Companies that Go Public period 2008 - 2010 By
Putri Kurnila
One major factor is the main attraction of investors to buy a particular stock is an increase in stock prices in the future and at year-end dividend. But most ordinary investors will assume the same whether it is the result of dividends or capital gains, he will earn huge profits if the stock that he bought the price is increasing from year to next year. Investors are not just going to buy shares of companies that have Go public or in Indonesian terms is a public company. They will gather information and conduct research in advance of the company.
Underlying motives of investors to buy stocks is to sell those shares at higher prices. Share price paid by investors who are willing to reflect the expected net cash flow after taking into account the time and investment risk. The talks also concerned about stock prices forecast the company's achievements in the future, as well as the company's ability to meet its financial obligations that must be met immediately.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (perusahaan/emiten). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan dapat memperoleh imbalan sedangkan pihak perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan sehingga dari kegiatan ini baik investor maupun perusahaan akan saling diuntungkan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
obligasi, sedangkan untuk dana equity dengan menerbitkan saham. Saham adalah surat berharga yang paling banyak diperdagangkan dipasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham. Saham merupakan surat berharga yang paling popular diantara surat berharga lainnya di pasar modal karena bila dibandingkan investasi lainnya saham memungkinkan investor untuk mendapatkan keuntungan atau rate of return yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham sangat besar dalam rupiahnya, tapi tergantung pada perusahaan penerbitnya. Apabila perusahaan penerbitnya mampu memberikan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar juga, karena dengan laba yang besar itu diharapkan tersedianya dana yang besar untuk dibayarkan sebagai dividen. Selain itu pemegang saham mempunyai kewajiban yang terbatas dan sahamnya mudah pula dialihkan.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pendanaan bagi perusahaan selain sistem perbankan. Adanya deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal yang dilakukan pemerintah memberikan kemudahankemudahan bagi perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Kemudahan-kemudahan tersebut mendorong banyak perusahaan memilih untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal termasuk perusahaan-perusahaan agrobisnis.
3
pembagian dividen diakhir tahun. Tetapi umumnya investor secara awam akan menganggap sama saja apakah itu hasil dividen atau keuntungan modal, ia akan memperoleh keuntungan yang besar apabila saham yang ia beli harganya semakin meningkat dari tahun ke tahun berikutnya. Investor tidak begitu saja akan membeli saham perusahaan yang telah Go public atau dalam istilah Indonesianya adalah perusahaan terbuka. Mereka akan mengumpulkan informasi dan melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap perusahaan (emiten).
Motif mendasar para pemodal membeli saham adalah menjual saham itu pada harga yang lebih tinggi. Harga saham yang bersedia dibayar oleh pemodal mencerminkan arus kas bersih yang diharapkan setelah memperhitungkan waktu dan resiko investasi. Pembicaraan mengenai harga saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa yang akan datang, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi (Likuiditas).
Likuiditas (liquidity) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo (Lancaster et al., 1998: 28). Dalam pengertian yang lebih sering digunakan, likuiditas diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar (Awat, 1999: 385; Munawir, 2002: 93). Ukuran likuiditas perusahaan yang hingga saat ini masih sering digunakan adalah current ratio
2004: 231). Aktiva lancar tersebut umumnya berupa kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar pada umumnya berupa hutang dagang, short-term notes payable, pajak yang ditangguhkan, dan biaya-biaya yang ditangguhkan. (Brigham and Daves, 2004: 231)
5
menimbulkan trade-off bagi perusahaan, di satu sisi terlalu besar aktiva lancar atau aktiva likuid maka holding cost yang harus ditanggung perusahaan juga besar, selain itu kemampuan aktiva likuid dalam menghasilkan keuntungan tergolong rendah (Kim et al., 1998: 335). Di sisi lain, pada kondisi di mana biaya dana ekternal relatif tinggi maka aktiva likuid yang besar justru menguntungkan perusahaan, karena perusahaan dapat menggunakan aktiva likuid tersebut untuk membiayai kegiatan operasi, sehingga mengurangi ketergantungannya pada dana eksternal dan menghemat biaya dana yang harus dibayar. Tingkat likuiditas di perusahaan perlulah dicermati guna kegiatan berinvestasi sehingga memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kim et al (1998) di Amerika Serikat menunjukkan faktor-faktor: market to book value, spread antara suku bunga investasi dengan suku bunga bank sentral, rata-rata siklus kas, rasio hutang, arus kas, dan kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Sedangkan penelitian Anderson (2002) yang dilakukan di Belgia menunjukkan bahwa faktor-faktor: arus kas, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Penelitian tentang perngaruh rasio-rasio keuangan terhadap perubahan harga saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah dilakukan oleh Hasnita Sari dengan mengambil 8 sampel perusahaan asuransi dengan kurun waktu 1997-1999. Komponen rasio keuangan yang digunakan berjumlah 6 (enam) yang terdiri dari Operating Profit Margin(OPM), Net Profit Margin (NPM), Debt Equity Ratio (DER), Rate on Asset
yang dihasilkan tidak nyata, sehingga hipotesa yang diajukan bahwa rasio-rasio keuangan berpengaruh terhadap harga saham ditolak. apabila ditinjau secara terpisah masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang sangat rendah terhadap perubahan harga saham.
Penelitian Poppy tentang pengaruh profitabilitas terhadap perubahan harga saham pada perusahaan industri di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan 30 sampel penelitian menyimpulkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh positif terhadap perubahan harga saham adalah variabel rasio Net Profit Margin(NPM) dan Earning per Share
(EPS) sedangkan yang memberikan pengaruh negatif adalah Return on Investment
(ROI). Dari ketiga variabel independen yang diamati dalam penelitian ini, secara parsial
Earning per Share(EPS) memberikan kontribusi yang paling besar tehadap perubahan harga saham, sedangkan variabel yang memberikan kontribusi yang paling rendah adalah Return on Investment (ROI).
Penelitian mengenai faktor Fundamental dan Pengaruhnya Terhadap Harga dan Return Saham pada perusahaan Agrobisnis di Indonesia, menurut pengetahuan peneliti hingga saat ini belum pernah ada yang melakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik secara ilmiah untuk melakukan kajian empiris mengenai faktor Fundamental dan pengaruhnya Terhadap Harga dan Return Saham perusahaan Agrobisnis go public di Bursa Efek Jakarta serta bagaimana pengaruh likuiditas tersebut terhadap perubahan Return saham.
7
agribisnis ini adalah sektor usaha yang kebal krisis ekonomi. Seperti yang kita ketahui beberapa produk komoditi andalan seperti lada, kopi, dan cengkeh justru harganya mengikuti kurs dollar Amerika. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan harga saham serta Volume saham perusahaan yang bergerak di sektor agrobisnis.
Tabel 1. Harga Saham Perusahaan Agrobisnis Tahun 2008-2010 Harga Saham
No Nama Emiten 2008 2009 2010 Rata-rata
1 Anugrah Tambak Perkansindo 77,462 260,000 56,430 131,30 2 Astra Agro Lestari 1552,153 2546,130 3790,143 2.629,48 3 Bahtera Adimina Samudra 165,356 161,688 160,456 162,50 4 Bakrie Sumatra Plantations 442,383 617,643 393,914 484,65 5 Cipendawa Agroindustri 189,189 94,545 332,111 205,28
6
Dharma Samudera Fishing
Industries 82,657 64,642 84,759 77,35
7 Inti Kapuas Arowana 582,118 126,566 166,505 291,73 8 Multibreeder Adirama 232,749 256,131 293,134 260,67 9 PP London Sumatera 751,717 1334,761 2123,786 1.403,42 Sumber: www.jsx.co.id.sect= &ext=81, (diakses tanggal 12 September 2011) Tabel 1. Menceritakan harga saham dari 9 emiten Agrobisnis naik turunnya harga saham berbeda-beda, untuk Perusahaan Anugrah Tambak Perkasindo harga saham cenderung turun dari tahun ke tahun, dan untuk Astra Agro Lestrari harga saham cenderung naik, berikut ini adalah table yang menunjukan Volume saham Perusahaan Agrobisnis Tahun 2008-2010.
Tabel 2. Volume Saham Perusahaan Agrobisnis Tahun 2008-2010 Volume Saham
No Nama Emiten 2008 2009 2010 Rata-rata
1 Anugrah Tambak Perkansindo 131.342 350.000 1.000 43.897.666 2 Astra Agro Lestari 1.096.302 1.284.246 611.631 997.393.000 3 Bahtera Adimina Samudra 58.770 184.436 98.993 114.066.333 4 Bakrie Sumatra Plantations 261.276 897.825 3.660.899 1.606.666.666 5 Cipendawa Agroindustri 74.000 275.000 1.909.000 752.666
6
Dharma Samudera Fishing
Sama halnya dengan harga saham untuk volume saham yang ditunjukan pada Tabel 2. Setiap perusahaan berbeda-beda, dan apabila kita bandingkan Tabel 1 dengan Tabel 2, maka perubahan harga saham baik itu berubah naik atau turun tidak selalu sama dengan perubahan yang terjadi dengan volum saham, berikut ini adalah tabel yang menunjukan rata-rata harga saham dengan volume saham.
Tabel 3. Rata-rata Harga Saham dan Volume Saham Perusahaan Agrobisnis Tahun 2008-2010
Rata-rata 2008-2010
No Nama Emiten Harga Saham Volume Saham
1 Anugrah Tambak Perkansindo 131,30 43.897.666 2 Astra Agro Lestari 2.629,48 997.393.000 3 Bahtera Adimina Samudra 162,50 114.066.333 4 Bakrie Sumatra Plantations 484,65 1.606.666.666
5 Cipendawa Agroindustri 205,28 752.666
6
Dharma Samudera Fishing
Industries 77,35 407.122.000
7 Inti Kapuas Arowana 291,73 787.973.333
8 Multibreeder Adirama 260,67 5.970.000
9 PP London Sumatera 1.403,42 1.068.455.333
Sumber: www.jsx.co.id.sect= &ext=81, (diakses tanggal 12 September 2011). data diolah
9
dengan memilih judul “Analisis Fundamental dan Pengaruhnya Terhadap Harga
dan Return Saham pada Perusahaan Agrobisnis yang Go Public Periode 2008 -2010”.
1.2 Rumusan Masalah
Banyaknya emiten yang tercatat di pasar modal memudahkan masyarakat (investor) untuk memilih berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Hanya investasi yang menguntungkan saja yang dapat menarik minat investor. Untuk itu investor memerlukan informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan investasi yang dapat diperoleh dengan melakukan analisis kinerja saham-saham perusahaan. Permasalahan yang akan dibahas adalah:
a. Apakah Return On Asset (ROA) perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010?
b. Apakah Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010?
c. Apakah Debt ratio perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010?
d. Apakah Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Untuk mengetahui Return On Asset (ROA) perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010 b. Untuk mengetahui Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap harga dan
c. Untuk mengetahui Debt ratio perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010
d. Untuk mengetahui Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap harga dan return saham pada perusahan agrobisnis di periode 2008 – 2010
e. Memberikan masukkan kepada para investor sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
f. Untuk memberikan gambaran bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perusahaan agrobisnis.
1.4 Kerangka Pemikiran
Mengacu kepada analisis fundamental sebagai salah satu alat untuk menilai suatu saham maka penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, likuiditas, ROAdan Rasio hutang berpengaruh terhadap Return dan Harga saham pada Perusahaan Agrobisnis yang Go Public, peneletian ini juga memasukan variable ROA untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
11
ratio semakin meningkat, maka kinerja perusahaan menurun. Dan berpengaruh negatif (-) pada harga dan return saham pada perusahaan agrobisnis yang go public. Jika ukuran perusahaan semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian semakin meningkat. Dan berpengaruh positif (+) pada harga dan return saham pada perusahaan agrobisnis yang go public.
Pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo (Lancaster, 1998: 14). Sedangkan menurut Munawir (2002: 93) likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya jangka pendek (current obligation). Dalam penelitian ini, pengertian mengenai konsep likuiditas mengacu pada pengertian khusus tersebut. Secara khusus jika ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva perusahaan, maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim et al., 1998). Rasio antara cash ditambah marketable securities
terhadap total assets ini pada dasarnya merupakan rasio yang menunjukkan cash position (Munawir, 2002: 98).
Debt ratio
Harga Saham ROA
Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Return Saham
Dari analisis di atas dapat digambarkan dalam model penelitian kerangka berfikir
seperti dibawah ini
Gambar 1.Model Penelitian Kerangka Berfikir
Sumber : Hardiningsih et.al., (2002), Munawir (2002: 93), Kim et al., (1998). Dimodifikasi untuk kepentingan penelitian
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan sesuai dengan Kerangka pemikiran yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut
1. Return On Asset (ROA) perusahaan berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return saham pada perusahaan agrobisnis di periode 2008–2010
2. Likuiditas perusahaan berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return saham pada perusahaan agrobisnis di periode 2008–2010
3. Debt ratio perusahaan berpengaruh negatif (-) terhadap harga dan return saham pada perusahaan agrobisnis di periode 2008–2010
II. LANDASAN TEORI
2.1 Teknik Analisis dan Penilaian Investasi
Investasi dapat menjadi pilihan yang aman untuk itu diperlukan satu analisis yang teliti,
dan didukung dengan data-data yang akurat. Teknik yang benar dalam analisis akan
mengurangi risiko bagi investor dalam berinvestasi. Secara umum, ada banyak teknik
analisis dalam melakukan penilaian investasi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah
analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal. (Anoraga dan Pakarti, 2001:108 )
1. Analisis fundamental
Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Data yang
dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data-data historis, yaitu data-data
yang telah lewat. Analisis ini sering disebut dengan Company analyisis
(Ang,1997). Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan
dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya, dan juga bagaimana
prospeknya di masa yang akan datang (Anoraga, dan Pakarti, 2001:111).
Analisis fundamental merupakan studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan
karakteristik perusahaan publik yang menenerbitkan saam. Analisis fundamental
didasarkan kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja
kuat dan baik, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikan
kekuatan tersebut dan harganya akan meningkat (Ang, 1997).
Analisis ini pada dasarnya adalah melakukan analisis historis atas kekuatan keuangan
suatu perusahaan, yang sering disebut sebagai company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, yaitu data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan
yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan sebenarnya pada saat
analisis dilakukan. Dalam analisis ini investor akan mempelajari laporan keuangan
perusahaan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba serta laporan perubahan modal.
(Anoraga dan Pakarti, 2001)
Hal yang penting dan biasanya menjadi pusat perhatian para investor dan analis
keuangan dalam menganalisis data historis adalah posisi keuntungan kompetitif
perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba perusahaan, likuiditas perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tingkat leverage terhadap shareholders’ equity dan pertumbuhan operasional perusahaan (Ang,1997).
2. Analisis teknikal
Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor, dan biasanya data yang digunakan
dalam analisis ini berupa grafik, atau program komputer. Dari grafik atau program
komputer dapat diketahui bagaimana kecendrungan pasar, sekuritas, atau future
komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi Meskipun biasanya analisis ini
digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga
data-15
data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan.
Analisis Teknikal merupakan suatu teknik analisis harga saham yang paling banyak
digunakan oleh para investor, hal ini dibuktikan oleh penelitian Taylor dan Aller (1992)
dalam Fernandez-Rodriguez, dkk (2000) yang menemukan bahwa ternyata sebagian
besar investor (lebih dari 90%) memberikan bobot yang lebih tinggi pada penggunaan
analisis teknikal dibandingkan dengan analisis fundamental. Namun, meskipun analisis
teknikal paling banyak digunakan oleh investor, berbagai penelitian di pasar modal
indonesia cenderung melakukan kajian fundamental pada pasar modal. Sementara
penelitian yang menggunakan analisis teknikal hanya melakukan analisis teoritis.
Berbagai penelitian yang ada menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian
mengenai apa metode terbaik yang dapat digunakan dalam analisis teknikal.
Analisis teknikal akan tepat digunakan apabila kondisi pasar modal tidak efisien dalam
bentuk lemah, atau dengan kata lain tidak random walk. Sesuai dengan salah satu
asumsi dalam analisis teknikal yang berbunyi history repeats itself, maka kondisi pasar modal yang saham-saham tidak bergerak acak dan dapat diprediksi akan membuat
analisis teknikal bermanfaat bagi investor.
2.2 Pengertian Return On Asset (ROA)
Munawir (2002:269), “Return On Asset merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keungan yang ditanamkan oleh perusahaan”.
Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan
dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan
terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik
profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.
Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan.
ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal
ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
belum mampu untuk menghasilkan laba.
ROA menggambarkan sejauhmana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang
dimiliki perusahaan.ROA digunakan oleh manjemen perusahaan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan dengan ROA memiliki keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran
yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang
tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi dan
neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah
perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga merupakan
denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab
17
setiap unit organisasi yang ada dalam perusahaan dapat menggunakan ROA untuk
mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha.
Dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan ROA juga memiliki kelemahan
disamping memiliki keunggulan yaitu dalam mengukur kinerja dengan ROA
manajemen cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan
jangka panjang. Sebuah project dalam pengukutran kinerja dengan ROA dapat
meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi
negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan pengguanaan bahan baku yang relatif murah
sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan proyek-proyek jangka panjang,
meskipun pada kenyataannya proyek-proyek tersebut dapat meninngkatkan tingkat
keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
2.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya
yang jatuh tempo (Lancaster, 1998: 14). Sedangkan menurut Munawir (2002:93),
likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya jangka pendek (current obligation). Secara khusus jika ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva perusahaan, maka
likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva perusahaan yang
2002:98). Dalam penelitian ini, pengertian mengenai konsep likuiditas mengacu
pada pengertian khusus tersebut. Kas (cash) adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan (cash on hand) dan rekening giro atau simpanan di bank yang pengambilannya tidakdibatasi baik waktu maupun jumlahnya (cash in bank) dan investasi jangka pendek, yang secara formal disebut kas dan setara kas (cash equivalent) (Munawir, 2002: 115). Perusahaan memperoleh kas dari hasil aktivitas- aktivitas yang menghasilkan kas, atau aktivitas sumber penerimaan kas
(source of cash).Beberapa aktivitas yang dikategorikan sebagai sumber penerimaan kas antara lain: (1)hasil operasional, (2) pinjaman baru,
(3)pengeluaran saham baru, (4) penjualan aktiva tetap, dan (5) penjualan selain
aktiva tetap. (Munawir, 2002: 115).
Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Keynes (Sukirno,2004:300),
perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau tujuan:
(1) untuk transaksi, (2) untuk berjaga-jaga, dan (3) untuk berspekulasi. Dalam
menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku
pembuatan produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk
tujuan ini merupakan dana yang disediakan perusahaan untuk transaksi. Selain itu
perusahaan juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi
ketidakpastian penerimaan kas di masa depan.
Suatu perusahaan ketika menerima kas yang rendah sehingga tidak mencukupi
untuk kebutuhan operasional, maka perusahaan mencukupi kekurangan dana
tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga. Pada kondisi perusahaan
19
dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai perusahaan, mungkin
manajer memutuskan untuk melakukan kegiatan investasi tersebut. Dana yang
dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan dana yang
disediakan untuk tujuan investasi. Secara umum aktivitas-aktivitas perusahaan
yang sifatnya mengeluarkan kas atau menggunakan kas dapat kelompokkan
menjadi:(1) pembayaran dividen tunai, (2) pembayaran kembali utang, (3)
pembelian kembali saham, (4) pembelian aktiva tetap, dan (5) pembelian selain
aktiva tetap (Munawir, 2002: 115).
Kim et al. (1998: 349) mengkelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Cost of External Financing
Faktor cost of external financing ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan.
Kim et al. (1998: 349) menggunakan proxy ukuran perusahaan (firm size) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur faktor cost of external financing tersebut.
2. Cash Flow Uncertainty
Cash flow uncertainty atau ketidapastian arus kas dapat menentukan keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuditas perusahaan.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi
akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid dengan jumlah yang
3. Current and future investment opportunities
Current and future investment opportunities adalah kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun saat mendatang. Current and future investment opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan current and future investment opportunities ini manajemen akan mempertimbangkan, apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan
investasi dalam aktiva likuid.
4. Transactions Demand for Liquidity
Transactions Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan.
Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang
jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan
yang likuid. Sedang apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai
kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup, disebut illikuid.
Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak
pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran)
atau kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas.
Terdapat dua faktor yang menjadi dasar penyebab perbedaan derajat likuiditas
21
perusahaan yang lainnya, dan dalam perusahaan yang sama tetapi dalam masa
yang satu dengan masa yang lain yaitu:
1. Jumlah dan komposisi atau struktur dari aktiva lancar tersebut.
2. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan aktiva lancar itu
menjadi kas (conversion period).
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para
pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Tujuan pernyataan
ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama
satu periode akuntansi.
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam
pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan. Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan
menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum
dan tidak tergantung pada aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang
sebagai produk perusahaan, seperti yang berlaku dilembaga keuangan. Pada
dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alas an yang sama meskipun
producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan deviden kepada para investor.
2.4 Pengertian Debt Ratio (DER)
Menurut Darsono (2005: 54), “Debt Ratio adalah rasio yang menunjukan persentase penyedian dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman”. Semakin tinggi
rasio, semakin buruk pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya. Menurut Suad Husnan (2004:70) menjelaskan bahwa “debt to equity ratio
menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.”
Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Menurut Sawir (2000-13)
menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah “Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
kewajibannya.”
Kreditur melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas
pengaman. Dengan menghimpun dana melalui hutang maka pemegang saham dapat
mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. Rasio ini
23
Menurut Robert Ang (1997) DER dapat digunakan untuk melihat struktur modal suatu
perusahaan karena DER yang tinggi menandakan srtuktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang – hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER
mencerminkan resiko perusahaan relatif tinggi karena perusahaan dalam operasi relatif
tergantung terhadap hutang dan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar
bunga hutang akibatnya para investor cenderung menghindari saham–saham yang
memiliki nilai DER yang tinggi.
Penggunaan hutang tidak selalu berdampak negatif bagi perusahaan karena pada
kondisi tertentu penggunanaan hutang. Perusahaan dengan hutang yang kecil sekilas
terlihat menguntungkan namun hal ini tidaklah benar, kita perlu mempertimbangkan
jumlah uang yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham. Sedangkan perusahaan
yang dalam operasinya menggunakan hutang akan memiliki EBIT yang sama dalam
setiap kondisi. Walaupun dalam penggunaan hutang ini perusahaan akan dikenakan
bunga dalam kondisi usahanya namun bunga ini akan dikurangkan dengan EBIT untuk
mendapatkan laba kena pajak. Bunga ini juga dapat menjadi pengurang pajak,
penggunaan utang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi
yang lebih besar bagi investor dan perusahaan.
2.5 Pengertian Ukuran Perusahaan
Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke
pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka
memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil
mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian
rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara
signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk
hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang
ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin
besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan
preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan
yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran
perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan.
Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak
menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja,
dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan
25
kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki
kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba. Kebutuhan
dana yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan laba
dan juga pertumbuhan tingkat pengembalian saham (Fama dan French, 1992) dalam
(Xu,2003).
2.6 Saham
Jogiyanto mengatakan dalam bukunya teori portofolio dan analisis investasi (2000:67)
suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika dalam perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut
dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut
dengan saham preferen (preferen stock).
Indeks harga saham merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga saham juga ada yang dikeluarkan
oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi
swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan dan lain-lain (Robbert
Ang, 1997).
2.6.1 Macam-macam Saham.
1. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
- Preferen terhadap Dividen, Pemegang saham preferen mempunyai hak
untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang
saham biasa. Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen
kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya. Jika saham preferen
disebutkan memberikan hak dividen kumulatif, maka dividen-dividen
tahun sebelumnya yang belum dibayarkan disebut dengan dividends in arrears.
- Preferen pada waktu likuidasi, Saham preferen mempunyai hak terlebih
dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh
saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besar hak atas aktiva pada saat
likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua
dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.
2. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya
dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi
perusahaan. Saham biasa ada dua jenis, yaitu:
- Saham atas nama, Nama pemilik saham tertera diatas saham tersebut.
- Saham atas unjuk, Nama pemilik tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik
saham adalah yang memegang saham tersebut. Seluruh hak-hak pemegang
27
3. Saham Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk
disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali, Perusahaan emiten
membeli kembali saham beredar sebagai saham terasuri dengan alasan-alasan
sebagai berikut :
- Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau
karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam
bentuk saham.
- Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya.
- Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan untuk
digunakan menguasai perusahaan lain.
- Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per
lembarnya.
- Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang
beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk
menguasai jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambil alih
yang tidak bersahabat (hostile takeover).
2.6.2 Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur dari kinerja dari perusahaan. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (Jogiyanto,
2000:109).
2.7 Pasar Modal
Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri
(stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu
negara, yakni :
1. Sebagai sumber penghimpunan dana
Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain sistem
perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana secara
konvensional.
2. Sebagai alternatif investasi para pemodal
Jika tidak ada pilihan lain, maka para pemodal hanya menginvestasikan dananya dalam
sistem perbankan dan/atau pada real assets. Akan tetapi dengan adanya pasar modal, memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi
(mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi) dengan
mengharapkan keuntungan yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah risiko
29
3. Biaya penghimpunan dana melalui pasar modal relatif rendah
Dalam melakukan penghimpunan dana, perusahaan membutuhkan biaya relatif
kecil jika diperoleh melalui penjualan.
4. Bagi negara, pasar modal akan mendorong perkembangan investasi
Kinerja perusahaan yang baik ditambah dengan rendahnya transaction cost di bursa serta adanya jaminan transparansi, investor akan semakin banyak berminat untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Artinya, tanpa pemerintah
mencarikan bantuan luar negeripun, pihak swasta sudah dapat memenuhi sendiri
kebutuhan dananya dengan mengeluarkan biaya dalam jumlah relatif kecil.
Dengan demikian, pemerintah terbantu dalam memobilisasi dana masyarakat.
Menurut (Madura, 1992 dalam Valle, 2000), pasar modal dapat mengalami
pergerakan yang sama (comovement) karena adanya factor-faktor ekonomi yang mendasarinya (underlying factors), yang mencerminkan kondisi keuangan di dunia secara umum, dan secara sistematis mempengaruhi semua pasar. Deregulasi
dan liberalisasi pasar, perkembangan teknologi komunikasi dan sistem
perdagangan, inovasi pada produk dan jasa keuangan serta makin meningkatnya
aktivitas international dari perusahaan-perusahaan multinasional juga
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis
serta telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta setelah tahun 2007 yang laporan
keuangannya telah diaudit oleh Akuntan Publik dan dapat diperoleh peneliti.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ditinjau dari alat analisis yang digunakan
dalam dikategorikan ke dalam jenis penelitian korelasional (correlational
study) (Sekaran, 2003:126). Penelitian korelasional ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh dari suatu variabel atau lebih terhadap variabel lainnya.
3.3 Penentuan Sampel
Sample dalam penelitian ini dipilih dari populasi dengan menggunakan
metodepurposive judgement sampling. Metode ini merupakan tipe pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu (Supomo,1999:131). Adapun kriteria sample yang akan
digunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan telah listing sebelum tahun 2007
2. Laporan keuangan diketahui secara jelas dan lengkap.
Perusahaan-perusahaan agrobisnis go publicyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
31
Tabel 4.Daftar Perusahaan Sampel
No Emiten Kode Emiten
1 Anugrah Tambak Perkansindo Tbk ATPK
2 Astra Agro Lestari Tbk AALI
3 Bahtera Adimina Samudera Tbk BASS
4 Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP
5 Cipendawa Agroindustri Tbk CPDW
6 Dharma Samudera Fishing Industries Tbk DSFI
7 Inti Kapuas Arowana Tbk IIKP
8 Multibreeder Adirama Tbk MBAI
9 PP London Sumatera Tbk LISP
Sumber : www.jsx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (diakses tanggal 12-15 September 2011)
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari situs internet Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang meliputi :
1. Data laporan keuangan perusahaan sampel
2. Volume dan nilai perdagangan saham perusahaan sampel selama tahun
2008, 2009 dan 2010
3.5 Pengolahan Data 3.5.1 Alat Analisis
Alat analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam penenlitian ini
adalah Regresi Linier Berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat.
3.5.2 Pembuktian Hipotesis
1. Pengaruh ROA terhadap Harga dan Return Saham
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh ROA terhadap harga dan return
saham tersebut adalah sebagai berikut:
Ha: b1 > 0 ROA berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return saham .
2. Pengaruh Likuiditas terhadap Harga dan Return Saham
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh likuiditas terhadap harga dan return
saham tersebut adalah sebagai berikut:
Ho: b2 = 0 Likuiditas tidak berpengaruh terhadap harga dan return saham.
Ha: b2 > 0 Likuiditas berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return
saham.
3. Pengaruh Debt Ratio terhadap Harga dan Return Saham
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh debt ratioterhadap harga dan return
saham tersebut adalah sebagai berikut:
Ho: b3 = 0 Debt Ratio tidak berpengaruh terhadap harga dan return saham.
Ha: b3 < 0 Debt Ratio berpengaruh negatif (-) terhadap harga dan return
saham.
4 . Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Harga dan Return Saham
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga
dan return saham tersebut adalah sebagai berikut:
Ho: b4 = 0 Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga dan return
saham.
Ha: b4 > 0 Ukuran Perusahaan berpengaruh positif (+) terhadap harga dan
33
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. ROA
Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menghubungkan laba
dengan asset perusahaan. Rumus perhitungannya adalah :
ROALaba Bersih Total Aktiva
Jika ROA suatu perusahaan tinggi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
beroperasi secara efektif dan ini akan meningkatkan daya tarik investor,
Meningkatnya daya tarik investor akan berdampak pula pada kenaikan harga
saham dan meningkatkan return saham perusahaan.
2. Likuiditas
Likuiditas adalah perbandingan jumlah kas dan marketable sekurities dengan
aktiva lancar. Formula yang digunakan untuk menghitung likuiditas adalah
sebagai berikut:
LikuiditasKasMarketable securities Hutang Lancar
3 . Debt Ratio
Debt ratio adalah rasio hutang yang dihitung sebagai perbandingan antara
total hutang perusahaan dengan nilai buku total aset. Formula yang
digunakan untuk menghitungdebt ratioadalah sebagai berikut:
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besarnya perusahaan ditinjau dari aset yang
dimilikinya. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan formula sebagai
berikut: Ukuran Perusahaan = Total Aset Perusahaan
5. Harga dan Return Saham
Dinyatakan dengan notasi Y, Untuk menghitung perubahan Y dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pt -Pt-1
Y= X 100 % Pt-1
Keterangan : Y : Persentase perubahan return saham
Pt : Harga saham tahun t
Pt-1 : Harga saham tahun sebelumnya
Harga saham diperoleh dengan membagi nilai perdagangan dengan volume
perdagangan dalam tahun yang sama.
3.7 Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi berganda marupakan alat statistik
yang bermanfaat untuk mengetahui hubungan antar variabel, yaitu variabel X
(variabel independen) dan Y (variabel dependen). Analisis regresi digunakan
untuk terutama untuk tujuan peramalan.
Y
1= a+b
1X
1+ b
2X
2+ b
3X
3+ b
4X
4+e
tY
2= a+b
1X
1+ b
2X
2+ b
3X
3+ b
4X
4+e
tKeterangan:
35
Y2 = variabel dependen(return saham)
X1 = variabel independen (ROA)
X2 = variabel independen (likuiditas)
X3 = variabel independen (debt ratio)
X4 = variabel independen (Ukuran Perusahaan)
a =Intercept
b = Koefisien Regresi (I=1,2,3,4)
et = pengganggu (error)
(Sumber: Supranto, J, 2007:209-210)
1. Pengujian Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2)pada intinya untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas terhadap variasi naik, turunnya variabel terikat (Y)
secara bersama-sama, dimana: 0 ≤ R2 ≤ 0. JikaR2semakin besar (mendekati satu),
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Y) adalah besar. Berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas terhadap (Y). Sebaliknya jika R2 semakin mengecil
(mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Berarti model yang digunakan
tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat.
2. Pengujian hipotesis secara simultan
Pengujian secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dengan derajat kebebasan (dfi) = k – 1 dan (df2) = n – k. Hipotesis yang
dirumuskan
Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)
Ha: b1 > 0 ROA berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return saham .
Ha: b2 > 0 Likuiditas berpengaruh positif (+) terhadap harga dan return
saham .
Ha: b3 < 0 Debt Ratio berpengaruh negatif (-) terhadap harga dan return
saham .
Ha: b4 > 0 Ukuran Perusahaan berpengaruh positif (+) terhadap harga dan
return saham .
Kriteria pengujiannya :
Ho ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel
Ho diterima dan Ha ditolak jika F hitung F tabel
3. Pengujian hipotesis secara parsial
Pengujian secara parsial dilakukan oleh untuk mengetahui pengaruh signifikan
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95% dengan
derajat kebebasan (df) = n – k – 1
Hipotesis :
Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)
Kriteria pengujiannya :
Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel
37
3.8 Hasil Uji Asumsi Klasik
Persyaratan untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah
terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai yang efisien dan tidak bias
atau BLUE (Best Linear Unbias Estimator) dari satu persamaan regresi berganda,
maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan
memenuhi persyaratan asumsi klasik.
3.7.1 Pengujian Pengaruh Variabel bebas Terhadap Harga Saham a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi
yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi
secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data
akan mengikuti bentuk distribusi normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Normal P-P Plot.Pada
Normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Berikut ini adalah hasil uji Normalitas :
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai
suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada
tidaknya Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang
dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi
dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual sama untuk
semua pengamatan atau disebut homokedastisitas (Gujarati dalam Elmasari,
2010:53). Heterokedastisitas diuji dengan dengan melihat grafik Plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya, untuk
menganalisis datanya dapat dilihat pada gambar "Scatterplot" pada output data
berikut ini:
39
Dari gambar 2. dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y. sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan
diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai
periode sesudahnya (Ashari dan Santosa, 2005:240).
Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin
-Watson. Dari hasil output regresi didapatkan nilai Durbin-Watson (DW
hitung) sebesar 1,901 atau 2. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW
hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi
autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah Uji Autokorelasi terpenuhi.
d. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal
(Ghozali 2007:91). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat dilihat
dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi
multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program
SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas
yang dirangkum pada table berikut ini :
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
ROA (X1) 0,808 1,238
Likuiditas (X2) 0,742 1,347
Debt Ratio (X3) 0,714 1,401
Ukuran Perusahaan (X4) 0,829 1,206
Sumber: Data Primer diolah, Lampiran 5
Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF<10 ini berarti
tidak terjadi multikolonieritas. Dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas
terpenuhi.
3.7.2 Pengujian Pengaruh Variabel bebas Terhadap Return Saham a.Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
41
Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Lampiran Hasil Output Regresi, 2011
Dari gambar 4. dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y. sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
c. Uji Autokorelasi
Dari hasil output regresi didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung)
sebesar 1,901 atau 2. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung
berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi
d. Uji Multikolinearitas
Berikut adalah hasil uji multikolinearitas yang dirangkum pada tabel berikut
ini :
Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
ROA (X1) 0,808 1,238
Likuiditas (X2) 0,742 1,347
Debt Ratio (X3) 0,714 1,401
Ukuran Perusahaan (X4) 0,829 1,206
Sumber: Data Primer diolah, Lampiran 5
Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF<10 ini berarti
tidak terjadi multikolonieritas. Dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil analisis fundamental secara historis menunjukan bahwa Variabel ROA
menunjukkan penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai standar
deviationnya lebih tinggi daripada mean. Hal yang sama juga terjadi pada dua
variabel lain yaitu likuiditas dan ukuran perusahaan. Sementara variable rebt
ratio menunjukkan nilai standart deviation lebih kecil daripada rata-ratanya.
Dimana rata-rata debt ratio selama periode pengamatan sebesar 37,5870
dengan standar deviation sebesar 28,29479.
2. Pengujian Pengaruh Variabel bebas Terhadap Harga Saham (Y1) dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda, didapat nilai R2sebesar 0,431 atau
43,1%. Pengujian pengaruh variabel bebas secara keseluruhan didapat Fhitung
(4,162) Ftabel (2,80)..
3. Dari hasil perhitungan parsial seluruh variabel bebas, dapat dilihat bahwa hanya
terdapat satu variabel bebas yang mempunyai nilai signifikansinyanya kurang
dari 0,05 yaitu variabel X4(Total Aset). Dengan demikianvariabel X1(ROA),
variabel X2(Likuiditas), serta variabel X3(Debt Ratio) tidak signifikan secara
statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Harga
4. Pengujian Pengaruh Variabel bebas Terhadap Return Saham (Y2) dapat
disimpulkan bahwa semua variabel independen memiliki kontribusi pengaruh
sangat kecil yaitu sebesar 5,2% terhadap Return Saham atau model yang
terbentuk mampu menjelaskan 5,2% keragaman nilai variabel Return Saham.
Hal ini juga berarti bahwa (100%-5,2%) = 94,8%
5. Pengujian keberartian pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap
variabel return saham diperoleh nilai F-hitung sebesar 0,300 dengan
signifikansi 0,874. berarti bahwa secara bersama-sama Return Saham (Y2)
tidak dipengaruhi oleh variabel ROA, Likuiditas, debt ratio dan ukuran
perusahaan, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh variabel ROA,
likuiditas, debt ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham (Y2)
secara sendiri-sendiri terlihat bahwa tidak ada satupun variabel independen
yang mempunyai nilai t-hitung yang signifikansinyanya kurang dari 0,05.
Dengan demikian, pada α= 5%, variabel X1 (ROA), variabel X2 (Likuiditas),
variabel X3(Debt Ratio) serta variabel X4(Total Aset) tidak signifikan secara
statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Return
Saham (Y2).
5.2 Saran
saran yang bisa dikemukakan dengan adanya keterbatasan penelitian antara lain:
Variabel Total Aset memiliki pengaruh yang sifatnya positif, yaitu jika
Total Aset tinggi maka harga saham perusahaan tinggi. Hal ini kemungkinan
didasarkan pada pertimbangan manajer bahwa, Total Aset yang tinggi identik
59
dana yang besar pula, untuk mengurangi ketergantungan dana dari pihak luar,
perusahaan memerlukan dana internal yang tinggi; yang salah satunya
bersumber dari kas perusahaan. Dengan demikian harga saham tersebut
dimaksudkan untuk mendukung kesempatan bertumbuh perusahaan di masa
mendatang.
Ainun Naim dan Fu’ad Rakhman, “Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2000, Vol. 15, No.1 : 70-82
Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Anderson, R. W. 2002. "Capital Structure, Firm Liquidity and Growth", Working Papers-Research Series, National Bank of Belgium, No. 27, May.
Ashari dan Santosa, Purbaya Budi (2005). Analisa Statistik dengan microscoft Excel &SPSS. Yogyakarta: Andi Offset
Awat, N. J. 1999. Manajemen Keuangan: Pendekatan Matematis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arifin, Ali. 2002. Membaca Saham.Edisi Pertama. Andi. Yogyakarta.
Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi tujuh. BPFE Press. Yogyakarta.
Brigham E. F. and Daves P.R. 2004. Intermediate Fiancial Management. 8th Edition, International Student Edision, Thomson South-Western, United States.
Fernandez-Rodriguez, Fernando; Christian Gonzales-Martel; Simon Sosvilla-Rivero (2000), Technical Analysis in Foreign Exchange Markets : Linear versus Nonlinear trading Rules, Fundacion de Estudios Economia Aplicada Working Paper, September 2000.
Harahap, Sofyan Safri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo. Jakarta.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN. Yogyakarta
Keiso, Weygant dan Warfield, 2001. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Erlanggga. Jakarta
Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman.1998. "The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidence". Journal of Financial and Quantitative Analyisis. Volume 33, Number 3, September, pp. 335-359.
Lancaster, F.W. 1998. Technology and Management in Library and Information Services. London: Library Association Publishing.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi lima. Liberty. Yogyakarta.
Sekaran U. 2003. Research Methode for Business: A Skill Building Appoarch. John Willey, New York.
Sukirno S. 2004. Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga, Rajawali Press, Jakarta.
Universitas Lampung. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Usman, Marzuki. Riphat Singgih, Ika Syahrir. 1997. Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Institute Bankir Indonesia bekerjasama dengan Jurnal Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Wallace, R. S. And K. Nasser, “Firm-specific determinants of the
Comprehensiveness of Mandatory Disclosure in the Corporate Annual Reports of Firms Listed on the Stock Exchange of Hongkong”, Journal of Accounting and Publik Policy, 1995.
____www.jsx.co.id
27 -78,34 40,35 -1,6067 27,10650
27 115,02 16853,38 1855,2752 4195,82810
27 ,61 94,99 37,5870 28,29479
27 4306970000,00 18502257139000,00 2648419915293 4184355859400,772
27 56,43 3790,14 627,3752 901,64305
27 -360,75 71,53 -15,0600 105,59277
27 ROA
Likuiditas Debt_Ratio Ukrn_Prshn Harga_Saham Rtrn_Saham Valid N (listwise)
Lampiran 1.Perhitungan ROA, Likuiditas, Debt ratio, Ukuran Perusahaan Harga Saham dan Return Saham Pada Perusahaan Agrobisnis
Periode 2008-2010
No ROA(X1) LIKUIDITAS(X2) DEBT RATIO(X2) UKRN PRSHN(X4) HARGA(Y1) RETURN(Y2)
1 -13,18 591,14 17,77 193748688810,00 77,46 21,60
2 40,35 641,61 18,15 6519791000000,00 1552,15 11,03
3 -78,34 164,28 18,36 4306970000,00 165,36 -3,08
4 3,69 937,24 47,43 4700318838000,00 442,38 18,13
5 18,14 209,45 58,20 28699564172,00 189,19 -12,28
6 -21,20 195,65 52,72 245181778818,00 82,66 -13,92
7 3,04 13850,04 0,92 417895972211,00 582,12 43,09
8 3,92 462,00 64,94 811713000000,00 232,75 18,19
9 18,85 578,87 35,04 4921310000000,00 751,72 26,83
10 -20,71 417,15 25,11 172324894498,00 260,00 70,21
11 21,93 806,35 15,12 7571399000000,00 2546,13 39,04
12 21,41 139,23 17,61 5024620000,00 161,69 -2,27
13 4,98 769,03 47,34 5071797313000,00 617,64 28,38
14 -36,95 167,13 94,99 28590295367,00 94,55 -100,10
15 -71,63 115,02 88,12 138808001845,00 64,64 -27,87
16 -2,18 8255,17 1,21 413129703289,00 126,57 -359,93
17 20,85 486,69 53,76 943577837601,00 256,13 9,13
18 14,60 713,08 21,30 4845380000000,00 1334,76 43,68
19 -17,46 260,28 41,05 147157866309,00 56,43 -360,75
20 14,43 632,93 15,68 8510357000000,00 3790,14 32,82
21 -10,33 323,90 1,42 12478000000,00 160,46 -0,77
22 4,35 553,54 53,80 18502257139000,00 393,91 -56,80
23 -5,28 202,51 81,00 38650769166,00 332,11 71,53
24 3,46 300,20 85,26 146168116807,00 84,76 23,73
25 -0,97 16853,38 0,61 405623886312,00 166,50 23,99
26 22,27 572,37 39,83 1150214457707,00 293,13 12,62
27 18,58 894,19 18,11 5561433000000,00 2123,79 37,15
Variables Entered/Removedb
,656a ,431 ,327 739,54008 ,431 4,162 4 22 ,012 2,367
Model
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Ukrn_Prshn, Debt_Ratio, ROA, Likuiditas a.
Dependent Variable: Harga_Saham b.
ANOVAb
9104735 4 2276183,821 4,162 ,012a
12032230 22 546919,533
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ukrn_Prshn, Debt_Ratio, ROA, Likuiditas a.
Dependent Variable: Harga_Saham b.
Coefficientsa
897,448 333,274 2,693 ,013
6,337 5,953 ,191 1,065 ,299 ,808 1,238
-,043 ,040 -,200 -1,070 ,296 ,742 1,347
-10,937 6,067 -,343 -1,803 ,085 ,714 1,401
8,72E-011 ,000 ,405 2,290 ,032 ,829 1,206
1.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual