidah diletakkan di belakang gigi bawah
Mulut terbuka
Bibir bulat tanpa keluar udara
61
\ * Lidah ditekan. pada pangkal gigi bagian
bawah
Mulut terbuka
Bibir agak bundar, sangat lemas (tidak tegang)
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir ke depan dan bulat
Lidah berada di belakang, ujungnya berada di
bawah
Mulut hampir tertutup
v
[0]
Of _rtv»
v
M
[ex]
im
\ • Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan, ditempelkan pada gigi
62
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
Mulut sedikit tertutuup dari [ y ]
Bibir dibulatkan menempel pada gigi
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
Mulut lebih terbuka lebar Bibir dibulatkan
Lidah ditekan di antara gigi bagian bawah
Mulut terbuka
s>>
X
[e]
[a]
,1,
'¥'1
Iv/
Lidah ditekan antara gigi bagian bawah
Mulut terbuka lebar
Bibir tersenyum
Udara dilepas melalui hidung
Lidah sedikit diturunkan Mulut agak terbuka
Bibir bulat tanda gerakan ujung bibir Udara dilepas melalui hidung
Lidah sangat menurun
Mulut hampir tertutup
Bibir dibulatkan dan dimajukan ke depan
Udara dilepas melalui hidung
Lidah dimajukan
Mulut terbuka
Bibir bulat
Udara dilepas melalui hidung
[p]
\i
-r~—[b]
,.
[t]
[d]
64
\ • Bibir bawah merapat pada bibir atas
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
Pita suara tidak bergetar
/
Bibir bawah merapat pada bibir atas
Biarkan terbuka sehingga udara lepas
• Pita suara bergetar
• Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
ke bawah
• Biarkan udara iepas
• Pita suara tidak bergetar
/
/
\ • Daun lidah menempel pada gusi atas laiu ditarik
ke bawah
[g]
/
[m]
~\)
^
65
Ujung lidah berada di bawah
Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
Biarkan udara lepas
Pita suara tidak bergetar
• Ujung lidah berada di bawah
• Pangkal lidah menempel pada langit-langit laiu
ditarik
• Biarkan udara lepas
• Pita suara bergetar
• Bibir dirapatkan laiu dibuka
• Udara keluar melalui hidung
• Pita suara bergetar
\ • Daun lidah menyentuh gigi atas laiu ditarik
\
i
! dengan cepat
i
>/
J
♦Udara keluar melalui hidung
i[ ]
[f]
r\* ' ' " "•
S
;-1
[v]
"^
,/
,/
66
Ujung lidah ditekan pada gigi bawah
Pangkal lidah menyentuh langit-langi dengan
cepat
Udara keluar melalui hidung Pita suara bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir dan gigi
Pita suara tidak bergetar
Gigi atas menempel pada bibir bawah tanpa
penurunan dagu
Udara keluar secara terus-menerus antara bibir dan gigi
Pita suara bergetar
\ • Lidah berada di gigi bagian bawah
[s]
]
* Udara keluar secara terus-menerus
[z]
[ ]
O
s
[ ]
[R]
\ • Lidah berada di gigi bagian bawah
• Udara keluar secara terus-menerus
Pita suara bergetar
Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
Bibir dimajukan ke depan
Udara keluar secara terus-menerus
Pita suara tidak bergetar
\
• Ujung lidah digerakkan ke arah langit-langit
• Bibir dimajukan ke depan
• Udara keluar secara terus-menerus
• Pita suara bergetar
\ • Ujung lidah berada di gigi bawah
• Pangkal lidah menyentuh langit-langit
• Udara keluar melalui mulut secara
terus-m e n e r u s
• Pita suara bergetar
[1]
[J]
W
\
'-[w]
68
\ • Ujung lidah menempel pada gigi bagian atas
♦ Udara keluar lewat mulut secara terus-menerus
Pita suara tidak bergetar
• Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [i]
• Lidah naik mendekati geraham
• Pita suara bergetar
\ • Lidah dimajukan seperti pada pelafalan [y]
Bibir bulat
Pita suara bergetar
Lidah dikebelakangkan seperti pada pelafalan
[u]
Bibir bulat
69
PELAFALAN KATA
[e]
:
des [de]
tes [te]
nez [nez]
ses [se]
mes [me]
les [le]
[s]
:
des [ds]
taie [ts]
nait [ne]
sait [ss]
mais [ms]
lait [Is]
[a]
:
tache [tap
lame [lam]
pate [pat]
[a]
:
tache [taj* ]
lame [lam]
patte [pat]
[o]
:
port[poR]
bo! [bol]
grosse [gRos]
sotte [sot]
faute [fot]
pomme [p om]
[o]
:
pot [po]
beau [bo]
gros [gRo]
[0]
:
peux [p0]
jeune [^0n]
veut [v0]
[oe]
:
neuf [ncef]
jeune [^.cen]
veulent [vcel]
[u]
:
roue [Ru]
tout [tu]
pousse [pus]
sous [su]
fou [fu]
bout [bu]
[y]
:
rue[Ry]
tu [ty]
puce [pys]
sur [syR]
fut [fyt]
bu [by]
en[
]
vent [va,]
sans [sco]
dans [da]
gant [ga]
cent [s ^
[s]
:
hein [sj
vin [vs]
sain [ssf
daim [dsj
gain [gs]
cinq [ssf
71
cape [kap]
cab [kab]
[p]
:
pas [pa]
depit [dopi]
[b]
:
bas [ba]
debit [debi]
[f]
:
faux [fo]
fou [fu]
[v]
:
vaux [vo]
vous [vu]
0]
:
miette [mjst]
nier [nje]
passif [pasif]
passive [pasiv]
fille [fij]
If]
:
muette [mij st]
nuit [nt|i ]
fuit [fU| ]
[w]
:
72
PHRASES
1. lis vont au cinema avee leur amis
2. Je prends Pavion pour aller a Jakarta
3. lis invitent mes amis a diner chez eux
4,Mon oncle passe ses vacances
S.EIIe mange du
pain pour le petit
dejeuner
6. Nous
faisons
du
velo
au
Bois
de
Boulogne
7. Elle est sortie avec sa mere
8,11 a un chien qui s'appelle Medor
9, Les etudiants ont lu des journaux
lO.Les
eleves
sont
alles
au
zoo
en
3.3.2 Instrumen Tes
Tes yang diberikan berupa tes pelafalan bahasa Perancis, yaitu pelafalan
vokal dan konsonan, pelafalan kata, pelafalan dua kata yang berbeda, dan
membaca kalimat.
3.3.2.1 Rekapitulasi Bahan Tes
Rekapitulasi ini merupakan langkah awal dalam penyusunan tes yang
[image:37.595.83.481.280.498.2]menyangkut aspek kognitifdan berisi semua bahanyang akan diuji kepada siswa.
Tabel 3
Rekapitulasi Bahan Tes
No Materi Jumlah soal Aspek kognitif
1 2 3 Foneir. Kata Kalimat 20 20 5 Aplikasi Aplikasi Aplikasi Total 45
3.3.2.2 Tabel Pokok Uji
Untuk menentukan bentuk soal yang akan diberikan kepada siswa, terlebih
dahulu penulis membuat tabel pokok uji yang berisikan bahan dan tipe soal yang
sesuai dengan jenjang dan tujuan yang hendak dicapai.
Tabel 4
Pokok Uji
No Pokok Uji Aspek Kognitif Tipe Soal
1 2 D 4 Meiafalkan fonem Melafalkan kata
Melafalkan pasangan kata Melafalkan rangkaian kalimat
[image:37.595.86.483.575.710.2]3.3.2.3 Tabel Perimbangan
Penyusunan tabel perimbangan bertujuan untuk menentukan jumlah soal
tes, bentuk soal, bobot nilai, dan waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap soal yang
[image:38.595.68.475.201.567.2]akan diujikan.
Tabel 5
Perimbangan Tes
No Tipe Soal Jumlah
Soal
Waktu Total
Bobot Skor
1 Pelafalan fonem 20 r 1 20
2 Pelafalan kata 10 r 1 10
3 Pelafalan pasangan kata 10 2' 9 20
4 Pelafalan rangkaian kata 5 2' 2 10
3.3.2.4 Tabel Kisi-kisi Soal
Tabel 6 Kisi-kisi Soal
No Materi Jumlah Soal %
1 2 Fonem Kata Kalimat 20 20 5 44 44 12
Total 45 100
3.3.3 Angket
Penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa tingkat I semester 2
Program Pendidikan Bahasa Perancis UPI tahun akademik 1999-2000 untuk
juga bahasa yang sering digunakan di rumah dan di kampus. Untuk lebih jelasnya,
tabel kisi-kisi angket disusun sebagai berikut:
Tabel 7
Kisi-kisi angket penelitian
No Aspek yang diteiiti f %
1 2 3
4
Bahama yang digunakan
Pelafalan bahasa Perancis
Usaha-usaha mengatasi kesulitan pelafalan fonem
bahasa Perancis
Kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem
bahasa Perancis 4 2 1 40 30 10 20
Total 10 100
3.4 Prosedur Pelaksanaan Tes Pelafalan Bahasa Perancis
Pelaksanaan tes pelafalan dilakukan di laboratorium bahasa sebanyak 2
kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Dalam pelaksanaannya, baik
untuk pra-tes maupun pos-tes
mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa, mereka diminta untuk
merekam suara mereka dengan cara melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata
bahasa Perancis. Untuk memperlancar proses pelaksanaan tes ini, penulis
meminta bantuan 4 orang pengajar bahasa Perancis.
3.4.1
Cara Koreksi dan Penilaian Tes licapan
Soal pra-tes dan pos-tes yang digunakan terdiri dari empat bagian, 20
soal pelafalan fonem, 10 soal pelafalan kata, 10 soal pelafalan pasangan kata, dan
[image:39.595.60.473.175.579.2]76
1 untuk jawaban tepat dan 0 untuk jawaban tidak tepat. Sedangkan pada bagian 3
penulis memberikan skor 2 untuk jawaban tepat kedua pasangan kata, skor 1
untuk jawaban salah satu kata yang tepat, dan skor 0 untuk jawaban tidak tepat
kedua pasangan kata. Untuk bagian 4, masing-masing kalimat yang terdiri dari 4
kata diberi skor 2.
Selanjutnya, skor 2, 1, dan 0 menggambarkan ketepatan dan
ketidaktepatan pelafalan. Misalnya pada bagian pertama, untuk menghasilkan
bunyi [ej responden harus melafalkan dengan artikulasi sebagai berikut:
-
Lidah ditekan pada ujung gigi bagian bawah
-
Mulut sedikit terbuka dari bunyi [i]
- Bibir sedikit tersenyum
Apabila salah satu tahapan ini tidak dilakukan oleh responden, maka bunyi yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan bunyi yang diharapkan, dengan kata lain
bunyi yang dihasilkan tidak tepat.
3.5 Penilaian Butir-butir Soal
Setelah penyusunan butir-butir soal tes, tahap selanjutnya yaitu meminta
expert jugement, yaitu penilaian terhadap butir-butir soal oleh para ahli yang ada
di Program Pendidikan Bahasa Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis dengan
tujuan agar instrumen tersebut benar-benar valid dan reliabel untuk diujikan pada
3.6 Analisis Data
Rumus yang digunakan untuk menghitung efektivitas perlakuan (X)
adalah :
Md
^ N(N -1)
keterangan :
Md = mean dari deviasi (d) antara postes dan pretes
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
N = banyaknya subjek
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan mencari model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem,
kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.
Penelitian tersebut dilakukan di Program Pendidikan Bahasa Perancis selama satu semester. Penulis mengadakan pra-tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa, setelah diketahui kemampuan awal mereka barulah diadakan perlakuan yaitu penggunaan model artikulatoris dalam pengajaran pelafalan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa tingkat I yang
mempelajari bahasa Perancis masih melakukan kesalahan dalam melafalkan
fonem-fonem tertentu. Pada umumnya, mahasiswa melakukan kesalahan
melafalkan bunyi fonem [oe], [0], [y], [oe], [8^, [ol, [e], [sf dan menggantikannya
dengan fonem yang dekat dengan bahasa yang telah mereka kuasai betul.
Misalnya, bunyi [oe] dan bunyi [0] dilafalkan [d], bunyi [y] dilafalkan [u] pada kata tu [ty], bunyi [o] dilafalkan [on], bunyi [s] dilafalkan [e] pada kata pres
[pRe]. Menurut Leon Monique (1964:1), kesulitan-kesulitan mempelajari bahasa
asing dapat berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pelafalan,
kebiasaan ritme, kebiasaan irama, dan kebiasaan kesulitan bahasa. Selanjutnya,
John
Lyons
(1995:101)
berpendapat
pula
bahwa
"ketidakmampuan"
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor
bahasa ibu seseorang seperti apa yang didengar dari cara pengucapannya. Hal ini berarti kebiasaan dalam berbahasa pertama (Bl) sangat berpengaruh terhadap
pemerolehan B2.
Kendala yang dihadapi mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor
kebiasaan berbahasa ibu. Hal tersebut didukung pula oleh angket sebagai data
tambahan bahwa pada umumnya bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di
lingkungan keluarga maupun ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa
Indonesia (50%), bahasa daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu
bahasa Padang dan Bali (10%). Untuk mengatasinya, diperlukan suatu pengajaran
pelafalan bahasa Perancis yang diberikan sedini mungkin sehingga mahasiswa
terlatih dan terbiasa untuk melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan
baik dan benar. Di dalam penelitian ini penulis membuat suatu model pengajaran pelafalan yang dapat melatih, membiasakan, mempermudah, dan mempercepat
penguasaan pelafalan mahasiswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, model artikulatoris yang
digunakan dalam pengajaran pelafalan bahasa Perancis ternyata dapat mengatasi
kendala yang dihadapi mahasiswa meskipun dilihat dari tingkat keberhasilan
belum mencapai seratus persen. Hal tersebut bisa dimengerti karena model ini
belum digunakan secara maksimal.
Dalam proses uji coba model artikulatoris penulis mendapat masukan
dalam penyempurnaan model. Model artikulatoris II yang penulis kembangkan
dan sempurnakan dari model artikulatoris I sangat sistematis karena dibuat
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang
mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka
kuasai, yaitu bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah, maka kesulitan pertama
yang mereka temukan adalah melafalkan sistem bunyi bahasa yang sedang
mereka pelajari yaitu bahasa Perancis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes pelafalan, dapat
disimpulkan terdapat dua macam kategori
kesalahan yang dibuat oleh
mahasiswa.
Pertama bahwa masih banyak mahasiswa tingkat I semester II bahasa
Perancis secara fonologis cenderung mentransfer sistem fonologi bahasa
Indonesia atau bahasa daerah ke dalam bahasa Perancis pada waktu melafalkan
fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0| dilafalkan [0], bunyi [oe]
dilafalkan [a], [u], [e].
Kedua masih terdapat mahasiswa bahasa Perancis yang malas untuk
memfungsikan alat ucap dengan baik dan benar, misalnya dalam melafalkan
vokal nasal bahasa Perancis [6], [£], dan [ce] kurang memfungsikan bibir dan
mulut
sehingga bunyi yang dihasilkan [on], [en], dan [Of)] ringan dan tidak
sempurna.
Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan pula ramalan kesulitan
pelafalan
bahasa Perancis bagi mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa
Perancis. Mahasiswa diramalkan akan menemukan kesulitan dalam melafalkan
bunyi [ y ] dan menggantikannya dengan bunyi [u], bunyi [ ('] dengan bunyi [s],
bunyi [z] dengan bunyi [j] atau dengan bunyi [s], bunyi [ z] dengan bunyi [j],
bunyi [v] dengan bunyi [fj, bunyi [f] dengan bunyi [p] bunyi [e ] dengan bunyi
[e], bunyi [o] dengan bunyi [3], bunyi [oe] dan bunyi [0] dengan bunyi [d], bunyi
[2C]dengan bunyi [an], bunyi [6 ] dengan [on], bunyi
[s'] dengan bunyi [en].
Berdasarkan
hasil analisis tes temyata tidak semua fonem yang diramalkan
tersebut tidak dapat dilafalkan oleh mahasiswa, dengan kata lain mahasiswa tidak
mengalami kesulitan untuk melafalkan bunyi [e],[f],[p],[z],[o],[v],[<], sedangkan
untuk bunyi [oe],[0],[y],[6],[oe],[s], dan [zj ramalan tersebut benar.
Dari angket sebagai data tambahan dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
bahasa yang sering digunakan mahasiswa baik di lingkungan keluarga maupun
ketika berkomunikasi dengan teman adalah bahasa Indonesia (50%),
bahasa
daerah Sunda (40%), bahasa daerah lainnya yaitu bahasa Padang dan Bali (10%)
sehingga tidak heran apabila mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam
melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis karena kebiasaan
berbahasa ibu masih dominan di lingkungan mahasiswa bahasa Perancis. Pada
saat penguasaan bahasa Perancis sebagai bahasa kedua, semua gejala bahasa yang
mirip baik dalam bentuk, arti, maupun distribusinya akan mempercepat proses
belajar, sedangkan gejala fonologi yang berbeda dari bahasa Indonesia dan atau
174
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyebab utama kesulitan belajar
bahasa asing adalah mterferensi bahasa ibu; dan kesulitan belajar itu sebagian
atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Model artikulatoris yang digunakan dalam penelitian ini dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem, kata, dan
rangkaian kata terlihat dari adanya perubahan tingkah laku mahasiswa dari yang
tidak mampu melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis
menjadi mampu melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis. Dari yang tidak sempurna melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata menjadi
sempurna. Dengan kata lain, hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa
model artikulatoris dapat meningkatkan kemampuan pelafalan mahasiswa
terbukti benar.
6.2 Saran-saran.
Dari temuan penelitian ini diketahui bahwa kemampuan mahasiswa tingkat I
Program Pendidikan Bahasa Perancis tahun akademik 1999-2000 dalam
melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis tampak belum
sempurna, untuk itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak.
Pertama, pengelola program bahasa Perancis hendaknya memasukkan
program pengajaran pelafalan sebagai mata kuliah khusus pada awal pengajaran
bahasa Perancis di tingkat I, sehingga kebiasaan melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata dengan baik dan benar dapat ditanamkan pada mahasiswa sejak
Kedua, pengajar bahasa Perancis tingkat I hendaknya memberikan latihan
ucapan melalui drill dengan mencermati kelemahan mahasiswa pada cara pelafalan, sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan pelafalan. Dalam proses pengajaran pelafalan sebaiknya pengajar menggunakan model artikulatoris
yang sudah teruji keterandalannya, karena model ini terbukti dapat meningkatkan
kemampuan pelafalan mahasiswa dan dapat mempermudah serta mempercepat
mahasiswa dalam penguasaan pelafalan.
Keliga, mahasiswa hendaknya membiasakan diri untuk melatih ucapan
melalui bacaan teks secara nyaring sehingga mereka akan memiliki kebiasaan
melafalkan kata dan rangkaian kata bahasa Perancis dengan baik dan benar.
Selain itu, hendaknya mahasiswa memiliki kamus bahasa Perancis yang
menampilkan transkripsi fonetik sehingga mereka dapat melihat cara pelafalan
kata yang baik dan benar. Dalam temuan penelitian ini masih terdapat
mahasiswa yang melafalkan bunyi fonem dan kata secara alfabetis, oleh karena
itu mahasiswa perlu memahami secara baik hubungan bunyi dan tulisan. Untuk
membantu dengan cepat pemerolehan bahasa Perancis, mahasiswa hendaknya
berkomunikasi dengan penutur asli, agar dapat mempelajari sendiri irama,